1|Page
neoplasia intraepitelial serviks (cervical intraepithelial neoplasia/CIN) (Thoma,
2008).
Kondiloma genital dapat ditularkan melalui sentuhan dan hubungan seksual.
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, namun ada sebagian orang yang berisiko
untuk terjangkit penyakit ini antara lain: orang yang sering kontak dengan
air/bekerja di tempat basah (seperti tukang ikan, tukang daging, pemotong
hewan), orang yang hiperhidrosis/ telapak tangan atau kakinya selalu basah, anak-
anak. Penyakit ini menular baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung
seperti pemakaian handuk dan baju yang bersamaan (Thoma, 2008).
Kanker serviks, peristiwa kanker serviks diawali dari normal serviks yang
terinfeksi HPV dan menyebabkan timbulnya displasia sehingga menimbulkan
kanker. Kanker Serviks cenderung muncul pada wanita usia 35-55 tahun (pada
saat usia produktif). Namun dapat pula muncul pada perempuan berusia lebih
muda. Penyebab dari kanker ini adalah Human Papilloma Virus yaitu sejenis virus
yang menyerang manusia dan berpotensi menyebabkan terjadinya komplikasi dan
kemandulan. Serviks normal bentuknya lurus, sedangkan serviks yang terinfeksi
bentuknya membesar, keluar karena berkutil. Inilah yang menyebabkan rasa sakit
pada penderita kanker serviks saat melakukan hubungan seks (Thoma, 2008).
C. Gejala Kanker Serviks
Gejala awal kondisi pra-kanker umumnya ditandai dengan ditemukannya sel-sel
abnormal serviks yang dapat ditemukan melalui tes Pap Smear. Sering kali kanker
serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sel-sel abnormal ini berkembang
menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut :
1. Pendarahan vagina yang tidak normal seperti :
Pendarahan di antara periode menstruasi yang regular
Pendarahan di luar waktu haid
Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari
biasanya
Pendarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul
Pendarahan sesudah menopause
Kelainan pada vagina (keluarnya cairan kekuningan, berbau)
2. Rasa sakit saat berhubungan seksual
3. Rasa sakit/ nyeri pada pinggul dan kaki
D. Pengobatan Infeksi HPV
Sampai saat ini, belum ada pengobatan langsung untuk infeksi HPV. Sistem
kekebalan tubuh dapat “memberantas” infeksi HPV, namun orang tersebut dapat
kembali tertular lagi. Bagi beberapa wanita dengan infeksi HPV pada leher rahim
menjadi resisten terhadap obat-obat di atas oleh karenanya pengobatannya
(pengambilan displasia dan kutil) dapat dilakukan dengan cara berikut:
Membakarnya dengan jarum listrik (kauterusasi listrik) atau laser
Membekukannya dengan Nitrogen cair
Memotongnya secara bedah
Mengobatinya dengan zat kimia
Pengobatan pada kanker mulut rahim ada tiga, yaitu operasi, penyinaran (radiasi),
dan kemoterapi. Masing-masing terapi dilakukan dokter menurut stadium kanker
yang dialami pasien dan dengan pertimbangan kaidah dan risiko bagi pasien.
Stadium O atau disebut juga lesi prakanker sangat mudah diobati dengan tindakan
lokal. Selanjutnya stadium 1, dibagi A dan B, pilihan pengobatan dengan operasi.
Stadium 2A masih dioperasi, tetapi stadium 2B tidak lagi dioperasi, melainkan
sebaiknya radiasi dibantu kemoterapi. Stadium 3 dan 4 adalah stadium lanjut,
dibagi juga A dan B, biasanya radiasi dibantu kemoterapi (Thoma, 2008).
3|Page
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. CMV merupakan virus litik yang menyebabkan efek sitopatik in vivo dan
in vitro. CMV cepat menyebar biasanya melalui berbagai macam cairan
tubuh orang yang telah terinfeksi CMV, seperti contohnya air seni, air liur,
darah, air mata, mani, dan air susu ibu. Penyebaran virus ini dapat
berlangsung tanpa adanya gejala-gejala klinis terlebih dahulu. Penularan
dapat juga terjadi diantara ibu dengan janin dan pada transfuse organ atau
cangkok pada bagian badan tertentu.
2. Congenital Rubella Syndrome (CRS) atau Fetal Rubella Syndrome
merupakan gabungan beberapa keabnormalan fisik yang berkembang pada
bayi sebagai akibat infeksi virus rubella maternal yang berlanjut dalam
fetus. CRS dapat mengakibatkan terjadinya abortus, bayi lahir mati,
prematur dan cacat apabila bayi tetap hidup. Infeksi virus rubella pada
trimester I kehamilan memiliki risiko kerusakan yang lebih besar
dibandingkan dengan infeksi setelah trimester pertama.
3. Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT menyebabkan keguguran, bayi
lahir mati atau gangguan terhadap janin.Susahnya, sebanyak 50% lebih
ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain
mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan
agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh
yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. Sedangkan dalam
persalinan terjadi akibat adanya kuman yang masuk karena dilakukan
pemeriksaan dalam tanpa keadaan yang steril, juga akibat ketuban pecah
dini sebelum proses persalinan. Selain itu Kuman bakteri Infeksi sesudah
persalinan dapat ditemui juga pada endometrium atau lapisan dalam
rahim . Infeksi dapat terjadi bila pertolongan persalinan tidak steril.
DAFTAR PUSTAKA
Arsa, Mudi, 2010, “Rubella”,
http://mudiarsa.blogspot.com/2010/06/rubella.html, diunduh pada tanggal 4 Juni
2014 di Yogyakarta
Candradinita, I Putu, 2008, “Cytomegalovirus”,
http://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/i-putu-
chandradinita078114002.pdf, diunduh pada tanggal 4 Juni 2014 di Yogyakarta
Kadek, dan S. Darmadi, 2007, Gejala Rubela Bawaan (Kongenital)
Berdasarkan Pemeriksaan Serologis Dan Rna Virus, FK UNAIR, Surabaya
Thoma, Sisilia Rani, 2008, “Human Papilloma Virus”,
http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/sisilia-rani-thoma0781141411.pdf,
diunduh pada tanggal 4 Juni 2014 di Yogyakarta
Wibisono, Al, 2011, Bab 1 Pendahuluan, Universitas Sumatera Utara, Sumatera
Utara
5|Page