Anda di halaman 1dari 14

PATOGENITAS HUMAN PAPILLOMAVIRUS (HPV) DALAM ONKOGENESIS

KANKER SERVIKS DAN PENGEMBANGAN VAKSIN PENCEGAHANNYA

Desy Ariani Gultom


Balai Pelatihan Kesehatan Batam, Kemenkes RI
Corresponding author: dokterdez1@gmail.com

Abstract

Human papillomavirus (HPV) is one of the main cause of various diseases, one of them is cervical cancer.
Health problems caused by HPV infection, especially cervical cancer, are still a big burden for developing
countries where cases of its infection are still very high and routine screening is still low. This article is based
on literature studies on various research published online, especially on Google scholars, ScienceDirect, Scopus,
Pubmed, and other scientific journals. Oncogenesis is a complex process and is very important in understanding
the process of progression precancerous lesions to malignancy. Prevention of cervical cancer can be done by
various efforts. HPV prophylactic vaccine and routine screening are the main modalities that have shown
contribution to reduce morbidity and mortality of HPV infection in developed countries. Knowledge about
oncogenesis process and the development of HPV prophylactic vaccines will greatly impact the prevention and
reduction of cervical cancer in Indonesia.

Keywords: Human Papillomavirus (HPV), Cervical Cancer, Vaccine

PENDAHULUAN kanker pada wanita yang terbanyak di


Infeksi human papillomavirus (HPV) dunia. Pada tahun 2018, kanker ini menjadi
merupakan penyebab berbagai macam kanker terbanyak keempat pada wanita di
penyakit yang menjadi beban kesehatan seluruh dunia, dengan 569.847 kasus baru
dan ekonomi di seluruh dunia. dan 311.365 kasus kematian (7,5%
Diperkirakan peluang bagi perempuan dan kematian akibat kanker pada wanita), 87%
laki – laki yang aktif secara seksual untuk kematian terjadi di negara kurang
terinfeksi HPV adalah sekitar 50 % – 80% berkembang terutama daerah Melanesia
(Paavonen, 2007; Wang R, et al., 2020). dan Afrika (Cohen et. al., 2019; WHO.
Infeksi HPV merupakan salah satu Cervical cancer, 2018).
penyebab penyakit menular seksual dengan Di negara-negara maju, insiden dan
prevalensi tinggi dan jutaan kasus terjadi mortalitas kasus kanker serviks mengalami
setiap tahunnya. HPV dikaitkan erat penurunan dalam 30 tahun terakhir yang
dengan kejadian 500.000 kasus baru salah satunya merupakan kontribusi vaksin
kanker serviks dan 250.000 kasus kematian profilaksis dan kemajuan program srining
akibat kanker setiap tahunnya, juga (Closson et al., 2020; Lowy et al., 2012).
penyebab kanker vulva, vagina, anal dan Akan tetapi, kasus infeksi HPV terutama
penis (Paavonen, 2007). kaitannya dengan kanker serviks, masih
Kanker serviks sendiri merupakan menjadi beban di negara berkembang. Di
salah satu penyebab kematian akibat Indonesia, vaksin HPV profilaksis maupun
134
ISSN e-journal 2579-7557
Desy Ariani Gultom: Patogenitas Human Papillomavirus (HPV) dalam Onkogenesis Kanker Serviks
dan Pengembangan Vaksin Pencegahannya

skrining rutin untuk detaksi dini kanker membahas patogenitas HPV dan
serviks masih belum banyak dilakukan, onkogenesis serta pengembangan vaksin
ditambah penemuan kasus yang terlambat dan potensi efek profilaksis vaksin HPV
dan di beberapa daerah akses terhadap yang beredar saat ini dalam pencegahan
fasilitas kesehatan masih sulit. primer kanker serviks yang diharapkan
HPV tipe high risk (terutama tipe 16 pemahaman akan hal ini dapat berdampak
dan 18) dikaitkan erat sebagai penyebab dalam penanggulangan kasus kanker
utama kanker serviks dan beberapa kanker serviks di Indonesia.
lain seperti kanker anal, oropharyngeal,
penis, vaginal, dan vulva (Petry, 2014; METODE PENELITIAN
Wang et al., 2020). Pada infeksi HPV Penulisan artikel ini didasarkan pada
persisten, genome virus terintegrasi ke studi literatur dan review artikel ilmiah
dalam DNA sel host yang akhirnya akan baik jurnal maupun penelitian yang
mengalami progresi menjadi lesi prekanker diterbitkan secara online terutama di
akibat berbagai perubahan yang Google scholar, ScienceDirect, Scopus,
menginterfensi pertumbuhan sel normal. Pubmed, dan media online yang digunakan
Proses karsinogenesis menjadi kanker untuk publikasi dari berbagai jurnal imiah.
serviks merupakan proses yang lambat dan Hasil studi yang diperoleh kemudian
terbagi menjadi beberapa stadium disintesa menjadi informasi yang
(Paavonen, 2007; Wang et al., 2020). komprehensif terkait patogenesis dan
Kondisi immunosupresi menjadi salah satu onkogenesis kanker serviks serta vaksin
risiko untuk infeksi HPV yang persisten HPV propilaksis untuk pencegahan kanker
atau manifestasi klinik lain yang serviks.
ditimbulkan oleh infeksi virus ini (Lowy et
al., 2012). Pemahaman dalam patogenitas HASIL DAN PEMBAHASAN
HPV dan onkogensis sangat penting dalam Struktur dan Genom HPV
upaya pencegahan maupun tatalaksana Human papillomavirus (HPV)
kanker servik dan infeksi HPV lainnya. merupakan virus DNA kecil yang termasuk
Pencegahan infeksi HPV terutama ke dalam genus Papillomavirus dari family
HPV tipe high risk menjadi sangat penting Papovaviridae (Bonnez, 2007). Virus ini
dilakukan dalam mencegah kanker serviks. mempunyai DNA yang berbentuk closed
Salah satu bagian dari pencegahan primer circular simple double-stranded, tidak
adalah memberikan vaksin HPV berselubung, memiliki kapsul isohedral
profilaksis. Tujuan tulisan ini adalah dengan ukuran 72 kapsomer, diameter 55
135
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 8 Nomor 2, Juli 2021

mikrometer dan berat molekul 5 x 106 berdasarkan sekuens nukleotida pada gen
Dalton. Genom HPV berukuran kecil (8 L1 yang mengkode protein kapsul mayor
kb) dan menyandikan 8 gen. Gen-gen ini (Paavonen, 2007; Wang et al., 2020).
menyandikan 6 protein non struktural yang Genotipe HPV
diekpresikan awal disebut early gene yaitu: Infeksi HPV dapat menyebabkan
E1, E2, E4, E5, E6, E7 yang berhubungan kondisi bervariasi mulai dari kasus yang
dengan pengaturan replikasi DNA dan jinak, seperti: kutil, papiloma, kondiloma,
proliferasi sel; dan dua protein struktural sampai ganas. Lebih dari 40 tipe HPV
yang ekspresikan terakhir atau late gene yang di identifikasi dapat menyebabkan
yaitu: L1, L2 yang berhubungan dengan infeksi pada permukaan mukosa
pembentukan kapsul virus (Borruto et al., anogenitalia, saluran napas dan saluran
2012; Stanley, 2010; Paavonen, 2007). pencernaan bagian atas (Bonnez, 2007;
Masing-masing fungsi gen HPV dapat Morshed et al., 2014; Paavonen, 2007;
dilihat pada Tabel 1. Wang et al., 2020).
Virus papiloma pertama kali berhasil Secara umum HPV dibagi menjadi
diisolasi dari kelinci cottontails pada tahun dua grup utama yaitu tipe low risk yang
1933 (Stanley, 2010). Virus ini merupakan predominan menyebabkan kutil jinak dan
kelompok besar, setidaknya terdiri dari tipe high risk yang sering dihubungkan
lebih 200 tipe berbeda telah berhasil dengan penyakit keganasan (Stanley, 2008).
diidentifikasi dan kemungkinan jumlahnya HPV tipe low risk, antara lain: HPV 6, 11,
masih akan terus bertambah di masa 40, 42, 43, 44, 54, 61, 70, 72, dan 81.
mendatang. Tipe HPV dibedakan

Tabel 1. Peran dan Fungsi gen HPV (Thomison et al., 2008)


Gen Kategori fungsi Peran utama
E1 Replikasi Menjaga episomal
Up-regulation dari replikasi genom
E2 Replikasi, transkripsi Menjaga episomal
Menekan E6 dan E7
Koding protein
Menghambat apoptosis
E4 Replikasi, transkripsi Produksi L2
Mengganggu filamen sitokertin
E5 Replikasi, transkripsi, transformasi Stimulasi reseptor faktor pertumbuhan sel host
Up-regulates siklus sel
E6 Replikasi, transformasi Down-regulates p53, bak, bax
Up-regulates telomerase
E7 Replikasi, transformasi Up-regulates siklus sel
Down-regulates pR
Up-regulates p21 dan p27
L1 Viral assembly Mayor capsid protein
L2 Viral assembly Minor capsid protein

136
ISSN e-journal 2579-7557
Desy Ariani Gultom: Patogenitas Human Papillomavirus (HPV) dalam Onkogenesis Kanker Serviks
dan Pengembangan Vaksin Pencegahannya

Dua virus tipe low risk utama yang disebabkan HPV high-risk dan merupakan
tersering menyebabkan kutil pada mukosa area dimana sekitar 90% malignansi pada
anogenital adalah HPV 6 dan 11 (90%). saluran kelamin bawah diinisias (Paavonen,
Terdapat sekitar 15 HPV onkogenik atau 2007; Wang et al., 2020).
tipe high risk yang menginfeksi saluran Siklus infeksi dimulai dari masuknya
genitalia, antara lain HPV 16, 18, 31, 33, virus kedalam sel pada lapisan stratum
35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59 dan 68, 73 germinativum atau lapisan basal epitelium.
dan 82, 83 (ada di 2) tapi dua tipe Masuknya virus HPV ke lapisan basal
utamanya adalah HPV 16 dan 18 yang memerlukan abrasi ringan atau
menjadi penyebab lebih dari 70% kasus mikrotrauma pada epitel genital yang
kanker serviks. HPV tipe high risk terjadi pada saat aktivitas seksual (Borruto
terutama tipe 16 dan 18 juga dihubungkan et al., 2012; Stanley, 2010). Di membran
dengan 90% kasus kanker anal dan 40% basal terjadi pengikatan protein kapsul
kasus kanker penis, vulva dan vagina. virus L1 ke reseptor primer yaitu heparin
Infeksi HPV juga dihubungkan kasus sulfate proteoglycan (HSPG) yang terdapat
kanker laring (10-20%) dan tonsil (sekitar pada membran basal yang terpapar akibat
50%) (Morshed et al., 2014; Paavonen, kerusakan epitel (Wang et al., 2013).
2007; Wang et al., 2020). Pengikatan HSPG pada membran basal,
Patogenitas Infeksi HPV menginduksi perubahan konformasi pada
HPV merupakan patogen intaepitel kapsul virus, membuka ujung N-terminal
yang tidak dapat dipropagasi di kultur sel protein kapsul L2 terhadap pemecahan
(Paavonen, 2007). Mukosa dan permukaan oleh furin atau proprotein konvertase 5/6
kulit merupakan port de entry infeksi yang (PC5/6). Akibatnya terjadi perlekatan yang
paling sering terjadi. Wanita yang aktif stabil antara virus dengan reseptor pada
secara seksual dapat terinfeksi HPV permukaan sel epitel. Situs pemecahan
melalui aktivitas seksual dengan pasangan oleh furin ini dikonservasi dan dibutuhkan
yang terinfeksi. Setelah berhasil untuk infeksi. Perlekatan yang stabil ini
menginfeksi, siklus hidup HPV memudahkan transfer virus memasuki sel
sepenuhnya bergantung pada proses keratinosit (Stebhen et al., 2007).
diferensiasi alami sel karatinosit atau sel Masuknya virus ke sel keratinosit di
epitel genitalia. Karakteristik sel di epitel lapisan basal, dimulai dengan perlekatan
serviks adalah simple columnar secretory pada reseptor sekunder yang belum
epithelium. Squamocolumnar junction diketahui yang terdapat di permukaan sel
sangat rentan terhadap transformasi yang (Wang et al., 2013). Setelah itu terjadi
137
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 8 Nomor 2, Juli 2021

proses pengangkutan intraseluler (Bonanni Selama sel tersebut membelah, HPV


et al., 2009; Cheng et al., 2020). mengontrol ekspresi protein virus dengan
Jalur endositik terlibat pada proses sangat ketat dan protein E6 dan E7
internalisasi dan pengangkutan intrasellular diekspresikan dengan kadar yang sangat
kapsul virus ke sel epitel primitif (stem sel). rendah sehingga sulit terdeteksi (Stanley,
Jalur yang terlibat belum diketahui dengan 2010).
pasti. Setelah memasuki sel, komponen Sel epitel yang terinfeksi kemudian
virus bergerak menuju nukleus melalui masuk ke kompartemen differensiasi,
mekanisme yang belum dipahami secara meninggalkan siklus pembelahan. Ketika
sempurna, diduga melibatkan transport sel host berhenti membelah dan memulai
sitoplasmik melalui mikrotubul yang diferensiasi menjadi sel matang, hal ini
dimediasi kompleks protein motor memberi sinyal pada virus untuk
terutama dinein (Stebhen et al., 2007). mengaktifkan seluruh gennya,
Setelah memasuki sel, virus akan meningkatkan genom virus menjadi ribuan.
menggunakan perlengkapan replikasi DNA Terjadi proses ekpresi gen dan replikasi
sel host untuk memulai replikasinya sendiri. DNA virus dalam jumlah besar dan
Genom virus yang terdapat pada nukleus perbanyakan jumlah virus hingga 1000
sel yang terinfeksi akan diturunkan ke sel virus per sel. Terjadi pula ekspresi
anak melalui mitosis (Bonanni et al., 2009). berlebihan dari early gen E6 dan E7 dan
Pada awalnya virus yang terakhir dihasilkan protein L1 dan L2
menginfeksi sel-sel basal primitif (stem (Stanley, 2010). Dua late protein L1 dan
sel) pada lapisan basal ini hanya pada L2 yang berperan pada viral assembly dan
jumlah yang rendah. Beberapa saat setelah pengemasan DNA, hanya akan
infeksi, terjadi replikasi DNA virus yang diekpresikan di akhir pada sel epitel yang
independen dari siklus sel diikuti telah matang (Stebhen et al., 2007). Siklus
perbanyakan jumlah virus menjadi 50-100 ini membutuhkan waktu kira-kira 2-3
virus per sel (Stanley, 2010) dan ekspresi minggu in vivo, sama dengan waktu yang
early gene terutama E1 dan E2 (Bonanni et diperlukan untuk sel epitel atau keratinosit
al., 2009; Borruto et al., 2012; Stebhen et basal untuk bergerak ke atas epitelium dan
al., 2007; Wang et al., 2013). Sel yang berdiferensiasi (Stanley, 2010).
terinfeksi kemudian meninggalkan bagian Respon Imun Terhadap Infeksi HPV
stem sel primitif ini dan masuk ke bagian Infeksi HPV sangat umum terjadi.
epithelium yang berproliferasi. Pada saat Sebagian besar infeksi HPV akan sembuh
ini jumlah virus tetap dipertahankan. secara spontan dan perlahan. Kesembuhan
138
ISSN e-journal 2579-7557
Desy Ariani Gultom: Patogenitas Human Papillomavirus (HPV) dalam Onkogenesis Kanker Serviks
dan Pengembangan Vaksin Pencegahannya

lebih cepat terjadi pada host yang rendah di epitel basal. Produksi protein
imunokompeten. Lebih dari 90% insidensi kapsid yang sangat imunogenik hanya
dan prevalensi infeksi HPV 16 pada wanita terbatas pada lapisan terluar epitel
imunokompeten, mengalami kesembuhan yang telah mengalami diferensiasi
dalam waktu lima tahun tanpa terapi. terminal yang jauh dari sel basal dan
Respon imun humoral dan seluler terhadap subepitelial epithelium. Akibatnya
infeksi HPV sulit dideteksi karena sifatnya HPV L1 dan L2 hanya sedikit sekali
yang non-litik dan tidak menyebar secara berkontak dengan respon imun pada
sistemik. HIV atau kondisi imunodefisiensi epithelium (Frazer, 2007).
yang diinduksi obat atau penyebab lain, 3) HPV hanya menginfeksi sel-sel epitel
menurunkan proses pembersihan infeksi pada kulit atau mukosa, bersifat non-
dan meningkatkan resiko progresi infeksi litik (pelepasan virus mengikuti siklus
menjadi malignansi. Respon imun alami hidup alami sel epitel yang mengalami
yang melatarbelakangi proses ini masih deskuamasi) dan tidak menyebabkan
belum jelas. Terdapat bukti keterlibatan sel kematian sel, aktivator utama imunitas
T, sel T sitolitik dan mekanisme imun innate dan adaptif (Moscicki, 2008;
innate (Borruto et al., 2012; Stebhen et al., Frazer, 2007).
2007; Frazer, 2008). Akan tetapi, karena 4) Antigen HPV sangat sedikit yang
HPV mampu menghindari deteksi dipersentasikan secara sistemik (tidak
imunologis melalui berbagai mekanisme, ada fase viremia) (Frazer, 2007;
respon imun terhadap infeksi HPV secara Stanley, 2008).
umum berlangsung lambat dan lemah 5) HPV dapat downregulate ekspresi
(Frazer, 2007). TLR, MCP-1 dan IL-8, memblokade
Dibandingkan patogen lain, HPV fungsi IFN-α. Ekspresi mayor
bersifat kurang imunogen karena histocompatibility complex (MHC)
beberapa karakteristik struktural dan kelas II dihambat atau dikurangi oleh
psikologikal serta beberapa mekanisme HPV 16 dan 18 dengan mekanisme
menghindar dari repon imun antara lain: yang melibatkan E5 dan E7. E5 dapat
1) Selama fase awal infeksi, HPV meningkatkan asidifikasi endosom,
memproduksi nukleoprotein non mengganggu jalur eksosotik dan
sekresi yang tidak di persentasikan sel endositik ekspresi MHC. E7 menekan
yang terinfeksi (Frazer, 2007). promoter rantai berat MHC kelas II
2) Sebagian besar protein HPV (Moscicki, 2008; Nayereh et al., 2012).
diekspresikan pada kadar yang sangat
139
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 8 Nomor 2, Juli 2021

Meskipun tidak terjadi sitolisis yang interferon (IFN) tipe 1, IFN-α dan β),
diinduksi virus dan kematian sel, epitel promosi inflamasi (contoh: interleukin (IL)
yang terinfeksi HPV dapat mengaktifkan 1α, IL-1β, IL-6 dan tumor nekross faktor)
produksi IFN tipe 1 yang merupakan dan kemotaksis (contoh: IL-8) (Borruto et
sistem imun innate yang kuat dan bersifat al., 2012; Moscicki et al., 2012; Stanley,
antivirus (Stanley, 2008). Salah satu aspek 2008).
penting pada proses pembersihan infeksi Proses Onkogenesis
adalah aktivasi sistem imun innate yang Mekanisme yang terlibat pada
diperankan oleh monosit, makrofag, onkogensis dianggap berhubungan erat
polimorfik leukosit, natural killer cells dan dengan protein yang diekspresikan awal
antigen presenting cells (APC); dan sistem yaitu E6 dan E7. E6 dan E7 berperan
imun adaptif oleh antibodi dan sel efektor penting pada proses transformasi sel.
(terutama sel T). APC seperti sel dendritik Integrasi gen HPV ke genom sel host
yang terdapat pada dermis dan sel terjadi akibat kerusakan E2 yang berperan
Langerhans yang sebagian besar terdapat utama dalam menekan onkogen E6 dan E7.
didalam epidermis dan lapisan superfisial E6 bekerja sebagian besar melalui
epithelial mukosa merupakan sel pembawa kemampuannya untuk meningkatkan
pesan yang berperan penting dalam degradasi p53, sedangkan E7
aktivasi imunitas adaptif melalui deteksi menyebabkan gangguan kompleks
infeksi HPV melalui Toll-like receptor E2F/pRb, mengaktifkan E2F, suatu faktor
(TLR). Pola pengenalan spesifik ini transkripsi yang penting. Akibatnya E6 dan
dihubungkan dengan agen-agen infeksius E7 menganggu kontrol siklus sel,
atau kerusakan jaringan dan, ketika menyebabkan sel bereplikasi meskipun
diaktifkan, menginduksi ekspresi seluler saat terjadi kerusakan DNA. E6 juga
produk-produk proinflamasi yang mempunyai peran penting dalam
memberantas ancaman segera dan mengaktifkan telomerase. E7 juga terlibat
memberikan peringatan pada respon imun pada penghambatan apoptosis. Kedua
adaptif. APC diaktifkan, terjadi integrasi, protein ini diekspresikan cukup awal pada
sinyal diterima dan berjalan menuju siklus hidup HPV, terutama pada lapisan
saluran limfe lokal dimana langsung terjadi sel basal dan parabasal. Pada lesi derajat
aktivasi sel T spesifik yang sesuai dengan rendah, seperti neoplasia intraepitelial
ancaman. Mekanisme aktivasi TLR serviks (NIS) I, ekspresi kedua protein ini
dimediasi melalui produksi sitokin yang rendah dan meningkat seiring peningkatan
mempunyai efek antivirus (seperti derajat lesi, sehingga E6 dan E7 menjadi
140
ISSN e-journal 2579-7557
Desy Ariani Gultom: Patogenitas Human Papillomavirus (HPV) dalam Onkogenesis Kanker Serviks
dan Pengembangan Vaksin Pencegahannya

target pada vaksin terapeutik (Borruto et secara seksual adalah vaksinasi karena
al., 2012; Forman et al., 2012; Moscicki et pencegahan dengan penggunaan kondom
al., 2012; Paavonen, 2007; Stanley, 2010; saat berhubungan seksual, tidak 100%
Wang et al., 2020). Proses onkogenesis efektif (Cohen et al., 2019).
yang melibatkan protein-protein ini dapat Pencegahan sekunder bertujuan
dilihat pada Gambar 1. menemukan lesi prekanker dan tatalaksana
Pencegahan Kanker Serviks secara dini melalui skrining. Di Negara
Pengendalian kanker serviks secara maju skrining dengan cytology-based
komprehensif meliputi pencegahan primer, prevention programs, secara signifikan
pencegahan sekunder, pencegahan tertier mengurangi insidensi dan mortalitas
dan pelayanan paliatif (Wang et al., 2020). kanker serviks. Papanicolaou smear juga
Pencegahan primer dapat dilakukan dapat dilakukan pada skrining. Dua metode
dengan berbagai cara yang bertujuan utama skrining kanker serviks yang umum
mencegah infeksi HPV antara lain: tidak dilakukan di Indonesia selain pap smear
melakukan hubungan seksual, penggunaan adalah IVA (inspeksi visual dengan
alat kontrasepsi mekanik dan vaksinasi. menggunakan asam asetat) (Juanda et al.,
Pencegahan primer yang dianggap paling 2015).
baik terutama bagi individu yang aktif

Gambar 2. Stimulasi Perkembangan Siklus Sel oleh HPV tipe High Risk.
Sumber. Doorbar, 2006

141
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 8 Nomor 2, Juli 2021

Vaksin HPV Propilaksis yang penting dalam inisiasi infeksi. Selain


Meskipun terdapat banyak jenis HPV itu protein L1 jumlahnya lebih banyak
yang dapat menyebabkan penyakit daripada L2 dengan rasio 1 L2 per 5 L1,
anogenital, mayoritas disebabkan oleh beberapa penelitian ada yang menyatakan
empat tipe HPV. Beberapa penelitian rasio 1:30 (Wang et al., 2013).
menunjukkan bahwa 55% displasia derajat Pemilihan VLP L1, dibandingkan
tinggi dan kanker serviks disebabkan oleh VLP L1/L2, sebagai vaksin komersial
HPV 16 dan sekitar 10-15% oleh HPV 18. didasarkan pada VLP L1 lebih mudah
HPV 16 dan 18 juga mempunyai proporsi diproduksi dan menghasilkan titer
yang cukup signifikan sebagai penyebab genotype-restricted in vitro neutralizing
kanker vagina, vulva, anal dan penis. antibody yang mirip VLP L1/L2. Selain itu
Infeksi HPV 6 dan 11 menyebabkan lebih diduga VLP L1 akan muncul baik pada
dari 90% lesi eksternal pada genitalia dan situs perlekatan HSPG atau reseptor
mayoritas lesi recurrent respiratory sekunder. Sedangkan VLP L1/L2 hanya
papillomatosis (Borruto et al., 2012; Day akan muncul pada situs perlekatan HSPG
et al., 2010). Sehingga vaksin yang beredar karena situs perlekatan reseptor sekunder
saat ini adalah vaksin VLP keempat jenis ditutup oleh N-terminal L2 sehingga
HPV tersebut. vaksinasi VLP L1 dianggap lebih efektif
Mekanisme infeksi maupun respon dalam mencegah infeksi in vivo (Wang et
imun yang ditimbulkan oleh infeksi HPV al., 2013).
belum dipahami secara sempurna, tapi dari L1 dapat melakukan self assemble
berbagai penelitian dibuktikan peran dan menjadi VLP yang terdiri dari 72
keterlibatan penting protein kapsul L1 dan pentamerik kapsomer. VLP L1
L2 pada infeksi HPV. Dari mekanisme mengandung epitop imunidominan yang
yang telah dijelaskan sebelumnya, protein meningkatkan respon imun spesifik
kapsul L1 dan L2 penting dalam proses terhadap tipe HPV tertentu yang mampu
perlekatan virus pada membran basal, menghambat infeksi HPV pada model
menginisiasi infeksi dan masuknya virus binatang (Day et al., 2010; Ma et al., 2012).
ke sel epitel kulit atau mukosa (Moscicki et Saat ini asumsi terbaik tentang
al., 2012; Villa et al., 2020; Wang et al., mekanisme proteksi yang ditimbulkan dari
2013) vaksinasi VLP adalah pembentukan
Vaksin yang beredar saat ini fokus antibodi netralisasi yang diinduksi vaksin
target antigennya adalah protein L1 HPV ini. Infeksi dan percobaan pada binatang
karena merupakan protein kapsul mayor menunjukkan serokonversi dan
142
ISSN e-journal 2579-7557
Desy Ariani Gultom: Patogenitas Human Papillomavirus (HPV) dalam Onkogenesis Kanker Serviks
dan Pengembangan Vaksin Pencegahannya

pembentukan IgG netralisasi anti-L1 yang genetik dari baculovirus (Cervarix,


dihubungkan dengan proteksi terhadap GlaxoSmithKline Biologicals, Rixensart,
paparan infeksi virus selanjutnya (Day et Belgium) dan dari Saccharomyces
al., 2010; Ma et al., 2012; Moscicki et al., cerevisiae (Gardasil, Merck Sharp &
2012; Stanley et al., 2006). Dohme Pennsylvania, USA).
Studi oleh Suzich dkk pada anjing Cervarix merupakan vaksin bivalen
menunjukkan bahwa perlindungan VLP HPV 16/18 L1, pada 20/20 mg per
terhadap Canine Oral Papilloma Virus dosis menggunakan AS04 yang
(COPV) setelah imunisasi COPV L1 VLP mengandung 500 mg aluminium
dimediasi oleh antibodi spesifik terhadap hidroksida dan 50 μg 3-O-lemak
COPV. Anjing yang divaksinasi COPV L1 monofosfiril deasilasi, yang diperoleh dari
VLP membentuk antibodi IgG spesifik polisakarida terdetoksikasi dari Salmonella
terhadap COPV dengan titer tinggi di enterica supspesies enteric serovar
dalam tubuhnya dan terlindungi secara Minnesota sebagai adjuvant. AS04 didisain
lengkap dari infeksi COPV. Anjing sehat untuk meningkatkan respon imun seluler
yang disuntik IgG dari anjing yang dan humoral dan memperpanjang waktu
divaksinasi juga terlindungi dari infeksi perlindungan. Adjuvant ini juga digunakan
virus (Borruto et al., 2012; Frazer, 2008). pada vaksin hepatitis B yang saat ini
Pembentukan antibodi netralisasi yang beredar (Huh et al., 2008; Nayereh, et al.,
kuat terhadap VLP diduga diinduksi 2012).
pengikatan VLP oleh sel-sel dendritik Gardasil merupakan vaksin
myeloid dan limposit B, dan pengiriman kuadrivalen HPV 6/11/16/18 pada
sinyal melalui TLR dependent pathway 20/40/40/20 mg per dosis yang, sebagai
yang penting untuk aktivasi sel-B dan tambahan pada HPV tipe onkogenik,
pembentukan antibody (Borruto et al., termasuk VLP genotip 6 dan 11,
2012; Nayereh et al., 2012; Stanley, 2008). merupakan tipe utama yang sering
Vaksin HPV Propilasis yang Beredar menyebabkan kutil genital. Gardasil
Saat Ini menggunakan aluminium fosfat 225 mg
Saat ini ada dua vaksin profilaktik sebagai adjuvant (Moscicki, 2008; Huh et
yang beredar di pasaran yaitu Cervarix dan al., 2008). Vaksin HPV diberikan secara
Gardasil. Kedua vaksin menggunakan suntikan intramuskular. Diberikan pada
VLP sebagai antigen vaksinasi dan bulan 0, 1, 6 (dianjurkan pemberian tidak
menggunakan protein struktural kapsular melebihi waktu 1 tahun).
L1 yang diperoleh melalui rekombinasi Beberapa penelitian telah dilakukan
143
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 8 Nomor 2, Juli 2021

terkait efikasi vaksin yang saat ini beredar homolog terutama HPV tipe 31,33,35,52
dalam mencegah infeksi HPV laten infeksi dan 58 yang merupakan yang berada pada
HPV persisten dan lesi pre kanker. Tidak klan yang sama dengan HPV 16 (A9) dan
ada penelitian (baik Gardasil maupun HPV tipe 39,45 dan 59 yang berada pada
Cervarix) yang menunjukkan bahwa klan yang sama dengan HPV 18 (A7).
vaksin dapat mencegah kanker serviks Vaksin bivalen (HPV tipe 16 dan 18)
karena secara etik tidak dimungkinkan mempunyai proteksi silang terhadap HPV
(Moscicki, 2008). tipe 45 (dengan efektivitas 94%) dan HPV
Beberapa penelitian menunjukkan tipe 31 (dengan efektivitas 55%).
efikasi vaksin kuadrivalen dalam Meskipun ada data tentang proteksi silang,
mencegah lesi NIS 2/3 terkait infeksi HPV antibodi yang dihasilkan dari vaksin HPV
tipe 6,11,16 dan 18 pada wanita yang tidak sangat type restricted dan perlindungan
pernah terinfeksi HPV sebelumnya yang dihasilkan terhadap HPV tipe lain
mendekati 100%. Efikasi dalam mencegah sangat lemah (Borruto et al., 2012; Ma et
lesi vulva termasuk kutil genital juga al., 2012; Nayereh, et al., 2012; Villa et
mendekati 100%. Akan tetapi efikasi al., 2020; Wang et al. 2013).
vaksin dalam mencegah lesi NIS 2/3 Secara umum kedua vaksin HPV
menurun secara dramatis pada wanita yang yang beredar saat ini ditoleransi dengan
pernah terpapar virus sebelumnya, baik. Efek samping yang ditimbulkan
menekankan pentingnya imunisasi kedua vaksin terutama adalah keluhan pada
terhadap wanita yang belum pernah bekas suntikan berupa eritema, nyeri dan
terinfeksi HPV. Sedangkan efikasi vaksin bengkak. Pada penelitian, efek samping
bivalen ditemukan seropositif terhadap sistemik dan efek samping berat sangat
HPV 16/18 ditemukan 99,5% dan titer jarang terjadi dan hampir sama persentase
(diukur dengan ELISA) 200-300 kali lebih kejadiannya antara kelompok vaksin dan
tinggi dari infeksi alami pada bulan ke-7 kelompok placebo (Borruto et al., 2012;
(satu bulan setelah dosis terakhir). Efikasi Gissmann, 2009; Ma et al., 2012). Hasil
terhadap lesi NIS 2+ yang disebabkan penelitian menunjukkan serokonversi
HPV 16/18 adalah 90,4%, lesi NIS adalah terjadi pada lebih dari 98% penerima
93,3% (yang disebabkan HPV 16) dan vaksin dengan puncak titer antibodi terjadi
83,3% (yang disebabkan HPV 18) pada 1 bulan setelah dosis ketiga.
(Moscicki, 2008). Penurunan kadar antibodi terlihat setelah
Proteksi silang bisa terjadi karena sekitar bulan ke-18 dimana kadarnya
banyak tipe HPV yang mempunyai DNA kemudian menjadi stabil. Harper et al.
144
ISSN e-journal 2579-7557
Desy Ariani Gultom: Patogenitas Human Papillomavirus (HPV) dalam Onkogenesis Kanker Serviks
dan Pengembangan Vaksin Pencegahannya

menunjukkan bahwa kadar antibodi yang Tindakan pencegahan primer melalui


dihasilkan vaksin quadrivalen lebih tinggi vaksinasi menjadi salah satu modalitas
dibandingkan yang diinduksi infeksi alami penting dalam pencegahan primer kanker.
HPV dan dipertahankan tetap tinggi hingga Skrining kanker serviks dan pemeriksaan
5,5 tahun setelah imunisasi. Data yang rutin juga menjadi modalitas penting.
dipublikasikan dari penelitian terhadap Dua vaksin HPV profilaksis yang
vaksin bivalen menunjukkan bahwa setelah saat ini telah beredar yaitu vaksin bivalen
2 tahun, 96% subjek seropostif terhadap dan quadrivalen, telah membantu
HPV 6,97% terhadap HPV 11 dan 99% memerangi kasus kanker serviks terutama
terhadap 16, sedangkan terhadap HPV 18 di negara-negara maju dan dianggap
hanya 68%. Beberapa penelitian mempunyai keamanan dan mekanisme
menyebutkan antibodi yang diinduksi proteksi yang baik dalam mencegah
vaksin bivalen dapat bertahan hingga 4,5 infeksi HPV, dibuktikan dengan berbagai
tahun (Borruto et al., 2012; Ma et al., penelitian yang masih terus dilakukan
2012; Villa et al., 2020; Wang et al. 2013). hingga saat ini. Pemahaman yang lebih
baik akan patogenitas dan onkogenesis
SIMPULAN kanker serviks diharapkan dapat
Infeksi HPV merupakan salah satu membantu dalam penelitian maupun
penyebab utama kanker serviks, bahkan pengembangan vaksin atau terapi lainnya.
beberapa penelitian menyebutkan hampir
100% kasus kanker serviks dihubungkan DAFTAR PUSTAKA
dengan infeksi HPV terutama tipe high Bonanni P, Boccalini S, & Bechini A.
2009. Efficacy, duration of immunity
risk. Infeksi HPV pada umumnya dapat
and cross protection after HPV
sembuh secara spontan. Kondisi vaccination: A review of the evidence.
Vaccine, 27:A46–A53.
imunokompresi dikatkan erat dengan
Bonnez W. 2007. Human papillomavirus
infeksi HPV persisten yang dapat progres vaccine-recent results and future
developments. Curr Opin Pharmacol,
menjadi lesi prekanker dan keganasan
7(5): 470-477.
dengan peranan protein E6 dan E7. Borruto F & De Ridder M. 2012. HPV and
cervical cancer achievement in
Tingginya infeksi HPV pada wanita
prevention and the future prospect.
meningkatkan resiko infeksi laten dan New York: Springer Science Business
Media.
persisten yang dapat memicu kanker
Cheng, L, Wang Y, & Du J. 2020. Human
serviks, sehingga pencegahan infeksi HPV papillomavirus vaccine: an update
review. Vaccines. 8(3):391.
menjadi penting dalam upaya
Closson K, Karim ME, Sadarangani M,
penanggulangan kasus kanker serviks. Naus M, Ogilvie GS, & Donken R.
145
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 8 Nomor 2, Juli 2021

2020. Association between human Lowy DR & Schiller JT. 2012. Reducing
papillomavirus vaccine status and HPV-associated cancer globally.
sexually transmitted infection Cancer Prev Res (Phila), 5(1): 18 –
outcomes among females aged 18-35 23.
with a history of sexual activity in the Ma B, Maraj B, Tran NP, Knoff J, Chen A,
United States: A population survey- Alvarez RD, Hung CF, & Wu TC.
based cross-sectional analysis. 2012. Emerging human
Vaccine, 38(52): 8396-8404. papillomavirus vaccines. Expert Opin
Cohen PA, Jhingra A, Oaknin A, & Denny Emerg Drugs, 17(4):469-492.
L. 2019. Cervical cancer. Lancet, 393: Morshed K, Polz-Gruszka D, Szymanski
169–182. M, Polz-Dacewicz M. 2014. Human
Day PM, Kines RC, Thompson CD, Jagu papillomavirus (HPV) – structure,
S, Roden RB, Lowy DR, Schiller JT. epidemiology and pathogenesis.
2010. In vivo mechanisms of vaccine- Otolaryngol Pol, 68: 213-219.
induced protection against HPV Moscicki AB. 2008. HPV Vaccines: Today
infection. Cell Host Microbe, 8(3): and in the Future. J Adolesc Health,
260-270. 43(4 suppl): S26–S40.
Doorbar J. Molecular biology of human Moscicki AB, Schiffman M, Burchell A,
papillomavirus infection and cervical Albero G, Giuliano AR, Goodman
cancer. 2006. Clinical Science, MT, Kjaer SK, Palefsky J. 2012.
110:525–541. Updating the natural history of human
Forman D, de Martel C, Lacey CJ, papillomavirus and anogenital
Soerjomataram I, Lortet-Tieulent J, cancers. Vaccine, 30(5): F24–33.
Bruni L, Vignat J, Ferlay J, Bray F, Nayereh KG & Khadem G. 2012.
Plummer M, Franceschi S. 2012. Preventive and therapeutic vaccine
Global burden of human against human papillomaviruses
papillomavirus and related diseases. associated cervical cancers. Iran J
Vaccine, 30(suppl. 5):F12– F23. Basic Med Sc, 15(1): 585-601.
Frazer I. 2007, Correlating immunity with Oyervides-Muñoz MA, Perez Maya AA,
protection for HPV infection. Int J Rodriguez-Gutierrez HF, Gomez-
Infect Dis, vol.11, suppl.2, pp. S10-6. Macias GS, Fajardo-Ramiorez OR,
Frazer IH. 2008. HPV vaccines and the Trevino V, Barrera-Saldana HA, &
prevention of cervical cancer. Update Garza-Rodriguez ML. 2018.
on Cancern Therapeutics, 3:43–48. Understanding the HPV integration
Gissmann L. 2009. HPV Vaccines: and its progression to cervical cancer.
Preclinical Development. Archives of Infect Genet Evol, 61: 134–144.
Medical Research, 40:466-470. Paavonen J. 2007. Human papillomavirus
Huh WK, Roden RB. 2008. The future of infection and the development of
vaccines for cervical cancer. Gynecol cervical cancer and related genital
Oncol, 109:S48–S56. neoplasias. Int. J Infect Dis, 11: S3-S9.
International Agency for Research on Petry KU. 2014. HPV and cervical cancer.
Cancer, World Health Organization. Scandinavian Journal of Clinical and
2018. Latest world cancer statistics. Laboratory Investigation, 74(244):
https://www.who.int/cancer/PRGlobo 59-62.
canFinal.pdf. Stanley M. 2008. Immunobiology of HPV
Juanda D & Kesuma H. 2015. Pemeriksaan and HPV vaccines. Gynecol Oncol,
merode IVA (inspeksi visual asam 109:S15-S21.
asetat) untuk pencegahan kanker Stanley M. 2010. Pathology and
serviks. Jurnal Kedokteran dan epidemiology of HPV infection in
Kesehatan, 2(2):169 – 174. females. Gynecol Oncol, 117 (2

146
ISSN e-journal 2579-7557
Desy Ariani Gultom: Patogenitas Human Papillomavirus (HPV) dalam Onkogenesis Kanker Serviks
dan Pengembangan Vaksin Pencegahannya

suppl): S5-10. RD, Araujo MWB. 2020. Summary of


Stanley M, Lowy DR, & Frazer I. 2006. the evidence on the safety, efficacy,
Chapter 12: prophylactic HPV and effectiveness of human
vaccines: underlying mechanisms. papillomavirus vaccines Umbrella
Vaccine, 24(S3):106-113. review of systematic reviews. J Am
Steben M, Duarte-Franco E. 2007. Human Dent Assoc, 151(4):245-254.
papillomavirus infection: Wang JW, Roden RBS. 2013. Virus-like
epidemiology and pathophysiology. particles for the prevention of human
Gynecol Oncol, 107(2 suppl): S2–S5. papillomavirus associated
Thomison 3rd J, Thomas LK, Shroyer KR. malignancies. Expert Rev Vaccines,
2008. Human papillomavirus: 12(2):151-156.
molecular and cytology/histology Wang R, Pa NW, Jin L, Huang W, Li Y,
aspects related to cervical Wu D, Gao C, Ma D, Liao S. 2020,
intraepithelial neoplasia and Human papillomavirus vaccine
carcinoma. Hum Pathol, 39(2): 154- against cervical cancer: opportunity
166. and challenge. Cancer Lett, 471:88–
Villa A, Patton LL, Giuliano AR, Estrich 102.
CG, Pehlke SC, O’Brien KK, Lipman

147
ISSN e-journal 2579-7557

Anda mungkin juga menyukai