GASTROSCHISIS
Oleh
Michelle Eugenia (2102612029)
Pembimbing
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan reading assignment yang
berjudul “Gastroschisis” tepat pada waktunya. Reading assignment ini disusun
dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Departemen/KSM Ilmu
Bedah FK UNUD/RSUP Prof I.G.N.G Ngoerah.
Dalam penulisan reading assignment ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan, baik berupa informasi maupun bimbingan moril. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. dr. I Made Darmajaya, Sp.B., Sp.BA (K)., MARS selaku ketua
Departemen/ KSM Ilmu Bedah FK Unud/RSUP Prof I.G.N.G Ngoerah
Denpasar.
2. Dr. dr. Made Agus Dwianthara Sueta, Sp.B-KBD selaku Koordinator
Pendidikan Profesi Dokter Muda Departemen/KSM Ilmu Bedah FK
Unud/RSUP Prof I.G.N.G Ngoerah Denpasar.
3. dr. Kadek Deddy Ariyanta, Sp.B.Sp.BA.Subsp.D.A(K) selaku
pembimbing dalam pembuatan reading assignment ini.
4. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa reading assignment ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun agar karya-karya yang penulis buat di kemudian hari dapat menjadi
lebih baik. Penulis juga berharap karya ini dapat memberi manfaat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
2.5 Klasifikasi.............................................................................5
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Gambaran tranversal pada abdomen janin usia 12 minggu ......8
Gambar 2.3 Tampak bagian usus melayang bebas di cairan ketuban. .........8
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gastroschisis adalah kelainan bawaan lahir di mana terdapat celah atau
lubang pada dinding perut sebelah samping pusar yang mengakibatkan usus bayi
dapat keluar dari tubuh bayi. Ukuran celah tersebut bisa bervariasi, dan terkadang
organ lain, seperti lambung dan hati, juga dapat berada di luar tubuh bayi. Kondisi
gastroschisis biasanya muncul pada tahap awal kehamilan, dan biasanya letak
celahnya berada di sebelah kanan pusar. Kondisi usus yang tidak dilindungi oleh
kantung pelindung dan terpapar cairan amnion, bisa menyebabkan iritasi yang
membuat usus menjadi lebih pendek, melilit, atau membengkak (Mai dkk., 2019).
2.2 Epidemiologi
Penelitian yang dilakukan oleh Nukana pada tahun 2012 mencatat bahwa
terdapat 37 kasus gastroschisis yang terjadi di RSUP Sanglah antara tahun 2010
hingga 2012 (Skarsgard, 2016). Dahulu, tingkat kematian akibat gastroschisis
sekitar 30%, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, tingkat kematian tersebut
mengalami penurunan bertahap dan saat ini mencapai sekitar 5%. Tingkat kematian
ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk komplikasi yang muncul sebelum
dan setelah operasi, dan juga dapat mencerminkan tingkat keberhasilan dalam
penanganan kondisi ini (GC, 2013).
2
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko
1. Faktor genetik: Meskipun tidak ada dasar genetik yang kuat untuk
gastroschisis, bukti menunjukkan bahwa faktor genetik mungkin memiliki
peran dalam kerentanan individu terhadap kondisi ini. Sejumlah penelitian
telah menunjukkan hubungan antara riwayat keluarga dan gastroschisis,
meskipun gen tertentu yang terkait belum diidentifikasi.
2. Faktor lingkungan: Beberapa faktor lingkungan telah diidentifikasi sebagai
kemungkinan penyebab gastroschisis, termasuk:
a. Paparan terhadap zat kimia: Paparan selama kehamilan terhadap zat
kimia tertentu seperti toluena, amonia, atau pestisida tertentu telah
dikaitkan dengan peningkatan risiko gastroschisis.
b. Konsumsi Alkohol dan Merokok: Merokok dan mengonsumsi alkohol
selama kehamilan dapat meningkatkan risiko gastroschisis.
c. Usia ibu: Risiko gastroschisis tampaknya lebih tinggi pada ibu yang
berusia di bawah 20 tahun.
d. Faktor sosioekonomi: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
lingkungan sosioekonomi yang rendah dapat berkontribusi pada
peningkatan risiko gastroschisis.
3. Faktor infeksi: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa infeksi selama
trimester awal kehamilan dapat berkontribusi pada risiko gastroschisis,
meskipun hubungannya masih belum sepenuhnya dipahami.
4. Gangguan vaskular: Beberapa ahli telah mengusulkan bahwa gangguan
vaskular yang mempengaruhi perkembangan dinding perut embrio dapat
berperan dalam terjadinya gastroschisis.
5. Nutrisi: Beberapa penelitian telah mencari hubungan antara defisiensi
nutrisi tertentu selama kehamilan dan peningkatan risiko gastroschisis,
meskipun bukti yang konsisten masih kurang.
3
2.4 Patogenesis
4
2.5 Klasifikasi
5
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Selama pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi yang baru lahir, dapat
terlihat adanya kecacatan pada dinding perut, yang biasanya berukuran uniform
(kurang dari atau sama dengan 4 cm) dan terletak di sebelah kanan tali pusat. Dalam
kasus Gastroschisis, tidak ada membran pelindung yang melapisi organ pencernaan
yang herniasi (Glasser, 2019).
Setelah lahir, usus pada bayi dengan Gastroschisis umumnya masih dalam
kondisi normal, tetapi sekitar 20 menit setelah kelahiran, terjadi perubahan
karakteristik yang dapat terjadi. Perubahan ini mungkin terkait dengan paparan
udara, tetapi lebih terkait dengan penutupan vena mesenterik pada tingkat cacat
pada dinding abdomen. Hal ini mengakibatkan pembengkakan dan akumulasi
cairan yang mengandung protein di sekitar area tersebut (Cain dkk., 2014).
6
Gambar 2.1 (a) Gastroschisis dengan atresia intestinal. (b) Gastroschisis dengan
iskemia intestinal massif (Yilmaz dkk., 2016).
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
7
melalui celah pada dinding abdomen. Pada akhir kehamilan, pemeriksaan USG
akan menunjukkan penebalan dinding usus karena terus terkena cairan amnion.
Gambaran lain yang mungkin muncul adalah pelebaran usus di dalam perut atau di
luar perut. Jika ada tanda-tanda polihidramnion yang terkait dengan pelebaran usus,
ini bisa mengindikasikan adanya atresia usus (Cain dkk., 2014).
Gambar 2.2 (a) Gambaran tranversal pada abdomen janin usia 12 minggu,
menunjukkan Gastroschisis: herniasi usus (*) terlihat di sisi lateral dari insersi tali
pusat. (b) Gambaran transversal pada abdomen janin usia 12 minggu,
menunjukkan omfalokel yang besar (Nasr dkk., 2012).
Gambar 2.3 Tampak bagian usus melayang bebas di cairan ketuban. (a)
Gambaran USG janin dengan Gastroschisis pada usia kehamilan 25 minggu
(Mesas dkk., 2015). (b) Gambaran USG janin dengan Gastroschisis pada usia
kehamilan 31 minggu (Baud dkk., 2013).
8
2.7 Diagnosis Banding
1. Omfalokel.
Omfalokel adalah kelainan kongenital yang terjadi pada bayi yang
baru lahir di mana organ-organ abdominal (perut) seperti usus, hati, atau
bagian lainnya, terdapat di dalam kantong membran yang menonjol melalui
lubang di sekitar tali pusar atau umbilikus. Kantung membran yang
menutupi isi usus dan tali pusar yang sering masih utuh membantu
membedakan kedua diagnosis tersebut. Membran yang menutupi omfalokel
mungkin telah robek selama perkembangan di dalam rahim atau saat lahir.
Namun, lokasi hati dan tempat penyisipan pembuluh tali pusar dapat
membantu membedakan omfalokel (tali pusar menyisip ke puncak
membran omfalokel) dengan gastroschisis (tali pusar menyisip di sebelah
dinding perut yang cacat dengan cacat biasanya berada di sebelah kanan
pusar) (Williams dkk., 2019).
9
Gambar 2.4 Gambaran Gastroschisis dan omfalokel. (a) Gastroschisis dengan
usus normal. (b) Gastroschisis dengan kerusakan signifikan pada usus, tampak
perlengketan, pengelupasan dan pemendekan. (c) Omfalokel kecil. (d) Omfalokel
besar disertai hepar (Carnaghan dkk., 2014).
2. Hernia umbilikus
Hernia korda umbilikalis adalah kecacatan pada dinding perut yang
memiliki ukuran kurang dari 4 cm, dimana hanya usus yang herniasi dan
tidak ada hepar yang terlibat, serta tidak ada kelainan pada dinding perut di
atas area defek. Namun, diagnosa ini bisa sulit dibedakan dari Gastroschisis.
Tanda-tanda yang mendukung diagnosis hernia korda umbilikalis meliputi
keadaan defek yang tertutupi oleh kulit yang normal, biasanya tidak
terdeteksi saat bayi baru lahir, dan seringkali muncul pada minggu pertama
atau bulan pertama usia bayi (Juul, 2017).
3. Ectopia Cordis
Ectopia cordis adalah kondisi di mana jantung secara sebagian atau
sepenuhnya terletak di luar rongga dada. Gangguan ini terjadi karena
ketidakmampuan lipatan-lipatan lateral dada dan cephalic folds untuk
bersatu dengan baik selama perkembangan janin. Pada umumnya, defek ini
terlokasi di bagian tengah sternum (tulang dada) dan mengakibatkan jantung
10
menjadi terlihat di luar tubuh. Terkadang, defek ini juga dapat terjadi di
lokasi yang mirip dengan Gastroschisis (Klein, 2012).
2.8 Tatalaksana
11
Beberapa penelitian mengenai waktu optimal untuk persalinan pada kasus
gastroschisis berbeda-beda. Mesas dkk. menyarankan bahwa waktu persalinan
terbaik berkisar antara 35 hingga kurang dari 37 minggu dan merekomendasikan
persalinan melalui operasi caesarean (Allin dkk., 2015). Baud dkk. menyatakan
bahwa induksi persalinan pada usia kehamilan 37 minggu berhubungan dengan
penurunan risiko sepsis, kerusakan usus, dan kematian neonatal (Ross dkk., 2015).
Namun, Carnaghan dkk. mengungkapkan bahwa persalinan sebelum 37 minggu
berhubungan dengan lama rawat inap yang lebih panjang di rumah sakit (Sandler
dkk., 2004). Cain dkk. menemukan bahwa persalinan setelah 37 minggu berkaitan
dengan hasil perinatal yang lebih baik daripada persalinan sebelum 37 minggu.
Youssef dkk. menjelaskan bahwa setiap minggu dalam kandungan mengurangi
persentase janin dengan gangguan kontur dinding usus halus sebesar 3,6%. Namun,
penelitian lain menyatakan bahwa persalinan setelah 38 minggu dapat
mengakibatkan penebalan usus (Bergholz dkk., 2014).
12
2.8.3 Tatalaksana Bayi Baru Lahir
Pemberian nutrisi melalui jalur usus sering ditunda selama beberapa minggu
sampai motilitas usus kembali normal. Keputusan kapan mulai memberikan nutrisi
enteral bersifat subjektif, dan salah satu penelitian menyatakan bahwa hasil terbaik
dicapai ketika pemberian nutrisi enteral dimulai pada hari ketujuh setelah operasi
(Ross dkk., 2015).
Gambar 2.5 (a) Gambaran pre operasi. (b) Eksplorasi eviserasi usus melalui
defek paraumbilical kanan. (c) Menempatkan usus ke dalam abdomen. (d)
Gambaran post operasi penutupan primer (Ross dkk., 2015).
13
Gambar 2.6 (a) Gastroschisis: foreshortened dengan edema pada usus. (b)
reduksi bertahap menggunakan spring-loaded silo (Yilmaz dkk., 2016).
14
Gambar 2.8 Penutupan defek abdominal Gastroschisis menggunakan teknik
penutupan tanpa jahitan. (a) Gastroschisis usus sebelum reduksi (b) Defek setelah
reduksi usus. (c) Tali pusat disesuaikan untuk mengisi defek yang ditutupi dengan
Tegaderm. (d) Anak yang sama pada saat berusia 18 bulan (Ross dkk., 2015).
2.9 Komplikasi
2.10 Prognosis
15
berhubungan dengan penyakit utama maupun prosedur bedah, seperti infeksi,
enterokolitis nekrotik, sindrom usus pendek, atresia usus, obstruksi usus, dan
volvulus yang dapat memengaruhi prognosis akhir bayi tersebut. Gastroschisis
kompleks, dibandingkan dengan gastroschisis sederhana, terkait dengan
peningkatan risiko kematian di rumah sakit hingga 7 kali lipat. Kemungkinan
adanya penyakit jantung dan paru-paru yang lebih sering terjadi pada neonatus
dengan gastroschisis kompleks, bersamaan dengan kondisi penyakit lainnya, juga
dapat berperan dalam hasil yang lebih buruk bagi pasien yang kompleks. Penyakit
yang lebih kompleks ini cenderung memiliki hasil yang buruk, termasuk kegagalan
proses penyembuhan luka operasi, infeksi, bakteremia, syok, pneumonia terkait
penggunaan ventilator, sepsis, masalah intoleransi terhadap pemberian makan yang
melibatkan kesulitan dalam memulai dan mencapai jumlah pemberian makan yang
diharapkan, serta lama rawat inap yang lebih lama (Friedmacher dkk., 2014).
Usia kehamilan yang lebih rendah dan adanya bekuan di usus berhubungan
dengan peningkatan lama tinggal di rumah sakit, sedangkan berat badan lahir yang
lebih rendah berhubungan dengan risiko kematian yang lebih tinggi. Dampak
jangka panjang dari gastroschisis dapat mencakup masalah dengan gerakan usus
yang tidak normal (obstruksi usus semu), masalah penyerapan nutrisi (kerusakan
lapisan mukosa usus), dan penyakit refluks gastroesofageal. Kesulitan dalam
mencapai penyembuhan luka operasi dapat memengaruhi morbiditas dengan
memperpanjang disfungsi usus (ileus) dan menyebabkan terbentuknya hernia
ventral yang mungkin memerlukan operasi. Temuan sonografi prenatal yang
meliputi pelebaran usus di dalam rongga perut, pelebaran lambung, dan
polihidramnion telah terkait dengan hasil yang lebih buruk. Adanya herniasi hati
juga merupakan indikator yang memperkirakan hasil yang lebih buruk (tingkat
kelangsungan hidup 43% dengan herniasi versus 97% tanpa) (Puligandla dkk.,
2017).
16
2.11 KIE
Orang tua yang memiliki bayi dengan gastroschisis perlu menerima edukasi
yang mencakup dua aspek utama: pengaruh faktor-faktor terhadap perkembangan
janin dan perencanaan persalinan di fasilitas kesehatan tingkat lanjut ketika dugaan
gastroschisis muncul (Glasser, 2019).
Konseling prenatal dilakukan oleh tim medis multidisiplin, yang terdiri dari
dokter spesialis kandungan, anak, dan bedah anak. Diskusi melibatkan berbagai
aspek, seperti pemilihan tempat, waktu, dan metode persalinan, serta kemungkinan
adanya kelainan atau anomali lain yang bisa menyertai gastroschisis, serta risiko
komplikasi saat kelahiran dan pasca operasi. Penting untuk memahami bahwa
konseling prenatal dimulai dengan penekanan pada pentingnya pemantauan ketat
selama kehamilan. Ini mencakup jadwal kunjungan prenatal, dimana setiap dua
minggu sejak usia kehamilan 30 minggu, mingguan sejak usia kehamilan 34
minggu, dan bahkan dua kali seminggu sejak usia kehamilan 35 minggu hingga
waktu persalinan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya risiko komplikasi pada
trimester tiga, seperti masalah dengan denyut jantung janin, volume cairan ketuban
yang rendah (oligohidramnion), volume cairan ketuban yang tinggi
(polihidramnion), keterbatasan pertumbuhan janin di dalam rahim (IUGR), dan
bahkan risiko kematian janin (Glasser, 2019).
17
BAB III
SIMPULAN
Gastroschisis adalah kelainan bawaan lahir di mana terdapat celah atau
lubang pada dinding perut sebelah samping pusar yang mengakibatkan usus bayi
dapat keluar dari tubuh bayi. Kejadian gastroschisis di seluruh dunia berkisar antara
4 hingga 5 per 10.000 kelahiran hidup dan lebih sering terjadi pada bayi prematur,
bayi dengan berat lahir rendah, dan bayi perempuan. Penyebab pasti gastroschisis
masih belum sepenuhnya dipahami, namun dikaitkan dengan faktor genetik,
lingkungan, infeksi, gangguan vaskular, dan nutrisi. Gastroschisis diklasifikasikan
menjadi gastroschisis sederhana dan kompleks dilihat dari komplikasi usus yang
terjadi. Diagnosis gastroschisis dapat dimulai dari anamnesis mengenai faktor
risiko, tanda yang didapatkan pada bayi ketika lahir, dan dapat ditegakkan sejak
masa prenatal melalui pemeriksaan USG. Tatalaksana kasus gastroschisis dimulai
dari pemeriksaan prenatal rutin dan pemilihan jalur persalinan yang tepat, setelah
bayi lahir dilakukan penanganan awal seperti pemasangan tabung orogastrik dan
pemasangan jalur intravena, setelah itu prosedur pembedahan dapat dilakukan.
Tingkat kelangsungan hidup bayi dengan gastroschisis cukup tinggi, namun
memiliki morbiditas yang cukup tinggi juga terutama pada gastroschisis kompleks.
18
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kaff, A., MacDonald, S.C., Kent, N., Burrows, J., Skarsgard, E.D., Hutcheon,
J.A. and Network, C.P.S., 2015. Delivery planning for pregnancies with
gastroschisis: findings from a prospective national registry. American Journal
of Obstetrics and Gynecology, 213(4), pp.557-e1.
Allin, B.S., Tse, W.H.W., Marven, S., Johnson, P.R. and Knight, M., 2015.
Challenges of improving the evidence base in smaller surgical specialties, as
highlighted by a systematic review of gastroschisis management. PloS one,
10(1), p.e0116908.
Baud, D., Lausman, A., Alfaraj, M.A., Seaward, G., Windrim, R., Langer, J.C.,
Kelly, E.N. and Ryan, G., 2013. Expectant management compared with
elective delivery at 37 weeks for gastroschisis. Obstetrics & Gynecology,
121(5), pp.990-998.
Beaudoin, S., 2018, October. Insights into the etiology and embryology of
gastroschisis. In Seminars in Pediatric Surgery (Vol. 27, No. 5, pp. 283-288).
WB Saunders.
Bergholz, R., Boettcher, M., Reinshagen, K. and Wenke, K., 2014. Complex
gastroschisis is a different entity to simple gastroschisis affecting morbidity
and mortality—a systematic review and meta-analysis. Journal of pediatric
surgery, 49(10), pp.1527-1532.
Cain, M.A., Salemi, J.L., Tanner, J.P., Mogos, M.F., Kirby, R.S., Whiteman, V.E.
and Salihu, H.M., 2014. Perinatal outcomes and hospital costs in gastroschisis
based on gestational age at delivery. Obstetrics & Gynecology, 124(3),
pp.543-550.
19
Carnaghan, H., Pereira, S., James, C.P., Charlesworth, P.B., Ghionzoli, M.,
Mohamed, E., Cross, K.M., Kiely, E., Patel, S., Desai, A. and Nicolaides, K.,
2014. Is early delivery beneficial in gastroschisis?. Journal of pediatric
surgery, 49(6), pp.928-933.
Christison-Lagay, E.R., Kelleher, C.M. and Langer, J.C., 2011, June. Neonatal
abdominal wall defects. In Seminars in Fetal and Neonatal Medicine (Vol. 16,
No. 3, pp. 164-172). WB Saunders.
Friedmacher, F., Hock, A., Castellani, C., Avian, A. and Höllwarth, M.E., 2014.
Gastroschisis-related complications requiring further surgical interventions.
Pediatric surgery international, 30, pp.615-620.
Genetics, G.C., 2013. Committee opinion no. 581: the use of chromosomal
microarray analysis in prenatal diagnosis. Obstetrics and gynecology, 122(6),
pp.1374-1377.
Klein, M.D., 2012. Congenital defects of the abdominal wall. Pediatric surgery,
pp.973-984.
Lepigeon, K., Van Mieghem, T., Vasseur Maurer, S., Giannoni, E. and Baud, D.,
2014. Gastroschisis–what should be told to parents?. Prenatal diagnosis,
34(4), pp.316-326.
Mai, C.T., Isenburg, J.L., Canfield, M.A., Meyer, R.E., Correa, A., Alverson, C.J.,
Lupo, P.J., Riehle‐Colarusso, T., Cho, S.J., Aggarwal, D. and Kirby, R.S.,
2019. National population‐based estimates for major birth defects, 2010–
2014. Birth defects research, 111(18), pp.1420-1435.
20
Mesas Burgos, C., Svenningsson, A., Vejde, J.H., Granholm, T. and Conner, P.,
2015. Outcomes in infants with prenatally diagnosed gastroschisis and
planned preterm delivery. Pediatric surgery international, 31, pp.1047-1053.
Nasr, A., Wayne, C., Bass, J., Ryan, G. and Langer, J.C., 2013. Effect of delivery
approach on outcomes in fetuses with gastroschisis. Journal of pediatric
surgery, 48(11), pp.2251-2255.
Perrone, E.E., Olson, J., Golden, J.M., Besner, G.E., Gayer, C.P., Islam, S. and
Gollin, G., 2019. Closing gastroschisis: the good, the bad, and the not-so ugly.
Journal of pediatric surgery, 54(1), pp.60-64.
Puligandla, P.S., Baird, R., Skarsgard, E.D., Emil, S., Laberge, J.M. and Network,
C.P.S., 2017. Outcome prediction in gastroschisis–The gastroschisis
prognostic score (GPS) revisited. Journal of Pediatric Surgery, 52(5), pp.718-
721.
Ross, A.R., Eaton, S., Zani, A., Ade-Ajayi, N., Pierro, A. and Hall, N.J., 2015. The
role of preformed silos in the management of infants with gastroschisis: a
systematic review and meta-analysis. Pediatric surgery international, 31,
pp.473-483.
Sandler, A., Lawrence, J., Meehan, J., Phearman, L. and Soper, R., 2004. A
“plastic” sutureless abdominal wall closure in gastroschisis. Journal of
pediatric surgery, 39(5), pp.738-741.
Slater, B.J. and Pimpalwar, A., 2020. Abdominal wall defects. Neoreviews, 21(6),
pp.e383-e391.
21
Williams, A.P., Marayati, R. and Beierle, E.A., 2019, April. Pentalogy of cantrell.
In Seminars in pediatric surgery (Vol. 28, No. 2, pp. 106-110). WB Saunders.
Yilmaz, J., Inanc, I. and Inan, M., 2016. A case report: gastroscisis. TMSJ, 2016,
pp.22-5.
Youssef, F., Cheong, L.H.A., Emil, S. and Network, T.C.P.S., 2016. Gastroschisis
outcomes in North America: a comparison of Canada and the United States.
Journal of pediatric surgery, 51(6), pp.891-895.
22