Anda di halaman 1dari 6

HUMAN PAPILOMAVIRUS (HPV)

Dosen Pengampu : dr. Andrew William Tulle, MSc

Nama Anggota :

Safa’atul Khoir 215070600111007 [A]

Elly Elviana 215070600111039

Oktaviana Puri Astanti 215070601111009

Abidah Dwi Kharisma 215070601111017

Adinda Raniah Salsabilah 215070607111001

Ida Ayu Ketut Putri Puspitasari 215070607111017 [B]

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KOTA MALANG

2021
Human papillomavirus (HPV) adalah infeksi virus pada saluran reproduksi yang sangat
umum. Kebanyakan wanita dan pria yang aktif secara seksual akan mudah terinfeksi dan memiliki
kemungkinan terinfeksi berulang kali. HPV ini tidak ditularkan dengan media tertentu seperti alat
makan, handuk, dan toilet duduk. Setelah aktif secara seksual, di situlah para wanita dan pria
memiliki waktu yang sangat rentan untuk mendapatkan infeksi HPV. Kontak genital kulit ke kulit
adalah penyebab infeksi terbesar. Dan juga, Infeksi HPV tidak ditularkan dengan media tertentu
seperti alat makan, handuk, dan toilet duduk.

Diperkirakan sebesar 75%-80% wanita mengalami setidaknya satu jenis infeksi HPV selama
hidupnya. Sebuah meta analisis melaporkan prevalensi infeksi HPV tertinggi pada wanita usia muda.
11,13 Infeksi HPV genital juga sering mengenai 11 pria, studi berdasarkan metode polymerase chain
reaction (PCR) mengemukakan prevalensi infeksi HPV pada pria antara 3,5% hingga 46,4%. 12
Manifestasi infeksi HPV anogenital yang paling sering dijumpai adalah KA, diperkirakan mengenai 1%
sampai 2% dari individu seksual aktif di Amerika Serikat, dengan insiden yang terus meningkat sejak
tahun 1950.

Kelompok tipe HPV terdiri dari 2 kelompok yaitu HPV risiko rendah dan risiko tinggi. HPV
risiko rendah (tipe 6, 11, 40, 42, 43, 44, 54, 61, 70, 72, 81) dikaitkan sebagai penyebab Kondilomata
akuminata (KA) dan tidak bersifat onkogenik. Infeski HPV biasanya sembuh tanpa intervensi apapun
dalam beberapa bulan setelah akuisisi, dan sekitar 90% sembuh dalam 2 tahun.

Adapula HPV risiko tinggi (tipe 16, 18, 26, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 53, 56, 58, 59, 66, 73,
82) bersifat onkogenik dan sering dikaitkan dengan kejadian keganasan. HPV risiko tinggi berkaitan
dengan terjadinya keganasan pada wanita yaitu kanker serviks.

Penyakit ganas terkait HPV yang paling umum sejauh ini adalah kanker serviks. Hampir
semua kasus kanker serviks dapat disebabkan oleh infeksi HPV. Deteksi genotipe HPV sangat penting
dilakukan untuk mencegah, melakukan diagnosis dini, dan melakukan terapi pada kanker serviks.
Tidak hanya kanker serviks, jenis infeksi HPV tetentu juga menyebabkan penyakit lain, seperti :
kanker anus, vulva, vagina, orafaring, dan penis.

Jenis HPV non-kanker terutama tipe 6 dan 11 dapat menyebabkan kutil kelamin dan
papilomatosis pernapasan. Papilomatosis adalah penyakit di mana tumor tumbuh di saluran udara
yang mengarah dari hidung dan mulut ke paru-paru. Kutil kelamin adalah penyakit yang sangat
umum, memiliki tingkat penulran tinggi, dan berefek buruk bagi kehidupan seksual. Meskipun
kondisi ini memiliki persentase sangat kecil dalam mengakibatkan kematian, namun mereka dapat
menyebabkan terjadinya berbagai penyakit yang menganggu kenyamanan dan kebersihan organ
intim.

Pengaruh HPV Pada Kehamilan. Penyakit yang diakibatkan oleh Human Papilomavirus (HPV)
merupakan penyakit yang menular dengan tigkat infektivitas yang tinggi yaitu sekitar 70%. Hal ini
dikarenakan masa inkubasi dari virus ini rata-rata selama 2-3 bulan dan gejalanya tidak disadari oleh
pasien saja, tetapi dengan pemeriksaan klinis lengkap, histologi, dan sitologis atau analisis
molekular. Virus ini menyebar melalui kontak secara langsung atau autoinokulasi dengan penderita.
Hal ini sangat beresiko pada ibu hamil dan juga bayi yang akan dilahirkan apabila nantinya akan
melakukan persalinan melalui jalur normal. Perkembangan penyakit yang nantinya akan diturunkan
oleh ibu dan terjadi pada anak tersebut adalah 1 antara 80 dan 1 antara 1500.
Selama kehamilan, penyakit yang diakibatkan oleh HPV ini dapt berproliferasi dengan
sangat cepat karena adanya perubahan pada imunitas dan peningkatan suplai darah. Kelainan ini
dapat berupa gejala klinis maupun subklinis. Gejala klinis biasanya megakibatkan gangguan fisik dan
emosional apabila sang ibu melahirkan secara sectio caesaria.

Namun, apabila sang ibu akan melahirkan secara spontan atau normal maka akan ada
kontaminasi HPV dari ibu ke bayi yang dilahirkannya. Pengaruh yang akan dialami oleh sang ibu pada
masa kehamilan apabila sang ibu menderita penyakit HPV adalah adanya kutil pada bibir kemaluan
yang mengakibatkan kemaluan terasa gatal, nyeri, rasa terbakar, menimbulkan sekret dan terkadang
sampai berdarah bahkan ada yang dapat megakibatkan turunnya berat badan.

Transmisi HPV dari ibu ke bayi jarang terjadi, namun dapat menyebabkan terjadinya
respiratory papillomatosis yang dapat mengakibatkan kematian atau morbiditas (kelainan) seumur
hidup pada anak. Selain itu, infeksi HPV pada trofoblas ekstravili dapat menginduksi kematian sel
dan mengurangi invasi plasenta ke dinding rahim sehingga menyebabkan disfungsi plasenta dan
secara spontan dapat menyebabkan kelahiran prematur. Pada janin yang masih ada di dalam
kandungan juga dapat terinfeksi melalui plasenta dan cairan amnion. Prediksi pada saluran
respiratorius, area transformasi (pada laring).

Virus HPV merupakan salah satu agen penyakit menular seksual dan salah satu jalur
penularan utamanya adalah melalui kontak langsung hubungan seksual. Kelompok resiko tinggi
terhadap penularan HPV adalah mereka yang memiliki perilaku seksual yang tidak sehat dengan
berganti-ganti pasangan dan sentuhan di area luka terbuka pada kulit. Selain itu, ibu hamil juga bisa
menularkan virus ini pada bayinya melalui proses persalinan normal

Mekanisme penularan HPV. Mekanisme HPV dalam menyebabkan kanker serviks melibatkan
serangkaian protein non-struktural seperti protein E6 dan E7 yang mengakibatkan kegagalan
mekanisme apoptosis serta pembelahan sel yang tak terkendali yang berujung pada terbentuknya
sel kanker

Infeksi HPV menyebabkan peningkatan proliferasi sel terinfeksi dan ekspansi lateral.
Dibutuhkan waktu yang lama untuk terbentuk kanker serviks, proses awal terjadinya kanker serviks
ditandai dengan fase premalignan dengan berbagai gradasi Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN I, II
and III) yang ditandai dengan adanya gambaran histologi yang abnormal (Stanley, 2003). Gambar 1.
Perkembangan keganasan yang diinduksi oleh HPV (Piersma, 2011).

Infeksi HPV terjadi pada lapisan basal epitel serviks melalui lesi, selanjutnya E1, E2, E4, E5, E6
and E7 diekspresikan dan DNA virus mengalami replikasi dan berintegrasi dengan DNA host.
Selanjutnya terjadi perkembangan kearah keganasan Infeksi HPV yang berlanjut dengan proses
tumorigenesis terutama terjadi pada epitel skuamous metaplastik pada transformation zone (TZ)
dimana transformasi sel terjadi, serviks dan anus lebih memenuhi kriteria ini dibanding vulva dan
vagina dimana tidak terjadi metaplasia. Diduga Well being, Vol. 3 No. 1, 2018 51 terdapat perbedaan
immunosurveillance pada TZ dan jaringan diluar serviks, hal ini berhubungan dengan rendahnya
densitas sel langerhans dibandingkan dengan di luar jaringan serviks (Finzer, 2002).

Diantara tipe HPV, HPV-16 dan HPV-18 merupakan tipe paling banyak berkembang menjadi
kanker serviks, terdeteksi pada hampir 70% kasus kanker serviks. Gen HPV terdiri dari 8, 6 early
genes (E1, E2, E4, E5, E6, E7, dan 2 late genes (L1, dan L2). Di antara gen HPV, E6 dan E7 paling
banyak berkaitan dengan proses karsinogenesis (Faridi, 2011). Produk E6 berikatan dengan protein
supresor p53 dan menghentikan siklus sel pada fase S, menghindari apoptosis dan meningkatkan
kemampuan transformasi, E7 berikatan dan menonaktifkan supresor tumor pRB memicu
tumorigenesis (Faridi, 2011). Gen HPV dapat memanipulasi pengendalian siklus sel untuk
mempertahankan keberadaan dan menunjang proses replikasinya. Protein E6 dan E7 dari tipe high
risk HPV berikatan dengan protein regulator siklus sel dan mempengaruhi cekpoin siklus sel fase
G1/S dan G2/M.

Sejumlah abnormalitas kromosom telah teridentifikasi pada tahap awal lesi servikal yang
disebabkan infeksi oleh high risk HPV, namun tidak pada infeksi oleh low risk HPV. Protein high risk
HPV dapat melakukan beberapa hal yang mempengaruhi siklus sel, diantaranya; meningkatkan
ekspresi cyclin A dan B dalam kaitanya dengan perubahan karakter menjadi imortal, meningkatkan
ekspresi cyclin E yang mendorong terjadinya ketidakstabilan genetik, dan mengganggu ekspresi
cyclin D1, yang berperan penting pada jalur Rb (Southern,2000).

Interaksi HPV dengan berbagai komponen siklus sel menyebabkan hilangnya banyak cek
poin siklus sel yang penting untuk memelihara stabiltas genom, hal ini yang selanjutnya
menyebabkan akumulasi abnormalitas genetik. Protein E6 dapat mengaktifkan telomerase, dimana
didapatkan data bahwa telomerase aktif pada lebih dari 90% sel imortal dan kanker. E6 juga dapat
berikatan dengan produk dari gen supresor tumor p53 yang memicu ekspresi gen terkait siklus sel
dan apoptosis, diantaraya inhibitor cdk (p21), E6 berikatan dengan p53 menyebabkan degradasi p53
(Kim et al. 1994). Selain protein E6 dan E7, protein E5 HPV16 juga dilaporkan menghambat proses
apotosis dengan meurunkan ekspresi molekul pro apoptosis Bax dan Bak, dan meningkatkan
ekspresi molekul antiapoptosis Bcl-2.

Penurunan ekspresi Bax bukan terjadi pada level transkripsi namun terjadi pada fase post
transkripsi, salah satu penelitian melaporkan degradasi Bax dengan meningkatkan ubiquitinisasi
melalui jalur COX-2, EP2, EP4, cAMP dan PKA pada sel C-33A (Oh et.al, 2010). Kesimpulan Virus HPV
merupakan agen penting dalam proses terbentuknya kanker serviks. Infeksi HPV memicu Well being,
Vol. 3 No. 1, 2018 52 berbagai mekanisme seluler maupun molekuler yang dapat memicu
terbentuknya sel kanker.

Pencegahan HPV. Pada tahun 2003, American Cancer Society menyarankan sebaiknya
seorang wanita segera melakukan pemeriksaan serviks dalam waktu 3 tahun sejak pertama kali
melakukan hubungan seksual. Pemeriksaan dilakukan setiap tahun dengan Sitologi Papanicolaou
Test atau lebih dikenal dengan Pap Smear. Apabila selama 3 tahun berturut-turut, pemeriksaan Pap
Smear memberikan hasil normal maka pemeriksaan rutin selanjutnya dilakukan setiap 2 tahun. Pada
usia 30 tahun, pemeriksaan serviks dapat dilakukan setiap 2-3 tahun sekali dengan catatan tidak
mempunyai faktor resiko (misalnya imunosupresi) atau adanya riwayat abnormal pada hasil
pemeriksaan Pap Smear sebelumnya. Selain Pap smear, pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan
metode sitology DNA HPV dan Colposcopy (Saslow et al, 2002).

Selain itu, berikut adalah langkah-langkah pencegahan HPV:

• Menggunakan kondom saat berhubungan seksual


• Tidak merokok

• Tidak berganti-ganti pasangan seks

• Melakukan tes Pap minimal satu tahun sekali

Namun demikian, penggumaam kondom tidak dapat mencegah penularan HPV secara keseluruhan
karena virus ini dapat menular melalui hubungan langsung dengan daerah kulit yang terinfeksi yang
tidak diliputi oleh kondom. Laki-laki dan perempuan yang aktif secara seksual mungkin sebaiknya
melakukan tes Pap secara berkala pada Vagina atau dubur untuk mencari sel yang abnormal atau
tanda awal kutil. Hasil positif dapat ditindaklanjuti untuk mengetahui apakah pengobatan
dibutuhkan. Selain itu, HPV bisa dicegah dengan cara pemberian vaksin HPV.
Daftar Pustaka

Kusnul, Z. 2018. Mengenal Human Papilloma Virus Sebagai Vaktor Resiko Kanker Serviks.
academia.edu, vol.3, no.1, h.48-53
Evriarti, P.R. Dan Yasmon, A. 2019. Patogenesis Human Papilloma Virus (HPV) pada Kanker Serviks.
Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, vol.8, no.1, h.23-32
Cruz-Gregorio A., Manzo-Merino J., Lizano M. Cellular redox, cancer and human papillomavirus. Virus
Research.  2018;246:35–45.
Firdaus, N.N., 2019. Vaksin HPV Sebagai Alternatif Penurunan Resiko Pencegahan Kanker Leher
Rahim.
Putra, S.P., 2021. Upaya Pencegahan Kanker Serviks melalui Vaksinasi dan Skrining Human
Papilomavirus. Majalah Kedokteran Andalas, vol. 44, no. 2, p. 126-134.
Fiona D., 2018. HUBUNGAN INFEKSI Chlamydia trachomatis dan HPV Terhadap Terjadinya Ketuban
Pecah Dini di RSIA Siti Hawa Padang. Universitas Andalas.

Anda mungkin juga menyukai