Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

HIPERTERMIA

DOSEN PEMBIMBING : ERWIN KURNIASIH M.Kep.

DISUSUN OLEH

FERLIN AFRISTYA MERLIANA

(0152220691)

PRODI D-III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAHAN KABUPATEN NGAWI

Jl. Dr. Wahidin Telp (0351) 749569, 744895 Ngawi

2020 - 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kesehatan serta memberikan Rahmat-Nya, kita dapat menyelesaikan tepat waktu.
Tak lupa pula haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah yang berjudul “HIPERTERMIA” bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kulia bahasa Indonesia serta memenuhi kebutuhan ilmu
pengetahuan dan wawasan. Tersusunnya makalah ini mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari beberapa pihak, oleh karena itu, dengan rasa hormat kami
berterima kasih kepada :
1. ERWIN KURNIASIH M.Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan dasar
yang telah memberi bantuan serta bimbingan hingga terwujudnya makalah ini
dengan baik,
2. Kepada orang tua serta teman-teman yang memberikan dukungan dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan kami agar pembaca
Berkenan memberikan saran dan kritik. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi berbagai pihak. Amin.

Ngawi, 17 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ........................................................................ 2

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengetian…................................................................................... 3
B. Tanda dan Gejala…....................................................................... 3
C. Klasifikasi Hipertermia….............................................................. 4
D. Faktor Resiko….............................................................................. 7
E. Etiologi…...................................................................................... 7
F. Penatalaksanaan…......................................................................... 8
G. Pencegahan terhadap Hipertermia….............................................. 9

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 10
B. Saran .............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia memperlihatkan
irama sirkadian. Mengenai batasan “normal”, terdapat beberapa pendapat.
Umumnya berkisar antara 36,10C atau lebih rendah pada dini hari sampai 37,40 C
pada sore hari. (Benneth, et al, 1996; Gelfand, et al, 1998).
Suhu normal maksimum (oral) pada jam 06.00 adalah 37,20 C dan suhu normal
maksimum pada jam 16.00 adalah 37,70 C. Dengan demikian, suhu tubuh > 37,20
C pada pagi hari dan > 37,70 C pada sore hari disebut demam (Gelfand, et al,
1998; Andreoli, et al, 1993; Lardo, 1999). Sebaliknya Bennet & Plum (1996)
mengatakan, demam (hipertemi) bila suhu > 37,2 0 C.
Suhu tubuh dapat diukur melalui rektal, oral atau aksila, dengan perbedaan kurang
lebih 0,5- 0,60 C, serta suhu rektal biasanya lebih tinggi (Andreoli, et al, 1993;
Gelfand, et al, 1998).
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur
suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah
ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point (Busto, et al, 1987;
Lukmanto, 1990; Lardo, 1999).Peningkatan suhu tubuh secara abnormal dapat
terjadi dalam bentuk hipertermi dan demam. Pada hipertermi, mekanisme
pengaturan suhu gagal, sehingga produksi panas melebihi pengeluaran panas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipertermi ?
2. Apa saja tanda dan gejala hipertermi ?
3. Apa saja yang termasuk dalam klasifikasi hipertermi ?
4. Bagaimana penatalaksanaan hipertermi ?
5. Apa saja penyebab hipertermi ?
6. Apa saja Yng termasuk dalam faktor resiko ?
7. Bagaimana pencegahan terhadap hipetermi ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hipertermi
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertermi
3. Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk dalam klasifikasi hipertermi
4. untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan hipertermi
5. Untuk mengetahui apa saja penyebab hipertermi
6. Untuk mengetahui yang termasuk dalam factor resiko
7. Untuk mengetahui pencegahan hipertermi

D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan
menambah pengetahuan yang telah ada tentang Kejang Demam sehingga
dapat mencegah angka kesakitan dan angka kematian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penulis dapat melaksanakan proses asuhan keperawatan ganggua
thermoregulasi (hipertermi) pada anak dengan kejang demam dan dapat
menambah ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan gangguan
thermoregulasi (hipertermi) pada anak dengan kejang demam.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Studi kasus ini nanti dapat dijadikan bahan masukan dalam proses
pembelajaran tentang asuhan keperawatan gangguan thermoregulasi
(hipertermi) pada anak dengan kejang demam serta dijadikan bahan bacaan
di Poltekes Tanjung Karang.
c. Bagi Rumah Sakit
Studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan bahan masukan
serta bahan pertimbangan dalam proses asuhan keperawatan gangguan
thermoregulasi (hipertermi) pada anak dengan kejang demam.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
1. Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal
yaitu suhu tubuhmencapai sekitar 37,8°C per oral atau 38,8°C per
rectal secara terus menerus disertai kulit panas dan kering serta
abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma
yang disebabkan oleh atau dipengaruhi oleh panas eksternal
(lingkungan) atau internal (metabolik). (blog Asuhan
Keperawatan.com).
2. Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi.Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau
menyerap lebih banyak panas dari pada mengeluarkan panas. Ketika
suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis
dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan
kematian.
3. Hypertermia pada bayi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari
37,5 ºC.
B. Tanda dan gejala
1. suhu tubuh bayi >37,5 ºC (panas)
2. Tanda dehidrasi, yaitu berat badan bayi turun, turgor  kulit kurang,
mata dan ubun ubun besar cekung, lidah dan membran mukosa kering,
banyaknya air kemih berkurang.
3. Kulit memerah
4. Malas minum
5. Frekuensi nafas lebih dari 60x/menit
6. Denyut jantung lebih dari 160 x/menit
7. Letargi
8. Kedinginan,lemas
9. Bisa disertai kejang

3
C. Klasifikasi Hipertermia
1. Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
a. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.
Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang
diturunkan secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi
peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga
terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di
hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak
bemanfaat.    
b. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang
melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang
panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik
terutama bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan
kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150
ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang
berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih
jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa.
Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia
antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma,
insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang
diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang
pembentukan pirogen leukosit).
2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.
a. Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga
kehidupan bisa disebabkan oleh:
1) Dehidrasi

4
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan
cairan atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia
jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah
infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan
suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena
infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti
leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik
dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan
prematur/resiko infeksi.
2) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi
terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
3) Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul
pada 24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan
menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan
menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar
hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi
secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan
memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu
tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan tepid sponged 350C
sampai dengan suhu tubuh mencapai 370C.
4) Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.5 0C atau
sedikit lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan
susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi
perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual,
muntah, dan kram. Komplikasi yang  bisa terjadi antara lain
DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal,
dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat
stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu

5
tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan
air es sampai dengan suhu tubuh 38,50 C kemudian anak segera
dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan
selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan
metabolic yang ada.
5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada
riwayat penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu
udara luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat
genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-
1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari
sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia < 1 tahun dengan
median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh
penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi
dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau
gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian
timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma,
hipertermia (suhu > 410C), perdarahan yang mengarah pada
DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang
membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul
hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti
gagal ginjal..Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi
pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan
hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini
tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang berat
pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi
menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema
serebri.
6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang
mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian

6
yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut
dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat
berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah
pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk
menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi
mal-development atau maturitas batang otak yang tertunda
sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity,
pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah.
Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan
kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah
ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup.
Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karenadapat
menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernafasan sehingga
berakhir dengan apnea.
D. Faktor Resiko
1. Kejang/ syok

E. Etiologi
Disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau
campuran dari gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu panas.
Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan di dekat api atau ruangan yang
berudara panas.Selain itu, dapat pula disebabkan gangguan otak atau
akibat bahan toksik yang dapat mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat
yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan
suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat
berupa protein , pecahan protein dan zat lain , terutama toksin
polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan
dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama
keadaan sakit.
1. Fase – fase Terjadinya Hipertermi
a. Fase I : awal

7
1) Peningkatan denyut jantung
2) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi
4) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi
5) Rambut kulit berdiri
6) Pengeluaran keringat berlebih
7) Peningkatan suhu tubuh
b. Fase II :
1) proses dema
2) Kulit terasa hangat / panas
3) Peningkatan nadi & laju pernapasan
4) Dehidrasi ringan sampai berat
5) Proses menggigil lenyap
6) Mengantuk , kejang akibat iritasi sel saraf
7) mulut kering
8) bayi Tidak mau minum
9) lemas
c. Fase III : pemulihan
1) Kulit tampak merah dan hangat
2) Berkeringat
3) Menggigil ringan
4) Kemungkinan mengalami dehidrasi
F. Penatalaksanaan
1. Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28
ºC)
2. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi bila perlu
3. Perikasa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas
normal
4. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 ºC), bayi dikompres atau
dimandikan selama 10-15 menit dalam suhu air 4 ºC, lebih rendah dari

8
suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya
lebih rendah dari 4 ºC dibawah suhu bayi
5. memastikan bayi mendapat cairan adekuat
a. Izinkan bayi mulai menyusu
b. Jika terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata atau fontanel cekung,
kehilangan elastisitas kulit, atau lidah atau membran mukosa kering)
1) Pasang slang IV dan berikan cairan IV dengan volume rumatan
sesuai dengan usia bayi
2) Tingkatkan volume cairan sebanyak 10% berat badan bayi pada
hari pertama dehidrasi terlihat 
3) Ukur glukosa darah, jika glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2,6
mmol/l), atasi glukosa  darah yang rendah
6. Cari tanda sepsis
7. berikan antibiotik jaka terjadi infeksi
8. Setelah keadaan bayi normal :
a.   Lakukan perawatan lanjutan
b.   Pantau bayi selama 12 jamberikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
9. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik,
serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah
sakit, bayi dapat dipulangkan dan Nasehati ibu cara menghangatkan
bayi dirumah dan melindungi dari pemancar panas yang berlebihan
G. Pencegahan Terhadap  Hipertermia
1. Kesehatan lingkungan.
2. penyediaan air minum yang memenuhi syarat.
3. Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya.
4. Pemberantasan lalat.
5. Pembuangan sampah pada tempatnya.
6. Pendidikan kesehatan pada masyarakat.
7. Pemberian imunisasi lengkap kepada bayi.
8. Makan makana yang bersih dan sehat
9. Jangan biasakan anak jajan diluar

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan
hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan
penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal
(metabolik). Hipertermi disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu
panas atau campuran dari gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu
panas.Untuk pencegahan hipertermi bisa dengan cara slalu menjaga kesehatan
lingkungan, penyediaan air minum yan memenuhu syarat,pembuangan kotora
manusia pada tempatnya,pemberantasan lalat , pembuangan sampah pada
tempatnya, pendidikan kesehatan pada masyarakat, pemberian iminisasi lengkap
pada bayi,makan-makanam yang bersih dan sehat,makan- makan yang bersih dan
sehat.

B. Saran
Saran-sara yang kami sampaikan sehubungan dengan tulisan makalah ini
sebagai berikut :
Hipertermi bukankah suatu penyakit yang ringan tetapi hipertermi
merupakan salah satu penyakit dengan faktor resiko tinggi khususnya pada
bayi.Untuk itu di sini bidan harus tanggap terhadap gejala dan keluhan apa yang
dikeluhkan klien nantinya.Karena apabila hipertermi tidak segera ditangani akan
menjadi kejang dan bisa mengakibatkan kematian khususnya pada bayi. Selain itu
bidan harus turun tangan untuk memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai hipertermi mulai dari gejala maupun tanda kemudian cara
mengatasinya serta pencegahan terhadap hipertermi.

10
DAFTAR PUSTAKA
Habel, A.1990, Ilmu Penyakit Anak , Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Kemala, P., ar., 1998, Kamus Suku Kedokteran Dorlan, Penerbit Buku Keokteran
EGC, Jakarta.
Sudarti dan Afroh Fauzan. 2012, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak
Balita. Nuha Medika. Yogyakarta.
http://www.Ibu dan Balita.net/info/makalah-Hipertermia - lengkap.html
http://alamsyah.web.id/news/makalah-asuhan-kebidanan-pada-bayi-dengan-
Hipertermia.

11

Anda mungkin juga menyukai