Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

T DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA HIPERTERMI PADA PASIEN FEBRIS DI
RUANG DAHLIA RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Asuhan Keperawatan Praktik Keperawatan Stase KDP
di Ruang Dahlia RSUD Prof. Dr. Margono

Disusun Oleh:
Nanda Karunia Hanifah
2022030071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN UTAMA HIPERTERMI PADA PASIEN FEBRIS DI
RUANG DAHLIA RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Telah dikonsulkan kepada pembimbing akademik


Pada tanggal: November 2022

Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(.......................................) (.......................................)

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................i
Halaman Pengesahan........................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian.............................................................................................1
B. Fisiologi................................................................................................1
C. Etiologi.................................................................................................2
D. Faktor yang Mempengaruhi..................................................................2
E. Tanda dan Gejala..................................................................................4
F. Pemeriksaan..........................................................................................4
G. Penatalaksanaan....................................................................................4
H. Pathway.................................................................................................6
I. Diagnosa Keperawatan.........................................................................7
J. Fokus Pengkajian..................................................................................7
BAB II TINJAUAN KASUS............................................................................9
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Hipertermia merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami kenaikan suhu tubuh >37,8oC per oral atau 38,8oC per rektal yang
sifatnya menetap karena faktor eksternal (Lynda Juall, 2012).
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal (Nurarif,
Amin H dan Hardhi Kusuma, 2015).
Hipertermi adalah suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh (Tim
Pokja SDKI. DPP PPNI, 2016).
Menurut Nurarif, Amin H dan Hardhi Kusuma (2015) mengatakan suhu
normal tubuh berkisar antara 36,50C – 37,50C, hipertermia jika suhu tubuh >
37,50C dan hipotermi jika suhu tubuh <36,50C.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertermia
adalah keadaan dimana suhu inti tubuh diatas batas normal fisiologis sehingga
menyebabkan peningkatan suhu tubuh dari individu.
B. Fisiologi Hipertermi
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik dari
oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme
atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel
penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan
menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi di hipotalamus. Peningkatan
kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada meningkatnya
kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan
dalam metabolism di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di
hipotalamus anterior. Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit
(dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang
padahal dalam proses metabolisme di hipotalamus anterior membutuhkan
elektrolit tersebut, sehingga kekurangan cairan dan elektrolit mempengaruhi
fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan keseimbangan

1
termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh
C. Etiologi Hipertermi

1. Dehidrasi
2. Penyakit
3. Trauma
4. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
5. Pemakaian pakaian yang tidak sesuai
6. Peningkatan laju metabolisme
7. Pengobatan/ anesthesia
8. Terpajan pada lingkungan yang panas
9. Aktivitas yang berlebihan
D. Faktor yang Mempengaruhi
1. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu
sehingga terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan.
Pastikan mereka mengenakan pakaian yang cukup dan hindari pajanan
terhadap suhu lingkungan. Seorang bayi lahir dapat kehilangan 30% panas
tubuh melalui kepala untuk mencegah kehilangan panas. Suhu tubuh bayi
lahir berkisar antara 35,5-37,5°C. Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan
saat pubertas. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang semakin tua.
Para dewasa tua memiliki kisarab suhu tubuh yang lebih kecil dibandingkan
dewasa muda. Suhu oral senilai 35°C pada lingkungan dingin cukup umum
ditemukan pada dewasa tua. Namun, rerata suhu tubuh dari dewasa tua
adalah 36°C. Mereka lebih sensitif terhadap suhu ekstrem karena
perburukan mekanisme pengaturan, terutama pengaturan vasomotor
(vasokontriksi dan vasodilatasi) yang buruk, berkurangnya jaringan
subkutan, berkurangnya aktivitas kelenjar keringat, dan metabolisme yang
menurun.9
2. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan

2
pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan
metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh,
dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 41°C.
3. Kadar Hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih bersar. Hal ini
dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar
progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Saat progesteron
rendah, suhu tubuh berada dibawah suhu dasar, yaitu 1/10nya. Suhu ini
bertahan sampai terjadi ovulasi. Saat ovulasi, kadar progesteron yang
memasuki sirkulasi akan meningkat dan menaikkan suhu tubuh dasar atau
suhu yang lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa
subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita
menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang intens
dan perspirasi selam 30 detik dampai 5 menit. Pada periode ini terjadi
peningkatan suhu tubuh sementara sebanyak 4°C, yang sering disebut hot
flashes. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor.
4. Irama Sirkandian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama periode 24 jam.
Suhu terendah berada di antara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari, suhu
tubuh meningkat dan mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun
kembali sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada
individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1
sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama
suhu sirkadian tidak berubah seiring usia
5. Stress
Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme,
yang akan meningkatkan produksi panas. Klien yang gelisah akan memiliki
suhu normal yang lebih tinggi.
6. Lingkungan

3
Lingkungan memengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang
tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu
lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua karena
mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
E. Tanda dan Gejala
1. Suhu tinggi 37,8oC peroral atau 38,80C per rektal
2. Takikardi
3. Takipnea
4. Konvulsi (kejang)
5. Kulit kering, kemerahan dan terasa hangat
6. Menggigil
7. Dehidrasi
8. Pusing
9. Kehilangan nafsu makan
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Riwayat penyakit dan keluhan
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi
kemungkinan terjadinya resiko infeksi
5. Pemeriksaan urine
6. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien
thypoid
7. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
8. Uji tourniquet
G. Penatalaksanaan
1. Nonfarmakologi
a. Observasi keadaan umum pasien
b. Observasi tanda-tanda vital pasien
c. Observasi perubahan warna kulit pasien
d. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis

4
e. Anjurkan pasien banyak minum
f. Anjurkan pasien banyak istirahat
g. Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan
paha, leher bagian belakang
h. Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian,
penanganan, dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya
2. Farmakologi
Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofen

5
H. Pathway

Endoge Pirogen Eksoge


n n
( Mikroorganisme ( substansi penyebab ( trauma,
, monosit, demam )
pemakaian
makrofag, pakaian,
toksik) aktivitas )

Sirkulasi
darah

Hipotalamu
s

Hipotalamus Mengatur Hipotalamus


Anterior Posterior
keseimbanga
n
 titik patokan termoregulas  titik patokan
suhu i suhu
(sel (sel
point) Produksi panas point)
dan
kehilangan panas
 kehilangan  kehilangan
tidak
cairan cairan
seimbang
elektrolit elektrolit
tubuh tubuh
 elektrolit  elektrolit
pada
pada
pembuluh
pembuluh
darah
darah
(dehidrasi)
 suhu  suhu
tubuh tubuh

Hipertermia Hipotermia

6
I. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi
2. Resiko kekurangan cairan
3. Hipotermi
J. Fokus Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data.
1. Identitas diri : umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat
2. Status Kesehatan : Keluhan utama : panas
3. Riwayat penyakit sekarang :
a. Hipertermi :
1) Data Subjektif
a) Pasien mengeluh panas
b) Pasien mengatakan badannya terasa lemas/ lemah
2) Data Objektif
a) Suhu tubuh >37oC
b) Takikardia
c) Mukosa bibir kering
d) Warna kulit kemerahan
b. Hipotermi : ketika suhu tubuh turun menjadi 350C, klien mengalami
gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu
menelan. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,40C frekuensi jantung,
pernafasan, dan tekanan darah turun.
4. Riwayat kesehatan lalu
a. Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya mual, muntah, nafsu makan turun, eliminasi,
nyeri otot, dan sendi dll).
b. Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul gejala
gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.

7
5. Pemeriksaan fisik
a. Hitung TTV ketika panas terus menerus
b. Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor kulit (dingin,
kering, kemerahan, hangat dan turgor kulit menurun)
c. Tanda – tanda dehidrasi

8
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Tanggal Masuk : Sabtu, 05 November 2022 Pukul : 22.05 WIB
Tanggal pengkajian : Senin, 07 November 2022 Pukul : 09.30 WIB
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 51 tahun
Alamat : Bantarwubi, 03/03
No. RM : 437xxx
Jenis Kelamin : Perempuan
Dx Medis : Febris
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. P
Umum : 53 Tahun
Alamat : Bantarwubi, 03/03
Hub dengan klien : Suami
2 Keluhan Utama
Demam
3. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ny. T datang ke IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo diantar
suaminya pada hari sabtu 05 NOvember 2022 pukul 22.03 WIB, pasien
datang dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu, mual, lemas. Di
IGD sudah mendapat perawatan infus RL 20 tpm, inj omeprazole 1x1
dan infus Paracetamol 1 gram. Saat dilakukan pengkajian diruang
Dahlia RSMS pada hari senin 7 November 2022 pukul 09.30 pasien

9
mengeluh masih demam nain turun, masih mual dan lemas saat ini juga
mengeluh nyeri kepala. Hasil pemeriksaan tanda-tadna vital diperoleh
TD: 120/80 mmHg, Nasi: 87x/menit, rr: 20 x/menit, Suhu 37,5°, SPO2
99%. Diruangan pasien sudah mendapatkan terapi IVFD RL 20 tpm,
omeprazole 1amp/24 jam, inj mecobalamin 1x24 jam.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah mengalami demam dan batuk
pilek, pasien juga pernah terkena Covid-19. Pasien mengungkapkan
jika dirinya tidak memiliki riwayat penyakit serius lainnya dan dirawat
dirumah sakit karena penyakit serius,
3. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit menurun dan menular lainnya seperti
TBC, HIV Covid19 dan lainnya.

Pengkajian Pola fungsional Virginia Henderson


a. Pola bernapas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bisa bernapas dengan baik, tidak ada
gangguan dan tidak merasa sesak
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak sesak dan tidak membutuhkan
alat bantu napas, Rr: 20 x/menit
b. Pola makan dan minum
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan lauk, sayur
dan nasi porsi sedang, minum 5-8 gelas/hari
Saat dikaji : Tampak tidak menghabiskan porsi makan yang
disediakan, makan 7-10 sendok makanan yang disediakan
RS karena merasa mual, minum 3-5 gelas/hari.
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi
padat, warna kuning. BAK 8 kali sehari dengan warna
kuning jernih

10
Saat dikaji : Pasien mengatakan pasien belum BAB sudah 2 hari, BAK
5x/hari
d. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mampu melakukan aktifitas sendiri
tanpa bantuan sebagai ibu rumah tangga.
Saat dikaji : Pasien mengatakan sejak sakit hanya tiduran dan saat ini
hanya berbaring di ruang perawatan untuk mendapatkan
perawatan dari dokter dan perawat
e. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat istirahat dengan nyenyak, tidur
6-8 jam/hari
Saat dikaji : Pasien mengatakan semenjak dema tidak bisa tidur karena
mengigil dan mual serta nyeri kepala
f. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat berpakaian dan memilih pakaian
sendiri
Saat dikaji : Pasien mengatakan untuk menggunakan pakaian dibantu
anggota keluarga
g. Pola Pengaturan Suhu
Sebelum sakit : Pasien mengatakan memakai pakaian tebal pada saat
dingin, dan pakain tipis pada saat panas.
Saat dikaji : Pasien mengatakan mampu memilih pakaian sendiri dan
menggunakannya dibantu oleh keluarga.
h. Pola Kebersihan diri
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mandi 2x sehari dan keramas 2x
seminggu
Saat dikaji : Pasien mengatakan mandi hanya diseka dibantu oleh
keluarga
i. Pola Aman Nyaman
Sebelum sakit : Pasien mengatakan nyaman dengan kesehatannya karena
tidak memiliki penyakit serius

11
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya saat
ini karena mual, mengigil dan nyeri kepala
j. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Pasien dapat berkomunikasi secara baik dan lancar
Saat dikaji : Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar.
k. Pola Beribadah
Sebelum sakit : Pasien mengatakan beragama islam dan dapat melakukan
ibadah sholat 5 waktu setiap harinya
Saat dikaji : Pasien mengatakan semenjak sakit tidak beribadah
j. Pola Produktivitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit ia bekerja sebagai ibu
rumah tangga.
Saat dikaji : saat ini pasien terbaring di ruang perawatan dahlia untuk
mendapatkan program terapi dari dokter.
k. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mengatakan biasanya berkumpul
bersama suami dan anak menonton telivisi atau berlibur
bersama keluarga
Saat dikaji : Pasien mengatakan hanya bisa tiduran diatas tempat tidur
RS ditemani suami dan anaknya
l. Pola Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit : Pasien mengatakan belum mengetahui tentang penyakit
yang diderita
Saat dikaji : Pasien mengatakan mendapatkan informasi tambahan
tentang penyakitnya dari dokter dan perawat.
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmetis
GCS : 15
BB : 55 kg

12
TB : 154 cm
TD : 113/95 mmHg
S : 37,50C
RR : 20x/menit
Nadi : 84x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kapala dan Rambut : bentuk kepala mesochepalus, rambut putih
sebagian, kulit kepala bersih, tidak ada lesi
Pengkajian Nyeri
P : Ketika menggerakkan kepala dan mereda ketika istirahat
Q : Terasa cekot-cekot
R : Kepala
S:3
T : Hilang timbul
b. Mata : sclera ikterik, konjungtiva ananemis, pupil isokor, posisi
pupil ditengah-tengah, refleks langsung cahaya (+)
c. Hidung : napas tidak cuping hidung, tidak ada pembesaran polip,
bersih, tidak ada lesi, tidak memakai alat bantu pernafasan
d. Mulut dan gigi : Bibir pucat dan kering, tidak ada stomatitis, gigi
kekuningan, tidak ada tonsillitis, lidah bersih, terdapat gigi tangggal
e. Telinga : Tidak ada benjolan, tidak ada serumen berlebihan, tidak
mengalami gangguan pendengaran, tidak memakai alat bantu pendengaran.
f. Leher : Tidak ada nyeri tekan, refleks menelan (+)
g. Ekstermitas
Ek. Atas : pada ekstermitas atas bagian kiri terpasang infus RL 20 tpm
Ek. bawah : Tidak ada Edema, tidak ada lesi
h. Dada
a. Paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, gerakan dinding dada normal/tidak
ada retraksi dinding dada.
Palpasi : vocal premitus seimbang antara kanan dan kiri.

13
Perkusi : bunyi normal sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : suara napas normal vesikuler pada semua lapang paru.
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak.
Palpasi : IC ada pada Spatium Intercosta (SIC) V di sebelah medial
linea midklavikularis sinistra.
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi : denyut jantung teratur irama regular. Terdengar S1 dan S2
(lup, dup), terdapat bunyi tambahan (-).
i. Abdomen
Inspeksi : Asites (-), lesi (-)), hematoma (-), terasa panas (+), nyeri (+)
Auskultasi : Peristaltic usus 8x/menit
Perkusi : Terdengar bunyi timpani dan tidak ada penumpukan cairan.
Palpasi : Hepar teraba 3 jari, tepi tumpu, rata dan lien tidak teraba
membesar.
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Tanggal 05/11/2022 (Abnormal)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
Leukosit L 3750 ul 3800-10600
Trombosit L 189000 ul 216000-451000
Eosinofil L 0,3 % 2-4
Batang L 0,3 % 3-5
Limfosit L 16,8 % 25-40
Segmen H 73,5 % 50-70

2. Program Terapi

Nama obat Dosis Indikasi


Infus NacL 20 Tpm Sebagai pengganti cairan ekstrasel yang
hilang atau mengatasi dehidrasi isotonik
Inj Omeprazole 1x24 jam Digunakan untuk mengobati tukak

14
lambung
Mecobalamin 1x 24 jam Obat ini digunakan untuk mengobati
neuropati perifer dan anemia

15
ANALISA DATA
Tanggal: 07/11/2022
No Tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi Diagnosa
1 07-11- DS: Ibu mengatakan anaknya sudah 8 hari demam naik turun Hipertermi Proses infeksi Hipertermi b.d
2022 DO: proses infeksi
Pukul - Suhu 38,6°
09.30 - Suhu badan meningkat
WIB - Suhu kulit meningkat
2. 05-01- DS: Nausea - Nausea
2022 - Pasien mengatakan mual
Pukul - Pasien mengatakan ingin muntah
19.30 - Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya
WIB menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan
- Mulut terasa pahit
DO :
Saliva meningkat
Muntah 4x
Tampak mual
3. 07-11- DS: Pasien mengatakan nyeri pada kepala agen cedera
Nyeri akut Nyeri akut b.d
2022 P : makin sakit ketika merubah posisi kepala dan berkurang biologis
agen cedera
Pukul saat tenang
biologis
09.30 Q : Terasa cekot-cekot
WIB R : Kepala
S:3

16
T : Hilang timbul
DO :
- Memegang area nyeri
- Mengeluh kesakitan
- Ekspresi wajah nyeri

PRIORITAS DIAGNOSA
1. Hipertermi b.d prosesinfeksi
2. Nausea (mual)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis

17
Intervensi Keperawatan
Tanggal: 05-01-2022

Dx Kriteria hasil Intervensi Rasional


Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertermia (I.15506) Observasi
1
selama 3x8 jam diharapkan masalah Observasi 1. Mengetahui penyebab dema
Hipertermia teratasi dengan kriteria hasil : 4. Identifikasi penyebab hipertermia 2. Mengetahui peningkatan dan
Termoregulasi (L.14134) (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan penurunan suhu
1. Pucat menurun panas, penggunaan incubator) 3. Mengetahui efek hipertermi pada
2. Suhu tubuh menurun 5. Monitor suhu tubuh BAK
3. Suhu kulit menurun 6. Monitor pengeluaran urine Terapeutik
Terapeutik 4. Membantu menurunkan panas
7. Lakukan kompres hangat 5. Tidak meningkatkan suhu tubuh
8. Longgarkan pakaian Kolaborasi
Kolaborasi
6. Memenuhi kebutuhan cairan yang
9. Kolaborasi pemberian cairan IV hilang karena panas
SLKI : Tingkat Neusea SIKI: perawatan sirkulasi 1. Mengetahui dampak mual yang
2
Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 1. Identifikasi dampak mual dirasakan
jam masalah Neusea pasien dapat berkurang 2. Monitor mual 2. Mengetahui seberapa sering mual
dengan kriteria hasil sebagai berikut : 3. Monitor asupan nutrisi muncul
1. Nafsu makan meningkat 4. Kendalikan lingkungan penyebab 3. Mengetahui asupan nutrisi selama
2. Perasaan ingin muntah menurun mual dan kurangi penyebab mual mual
3. Jumlah saliva menurun 5. Anjurkan sering membersihkan mulut 4. Mengurangi mual
6. Kolaborasi pemberian antimietik 5. Mngkolaborasikan secara

18
farmakologi untuk mengurangi mual
Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI : Manajemen nyeri Observasi
3
selama 2x24 Jam masalah keperawatan Nyeri 1. Identifikasi skala nyeri, lokasi, kulitas 1. Melakukan pengkajian nyeri
akut b.d agen cedera fisiologis dapat diatasi dan intensitas nyeri secara berkala 2. Mengetahui dampak nyeri yang
dengan Kriteria hasil : 2. Identifikasi respons non verbal dirasakan
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Agar pasien dapat beristirahat
Tingkat Nyeri (0066)
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi 4. Pasien dan keluarga mengetahui
1. Keluhan Nyeri menurun dan mampu melakukan teknik
nonframakologis secara mandiri
2. Meringis menurun
untuk mengurangi nyeri.
3. Kesulitan tidur menurun

Implementasi Keperawatan

Tanggal/jam DP Implementasi Respon TTD


Rabu 05-01- 1. Mengidentifikasi dampak mual S: Pasien mengatakan jadi tidak nafsu makan
1 2
2022 Pukul O: tidak mau makan
19.30 WIB
2. Memonitor mual S: pasien mengatakan mual terus
O: masih tampak menahan mual

3. Memonitor asupan nutrisi S: Klien mengatakan tidak nafsu makan


O: Verbalisasi tidak nafsu makan

19
4. Mengendalikan lingkungan penyebab mual dan S: pasien mengatakan tidak ada masalah dengan
kurangi penyebab mual lingkungan
O: Lingkungan nyaman

5. Menganjurkan sering membersihkan mulut S: Pasien mengatakan sudah gosok gigi rutin 2x sehari
O: mulut bersih

6. Mengkolaborasi pemberian obat lambung S: Pasien mengatakan bersedia diberikan obat


O: diberi omeprazole 1x40mg
1
7. Memonitor suhu tubuh S: Pasien mengatakan masih demam naik turun
O: Suhu 37,5

8. Mengkolaborasikan pemberian antipiretik S: -


3 O: Infus paracetamol 3x1gr
9. Mengidentifikasi skala nyeri, lokasi, kulitas dan
intensitas nyeri secara berkala S: pasien mengatakan masih merasa nyeri kepala
P : Ketika merubah posisi kepala dan merde saat
tenang
Q : Terasa cekot-cekot
R : Kepala
S:3
T : Hilang timbul
2 O: Ekspresi wajah nyeri
10. Menganjurkan pasien untuk tenang dan menarik S:

20
nafas dalam saat nyeri muncul sebagai teknik O: Pasien tampak berusaha tenang, menggunakan
nonfarmakologi mngurangi nyeri teknik nafas dalam dan istighfar, diberikan PO

Selasa 08-11- 1. Memonitor mual S: pasien mengatakan masih merasakan mual


2022 Pukul O: mual tidak muntah
08.00 WIB
2. Memonitor asupan nutrisi S: Klien mengatakan sudah 2x makan 7-10 sendok
makanan dan memakan cemilan
O: Tidak menghabiskan porsi makan yang disediakan

3. Mengkolaborasi pemberian obat lambung S: Pasien mengatakan bersedia diberikan obat


O: diberi omeprazole 1x40mg

4. Mengidentifikasi skala nyeri, lokasi, kulitas dan S: pasien mengtakan nyeri kepala sudah berkurang
intensitas nyeri secara berkala dan lebih jarang dirasakan
P : Ketika banyak menggerakan kepala dan mereda
ketika istirahat
Q : Terasa cekot-cekot
R : Kepala
S:2
T : hilang timbul
O: Ekspresi wajahlebih rileks
5. Menganjurkan pasien untuk tenang dan menarik
nafas ketika nyeri muncul S:
O: Pasien tampak berusaha tenang, menggunakan

21
teknik nafas dalam dan istighfar, diberikan

6. Memonitor suhu tubuh S: Pasien mengatakan hari ini sudah tidak demam
O: Suhu 36,5°C

7. Memfasiitasi istirahat dan tidur S: Pasien mengatakan bisa tidur sebentar


O: Anjurkan untuk mengambi posisi senyaman
mungkin dan mulai untuk beristirhat

Evaluasi Keperawatan

22
Tgl/jam .DP SOAP TTD
S: Pasien mengatakan hari ini sudah tidak demam
Selasa 08-11- 1.
O: Suhu tubuh normal, suhu kulit normal 36,5°C
2022 Pukul
A: Masalah keperawatan hipertermi teratasi
14.00 WIB
P: Pertahankan kondisi
1. Anjurkan untuk mengkonsumsi air putih dalam jumlah yang cukup
2. Hindari makanan yang tidak sehat
3. Kolaborasi pemberian antipiretik saat demam berulang
Selasa 08-11- S: Kien mengatakan sudah tidak merasa mual, nafsu makan mulai membaik
2.
2022 Pukul O: Keinginan muntah berkurang, nafsu makan membaik, mapu menghabiskan ½ porsi makan dan
14.00 WIB makanan pendamping lain
A: Masalah keperawatan neusea belum teratasi
P: Pertahankan kondisi
1. Monitor mual berulang
2. Monitor asupan nutrisi
3. Anjurkan sering membersihkan mulut
4. Anjurkan untuk menghindari penyebab mual
5. Anjurkan keluarga menyediakan makanan dalam keadaan hangat

23
Selasa 08-11-
3. DS: Pasien mengatakan nyeri kepala sudah berkurang
2022 Pukul
P : Ketika banyak menggerakkan kepala dan mereda saat tenang
14.00 WIB Q : Terasa cekot-cekot
R : Kepala
S:2
T : kadang-kadang
O: Ekspresi wajah nyeri sudah tidak ada, pasien tampak sudah nyaman dengan kondisinya, TD 110/80
mmHg, Nadi : 82x/menit, Rr: 19x/menit, Suhu 36,4ºC
A: Masalah keperawatan nyeri teratasi
P: pertahankan kondisi
1. Anjurkan untuk mengulangi teknik yang dipilih saat nyeri muncul
2. Anjurkan untuk tetap tenang dan rileks

24
BAB III
PEMBAHASAN

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37,5°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-
obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Salah satu intervensi yang dapat diberikan pada pasien demam yakni
dengan memberikan kompres hangat. Pemberian kompres hangat pada daerah
pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan pada area
preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa
oleh darah ini menuju hipotalamus akan meransang area preoptik mengakibatkan
pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya
pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi
pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2011). Dengan kompres
hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu
pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh darah tepi
dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan
membuka dan mempermudah pengeluaran panas, sehingga akan terjadi perubahan
suhu tubuh. Sehingga intervensi ini cocok untuk diberikan kepada pasien dengan
keluhan demam.
Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah mual, salah satu intervensi yang
dapat dilakukan yakni dengan menjaga kebersihan mulut dan mengkonsumsi
makanan dalam suhu yang tepat (suhu hangat). Menurut penelitian Maghfiroh
(2018) menjaga kebersihan mulut dapat mengurangi dampak mual akibat infeksi
kuman di mulut. Sehingga menganjurkan pasien menjaga kebersihan mulut
diharapkan dapat mengurangi mual dan meningkatkan nafsu makan klien. Selain
itu menyediakan makanan dalam suhu yang tepat akan membantu klien lebih
nyaman saat mengkonsumsi makana
25
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather & Shigemi, Kamitsuru. 2018. NANDA-I Diagnosis


Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
Mubarak, W. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika
Muttaqin, A. 2011. Pengkajian Keperawatan Aplikasi dan Praktik Kinik. Jakarta:
Salemba Medika
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Defenisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Defenisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia. Defenisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai