Anda di halaman 1dari 35

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN AN.D DENGAN HIPERPIREKSIA DI


RUANG IGD RSUD SELE BE SOLU

Disusun Oleh :
KELOMPOK H
1. KHADIJA BATARA, S.Kep
2. RISKY PRATIWI, S.Kep
3. SHAFIRA ALMANDA, S.Kep
4. NUR HIKMA, S.Kep
5. ILONIA MILKA TAHAPARI, S.Kep
6. DALI KIWO, S.Kep

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (NERS)
SORONG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas berkat dan karunianya kami dapat menyelesaikan laporan seminar kasus pada
Stase Gadar dan Kritis di RSUD Sele Be Solu yang berjudul ―Konsep Dasar dan
Asuhan Keperawatan pada Pasien An.D Dengan Hiperpireksia Di Ruang IGD
RSUD Sele Be Solu‖.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan laporan kegiatan ini adalah untuk
memenuhi tugas akhir Stase Gadar Darurat. Selain itu, laporan ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Hiperpireksia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
ini. Kami menyadari, laporan yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini.

Sorong, 28 Februari 2024


Tim Penyusun

Kelompok H

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................. 3
A. Konsep Dasar Hiperpireksia ................................................................ 3
1. Definisi ............................................................................................. 3
2. Anatomi Fisiologi ............................................................................. 3
3. Klasifikasi Demam ........................................................................... 4
4. Etiologi ............................................................................................. 5
5. Manifestasi Klinis ............................................................................ 6
6. Patofisiologi ..................................................................................... 7
7. Pathway ............................................................................................ 8
8. Komplikasi ....................................................................................... 8
9. Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 9
10. Penatalaksanaan ............................................................................. 11
B. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................. 12
1. Pengkajian Keperawatan .............................................................. 12
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 14
3. Intervensi Keperawatan ............................................................... 14
4. Implementasi Keperawatan ........................................................... 17
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................... 18
BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................... 19
A. Pengkajian ........................................................................................... 19
B. Analisa Data ........................................................................................ 24
C. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 25
D. Rencana Tindakan Keperawatan......................................................... 26
E. Catatan Perkembangan........................................................................ 27
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 29
A. Kesimpulan ......................................................................................... 29
B. Saran .................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Febris/demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyaki-penyakit yang ditandai adanya demam dapat menyerang sistem
tubuh. Selain itu demam juga berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi (Sodikin, 2012).
Demam (pireksi) yaitu peninggian suhu tubuh di atas 38,3oC, sejak dahulu
sudah dikenal sebagai tanda penyakit. Penderita atau orang tua biasanya
menyamakan tingginya demam dengan beratnya penyakit. 30-35,8% alas an
kunjungan ke dokter adalah demam. Walaupun sebagian penderita dapat
menahan suhu tubuh antara 39,4oC - 40oC , demam dapat menimbulkan efek
yang merusak. Pada 3% anak yang berumur kurang dari pada 5 tahun terdapat
kejang demam, yang merupakan separuh daripada seluruh kejang pada
kelompok umur ini. Orang tua biasanya cemas bila anaknya demam karena
beranggapan bahwa tingginya suhu sejajar dengan gawatnya penyakit yang
diderita dan berusaha meminta pertolongan untuk pengobatan demamnya
(Santoso, 2016).
Keadaan demam yang lebih berat, yaitu hiperpireksi dimana suhu tubuh
lebih daripada 41,1oC atau 106oF, terdapat pada 0,476/1000 kasus demam.
Kenaikan suhu di atas 41oC sebenarnya jarang terjadi, oleh karena adanya set
point pengatur suhu yang diatur oleh hipotalamus di otak. Kenaikan suhu di
atas 41oC ini umumnya masih dapat ditoleransi oleh anak, kecuali anak yang
memang peka terhadap timbulnya kejang. Dalam keadaan kejang,
hiperpireksia menyebabkan kebutuhan untuk metabolisme yang lebih tinggi
dan memperburuk keadaan (Wardiyah et al., 2016).
Pengobatan hiperpireksia tidak selalu menyenangkan, efektif dan berguna,
kemungkinan juga berbahaya. Pengobatan yang rasionil memerlukan

1
pengertian yang baik tentang mekanisme pengaturan suhu tubuh, pathogenesis
dan patofisiologi demam serta pengetahuan tentang mekanisme pengobatan
yang dapat menurunkan suhu tubuh. Pengobatan yang ditujukan terhadap
penyakit yang menyebabkan hiperpireksi tentu saja tetap merupakan hal yang
utama (Wardiyah et al., 2016).

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang dapat di ambil dalam makalah yaitu ―Bagaimana
Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hiperpireksia
Diruang IGD RSUD Sele Be Solu ?.‖

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran terhadap
Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hiperpireksia
Diruang IGD RSUD Sele Be Solu.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Konsep Dasar Penyakit dengan Hiperpireksia.
b. Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Hiperpireksia

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Hiperpireksia


a. Definisi
emam adalah kondi i dimana uhu tubuh meningkat diata no mal
ebagai e pon da i timulu p ikologi timulu yang menyebabkan
akit apti . uhu badan no mal be ki a -37,5 C, ketika
meningkat bisa jadi keadaan tersebut disebabkan karena eak i tubuh
te hadap kuman infek i u anto . elain itu demam juga dapat
te jadi apabila anak keku angan cai an dalam tubuh u anto .
ipe pi ek ia endi i me upakan bagian da i demam dimana
meningkatnya uhu tubuh hingga lebih da i (Santoso, 2016).

b. Anatomi Fisiologi
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai
akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar
demam pada anak merupakan akibat dari peerubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan
adanya demam dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin
berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non
spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(Wardiyah, 2016).

Gambar 1.2 Anatomi Hipotalamus

3
Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di
depan nucleus interpedunkularis. Hipotalamus terletak pada anterior dan
inferior thalamus. Berfungsi mengontrol dan mengatur system saraf
autonom, pengaturan diri terhadap homeostatic, sangat kuat dengan emosi
dan dasar pengantaran tulang, sangat penting berpengaruh antara system
saraf dan endokrin. Hipotalamus juga bekerjasama dengan hipofisis untuk
mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu
tubuh melalui peningkatan vasokontriksi atau vasodilatasi dan
mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus
juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan. Sebagai pengatur
tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respons
emosional (rasa malu, marah, depresi, panik dan takut). Adapun fungsi
dari hipotalamus antara lain (Fauziyah, 2021) :
a. Mengontrol suhu tubuh
b. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin
c. Mengontrol asupan makanan
d. Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior
e. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran ASI
f. Berperan dalam pola perilaku dan emosi

c. Klasifikasi Demam
Demam diklasifikasikan menjadi akut, subakut dan kronik, dimana
penggolongan tersebut berdasarkan durasi terjadinya demam (Kapti,
2017):
a. Demam Akut yaitu demam yang terjadi kurang dari 7 hari dengan
karakteristik adanya penyakit infeksi seperti infeksi saluran napas atas
yang umum terjadi karena virus.
b. Demam subakut terjadi tidak lebih dari 2 minggu dengan karakteristik
yang dapat dilihat dari kasus demam tifoid dan adanya abses di organ
perut dalam/intraabdominal.

4
c. Demam kronik terjadi lebih dari 2 minggu contohnya pada kasus TBC
/ TB, infeksi virus seperti HIV, kanker, dan penyakit jaringan
penghubung seperti reumatoid artritis, lupus.
Jika didasarkan pada tingginya suhu tubuh dikategorikan sebagai
berikut (Kapti, 2017) :
Suhu Normal dan Demam (rektal/dubur)
o o
Suhu Tubuh Celcius Fahrenheit

Normal 37-38 98,6-100,4

Demam Ringan 38,1-39 100,5-102,2

Demam Sedang 39,1-40 102-104,0

Demam Tinggi 40,1-41,1 104,1-106,0

Hiperpireksia >41,1 >106,0

Hipotermia <35 >95

d. Etiologi
Menurut Sofwan (2010), mengatakan bahwa penyebab demam pada
anak yaitu adanya inflamasi atau peradangan, efek samping obat tertentu,
aktivitas fisik yang berlebihan dan lama berada di lingkungan terlalu panas
(Doloksaribu & Siburian, 2018). Selain itu demam merupakan akibat dari
kenaikan set point (oleh sebab infeksi), kenaikan tersebut dibentuk oleh
prostaglandin di hipotalamus (Ismoedijanto, 2016).
Penyakit penyebab demam pada anak saat suhu tubuh meningkat, kecil
kemungkinan bakteri atau virus dalam tubuh bisa bertahan. Itulah bentuk
pertahanan tubuh secara alami. Beberapa penyakit yang sering menjadi
penyebab demam pada anak di antaranya (Trifiana, 2020) :
a. ISPA
b. Infeksi telinga

5
c. Roseola Infeksi virus umum pada anak-anak yang dapat menyebabkan
demam tinggi dan ruam
d. Radang amandel
e. Infeksi saluran kemih
f. Infeksi saat mengalami cedera
g. Imunisasi

B. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya demam adalah :
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5oC – 40oC)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernafasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Menurut Soedarto (2019) Pada kasus Hiperpireksia penderita akan
mengalami tanda dan gejala sebagai berikut :
a. Penurunan kesadaran yaitu bisa dalam keadaan koma atau delirium
b. Sakit kepala
c. Pusing
d. Mudah mengantuk
e. Tidak bisa istirahat/anak rewel terus menerus
f. Mual dan muntah
g. Anoresia
h. Gangguan bicara dan menelan
i. Suhu tubuh > 41,1 oC
j. Kulit kering tidak berkeringat
k. Merasa kedinginan bahkan sampai menggigil
l. Dehidrasi hebat yang mengurangi produksi keringat

6
C. Patofisiologi
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, oleh
karena aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin
lancar. Namun kalau suhu terlalu tinggi (di atas 38,5 oC) pasien mulai
merasa tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri
organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga volume darah ke
ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung kaki/tangan teraba dingin. Demam
yang tinggi memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa
lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat. Suhu tubuh diatur oleh
hipotalamus melalui sistem umpan balik yang rumit. Hipotalamus karena
berhubungan dengan talamus akan menerima seluruh impuls eferen. Saraf
eferen hipotalamus terdiri atas saraf somatik dan saraf otonom. Karena itu
hipotalamus dapat mengatur kegiatan otot, kelenjar keringat, peredaran
darah dan ventilasi paru.
Keterangan tentang suhu bagian dalam tubuh diterima oleh reseptor di
hipotalamus dari suhu darah yang memasuki otak. Keterangan tentang
suhu dari bagian luar tubuh diterima reseptor panas di kulit yang
diteruskan melalui sistem aferen ke hipotalamus. Keadaan suhu tubuh ini
diolah oleh thermostat hipotalamus yang akan mengatur set point
hipotalamus untuk membentuk panas atau untuk mengeluarkan panas.
Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur suhu yang bekerja bila
terdapat kenaikan suhu tubuh. Hipotalamus anterior akan mengeluarkan
impuls eferen sehingga akan terjadi vasodilatasi di kulit dan keringat akan
dikeluarkan, selanjutnya panas lebih banyak dapat dikeluarkan dari tubuh.
Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bekerja
pada keadaan dimana terdapat penurunan suhu tubuh. Hipotalamus
posterior akan mengeluarkan impuls eferen sehingga pembentukan panas
ditingkatkan dengan meningkatnya metabolisme dan aktifitas otot rangka
dengan menggigil (shivering), serta pengeluaran panas akan dikurangi
dengan cara vasokonstriksi di kulit dan pengurangan keringat (Wardiyah et
al., 2016).

7
D. Pathway
Agen Infeksius Dehidrasi
Mediator
v Inflamasi

Tubuh Kehilangann Cairan


Monosit / Makrofag

Penurunan Cairan Intrasel


Sitokin Pirogen

Peningkatan Suhu Tubuh


Mempengaruhi Hipotalamus
Anterior
DEMAM Hipertermia

Aksi Antipiretik

Peningkatan
Evaporasi
Metabolisme Gangguan Rasa
Tubuh Meningkat Nyaman
Risiko
Ketidakseimbangan
Cairan Ph Tubuh
Metabolisme Rewel
Menurun
Meningkat

Anoreksia Cemas
Kelemahan Mual/Muntah

Difisit
Intoleransi Risiko Defisit
Pengetahuan
Aktivitas Nutrisi

(Sumber : Wardiyah et al., 2016, Watung et al., 2021)

E. Komplikasi
Berikut ini merupakan komplikasi dari hiperpireksia (Andriyani et al.,
2021) :
a. Dehidrasi : demam meningkat menyebabkan penguapan pada cairan
tubuh

8
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan Hiperpireksia menurut
Fauziyah (2021) yaitu :
a. Pemeriksaan Radiologis :
Foto thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga
harus diperiksa CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap,
termasuk kimia darah, serologi terhadap beberapa seromarker yang
ada, serta pemeriksaan imunologi, seperti ANA test untuk melihat
kemungkinan SLE.
b. Pemeriksaan Labolatorium :
1) Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk
penjajakan demam. Kalau dari darah dan urine rutin sudah dapat
menemukan penyebab demam, maka pemeriksaan lainnya hanya
untuk konfirmasi diagnostik atau untuk melihat kemungkinan
komplikasi. Banyak penyakit infeksi sudah bisa diketahui atau
sudah dapat diduga dengan pemeriksaan darah dan urine rutin dan
dikonfirmasi dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
cermat. Ada beberapa penyakit infeksi yang umum di Indonesia
dengan manifestasi demam dapat dibedakan dengan pemeriksaan
darah rutine dan mengenali jenis demamnya. Beberapa petunjuk
penting pada kasus demam akibat penyakit infeksi dan non infeksi
yang lazim ditemukan pada pemeriksaan darah rutin antara lain:
a) Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis, demam
tifoid, tuberkulosis, infeksi saluran kemih dengan batu
(biasanya disertai dengan hematuria), SLE, ITP, dan
malignansi.

9
b) Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti
DBD, chikungunya, demam tifoid, ITP, anemia aplastik.
c) Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria,
leptospirosis, leukemia (lebih dari 20.000).
d) Trombositopenia ditemukan pada DBD, chikungunya,
leptosopirosis, malaria, ITP, dan anemia aplastik.
e) Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti pada
diare akut, DBD
f) Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut
g) Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberkulosis
h) LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.
2) Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung.
Proteinuria ringan bisa dijumpai pada pasien demam dengan
berbagai sebab. Proteinuria juga dijumpai pada keadaan hematuria.
Gross hematuria sering dijumpai pada pasien leptospirosis, malaria
berat (Black Water Fever), batu saluran kemih, DBD, dan
kelainan hemostasis.
3) Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara
mikroskopik, dapat menemukan berbagai mikroorganisme
penyebab demam, seperti amuba, shigella, berbagai cacing usus,
dan berbagai jenis jamur. Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan
dengan kultur dan tes sensitivitas serta PCR. Bila diperlukan kultur
feses sesuai dengan mikroorganisme yang dicurigai sebagai
penyebab.
4) Kimia darah, seperti elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT,
dan lain-lain tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia
darah ditujukan untuk melihat fungsi organ dan gangguan
metabolik lain akibat penyakit yang mendasari atau akibat
komplikasinya, dan juga untuk menunjang diagnosis penyebab
demamnya. Misalnya, tuberkulosis selalu sebagai komplikasi
diabetes, gangguan fungsi ginjal terjadi pada Weil's diseases,

10
hiponatremia bisa terjadi pada malaria dan DBD, enzim
transaminase selalu meninggi pada DBD, leptospirosis dan
malaria.

G. Penatalaksanaan
Menurut (Wardiyah, 2016) terdapat pilihan penanganan farmakologis
dan non farmakologis untuk mengobati demam. Beberapa langkah yang
bisa dilakukan dengan tujuan mengatasi demam pada anak adalah:
a. Tindakan farmakologis
1) Paracetamol : Ialah suatu obat pilihan pertama yang dapat
diberikan kepada anak untuk menurunkan suhu tubuhnya. Adapun
porsi yang diberikan ialah berkisar 10-15 mg/kg dari total berat
badan anak bisa membuat suhu tubuhnya turun dalam waktu tidak
kurang dari setengah jam dengan puncak pada dua jam setelah
pemberian. Dalam waktu 3-4 jam, demam dapat kembali.
2) Ibuprofen : Obat anti radang dan penurun demam. Dapat diberikan
ulang dengan jarak enam hingga delapan jam dari porsi yang
diberikan sebelumnya. Dalam hal ini, untuk menurunkan suhu
panas bisa mencapai dengan porsi 5 mg/kg dari total berat badan
anak.
3) Diazepam supositoria, pemberian obat ini dapat diberikan pada saat
demam disertai dengan kejang dengan dosis:
a) 5 mg untuk anak < 3 tahun, 7,5 mg anak lebih dari 3 tahun
b) 4 mg dengan BB < 10kg, 10 mg untuk berat badan > 10 kg
b. Tindakan non farmakologis
Apabila kondisi demam tidak segera ditangani, maka keselamatan
anak dapat terganggu yang dapat menyebabkan risiko komplikasi
seperti kejang serta penurunan kesadaran anak (Wardiyah et al., 2016).
Dalam hal ini, dapat dilakukan tindakan non farmakologis diantaranya
(Linawati dkk, 2019) :
1) Monitoring tanda vital, asupan dan pengeluaran

11
2) Memberikan minum ASI yang banyak
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres air hangat

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien untuk mengumpulkan
informasi (Watung et al., 2021). Dalam pengkajian hiperpireksia pada
anak meliputi kaji:
a. Identitas mencakup nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur, jenis
kelmain, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis,
identitas tanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : Penderitaa biasanya datang ke rumah sakit dengan
demam tinggi dan biasanya disertai dengan kejang. Seperti anak
tidak mau makan, badan panas sampai suhu diatas batas normal.
2) Riwayat Kesehatan terkini
a) Peningkatan suhu tubuh menyebabkan menggigil dan biasanya
disertai kejang.
b) Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, lemas
c) Nyeri otot dan sendi
d) Mengalami sembelit dan diare
e) Mukosa mulut kering, gusi berdarah, lidah kotor
f) Batuk ringan
g) Mata sakit, sering meneteskan air mata dan merasa fotofobia
h) Ruam kulit
i) Perdarahan kulit/ petekie, ekimosis, hematoma, dan pendarahan
lain seperti epitaksis, hematemesis, hematria, atria, melenan
3) Riwayat kesehatan masalalu : Riwayat penyakit yang sama atau
penyakit yang pernah diderita oleh klien.

12
4) Riwayat kesehatan keluarga : Penyakit yang pernah diderita oleh
keluarga baik itu penyakit keturunan, penyakit menular ataupun
penyakit yang sama.
5) Kebutuhan dasar
a) Makanan dan minuman Biasa klien dengan febris mengalami
nafsu makan, dan susuh untuk makan sehingga kekurang
asupan nutrisi.
b) Pola tidur Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk
tidur karena klien merasa gelisah dan berkeringat.
c) Pola kebersihan diri
d) Eliminasi Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air
besar dan juga bisa mengakibatkan terjadi konsitensi BAB
menjadi cair.
6) Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15 — 13,
berat badan serta tinggi badan
b) Tanda — tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya >
37,5°C, nadi > 80 x/menit
c) Kepala dan leher : Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau
tidak
d) Kulit, rambut, kuku : Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada
gangguan / kelainan.
e) Mata : Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
f) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut : Bentuk, kebersihan,
fungsi indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya pada
klien dengan febris mukosa bibir klien akan kering dan pucat.
g) Thorak dan abdomen : Biasa pernafasan cepat dan dalam,
abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan bising usus
bising usus normal pada bayi 3 - 5 x/menit.
h) Sistem respirasi : Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan
dalam.

13
i) Sistem kardiovaskuler : Pada kasus ini biasanya denyut pada
nadinya meningkat.
j) Sistem muskuloskeletal : Terjadi gangguan apa tidak.
k) Sistem pernafasan : Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang
tertinggal / gerakan nafas dan biasanya kesadarannya gelisah,
apatis atau koma.
7) Data penunjang : Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine,
feses, darah, dan biasanya leokosit nya > 10.000 ( meningkat ),
sedangkan Hb, Ht menurun. Data pengobatan Biasanya diberikan
obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien, seperti
ibuprofen, paracetamol (Yahya, 2018).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien demam menurut
(SDKI, 2017):
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
d. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien (D.0032)
e. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan faktor
meabsorbsi (D.0036)

3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan pada pasien demam menurut (SLKI, SIKI.,
2018):
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
termoregulasi membaik (L.14134), dengan
Kriteria Hasil :
- Suhu menurun 36,5- ˚ pada klien bayi

14
- Tidak terjadi kejang berulang
- Nadi 110-120x/menit pada klien (bayi)
- Respirasi 30-40x/menit(bayi)
- Kesadaran composmetis
2) Intervensi : Manajemen Hipertermi (I.15506)
Observasi :
a) Identifikasi penyebab hipertermi (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubasi)
b) Monitor suhu tubuh
c) Monitor kadar elektrolit
d) Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik :
a) Sediakan lingkungan yang dingin
b) Longgarkan atau lepaskan pakaian
c) Berikan cairan oral
d) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis
e) Pemberian kompres hangat pada dahi, leher, dada, abdoment,
atau aksila.
Edukasi:
a) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
a) Kolaborasi pemberian cairan dn elektrolit intravena,jika perlu
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111)
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat pengetahuan meningkat (L.12111), dengan
Kriteria Hasil :
- Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang penyakit yang
di derita klien meningkat.
- Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun

15
- Persepsi yang keliru terhadap penyakit menurun
2) Intervensi : Edukasi kesehatan (I.12383)
Observasi :
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Identifkasi faktor-faktor yang meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik:
a) Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
b) Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
a) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
b) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menignkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
toleransi aktivitas meningkat (L.05047), dengan
Kriteria Hasil :
- Kelemahan menurun
- Frekuensi nasi membaik
2) Intervensi : Manajemen Energi (I.05178)
Observasi:
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
b) Monitor kelemahan fisik dan emosional
c) Monitor pola dan jam tidur
d) Monitor lokasi dan kenyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik:
a) Sediakan lingkungan nyaman dan reencah stimulus.
b) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan.

16
Edukasi:
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolabirasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
d. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien (D.0032)
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
nutrisi membaik (L.03031), dengan
Kriteria Hasil :
- Keinginan minum membaik
- Kesulitan makan menurun
- Pola makan meningkat
2) Intervensi : Manajemen nutrisi (I.03119)
Observasi:
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi makanan yang disukai
c) Monitor asupan makanan
Terapeutik:
a) Berikan ASI eksklusif
Edukasi:
a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antlemetik), jika perlu
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu.

17
e. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan faktor
meabsorbsi (D.0036)
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan meningkat (L.03020), dengan
Kriteria Hasil :
- Kekuatan nadi membaik
- Frekuensi nadi membaik
- Suhu tubuh membaik
2) Intervensi : Manajemen cairan (I.03098)
Observasi:
a) Monitor status dehidrasi
Trapeutik :
b) Catat intake-output dan hitung balance cairan24 jam
c) Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
d) Berikan cairan intravena
Kolaborasi :
e) Kolaborasi pemberian cairan oralit dan zinc

4. Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan
keperawatan perawat berfokus pada keseimbangan fisiologis dengan
membantu pasien dalam keadaan sehat maupun sakit sehingga dapat
menigkatkan kualitas hidup pasien. Jenis tindakan yang telah disusun pada
tahap perencanaan. Pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri,
saling ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan rujukan/
ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang
sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai dengan
kondisi saat ini (Desmawati, 2019).

18
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap pelaksanaan. Tujuan evaluasi yaitu mengakhiri rencana
tindakan keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan,
meneruskan rencana tindakan keperawatan (E.A Septia Rizki, 2017).

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)


IDENTITAS PASIEN
PRATIK KEPERAWATAN GADAR Inisial Pasien : An. D
DAN KRITIS
PROGRAM PROFESI NERS No. RM : 00189886
KEPERAWATAN STIKES PAPUA Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 13 Maret 2023
Umur : 11 bulan 22 hari
Alamat : Jln Kilang
Agama : Islam
Diagnosa Medis :
Tanggal Masuk RS : 20-02-2024 Hiperpireksia + febris H-6 ec susp
Tanggal Masuk IGD : 20-02-2024 malaria dd dengue + Diare cair akut
Tanggal Pengkajian : 20-02-2024
Hari Rawat : 1 hari
Sumber Data : Keluarga/Lainnya: Rekam Medis

Kategori ATS Maksimum Waktu Tunggu Keterangan


KATEGORI 1 Segera Resusitasi
KATEGORI 2 10 Menit Emergency/ Gawat Darurat
KATEGORI 3 30 Menit Urgent/Darurat
 KATEGORI 4 60 Menit Semi Darurat
KATEGORI 5 120 Menit Tidak Gawat Tidak Darurat

PRIMARY SURVEY
AIRWAY BREATHING
Bebas - RR 24 kali/menit
Tidak bebas : Pangkal lidah jatuh Sputum - Pola nafas : Pola napas Normal
- Saturasi oksigen perifer: 99%
Terintubasi Suara Nafas :  Normal - Bunyi Nafas:  Vesikuler
Gurgling Tidak ada suara nafas - Irama Nafas:  Reguler
- Penggunaan Otot Bantu Nafas:  Tidak
Lain-lain: tidak terdapat batuk dan sumbatan pada ada
jalan napas - Pergerakan Dada:  Simetris
- Lain-lain: pernapasan tampak normal

20
CIRCULATION
- Palpasi Nadi :  Teraba Adanya riwayat kehilangan cairan dalam
- Frekuensi Nadi :188x/menit
jumlah besar:
- Irama :  Reguler
- Kekuatan :  Lemah Ibu An.D mengatakan An.D sempat BAB
- Akral :  Hangat
cair ± 3 kali sejak kemarin sebelum di bawa
- Suhu tubuh : 41.1 °C
- Pucat :  Ya ke RS, pada saat di berikan makanan An.D
- Konjungtiva : Tidak tampak Anemis
tampak memuntahkan makanan yang di
- Cyanosis :  Tidak
- Kelembaban Kulit : Lembab, berikan.
- Turgor :  Normal

DISABILITY EXPOSURE
Nilai GCS: E= 4 V= 5 M= 6
Penilaian Deskripsi Skor
Mata Membuka mata dengan spontan 4
Membuka mata dengan perintah 3
Membuka mata dengan nyeri 2
Tidak membuka mata 1
Motorik Bergerak mengikuti perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
 Kenyamanan nyeri
Menghindari nyeri 4
Fleksi abnormal (dekortikasi) 3
Ekstensi abnormal (Deserebrasi) 2
Tidak ada respons 1
0 : Tidak Nyeri 1-3 :Nyeri Ringan
Verbal Mampu berbicara dengan 5 4-6 : Nyeri Sedang 7-10 : Nyeri Berat
normal
Disorientasi 4 Nyeri : Tidak terdapat nyeri
Berkata-kata namun tidak jelas 3 P:
Mengerang/merintih 2
Tidak bersuara sama sekali 1 Q:
Total Skor 15 R:
S :
Keterangan nilai GCS : Compos Mentis
15-14 = Compos Mentis 9-7 = Somnolen T :
13-12= Apatis 6-5 = Sopor Faktor pemicu/yang memperberat :
11-10= Delirium 4 = Semi koma
3 = Koma Faktor yang mengurangi/menghilangkan nyeri
Respon Cahaya : Positif :
Pupil:  Isokor

21
SECONDARY SURVEY
1. Keluhan saat masuk rumah sakit/mekanisme kejadian
Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu, demam tidak kunjung
menurun dan naik turun ketika diberikan paracetamol. Pasien juga sempat BAB cair ampas(+)
lendir (-) darah (-) sebanyak 3 kali sehari sebelum dibawah ke IGD RSUD Sele Be Solu. pasien
juga tampak menolak / memuntahkan makanan dan tidak mau makan ketika diberikan makanan.

2. Riwayat Penyakit/ Pengobatan


Pasien sudah berobat ke klinik bintang timur. dengan hasil pemeriksaan laboratorium lgM anti
dengue (+), Dari hari pertama sampai hari ke 5 telah diberikan paracetamol ketika suhu tubuh
meningkat.
3. Riwayat Alergi
Riwayat alergi:
Tidak ada alergi makanan ataupun obat-obatan.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bentuk kepala simetris, teraba panas pada kepala an.D

b. Wajah dan leher : Wajah pasien tampak lemas dan lesu

c. Dada
Inspeksi : Simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada dada
Perkusi : -
Auskultasi : terdengar bunyi napas vasikuler

d. Abdomen : tidak terdapat nyeri pada perut

e. Ekstremitas dan kulit : akral teraba hangat.


f. Genital dan Anus : tidak terdapat masalah

5. Kondisi Psikologis
An.D tampak rewel

6. Pengkajian Sosial, Ekonomi dan Spiritual


Ibu An.D mengatakan tidak terdapat masalah ekonomi pada keluarga,
agama yang dianut adalah agama islam.

22
Penilaian National Early Warning Score (NEWS)

Parameter Skor
Fisiologis 3 2 1 0 1 2 3
Pernafasan <8 9-11 12-20  21-24
Saturasi Oksigen 91 92-93 94-95 ≥9 
Alat Bantu Nafas Tidak 
Suhu ≤ 35.0 35.1-36.0 36.1-38.0 38.1-39.0 ≥ 9. 

Tekanan Darah ≤9 - 100 101-110 111-219 ≥


Sistolik
Nadi ≤ 41-50 51-90 91-110 - ≥ 
130
Tingkat Kesadaran A V,P,U
Total Skor 5 sedang

Keterangan:
0-1 : Normal (Hijau) 4-6 : Sedang (Orange)
2-3 : Rendah (Kuning) ≥ : Tinggi (Merah)

23
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hematologi Paket

Hemoglobin 9.9 g/dL 14-17.4

Hematokrit 29,9 % 41.5-50.4

Eritrosit 4,19 106/uL 4.4-5.9

MCH 23,6 Pg 27-32

MCV 71,4 fL 76-96

MCHC 33.1 g/dL 29-36

Leukosit 21,4 103/uL 4.4-11.3

Trombosit 258 103/uL 150-400

RDW 12.8 % 11.6-14.8

MPV 10.3 fL 4.00-11.00

PDW 12.9 10.0-18.0

TERAPI / PENGOBATAN

1. Pemasangan cairan Infus D5 ¼ NS 800 cc / 24 jam


2. IVFD PCT drips 80 mg/ 6 jam kalau pasien demam
3. Pemberian oral oralit 1 sach dalam 50-1—cc air/diare
4. Pemberian obat Zinc 1 x 20 mg

24
ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Masalah


Keperawatan
1 Data subjektif : Proses penyakit agen infeksius
Hipertermia
- Ibu An.d mengatakann pasien demam sejak
Mediatas Inflamasi (D.0130)
5 hari yang lalu
Monosit / Makrofag
- Ibu An d mengatakan demam turun,.
demam turun ketika diberikan paracetamol Sitokin Pirogen
tetapi beberapa jam kemudian demam
Mempengaruhi Hipotalamus
kemabali naik arterior
Data Objektif :
Demam
- Badan teraba hangat
- Akral teraba hangat
- Anak tampak rewel
- Vital sign :
SB: 41,1°C
RR : 24 x/menit
SpO2 : 99%
N : 188 x/menit
2 Data subjektif : Aksi antipiretik
Risiko
- Ibu An D mengatakan anaknya lemas
Demam Ketidakseimbangan
- Ibu An D mengatakan anaknya sebelum Cairan
Peningkatan evoporasi
masuk RS sempat BAB 3X cair ampas (D.0036)
- Ibu An.D mengatakan anak muntah Risiko ketidakseimbangan
cairan
kertika diberikan makanan
Data Objektif :
- An D tampak lemas
- Hasil pemeriksaan Hemoglobin : 9,9 g/dL
- Hematokrit : 29.9 %

25
3 Data subjektif : Demam Risiko Defisit Nutrisi
- Ibu An.D mengatakan anak muntah (D.0032)
Metabolisme tubuh meningkat
kertika diberikan makanan
pH berkurang
- Ibu An.d mengatakan napsu makan anak
menurun saat sakit BB saat sakit =7,8 kg Anoreksia
BB sebelum sakit = 8,3 kg
Intake nutrisi tidak adekuat
- Ibu An.D mengatakan anak rewel dan
tidak mau makan
- Ibu An D mengatakan anaknya sebelum
masuk RS sempat BAB ± 3x cair ampas
- Ibu An.D mengatakan An.D hanya minum
susu formula dan ASI
Data Objektif :
- Anak tampak menolak ketika disuap
makanan
- Anak tampak lemas dan lesu

DIAGNOSA KEPERAWATAN

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit agen infeksius, ditandai


dengan peningkatan suhu tubuh, akral teraba hangat, takikardi, kulit terasa
hangat.
3. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan faktor mabsorbsi
ditandai dengan muntah ketika diberikan makan, diare.
4. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrien ditandai dengan demam ditandai dengan anoreksia, nafsu makan
menurun, diare.

26
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Intervensi
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
1 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia (I15506)
. berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Identifikasi penyebab
proses penyakit agen diharapkan termoregulasi hipertermia
infeksius, ditandai membaik, dengan kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh
dengan peningkatan 1. Suhu tubuh membaik 3. Menganjurkan kepada keluarga
suhu tubuh, akral 2. Suhu kulit membaik untuk
teraba hangat. 3. Kulit merah menurun 4. Anjurkan ganti baju setiap / lebih
sering jika mengalami
hiperhidrasi (keringat berlebih)
5. Anjurkan longgarkan atau
lepaskan pakaian
6. Kolaborasi dalam pemberian
intravena dan pemberian
antipiretik
Risiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan (I.03098)
2
ketidakseimbangan keperawatan selama 1x8 jam 1. Monitor status hidrasi
cairan berhubungan diharapkan status cairan 2. Catat intake-output dan hitung
dengan faktor membaik dengan kriteria hasil : balence cairan 24 jam jika perlu
mabsorbsi ditandai 1. Kekuatan nadi meningkat 3. Berikan asupan cairan sesuai
dengan muntah ketika 2. Frekuensi nadi membaik kebutuhan
diberikan makan, 3. Suhu tubuh membaik 4. Berikan cairan intravena
diare 5. Kolaborasi pemberian cairan
oralit dan zinc.
3 Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi ( I.03119)
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 8 jam 1. Indentifikasi status nutrisi
ketidakmampuan diharapkan fungsi 2. Anjurkan makan sedikit tapi
mengabsorpsi nutrien gastrointestinal membaik, sering
ditandai dengan dengan kriteria hasil : 3. Berikan edukasi kepada orang

27
demam ditandai 1. Muntah menurun tua untuk meningkatkan nutrisi
dengan anoreksia, 2. Nafsu makan membaik supaya ASI yang dihasilkan
nafsu makan 3. Toleransi terhadap makanan berkualitas untuk anak
menurun, diare meningkat.

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/ No Dx Implementasi Evaluasi


Tanggal
Selasa, 20 DX Manajemen hipertermia S : Ibu mengatakan demam
Februari 1 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia berkurang
2024
Hasil lab Leukosit 21.4 O:
2. Momonitor suhu tubuh - Setelah diberikan
paracetamol drip suhu tubuh
Sebelum diberikan paracetamol: pukul
= 38,9 ° C
09:35 = 4 0 , 1 ° C
3. Menganjurkan ibu untuk manggantikan A: masalah belum teratasi
pakaian anaknya dengan yang lebih P : intervensi di lanjutkan di
tipis ketika pasien mengalami keringat ruangan rawat inap.
berlebih
4. Manganjurkan ibu untuk melepaskan /
menggunakan pakaian anaknya yang
lebih longgar
5. Memberikan cairan melalui cairan ivfd
paracetamol drip 80 mg/6 jam
Selasa, 20 DX Manajemen cairan (I.03098) S : Ibu An.D mengatakan
Februari 2 anaknya lemas
1. Mencatat intake-output dan hitung
2024
balence cairan 24 jam jika perlu O:
2. Memberikan asupan cairan sesuai - Mencatat balence cairan
Input : cairan IVFD 306
kebutuhan Berikan cairan intravena
ml/9 jam
3. Melakukan kolaborasi dalam Obat- obatan 100 ml
pemberian oralit dan zinc. Makan/minum sufor dan
ASI
Output : urine (pampers)

28
- Akral teraba hangat
- Turgor kulit lembab
- Nadi 172 x/menit
- Suhu badan 38,9 oC
- Meberikan oralit dan zinc
- Hasil laboratorium:
Hemoglobin : 9.9 g/dL
Hematokrit : 29,9 %

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
diruangan rawat inap

Selasa, 20 DX Manajemen Nutrisi S: Ibu mengatakan An.D belum


Februari 3 mau makan, hanya minum susu
1. Mengidentifikasi status nutrisi
2024 formula dan ASI
2. Menganjurkan kepada ibu untuk
memberikan makanan sedikit tapi O:
sering - Pemberian obat oralit 1
sachet
3. Memberikan edukasi kepada orang tua - An D tampak belum mau
untuk meningkatkan nutrisi supaya ASI makan hanya mau minum
yang dihasilkan berkualitas untuk anak susu formula dan ASI

A : masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan di
ruangan rawat inap.

29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fisiologis organ tubuh pada balita sangat dipengaruhi oleh peningkatan
suhu tubuh. Hal ini dapat terjadi sebab luas permukaan tubuh balita yang
memang lebih kecil daripada tubuh orang dewasa, yang menyebabkan
perbedaan organ tubuh didalamnya (ketidakseimbangan). Di samping itu,
mekanisme untuk mengontrol suhu dalam tubuh balita juga belum sepenuhnya
matang yang mana menimbulkan kondisi cepatnya tubuh balita dalam hal
perubahan suhu sebagai respon tubuh terhadap lingkungan disekelilingnya.
Dengan kata lain, tubuh balita rentan mengalami demam. Adapun apabila
kondisi tubuh mengalami demam ataupun suhu tubuh mengalami peningkatan
cukup tinggi serta tidak kunjung diatasi, maka kekhawatiran yang perlu untuk
diwaspadai ialah kondisi tersebut akan membuat penderita mengalami latergi,
kekurangan cairan dalam tubuh, nafsu makan menurun yang berdampak pada
kurangnya asupan gizi dalam tubuh, hingga pada kondisi tertentu penderita
akan mengalami kejang yang dapat mengancam keberlangsungan hidup bagi
penderita itu sendiri (Mulyani 2020).

B. Saran
Dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Hiperpireksia
serta masalah yang ditimbulkannya. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di kemudian hari.

30
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, S., Windahandayani, V. Y., Damayanti, D., Faridah, U., & Sari, Y. I.
P. dkk. (2021). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yayasan Kita Menulis.
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_pada_Anak
/tyA5EAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=Hidrosefalus+adalah&pg=PA173
&printsec=frontcover
Doloksaribu, T. M., & Siburian, M. (2018). Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan
Demam Pada Anak Balita (1-5 Tahun) Di Rsu Fajar Sari Rejo Medan
Polonia Tahun 2016. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst,
Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 11(3), 213–216.
https://doi.org/10.36911/pannmed.v11i3.103
Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat
terhadap penunrunan suhu tubuh anak demam usia 1 — 3 tahun di
SMC RS Telogorejo Semarang. Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id
Ismoedijanto, I. (2016). Demam pada Anak. Sari Pediatri, 2(2), 103.
https://doi.org/10.14238/sp2.2.2000.103-8
Kapti, R. E. (2017). Perawatan Anak Sakit Di Rumah. UB Press.
https://www.google.co.id/books/edition/Perawatan_Anak_Sakit_di_Ruma
h/sYtSDwAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=hiperpireksia&pg=PA33&prints
ec=frontcover
Santoso, D. (2016). Pemeriksaan Klinik Dasar (1st ed.). Airlangga University
Press.
https://books.google.co.id/books?id=1KXIDwAAQBAJ&pg=PA27&dq=p
emeriksaan+tekanan+darah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjAr92Dl5znAh
XQfX0KHddJDVAQ6AEINjAC#v=on epage&q=pemeriksaan tekanan
darah&f=false
Soedarto. (2019). Sinopsis Kedokteran Tropis. Airlangga University Press.
https://www.google.co.id/books/edition/Sinopsis_Kedokteran_Tropis/xNq
0DwAAQBAJ?hl=e n&gbpv=0

31
Suranto, dr. A. (2011). Jangan Panik Bunda. Penebar plus.
https://www.google.co.id/books/edition/Jangan_Panik_Bunda/0woU51wtq
BUC?hl=en&gbpv =1&dq=hiperpireksia&pg=PA43&printsec=frontcover
Trifiana, A. (2020). 7 Penyakit yang Kerap Jadi Penyebab Demam pada Anak.
Sehat.https://www.sehatq.com/artikel/penyakit-yang-kerap-jadi-penyebab-
demam-pada-anak.
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:
Mediaction
PPNI Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III)
1 ed.). Jakarta: DPP PPNI
PPNI Tim Pokja SDKI DPP. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI Tim Pokja SLKI DPP. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan
Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami demam
Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan –
Volume 4, No. 1, 45. Diakses dari
Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94
Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan Febris Di
Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinnggi Tahun 2018
Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46%20siska%20damayanti.

32

Anda mungkin juga menyukai