Anda di halaman 1dari 39

OPTIMALISASI KINERJA POMPA TANAH TERHADAP KAPASITAS JIG

UNTUK MENGHINDARI OVERLOAD PADA PROSES PENCUCIAN


KAPAL ISAP PRODUKSI (KIP) PT. TIMAH (Persero),Tbk

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR


Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Pada Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Oleh

YULIAN FAUZI ALDI


03021281419171

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2018
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN
TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul :
OPTIMALISASI KINERJA POMPA TANAH TERHADAP KAPASITAS JIG
UNTUK MENGHINDARI OVERLOAD PADA PROSES PENCUCIAN KAPAL
ISAP PRODUKSI (KIP) PT. TIMAH (Persero),Tbk

2. Pengusul :
a. Nama : Yulian Fauzi Aldi
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIM : 03021281419171
d. Semester : IX (Sembilan)
e. Fakultas/ Jurusan : Teknik/ Teknik Pertambangan
f. Alamat e-Mail : yulianfauzi.aldi@gmail.com
g. Contact Person : 082392905102

3. Lokasi Penelitian : PT. TIMAH (Persero),Tbk

Indralaya, September 2018


Pembimbing Proposal Pengusul

Ir. A. Taufik Arief, M.S. Yulian Fauzi Aldi


NIP. 196309091989031002 NIM. 03021281419171

Menyetujui :
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, S.T., M.T.


NIP. 196902091997032001
A. JUDUL
Optimalisasi kinerja pompa tanah terhadap kapasitas jig untuk menghindari
overload pada proses pencucian kapal isap produksi (KIP) PT. Timah (Persero),Tbk

B. LOKASI
PT. Timah (Persero),Tbk, Kabupaten Belinyu, Provinsi Bangka Belitung

C. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan

D. LATAR BELAKANG
PT. Timah (Persero) Tbk adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang pertambangan timah di Kepulauan Bangka-Belitung. PT. Timah (Persero),
Tbk melakukan operasi penambangan timah di darat (onshore) maupun di laut
(offshore). Kegiatan penambangan timah dilakukan perusahaan di wilayah Izin
Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan yang berlokasi di sebagian besar Pulau
Bangka dan Belitung serta Kepulauan Riau. Penambangan laut dilakukan di
wilayah lepas pantai Kepulauan Bangka-Belitung. Tentunya sistem operasional
yang digunakan tidaklah sama seperti pada wilayah daratan. Proses penambangan
timah ditambang laut mengoperasikan kapal keruk dengan jenis Bucket Line
Dredges.
Untuk meningkatkan kapasitas produksi di laut, PT. Timah (Persero) Tbk
memproduksi Kapal Isap Produksi (KIP) Timah. Kapal isap produksi ini
direncanakan akan menggantikan tempat kapal keruk yang telah puluhan tahun
merupakan bagian dari penambangan timah lepas pantai. Kapal isap produksi
seperti halnya kapal keruk dapat dikatakan seperti pabrik terapung karena selain
alat penggalian umumnya dilengkapi dengan mesin-mesin unit pencucian.
Pencucian bijih timah yang dilakukan PT. Timah (Persero) Tbk adalah untuk
meningkatkan kadar bijih timah dengan metode gravity concentration. Metode
Gravity Concentration yang dilakukan PT. Timah (Persero) Tbk diantaranya adalah
jigging. Jigging merupakan suatu proses pemisahan bijih dalam suatu media cair
dengan memanfaatkan perbedaan spesific gravity dari mineral-mineral yang
terdapat dalam bijih timah.
Permasalahan yang terjadi pada KIP Timah yaitu kurang optimalnya kerja
pompa tanah yang mengakibatkan jumlah produksi yang tidak sesuai dengan
rencana kerja. Untuk menghasilkan produksi yang besar dalam penambangan
menggunakan Kapal Isap Produksi (KIP) tentunya pompa tanah yang digunakan
harus dalam kondisi yang optimal, sehingga feed yang dibutuhkan oleh jig tidak
terjadi over load yang membuat feed tersebut terbuang menjadi tailing. Dengan
memperhatikan kinerja dari pompa tanah terhadap kapasitas jig supaya kapasitas
jig tercapai, harus disinkronkan antara kinerja pompa tanah yang dilakukan dengan
jig dengan dilakukannya penyesuaian daya angkut dan RPM pompa tanah terhadap
material yang digali.

Hal tersebutlah yang mendorong saya untuk dapat melakukan Tugas Akhir di
PT Timah (Persero) Tbk. Dimana pada Tugas Akhir yang akan saya lakukan adalah
Optimalisasi kinerja pompa tanah terhadap kapasitas jig untuk menghindari
overload pada proses pencucian kapal isap produksi (KIP) PT. Timah
(Persero),Tbk.

E. PERUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah;
1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam aktifitas pada bagian pompa
tanah/pompa underwater agar menghindari overload pada jig?
2. Bagaimana mekanisme penggunaan alat-alat di kapal isap produksi (KIP) agar
menghindari overload pada jig?
3. Bagaimana nilai optimal alat mekanis paling efisien yang digunakan untuk
memenuhi kapasitas pada instalasi pencucian.

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada :
1. Menghitung kecepatan pompa tanah
2. Menghitung panjang pipa hisap
3. Menghitung kecepatan dan kapasitas jig
4. Data Tambahan untuk mendukung penelitian yaitu Peta lokasi penelitian,
tingkat produksi yang direncanakan dan dicapai, curah hujan, spesifikasi alat,
karakteristik material

G. TUJUAN PENELITIAN
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam aktifitas pada bagian
pompa tanah/pompa underwater agar menghindari overload pada jig.
2. Menganalisis mekanisme penggunaan alat-alat di kapal isap produksi (KIP) agar
menghindari overload pada jig.
3. Menganalisis nilai keserasian alat mekanis paling efisien yang digunakan untuk
memenuhi kapasitas pada instalasi pencucian.

H. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca untuk bisa mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pompa tanah,sehingga didapat nilai
keserasian yang digunakan untuk memenuhi kapasitas pada instalasi pencucian.
2. Penelitian ini dapat menjadi masukan dan evaluasi bagi PT. Timah
(Persero),Tbk dalam menentukan nilai keserasian alat mekanis paling efisien,
pengoptimalan kinerja pompa tanah, sehingga feed yang dibutuhkan oleh jig
tidak over load yang membuat feed tersebut terbuang menjadi tailing dan target
produksi tidak maksimal.

I. TINJAUAN PUSTAKA
I.1 Kapal Isap Produksi

Kapal Isap Produksi (KIP) merupakan salah satu jenis alat gali dengan tipe
cutter suction dredge, dimana dalam kegiatan operasinya, KIP menggunakan alat
gali berupa pisau pemotong (cutter) untuk memberai lapisan tanah di dasar laut.
Material yang terberai oleh cutter kemudian akan dipindahkan melalui pipa yang
dilengkapi pompa hisap menuju tempat instalasi pencucian sementara yang berada
di KIP untuk diolah guna meningkatkan kadar bijih yang akan ditambang.
Kemampuan dalam melakukan operasi penggalian Kapal Isap Produksi dapat
dinilai dari kedalaman maksimal yang mampu dilakukan serta jumlah material yang
dapat dihisap per jamnya. Untuk kedalaman maksimal penggalian suatu KIP dapat
ditentukan dari panjang ladder serta sudut kemiringan maksimal ladder. Sedangkan
untuk kemampuan hisap materialnya dilihat dari kapasitas hisap per jam dari pompa
tanah yang digunakan pada pipa hisap (Pahala, 2013).

I.2 Prinsip Kerja Penggalian KIP Timah


Menurut Situmorang (2013), pada Kapal Isap Produksi (KIP) ini terdapat 4
buah gaya yang bekerja ketika menggali tanah. Gaya-gaya yang bekerja adalah
sebagai berikut:
1. Gaya putar cutter
Kecepatan putaran maksimum cutter yang digunakan Kapal Isap Produksi
(KIP) adalah 24 rpm, dimana gaya putar ini berfungsi untuk memberaikan lapisan
tanah agar mudah dihisap oleh pompa tanah.
2. Gaya tekan ladder
Gaya tekan ladder berfungsi untuk membantu memberikan gaya tekan ke
ujung cutter, sehingga penggalian tanah menjadi lebih optimal.
3. Gaya isap pompa tanah
Gaya isap dari pompa tanah adalah gaya yang dapat menghisap tanah yang
terberai, gaya ini juga dapat memperlemah dinding tanah yang belum digali
sehingga dapat runtuh dengan sendirinya sehingga mempermudah cutter untuk
memberainya.
4. Gaya dorong propeller swing
Propeller swing adalah alat yang digunakan untuk mennggerakan Kapal Isap
Produksi (KIP). Gerakan ini dapat berupa gerakan memutar ataupun maju
mendorong ke depan. Dengan gerakan ini memberikan gaya dorong untuk menekan
ujung cutter ke arah kiri atau kanan terhadap tanah yang akan digali.

I.3 Metode penggalian KIP Timah


Penggalian merupakan salah satu kegaitan utama di dalam penambangan.
Penggalian yang efektif dan efisien menentukan besarnya laju tanah yang mampu
dipindahkan. Metode penggalian yang digunakan pada KIP terbagi menjadi tiga,
yaitu metode rotary, spudding, dan metode kombinasi (Situmorang, 2013)
a. Metode Rotary
Metode ini dilakukan dengan cara mengoperasikan KIP dengan gerakan
memutar hingga 360° pada saat melakukan penggalian. Metode rotary biasanya
dilakukan saat pertama membuat kolong bukaan dengan mengupas tanah atas
hingga mencapai kaksa yang mengandung banyak timah.
b. Metode Spudding
Metode ini dilakukan dengan cara mengoperasikan KIP dengan gerakan
memutar dengan sudut putaran sebesar 90° hingga 180°. Metode ini cukup efektif
untuk mengantisipasi arus yang kuat, bahkan bisa digunakan sewaktu menghadapi
angin kencang atau gelombang yang agak besar.
c. Metode Kombinasi
Sistem penggalian kombinasi merupakan gabungan dari sistem rotary dan
sistem spudding. Metode rotary digunakan untuk mengupas lapisan tanah atas lalu
dilanjutkan dengan metode spudding untuk menggali lapisan kaksa yang bertimah
sambil bergerak maju sesuai dengan arah sebaran timah.

I.4 Sistem Kerja Penggalian KIP Timah


Menurut Situmorang (2013), sistem kerja penggalian KIP dilakukan dengan
beberapa sistem, menurut situasi dan kondisi kerja daerah tersebut, antara lain:
Penggalian cadangan dengan kondisi ketebalan tanah lebih tipis dari ketebalan air
(1:3), ketebalan tanah 10 m dan kedalaman air 30 m. Pada keadaan situasi seperti
ini sistem kerja penggalian KIP dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Posisikan cutter pada titik lubang bor yang akan digali memakai alat bantu
Global Positioning System (GPS).
2. Ladder diarahkan sedemikian rupa hingga menyentuh lapisan tanah (pada
tengah-tengah lingkaran tersebut).
3. Lingkari dulu titik bor tersebut dengan memutar kapal, dan semua pergerakan
KIP akan terlihat pada monitor GPS
4. Penggalian sudah dapat dimulai dengan cara menjalankan cutter ditambah
dengan menekan ladder dan memutar ponton KIP, pengerjaan tersebut dapat
juga dinamakan pengeboran.
5. Hasil dari pengeboran (tanah yang dihisap) akan dialirkan ke saringan putar
menggunakan pompa isap, dan dapat terlihat dari monitor saringan putar (dilihat
dari ruang komando).
6. Pada penggalian awal (pengeboran awal) buatlah lubang sebagai titik perputaran
(striping) agar posisi cutter tidak mudah keluar dari lubang tersebut karena
pergerakan KIP.
7. Setelah mencapai titik lingkaran penuh berbentuk lubang, maka kedalaman titik
lingkaran penuh berbentuk lubang, maka kedalaman ladder (kedalaman
penggalian) dapat ditambah dalam, dengan memperhatikan volume tanah pada
saringan putar.
8. Penekanan ladder sangat tergantung dengan kemampuan isap, kapasitas
saringan putar, kekerasan lapisan tanah dan kemampuan dari pisau cutter
9. Apabila cutter belum mencapai kong, sedangkan ponton berat untuk diputar,
maka penggalian bisa dialihkan pada penggalian awal untuk memperlebar
bukaan kolong yang pertama, untuk memperlebar bukaan pertama, penggalian
bisa dilakukan dengan sistm maju mundur memakai propeller belakang.
Makin dalam kaksa yang akan dicapai, pembukaan kolong bagian atas harus
makin luas.

I.5 Laju Pemindahan Tanah


Laju Pemindahan tanah merupakan perbandingan antara volume penggalian
dengan jam jalan kapal isap produksi (Anaperta, 2012).
1. Kecepatan Angkut Material
Kecepatan angkut (lifting Velocity) material merupakan kecepatan angkut
yang dibutuhkan untuk mengangkut material. Kecepatan angkut dapat dipengaruhi
oleh massa jenis material, ukuran butir material, panjang dan diameter pipa.
Gambar 1. Grafik parameter FL menurut Durand (Warman, 2000)

Kecepatan angkut dapat ditentukan dengan mengunakan Grafik Konstanta


Durand’s seperti yang terlihat pada Gambar 1 (Warman, 2000). Konstanta Durand’s
merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi kecepatan angkut dari
material. Konstanta Durand’s dapat ditentukan berdasarkan ukuran partikel
material dan persen solid dari material yang dialirkan.

𝑆−𝑆𝑙
VL = FL √2𝑔𝐷 ( )
𝑆𝑙

Keterangan:
VL = kecepatan angkut material (m/detik)
FL = konstanta durand’s
g = percepatan gravitasi bumi (m/detik2)
s = massa jenis material (kg/ m3)
sl = massa jenis air laut (kg/ m3)
D = diameter pipa (meter)

2. Debit Angkut Material


Prinsip kerja pompa tanah yaitu untuk memindahkan material tanah dalam
bentuk pulp. Dan debit aliran yang dihasilkan oleh pompa tanah dalam mengalirkan
material ditentukan berdasarkan pada luas penampang pipa dan kecepatan yang
direncanakan. Fungsi dari head total dan berat cairan yang dipompa merupakan
kerja yang dihasilkan dari pompa dalam jangka waktu yang diberikan. Debit angkut
dari suatu material dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Munson,
2002).

Q = VL x A

Keterangan:
Q = debit (m3/detik)
VL = kecepatan angkut (m/detik)
A = luas penampang pipa tekan (m2)

3. Perhitungan Laju Pemindahan Tanah


Laju pemindahan tanah merupakan debit angkut dari suatu material dalam
bentuk solid. Untuk menghitung laju pemindahan tanah dapat digunakan persamaan
berikut (Anaperta, 2012):

1
Laju Pemindahan Tanah = 9 x Debit angkut material

Material yang menjadi feed pada jig primer adalah material yang lolos dari
saringan putar (underflow) dalam bentuk solid. Jumlah feed yang lolos pada jig
primer dapat diketahui dengan melakukan perhitungan dengan persamaan sebagai
berikut (Anaperta, 2012).

Feed jig primer = efektifitas saring putar x Laju pemindahan tanah

I.6 Peralatan Teknis Pompa Tanah Kapal Isap Produksi


Pompa umumnya merupakan suatu alat mekanis yang mempunyai peranan
untuk memindahkan material dalam bentuk pulp dari dataran rendah ke dataran
tinggi selain itu pompa berfungsi juga untuk menguatkan laju alir di suatu sistem
jaringan perpipaan (Warman, 2000).
Prinsip dengan perbedaan tekanan dapat membuat pompa tanah beroperasi
Dimana perbedaan tekanan terjadi pada bagian masuk (suction) dan bagian keluar
(discharge). Sehingga, pompa tanah dapat disebut sebagai alat yang dapat
mengubah tenaga mekanis dari suatu sistem penggerak menjadi tenaga kecepatan,
dari tenaga ini maka pompa dapat digunakan untuk mentransport cairan dan
menangani hambatan yang ada disepanjang pengaliran (Warman, 2000).

1. Prinsip Kerja Pompa


Perubahan dari energi mekanik motor menjadi energi aliran fluida agar terjadi
kenaikkan tekanan sehingga hambatan-hambatan yang terdapat pada saluran yang
dilalui dapat diatasi hal ini merupakan prinsip dari kerjanya pompa (Tahara, 1987).
Pompa tanah bekerja dengan cara menghisap dan melakukan tekanan bagi
fluida. Pada sisi hisap pompa (suction) terjadi penurunan tekanan di ruang pompa
dengan permukaan fludia, hal itu disebabkan karena elemen pompa. Sehingga
fluida dapat masuk dalam ruang pompa. Karena elemen pompa yang berputar
akibatnya, terjadi dorongan pada fluida kemudian diberi tekanan sehingga fluida
dapat dialirkan masuk saluran tekan (discharge) melalui lubang tekan. Proses
selama pompa beroperasi maka kerja ini yang akan berlangsung (Tahara, 1987).
Impeller di dalam zat cair berputar diakibatkan karena adanya daya dari luar
yang diberikan pada poros pompa. Sehingga terjadi dorongan pada sudu-sudu yang
ikut berputar mengakibatkan zat cair yang ada dalam impeller pun ikut berputar.
Sehingga timbullah gaya sentrifugal dimana zat cair dapat diteruskan dari tengah
impeller ke luar pompa melewati saluran yang ada pada sudu-sudu. Dalam proses
ini head tekan zat cair mengalami kenaikkan. Begitu pula terjadi kenaikkan pada
head kecepatannya karena adanya percepatan pada zat cair. Fluida yang berasal dari
impeller ditampung dalam saluran dengan bentuk volute (spiral) dikeliling impeller
kemudian dialirkan ke luar dari pompa melalui nosel. Pada nosel ini timbul head
tekanan yang berasal dari sebagian aliran head kecepatan ( Tahara, 1987).
Sehingga fungsi dari impeller pompa yaitu memberikan kerja pada zat cair
yang kemudian terjadilah pertambahan energi pada zat cair. head total pompa
merupakan selisi energi per satuan berat atau head total zat cair antara flens isap
dan flens keluar (Tahara, 1987).
2. Bagian-Bagian Komponen Pompa
a. Bagian yang bergerak :
1) Shaft (Poros), fungsi dari komponen ini yaitu untuk melanjutkan daya yang
didapat selama pompa dalam kondisi beroperasi dari sistem penggerak, Bagian
ini mempunyai fungsi untuk menempatkan impeller dan bagian yang bergerak
lainnya.
2) Impeller, fungsi dari bagian ini mengubah energi mekanis yang didapat dari
pompa menjadi energi kecepatan pada cairan atau material yang dipompakan
secara continu. Karena proses tersebut sehingga saluran suction (hisap) bakal
bekerja secara maksimal dan continu sehingga dalam rumah pompa tidak terjadi
kekosongan fluida.
3) Shaft sleeve, fungsi dari alat ini yaitu melindungi poros pompa akibat adanya
erosi, korosi dan keausan pada stuffing box, bagian ini bisa sebagai internal
bearing, leakage joint dan distance sleever.
4) Wearing ring, casing adalah tempat dipasangnya wearing ring (wearing ring
casing) dan impeller (wearing ring impeller).
Kompenen ini mempunyai fungsi utama untuk meminimalisir kebocoran
yang diakibatkan karena adanya celah antara casing dan impeller.
b. Bagian yang tidak bergerak
1) Casing (rumah pompa), bagian terluar pompa ini mempunyai fungsi sebagai
pelindung komponen yang berada didalam pompa, tempat untuk meletakkan
diffuser, intlet nozzle, outlet nozzle dan sebagai pengaruh aliran dari impeller
yang mengakibatkan terjadi perubahan nergi kecepatan menjadi energi tekan.
2) Base plate, fungsi dari bagian ini sebagai tempat untuk meletakkan seluruh
komponen pompa.
3) Diffuser, bagian ini diletakkan pada pipa denan cara dibaut, mempunyai fungsi
agar aliran dapat diarahkan menuju stage berikutnya dan berubah energi kinetik
pada cairan menjadi energi tekanan.
4) Wearing ring casing, pada casing alat ini dipasang agar tidak terjadi kebocoran
diakibatkan karena adanya celah pada casing dan impeller.
5) Stuffing box, umumnya alat ini mempunyai fungsi sebagai tempat untuk
meletakkan beberapa mechanical packing yang mengelilingi shaft sleve. Alat ini
juga berfungsi untuk mencegah supaya tidak terjadi kebocoran di daerah dimana
pompa yang menembus casing seperti udara yang masuk kedalam pompa dan
cairan yang keluar dari pompa.
6) Discharge nozzle, bagian dimana keluanya cairan yang bertekanan dari pompa.

3. Head Pompa
Energi per satuan berat yang harus disediakan agar zat cair dapat dialirkan
sesuai dengan yang telah direncanain dengan kondisi pompa tertentu, atau tekanan
untuk cat cair dapat dialirkan dapat disebut sebagai Head pompa, yang biasanya
dinyatakan dalam satuan panjang (Warman, 2000).
Secara umum Persamaan Bernoulli terdapat dua persamaan yaitu persamaan
pada aliran termampatkan dan persamaan tidak termampatkan. Aliran tak
termampatkan artinya aliran yang tidak mengalami perubahan densitas sepanjang
aliran, sedangkan aliran yang termampatkan artinya aliran yang mengalami
perubahan densitas di sepanjang aliran tersebut (Silaban, 1985). Besar head yang
terjadi sepanjang aliran pompa dapat dihitung menggunakan Persamaan Bernoulli
yaitu sebagai berikut.

𝑃2 − 𝑃1 𝑉22 − 𝑉12
𝐻𝑎 = + + 𝑍2 − 𝑍1 + 𝐻𝑙
𝛾 2𝑔

Keterangan :
Ha = total Head (m)
γ = massa jenis fluida (kg/m3)
P2 = tekanan pada pipa tekan (N/m2)
P1 = tekanan pada pipa isap (N/m2)
V2 = kecepatan aliran di pipa tekan (m/s)
V1 = kecepatan aliran di pipa isap (m/s)
Z2 = head statik tekan (m)
Z1 = head statik isap (m)
g = percepatan Gravitasi bumi (m2/s)
Hl = head loss (m)

Persamaan diatas menunjukkan bahwa jumlah head pada pipa terdiri dari
head statis, head tekanan, head looses dan head kecepatan (Silaban, 1985).
4. Total Head Isap (Hs)
Total head isap merupakan total head yang bekerja pada bagian pipa isap dari
pompa tanah. Untuk mengetahui nilai dari total head isap, dapat dihitung dengan
perhitungan yang menggunakan beberapa veriabel berikut ini :
a. Head Loss Kecepatan (Hvs)
Merupakan head loss yang disebabkan dari kecepatan material yang
dipompakan, dimana head ini terdapat pada sepanjang bagian pipa isap dari pompa
tanah. Besarnya kecepatan yang harus diatasi oleh pompa dapat dihitung dengan
menggunakan hukum Bernouli (Silaban, 1985).

𝑉2
𝐻𝑣𝑠 =
2. 𝑔

Keterangan :
Hv = head gesek Kecepatan pada Pipa Isap (m)
V = kecepatan material (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)

b. Head Friksi Pipa ( Hfs)


Merupakan Head loss akibat gesekan yang terjadi pada bagian pipa isap
pompa tanah. Dimana variable yang mempengaruhinya yaitu jenis dan kondisi pipa,
panjang pipa equivalen, debit aliran dan diameter pipa. Besar nilai dari head friksi
pipa yang bekerja pada pipa isap pompa tanah, dapat diketahui melalui perhitungan
berikut (Warman, 2000).

𝑓. 𝐿𝑒𝑞 . 𝑣 2 𝑣2
𝐻𝑓𝑠 = +𝑘
2. 𝑔𝐷 2𝑔

Keterangan :
Hfs = head friksi pipa isap (m)
ɛk = koefisien minor looses pipa
v = kecepatan aliran (m/s)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Leq = panjang ekuialen pipa (m)
f = darcy friction factor
v = kecepatan material (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
D = diameter pipa (m)

c. Head Statik Pipa Isap (Zs)


Merupakan perbedaan tinggi vertical dari bagian ujung bawah pipa hisap
sampai kepada bagian ujung atas pipa hisap yang memompakan material hasil
galian dari dasar laut (Warman, 2000).

Z = Tg – Ti

Keterangan :
Zs = head statik pipa isap (m)
Tg = kedalaman gali (m)
Ti = beda tinggi vertikal mulut dan pompa (m)

d. Total Head Isap (Hs)


Merupakan jumlah total dari Head yang berada bagian dari sisi hisap pompa
yang terdiri dari head loss kecepatan (Hv), head loss gesekan pipa hisap (Hfs), dan
juga head statik pipa hisap (Z) (Warman, 2000).

Hs = Hvs + Hfs + Zs

Keterangan :
Hs = total head hisap (m)
Hvs = head loss kecepatan pipa hisap (m)
Hfs = head loss gesekan pipa hisap (m)
Zs = head static pipa hisap (m)
5. Total Head Tekan Pompa (Hd)
a. Head Loss Kecepatan (Hvs)
Merupakan head loss yang disebabkan dari kecepatan material yang
dipompakan, dimana head ini bekerja pada sepanjang bagian pipa tekan dari pompa
tanah.

𝑉2
𝐻𝑣𝑑 =
2. 𝑔
Keterangan :
Hvd = head gesek tekan (m)
V = kecepatan material (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)

b. Head Statik Pipa Tekan (Zd)


Head Statik Pipa Tekan adalah perbedaan tinggi vertical antara awal material
masuk di pipa tekan hingga ke bagian keluaran dari pompa tanah (Warman, 2000).

Z =( Tg–Zs ) + Tk

Keterangan :
Z = head statik pipa tekan(m)
Tg = kedalaman gali (m)
Tk = tinggi pipa outlet (m)
Zs = ketinggian isap (m)

c. Head Gesekan Pipa Tekan ( Hfd)


Merupakan Head pompa tanah yang timbul akibat gesekan yang terjadi pada
sepanjang pipa tekan yang mengalirkan material hasil galian (Warman, 2000).

𝑓. 𝐿𝑒𝑞 . 𝑣 2 𝑣2
𝐻𝑓𝑑 = +𝑘
2. 𝑔𝐷 2𝑔

Keterangan :
Hf = head friksi pipa (m)
ɛk = koefisien minor looses pipa
v = kecepatan aliran (m/s)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Leq = panjang ekuialen pipa (m)
f = darcy friction factor
v = kecepatan material (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
D = diameter pipa (m)

d. Total Head Isap (Hs)


Merupakan jumlah total dari Head yang berada bagian dari pipa tekan yang
terdiri dari head static pipa tekan (Zd), head loss kecepatan (Hvd), dan juga head
yang diciptakan oleh gesekan sepanjang pipa tekan pompa tanah (Hfd) (Warman,
2000).

Hs = Zd + Hvd + Hfd

Keterangan :
Zd = head static pipa tekan(m)
Hvd = head loss kecepatan pipa tekan(m)
Hfd = head loss gesekan pipa tekan (m)
Hd = total head Tekan(m)

6. Panjang Pipa Ekuivalen


Panjang pipa adalah salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi kinerja
pompa tanah. Setelah material dialirkan melalui pipa hal itu dapat menyebabkan
terjadinya energi gesekan pada setiap dinding pipa sehingga terjadi kehilangan
energi (looses). Jenis pipa dan perawatan pipa yang tepat sangat diperlukan dalam
mengalirkan material, sehingga pipa dalam kondisi yang baik. Kondisi pipa yang
semakin bagus maka looses yang terjadi dalam mengalirkan material akan semakin
sedikit. Kondisi pipa yang buruk menambah kehilangan energi pompa, sehingga
energi yang dibutuhkan pompa akan semakin besar. Salah satu cara untuk dapat
mengetahui panjang ekuivalen pipa dengan menghitung belokan, panjang dari pipa
lurus dan variasi pipa yang digunakan,. (Warman, 2000).
Peningkatan konsentrasi solid juga menurunkan efisiensi pompa. Pada
konsentrasi tinggi, reduksi efisiensi ini dapat dipertimbangkan dengan menghitung
efisiensi rasio dari pompa slurry tersebut. Crawford (2012), menjelaskan bahwa
rasio efisiensi (efficiency ratio) adalah perbandingan antara efisiensi rasio pompa
air dengan efisiensi pompa slurry yang perhitungannya berdasarkan perhitungan
untuk fluida air. Efficiency Ratio (ER) dinyatakan sebagai perbandingan :

𝑒𝑤
ER=𝑒𝑚

Keterangan:
ew = efisiensi pompa air
em = efisiensi pompa slurry
Kecepatan dibutuhkan pompa sentrifugal ketika memompa suatu campuran
slurry, akan menjadi lebih tinggi daripada indikasi kurva performa pada
pemompaan air bersih. Hal yang sama dengan kebutuhan tenaga pada pompa
sentrifugal ketika memompa campuran slurry akan menjadi lebih tinggi daripada
nilai yang diperoleh dengan perkalian sederhana nilai tenaga pada air bersih dengan
berat jenis (specific gravity) dari campuran slurry (Sm / Slurry mixture) (Warman,
2000).

Gambar 2.Grafik Head Ratio (HR) (Warman, 2000)

Menurut Triadmojo (1996), efek perubahan performa pompa disebabkan


adanya solid pada slurry. Gesekan antara fluida dan partikel solid selama akselerasi
dan deselerasi pada slurry ketika masuk dan keluar impeller. Peningkatan kerugian
gesekan pada pompa. Kerugian meningkat karena kerapatan massa pada slurry.
Pengaruh kekentalan adalah sangat besar sehingga dapat meredam gangguan
yang dapat menyebabkan aliran menjadi turbulen. Dengan berkurangnya
kekentalan dan bertambahnya kecepatan aliran maka daya redam terhadap
gangguan akan berkurang, yang sampai pada suatu batas tertentu akan
menyebabkan terjadinya perubahan aliran dari laminar ke turbulen
(Triadmojo,1996) . Variasi pipa dan panjang belokan dari dapat diamati di
Tabel 3.1. dan Tabel 3.2.
Tabel 1. Panjang belokan pipa pompa tanah (Warman, 2000).

Internal 90o Long 90o Short Elbow Tee (mm) Rubber Diaphragm
Diameter Radius Radius (mm) Hose Valve Full
(mm) Bend Bend (mm) (mm) Open (mm)
(mm)

100 2,12 2,77 3,35 6,71 1,16 7,62


115 2,41 3,05 3,66 7,32 1,28 -
125 2,71 3,66 4,27 4,88 1,06 1,55
150 3,35 4,27 4,88 10,06 1,55 18,29
200 4,27 5,49 5,40 13,11 2,41 19,81
250 5,18 6,71 7,92 17,07 2,99 21,34
300 6,10 7,92 9,75 20,12 3,35 28,96
350 7,01 9,45 10,97 23,16 4,27 28,96
400 8,23 10,67 12,80 26,52 4,88 -

Tabel 2. Panjang pipa equivalen berdasarkan sudut belokan dan bentuk pipa
(Tahara, 2000).

PANJANG PIPA LURUS


NO NAMA ALAT
EKIVALEN
1 Belokan 10 o 10.67 D
2 Belokan 20 o 13.3 D
3 Belokan 30 o 16.5 D
4 Belokan 45 o 20 D
5 Belokan 90 o 32 D
6 Pipa U 75 D
7 Pipa T 60 D
8 Pipa Y 500 D
I7. Penentuan Daya dan RPM Pompa Tanah
Daya pompa dan RPM pompa tanah berkesinambungan dimana untuk
mengetahui RPM pompa harus diketahui terlebih dahulu daya pompa.
1. Daya Angkut Material Pompa
Besar daya yang dibutuhkan oleh suatu pompa tanah untuk mengalirkan suatu
mateial (fluida) menuju outlet adalah daya pompa. Variabel-varibel yang dapat
mempengaruhi daya yaitu debit angkut material, head pompa, dan berat jenis
material. Debit material dapat dipengaruhi oleh daya pompa yang digunakan
sehingga perlu adanya penyesuaian terhadap daya pompa (Munson, 2002).
Untuk mengetahui daya pompa dapat dilakukan perhitungan menggunakan
persamaan berikut.

Q×Ha×Sg
KW = 1,02×Ƞ

Keterangan:
KW = daya yang dibutuhkan pompa (Kilowatt)
Q = debit angkut material (m3/jam)
Ha = total dinamik head pompa tanah (meter)
Ƞ = efisiensi pompa tanah (%)
Sg = spesific gravity slurry material yang diangkut (kg/m3)

Adapun untuk menentukan berat jenis material slurry yang dihisap dan
dipompakan oleh pompa tanah, menurut Abulnaga (2002) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝜌m= 100
𝐶𝑤 100−𝐶𝑤
+
𝜌𝑠 𝜌𝐼

Keterangan :
𝜌m = berat jenis material slurry
Cw = persentase solid slurry (%)
𝜌s = berat jenis material
𝜌I = berat jenis air laut

2. RPM Pompa Tanah


Yang menggerakan pompa tanah adalah mesin penggerak pompa. RPM
pompa tanah tidak sama besar dengan RPM mesin penggerak pompa tanah,
sehingga yang sangat diperlukan dalam rangkaian mesin pompa adalah gearbox.
Gearbox mempunyai fungsi sebagai mereduksi putaran mesin penggerak, sehingga
putaran yang terjadi dan yang dihasilkan oleh mesin penggerak pompa tanah sesuai
dengan putaran yang dibutuhkan oleh pompa tanah. Rasio perbandingan yang dapat
dihasikan oleh gearbox adalah 3,188:1 (Warman, 2000).
RPM yang dibutuhkan pada pompa tanah harus sesuai dengan lapisan
penambangan. Faktor yang dapat mempengaruhi RPM pada pompa tanah seperti
kecepatan angkut material, debit angkut suatu material, dan daya angkut dari
material (Warman, 2000).
Untuk menentukan RPM pada pompa dapat menggunakan hukum
kesebangunan pompa. Hukum tersebut sangat penting dalam menafsirkan suatu
perubahan performansi pompa bila terjadi perubahan putaran atau rpm pompa
(Tahara, 2000). Persamaan hukum kesebangunan pompa yaitu sebagai berikut.

KW1 N 3
= ( 1)
KW2 N2

Keterangan :
KW1 = daya kebutuhan 1 (hp atau kilowatt)
KW2 = daya kebutuhan 2 (hp atau kilowatt)
N1 = RPM pompa tanah 1 (RPM)
N2 = RPM pompa tanah 2 (RPM)

I8. Peralatan Pencucian Kapal Isap Produksi


Menurut Achmad (2011), sesuai dengan Standar Operasi Prosedur (SOP)
setelah proses penambangan dilakukan proses pencucian bijih timah pada Kapal
Isap Produksi (KIP). Instalasi pencucian adalah salah satu tahap yang sangat
penting pada kegiatan produksi timah, sehingga tahapan ini sangat didukung oleh
beberapa peralatan yang mengambil peran masing-masing, diantaranya yaitu :
1. Saringan Putar
Berbicara mengenai efisiensi suatu alat sama artinya kita berbicara masalah
variable proses karena apabila setiap variabel proses telah bekerja optimal dan sesuai
SOP dari alat tersebut tentu kinerja dari alat tersebut juga lebih optimal. Revolving
screen atau saringan putar adalah alat pencucian yang digunakan berdasarkan
ukuran untuk memisahkan material antara bijih timah dan mineral pengotornya
dengan cara pemisahan material kasar dan halus. Material yang dipisahkan pada
saringan putar adalah material yang di alirkan oleh pompa tanah. Material yang
masuk saring putar akan dipisahkan oleh selah grizzly. Jarak selah dari grizzly
saringan putar yaitu 8-15 mm dan jumlah putaran adalah 0-10 rpm. Material hasil
pemisahan dari saring putar terbagi menjadi dua bagian yaitu undersize dan
oversize. Posisi saring putar terletak diatas jig primer, sehingga material yang lolos
dari selah grizzly tersebut dialirkan menuju jig primer. Sedangkan material yang
tidak lolos saringan sebagai oversize akan masuk ke bandar tailing, (Achmad 2011).
Achmad (2011), menjelaskan bahwa saringan putar di KIP merupakan salah
satu bagian dari beberapa alat pencucian bijih timah yang digunakan pada Kapal
Isap Produksi Timah. Letak dari alat ini terdapat pada tahapan awal proses
pencucian sehingga konsentrat dari hasil proses screening alat ini merupakan
feed untuk proses selanjutnya (jigging). Variabel-variabel yang ada pada
saringan putar antara lain:
a. Variabel tetap
Variabel tetap merupakan variabel yang tidak dapat diubah-ubah
settingannya. Variabel-variable ini telah ditetapkan sejak awal pembuatan atau
pemilihan saringan putar. Variabel - variable tetap pada saringan putar adalah
sebagai berikut :

Tabel 3. Variabel tetap pada saringan putar (Pusdiklat, 2010)

NO Variabel Hasil
1 Diameter depan Saringan Putar 1.600 mm

2 Diameter Belakang Saringan Putar 2.000 mm

3 Jarak (opening) grizzly < 15 mm

4 Healing 6o
b. Variabel tidak tetap
Variabel tidak tetap yaitu variabel yang dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan
serta kondisi guna mendapatkan recovery yang maksimal dari proses screening di
saringan putar (Pusdiklat, 2010). Adapun variabel-variabel tidak tetap pada saringan
putar antara lain:
1) Kecepatan saringan putar
Kecepatan putaran saringan tiap satu menit erat hubungannya dengan
kapasitas saring putar. Semakin cepat putran saringan, maka kapasitas yang bisa
ditampung oleh saringan putar akan semakin besar. Berdasarkan pengamatan
dilapangan, kecepatan saringan putar di KIP 10,81 rpm. Kecepatan ini masih dalam
ambang toleransi apabila menggunakan SOP saringan putar yaitu 10-12 rpm.
2) Arah Putaran
Arah dari saringan putar dibagi menjadi dua yaitu, searah jarum jam (putaran
arah kekanan) dan tidak searah jarum jam. Pada saat material masuk ke saringan
putar didominasi oleh pasir halus lempung (PHALP) atau pasir kasar lempung
(PKALP) maupun pasir kasar pasir halus (PKAPH) saringan putar digerakkan
kearah kanan atau searah dengan jarum jam sedangkan apabila material yang masuk
ke saringan putar didominasi material lempung liat (LPLT) arah putarnya di putar
ke arah kiri (berlawanan arah jarum jam) dan putaran cutter dihentikan sehingga
pompa hisap hanya menghisap air laut (Situmorang, 2013)

2. Jig
Jig yang digunakan pada KIP Timah adalah jig Pan American (PA). Jig PA
berbeda dengan jig Yuba, tipe PA membrannya terletak di bawah dari tangki jig
sedangkan jig tipe yuba terletak pada samping jig (Satria, 2017)
a. Komponen-Komponen Jig
Komponen-komponen yang menjadi bagian penting dari jig tipe PA ini antara
lain Rooster, bed, wire screen, afsluiter underwater, stangbalance, membrane,
ekstrensik, dan spigot (Anaperta, 2012).
1) Rooster
Rooster atau kisi-kisi adalah alat yang terletak pada bagian atas jig yang
berfungsi untuk mengapit saringan jig dan menahan bed supaya tetap ditempat.
Rooster dibuat berpetak petak dengan tujuan agar bed tersebar merata di seluruh
permukaan jig sesuai dengan kompartemennya. Rooster pada jig primer dan
sekunder pada KIP timah terbuat dari plat besi baja atau baja (Anaperta, 2012).

Gambar 3. Rooster (Pusdiklat, 2010)

2). Bed
Bed merupakan lapisan material diatas saringan jig yang terletak di dalam
rooster. bed biasanya berupa batu hematit yang digunakan sebagai bahan perantara
dimana alasan penggunaan batu Hematit sebagai bed adalah karena Hematit
memiliki berat jenis diantara bijih timah dan mineral pengotor (Anaperta, 2012).

Gambar 4. Bed (Pusdiklat, 2010)


3) Rubber Screen
Rubber Screen mempunyai fungsi untuk menahan jig bed (hematite) agar
tidak turun kebawah serta berfungsi untuk meloloskan bijih timah ke dalam tangki
jig. Bahan yang yang digunakan untuk saringan adalah bahan yang tahan terhadap
korosi seperti pospor brons, baja tahan karat dan karet. Ukuran lubangn pada rubber
screen harus lebih kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih timah, biasanya
dipakai dengan ukuran 4 x 10 mm untuk kompartemen A dan ukuran 3 x 10 mm
untuk komartemen B C, ukuran lubang 6-10. Saringan berukuran lebih besar
diletakkan melintang terhadap arah aliran, dengan tujuan agar lubang saringan tidak
mudah buntu atau tersumbat (Anaperta, 2012).

Gambar 5. Rubber screen (Pusdiklat, 2010)

4) Afsluiter underwater
Dimana alat ini berfungsi sebagai pengatur cross flow dan mengatur
pemasukan air ke tiap tangki jig dan menjaga keseimbangan air dalam jig, maka air
perlu di tambahkan dan dimasukkan ke dalam jig dari sebelah bagian bawah
saringan ( Hutch), disebut underwater atau hutchwater. Selain itu fungsi yang
terpenting adalah untuk mengontrol pemisahan konsentrat dan tailing, sehingga
tailing yang sudah masuk ke dalam jig bed dapat didorong kembali ke atas dan
keluar sebagai tailing (Anaperta, 2012).
Gambar 6. Afsluiter underwater (Pusdiklat, 2010)

5) Stang
Stang balance berfungsi untuk meneruskan gerak atas bawah dari eksentrik
ke jig lalu gerakan tersebut menggerakan membrane dan menimbulkan gaya suction
dan pushion pada jig (Anaperta, 2012).

6) Ekstrensik
Ekstrensik merupakan peralatan yang digunakan pada jig Pan American Yang
berfungsi untuk membuat gerakan suction dan pushtion secara terus menerus
dengan cara mengubah gerakan berputar yang disebabkan oleh motor menjadi
gerakan keatas kebawah sehingga membuat stang balance dan membrane bergerak
(Anaperta, 2012).

Gambar 7. Ekstrensik (Pusdiklat, 2010)


7) Membran
Membran mempunyai fungsi untuk mmberikan gaya isapan (Suction) dan
dorongan (Pushion) dengan menutup rapat antara tangki dan torak yang digerakan
oleh motor penggerak. Membran ini harus diklem dengan kuat, sehingga tidak
terjadi kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat karena akan mengakibatkan
mudah retak dan pecah. (Anaperta, 2012).

Gambar 8. Membran (Pusdiklat, 2010)

8) Spigot
Spigot terletak pada keluaran konsentrat yang berada di bagian bawah jig.
Spigot adalah alat yang berfungsi untuk mengeluarkan konsentrat melewati tangki
jig, serta berguna untuk mengatur jumlah air yang ada di dalam tangki jig tersebut.
Diameter ± 10-12 mm dan terbuat dari bahan karet (Anaperta, 2012)

Gambar 9. Spigot (Pusdiklat, 2010)


b. Jig Primer
Jig primer merupakan salah satu alat kosentrasi yang dipakai dalam instalasi
pencucian Kapal Isap Produksi yang bertujuan untuk memisahkan mineral berharga
dari mineral pengotor berdasarkan perbedaan berat jenis mineral dengan air sebagai
medianya (Arjuna, 2017).
Pada mulut masuk jig primer terdapat sebuah besi penahan yang disebut kuku
macan. Dan pada ujung jig primer terdapat kayu penahan yang disebut riffle. Kedua
alat ini berfungsi untuk menahan laju alirannya terlalu deras, maka akan
mengakibatkan bijih timah dan mineral ikutan berharganya ikut hanyut bersama
dengan aliran overflow menuju Bandar tailing. Kuku macan terbuat dari besi karena
harus menahan aliran air yang deras dari lounder. Sedangkan riffle terbuat dari kayu
karena aliran air yang ditahannya sudah tidak terlalu deras karena sudah ditahan
sebelumnya oleh kuku macan. Jig Primer terdiri dari tiga kompartemen yaitu A, B,
C, dan D. Tiap kompartemen memiliki panjang pukulan dan jumlah pukulan yang
berbeda (Arjuna, 2017).

Gambar 10. Jig Primer (Pusdiklat, 2010)

c. Jig Sekunder
Clean up berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat jenis.
Oversize jig clean up keluar sebagai tailing, sedangkan undersize jig clean up
kompartemen A dialirkan ke penampung konsentrat A Sn = 20-30%. Jumlah
pukulan dan panjang pukulan dari jig clean up berbeda dengan jig primer. Panjang
pukulan di jig clean up dibuat lebih kecil dari jig primer dan jumlah pukulan di jig
clean up lebih banyak dari jig primer. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan
perolehan dari bijih timah (Arjuna, 2017).

Gambar 11. Jig Clean up (Pusdiklat, 2010)

d. Kapasitas Jig
Alat pemisah bijih timah berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) dari bijih
timah dan mineral ikutan adalah Jig. Keberhasilan pencucian dengan menggunakan
jig dapat dilihat dari jumlah feed yang masuk. Mineral yang masuk pada jig disebut
Feed. Feed yang dialirkan menuju jig primer berupa slurry material karena telah
tercampur dengan air.Yang sangat berpengaruh terhadap pemisahan mineral
menggunakan jig adalah kapasitas air dan kecepatan aliran. Jika air yang masuk
terlalu banyak dan kecepatan aliran yang terlalu besar maka dapat mengakibatkan
terbuangnya mineral yang berharga. Sedangkan bila kecepatan aliran yang terlalu
lambat dapat mengakibatkan bed tersumbat, sehingga yang terjadi yaitu proses
pemisahan tidak optimal. Untuk dapat mengetahui kapasitas dari jig primer dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Anaperta 2012).

Kapasitas = Jumlah cell x Luas jig per cell x LSE

Keterangan:
Jumlah cell = jumlah total cell jig primer per unit
Luas jig per cell = luas permukaan jig tiap cell (m2)
LSE = luas saringan efektif
d. Proses Pemisahan Dengan Jig
Jigging adalah salah suatu proses dilakukannya pemisahan bijih dalam suatu
media cair dengan dimanfaatkannya prinsip perbedaan berat jenis dari mineral-
mineral yang akan dipisahkan dengan membentuk stratifikasi dalam beberapa
lapisan berdasarkan berat jenis mineral dan kemudian mineral yang memiliki berat
jenis besar akan dilanjutkan dengan pengeluaran melalui spigot. Ukuran butir yang
dapat ditangkap dengan baik oleh jig berkisar antara 10 – 14 mesh
(Gaudin, 1977).
Untuk menentukan metode pemisahan yang akan digunakan, terlebih dahulu
yang harus diperhatikan adalah sifat-sifat fisik, mekanis dan kimia yang dimiliki
oleh suatu mineral yang terkandung didalam bijih. Oleh karena itu untuk
mempermudah proses pemisahan tersebut maka yang akan dilakukan, diperlukan
pengetahuan mengenai karakteristik dari masing-masing mineral. Sehingga pada
akhirnya dapat ditentukan dengan suatu metode pemisahan mineral yang dapat
memberikan hasil yang optimal (Gaudin, 1977).

Gambar 12. Proses pemisahan dengan jig (Gaudin, 1977).

e. Mekanisme Jigging process


Menurut Willys, B. A (2006), pemisahan dalam proses jigging dapat terjadi
karena akibat adanya gaya tekan (pulsion) atau isapan (suction), pada suatu media
cair yang dilengkapi dengan saringan dan media penghambat yang semi stationary
(bed) yang adalah mineral atau batuan hematite dan ada juga yang menggunakan
Tin Ball.
Ada dua proses utama yang terjadi saat proses jigging terjadi, yaitu:
1) Pulsion
Apabila terjadi pulsion maka bed akan terdorong naik sehingga batuan
hematite akan merenggang membuka bed karena adanya tekanan. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos saringan masuk ke hutch sebagai
kosentrat, sedangkan mineral ringan akan terdorong keatas dan terbawa oleh aliran
horizontal diatas permukaan bed untuk menunggu kesempatan pulsion berikutnya
(Willys, 2006).
2) Suction
Bila terjadi suction maka didalam hutch, akan terjadi penyedotan terhadap
partikel-partikel di atas saringan, bila penyedotan ini besar maka partikel ringan
akan ikut tertarik, untuk memperkecil penyedotan ini diberikan air tambahan atau
under water agar air didalam hutch tenang sehingga akan terjadi pemisahan. Pada
waktu pulsion bed akan merenggang, maka material berat akan menerobos hutch
sebagai produk dan pada waktu suction, bed akan menutup (Willys, 2006).
Siklus jigging merupakan suatu bentuk gelombang yang sebangun dan
bergerak secara teratur serta berulang-ulang yang diakibatkan oleh pulsion dan
suction. Titik A merupakan titik dimulainya siklus. Saat kecepatan aliran keatas
terus meningkat, maka lapisan bed pada jig akan terangkat (mengembang). Jika
waktu antara A dan B sangat kecil, maka akan terjadi differential acceleration
(Willys, 2006).
Pada titik B, kecepatan aliran keatas semakin besar sampai mencapai puncak
pada titik C. Dalam keadaan ini, mineral yang mempunyai kecepatan pengendapan
yang lebih kecil dari kecepatan aliran keatas akan terus mengendap. Sedangkan
mineral yang mempunyai kecepatan pengendapan yang lebih kecil dari kecepatan
aliran keatas akan terangkat keatas dan terbawa aliran mendatar (cross flow) dan
menjadi tailing. Pada keadaan ini terjadi effek hindered settling (Willys, 2006).
f. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Jig
Willys (2006), menjelaskan jig yang digunakan pada proses pencucian
mempunyai tujuan agar kadar dapat ditingkatkan sehingga perolehan recovery
dapat tinggi akibatnya losses dapat ditekan sekecil-kecilnya. Akan tetapi, terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari jig, sifat-sifat umpannya antara
lain, yaitu :
1) Panjang pukulan
Panjang pukulan adalah jarak yang ditempuh oleh torak atau membran dari
awal dorongan (pulsion) hingga akhir hisapan (suction). Untuk mengatur panjang
pukulan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu berat jenis, ukuran
butir, jumlah mineral ikutan, dan kekayaan timah yang digali (Willys, 2006).
Panjang pukulan berpengaruh terhadap recovery dan kadar konsentrat. Jika
ingin mendapatkan konsentrat yang bersih, dapat menggunakan panjang pukulan
yang kecil dan cepat dimana pulsion akan ditahan dengan menggunakan back water
dalam jumlah yang banyak, tetapi cassiterit tidak tertangkap semua terutama yang
ukuran butir halus dan akan lari ke tailing sehingga recovery menjadi rendah
(Willys, 2006).
Untuk mendapatkan tailing yang bersih, panjang pukulan yang digunakan
lebih besar sehingga panjang pukulan bergerak lambat dan suction akan kuat
dengan menggunakan back water yang sedikit. Panjang pukulan yang relatif pendek
dan cepat dengan back water yang banyak digunakan untuk memisahkan feed yang
berkadar tinggi, tetapi untuk feed dengan kadar yang rendah biasanya digunakan
panjang pukulan yang besar dan lambat (Willys, 2006).
2) Bentuk dan ukuran feed
Bentuk dan ukuran umpan sangat mempengaruhi dimana semakin ukuran
butir mineral besar (kasar), sehingga recover makin meningkat. Yang perlu
diperhatikan yaitu semakin besar ukuran partikel mineralnya pemadatan pada bed
makin cepat pula, maka terjadilah kemantapan atau kebutuhan yang dapat
mengakibatkan feed yang masuk berikutnya tidak terjadi penerobosan melalui cela-
cela bed. (Karantzavelos, 1984).
Dalam perolehan recovery bentuk partikel mineral yang masuk sebagai
umpan juga paling mempengaruhi, yang diutamakan yaitu mineral-mineral ikutan
yang tidak kaya contohnya marcassite. Bentuk yang memanjang, mempunyai arti
bahwa tekanan air yang berasal dari underwater mempunyai perbedaan penampang
permukaan dari partikel sehingga mengakibatkan partikel tersebut terombang-
ambing pada jig tank, maka hal tersebut dapat mengganggu mineral berharga lain
akan turun sebagai konsentrat (Karantzavelos, 1984).
3) Kadar mineral
Hal ini penting karena semakin tinggi atau berharga kadar mineral yang
masuk sebagai umpan, maka recovery akan semakin tinggi. Kadar mineral
penganggu yang makin banyak yang masuk sebagai umpan maka pemisahan
semakin sulit, yang artinya perolehan recovery akan rendah (Karantzavelos, 1984).
4) Berat jenis mineral
Berat jenis mineral berharga yang semakin tinggi terhadap mineral
pengganggu mengakibatkan recovery akan semakin tinggi (Karantzavelos, 1984).
g. Parameter-parameter Proses Jig
Proses pemisahan dengan jig, menurut Karantzavelos (1984), ada factor-
faktor yang mempengaruhi efektifitas kerja dari jig. Terdapat beberapa parameter
yang mempengaruhi proses pemisahan tersebut adalah
1) Amplitudo membran atau frekuensi stroke
2) Kecepatan aliran horizontal
3) Ketebalan bed dan ukuran batu pada lapisan bed
4) Volume air tambahan (underwater)
5) Ukuran lubang spigot
6) Feeding dan proses padatan
7) Motor jig
8) Jig screen
9) Kecepatan aliran didalam jig tank
10) Kemiringan jig.

J. PENELITIAN TERDAHULU
Beberapa penelitian sebelumnya tentang pompa tanah telah banyak
dilakukan. Anaperta (2012), melakukan penelitian tentang Optimalisasi Proses
Pencucian Kapal Isap Produksi (Kip) Timah Penganak Dalam Meningkatkan
Pencapaian Produksi Di Laut Permis. Pada beberapa jig primer terdapat exentrik
yang kurang berfungsi dengan baik mengakibatkan variabel panjang pukulan pada
jig primer SB/BB sebagian masih ada di bawah standar dan masih ada panjang
pukulannya yang tidak beraturan. Total konsentrat akhir yang dihasilkan di Jig
adalah 116,28 kg/jam dan recovery seluruh jig yang didapat 97,56. Dari total
konsentrat akhir nilai kadar Sn yang didapatkan 18,64 % jauh dibawah standar dari
ketetapan yang diminta yaitu ± 50 %, sedangkan recovery seluruh jig juga tidak
sesuai yang diminta dari recovery yang ditetapkan yaitu >98 %.
Teddy (2017), melakukan penelitian tentang Kajian Teknis Kemampuan
Penyaliran Pompa Slurry Terhadap Daya Tampung Jig Pada Tb. 2.1 Tempilang PT.
Timah (Persero) Tbk, Bangka Belitung. Berdasarkan penelitian Beberapa kriteria
dalam pengaplikasian pompa di TB 2.1 Tempilang sudah tergolong dalam standar.
Kriteria tersebut adalah head pompa, dan batas kecepatan aliran (velocity limit)
slurry. Namun untuk volume pemompaan, terjadi kavitasi yang menyebabkan
penurunan kemampuan pemompaan, dan apabila tetap dibiarkan akan mengganggu
proses penyaliran pada pompa slurry di TB 2.1 Tempilang serta mengurangi
optimalisasi penggunaan alat dalam kegiatan produktivitas penambangan. Kinerja
penyaliran menggunakan pompa slurry terhadap daya tampung jig pada TB 2.1
Tempilang ternyata belum optimal, karena 2 buah jig yang digunakan saat ini tidak
mampu menampung jumlah solid yang dialirkan oleh pompa slurry sehingga
menimbulkan overblast yang menyebabkan banyaknya solid yang terbuang atau
terbawa ke tailing dan oleh karena itu maka diperlukan penambahan 1 buah jig
primer.
Arjuna (2017), melakukan penelitian tentang Analisis Kinerja Pompa Tanah
Agar Sesuai Dengan Kapasitas Feed Yang Dibutuhkan Jig Primer PadaKapal Isap
Produksi 17 Di Laut Cupat Luar, Unit Penambangan Laut Bangka Pt Timah
(Persero) Tbk. Dari hasil pengolahan data, pengamatan, dan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu Laju Perpindahan Tanah
Kapal Isap Produksi 17 pada daerah titik bor 268/09/96 yang sesuai karakteristik
lapisan kaksa adalah sebesar 237,46 m3/ jam dan feed jig primer yang dihasilkan
sebesar 185,92 m3/jam. Kapasitas jig primer adalah sebesar 189,968 m3/s. Data
yang diperoleh menunjukkan rpm pompa tanah yang digunakan pada KIP 17 tidak
sesuai dengan besar RPM yang dibutuhkan. RPM yang digunakan pada kondisi
aktual adalah konstan dan lebih kecil dari RPM pompa yang dibutuhkan pompa
untuk mengangkut feed yang dibutuhkan, sehingga kinerja pompa belum optimal
dan target produksi Kapal Isap Produksi Timah 17 tidak tercapai.

K. METODOLOGI PENELITIAN
Metoda yang digunakan oleh penulis adalah :
1. Sumber Data
Sumber Data yang digunakan terdiri dari :
1) Data Primer, yaitu data pengamatan yang didapat langsung dari lapangan dan
dari hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait.
2) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari data penelitian perusahaan,
literatur-literatur yang di pelajari dan bahan bacaan lain yang berkaitan
dengan permasalahan.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu :
a. Studi Keperpustakaan, dimaksudkan untuk mendapatkan data sekunder, yaitu
perundang-undangan, literatur-literatur, hasil penelitian, karya ilmiah.
b. Studi Lapangan, dimaksudkan untuk memperoleh data primer, yaitu data
yang berkaitan dengan praktek-praktek penambangan.
3. Akuisi data
Akuisi data ini bertujuan untuk mengumpulkan dan mengelompokkan data
untuk memudahkan analisis nantinya,mengolah nilai karakteristik data-data yang
mewakili objek pengamatan, serta mengetahui keakuratan data, sehingga kegiatan
penelitian lebih efisien.
4. Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan analisis data dan selanjutnya setelah data terhimpun
lalu menyusun secara sistematis, faktual dan cermat dalam bentuk laporan Tugas
Akhir.
5. Metode Analisis Data
Data hasil penelitian ini dianalisis secara kuantitatif, yaitu apa yang
dinyatakan oleh narasumber baik secara lisan maupun secara tulisan serta data
sekunder dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh, kemudian diatur, dipilih dan
ditambah asumsi kemudian untuk memperoleh suatu kesimpulan.
6. Hasil dan Kesimpulan
Kesimpulan akan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil
pengolahan data-data yang ada dengan permasalahan yang diteliti. Dengan adanya
kesimpulan berarti telah diperoleh hasil akhir sebagai pemecahan masalah yang
diteliti.

Optimalisasi kinerja pompa tanah terhadap kapasitas jig untuk


menghindari overload pada proses pencucian kapal isap produksi (KIP)
PT. TIMAH (Persero),Tbk

Orientasi Lapangan

Permasalahan :
1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam aktifitas pada bagian pompa tanah/pompa
underwater agar menghindari overload pada jig?
2. Bagaimana mekanisme penggunaan alat-alat di kapal isap produksi (KIP) agar menghindari
overload pada jig?
3. Bagaimana nilai optimal alat mekanis paling efisien yang digunakan untuk memenuhi
kapasitas pada instalasi pencucian

Sudi Literatur

Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder


a) Kecepatan pompa tanah a) Peta lokasi penelitian
b) Peanjang pipa hisap b) Data tingkat produksi yang
c) Kecepatan jig direncanakan
d) Kapasitas jig c) Data tingkat produksi yang
dicapai
d) Data curah hujan
e) Data spesifikasi alat
f) Data karakteristik material

Pengolahan Data

Metode analisis data

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 12. Diagram alir penelitian


L. JADWAL PELAKSAAN
Rencana kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan di PT. Timah (Persero)
Tbk adalah selama 8 minggu yaitu pada tanggal 22 Oktober 2018 sampai dengan
tanggal 22 Desember 2018. Dengan rincian kegiatan di bawah ini. Adapun
perincian rencana kegiatan selama penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Uraian Jadwal Kegiatan Penelitian


Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4
Registrasi dan
1
Induksi K3
2 Orientasi Lapangan
Pengumpulan data-
data Penunjang
3 Kegiatan dan Studi
Literatur
Pengamatan dan
Pengambilan data
4
Kegiatan di
Lapangan
5 Pengolahan Data
6 Penulisan Laporan
7 Evaluasi

M. PENUTUP
Demikianlah proposal usulan kegiatan Tugas Akhir yang akan dilaksanakan
di PT. TIMAH (Persero),Tbk, , Provinsi Bangka Belitung. Semoga usulan kegiatan
ini mendapat sambutan yang baik dari pihak perusahaan. Untuk kelancaran kegiatan
di lapangan, penulis mengharapkan bantuan/dukungan moril maupun materil dari
pihak perusahaan sehingga tersusunya laporan Tugas Akhir.
Besar harapan penulis untuk dapat melaksanakan penelitian Tugas Akhir ini
di PT. Timah (Persero),Tbk yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam penambangan Timah di Indonesia.
Semoga hubungan baik antara pihak industri pertambangan dengan pihak
institusi pendidikan pertambangan di Indonesia tetap berlangsung secara harmonis
demi kemajuan dunia pendidikan dan perkembangan industri pertambangan
Indonesia. Atas perhatian dan bantuan yang diberikan, kami mengucapkan terima
kasih.

N. DAFTAR PUSTAKA

Abulnaga, B. 2002. Slurry Systems Handbook. New York: Mc Graw Hill


Companies.

Arjuna. C. S., 2017. Analisis Kinerja Pompa Tanah Agar Sesuai Dengan Kapasitas
Feed Yang Dibutuhkan Jig Primer PadaKapal Isap Produksi 17 Di Laut
Cupat Luar, Unit Penambangan Laut Bangka Pt Timah (Persero) Tbk.
Jurnal Pertambangan Vol.1 No.4 Agustus 2017. ISSN 2549-1008

Anaperta, Y. M., 2012. Optimalisasi Proses Pencucian Kapal Isap Produksi (KIP)
Timah Penganak Dalam Meningkatkan Pencapaian Produksi di Laut
Permis. Jurnal Teknologi Informasi & Pendidikan Vol. 5 No. 1 Maret 2012.
ISSN 2086-4981.

Achmad, A. 2011. Dasar-dasar Pencucian Kapal Isap Produksi. Pangkal


Pinang : PT. Timah, Tbk.

Crawford, J. 2012. The Performance Of Centrifugal Pumps When Pumping Ultra-


Viscous Paste Slurries, The Journal of The Southern African Institute of
Mining and Metallurgy, Vol. 112, No 1. ISSN 2225-6253

Gaudin, A. M., 1977. Principles Of Mineral Dressing, Mc.Graw Hill Book


Company Inc.New York.

Karantzavelos, G. E., and Frangiscos, A. Z., 1984. Contribution to The Modelling


of The Jigging Process, New York, AIME

Munson, B. R., 2002. Mekanika Fluida Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Pahala, 2013. Teknik Penggalian KIP. PT. Timah (Persero), Tbk.

Pusdiklat, 2010. Buku Penambangan KIP – Sistem Penambangan. PT. Timah


(Persero), Tbk.

Satria, T., 2017. Kajian Teknis Kemampuan Penyaliran Pompa Slurry Terhadap
Daya Tampung Jig Pada Tb. 2.1 Tempilang PT. Timah (Persero) Tbk,
Bangka Belitung. Jurnal Pertambangan Vol.1 No.3 Mei 2017. ISSN
2549-1008

Silaban, P. 2002. Fisika 1. Jakarta: Penerbit Gramedia.


Situmorang, K. M., 2013. Perawatan Alat Gali KIP. PT. Timah (Persero), Tbk.,
Pemali.

Sularso, dan Tahara, H . 2000. Pompa dan Kompresor. Jakarta: Pradnya Paramita.

Triatmodjo, B. 1996. Hidraulika II. Yogyakarta: Beta Ofset.

Warman. 2000. Warman Slurry Pumping Handbook. Australia: Warman


International Ltd

Wills, B. A., 2006. Will’s Mineral Processing Technology. Australia: Elsevier


Science & Technology Books.

Anda mungkin juga menyukai