Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HIPOTERMI DAN HIPETERMIA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan
Basic Life Support”
Dosen Pengampu : SITTI NURUL HIKMAH SALEH S. ST.,M.KEB

Disusun Oleh :

Sri Dewinal Ibrahim (0211102039)


Teysa Mokodompit (0211102041)
Sri Dewi Supu (0211102038)

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIII KEBIDANAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena rahmat dan
karunianya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “HIPOTERMI DAN
HIPETERMIA”. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk menunjang proses
pembelajaran pada mata kuliah “Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Basic Life
Support”. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, Semoga makalah ini dapat bermanfaat khusus
bagi kami dan umumnya bagi kita semua pembaca.

Kotamobagu 21 Maret 2023

Kelompok X

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian......................................................................................................3
B. Etiologi...........................................................................................................3
C. Patofisiologi...................................................................................................4
D. Manifestasi Klinis..........................................................................................5
E. Komplikasi.....................................................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................7
G. Penatalaksanaan.............................................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................9
B. Saran.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran yang paling sering dilakukan adalah pengukuran suhu, nadi, tekanan
darah, frekuensi pernafasan, dan saturasi oksigen. Sebagai indikator dari status
kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural
dan endokrin tubuh. Karena sangat penting maka disebut tanda vital. Banyak faktor
seperti suhu lingkungan, latihan fisik, dan efek sakit yang menyebabkan perubahan
tanda vital, kadang-kadang di luar batas normal. Suhu tubuh manusia cenderung
berfluktuasi setiap saat. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan
konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme
umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipothalamus.
Hipothalamus ini dikenal sebagai thermostat di bawah otak. Thermostat
hipothalamus memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan untuk mempertahankan
suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai di bawah atau naik sampai di titik ini, maka
pusat akan memulai impuls untuk menahan panas atau meningkatkan pengeluaran
panas.

Dalam pengaturan suhu tubuh, makhluk hidup harus mengatur panas yang
diterima atau yang hilang ke lingkungan. Makhluk butuh suhu lingkungan yang cocok,
agar metabolisme dalam tubuh berjalan normal. Jika suhu lingkungan terlalu rendah ia
harus mengeluarkan energi lebih besar daripada biasanya berupa panas. Enzim bekerja
dalam suhu optimum. Kalau suhu rendah enzim tak bisa bekerja, dan hal ini dapat
menyebabkan metabolisme terganggu. Mengingat pentingnya keseimbangan suhu tubuh
bagi manusia, maka kelompok tertarik untuk membahas makalah tentang ”gangguan
keseimbangan suhu tubuh (hipertermi dan hipotermi).

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Tujuan penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa/i kebidanan dapat


mengetahui dan memahami tentang masalah kebidanan pada klien dengan gangguan
kebutuhan keseimbangan suhu tubuh akibat patologis sistem tubuh (Hipertermi &
Hipotermi).

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini diharapkan


mahasiswa/I mampu memahami dan menjelaskan :
a. Pengertian hipertermi dan hipotermi
b. Etiologi hipertermi dan hipotermi
c. Patofisiologi dan patoflow
d. Manifestasi Klnis
e. Komplikasi hipertermi dan hipotermi
f. Pemeriksaan penunjang
g. Penatalaksanaan medik

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
1. Hipertermi

Hipertermi adalah keadaan ketika suhu inti tubuh lebih dari 39oC. (Baradero, 2009)
Hipertermi adalah situasi ketika suhu tubuh melebihi set point, yang biasanya terjadi
akibat kondisi tubuh/ kondisi eksternal yang menciptakan lebih banyak panas dari
yang dapat dihilangkan tubuh, seperti heatstroke, toksisitas, kejang, atau
hipertiroidisme. (Wong, 2009)
Hipertermia adalah kenaikan suhu tubuh melebihi set point hipotalamus. (Davey,
2006)

2. Hipotermi
Hipotermi adalah penurunan suhu basal tubuh dibawah 35oC. (Bilotta, 2009).
Hipotermi yaitu diakibatkan oleh lepasnya panas karena konduksi, konveksi, radiasi,
atau transpirasi. Local cold injury dan frostbite timbul karena terjadi hipotermia
karena penurunan vikositas darah dan kerusakan intraseluler (intracellular injury).
(Sudoyo, 2009)

B. Etiologi
1. Hipertermi
Menurut potter dan petty,(2005) etiologi hipertermi adalah:
a. Kehilangan cairan elektrolit
b. Penyakit atau trauma pada hipotalamus
c. Infeksi virus

1
Munurut Davey,(2006) Selain infeksi, peyebab hipertermia yang penting yang harus
dibedakan dari demam adalah :
a. Sidrom keganasan neuroleptik suatu reaksi idiosinkrasi terhadap obat anti psikotik
yang jarang terjadi, dipicu oleh penyakit yang interkuren atau dehidrasi, ditandai
oleh demam tinggi, pegal-pegal otot, delirium dan instabilitas otonom yang jelas.
b. Hipertermia maligna pada anastesia
Terjadi pada orang dengan predisposisi genetic yang diberi anastesi suksametonium
atau halotan dan berhubungan dengan gangguan pelepasan kalsium dari reticulum
sarkoplasma. Saat terjadi serangan, terjadi aritmia jantung dan kenaikan suhu pusat
dengan cepat disertai kekakuan otot, yang menyebabkan koma, asidosis metabolic
yang berat dan kolaps sirkulasi.
c. Kelainan serebrovaskular.
d. Ensefalitis.

2. Hipotermi
Menurut Bilotta (2009), etiologi hipotermi yaitu:
Terganggunya pengaturan suhu tubuh melalui perubahan produksi panas, konduksi,
konveksi, radiasi, evaporasi, atau respirasi. Contoh:
a. Nyaris tenggelam di air yang sangat dingin
b. Pemajanan terhadap suhu yang dingin dan lama
c. Pemberian produk darah
d. Proses penyakit

C. Patofisiologi
1. Hipertermi
Hipertermi disebabkan karena adanya vasodilatif (pelebaran pembuluh darah) aktif
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah melalui kulit lengan bawah dan
batang tubuh bertambah tiga kali lipat sehingga menyebabkan suhu tubuh akan
meningkat atau berlebih. Hal ini menyebabkan jumlah implus simpatis sangat
berkurang anatomis tersebut berdilatasi dan memungkinkan jumlah besar darah
hangat mengalir kedalam fleksus verosus sehingga mengakibatkan peningkatan

4
pengeluaran panas dari dalam tubuh. Pusat pengatur suhu tubuh terletak di
hipotalamus dimana terdapat suatu pusat kecil yang mengatur suhu tubuh yang
disebut preoptik hipotalamus anterior. Pemanasan daerah ini menyebabkan
vasodilatif atau vasokontriksi pembuluh darah tubuh.

Pada hipertermi, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang disebabkan oleh
peningkatan suhu inti tubuh secara berlebih sehingga terjadi kegagalan mekanisme
pelepasan panas. Hipertermi anatara lain dijumpai pada heat stroke (tersengat
panasnya udara lingkungan), aktivitas fisik yang berlebih pada cuaca panas serta
dikarenakan efek dari beberapa jenis obat-obatan seperti ekstasi.

2. Hipotermi

Tubuh menggigil adalah suatu respon potensial dan merupakan kegiatan involunter
dari otot-otot skeletal yang dicetuskan oleh hipotalamus untuk memproduksi panas.
Dengan menggigil, tonus otot meningkat sehingga menghasilkan panas dan
kebutuhan akan oksigen juga meningkat sekitar 300-400%. Peningkatan kebutuhan
oksigen akan meningkatkan kecepatan metabolik sekitar 50-100% dan menambah
beban pada miokardium. Bagi pasien yang sudah mengalami penyakit arteri koroner,
menggigil bisa mengakibatkan dekompensasi kordis. Eliminasi obat untuk relaksasi
otot bisa menjadi lebih lama apabila pasien mengalami hipotermia. Hipotermia juga
mempengaruhi koagulasi darah, fibrinolisis meningkat dan kegiatan trombosit
menurun. Keadaan ini bisa mengakibatkan perdarahan. Vasokontriksi bisa juga
terjadi dengan hipotermia yang kemudian diikuti dengan vasodilatasi ketika tubuh
mulai menghangat kembali. Pasien ini memerlukan lebih banyak cairan ketika tubuh
mulai menjadi hangat kembali untuk menghindari hipovolemia.

D. Manifestasi Klinis
1. Hipertermi
a. Suhu badan tinggi (>37,50C)
b. Terasa kehausan
c. Mulut kering
d. Kedinginan, lemas

4
e. Anoreksia (tidak selera makan)
f. Nadi cepat
g. Pernapasan cepat (>60x/menit)
e. Turgor kulit kering

2. Hipotermi
Menurut Elizabeth J. Corwin (2009):

a. Rasa baal/ kesemutan di kulit atau ekstremitas

b. Kulit pucat dan kebiruan serta dingin apabila diraba

c. Menggigil pada awalnya; kemudian kaku pada kondisi yang memburu

d. Penurunan tingkat kesadaran, mengantuk, dan konvusi. Menurut


Bilotta (2009) manifestasi klinis hipotermi antara lain:
a. Kulit dingin

b. Sianosis

c. Hipotensi

d. Menggigil

e. Konvusi

f. Oliguria

g. Keletihan

E. Komplikasi
1. Hipertermi
a. Heat cramps
Merupakan spasme dari otot-otot volunter akibat dari kekurangan elektrolit.
Kedua-duanya garam dan air hilang melalui keringat. Pasien dengan heat cramps
biasanya mengganti air yang hilang dengan minum, tetapi tidak mengganti garam
yang hilang.
Pengobatan pada pasien dengan heat cramps adalah:
1) Letakkan pasien pada tempat yang sejuk.
2) Berikan cairan pengganti NaCl peroral dengan minuman yang
mengandung kadar garam tinggi secara IV dengan larutan garam faal.

6
b. Heat exhaustion
Merupakan kehilangan garam dan air; dengan salah satu kehilangannya lebih
dominan. Gejala-gejala meliputi sakit kepala, nausea, pusing, dan gangguan
penglihatan. Pasien dapat mengalami demam sampai 102°F tetapi berkeringat.
c. Heat stroke
Merupakan hipertermi yang hebat (di atas 41°C atau 106°F) dengan kehilangan
kemampuan regulasi panas. Gejala-gejala meliputi keadaan bingung, koma dan
serangan kejang. Kelelahan dari fungsi regulasi hipotalamik dan atau kelenjar
keringat yang menimbulkan kehilangan kemampuan pengeluaran panas, karena si
pasien tidak berkeringat. Oleh karena itu, kulitnya hangat dan kering. Komplikasi
dapat meliputi kerusakan hipertermik dari otak, hepar, ginjal, jantung, dan
jaringan lainnya.

2. Hipotermi
Menurut Bilotta (2009):
a. Gangguan koagulasi yang serius
b. Gagal ginjal
c. Atritmia jantung
d. Henti jantung dan napas
Menurut Elizabeth J. Corwin (2009) komplikasi hipotermi antara lain:
a. Pembekuan darah, yang ditandai oleh nyeri dan penurunan denyut nadi dibagian
bawah bekuan. Apabila aliran darah tidak adekuat untuk waktu yang lama, maka
dapat terjadi ganggren.
b. Frostbite (cedera jaringan akibat terpajan pada suhu yang sangat dingin)
c. Disritmia ventrikel

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Davey, ( 2006) pemeriksaan penunjang hipotermi dan hepertermi adalah:
1. Kultur (urine, darah, luka, sputum)

6
Untuk mengidentifikasi organisme penyebab demam/radang. Dan untuk
menentukan obat yang efektif.
2. Hitung darah lengkap (sel darah putih, CRP, LED) Leucopenia
(penurunan SDP) sebelumnya dan leukositosis.
3. Elektrolit Serum
Ketidak seimbangan elektrolit adalah asidosis, perpindahan cairan, perubahan fungsi
ginjal.

4. Foto thoraks
5. Diagnosis dan aspirasi untuk dugaan abses dengan panduan USG/CT Scan.

G. Penatalaksanaan
Menurut Corwin,(2009) penatalaksanaa hipotermi dan hipertermi antara lain:
1. Hipertermi
a. Antibiotik
b. Antipiretik
c. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis untuk membantu
mempermudah penguapan panas

d. Memberikan banyak minum pada klien untuk mencegah terjadinya dehidrasi


sewaktu panas.

e. Meminta klien untuk banyak istirahat agar dapat meminimalisir produksi panas
yang di produksi oleh tubuh.

f. Memberikan kompres air hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan
paha, dan leher bagian belakang. Hal ini dilakukan untuk mempercepat dalam
penurunan produksi panas.

8
2. Hipotermi
a. Segera bawa ke rumah sakit untuk penghangatan aktif. Setiap penderita yang
tampak mati akibat hipotermia perlu di evaluasi di fasilitas medis dan diberi
penghangatan sapai suhu 32 derajat Celsius sebelum dinyatakan mati.

b. Selama pemindahan ke fasilitas klinis, pakaian basah yang dikenakan pasien harus
dilepas dan pasien diberi selimut. Penghangatan aktif diberikan sampai pasien
berada di fasilitas medis. Udara atau oksigen lembab hangat dapat diberikan
selama perjalanan ke fasilitas medis

c. Mungkin dibutuhkan obat-obatan, untuk melisiskan bekuan darah. Untuk


ganggren, diperlukan antibiotic dan mungkin amputasi.

d. Resusitasi jantung paru dapat diberikan apabila pasien mengalami fibrilasi


ventrikel.

e. Pasien dengan hipotermi sedang dapat diatasi dengan penghangatan pasif dengan
cara memindahkan dari lingkungan dingin dan menggunakan selimut kolasi.
Sedangkan pasien dengan hipotermi berat, sebaiknya dipantau dengan pulse
oxymetri.

f. Perhatikan jalan napas, pernapasan dan jantung. Bila tidak ada gangguan
kardiovaskuler, penghangatan aktif eksternal dapat diterapkan (radiasi panas,
selimut hangat, immersi air hangat dan obyek yang dihangatkan) dengan cairan
hangat IV dan oksigen yang dihangatkan.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pusat pengaturan suhu tubuh terletak di hipotalamus anterior dimana terdapat suatu
pusat kecil yang mengatur suhu tubuh. Masalah gangguan keseimbangan suhu tubuh
secara patologi dapat terjadi seperti hipertermi dan hipotermi. Hipertermi adalah
keadaan ketika suhu inti tubuh lebih dari 39oC. Pada hipertermi terjadi kenaikan suhu
tubuhyang tinggi yang biasanya dapat disebabkan oleh infeksi virus (peradangan),
penyakit atau trauma hipotalamus dan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga dapat
menyebabkan peningkatan suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi kegagalan
mekanisme pelepasan panas. Tanda dan gejala yang timbul pada hipertermi biasanya
suhu badan tinggi > 37,5 derajat celcius, turgor kulit kering, terasa kehausan, mulut
kering, nadi cepat, pernapasan cepat, dan anoreksia. Hipertermi dapat menimbulkan
komplikasi biasanya seperti heat cramps, heat exhaustion, dan heat stroke. Dalam
pengobatan medis hipertermi dapat diatasi dengan antibiotik dan antipiretik.

Sedangkan Hipotermi adalah penurunan suhu basal tubuh dibawah 35oC,


diakibatkan oleh lepasnya panas karena konduksi, konveksi, radiasi, atau transpirasi.
Penyebabnya bisa terjadi karena pemajanan terhadap suhu yang dingin dan lama,
pemberian produk darah dan proses penyakit. Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada
hipotermi antara lain kulit dingin, sianosis, hipotensi, konvusi, oliguria, keletihan, dan
menggigil. Tubuh menggigil adalah suatu respon potensial dan merupakan kegiatan
involunter dari otot- otot skeletal yang dicetuskan oleh hipotalamus untuk memproduksi
panas. Dengan menggigil, tonus otot meningkat sehingga menghasilkan panas dan
kebutuhan akan oksigen juga meningkat sekitar 300-400%.

10
B. Saran
1. Mahasiswa/i
Diharapakan kepada mahasiswa/i kebidanan dalam penyusunan makalah ini
dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran, mengingat kelompok
dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna karena dengan
semakin maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan untuk diharapkan pula
dapat dikembangkan kembali dalam penyusunan makalah berikutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2009. Prinsip dan Praktik Keperawatan Perioperatif .


Jakarta : EGC.

Billota, Kimberly A.J. 2014. Kapita Selekta Penyakit. Edisi 2.

Jakarta: EGC. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi.

Jakarta : EGC.

Davey, Patrick. 2006. Medicine At a Glance. Jakarta: PT Gelora Pratama.

Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna

Publishing Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.

Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai