Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KESTABILAN ATAP ATAS LUBANG BUKAAN

DALAM MENENTUKAN PENYANGGA TEROWONGAN


TAMBANG BAWAH TANAH PADA PT. FREEPORT
INDONESIA

Disusun Oleh :

Kristine N. Panjaitan
NIM. 201506110440

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN


TINGGI

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

FAKLUTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

JAYAPURA

2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Freeport Indonesia merupakan salah satu perusahaan tambang


terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Kegiatan PT. Freeport Indonesia ini
meliputi eksplorasi, menambang dan memproses bijih yang mengandung
tembaga, emas dan perak di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika, Provinsi
Papua, Indonesia. Untuk sistem penambangannya sendiri, PT. Freeport Indonesia
sampai saat ini masih menggunakan dua sistem penambangan, yaitu tambang
terbuka dan tambang bawah tanah. Hanya saja saat ini tambang terbuka PT.
Freeport Indonesia atau yang biasa disebut dengan Grasberg, sudah memasuki
tahap akhir sehingga focus penambangan akan beralih ketambang bawah tanah.

Penambangan bawah tanah di PT. Freeport Indonesia menggunakan


metode block caving atau runtuhan blok. Ini adalah metode penambangan
dengan memotong besarnya area luas penampang bagian bawah dari blok bijih
untuk meruntuhkan bijih di atas level undercut. Dengan metode ini akan
terbentuk gua-gua ambrukan (cave) yang nantinya akan terjadi perambatan
ambrukan (cave propagation) pada bijih akibat tekanan dari atas yang
mempunyai beban dari bijih itu sendiri dan sifat batuan yang berada di daerah
cave yang mudah ambruk karena adanya gaya gravitasi.

Pada dasarnya, penambangan bawah tanah merupakan kegiatan yang


kompleks dan sangat beresiko tinggi. Untuk itu sangat diperlukan analisis
geoteknik untuk mengetahui perlakuan yang tepatterhadap batuan, khususnya
pada lubang bukaan agar tidak terkena deformasi. Untuk dapat mengetahui
apakah lubang bukaan tersebut stabil, maka diperlukan data tentang klasifikasi
massa batuan, dimana data tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan
komposisi dan karakteristik massa batuan, memperkirakan kebutuhan awal
penyangga dan memperkirakan kekuatan dan sifat deformasi batuan.

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan


rekomendasi penyanggaan yang tepat, sehingga dapat dibuat sebuah acuan
penyangga yang sesuai dengan mempertimbangkan faktor keamanan, efektif,
efisien dan ekonomis.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang mendasari sehingga penelitian ini harus
dilaksanakan, yaitu:
1. Bagaimana mengetahui klasifikasi massa batuan dengan metode Rock
Mass Rating (RMR)?
2. Bagaimana menentukan geometri lubang bukaan yang aman?
3. Bagaimana menentukan penyanggaan yang sesuai?

1.3. Batasan Masalah


Agar penulisan ini sesuai dengan apa yang diharapkan, maka penulis
hanya membatasi penulisan mengenai perhitungan klasifikasi massa batuan,
penentuan geometri lubang bukaan yang aman dan menentukan penyanggan yang
sesuai dengan mempertimbangkan faktor keamanan, efektif, efisien dan
ekonomis.

1.4. Maksud dan Tujuan


1.4.1. Maksud
Mengetahui kestabilan atap atas lubang bukaan tambang bawah tanah
dalam menentukan penyangga yang sesuai dengan mempertimbangkan faktor
keamanan efektif, efisien, dan ekonomis pada PT. Freeport Indonesia.
1.4.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada pihak perusahaan Mengenai klasifikasi
batuan dengan metode Rock Mass Rating (RMR) dan geometri lubang
bukaan yang aman.
2. Memberikan masukan kepada pihak perusahaan dalam menentukan
penyanggan yang sesuai dengan mempertimbangkan faktor keamanan,
efektif, efisien dan ekonomis.

1.5. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Dapat meningkatkan wawasan mahasiswa terhadap kondisi lapangan di
perusahaan serta menambah kemampuan dan keyakinan akan teori yang
telah diperoleh dari perkuliahan.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Terjalin hubungan yang baik antara peguruan tinggi dengan perusahaan
tempat mahasiswa melaksanakan Tugas Akhir mengenai berbagai
persoalan yang muncul sehingga dapat dicari solusi bersama yang lebih
baik serta berkelanjutan.
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap perusahaan
mengenai bagaimana dan seberapa besar pengaruh kamantapan lereng
dalam menentukan penyangga atap atas lubang bukaan yang akan di
gunakan pada terowongan tambang bawah tanah. Selain itu, hasil
penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan studi
pembanding bagi penelitian yang terkait dengan kemantapan lereng.

1.6. Lokasi dan Ketersampaian Daerah

PT. Freeport Indonesia terletak di pegunungan Jaya Wijaya,


Kecamatan Mimika Timur, Kabupaten Timika, Propinsi Papua, berada pada
posisi geografis, 04º 06' -04º 012' Lintang Selatan (South Latitude) dan 137º 06' –
137º 12' Bujur Timur (east Longitude) pada jajaran pegunungan Sudirman di
Papua yang merupakan propinsi paling timur Indonesia. PT. Freeport Indonesia
memegang izin kontrak karya seluas 2.500.000 hektar untuk prasarana proyek
yang meliputi dearah Amamapare atau Pelabuhan, Timika, Kuala Kencana,
Hidden Valley, Tembagapura, Ridge Camp, Pabrik Pengolahan, GBT,
sampai lokasi Grassberg. Berikut ialah penjelasan daerah - daerah tersebut.

a. Lowland adalah daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 10 m


sampai 2.000 mdpl yang meliputi :
1. Area Pelabuhan
a) Porsite Amamapare, untuk tempat pengangkutan konsentrat hasil
pengolahan.
b) New Dock, untuk tempat bongkar muat peti kemas.
2. Kuala Kencana, lokasi perumahan dan kantor administrasi
3. PLTU
b. Highland adalah daerah dataran tinggi dengan ketinggian antara 2.000 mdpl
sampai 4.200 mdpl yang meliputi:
1. Hidden Valley (mile 66), perumahan karyawan, prasarana ibadah, fasilitas
perusahaan.
2. Tembagapura (mile 68), perumahan karyawan, kantor administrasi dan
bangunan fasilitas perusahaan.
3. Ridge Camp (mile 72), perumahan karyawan dan bangunan fasilitas
perusahaan.
4. Pabrik pengolahan atau mill plant (mile 74).
5. Area penambangan (mine) Grasberg, DOZ, Big Gossan, dan Grasberg
Block Cave.
6. GBT Area I Upper Level Conveyor Areadan Bottom Ore Bindi MLA
merupakan area conveyoryang berasal dari kegiatan penambangan di
Grasberg (Gresberg Open Pit), dan DOZ.
Gambar 1.1. Daerah PT. Freeport Indonesia

Perjalanan menuju lokasi penambangan PTFI dari ibuKota Jakarta dapat


ditempuh melalui jalur sebagai berikut :
1. Menggunakan transportasi penerbangan dari Bandar Udara Halim Perdana
Kusuma menuju Bandar Udara Mozes Kilangin di Kabupaten Timika yang
ditempuh selama ± 5 jam. Penerbangan melalui beberapa transit di Kota-
Kota tertentu.
2. Dari Bandar Udara Mozes Kilangin perjalanan dilanjutkan dengan jalur darat
melalui sebuah jalan utama yang menghubungkan antara Bandar Udara,
Portsite, Kuala Kencana, Kota Tembagapura. Perjalanan ditempuh
menggunakan bus khusus PTFI selama ± 3 jam dan sepanjang ± 125 km.
3. Menuju lokasi DMLZ ditempuh melewati Ridge Camp di mile 74 melalui
jalur utama dari Kota Tembagapura melewati terowongan Zaagkam
sepanjang 945 m.
4. Dari mile 74 perjalanan dilanjutkan melalui Ali Budiharjo Portal memasuki
lokasi penambangan bawah tanah menggunakan bus atau mobil LV. Seluruh
perjalanan dari Tembagapura menuju tambang DMLZ ditempuh selama ± 60
menit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Study Pustaka


Dalam melakukan sebuah penelitian diperlukan hasil-hasil penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Adapun hasil-hasil
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang terdapat dalam
judul penelitian ini adalah sebagai berikut.
Dalam buku geoteknik tambang yang ditulis oleh Prof. Dr. Ir. Irwandy Arif,
M.Sc (2016) menyatakan bahwa getaran yang dihasilkan dari aktivitas peledakan
dapat memengaruhi kemantapan lereng. Ketika ledakan terjadi, gelombang
seismik yang timbul akan menghasilkan gangguan pada massa batuan dan
merambat dalam bentuk gelombang tekan. Besarnya gelombang tekan maksimum
(stress wave peak) pada area yang dekat dengan sumber ledakan melebihi
kekuatan tarik batuan sehingga batuan hancur dan menghasilkan zona hancuran
(crushed zones), zona rekahan (fracture zones), atau blasting damage. Sementara
itu, pada area yang jauh dari sumber ledakan dimana gelombang tekan
maksimumnya lebih kecil dari kekuatan tarik batuan, ledakan menghasilkan
gelombang tegangan elastis, gelombang seismik, getaran elastis dari partikel
batuan yang akan menyebabkan kerusakan pada batuan. Kerusakan pada batuan
sebagai backing effect dari peledakan sebelumnya dapat berupa keterdapatan
kekar pada dinding lereng yang berpotensi terjadi longsor akibat dari
ketidakmantapan lereng.
Selanjutnya dari penelitian Yunita Sustriani (2012) tentang pengaruh struktur
kekar terhadap kemantapan lereng diketahui bahwa struktur kekar memiliki peran
penting dalam kemantapan lereng tambang terbuka. Adanya struktur geologi
berupa kekar-kekar dapat mengurangi nilai kemantapan lereng. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar keterdapatan kekar-kekar pada lereng akan
semakin memperbesar kemungkinan terjadinya longsor.
Sedangkan dari penelitian Violetta dkk (2014) menyatakan bahwa
keruntuhan lereng alami atau buatan disebabkan karena adanya perubahan antara
lain topografi, seismik, aliran air tanah, kehilangan kekuatan, perubahan
tegangan, dan musim/iklim/cuaca.
Dengan demikian maka pengaruh tension crack pada crest sangat
mempengaruhi kemantapan lereng. Selain itu kerapatan kekar yang semakin
besar mengakibatkan kemantapan lereng akan semakin menurun dimana lereng
stabil FK>1 sedangkan lereng tidak stabil FK<1. Dengan demikian seberapa
besar pengaruh tension crack pada crest dan kerapatan kekar akibat proses
peledakan perlu di analisis lebih lanjut, untuk didapatkan nilai Faktor Keamanan
(FK) lereng yang aman.

2.2.

Pulau New Guinea terbentuk dari pertemuan dua lempeng antara


LempengAustralia (Australian Plate) dan Lempeng Indopasifik. Lempeng
Australia bergerak ke utara dan menyelinap di bawah Lempeng Indopasifik yang
bergerak ke arah barat daya dan kemudian mendorong ke dalam selaput magma
cair, proses ini disebut subduksi. Secara geologi dibagi dalam tiga daerah
geotektonik di Papua, yaitu : hamparan tanah (Southern Plains), jalur Irian yang
bergerak (New Guinea Mobile Belt) dibagian tengah dan ujung Lempeng Pasifik
(Pacific Plate Margin) di sebelah utara. Proses terjadinya penerobosan magma
dalam bentuk batuan beku terhadap batuan sedimen yang sebelumnya sudah
mengalami patahan dan perlipatan, yang kemudian hasil dari penerobosan
tersebut mengubah batuan sedimen. Kemudian termineralisasi dengan tembaga
yang berasosiasi dengan emas dan perak.

Proses penyusupan lempeng yang terjadi mengakibatkan pengangkutan


batuan sedimen, kemudian diintrusi oleh magma pada batas tepi lempeng. Intrusi
magma tersebut menghasilkan batuan beku komplek dengan komposisi batuan
dioritik yaitu ; Skarn
Gambar 2.1 Geologi Regional PT Freeport Indonesia

Pada akhirnya, proses geologi ini menghasilkan suatu pusat daerah


mineralisasi kompleks dalam bentuk zona-zona disepanjang batas zona intrusi.
Zona-zona tersebut meliputi :
1. Zona Grassberg
Zona ini berupa tubuh intrusi dengan bijih berupa “Cu-Au Porphiry” dan
beberapa “Au-Skarn”
2. Zona Ertsberg
Zona Ertsberg terbentuk dalam tubuh “skarn” dengan komposisi mineral
Ca- Mg silikat
3. Zona Gunung Bijih
a. Zona Gunung Bijih Timur
b. Zona Mineralisasi Bijih dalam atau Deep Ore Mineralisasi (DOM)
c. Zona Bijih Menengah atau Intermediete ore Zone (IOZ)
d. Zona Bijih Dalam atau Deep Ore Zone (DOZ) dan Deep Mile Level
Zone Zona ini masuk dalam sistem skarn ertsberg timur (Erstberg
East Skarn System/EESS). Komposisi endapan bijih berupa Bornit
(Cu5FeS4), Kalkosit (Cu2S) dan Kalkopirit (CuFeS2).
4. Zona Gossan Besar
Zona Gossan Besar atau Big Gossan secara umum meskipun ukuran dan
struktur pegunungan papua lebih banyak dipengaruhi oleh benturan lempeng
yang terjadi lebih akhir, tetapi batuan kapur yang menjadi batuan dasar
pegunungan tersebut berumur lebih tua.

Gambar 2.2. Posisi Endapan Bahan Galian PT Freeport Indonesia

2.2. Rock Quality Designation (RQD)

RQD (Rock Quality Designation) merupakan metode untuk


memperkirakan kualitas dari massa batuan secara kuantitatif. RQD
didefinisikan sebagai persentase dari perolehan inti bor (core) yang secara
tidak langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian yang
lunak dari massa batuan yang diamati dari inti bor (core), hanya bagian yang
utuh dengan panjang lebih besar dari dua kali diameter inti yang dijumlahkan
kemudian dibagi panjang total pengeboran (core run). RQD (Rock
QualityDesignation) dihitung dari data pemboran dengan menggunakan
rumus(Deere, 1963).
= ƩPanjang batuan inti > 2 × 100%

Panjang total inti batuan yang didapat

Keuntungan dalam penggunaan RQD ialah pengerjaan yang


sederhana, hasil yang diinginkan cepat diperoleh dan biaya murah. RQD
merupakan petunjuk kualitas batuan yang mempertimbangkan tingkat
pelapukan, lunak, hancur dan terkekarkan sebagai bagian dari suatu massa
batuan. Hubungan antara nilai RQD dan kualitas massa batuan.

Tabel 2.1 Kualitas batuan berdasarkan nilai RQD (Deere, 1963).

Kualitas Batuan RQD (%)

Sangat buruk 0-25

Buruk 25-50

Sedang 50-75

Baik 75-90

Sangat baik 90-100

Metode langsung digunakan dalam perhitungan nilai RQD apabila


tersedia data core logs. Selama pengukuran panjang core pieces, harus
dilakukan pada sepanjang garis tengahnya. Inti bor yang retak ataupun
pecah akibat aktivitas pemboran maka digabungkan dan dihitung sebagai
satu batuan utuh. Inti bor yang mengalami pecah dikarenakan proses alami
maka tidak diperhitungkan pada perhitungan RQD
BAB III

ALUR DAN JADWAL PENELITIAN

Dalam penelitian mengenai kemantapan lereng ditinjau dari pengaruh


klasifikasi massa batuan dan faktor keamanannya dalam menentukan jenis penyangga
yang akan digunakan adalah metode Rock Mass Rating System. Dalam menganalisis
kemantapan lereng tersebut diperlukan data geometri lereng, kerapatan kekar pada bench
serta data klasifikasi massa batuan sebagai data primer serta data sekunder berupa peta
geologi daerah penelitian, data curah hujan dan data pendukung lainnya. Alur kegiatan
pada penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut.
3.1. Alur Penelitian
Di dalam melaksanakan penelitian permasalahan ini, penulis menggabungkan
antara teori dengan data-data lapangan, sehingga keduanya diperoleh pendekatan
penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu :
1. Studi litertur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang
yang diperoleh dari :
- Instansi terkait
- Perpustakaan
- Peta, grafik, tabel-tabel dan spesifikasi alat
- Buku bacaan
2. Penelitian langsung di lapangan
Dilakukan dengan melaksanakan peninjauan lapangan untuk melakukan
pengamatan langsung terhadap topografi daerah dan data-data penunjang lainnya.
3. Pengambilan Data
Data yang diambil harus akurat danrelevan dengan permasalahan yang ada.
Dara pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan juga
data-data yang diambil dari literature yang berhubungan dengan permasalahan yang
ada. Adapun data yang akan diambil yang berkaitan dengan penelitian antara lain :
geomteri lereng, struktur batuan serta sifat fisik dan sifat mekanik batuan.
4. Akuisisi data
Bertujuan untuk :
- Mengumpulkan dan mengelompokkan data agar lebih mudah di analisa.
- Mengetahui keakuratan data.
- Mengolah nilai karakteristik data-data yang mewakili obyek pengamatan.
5. Pengolahan Data
Dilakukan dengan beberapa perhitungan dan penggambaran, selanjutnya
diisajikan dalam bentuk table, grafik atau rangkaian perhitungan pada penyelesaian
dalam suatu proses tertentu.
6. Analisis Hasil Pengolahan Data
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan sementara. Selanjutnya
kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut pada bagian pembahasan.
7. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan dengan
permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir dari semua masalah
yang dibahas.

3.2. Jadwal Penelitian


Kegiatan Kerja Praktek (KP) ini, diajukan selama 3 bulan yaitu tanggal 1 Juni
2019 – 31 Agustus 2019 Apabila diperlukan, waktu pelaksanaan dapat disesuaikan
dengan keadaan perusahaan.
Juni Juli Agustus
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Studi literatur X

2 Observasi X

3 Pengumpulan Data X X X X X

4 Pengolahan Data X X X X X X X X

5 Pembuatan Laporan X X X

Anda mungkin juga menyukai