Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK SAKIT DENGAN

PENYAKIT KEJANG DEMAM

DISUSUN OLEH :
1. NOVI NURMAYANTI (201601013)
2. NADIVA MAYRIZANTI (201601032)
3. NUR AMALINA SAFITRI (201601033)
4. INDAH SOLIHAT (201601052)
5. GRESIANA STEFANI (201601053)
6. BASILIANUS SUNDOYO (201601108)
2B KEPERAWATAN (KELOMPOK 5)

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KELUARGA
TAHUN AJARAN 2017/2018
BEKASI TIMUR
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Ulkus
Peptikum”.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak menemukan kesulitan tapi dengan adanya
bimbingan dan pengarahan yang baik dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ns. Yeni Iswari, S.Kep,
M.Kep, Sp. Kep Anak selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
dalam membimbing kami selama penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi bentuk maupun penyajiannya. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dan lebih peningkatan kualitas untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kelompok dan
tingkat dua keperawatan.

Bekasi, 18 Maret 2018

Kelompok

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................4
1.2. Tujuan Penulisan........................................................................................................................4
1.3. Metode Penulisan.......................................................................................................................5
1.4. Sistematika Penulisan.................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...............................................................................................................................6
2.1. Konsep Penyakit.........................................................................................................................6
2.1.1. Definisi................................................................................................................................6
2.1.2. Etiologi................................................................................................................................6
2.1.3. Manifestasi Klinis................................................................................................................6
2.1.4. Patofisiologi.........................................................................................................................7
2.1.5. Komplikasi..........................................................................................................................7
2.1.6. Penatalaksanaan...................................................................................................................7
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................................................8
2.2. Konsep Tumbuh Kembang Anak................................................................................................8
2.3. Konsep Hospitalisasi pada Anak...............................................................................................10
2.4. Konsep Asuhan Keperawatan...................................................................................................10
2.4.1. Pengkajian.........................................................................................................................10
2.4.2. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................11
2.4.3. Rencana Keperawatan........................................................................................................12
2.4.4. Pelaksanaan.......................................................................................................................15
2.4.5. Evaluasi.............................................................................................................................15
BAB III................................................................................................................................................16
PENUTUP...........................................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................16
3.2. Saran.........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38°C) yang di sebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 2005).

Kejadian kejang demam di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat.
Sedangkan di negara-negara asia jumlah penderita kejang demam penderitanya lebih tinggi
lagi. Sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami kejang kompleks yang harus
ditangani di perkirakan 2-4% dalam 25 tahun terakhir lebih teliti. (Haryono, 2012)

Di Indonesia terdapat 5 ( 6,5% ) di antara 83 pasien kejang demam menjadi epilepsi,


penanganan kejang demam harus tepat, sekitar 16% anak akan mengalami kekambuhan
dalam 24 jam pertama walaupun ada kalanya belum bisa dipastan (Haryono, 2012).

Penulis sebagai calon-calon petugas kesehatan mengangkat materi asuhan keperawatan


pada klien anak sakit dengan penyakit kejang demam agar nantinya penulis sebagai perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien

1.2. Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu memahami konsep penyakit dan konsep asuhan
keperawatan pada klien anak sakit dengan penyakit kejang demam
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa/i mampu memahami :
1) Definisi kejang demam
2) Etiologi kejang demam
3) Manifestasi klinis kejang demam
4) Patofisiologi kejang demam
5) Komplikasi kejang demam
6) Penatalaksanaan kejang demam
7) Pemeriksaan penunjang kejang demam
8) Konsep tumbuh kembang anak
9) Konsep hospitalisasi pada anak

4
10) Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit kejang demam

1.3. Metode Penulisan


Penulisan makalah ini menggunakan metodologi Library Reseacrh, yaitu dengan cara
mengkaji atau mencari informasi melalui buku atau artikel-artikel yang terkait dengan
pembahasan makalah.

1.4. Sistematika Penulisan


BAB I berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II berisi tentang definisi kejang demam, etiologi kejang demam, menifestasi
klinis kejang demam, patofisiologi kejang demam, komplikasi kejang demam,
penatalaksanaan kejang demam, pemeriksaan penunjang kejang demam, konsep tumbuh
kembang anak, konsep hospitalisasi pada anak, serta asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit kejang demam
BAB III berisi tentang kesimpulan dan saran

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Penyakit


2.1.1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang timbul akibat kenaikan suhu tubuh yang
disebabkan suatu proses ekstrakranial (Lumbatobing, 2007).

Kejang demam atau adalah bangkitan kejang yang terjadi febrile convulsion pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang di sebabkan oleh proses ekstrakranium
(Ngastiyah, 2005).

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38°C. Yang
di sebabkan oleh suatu proses ekstrakranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun.
Sedangkan usia <4 minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori
ini. (Ridha, 2014).

2.1.2. Etiologi
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam:

1. Umur.
2. Kenaikan suhu tubuh, biasanya berhubungan dengan penyakit saluran nafas bagian
atas, radang telinga tengah, radang paru-paru, gastroenteritis dan infeksi saluran
kemih. Kejang dapat pula terjadi pada bayi yang mengalami kenaikan suhu sesudah
vaksin terutama vaksin pertusis.
3. Faktor genetik.
4. Gangguan sistem saraf pusat sebelum dan sesudah lahir.

2.1.3. Manifestasi Klinis


1. Suhu tubuh > 38oC.
2. Serangan kejang biasanya berlangsung singkat.
3. Sifat bangkitan dapat berbentuk:
a) Tonik: mata keatas, kesadaran hilang dengan segera, bila berdiri jatuh kelantai
atau tanah, kaku, lengan fleksi, kaki/ kepala/ leher ekstensi, tangan
melengking, apneu, peningkatan saliva.

6
b) Klonik: gerakan menyentak kasar pada saat tubuh dan ekstremitas berapa pada
kontraksi dan relaksasi yang berirama, hipersalivasi, dapat mengalami
inkontonensia urin dan feses.
c) Tonik dan klonik.
d) Akinetik: tidak melakukan gerakan.
4. Umumnya kejang berhenti sendiri, anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa
adanya kelainan saraf.

2.1.4. Patofisiologi
Kelangsungan hidup sel atau organ otak memerlukan energi yang merupakan hasil
metabolisme. Pada keadaan demam metabolisme dan kebutuhan oksigen terjadi peningkatan.
Pada anak kebutuhan sirkulasi ke otak lebih besar dibandingkan orang dewasa. Oleh karena
itu kondisi perbedaan potensial membran tergantung akan terjadi lebih besar pada anak
dibandingkan pada orang dewasa sebagai dampak terganggunya metabolisme. Dampak dari
terganggunya potensial membran akan menyebabkan terjadinya pelepasan muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya
dengan bantuan neurotransmiter sehingga menimbulkan kejang.

2.1.5. Komplikasi
Menurut Wong (2008) pada anak yang mengalami kejang demam pernah terlihat
sebagai serangan lanjutan kejang demam sepert resiko defisit neurologik, epilepsi, retardasi
mental atau perubahan perilaku.

2.1.6. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2005) dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang
perlu di kerjakan yaitu memberantas kejang secepat mungkin, pengobatan penunjang,
memberikan pengobatan rumat, dan mencari dan mengobati penyebab.
1. Memberantas kejang, diazepam dapat di berikan oleh siapa saja yang mengetahui
dosis nya. Dosis sesuai dengan dengan berat badan ialah berat kurang dari 10 kg
sebesar 5 mg, berat lebih dari 10 kg sebesar 10 mg dalam rektal. Bila kejang tidak
berhenti lagi setelah 15 menit berikan lagi secara intravena dengan dosis 0,3 mg/kg
BB.
2. Pengobatan penunjang, semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring
untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas bebas untuk menjamin

7
kebutuhan oksigen, fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan
dan fungsi jantung diawasi secara ketat.
3. Pengobatan rumat, lanjutan pengobatan rumat tergantung daripada keadaan pasien.
Pengobatan – pengobatan ini di bagi atas dua bagian yaitu pengobatan profilaksis
intermiten dan pengobatan profilaksis jangka panjang.
1). Profilaksis intermiten, untuk mencegah terulangnya kejang demam kembali di
kemudian hari, pasien yang di berikan kepada anak yang menderita kejang
demam sederhana di berikan obat obat campuran antikonvulsan dan anti
piretika. Antikonvulsan yang di berikan ialah fenobarbital dengan dosis 4-5
mg/kg BB/hari. Obat antipiretik yang di berikan misalnya aspirin, dosis yang
di berikan 60mg/tahun/kali, sehari diberikan 3 kali.
2). Profilaksis jangka panjang, berguna untuk menjamin tepatnya dosis terapeutik
yang stabil dan cukup didalam darah pasien untuk menvcegan terulangnya
kejang dikemudian hari.
4. Mencari dan mengobati penyebab, Pemberian antibiotik, antipiretik yang adekuat
perlu untuk mengobati penyakit tersebut. Secara akademis pasien kejang demam
yang datang untuk pertama kali sebaiknya dilakukan fungsi lumbal untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi didalam otak misalnya
meningitis.

2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik


1. Lumbal punksi.
2. Laboratorium, pemeriksaan darah rutin, kultur urin, dan kultur darah.
3. Bila perlu CT scan kepala dan EEG.

2.2. Konsep Tumbuh Kembang Anak


Konsep Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Usia 0 - 12 bulan
1. Pertumbuhan
Antara usia 6 dan 12 bulan berat bayi bertambah 341 gr/bulan. Berat lahir bayi
meningkat 3 kali lipat saat berusia 12 bulan. Berat badan rata-rata bayi usia 12 bulan
adalah 9,8 kg. Munculnya gigi seri tengah mandibular primer.

8
Perkembangan motorik kasar bangkit lalu duduk, bangkit untuk berdiri dan berdiri
tanpa pegangan. Perkembangan motorik halus dengan membentuk dua kubus
memegang dengan ibu jari dan jari, dan mebgambil satu kubus. Perkembangan
bahasa mampu menyebutkan mama dan papa spesifik dan mengoceh. Perkembangan
personal sosial bayi mampu daag-daag dengan tangan,menyatakan keinginan dan
tepuk tangan.

2. Perkembangan
1. Perkembangan Psikoseksual Anak (Sigmund Freud)
Pada usia 9 bulan berada pada fase oral, karena pada fase ini anak mendapat
kenikmatan dan kepuasan dari berbagai pengalaman sekitar mulutnya.
Kenikmatan dapat melalui dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah atau
bersuara, ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk
mendapatkan rasa aman. Dasar perkembangan mental yang sehat sangat
bergantung dari hubungan ibu dan anak ada pada fase ini. Bila ibu berhasil
memuaskan kebutuhan dasar anak maka anak tersebut merasa aman dan dapat
melangkah dengan mantap ke fase berikutnya. Bila fase pertama belum
terselesaikan dengan baik maka persoalan ini akan terbawa ke fase kedua. Ketidak
siapan tersebut tampak pada perilaku anak yang tetap mau bergantung dan
menolak untuk mandiri.
2. Perkembangan Psikososial
Erikson menyebutkan bahwa krisis masa 9 bulan adalah “percaya versus tidak
percaya” (trust vs miss trust). Kemampuan bayi untuk mempercayai orang lain
yang berkembang pada tahun pertama membentuk dasar untuk seluruh tugas
psikososial selanjutnya. Orang penting pertama dalam proses membangun rasa
percaya adalah orang yang merawat bayi.
3. Perkembangan Kognitif
Perkembangan mengalami kemajuan dari aktivitas refleksif ketindakan yang ke
tindakan yang memiliki tujuan. Pola yang di sengaja dan kosolidasi serta
koordinasi menandai koordinasi pada pola sekunder misalnya bayi mencari objek
yang tersembunyi.

9
2.3. Konsep Hospitalisasi pada Anak
Konsep Dampak Hospitalisasi Pada Bayi Usia 0-1 Tahun
Respon kecemasan karena perpisahan pada anak yang dirawat tergantung pada tingkat
usia perkembangan anak menurut Supartini (2004).
Masa Bayi (0-1 tahun)
Masalah yang utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dari orangtua sehingga
ada gangguan pembentukan rasa peracaya dan kasih sayang. Pada anak usia lebih dari 6
bulan terjadi stranger anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak
dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada anak usia ini
adalah menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila
ditinggalkan ibunya, bayi akan merasakan cemas karena perpisahan dan prilaku yang
ditunjukkan adalah dengan menangis keras. Respons terhadap nyeri atau adanya perlukaan
biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan ekspresi wajah yang tidak
menyenangkan.

2.4. Konsep Asuhan Keperawatan


2.4.1. Pengkajian
Fokus pengkajian pada anak dengan kejang demam adalah:

1. Riwayat kesehatan
a. Saat terjadinya demam: keluhan sakit kepala, sering menangis, muntah atau
diare, nyeri, batuk, sulit mengeluarkan dahak, sulit makan, tidur tidak
nyenyak. Tanyakan intake dan output cairan, suhu tubuh meningkat, obat yang
dikonsumsi.
b. Faktor pencetus terjadinya kejang: penyakit infeksi atau setelah pemberian
imunisasi.
c. Frekuensi dan karakteristik kejang yang terjadi sebelumnya serta perawatan
yang telah dilakukan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital.
b. Status hidrasi.
c. Aktivitas yang masih dapat dilakukan.
d. Saat kejang:

10
1) Gambaran kejang: karakteristik, lamanya kejang, frekuensinya.
2) Gangguan pernafasan: sesak nafas, kesulitan mengeluarkan sputum.
3) Gangguan eliminasi: mengompol.
e. Setelah kejang:
1) Tingkat kesadaran.
2) Kemampaun: motorik, bahasa.
3) Sensasi: rasa nyeri.
3. Psikologi
Sesuai tingkat perkembangan, koping yang digunakan, akibat hospitalisasi,
kondisi saat dilakukan test diagnostik, penerimaan klien dan keluarga terhadap
penyakit, hubungan dengan teman sebaya.
4. Pengetahuan klien dan keluarga
Pemahaman tentang penyakit dan perawatan.
5. Pemeriksaan penunjang
Yang dilakukan.

2.4.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada anak dengan kejang demam dapat
terbagi menjadi diagnosa keperawatan sebelum kejang, saat kejang dan setelah kejang adalah:

1. Hipertermi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme, kondisi sakit,


dehidrasi.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kondisi demam.
3. Perubahan sensori presepsi berhubungan dengan meningkatnya tenperatur tubuh.
4. Kurang pengetahuan tentang penyebab demam, cara perawatan anak dengan
demam, pencegahan dan deteksi demam.
5. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan mukus,
obstruksi lidah dan benda asing.
6. Resiko tinggi injuri dan bahaya fisik berhubungan dengan aktivitas motorik dan
hilangnya kesadaran selama kejang.
7. Perubahan proses pikir berhubungan dengan aktivitas kejang dan hilangnya
kesadaran.
8. Kurang pengetahuan tentang pengobatan, perawatan, dan pencegahan kejang.

11
2.4.3. Rencana Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme, kondisi sakit,
dehidrasi.
Tujuan: hipertermi teratasi.
Kriteria hasil:
 Suhu tubuh dipertahankan dalam kondisi normal.
 Klien mengungkapkan perasaan nyaman.
 Klien dapat beraktivitas/bermain, istirahat dengan tenang, dapat tidur.
Intervensi:
a. Monitor TTV tiap 4 jam atau sesuai keperluan.
b. Gunakan pakaian yang menyerap keringat.
c. Lakukan teknik tepid sponge jika suhu tubuh dibawah 40oC.
d. Berikan antipiretik sesuai instruksi dan monitor keefektifannya 30-60
menit setelah pemberian.
2. Defisit volume cairan berhubunga dengan kondisi demam.
Tujuan: devisit volume cairan teratasi.
Kriteria hasil:
 Turgor kulit membaik.
 Membran mukosa lembab.
 Fontanel rata.
 Nadi normal sesuai usia.
 Intake dan output seimbang
Intervensi:
a. Monitor tanda-tanda dehidrasi tiap 4 jam.
b. Pertahankan keakuratan intake dan output.
c. Timbang BB dengan timbangan yang sama, waktu yang sama, dan pakaian
yang sama jika memungkinkan.
d. Menghitung kebutuhan cairan.
e. Berikan minuman favorit klien jika dimungkinkan, sambil bermain,
gunkan tempat minum yang menarik untuk meningkatkan masuknya
cairan.
f. Hindari pelaksanaan tepid bath jika ada tanda dehidrasi.
g. Monitor pemberian cairan intravena sesuai indikasi.

12
3. Perubahan sensori presepsi berhubungan dengan meningkatnya tenperatur tubuh.
Tujuan: perubahan sensori presepsi teratasi.
Kriteria hasil:
 Klien sadar.
 Klien berespon terhadap pertanyaan.
Intervensi:
a. Monitor tingkat kesadaran tiap 4 jam/ sesuai kebutuhan.
b. Catat adanya perubahan prilaku.
c. Jelaskan kepada orang tua rasa bingung yang terjadi pada anak.
d. Pertahankan lingkungan yang aman: hindari penggunaan restrain, mainan
yang berbahaya.
e. Orientasikan kepada anak: orang tempat, dan waktu sesuai tingkat
perkembangan.
4. Kurang pengetahuan tentang penyebab demam, cara perawatan anak dengan
demam, pencegahan dan deteksi demam.
Tujuan: pemahaman orang tua tentang demam meningkat.
Kriteria hasil:
 Orang tua memahami cara mengukur suhu.
 Orang tua dapat menjelaskan kembali tentang demam dan perawatannya.
Intervensi:
a. Ajarkan cara mengukur suhu dengan tepat: metode, waktu dan cara
membacanya.
b. Jelaskan kepada orang tua suhu tubuh yang normal dan hipertermi.
c. Jelaskan pentingnya pemberian antipiretik serta dosisnya saat anak
demam.
d. Jelaskan perawatan anak dengan demam: gunakan pakaian yang menyerap
keringat, sirkulasi ruangan baik, intake cairan sesuai kebutuhan, cara
melakukan kompres dengan benar.
e. Jelaskan kembali bila ada informasi yang kurang dipahami orang tua.
5. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan mukus,
obstruksi lidah dan benda asing.
Tujuan: jalan nafas efektif.
Kriteria hasil:

13
 Klien mempertahankan pernafasan normal.
Intervensi:
a. Saat terjadi kejang:
 Tempatkan klien dalam posisi terlentang.
 Longgarkan pakaian klien.
 Pertahankan jalan nafas efektif dengan mengekstensikan leher atau
memiringkan kepala ke salah satu sisi.
 Pasang oral airway jika memungkinkan atau gunakan tongue spatel
untuk mencegah lidah terbalik, jangan di paksa jika mulut dalam
keadaan tertutup.
 Lakukan suction untuk membersihkan mukus.
 Observasi terjadinya depresi pernafasan dan jantung.
 Monitor TTV tiap 15 menit.
 Siapkan cairan intravena dengan terapi anti kejang.
b. Observasi kejang dan karakteristiknya.
c. Cek TTV setelah kejang tiap 2 jam.
d. Observasi perilaku klien.
e. Persiapkan peralatan O2 jika diperlukan.
6. Resiko tinggi injuri dan bahaya fisik berhubungan dengan aktivitas motorik dan
hilangnya kesadaran selama kejang.
Tujuan: injuri tidak terjadi.
Kriteria hasil:
 Tidak terjadi injuri selama atau sesudah kejang.
Intervensi:
a. Hindari faktor pencetus terjadinya kejang.
b. Lindungi anak selama terjadinya kejang: lepaskan kacamata, lindungi
bagian kepala dengan tangan agar terlindung dari lingkungan yang
membahayakan seperti furniture, dinding dan peralatan yang
membahayakan.
c. Ciptakan lingkungan yang aman bagi anak.
d. Berikan rasa ama pada anak: tidak panik, berbicara tenang dan
mendampingi anak.

14
7. Perubahan proses pikir berhubungan dengan aktivitas kejang dan hilangnya
kesadaran.
Tujuan: perubahan proses pikir teratasi.
Kriteria hasil:
 Klien berorientasi dengan baik setelah kejang.
 TTV normal sesuai usia setelah kejang.
Intervensi:
a. Monitor TTV dan tingkat kesadaran tiap 2 jam.
b. Observasi perilaku klien.
c. Orientasikan kepada klien: nama, waktu, dan tempat dengan berbicara
dengan pelan.
d. Ijinkan klien untuk makan atau tidur setelah kejang bila memungkinkan.
8. Kurang pengetahuan tentang pengobatan, perawatan, dan pencegahan kejang.
Tujuan: pemahaman orang tua meningkat tentang kejang dan perawatannya.
Kriteria hasil:
 Orang tua dapat menjelaskan kembali tentang kejang dan perawatannya.
Intervensi:
a. Jelaskan tentang kejang dan penyebabnya.
b. Jelaskan tentang perawatan kejang yang harus diketahui orangtua.
c. Jelaskan tentang pengobatan kejang.
d. Beri kesempatan orangtua untuk bertanya.
e. Jelaskan kembali informasi yang belum dipahami orangtua.

2.4.4. Pelaksanaan
Implementasi keperawatan yang dilakukan meliputi tindakan mandiri dan kolaborasi perawat.

2.4.5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada pasien dengan gastroenteritis meliputi evaluasi/ catatan
perkembangan yang dialami oleh pasien setelah diberikan implementasi keperawatan.

15
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kejang adalah suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang terjadi karena
peningkatan suhu tubuh (suhu rectal > 380 C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah
lima tahun.

Kejang merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada saat seorang bayi
atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi
pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan
dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu,
dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal
kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi
selama lebih dari 15 menit.

Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan pemeriksaan
sedini mungkin pada anaknya agar hal-hal yang tidak di inginkan dapat diketahui secara dini
sehingga kejang demam dapat dicegah sedini mungkin

3.2. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentu nya masih banyak kekurangan dan kelemahan nya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini
Kelompok banyak berharap para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kelompok demi sempurna nya makalah ini di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kelompok dan khususnya juga berguna untuk
para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Krisanty, P. 2016. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : TIM

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Ridha N. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 2. Edisi 6. Jakarta : EGC

Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. EGC

17

Anda mungkin juga menyukai