Anda di halaman 1dari 18

AKTIVITAS PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN

ENDAPAN TIMAH PLACER DI PT TIMAH TBK


PANGKAL PINANG KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Syarat Kerja Praktek Pada Semester VI
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2018/2019

PROPOSAL KERJA PRAKTIK (TTA-300)

Diajukan Oleh :
Mukh. Qobul Ramdhani S. ( 100.701.15.045 )
Muhammad Fauzan K. ( 100.701.15.079 )

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018 H / 1439 H
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : AKTIVITAS PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN ENDAPAN


TIMAH PLACER DI PT TIMAH TBK, PANGKAL PINANG,
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.
Peserta : Mukh. Qobul Ramdhani S. (100.701.15.045)
Muhammad Fauzan K. (100.701.15.079)

Mengetahui,
Pembimbing Proposal Kerja Praktik Koordinator Kerja Praktik

Iswandaru, S.T., M.T. Elfida Moralista, S.Si., M.T


NIK.D.17.0.719 NIK.D.95.0.219

Menyetujui,
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan

Ir. Sri Widayati, M.T.


NIK.D.97.0.270
PROPOSAL
KERJA PRAKTIK (TTA-300)

I. JUDUL
Judul Kerja Praktik: Aktivitas Penambangan dan Pengolahan Endapan
Timah Placer di PT Timah Tbk, Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka
Belitung. Adapun judul yang penulis ajukan di atas pada saat kerja praktik yang
akan dilaksanakan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di
lapangan.

II. LATAR BELAKANG


Pertambangan merupakan suatu komoditas yang sangat menjanjikan
pada saat ini, pertambangan pada dasarnya merupakan serangkaian dari
aktivitas yang dilakukan mulai dari kegiatan prospeksi, eksplorasi, studi
kelayakan, development, penambangan, pengolahan hingga pemasaran.
Dimana dari setiap kegiatan tersebut memiliki peranan yang sangat penting,
terutama pada proses penambangan, hal ini dikarenakan keberhasilan atau
kegagalan rencana tambang yang dilakukan dapat terlihat dari hasil
penambangan yang dilakukan, melalui produksi yang dihasilkan.
Timah merupakah suatu komoditas bahan galian yang banyak digunakan
disaat ini, berdasarkan data Internasional Tin Association (ITA) pada tahun 2017
konsumsi logam timah di dunia meningkat sebesar 3,2%. Hal ini dikarenakan
dalam dewasa ini penggunaan timah tidak hanya digunakan untuk industri tin plat
saja, akan tetapi juga banyak digunakan dalam pembuatan baterai litium,
komponen otomatif hingga PVC stabilizer yang ramah lingkungan. Dengan
demikian seiring berkembangnya penggunaan timah tersebut, maka dapat
diproyeksikan meningkatnya industri pertimahan di Indonesia, salah satunya
seperti di PT Timah Tbk.
PT Timah Tbk. Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka merupakan salah satu
perusahaan pertambangan bahan galian timah yang memiliki peranan sebagai
produsen dan eksportir logam timah yang cukup besar di dunia. Hal tersebut
dapat dilihat dari data Industrial Technology Research Institute (ITRI)
menyatakan bahwa produksi PT Timah Tbk. pada tahun 2017 menempati posisi
kedua di dunia dengan produksi sebesar 30.200 ton, dimana pencapaian
tersebut naik sebesar 27,1% dari tahun 2016 dari besar awal 23.756 ton. Hal
tersebut menunjukan jika tingginya peran PT Timah Tbk. dalam memenuhi
kebutuhan timah di dunia. Oleh karenanya, dilakukan kerja praktik mengenai
aktivitas penambangan dan pengolahan endapan timah placer di PT Timah Tbk,
Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, agar dapat mengetahui proses
kegiatan penambangan yang dilakukan di perusahaan tersebut sehingga
produksi yang dicapai tetap konsisten.

III. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud kegiatan kerja praktik ini dilakukan agar dapat mengaplikasikan
pemahaman teori mengenai bentuk aktivitas penambangan dan pengolahan
yang dilakukan di PT Timah Tbk. Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung.
Tujuan dari kegiatan kerja praktik ini, adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses metode penambangan dengan kapal keruk di PT
Timah Tbk.
2. Mengetahui proses penggalian, pemuatan dan pengangkutan bahan
galian timah di PT Timah Tbk.
3. Mengetahui produksi penambangan bahan galian timah yang dihasilkan di
PT Timah Tbk.
4. Mengetahui proses pengolahan bahan galian timah di PT Timah Tbk.
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi penambangan
yang dilakukan di PT Timah Tbk.

IV. RUANG LINGKUP MASALAH


Ruang lingkup masalah pada kegiatan kerja praktik di PT Timah Tbk.
Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka di buat agar tujuan yang telah ditentukan
dapat tercapai dengan tepat, dimana terdapat beberapa batasan masalah yang
telah dibuat, diantaranya sebagai berikut:
1. Pengamatan aktifitas penambangan meliputi proses gali, muat dan angkut
yang dilakukan di PT Timah Tbk.
2. Pengamatan aktifitas pengolahan yang dilakukan di PT Timah Tbk.
3. Data yang diperoleh berupa cycle time, efesiensi kerja, dan kapasitas alat
yang digunakan.

V. TEORI DASAR
Aktivitas penambangan pada dasarnya merupakan kegiatan yang
membahas mengenai penggalian, pemuatan, pengangkutan hingga kegiatan
pengolahannya. Dimana dalam setiap prosesnya diperlukan pengeksekusian
yang cukup matang dan terperinci agar mendapatkan hasil yang baik dan
menguntungkan. Oleh karena itu dalam suatu kegiatan penambangan adanya
hal-hal yang perlu diamati, sebagai berikut:
5.1 Analisis Tempat Kerja (Job Conditions/Job Analysis)
Analisis tempat bertujuan untuk membuat suatu rencana kerja yang
realistis dan teratur, dimana kedua hal tersebut dapat dilakukan dengan
mempelajari dan mengamati secara teliti keadaan lapangan kerja-nya.
Adapun komponen-komponen yang perlu diperhatikan adalah:
1. Jalan dan sarana pengangkutan yang ada (accessibility & transportation)
Pengamatan pada jalan dan sarana pengangkutan yang meliputi
pencatatan cara pengangkutan yang dapat dipakai untuk mengangkut
alat-alat mekanis dan logistik (supply) ke tempat kerja.
Terdapat beberapa kemungkinan, diantaranya:
a. Lokasi yang dilalui atau dekat dengan jalan umum yang sudah ada.
b. Lokasi yang dilalui atau dekat dengan jalur kereta api atau sungai
besar.
c. Lokasi dekat dengan lapangan terbang atau pelabuhan.
d. Belum terdapat jalan umum atau jalur kereta api, sehingga perlu
dibuat jalan baru menuju jalan terdekat.
2. Tumbuh-tumbuhan (vegetation)
Pengamatan yang dilakukan meliputi pencatatan mengenai jenis tanaman,
diameter batang utama serta kerapatan antar tanaman. Hal tersebut
berguna dalam penentuan alat yang digunakan, jumlah, cara pembenihan,
berapa lama serta ongkos yang diperlukan.

3. Macam material dan perubahan volume (kind of material and its change of
volume)
Material tanah atau batuan memiliki sifat fisik yang berbeda dimana
pengamatan mengenai macam material di suatu daerah perlu dicatat.
Pemindahan tanah umumnya merupakan pekerjaan untuk meratakan
suatu daerah dimana volume penggalian sama dengan volume
penimbunan. Namun kenyataannya banyak tanah atau batuan akan
bertambah volumenya kira-kira 30% ketika digali dan akan berkurang kira-
kira 10% ketika dipadatkan. Pencatatan yang dilakukan pada sifat-sifat
material meliputi kering atau basah, lengket atau tidak, keras atau lunak,
dsb. Sifat-sifat terebut akan mempengaruhi kerja alat.
4. Daya dukung material (bearing capacity)
Daya dukung material merupakan kemampuan dari suatu material untuk
mendukung alat yang berada diatasnya. Apabila suatu alat berada diatas
tanah atau batuan, maka alat tersebut akan menyebabkan terjadinya daya
tekan (ground pressure) dan material yang di tindih akan memberikan
reaksi yang disebut daya dukung (load capacity). Apabila ground pressure
lebih besar dari load capacity maka alat tersebut akan terbenam.
5. Iklim (climate)
Iklim dapat mempengaruhi proses kerja penambangan sehingga
pencatatan data mengenai iklim dilokasi perlu dilakukan yaitu meliputi
pencatatan suhu dan kelembabannya. Pengaruh yang dihadapi dapat
berupa tanah yang lengket akibat air hujan atau debu yang terkonsentrasi
secara besar akibat musim kemarau. Selain itu suhu akan mempengaruhi
efisiensi mesin yang dipergunakan.
6. Ketinggian dari permukaan air laut (altitude)
Altitude dapat mempengaruhi kemampuan mesin-mesin yang digunakan
dikarenakan pada ketinggian yang besar kerapatan udara akan rendah.
Kerapatan udara yang rendah akan membuat mesin bekerja lebih ekstra
untuk memberikan tenaga. Berdasarkan data lapangan, tenaga diesel
yang hilang karena semakin tingginya tempat kerja dari permukaan laut
sebesar 3% setiap kenaikan 1000 ft. Hal tersebut dapat menambah
ongkos gali untuk setiap satuan volume atau berat bahan galian.

7. Kemiringan, jarak dan keadaan jalan (haul road conditions)


Keadaan jalan akan mempengaruhi daya angkut alat-alat yang digunakan.
Jalur yang baik membuat alat bergerak lebih cepat, berbeda dengan jalur
yang buruk akan membuat alat bergerak dengan lambat. Oleh karena itu
pencatatan informasi mengenai keadaan jalan perlu dilakukan yang
meliputi pencatatan lebar jalan, jenis jalan, serta kemiringan jalan.
8. Efisiensi kerja (operating efficiency)
Pekerjaan atau mesin yang bekerja tidak selamanya akan bekerja 60
menit dalam satu jam, yang mana dipengaruhi oleh adanya hambatan-
hambatan kecil yang akan selalu terjadi. Hambatan yang ada meliputi alat
yang menunggu, pemeliharaan dan pelumasan mesin-mesin, dsb.
Efisiensi kerja merupakan perbandingan antara waktu produktif dengan
waktu kerja yang tersedia. Menurut data dilapangan efisiensi kerja jarang
mencapai nilai lebih dari 83%.
9. Syarat-syarat penyelesaian pekerjaan (finishing specifications)
Sebelum pekerjaan selesai, biasanya syarat-syarat tertentu yang telah
ditentukan oleh perusahaan perlu tercapai. Contoh pada lokasi tertentu
perlu dilakukan penanaman pohon, bunga atau rumput. Contoh lain
adalah perlu dilakukan pemasangan pagar atau memberi kerikil pada
jalan. Syarat-syarat tersebut dapat menambah waktu kerja, peralatan
serta ongkos.
10. Syarat-syarat penimbunan (fill specification)
syarat yang perlu dilakukan pada kegiatan penimbunan seperti perlu
dilakukannya perataan dan pemadatan dengan alat khusus atau harus
dilakukan penyesuaian kelembaban tertentu agar mencegah terjadinya
amblesan atau juga perlu dilakukan pengujian kemantapan lereng untuk
mencegah terjadi longsor. Hal-hal tersebut akan menambah waktu kerja,
peralatan serta ongkos.
11. Waktu (time element)
Pekerjaan pemindahan tanah mekanis umumnya dilakukan pada waktu
yang telah ditentukan. Oleh karenanya kapasitas harian yang telah
ditentukan harus tercapai. Oleh karenanya perlu pengetahuan dan data
yang cukup lengkap untuk memperkirakan kemampuan alat-alat yang
akan dipakai, sehingga jumlahnya cukup untuk memenuhi kapasitas
harian.
12. Ongkos-ongkos produksi (production costs)
Ongkos produksi yang perlu diperhitungkan antara lain:
a. Ongkos tetap; seperti asuransi, depresiasi, pajak dan bunga
pinjaman.
b. Ongkos operasi; seperti upah pengemudi, ongkos pemeliharaan alat-
alat, pembelian suku cadang, bahan bakar dan juga minyak pelumas.
c. Ongkos pengawasan; seperti gaji mandor, teknisi, direksi dll.
d. Ongkos lain; seperti overhead costs, ongkos upacara ataupun ongkos
jamuan untuk tamu.
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat
Pemakaian alat dikatakan baik jika produksi yang diharapkan dapat
terpenuhi secara ekonomis. Untuk memperoleh produksi yang diinginkan ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain :
1. Waktu Edar Alat Muat
Waktu edar alat diamati pada suatu alat untuk melakukan satu siklus
kegiatan. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut dalam
penggunaannya dilapangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
edar alat mekanis diantaranya ketinggian daerah kerja, kondisi tempat
kerja, kondisi jalan angkut, berat muatan, keterampilan dan pengalaman
operator.
Waktu edar alat muat merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan satu siklus pekerjaan. Berikut ini adalah cara pergerakan
operasi alat muat dalam pemuatan material adalah :
a. Mengisi mangkuk (fill bucket), dihitung sejak bucket menyentuh
material sampai bucket terisi penuh.
b. Memutar mangkuk terisi (swing load), dihitung sejak bucket terisi
penuh sampai berhenti untuk menumpahkan muatan.
c. Menumpahkan muatan (dumping), dihitung sejak mulai
menumpahkan muatan sampai habis.
d. Memutar balik untuk mengisi mangkuk lagi (swing empty), dihitung
dari alat muat mulai bergerak untuk mengisi mangkuk lagi.

2. Waktu Edar Alat Angkut


Waktu edar alat angkut adalah waktu yang dibutuhkan dalam satu
siklus pekerjaan. Waktu edar alat angkut meliputi :
a. Waktu mengatur posisi, dihitung mulai pada saat belok (mengambil
posisi) untuk di muat.
b. Waktu mengisi muatan, dimulai dari alat muat pertama kali melakukan
pengisian kealat angkut sampai terisi penuh.
c. Waktu mengangkut, dimulai dari alat angkut bergerak meninggalkan
tempat pemuatan sampai ketempat pengosongan muatan.
d. Waktu mengatur posisi untuk menumpahkan material.
e. Waktu dumping (menumpahkan), dihitung saat bak alat angkut
diangkat untuk menumpahkan muatan sampai bak kembali ke posisi
semula.
f. Waktu kembali kosong, dihitung dari waktu alat angkut meninggalkan
tempat penampungan sampai kembali di tempat pemuatan untuk diisi
kembali.
3. Waktu Faktor pengisian
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fill factor, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Ukuran material; semakin besar ukuran material maka faktor
pengisian semakin kecil.
b. Kandungan air; semakin besar kandungan air maka faktor pengisisan
semakin kecil.
c. Keterampilan dan pengalaman operator, makin terampil operator
berarti faktor pengisian akan semakin baik.

Sumber: Hardygora, M dkk, 2004


Gambar 1
Bucket fill Factor
Dimana dari gambar tersebut dapat diklasifikasikan sesuai dengan tabel
sebagai berikut:
Tabel 1
Klasifikasi Material Berdasarkan Bucket Fill Factor
Fill Factor Range
Material
(Percent of heaped bucket capacity)
Moist loam or sandy clay 100 – 110 % (Gambar 3.2 A)
Sand and Gravel 95 – 110 % (Gambar 3.2 B)
Hard, Tough clay 80 – 90 % (Gambar 3.2 C)
Rock – Well Blasted 60 – 75 %
Rock – Poorly Blasted 40 -50 %
Sumber: Hardygora, M dkk, 2004
4. Efisiensi kerja
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja produktif dengan
waktu kerja yang tersedia. Waktu kerja yang digunakan adalah waktu
untuk produksi, berarti ada kehilangan waktu yang disebabkan oleh
adanya hambatan-hambatan selama jam kerja. Pada umumnya efisiensi
kerja dipengaruhi oleh keahlian operator, keadaan peralatan, keadaan
medan kerja, cuaca dan keadaan material. Efisiensi kerja selalu berubah-
ubah tergantung dari faktor-faktor diatas dan jarang sekali waktu yang
digunakan sebenar-benarnya. Sedangkan untuk menghitung efisiensi kerja
digunakan rumus sebagai berikut :

We
E= X 100%
Wp

Keterangan: E = Efisiensi kerja, %


We = Waktu kerja efektif, menit
Wp = Waktu kerja produktif, menit
Persamaan diatas menunjukan, bahwa faktor yang mempengaruhi
efesiensi kerja berupa waktu kerja efektif, dimana hal tersebut merupakan
waktu yang benar-benar dipergunakan untuk berproduksi atau waktu kerja
tanpa hambatan. Hambatan-hambatan tersebut dapat dibedakan menjadi
hambatan yang dapat dihindari atau dikurangi, hambatan yang tidak dapat
dihindari. Dengan memperhitungkan hambatan-hambatan tersebut, maka
jam kerja efektif dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :

We = Wp - Wh

Keterangan: We = Waktu kerja efektif, menit


Wp = Waktu untuk berproduksi/ waktu yang tersedia, menit
Wh = Waktu-waktu hambatan, menit
5.3 Faktor Keserasian Kerja Alat (Match Factor)
Hubungan kerja antara dua alat atau lebih dikatakan serasi apabila produksi alat
yang melayani sama dengan produksi alat yang dilayani. Untuk mengetahui keserasian
alat angkut dan alat muat digunakan persamaan sebagai berikut:
(Na x Ltm)
MF =
(Nm x Cta)

Keterangan: MF = faktor keserasian


Na = jumlah alat angkut yang dioperasikan
Nm = jumlah alat muat yang dioperasikan
Ltm = waktu pemuatan tiap alat angkut yang besarnya
sama dengan jumlah pemuatan dikalikan waktu
edar (cycle time) alat muat, (menit)
Cta = waktu edar (cycle time) alat angkut, (menit)
Dari persamaan diatas, ada tiga kemungkinan harga keserasian kerja
yaitu:
1. MF  1, kemampuan produksi alat muat lebih besar dari pada
kemampuan alat angkut, sehingga ada waktu tunggu bagian alat muat.
2. MF  1, kemampuan produksi alat muat sama dengan kemampuan
produksi alat angkut jadi tidak ada waktu tunggu.
3. MF  1, kemampuan produksi alat angkut lebih besar dari pada
kemampuan produksi alat muat, sehingga ada waktu tunggu bagi alat
angkut.
5.4 Metode Penambangan Kapal Keruk
Kegiatan penambangan pada bahan galian placer biasanya dilakukan
dengan menggunakan kapal keruk, selain itu juga pemilihan kapal keruk
dikarenakan lokasi bahan galian yang ditambang terletak di bawah permukaan
air, misalnya di lepas pantai, sungai, danau atau lembah yang berair, sehingga
akan mengalami banyak kendala apabila menggunakan alat mekanik biasa.

Sumber: PT Timah Tbk., 2018


Foto 1
Kapal Keruk
Sistem penggalian dengan kapal keruk dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
1. Sistem tangga, yaitu pengerukannya dengan membuat atau membentuk
tangga atau jenjang.
2. Sistem tekan, yaitu cara pengerukan dengan menekan tangga sampai
pada kedalaman tertentu, kemudian maju secara bertahap tanpa
membentuk tangga.
3. Sistem kombinasi, yaitu gabungan dari kedua sistem di atas.
Berdasarkan dari tempat kerjanya, maka penambangan kapal keruk dapat
dibedakan menjadi kapal keruk darat dan kapal keruk laut. Alat-alat yang dipakai
pada penambangan kapal keruk berdasarkan alat galinya dibedakan menjadi
tiga, yaitu :
1 Multi bucket dredge, kapal keruk yang alat galinya berupa rangkaian
mangkok (bucket).
2 Cutter suction dredge, alat galinya berupa pisau pemotong yang
menyerupai mahkota.
3 Bucket wheel dredge, alat galinya dilengkapi dengan timba yang berputar
(bucket wheel).
5.5 Jig
Jigging merupakan suatu proses pemisahan mineral-mineral berharga dari
pengotornya pada suatu bijih dalam media cair yang memanfaatkan perbedaan
berat jenis dari partikel mineral yang mengakibatkan kemampuan mineral
tersebut mengatur dirinya dan mengambil kedudukan yang sesuai dengan berat
jenisnya. Dan kemudian akan dilakukan proses pengeluaran.
Jigging merupakan proses dari konsentrasi pada pengolahan bahan
galian, atau proses pemisahan konsentrat dari pengotornya. Pemisahan yang
terjadi ini dapat terjadi karena perbedaan specific gravity yang mana pada setiap
mineral yang memasuki alat ini akan mengalami tiga peristiwa, yaitu hindered
settling, differential acceleration dan consolidation trickling. Ketiga gerakan ini
akan terjadi secara kontinyu karena adanya suction dan pulsion dimana pada
waktu terjadi suction diperlukan underwater agar besarnya suction tereliminir.
Kedua gaya tersebut disebut sebagai gaya hidrolis, yaitu gaya-gaya yang
bergantian terjadi dengan aliran ke atas (pulsion) dan aliran ke bawah (suction).
Pulsion yang membuat butiran mineral yang ada akan terangkat dan terdorong
ke atas, dimana mineral yang memiliki SG lebih kecil akan terdorong lebih jauh
ke atas, melebihi mineral yang lebih berat. Sedangkan suction terjadi ketika
saringan yang ada bergerak ke atas dan aliran suction akan menyedot air ke
bawah sehingga butiran kembali ke atas saringan. Kedua gaya ini secara
kontinyu terus terjadi.

Sumber: Ish Grewal, 2010


Foto 2
Jig
Seperti disebutkan sebelumya, kedua gaya ini akan menyebabkan tiga
peristiwa pada butiran yang ada, yaitu:
1. Differentioal Initial Acceleration
Pada saat terjadi aliran suction, tekanan air yang terjadi arahnya menuju
ke atas membuat butiran yang berada di atas saringan sebagai massa
yang akan terangkat dan terjadi regangan, terus bergerakn dengan
kecepatan yang akan semakin berkurang mendekati nol. Pada saat
peristiwa tersebut terjadi, dapat dianggap permulaan dari jatuhnya butiran-
butiran dari kedudukan diam (nol) dengan percepatan pendahuluan (initial
acceleration), dan kecepatan jatuh yang terjadi akan tergantung pada SG
yang dimiliki butirnya masing-masing, sedangkan ukuran butir yang ada
tidak berpengaruh.
2. Hindered Settling
Gerakan partikel akan terangkat akibat gerakan pulsion dan karena
campuran solid liquid yang sangat kental maka butiran akan mengatur
kedudukan dirinya sendiri berdasarkan hindered settling.
3. Consolidation Trickling
Gerakan ketika proses suction terjadi, ketika butiran-butiran yang
berukuran besar akan mulai merapat jaraknya satu sama lain, butiran
yang lebih kecil akan bebas bergerak ke bawah menerobos celah yang
terbentuk diantara butiran yang besar karena gaya beratnya. Butiran yang
lebih kecil akan mengendap lebih lama dibandingkan pada peristiwa initial
acceleration atau hindered settling.

Sumber: Ish Grewal, 2010


Gambar 2
Jig
5.6 Konsep Kerja Jig
Konsep kerja jig sederhana. Ketika Jig dinyalakan, akan terjadi pulsion
yang mana mendorong bed naik sehingga butiran yang ada pada lapisan bed
akan merenggang karena adanya tekanan. Ketika hal tersebut terjadi, mineral
berat (konsentrat) akan menerobos bed masuk kedalam tangki sedangkan
mineral yang ringan (tailing) akan terbawa oleh aliran yang horizontal yang
berada di atas bed dan akan terbuang. Kemudian pada saat terjadi suction, bed
menutup kembali sehingga mineral berukuran besar tidak akan masuk ke tangki,
sehingga akan mineral berat berukuran besar tidak berpeluang masuk ke dalam
tangki. Mineral berat akan mengendap diatas bed dan mineral ringan akan
terbuang.

Sumber: Ish Grewal, 2010


Gambar 3
Prinsip Kerja Jig
5.7 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Alat
Terdapat hal-hal yang dapat mempengaruhi efektivitas Jig, yaitu sebagai
berikut:
1. Amplitudo Membran, merupakan jarak yang ditempuh oleh torak dari
proses pulsion hingga suction, dimana hal ini akan berpengaruh pada
kecepatan aliran vertikal yang berfungsi menghilangkan konsentrat.
2. Kecepatan Aliran Horizontal, berupa kecepatan aliran horizontal
berpengaruh dalam mengalirkan material ringan (tailing).
3. Volume Air Tambahan, merupakan air yang dialirkan untuk mengimbangi
air yang keluar melalui spigot
4. Ukuran Lubang Spigot, merupakan lubang yang berfungsi sebagai
pengeluaran mineral berharga, dimana ukuran lubangnya akan
mempengaruhi volume air dalam jig.
5. Feeding, dimana terdapat dalam kekentalan campurannya terhadap air,
jika terlalu kental dapat mengendap dan jika terlalu cair konsentrat akan
terbuang.
6. Kemiringan Jig, kemiringan berpengaruh terhadap kecepatan aliran
horizontal, dimana jika kemiringan bertambah satu derajat maka
kecepatan aliran bertambah dua belas kali-nya.
7. Bed Material, merupakan material yang berukuran lebih besar dari lubang
saringan dan memiliki berat yang lebih besar dari tailing namun lebih
ringan dari mineral konsentrat. Adapun syarat yang digunakan daam
memilih bed material yang cocok, adalah sebagai berikut:
a. Bed material harus berukuran cukup besar dan kasar sehingga dapat
tertahan di atas saringan.
b. Memiliki nilai berat jenis diantara dua material yang akan dipisahkan
satu sama lain.
c. Berbentuk bulat dan rata.

VI. JADWAL KEGIATAN


Sesuai dengan jadwal kuliah di Program Studi Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, maka mahasiswa pelaksana kerja
praktik sangat mengharapkan untuk dapat memulai kegiatan kerja praktik pada
tanggal 1 Agustus 2018 s/d 1 September 2018, dengan lama kerja praktik
sekitar 1 (satu) bulan dan persiapan keberangkatan selama 1 minggu pada
tanggal 24 – 31 Juli di kampus Universitas Islam Bandung.
Berikut diberikan rencana kegiatan kerja praktik.
Tabel 2
Jadwal Dan Rencana Kegiatan (*)
Waktu Kegiatan - Tahun 2018 (Minggu)
Jenis Kegiatan 24 – 31 01 Agustus – 01 September
Juli I II III IV
Tahap Persiapan
1. Studi Literatur
2. Persiapan Perlengkapan
Tahap Kegiatan
1. Orientasi Lapangan
2. Pengambilan Data
3. Analisa Data
Tahap Penyusunan Laporan
1. Evaluasi
2. Presentasi
3. Pembuatan Laporan

Keterangan :
: Dilakukan kegiatan
: Tidak dilakukan kegiatan
(*) : Jadwal dapat disesuaikan dengan kesepakatan dan
ketentuan PT Timah Tbk.

VII. PESERTA KERJA PRAKTIK


Data peserta dari kegiatan kerja praktik di PT TIMAH TBK, PANGKAL
PINANG, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG adalah sebagai berikut:
1. Nama : Mukh. Qobul Ramdhani S.
NPM : 100.701.15.045
Program Studi : Teknik Pertambangan
Universitas : Universitas Islam Bandung (UNISBA).

2. Nama : Muhammad Fauzan K.


NPM : 100.701.15.079
Program Studi : Teknik Pertambangan
Universitas : Universitas Islam Bandung (UNISBA).

VIII. PERMOHONAN FASILITAS


Untuk mendukung terlaksananya dan kelancaran kegiatan kerja praktik ini,
maka kami mengharapkan sekiranya dari pihak perusahaan menyediakan
fasilitas berupa :
1. Konsumsi dan penginapan untuk 2 orang selama kegiatan berlangsung;
2. Penyediaan alat-alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) selama
kegiatan kerja praktik berlangsung (bila diperlukan);
3. Transportasi Bandung – Lokasi PT Timah Tbk. Pangkal Pinang,
Kepulauan Bangka Belitung selama kegiatan berlangsung;
4. Peralatan dan perlengkapan penunjang kegiatan.

IX. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat sebagai acuan dalam melaksanakan
Kerja Praktik. Judul pada kerja praktik ini dapat berubah dan dapat disesuaikan
bila telah diterima oleh PT Timah Tbk. Besar harapan kami diterima di perusahan
bapak untuk melaksanakan kegiatan kerja praktik.
Harapan kami semoga dapat terjalin kerjasama yang baik antara pihak
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung
dengan pihak PT Timah Tbk. Perihal surat menyurat dapat ditujukan ke Program
Studi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung, Jalan Tamansari No. 1
(022) - 4203368.

X. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2015. Penambangan Aluvial. gemileum.blogspot.co.id. Diakses
pada tanggal 15 Mei 2018.

2. Grewal, Ish. 2010. Mineral Processing Introduction. www.met-


solvelabs.com. Diakses pada tanggal 14 Mei 2018.
3. Hardygora, M dkk. 2004. Mine Planning and Equipment Selection.
London: Taylor & Francis Group.

4. Nichols Jr., Herbert L. 1962. Moving The Earth: The Workbook of


Excavation. New York: McGraww-Hill.

5. Partanto. 1993. Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung: Jurusan Teknik


Pertambangan Institut Teknologi Bandung.

6. PT Timah Tbk. 2018. Penambangan Darat dan Laut. www.timah.com.


Diakses pada tanggal 15 Mei 2018.

7. Simatupang, Maragin, dkk, Pengantar Pertambangan Indonesia.


Asosiasi Pertambangan Indonesia.

8. Suharyadi. 2004. Pengantar Geologi Teknik, Edisi 4. Yogyakarta: Biro


Penerbit UGM.

Anda mungkin juga menyukai