Anda di halaman 1dari 108

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia di kenal akan sumber daya mineral yang melimpah, diantaranya

adalah timah. Endapan timah terkaya di dunia terletak di jalur Bangka, Belitung,

Belitung, Singkep, Kundur dan daerah lain yang memiliki cadangan endapan

timah yang cukup besar. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan logam

timah di dunia industri, seperti industri senjata militer, industri pemesinan dan

industri lainnya, sehingga perusahan penghasil logam timah yang salah satunya

PT Timah (Persero) Tbk, terdorong untuk meningkatkan produksinya dengan

kualitas kadar yang tinggi dan harga jual menjadi semakin tinggi.

PT. Timah (Persero), Tbk. Merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di

bidang usaha pertambangan mulai dari hulu (Eksplorasi) hingga hilir

(Pengolahan). Operasi penambangan bijih timah dilakukan di darat maupun di

laut. Kegiatan penambangan lepas pantai ini diantaranya menggunakan kapal isap

produksi, kapal keruk dan bucket wheel dredge. Pada kegiatan penambangan

dikapal isap produksi Metode penggalian yang digunakan terbagi menjadi tiga,

yaitu metode rotary, spudding, dan kombinasi. Metode penambangan dengan

menggunakan kapal keruk telah ada sejak zaman Pemerintahan Belanda

melakukan penambangan timah di Kepulauan Bangka-Belitung, sedangkan kapal

isap produksi merupakan metode yang baru karena baru diaplikasikan oleh PT.

Timah sekitar tahun 2005. Kapal isap produksi ini direncanakan akan

menggantikan tempat kapal keruk yang telah puluhan tahun merupakan bagian

1
2

dari penambangan timah lepas pantai. Kapal isap produksi seperti halnya kapal

keruk dapat dikatakan seperti pabrik terapung karena selain alat penggalian

umumnya dilengkapi dengan mesin-mesin unit pencucian. Pencucian bijih timah

yang dilakukan PT Timah Tbk adalah untuk meningkatkan kadar bijih timah

dengan metode gravity concentration. Metode Gravity Concentration yang

dilakukan PT Timah Tbk diantaranya adalah jigging. Jigging merupakan suatu

proses pemisahan bijih dalam suatu media cair dengan memanfaatkan perbedaan

spesific gravity dari mineral-mineral yang terdapat dalam bijih timah.

Permasalahan yang terjadi pada KIP Timah 15 yaitu kurang optimalnya

kerja pompa tanah yang mengakibatkan jumlah produksi yang tidak sesuai dengan

rencana kerja. Jumlah produksi periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017

yang sesuai rencana kerja seharusnya adalah 140 ton namun yang tercapai pada

kip Timah 15 hanya sebesar 93.10 ton dan juga mengakibatkan umpan yang

masuk tidak sesuai dengan kapasitas jig.

Dengan memperhatikan penggalian terhadap kapasitas jig supaya kapasitas

jig tercapai oleh karena itu, harus disinkronkan antara kinerja pompa tanah yang

dilakukan dengan jig dengan dilakukannya penyesuaian daya angkut dan RPM

pompa tanah terhadap material yang digali. Berdasarkan alasan tersebut maka

penulis memilih judul “Evaluasi Kinerja Pompa Tanah Terhadap Proses

Pencucian di Kapal Isap Produksi Timah 15 di Laut Cupat Luar Unit

Produksi Laut Bangka PT Timah (Persero), Tbk”


3

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang di kaji dalam penelitian ini, antara lain:

1. Berapakah laju pemindahan tanah di KIP Timah 15 yang sesuai untuk

memindahkan lapisan penambangan?

2. Berapakah debit dan laju perpindahan tanah yang dihasilkan oleh pompa

tanah dalam mengangkut material hasil penggalian cutter menuju proses

pencucian ?

3. Berapakah besar (head) yang dibutuhkan pompa tanah untuk memberai

material hasil penggalian cutter ke saringan putar ?

4. Berapakah kapasitas jig ?

5. Berapa besar daya dan RPM pompa tanah yang dibutuhkan sehingga

jumlah material yang dipompakan sesuai dengan lapisan penambangan

dan kapasitas feed yang dibutuhkan pada proses pencucian ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya:

1. Untuk menentukan laju pemindahan tanah di KIP 15.

2. Untuk menentukan debit dan laju perpindahan tanah yang dihasilkan

oleh pompa tanah dalam mengangkut material hasil penggalian cutter

menuju proses pencucian

3. Untuk menentukan besar (head) yang dibutuhkan pompa tanah untuk

memberai material hasil penggalian cutter ke saringan putar.

4. Untuk menentukan kapasitas jig


4

5. Untuk menentukan besar daya dan RPM pompa tanah yang dibutuhkan

sehingga jumlah material yang dipompakan sesuai dengan kapasitas feed

yang dibutuhkan pada proses pencucian.

1.4 Batasan Masalah

1. Penelitian yang dilakukan hanya pada Kapal Isap Produksi Timah 15,

dengan memperhatikan rencana lokasi kerja bulan Juli 2017 pada profil

bor 410/05/97, daerah Laut Cupat luar Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung.

2. Peta lokasi kerja, kekayaan lubang bor, jam jalan, spesifikasi alat dan

luas daerah penggalian merupakan data sekunder yang dibuat oleh PT.

Timah (Persero) Tbk.

3. Penelitian ini hanya menganalisis variabel-variabel teknis terhadap

pompa tanah, sehingga material yang dialirkan dapat sesuai dengan

kapasitas feed jig primer.

4. Penelitian ini tidak melakukan perhitungan terhadap viskositas.

5. Penelitian ini tidak melakukan analisis secara rinci terhadap variabel-

variabel jig.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan di Kapal Isap Produksi 15 ini adalah

1. Sebagai Bahan pertimbangan bagi PT. Timah (Persero), Tbk. Unit Laut

Bangka dalam melakukan optimalisasi dengan melihat Kinerja Pompa


5

terhadap kapasitas jig pada Kapal Isap Produksi 15 di masa yang akan

datang.

2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN UMUM

2. 1 Sejarah Perusahaan

PT Timah (Persero), Tbk adalah perusahaan tambang yang awalnya dari

nasionalisasi tiga perusahaan Belanda yang terdapat di Pulau Bangka, Pulau

Belitung dan Pulau Singkep yaitu "Banka Tin Winning Bedrujf" (BTW).

“Gemeenschappelijke minjbouw Maatsschappij Biliton” (GMB) dan "nv Singkep

Tin Exploitate Maatsschappij” (nv SITEM). Kemudian menjadi perusahaan milik

negara yang dipisahkan pada tahun 1953 sampai dengan 1958. Kemudian di

bentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang Timah Negara (BPU

Timah) pada tahun 1961 supaya ketiga perusahaan negara tersebut dapat

dikoordinir, dan kemudian pada tahun 1968 menjadi PN tambang timah. Sesuai

dengan Undang-undang No. 19 tahun 1969, PN Tambang timah dan Proyek

Peleburan Timah Mentok di ubah menjadi PT. Tambang Timah (Persero) dengan

akta Notaris Imas Fatimah SH, Nomor 1 tanggal 2 Agustus 1976.

Sebagai perusahaan induk, PT Timah (Persero), Tbk mempunyai anak-anak

perusahaan di antaranya adalah :

1. PT Tambang Timah (Persero), yang bergerak di bidang pertambangan

timah dan mineral ikutan lainnya, serta bidang jasa dan perdagangan.

2. PT Timah Industri (Persero), yang bergerak di bidang usaha

perdagangan, perekayasaan, keteknikan industri, dan jasa.

3. PT Timah Eksplomin (Persero), yang bergerak dalam menyediakan jasa

pada bidang penyelidikan tambang, ekplorasi, analisia laboratorium.

6
7

4. PT Timah Investasi Mineral (Persero), yang bergerak dalam bidang jasa

investasi dan konsultasi usaha pertambangan.

5. PT Dok dan Perkapalan Air Kantung (Persero), yang menyediakan jasa

perbengkelan, galangan kapal, serta jasa pelayanan kapal penumpang.

6. Indometal London Ltd, yang bergerak sebagai penyalur penjualan timah

di Indonesia untuk kawasan Eropa dan Amerika Serikat.

2. 2 Sejarah Perkembangan Timah Bangka

Pada tahun 1911, seorang peneliti di zaman Belanda menemukan galian

timah di Bangka yang berarti merupakan penemuan pertama di Indonesia. Sejarah

penemuan timah berawal dari penemuan seseorang ketika berladang di daerah

Merawang,Kampung Calin daerah Depak. Kemudian didapatkannya butiran

logam putih yang berceceran di tanah bekas hutan yang telah terbakar dan

mengetahui bahwa logam tersebut berasal dari semacam pasir hitam yang

meleleh. Hampir secara bersamaan, masyarakat Kampung Calin menemukan

banyak pasir timah yang berwarna hitam di dasar Sungai Mabat, bagian Hulu dari

Sungai Merawang (Sutedjo Sujitno, 2007).

2.3 Struktur Organisasi

PT Timah (Persero), Tbk Unit Laut Bangka dalam menjalankan dan

mencapai tujuannya dipimpin oleh seorang kepala unit dan dibantu tujuh kepala

bidang yaitu : Bidang Evaluasi Produksi, Bidang Kapal Isap Produksi & KI,

Bidang Kapal Keruk, Bidang K3LH & CSR, Bidang Perawatam, Bidang

Penjangkaran Laut, dan Bidang Admisnistrasi & Keuangan.


8

Pembagian Struktur Organisasi perusahaan di bentuk berdasarkan pada

fungsi-fungsi yang diperlukan pada suatu organisasi perusahaan tambang pada

umumnya Dimana tiap-tiap fungsi adalah satu kesatuan yang terkoordinasi dalam

usaha mencapai tujuan perusahaan. Masing-masing divisi didukung oleh setiap

dinas yang membawahi beberapa bagian.

sumber : PT Timah

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi PT Timah (Persero), Tbk.

Pet. Pencucian
1
Mandor
Pencucian
Pet. Pencucian
2
Juru
Kepala Aplus
Mesin/Listrik

Juru Mudi

Petugas
Kasi Umum
Umum
Ka. Bagian
harian
Kasi Petugas
Kepala KIP Pencucian Pencucian
Timah
Ka. Bagian Kasi Juru Petugas
Perawatan Perawatan Perawatan Perawatan

Mualim
Nahkoda
KKM
Juru
Administrasi

sumber : KIP Timah 15

Gambar 2. 2 Struktur Organisasi KIP Timah 15


9

Organisasi dan ketenagakerjaan yang diterapkan pada KIP TImah 15 disesuaikan

dengan sistem pelaksanaan operasi penambangan yang diterapkan. Struktur

organisasi dari KIP Timah 15.

2.4 Lokasi Kesampaian Daerah

Secara astronomis Pulau Bangka terletak pada 1080’ LS-30 70’ LS dan 1050

BT – 1080 BT. Secara geografis Pulau Bangka sendiri berbatasan dengan Laut

Cina dan Laut Natuna pada bagian Utara, Selat Gasper pada bagian Timur, Laut

Jawa pada bagian Selatan, dan Selat Bangka pada bagian barat.

Pulau Bangka termasuk ke dalam Provinsi Bangka Belitung. Pulau Bangka

mempunyai luas ± 12.700 km2. Bentuk Pulau Bangka memanjang ke arah

Tenggara dari arah Barat sepanjang 180 km. Kecamatan Belinyu terletak di

Bagian Utara Pulau Bangka, dimana Laut Natuna berbatasan dengan Bagian Utara

Pulau Bangka, Selat Gaspar berbatasan dengan Bagian Timur Pulau Bangka, dan

Teluk Klabat berbatasan dengan sebelah Barat Pulau Bangka. Secara administratif

lokasi penelitian termasuk laut Cupat Luar, Kecamatan Belinyu, Kabupaten

Bangka Utara, Kepulauan Bangka Belitung.

Untuk mencapai lokasi peneliatian KIP Timah 15 yaitu di Laut Cupat Luar ,

Belinyu, Bangka Belitung, perjalanan di lakukan dari Jakarta melalui jalur udara

ke Pangkal Pinang selama 45 menit, kemudian dari Pangkal Pinang menuju

Belinyu melalui jalur darat dengan kondisi jalan aspal dan baik ditempuh selama

2 jam dengan jarak 120 km, kemudian dari Belinyu menuju ke Dermaga Mantung

Melewati jalur darat dengan kondisi jalan aspal dengan waktu tempuh 10 menit

dengan jarak 8 km, sesampai di Dermaga Mantung melalui jalur Laut menuju
10

Kapal Isap Produksi Timah 15 di Laut Cupat Luar dengan waktu tempuh 1 jam

dengan jarak 30 km menggunakan kapal kecil atau disebut odong-odong dengan

kondisi laut bergelombang.

1080’ LS-30 70’ LS dan 1050 BT – 1080 BT

Sumber : PT Timah

Sumber : Bidang evaluasi PT Timah


Gambar 2. 3 Peta Lokasi Kesampaian Daerah

2.5 Topografi dan Iklim

2.5.1 Topografi

Bentang alam Pulau Bangka secara umum merupakan dataran rendah,

kecuali pada daerah-daerah tertentu bergelombang (berbukit) dengan puncak yang

jarang mempunyai ketinggian 500 m.


11

Terbentuk bukit-bukit di atas dataran yang posisinya tidak menyatu sehingga

dapat disebut sebagai gunung terpencil atau monad rock. Keadaan seperti

demikian menggambarkan Pulau Bangka sudah sampai pada tingkatan tua sebab

itu wilayah Pulau Bangka dibagi menjadi morfologi rendah dan morfologi

perbukitan bergelombang.

Endapan alluvial, rawa dan pantai yang terdapat di bagian Barat, Timur,

Utara Pulau Bangka merupakan satuan morfologi rendah yang mempunyai luas

sekitar 46% dengan ketinggian kurang dari 50 meter di atas permukaan laut.

Dataran alluvial yang terletak di bagian Barat ini cukup luas, sekitar ± 1 km dari

pantai, akibat pengaruh pasang, endapan alluvial terdapat di daerah sungai-sungai

sekeliling pantai, sedangkan luas daerah di bagian Timur dan Utara lebarnya

kurang dari 1 km.

2.5.2 Iklim

Iklim di Pulau Bangka dipengaruhi oleh dua iklim, yakni musim hujan dan

musim kemarau. Antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret terjadi musim

hujan dengan perbedaan suhu udara antara 220 C sampai dengan 26,30 C.

Sedangkan daerah Belinyu memiliki iklim tropis basah (tropical humid climate)

seperti pada daerah lainnya di Indonesia. Curah hujan di Pulau Bangka sendiri

berkisar antara 1528-2708 mm/tahun dan jumlah hari hujan di setiap tahunnya

berkisar antara 80-251 hari, sehingga rata-ratanya 154 hari/tahun

Berdasarkan data metereologi dan geofisika yang berada di Unit Laut

Bangka, suhu rata-rata tahunan kecamatan Belinyu berkisar anatara 200 – 340 C
12

dan fluktuasi temperatur harian berkisar antara 30C – 40 C, dengan kelembaban

rata-rata 80 % dimana kelembaban pagi hari 90 % dan sore hari mencapai 70 %.

2.6 Stratigrafi

Stratigrafi daerah Bangka Utara dapat dibagi sebagai berikut

1. Formasi Alluvium (Qa).

Bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lempung, lumpur dan gambut merupakan

formasi alluvium. Formasi ini terdapat pada bagian selatan Pulau Bangka sebagai

endapan sungai, rawa dan pantai sehingga ketidakselarasan batuan yang lebih tua

dapat ditutupi. Umur formasi ini adalah Holosen. U Koko (1984) mengutarakan

bahwa gravel merupakan salah satu bagian dari Formasi Alluvium yang berlimpah

akan timah dengan ketebalan mencapai 2 meter, bentuk butiran sub-angular,

tersusun dari fosil kayu, fosil buah-buahan dan fosil cangkang. (Sunhardi,

Sundrijo)

2. Formasi Ranggam (TQr)

Persilangan batu pasir, batu lempung dan batu lempung tufaan dengan sela tipis

batu lanau dan bahan organik termasuk Formasi Ranggam; dengan lapisan yang

baik, perairan yang sejajar dan perlapisan silang siur merupakan struktur sedimen

dari Formasi Ranggam, ketebalan 150 m. Pliosen adalah umur dari Formasi

Ranggam. Moluska, Amonia sp., Quinqueloculina sp., dan Trilocullina

sp.,merupakan fosil yang terdapat dalam formasi ini dimana umur formasi ini

relatif tidak tua dari Milosen Akhir. (Sunhardi, Sundrijo)

3. Formasi Tanjung Genting (TRt)


13

Persilangan batu pasir malihan, batu pasir, batu pasir lempungan dan batu

lempung dengan lensa batu gamping termasuk Formasi Tanjung Genting, oksida

besi di jumpai ditempat ini. Mempunyai lapisan yang baik, mempunyai lipatan

yang kuat dan terkekarkan kemudian tersesarkan, dengan ketebalan sekitar 250 –

1.250 m. Laut dangkal dianggap sebagai tempat terjadinya pengendapan, sehingga

Umur dari formasi ini yaitu Trias. Tanjung Genting dan dapat dikorelasikan

dengan Formasi Bintan merupakan lokasi tipe ini. (Sunhardi, Sundrijo)

4. Formasi Granit Klabat (TR Jkg)

Granit, Granit biotit, Granodiorit dan Granit genesan termasuk pada

fromasi Granit Klabat. Kelabu adalah warna dari Granit biotit , dengan tekstur

porfiritik, dengan butiran kristal-kristal yang mempunyai ukuran sedang-kasar,

fenokris felspar 4 cm merupakan panjang butirannya dengan menunjukkan

struktur foliasi. putih kotor merupakan warna dari Granodiorit, mempunyai bintik

hitam. Sedangkan Granit genesan mempunyai warna kelabu dengan struktur

perdaunan. Granit mempunyai umur satuan ± 228 juta tahun yang lalu ini yaitu

Trias Akhir-Yura Awal dan menembus Formasi Tanjung Genting dan Kompleks

Malihan Pemali. (Sunhardi, Sundrijo)

5. Formasi Kompleks Pemali (CPp)

Filit dan sekis dengan sisipan kuarsit dan lensa batugamping di bagian utara

termasuk dalam formasi ini, terjadi kekar, terjadi lipatan, terjadi sesar kemudian

dilampaui oleh Granit Klabat (TR Jkg). Sedangkan filit, sekis dan kuarsit formasi

ini terdapat pada bagian selatan. Perm atau Karbon diperkirakan adalah umur dari

formasi ini (Sunhardi, Sundrijo)


14

6. Formasi Diabas Penyambung (DPp)

Diabas yang terjadi kekar dan terjadi sesar, yang kemudian dilampaui oleh

Granit Klabat (TR Jkg) dan melampaui Kompleks Malihan Pemali (CPp). Perm

diduga adalah umur dari formasi ini. (Sunhardi, Sundrijo)

2.7 Genesa Timah

Daerah Pulau Bangka tersusun oleh batuan beku, dan batuan sedimen.

Batuan sedimennya terdiri atas lapisan tanah liat, lempung, lempung pasiran dan

lainnya. Batuan sedimen ini juga merupakan batuan tua yang mengalami

penerobosan oleh instrusi batuan granit pada batuan samping. Sehingga pada

batuan sampingnya mengalami bentuk ke batuan metasedimen Berdasarkan

Genesa endapan timah di Pulau Bangka dapat dibagi menjadi endapan timah

primer dan endapan timah sekunder. Timah sekunder (placer) merupakan

rombakan timah primer yang terkosentrasi dalam suatu paket lapisan fraksi kasar,

seperti lapisan pasir, kerikil, kerakal, dengan variasi ukuran 20 mesh hingga 150

mesh pada lingkugan pengendapan tertentu. Pada awalnya timah primer terbentuk

akibat adanya proses pasca (post) magmatik yang menerobos rekahan-rekahan

pada badan granit dalam kondisi asam. Proses post magmatik ini menghasilkan

vein, veinlet yang mengandung timah (SnO2). Di beberapa lokasi di pulau Bangka

dan Belitung, batuan samping yang diterobosnya adalah sekis dan batupasir.

Akibat proses denudasi dalam periode waktu yang panjang, terjadilah proses

pelapukan terhadap endapan primer, sehingga menguraikan dan merombak

endapan primer menjadi materiah lepas. Selanjutnya proses erosi dan transportasi

dengan media air telah memisahkan material yang telah terberai berlandaskan
15

berat jenisnya dan mengkonsentrasikan mineral-mineral yang berat menjadi satu

lapisan.

Pada lembah - lembah sungai purba terdapat endapan kaksa, hal itu terjadi

dikarenakan hasil erosi pada granit. PT Timah (Persero) mempunyai beberapa

Tipe endapan timah kaksa yaitu : (Bidang Evaluasi PT Timah,2017)

1. Endapan Kaksa Dangkal, yang mempunyai tebal lapisan endapannya 5

meter, dimana tanah penutup mempunyai tebal sekitar 3 meter dan

lapisan timah mempunyai tebal 2 meter.

2. Endapan Kaksa Agak Dalam, yang mempunyai tebal lapisan endapannya

3 – 13 meter, dimana lapisan tanah penutup mempunyai tebal kurang

lebih 10 meter dan lapisan timah yang mempunyai tebal 3 meter.

3. Endapan Kaksa Dalam, yang mempunyai tebal lapisan sebesar 10 – 20

meter, dimana lapisan tanah penutup mempunyai tebal kurang lebih 15

meter dan lapisan timah mempunyai tebal 5 meter.

4. Endapan Kaksa Sangat Dalam, yang mempunyai tebal lapisan < 20

meter, dimana lapisan tanah penutupnya kurang lebih 30 meter dan

lapisan timah tebalnya 10 meter.

Pada daerah Bemban terdapat endapan alluvium muda yang terdiri dari

lapisan timah mincan dan yang tersebar searah lembah. Pada atas endapan

alluvium tua terdapat endapan ini yang mempunyai kandungan bahan organik

berwarna hitam dan mempunyai sifat humus yang merupakan ciri khas dari

endapan ini, ditemukan pada jenis tanah lempungan atau pasir lepas. Pasir ini
16

mempunyai ukuran butir kasar tetapi jarang terdapat pada fragmen-fragmen yang

mempunyai ukuran gravel.

2.8 Sistem Penambangan

Sistem penambangan yang digunakan pada PT. Timah yaitu menggunakan

sistem penambangan tambang terbuka dengan metode ektraksi aqueous

menggunakan metode dredging. Berikut skema mata rantai produksi timah di PT.

Timah :

Pengelolaan
Ekplorasi
Min 98,5% Sn
20-30% Sn Min 70 %
Cadangan Sn Peleburan
Pemurnian
Pengolahan/
Penambangan Upgrading  Muntok dan
Pengelolaan
dan Pencucian PPBT Pencetakan
Cadangan  Kundur PPBT

 Tambang Semprot
Min
 Tambang Mekanik 99,99%
Logam
 Kapal Keruk Timah
 Kapal Isap
 Bucket Wheel Dredge Pengelolaan

Jual

Gambar 2. 4 Proses penambangan PT Timah

(Persero),
PT Timah (Persero), Tbk. eksplorasi terlebih dahulu, dimana pada tambang
melakukan

laut ekplorasi dilakukan dengan menggunakan kapal survey Geotin 1 yang

dimiliki PT. Timah untuk melakukan berbagai suvey geologi, geofisika maupun

pemboran setelah diketajui cadangannya maka dilakukan penambangan dengan


17

metode tambang terbuka kemudian setelah mendapatkan mineralnya dilakukan

proses pengolahan yang dilakukan di PPBT (Pusat Pencucian Bijih Timah) setelah

kadar mineral sesuai dengan target dilakukan peleburan dan pemurnian dan

pencetakan.

2.8.1 Penambangan Dengan Kapal Isap Produksi

1. Defenisi Kapal Isap Produksi (KIP)

Kapal Isap Produksi (Cutter Suction Dredger) adalah peralatan

penambangan laut yang menggunakan pompa sebagai alat transportasi material.

Alat gali yang digunakan untuk menggali lapisan tanah yang terdapat di bawah

laut yaitu Kapal Isap Produksi (KIP), dimana di KIP memiliki peralatan

penggalian dan peralatan pencucian untuk materialnya yang diletakkan pada

ponton. Kapal Isap Produksi memindahkan tanah yang mengandung Timah dari

dasar laut ke peralatan pencucian dengan laju pemindahan tanah ± 150-200

m3/jam untuk menghasilkan konsentrat dengan arah penggalian ke bawah dan

membentuk kerucut. Kemudian material yang telah di gali tersebut dilanjutkan ke

bagian pengolahan sementara. Proses screening menggunakan saring putar

dengan kecepatan rata-rata 10 rpm. Disini material akan dipisahkan dari mineral

pengotor seperti batuan. Material yang lolos dari saring putar akan dialirkan ke

Jig primer. Semua instalasi kecuali penerangan di KIP menggunakan mesin

hidrolik. Lama perputaran KIP tergantung hambatan yang dialami.

2. Peralatan Pengoperasian Penggalain dan Pencucian Kapal Isap Produksi

Peralatan yang digunakan pada Kapal Isap Produksi Timah 15 dapat dibagi

menjadi dua bagian yaitu peralatan penggalian dan peralatan pencucian. Alat yang
18

digunakan dalam proses penggalian terdiri dari cutter, pompa tanah dan ladder,

sedangkan proses pencucian pada KIP 15 dilakukan dengan menggunakan

saringan putar, jig primer, dan jig clean up.

a. Cutter

Alat gali atau alat potong yang digunakan di Kapal Isap Produksi yang

berfungsi untuk memberai material yang akan digali adalah cutter. Material yang

akan digali diberai oleh cutter dengan cara memutar cutter head sehingga kuku

cutter dapat menghancurkan material tersebut. Cutter dapat digerakkan dengan

menggunakan mesin hidrolik kanan. Posisi cutter dikendalikan oleh ladder,

dimana cutter terletak pada ujung ladder. Kinerja dari cutter dipengaruhi oleh

kecepatan putaran dan juga tekanan yang diberikan oleh ladder. Bahan baja

adalah bahan yang digunakan untuk membuat cutter supaya sulit mengalami

kerusakan atau haus akibat gesekan terhadap material pada saat dilakukan

penggalian. Cutter memiliki 6 buah pisau dan 48 kuku cutter.

Gambar 2. 5 cutter
19

Sistem kuku pada cutter saat ini sudah modern, tidak lagi menggunakan las

melainkan menggunakan baut. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pergantian

kuku cutter apabila mengalami kerusakan.

b. Ladder

Ladder merupakan alat yang terbuat dari rangkaian besi dan plat sebagai

dinding dan memiliki panjang 58 meter dengan kedalaman penggaliannya sebesar

45 m. Ladder mempunyai fungsi untuk menempatkan cutter, pompa tanah, pipa

isap, dan pipa tekan. Cutter di pasang pada ujung ladder dan as joint dipasang

pada pangkal ladder agar ladder dapat menaikkan dan menurunkan ladder. Pada

jarak ±10 meter terdapat pompa tanah yang diletakkan dari cutter. Pada proses

penggalian, Sistem penggerak ladder menggunakan winch ladder yang digunakan

untuk naik turunnya ladder. Mesin hidrolik bagian kanan kapal merupakan

sumber penggerak pada winch ladder.

Gambar 2. 6 Ladder

c. Pompa Tanah

Pompa tanah merupakan slurry pump (pompa sentrifugal) yang mempunyai

fungsi untuk memompakan atau menghisap material hasil penggalian yang telah
20

diberai oleh cutter menuju saring putar. Pada jarak ±10 meter pompa tanah

diletakkan pada ladder dari cutter. Prisip kerja pompa tersebut adalah dengan

memanfaatkan dan mengubah gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh impeller

menjadi gaya tekan pada material yang dialirkan (Warman, 2000). Pompa tanah

mengalirkan material melaui pipa isap dan juga pipa tekan. Pipa isap memiliki

panjang 16 meter dan diameter pipa sebesar 12 inchi sedangkan pipa tekan yang

digunakan memiliki panjang 68.6 meter dan diameter pipa sebesar 14 inchi.

Gambar 2. 7 Pompa Tanah

a) Saringan Putar

Saringan putar merupakan alat yang digunakan sebagai alat pemisah material

bahan galian awal berdasarkan ukuran butiran material, dimana material halus

bertimah sebagai undersize dan material kasar seperti bongkahan tanah besar,

batu, dan kerang-kerangan, dan lain-lain sebagai oversize. Untuk ukuran undersize

adalah lebih kurang dari 10 mm. Material tersebut selanjutnya dialirkan ke jig

primer untuk proses pencucian sedangkan untuk ukuran oversize adalah lebih dari

10 mm dimana materialnya langsung dibuang ke Bandar tailing.


21

Gambar 2. 8 Saringan Putar

b) Jig

Jig merupakan salah satu alat konsentrasi yang digunakan dalam instalasi

pencucian pada KIP yang mempunyai tujuan untuk memisahkan material

berharga dari material pengotornya yang didasarkan pada perbedaan berat jenis

mineral dimana air sebagai medianya. Seperti halnya sakhan, jig juga

menggunakan prinsip gravitasi. Butiran bijih timah akan turun secara gravitasi

akibat adanya gaya hisap (suction) dan dorong (pulsion) dari air yang berada

dalam kompartemen jig akibat gerakkan dari penggerak jig dengan sistem hidrolik

Adapun cara kerja jig sebagai berikut:

1. Air underwater yang berasal dari pompa underwater dimasukkan ke dalam jig

dengan mengatur afsluiter jig hingga air mengalir diatas permukaan bed.

2. Motor listrik dihidupkan untuk menghasilkan gerak eksentrik.

3. Eksentrik menggerakkan stang balance hingga membran ikut bergerak

sehingga terjadi tekanan (pulsion) dan hisapan (suction).

4. Feed dari lounder dialirkan ke permukaan jig bagian atas.


22

Gambar 2. 9 Jig
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Laju Pemindahan Tanah

Laju Pemindahan tanah merupakan perbandingan antara volume penggalian

dengan jam jalan kapal isap produksi.

3.1.1 Kecepatan Angkut Material

Kecepatan angkut (lifting Velocity) material merupakan kecepatan angkut

yang dibutuhkan untuk mengangkut material. Kecepatan angkut dapat

dipengaruhi oleh massa jenis material, ukuran butir material, panjang dan

diameter pipa.

sumber :Warman International, 2000

Gambar 3. 1 Grafik Konstanta Durand’s

23
24

Kecepatan angkut dapat ditentukan dengan mengunakan Grafik Konstanta

Durand’s seperti yang terlihat pada Gambar 2.2 (Warman, 2000).

Konstanta Durand’s merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi

kecepatan angkut dari material. Konstanta Durand’s dapat ditentukan berdasarkan

ukuran partikel material dan persen solid dari material yang dialirkan.

𝑆−𝑆𝑙
VL = FL √2𝑔𝐷 ( ) …................................................................................. (3.1)
𝑆𝑙

Keterangan:

VL = Kecepatan angkut material (m/detik)

FL = Konstanta Durand’s

g = Percepatan gravitasi bumi (m/detik2)

s = Massa jenis material (Kg/ m3)

sl = Massa jenis air laut (Kg/ m3)

D = Diameter Pipa (meter)

3.1.2 Debit Angkut Material

Prinsip kerja pompa tanah yaitu untuk memindahkan material tanah dalam

bentuk pulp. Dan debit aliran yang dihasilkan oleh pompa tanah dalam

mengalirkan material ditentukan berdasarkan pada luas penampang pipa dan

kecepatan yang direncanakan. Fungsi dari head total dan berat cairan yang

dipompa merupakan kerja yang dihasilkan dari pompa dalam jangka waktu yang

diberikan. Debit angkut dari suatu material dapat dihitung menggunakan

persamaan berikut (Munson, 2002).


25

Q = VL x A ………. ….................................................................................. (3.2)

Keterangan:

Q = Debit (m3/detik)

VL = Kecepatan angkut (m/detik)

A = Luas penampang pipa tekan (m2)

3.1.3 Perhitungan Laju Pemindahan Tanah

Laju pemindahan tanah merupakan debit angkut dari suatu material dalam

bentuk solid. Untuk menghitung laju pemindahan tanah dapat digunakan

persamaan berikut (Anaperta, 2012):

1
Laju Pemindahan Tanah = 9 x Debit angkut material ............................. (3.3)

Material yang menjadi feed pada jig primer adalah material yang lolos dari

saringan putar (underflow) dalam bentuk solid. Jumlah feed yang lolos pada jig

primer dapat diketahui dengan melakukan perhitungan dengan persamaan sebagai

berikut (Anaperta, 2012).

Feed jig primer = efektifitas saring putar x Laju pemindahan tanah ...............(3.4)

3.2 Peralatan Teknis Pompa Tanah Kapal Isap Produksi

Pompa umumnya merupakan suatu alat mekanis yang mempunyai peranan

untuk memindahkan material dalam bentuk pulp dari dataran rendah ke dataran

tinggi selain itu pompa berfungsi juga untuk menguatkan laju alir di suatu sistem

jaringan perpipaan.

Prinsip dengan perbedaan tekanan dapat membuat pompa tanah beroperasi


26

Dimana perbedaan tekanan terjadi pada bagian masuk (suction) dan bagian keluar

(discharge). Sehingga, pompa tanah dapat disebut sebagai alat yang dapat

mengubah tenaga mekanis dari suatu sistem penggerak menjadi tenaga kecepatan,

dari tenaga ini maka pompa dapat digunakan untuk mentransport cairan dan

menangani hambatan yang ada disepanjang pengaliran. (Warman,2000)

3.2.1 Prinsip Kerja Pompa

Perubahan dari energi mekanik motor menjadi energi aliran fluida agar

terjadi kenaikkan tekanan sehingga hambatan-hambatan yang terdapat pada

saluran yang dilalui dapat diatasi hal ini merupakan prinsip dari kerjanya pompa.

(Sularso, dan Tahara, H . 1987)

Pompa tanah bekerja dengan cara menghisap dan melakukan tekanan bagi

fluida. Pada sisi hisap pompa (suction) terjadi penurunan tekanan di ruang pompa

dengan permukaan fludia, hal itu disebabkan karena elemen pompa. Sehingga

fluida dapat masuk dalam ruang pompa. Karena elemen pompa yang berputar

akibatnya, terjadi dorongan pada fluida kemudian diberi tekanan sehingga fluida

dapat dialirkan masuk saluran tekan (discharge) melalui lubang tekan. Proses

selama pompa beroperasi maka kerja ini yang akan berlangsung. (Sularso, dan

Tahara, H . 1987)

Impeller di dalam zat cair berputar diakibatkan karena adanya daya dari luar

yang diberikan pada poros pompa. Sehingga terjadi dorongan pada sudu-sudu

yang ikut berputar mengakibatkan zat cair yang ada dalam impeller pun ikut

berputar. Sehingga timbullah gaya sentrifugal dimana zat cair dapat diteruskan

dari tengah impeller ke luar pompa melewati saluran yang ada pada sudu-sudu.
27

Dalam proses ini head tekan zat cair mengalami kenaikkan. Begitu pula terjadi

kenaikkan pada head kecepatannya karena adanya percepatan pada zat cair.

Fluida yang berasal dari impeller ditampung dalam saluran dengan bentuk volute

(spiral) dikeliling impeller kemudian dialirkan ke luar dari pompa melalui nosel.

Pada nosel ini timbul head tekanan yang berasal dari sebagian aliran head

kecepatan. .(Sularso, dan Tahara, H . 1987)

Sehingga fungsi dari impeller pompa yaitu memberikan kerja pada zat cair

yang kemudian terjadilah pertambahan energi pada zat cair. head total pompa

merupakan selisi energi per satuan berat atau head total zat cair antara flens isap

dan flens keluar. (Sularso, dan Tahara, H . 1987)

3.2.2 Bagian-Bagian Komponen Pompa

a. Bagian yang bergerak :

1. Shaft (Poros), fungsi dari komponen ini yaitu untuk melanjutkan daya

yang didapat selama pompa dalam kondisi beroperasi dari sistem

penggerak, Bagian ini mempunyai fungsi untuk menempatkan impeller

dan bagian yang bergerak lainnya.

2. Impeller, fungsi dari bagian ini mengubah energi mekanis yang didapat

dari pompa menjadi energi kecepatan pada cairan atau material yang

dipompakan secara continu. Karena proses tersebut sehingga saluran

suction (hisap) bakal bekerja secara maksimal dan continu sehingga

dalam rumah pompa tidak terjadi kekosongan fluida.


28

3. Shaft sleeve, fungsi dari alat ini yaitu melindungi poros pompa akibat

adanya erosi, korosi dan keausan pada stuffing box, bagian ini bisa

sebagai internal bearing, leakage joint dan distance sleever.

4. Wearing ring, casing adalah tempat dipasangnya wearing ring (wearing

ring casing) dan impeller (wearing ring impeller).

kompenen ini mempunyai fungsi utama untuk meminimalisir

kebocoran yang diakibatkan karena adanya celah antara casing dan

impeller.

b. Bagian yang tidak bergerak

1. Casing (rumah pompa), bagian terluar pompa ini mempunyai fungsi

sebagai pelindung komponen yang berada didalam pompa, tempat untuk

meletakkan diffuser, intlet nozzle, outlet nozzle dan sebagai pengaruh

aliran dari impeller yang mengakibatkan terjadi perubahan nergi

kecepatan menjadi energi tekan.

2. Base plate, fungsi dari bagian ini sebagai tempat untuk meletakkan

seluruh komponen pompa.

3. Diffuser, bagian ini diletakkan pada pipa denan cara dibaut, mempunyai

fungsi agar aliran dapat diarahkan menuju stage berikutnya dan berubah

energi kinetik pada cairan menjadi energi tekanan.

4. Wearing ring casing, pada casing alat ini dipasang agar tidak terjadi

kebocoran diakibatkan karena adanya celah pada casing dan impeller.

5. Stuffing box, umumnya alat ini mempunyai fungsi sebagai tempat untuk

meletakkan beberapa mechanical packing yang mengelilingi shaft sleve.


29

Alat ini juga berfungsi untuk mencegah supaya tidak terjadi kebocoran

di daerah dimana pompa yang menembus casing seperti udara yang

masuk kedalam pompa dan cairan yang keluar dari pompa.

6. Discharge nozzle, bagian dimana keluanya cairan yang bertekanan dari

pompa.

3.2.3 Head Pompa

Energi per satuan berat yang harus disediakan agar zat cair dapat dialirkan

sesuai dengan yang telah direncanain dengan kondisi pompa tertentu, atau tekanan

untuk cat cair dapat dialirkan dapat disebut sebagai Head pompa, yang biasanya

dinyatakan dalam satuan panjang. (Warman,2000)

Secara umum Persamaan Bernoulli terdapat dua persamaan yaitu persamaan

pada aliran termampatkan dan persamaan tidak termampatkan. Aliran tak

termampatkan artinya aliran yang tidak mengalami perubahan densitas sepanjang

aliran, sedangkan aliran yang termampatkan artinya aliran yang mengalami

perubahan densitas di sepanjang aliran tersebut (Silaban, 1985). Besar head yang

terjadi sepanjang aliran pompa dapat dihitung menggunakan Persamaan Bernoulli

yaitu sebagai berikut.

𝑃2−𝑃1 𝑉22 −𝑉12


𝐻𝑎 = + + 𝑍2 − 𝑍1 + 𝐻𝑙 ............................................. (3.5)
𝛾 2𝑔

Keterangan :

Ha = Total Head (m)

γ = Massa jenis fluida (kg/m3)

P2 = Tekanan pada pipa tekan (N/m2)

P1 = Tekanan pada pipa isap (N/m2)


30

V2 = Kecepatan aliran di pipa tekan (m/s)

V1 = Kecepatan aliran di pipa isap (m/s)

Z2 = Head statik tekan (m)

Z1 = Head statik isap (m)

g = Percepatan Gravitasi bumi (m2/s)

Hl = Head loss (m)

Persamaan diatas menunjukkan bahwa jumlah head pada pipa terdiri dari

head statis, head tekanan, head looses dan head kecepatan (Silaban, 1985).

 Total Head Isap (Hs)

Total head isap merupakan total head yang bekerja pada bagian pipa isap

dari pompa tanah. Untuk mengetahui nilai dari total head isap, dapat dihitung

dengan perhitungan yang menggunakan beberapa veriabel berikut ini :

a) Head Loss Kecepatan (Hvs)

Merupakan head loss yang disebabkan dari kecepatan material yang

dipompakan, dimana head ini terdapat pada sepanjang bagian pipa isap dari

pompa tanah. Besarnya kecepatan yang harus diatasi oleh pompa dapat dihitung

dengan menggunakan hukum Bernouli,

𝑉2
𝐻𝑣𝑠 = ……………………………………………………………….…(3.6)
2.𝑔

Keterangan :

Hv = Head gesek Kecepatan pada Pipa Isap (m)

V = Kecepatan material (m/detik)

g = Percepatan gravitasi (m/detik2)


31

b) Head Friksi Pipa ( Hfs)

Merupakan Head loss akibat gesekan yang terjadi pada bagian pipa isap

pompa tanah. Dimana variable yang mempengaruhinya yaitu jenis dan kondisi

pipa, panjang pipa equivalen, debit aliran dan diameter pipa. Besar nilai dari head

friksi pipa yang bekerja pada pipa isap pompa tanah, dapat diketahui melalui

perhitungan berikut. (Hazen-William)

𝑓.𝐿𝑒𝑞 .𝑣 2 𝑣2
𝐻𝑓𝑠 = +𝑘 ...………………………………………………….(3.7)
2.𝑔𝐷 2𝑔

Keterangan :

Hfs = Head friksi pipa isap (m)

ɛk = Koefisien minor looses pipa

v = Kecepatan aliran (m/s)

g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

Leq = Panjang ekuialen pipa (m)

f = Darcy friction factor

v = Kecepatan material (m/s)

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

D = Diameter pipa (m)

c.) Head Statik Pipa Isap (Zs)

Merupakan perbedaan tinggi vertical dari bagian ujung bawah pipa hisap

sampai kepada bagian ujung atas pipa hisap yang memompakan material hasil

galian dari dasar laut.

Z = Tg – Ti ……………………………………………………………….…(3.8)
32

Keterangan :

Zs = Head Statik Pipa Isap (m)

Tg = Kedalaman gali (m)

Ti = Beda tinggi vertikal mulut dan pompa (m)

d.) Total Head Isap (Hs)

Merupakan jumlah total dari Head yang berada bagian dari sisi hisap pompa

yang terdiri dari head loss kecepatan (Hv), head loss gesekan pipa hisap (Hfs),

dan juga head statik pipa hisap (Z).

Hs = Hvs + Hfs + Zs ………………………………………………………….(3.9)

Keterangan :

Hs = Total Head Hisap (m)

Hvs = Head loss kecepatan pipa hisap (m)

Hfs = Head loss gesekan pipa hisap (m)

Zs = Head static pipa hisap (m)

 Total Head Tekan Pompa (Hd)

a. Head Loss Kecepatan (Hvs)

Merupakan head loss yang disebabkan dari kecepatan material yang dipompakan,

dimana head ini bekerja pada sepanjang bagian pipa tekan dari pompa tanah.

𝑉2
𝐻𝑣𝑑 = ……………………………………………………….……….…(3.10)
2.𝑔

Keterangan :

Hvd = Head gesek tekan (m)


33

V = Kecepatan material (m/detik)

g = Percepatan gravitasi (m/detik2)

b. Head Statik Pipa Tekan (Zd)

Merupakan perbedaan tinggi vertical antara awal material masuk di pipa tekan

hingga ke bagian keluaran dari pompa tanah.

Z =( Tg–Zs ) + Tk ………………………………………………………….(3.11)

Keterangan :

Z = Head Statik pipa tekan(m)

Tg = Kedalaman gali (m)

Tk = Tinggi pipa outlet (m)

Zs = Ketinggian isap (m)

c. Head Gesekan Pipa Tekan ( Hfd)

Merupakan Head pompa tanah yang timbul akibat gesekan yang terjadi pada

sepanjang pipa tekan yang mengalirkan material hasil galian.

𝑓.𝐿𝑒𝑞 .𝑣 2 𝑣2
𝐻𝑓𝑑 = +𝑘 ..……………………………………………………(3.12)
2.𝑔𝐷 2𝑔

Keterangan :

Hf = Head friksi pipa (m)

ɛk = Koefisien minor looses pipa

v = Kecepatan aliran (m/s)

g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

Leq = Panjang ekuialen pipa (m)


34

f = Darcy friction factor

v = Kecepatan material (m/s)

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

D = Diameter pipa (m)

d. Total Head Isap (Hs)

Merupakan jumlah total dari Head yang berada bagian dari pipa tekan yang terdiri

dari head static pipa tekan (Zd), head loss kecepatan (Hvd), dan juga head yang

diciptakan oleh gesekan sepanjang pipa tekan pompa tanah (Hfd).

Hs = Zd + Hvd + Hfd .……..……………………………………………….(3.13)

Keterangan :

Zd = Head static pipa tekan(m)

Hvd = Head loss kecepatan pipa tekan(m)

Hfd = Head loss gesekan pipa tekan (m)

Hd = Total Head Tekan(m)

3.2.4 Panjang Pipa Ekuivalen

Panjang pipa adalah salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi

kinerja pompa tanah. Setelah material dialirkan melalui pipa hal itu dapat

menyebabkan terjadinya energi gesekan pada setiap dinding pipa sehingga terjadi

kehilangan energi (looses) akibat adanya gesekan tersebut. Jenis pipa dan

perawatan pipa yang tepat sangat diperlukan dalam mengalirkan material,

sehingga pipa dalam kondisi yang baik. Kondisi pipa yang semakin bagus maka

looses yang terjadi dalam mengalirkan material akan semakin sedikit. Kondisi
35

pipa yang buruk menambah kehilangan energi pompa, sehingga energi yang

dibutuhkan pompa akan semakin besar. Rangkaian pipa terbagi atas pipa lurus dan

aksesoris pipa. Salah satu cara untuk dapat mengetahui panjang ekuivalen pipa

dengan menghitung belokan, panjang dari pipa lurus dan variasi pipa yang

digunakan, sehingga looses atau kerugian akibat gesekan yang terjadi pada pipa

dapat diatasi . (Warman, 2000). Variasi pipa dan panjang belokan dari dapat

diamati di Tabel 3.1. dan Tabel 3.2

Tabel 3. 1 Panjang Belokan Pipa Pompa Tanah

(Warman International, 2000).

Internal 90o Long 90o Short Elbow Tee (mm) Rubber Diaphragm
Diameter Radius Radius (mm) Hose (mm) Valve Full
(mm) Bend Bend Open (mm)
(mm) (mm)
100 2,12 2,77 3,35 6,71 1,16 7,62
115 2,41 3,05 3,66 7,32 1,28 -
125 2,71 3,66 4,27 4,88 1,06 1,55
150 3,35 4,27 4,88 10,06 1,55 18,29
200 4,27 5,49 5,40 13,11 2,41 19,81
250 5,18 6,71 7,92 17,07 2,99 21,34
300 6,10 7,92 9,75 20,12 3,35 28,96
350 7,01 9,45 10,97 23,16 4,27 28,96
400 8,23 10,67 12,80 26,52 4,88 -
36

Tabel 3. 2 Panjang pipa equivalen berdasarkan sudut belokan dan bentuk pipa

(Tahara, 2000).

NO NAMA ALAT PANJANG PIPA LURUS


EKIVALEN
1 Belokan 10 o 10.67 D
2 Belokan 20 o 13.3 D
3 Belokan 30 o 16.5 D
o
4 Belokan 45 20 D
5 Belokan 90 o 32 D
6 Pipa U 75 D
7 Pipa T 60 D
8 Pipa Y 500 D

3.3 Penentuan Daya dan RPM Pompa Tanah

Daya pompa dan RPM pompa tanah berkesinambungan dimana untuk

mengetahui RPM pompa harus diketahui terlebih dahulu daya pompa.

3.3.1 Daya Angkut Material Pompa

Besar daya yang dibutuhkan oleh suatu pompa tanah untuk mengalirkan

suatu mateial (fluida) menuju outlet adalah daya pompa (Munson, 2002).

Variabel-varibel yang dapat mempengaruhi daya yaitu debit angkut material, head

pompa, dan berat jenis material. Debit material dapat dipengaruhi oleh daya

pompa yang digunakan sehingga perlu adanya penyesuaian terhadap daya pompa.

Untuk mengetahui daya pompa dapat dilakukan perhitungan menggunakan

persamaan berikut.

Q×Ha×Sg
KW = ............................................................................................... (3.14)
1,02×Ƞ
37

Keterangan:

KW = Daya yang dibutuhkan pompa (Kilowatt)

Q = Debit angkut material (m3/jam)

Ha = Total dinamik head pompa tanah (meter)

Ƞ = Efisiensi pompa tanah (%)

Sg = Spesific Gravity slurry material yang diangkut (kg/m3)

Adapun untuk menentukan berat jenis material slurry yang dihisap dan

dipompakan oleh pompa tanah, menurut Baha Abulnaga (2002) dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝜌m= 100 …………………………………………………………………….…(3.15)


𝐶𝑤 100−𝐶𝑤
+
𝜌𝑠 𝜌𝐼

Keterangan :

𝜌m = Berat jenis material slurry

Cw = Persentase solid slurry (%)

𝜌s = Berat jenis material

𝜌I = Berat jenis air laut

3.3.2 RPM Pompa Tanah

Yang menggerakan pompa tanah adalah mesin penggerak pompa. RPM

pompa tanah tidak sama besar dengan RPM mesin penggerak pompa tanah,

sehingga yang sangat diperlukan dalam rangkaian mesin pompa adalah gearbox.

Gearbox mempunyai fungsi sebagai mereduksi putaran mesin penggerak,

sehingga putaran yang terjadi dan yang dihasilkan oleh mesinn penggerak pompa
38

tanah sesuai dengan putaran yang dibutuhkan oleh pompa tanah. Rasio

perbandingan yang dapat dihasikan oleh gearbox adalah 3,188:1.

RPM yang dibutuhkan pada pompa tanah harus sesuai dengan lapisan

penambangan. Faktor yang dapat mempengaruhi RPM pada pompa tanah seperti

kecepatan angkut material, debit angkut suatu material, dan daya angkut dari

material (Warman, 2000).

Untuk menentukan RPM pada pompa dapat menggunakan hukum

kesebangunan pompa. Hukum tersebut sangat penting dalam menafsirkan suatu

perubahan performansi pompa bila terjadi perubahan putaran atau rpm pompa

(Tahara, 2000). Persamaan hukum kesebangunan pompa yaitu sebagai berikut.

KW1 N 3
= (N1 ) ................................................................................................. (3.16)
KW2 2

Keterangan :

KW1 = Daya Kebutuhan 1 (HP atau kilowatt)

KW2 = Daya Kebutuhan 2 (HP atau kilowatt)

N1 = RPM pompa tanah 1 (RPM)

N2 = RPM pompa tanah 2 (RPM)

3.4 Peralatan Pencucian Kapal Isap Produksi

Sesuai dengan Standar Operasi Prosedur (SOP) setelah proses penambangan

dilakukan proses pencucian bijih timah pada Kapal Isap Produksi (KIP). Instalasi

pencucian adalah salah satu tahap yang sangat penting pada kegiatan produksi

timah, sehingga tahapan ini sangat didukung oleh beberapa peralatan yang

mengambil peran masing-masing, diantaranya yaitu :


39

3.4.1 Saringan Putar

Saringan putar adalah alat yang digunakan sebagai alat pemisah berdasarkan

ukuran butir dari material. Jarak selah dari grizzly saringan putar yaitu 8-15 mm

dan jumlah putaran adalah 0-10 rpm. Material hasil pemisahan dari saring putar

terbagi menjadi dua bagian yaitu undersize dan oversize. Material yang

dipisahkan pada saringan putar adalah material yang di alirkan oleh pompa tanah.

Material yang masuk saring putar akan dipisahkan oleh selah grizzly. Posisi saring

putar terletak diatas jig primer, sehingga material yang lolos dari selah grizzly

tersebut dialirkan menuju jig primer.

3.4.2 JIG

Jig yang digunakan pada KIP Timah 15 adalah jig Pan American (PA). Jig

PA berbeda dengan jig Yuba, tipe PA membrannya terletak di bawah dari tangki

jig sedangkan jig tipe yuba terletak pada samping jig.

 Komponen-Komponen Jig

Komponen-komponen yang menjadi bagian penting dari jig tipe PA ini

antara lain Rooster, bed, wire screen, afsluiter underwater, stangbalance,

membrane, ekstrensik, dan spigot.

a) Rooster

Rooster atau kisi-kisi adalah alat yang terletak pada bagian atas jig yang

berfungsi untuk mengapit saringan jig dan menahan bed supaya tetap ditempat.

Rooster dibuat berpetak petak dengan tujuan agar bed tersebar merata di seluruh

permukaan jig sesuai dengan kompartemennya. Rooster pada jig primer dan

sekunder pada KIP timah 15 terbuat dari plat besi baja atau baja.
40

Gambar 3. 2 Rooster

b) Bed

Bed merupakan lapisan material diatas saringan jig yang terletak di dalam

rooster. bed biasanya berupa batu hematit yang digunakan sebagai bahan

perantara dimana alasan penggunaan batu Hematit sebagai bed adalah karena

Hematit memiliki berat jenis diantara bijih timah dan mineral pengotor.

Gambar 3. 3 Bed

c) Rubber Screen
41

Rubber Screen mempunyai fungsi untuk menahan jig bed (hematite) agar

tidak turun kebawah serta berfungsi untuk meloloskan bijih timah ke dalam tangki

jig. Bahan yang yang digunakan untuk saringan adalah bahan yang tahan terhadap

korosi seperti pospor brons, baja tahan karat dan karet. Ukuran lubangn pada

rubber screen harus lebih kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih timah,

biasanya dipakai dengan ukuran 4 x 10 mm untuk kompartemen A dan ukuran 3 x

10 mm untuk komartemen B C, ukuran lubang 6-10. Saringan berukuran lebih

besar diletakkan melintang terhadap arah aliran, dengan tujuan agar lubang

saringan tidak mudah buntu atau tersumbat.

Gambar 3. 4 Rubber Screen

d) Afsluiter underwater

Dimana alat ini berfungsi sebagai pengatur cross flow dan mengatur

pemasukan air ke tiap tangki jig dan menjaga keseimbangan air dalam jig, maka

air perlu di tambahkan dan dimasukkan ke dalam jig dari sebelah bagian bawah

saringan ( Hutch), disebut underwater atau hutchwater. Selain itu fungsi yang

terpenting adalah untuk mengontrol pemisahan konsentrat dan tailing, sehingga

tailing yang sudah masuk ke dalam jig bed dapat didorong kembali ke atas dan

keluar sebagai tailing.


42

Gambar 3. 5 Afsluiter underwater

e) Ekstrensik

Ekstrensik merupakan peralatan yang digunakan pada jig Pan American

Yang berfungsi untuk membuat gerakan suction dan pushtion secara terus

menerus dengan cara mengubah gerakan berputar yang disebabkan oleh motor

menjadi gerakan keatas kebawah sehingga membuat stang balance dan membrane

bergerak.

Gambar 3. 6 Ekstrensik

f) Stang
Stang balance berfungsi untuk meneruskan gerak atas bawah dari

eksentrik ke jig lalu gerakan tersebut menggerakan membrane dan menimbulkan


43

gaya suction dan pushion pada jig.

g) Membran

Membran mempunyai fungsi untuk mmberikan gaya isapan (Suction) dan

dorongan (Pushion) dengan menutup rapat antara tangki dan torak yang digerakan

oleh motor penggerak. Membran ini harus diklem dengan kuat, sehingga tidak

terjadi kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat karena akan mengakibatkan

mudah retak dan pecah.

Gambar 3. 7 Membran

h) Spigot

Spigot terletak pada keluaran konsentrat yang berada di bagian bawah jig.

Spigot adalah alat yang berfungsi untuk mengeluarkan konsentrat melewati tangki

jig, serta berguna untuk mengatur jumlah air yang ada di dalam tangki jig

tersebut. Spigot berbentuk kerucut dengan dengan ujung membulat dengan Karet

spigot harus dikontrol diameternya secara berkala untuk menjaga kestabilan

jumlah air yang mengisi tangki jig. diameter ± 10-12 mm dan terbuat dari bahan

karet.
44

Gambar 3. 8 Spigot

 Jig Primer

Jig primer merupakan salah satu alat kosentrasi yang dipakai dalam instalasi

pencucian Kapal Isap Produksi yang bertujuan untuk memisahkan mineral

berharga dari mineral pengotor berdasarkan perbedaan berat jenis mineral dengan

air sebagai medianya.

Pada mulut masuk jig primer terdapat sebuah besi penahan yang disebut

kuku macan. Dan pada ujung jig primer terdapat kayu penahan yang disebut riffle.

Kedua alat ini berfungsi untuk menahan laju alirannya terlalu deras, maka akan

mengakibatkan bijih timah dan mineral ikutan berharganya ikut hanyut bersama

dengan aliran overflow menuju Bandar tailing. Kuku macan terbuat dari besi

karena harus menahan aliran air yang deras dari lounder. Sedangkan riffle terbuat

dari kayu karena aliran air yang ditahannya sudah tidak terlalu deras karena sudah

ditahan sebelumnya oleh kuku macan. Jig Primer terdiri dari tiga kompartemen

yaitu A, B, C, dan D. Tiap kompartemen memiliki panjang pukulan dan jumlah

pukulan yang berbeda


45

Gambar 3. 9 Jig Primer

 Jig Sekunder

Clean up berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat

jenis. Oversize jig clean up keluar sebagai tailing, sedangkan undersize jig clean

up kompartemen A dialirkan ke penampung konsentrat A Sn = 20-30%. Jumlah

pukulan dan panjang pukulan dari jig clean up berbeda dengan jig primer.

Panjang pukulan di jig clean up dibuat lebih kecil dari jig primer dan jumlah

pukulan di jig clean up lebih banyak dari jig primer. Hal ini bertujuan untuk

memaksimalkan perolehan dari bijih timah.

Gambar 3. 10 Jig Clean up


46

 Kapasitas Jig

Alat pemisah bijih timah berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) dari bijih

timah dan mineral ikutan adalah Jig. Keberhasilan pencucian dengan

menggunakan jig dapat dilihat dari jumlah feed yang masuk. Mineral yang masuk

pada jig disebut Feed. Feed yang dialirkan menuju jig primer berupa slurry

material karena telah tercampur dengan air.Yang sangat berpengaruh terhadap

pemisahan mineral menggunakan jig adalah kapasitas air dan kecepatan aliran.

Jika air yang masuk terlalu banyak dan kecepatan aliran yang terlalu besar maka

dapat mengakibatkan terbuangnya mineral yang berharga. Sedangkan bila

kecepatan aliran yang terlalu lambat dapat mengakibatkan bed tersumbat,

sehingga yang terjadi yaitu proses pemisahan tidak optimal. Untuk dapat

mengetahui kapasitas dari jig primer dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut (Anaperta 2012).

Kapasitas = Jumlah cell x Luas jig per cell x LSE ….............................. ( 3.17)

Keterangan:

Jumlah cell = Jumlah total cell jig primer per unit

Luas jig per cell = Luas permukaan jig tiap cell (m2)

LSE = Luas saringan efektif

3.4.3 Proses Pemisahan Dengan Jig

Jigging adalah salah suatu proses dilakukannya pemisahan bijih dalam

suatu media cair dengan dimanfaatkannya prinsip perbedaan berat jenis dari

mineral-mineral yang akan dipisahkan dengan membentuk stratifikasi dalam

beberapa
47

lapisan berdasarkan berat jenis mineral dan kemudian mineral yang memiliki

berat jenis besar akan dilanjutkan dengan pengeluaran melalui spigot. Ukuran

butir yang dapat ditangkap dengan baik oleh jig berkisar antara 10 – 14 mesh (A.

M Gaudin, 1977).

Untuk menentukan metode pemisahan yang akan digunakan, terlebih dahulu

yang harus diperhatikan adalah sifat-sifat fisik, mekanis dan kimia yang dimiliki

oleh suatu mineral yang terkandung didalam bijih. Oleh karena itu untuk

mempermudah proses pemisahan tersebut maka yang akan dilakukan, diperlukan

pengetahuan mengenai karakteristik dari masing-masing mineral. Sehingga pada

akhirnya dapat ditentukan dengan suatu metode pemisahan mineral yang dapat

memberikan hasil yang optimal (A. M Gaudin, 1977).

Gambar 3. 11 Proses Pemisahan Dengan Jig

(Karantzavelos and Frangiscos 1984)

 Mekanisme Jigging process

Menurut Willys, B. A (2006), pemisahan dalam proses jigging dapat terjadi

karena akibat adanya gaya tekan (pulsion) atau isapan (suction), pada suatu media
48

cair yang dilengkapi dengan saringan dan media penghambat yang semi stationary

(bed) yang adalah mineral atau batuan hematite dan ada juga yang menggunakan

Tin Ball.

Ada dua proses utama yang terjadi saat proses jigging terjadi, yaitu:

1. Pulsion

Apabila terjadi pulsion maka bed akan terdorong naik sehingga batuan

hematite akan merenggang membuka bed karena adanya tekanan. Kesempatan ini

dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos saringan masuk ke hutch

sebagai kosentrat, sedangkan mineral ringan akan terdorong keatas dan terbawa

oleh aliran horizontal diatas permukaan bed untuk menunggu kesempatan pulsion

berikutnya.

2. Suction

Bila terjadi suction maka didalam hutch, akan terjadi penyedotan terhadap

partikel-partikel di atas saringan, bila penyedotan ini besar maka partikel ringan

akan ikut tertarik, untuk memperkecil penyedotan ini diberikan air tambahan atau

under water agar air didalam hutch tenang sehingga akan terjadi pemisahan. Pada

waktu pulsion bed akan merenggang, maka material berat akan menerobos hutch

sebagai produk dan pada waktu suction, bed akan menutup.

Siklus jigging merupakan suatu bentuk gelombang yang sebangun dan

bergerak secara teratur serta berulang-ulang yang diakibatkan oleh pulsion dan

suction (Willys, B. A, 2006).

Titik A merupakan titik dimulainya siklus. Saat kecepatan aliran keatas terus

meningkat, maka lapisan bed pada jig akan terangkat (mengembang). Jika waktu
49

antara A dan B sangat kecil, maka akan terjadi differential acceleration (Willys,

B. A, 2006).

Pada titik B, kecepatan aliran keatas semakin besar sampai mencapai puncak

pada titik C. Dalam keadaan ini, mineral yang mempunyai kecepatan

pengendapan yang lebih kecil dari kecepatan aliran keatas akan terus mengendap.

Sedangkan mineral yang mempunyai kecepatan pengendapan yang lebih kecil dari

kecepatan aliran keatas akan terangkat keatas dan terbawa aliran mendatar (cross

flow) dan menjadi tailing. Pada keadaan ini terjadi effek hindered settling

(Willys, B. A, 2006).

 Faktor-Faktor yang berpengaruh Terhadap Jig

Jig yang digunakan pada proses pencucianmempunyai tujuan agar kadar

dapat ditingkatkan sehingga perolehan recovery dapat tinggi akibatnya losses

dapat ditekan sekecil-kecilnya. Akan tetapi, menurut Karantzavelos and

Frangiscos (1984), terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari

jig, sifat-sifat umpannya antara lain, yaitu :

a. Bentuk dan ukuran feed

Bentuk dan ukuran umpan sangat mempengaruhi dimana semakin ukuran

butir mineral besar (kasar), sehingga recover makin meningkat. Yang perlu

diperhatikan yaitu semakin besar ukuran partikel mineralnya pemadatan pada bed

makin cepat pula, maka terjadilah kemantapan atau kebutuhan yang dapat

mengakibatkan feed yang masuk berikutnya tidak terjadi penerobosan melalui

cela-cela bed. (Karantzavelos and Frangiscos,1984)


50

Dalam perolehan recovery bentuk partikel mineral yang masuk sebagai

umpan juga paling mempengaruhi, yang diutamakan yaitu mineral-mineral ikutan

yang tidak kaya contohnya marcassite. Bentuk yang memanjang, mempunyai arti

bahwa tekanan air yang berasal dari underwater mempunyai perbedaan

penampang permukaan dari partikel sehingga mengakibatkan partikel tersebut

terombang-ambing pada jig tank, maka hal tersebut dapat mengganggu mineral

berharga lain akan turun sebagai konsentrat. (Karantzavelos and Frangiscos,1984)

b. Kadar mineral

Hal ini penting karena semakin tinggi atau berharga kadar mineral yang masuk

sebagai umpan, maka recovery akan semakin tinggi. Kadar mineral penganggu

yang makin banyak yang masuk sebagai umpan maka pemisahan semakin sulit,

yang artinya perolehan recovery akan rendah. Karantzavelos and Frangiscos

(1984)

c. Berat jenis mineral

Berat jenis mineral berharga yang semakin tinggi terhadap mineral

pengganggu mengakibatkan recovery akan semakin tinggi. (Karantzavelos and

Frangiscos,1984)

 Parameter-parameter Proses Jig

Proses pemisahan dengan jig, menurut Karantzavelos and Frangiscos

(1984), ada factor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kerja dari jig. Terdapat

beberapa parameter yang mempengaruhi proses pemisahan tersebut yaitu :

a. Amplitudo membran atau frekuensi stroke


51

b. Kecepatan aliran horizontal

c. Ketebalan bed dan ukuran batu pada lapisan bed

d. Volume air tambahan (Underwater)

e. Ukuran lubang spigot

f. Feeding dan proses padatan

g. Motor jig

h. Jig screen

i. Kecepatan aliran didalam jig tank

j. Kemiringan jig

k. Kemiringan jig
BAB IV

METODOLOGI

Penelitian ini dilakukan pendekatan secara analisis kuantitatif dimana

analisis ini mengandung makna suatu pengambaran akan data dengan

menggunakan angka dan grafik.

4.1 Studi Pustaka

Yang dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang,

yang diperoleh dari :

 Instansi terkait dalam hal ini PT TIMAH Tbk

 Perpustakaan

4.2 Pengamatan di Lapangan

Dilakukan dengan melakukan peninjauan lapangan di Kapal Isap Produksi

Timah 15 untuk melakukan pengamatan langsung terhadap proses penggalian dan

pencucian.

4.3 Pengambilan dan Pengumpulan Data

Pengambilan data yang dilakukan penulis yaitu dengan mencatat atau

menulis semua hal yang diamati dilapangan maupun informasi-informasi yang

didapat dari hasil wawancara secara langsung kepada orang-orang yang bekerja

langsung pada lingkungan Kapal Isap tersebut.

4.3.1 Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data-data yang berupa

52
53

perhitungan yang di dapat langsung dari lapangan.. Data-data tersebut antara lain

sebagai berikut.

1. Data Jam jalan

2. Data aktual ukuran pipa isap dan pipa tekan.

3. Data kedalaman penggalian.

4. Kapasitas aktual jig dan saring putar.

5. Data produksi

Dan juga terdapat data penunjang yang berhubungan dalam penelitian ini

seperti spesifikasi teknis Kapal Isap Produksi yang bersangkutan, buku-buku yang

berkaitan dengan penelitian, seperti buku-buku diklat perusahaan khususnya

tentang Kapal Isap yang didapat dari UPLB PT Timah.

4.4 Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan

melakukan kajian teknis proses penggalian terhadap proses pencucian, Kajian

teknis pompanya dan jig nya.

4.5 Jadwal Pelaksanaan

Penelitian Tugas Akhir yang dilakukan dilaksanakan selama satu bulan

yang dimulai dari tanggal 27 Juli – 30 Agustus 2017.


54

No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan

Minggu Ke-

1 2 3 4 5

1. Orientasi Lapangan √

2. Pengamatan dan √ √

Pengambilan Data

3. Pengolahan dan √

Analisa Data

4. Penyusunan Draft √

4.6 Diagram Alir Penelitian

Pemecahan masalah – masalah dalam penyusunan laporan penelitian

dilakukan berdasarkan terhadap analisa yang diperoleh di lapangan dengan

berpegang terhadap literatur-literatur yang berhubungan dengan pengambilan.


55

Studi Pustaka

Pengambilan data

Data Sekunder

• Ukuran aktual dari pipa tekan dan


pipa isap, rpm mesin pompa dan
ketinggian outlet pipa.
• Karakteristik lapisan penggalian
KIP 15.
• Rpm pompa tanah yang digunakan
pada KIP 15.
• Ukuran aktual jig primer dan
kapasitas feed yang dibutuhkan.

Pengolahan Data

Karakteristik Ukuran Ukuran RPM


Lapisan aktual pipa Aktual Jig mesin
(diameter tekan dan pompa
material dan pipa hisap
persen solid)

Kapasitas RPM
Jig pompa
Kecepatan
Debit
Angkut
Material angkut

Head

Laju Pemindahan
Daya Tanah

Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Gambar 4.1 Bagan Alir Penelitian


BAB V

DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Unit konsentrasi Kapal Isap Produksi Timah 15 menggunakan pompa

sentrifugal dengan tipe pompa 14/12 gk-g Warman, sebagai alat konsentrasi

utama. Dalam operasinya pompa tanah juga dibantu dengan peralatan-peralatan

lain, seperti : saringan putar dan jig.

5.1 Laju Pemindahan Tanah

5.1.1 Kecepatan Angkut Material

Kecepatan angkut material dapat ditentukan menggunakan metode grafis

konstanta Durand’s ,untuk menentukan besarnya konstanta Durand’s harus

diketahui ukuran partikel masing-masing lapisan dan persentase solid dari slurry

material penggalian seperti yang terlihat pada gambar 5.1.

Sehingga dari hasil yang didapat pada lapisan kaksa atau pasir kasar kerikil

pada profil lubang bor 410/5/97 dengan ukuran partikelnya adalah 1300 µ dan

persen solid materialnya adalah 10 % besar konstanta Durand’s nya adalah

sebesar 1.38. Dapat dilihat pada gambar 3.1

Hasil perhitungan untuk masing-masing lapisan material setelah diketahui

nilai konstanta Durand’s nya maka dapat dihitung kecepatan angkut material pada

lapisan kaksa adalah sebagai berikut,

𝑆−𝑆𝐼
VL = FL √2𝑔𝐷( )
𝑆𝐼

7−1.03
VL = 1.38 √2(9.8)(0.3048)( )
1.03

56
57

VL = 8.12 m/detik

Berikut ini adalah tabel kecepatan angkut penggalian pada profil bor 410/5/97.

Tabel 5. 1 Kecepatan Angkut Material Daerah Titik Bor 410/5/97

No Kedalaman Spesific Diameter Konstanta Kecepatan


Lapisan (m) Gravity Material Durand’s Angkut
(µm) Material
(m/detik)
1 Lumpur (Lu) 22.3 1.8 100 1.06 2.24
2 Lempung Liat (LpLt) 23.8 2.58 210 1.18 3.53
3 Lempung Liat (LpLt) 25.8 2.58 210 1.18 3.53
4 Pasir Kasar Kerikil (PakKrk) 26 7 3000 1.35 8.12
5 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 28 7 3000 1.35 8.12
6 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 30.4 7 300 1.35 8.12
7 Lempung (Lp) 32.6 2.58 240 1.22 3.65
8 Lempung (Lp) 32.8 2.58 240 1.22 3.65
9 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 34.8 7 300 1.35 8.12
10 Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk) 36.8 7 3000 1.35 8.12
11 Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk) 38.8 7 3000 1.35 8.12

5.1.2 Debit Angkut Material

Dari data yang sudah diketahui maka dapat di hitung debit angkut material

seperti berikut,

Q = VL.A

Q = (8.12 m/s).(0.07 m2) = 0.59 m3/s

Q = 2124 m3/jam =590 Liter/detik

5.1.3 Kapasitas Jig Primer

Kapasitas jig menurut PT. Timah (Persero) Tbk dapat diketahui melalui

perhitungan sebagai berikut ini :


58

Kapasitas jig/cell = 4.5 m3/m2 LSE

Kapasitas 1unit Jig = Jumlah cell x LSE x Kapasitas jig/cell

= 6 x 2.07 m2 x 4.5 m3/m2 LSE

= 55.89 m3/jam

Kapasitas Jig Primer = Jumlah unit jig primer x kapasitas per unit

= 4 x 55.89 m3/jam

= 223,56 m3/jam

5.1.4 Laju Pemindahan Tanah

Untuk mendapatkan laju pemindahan tanah dari masing-masing lapisan

dapat dihitung seperti berikut,

1
𝐿𝑎𝑗𝑢 Pemindahan Tanah = x Q (Debit Angkut Material)
9

1 m3
𝐿PT = 𝑥 2124 𝑗𝑎𝑚 = 236 m3/ jam.
9

Besar feed jig primer untuk kapal isap produksi dapat diketahui dengan

melakukan perhitungan sebagai berikut,

Feed jig primer = efektifitas saring putar x Laju pemindahan tanah

Feed jig primer = 80 % x 236 m3/ jam = 189.5 m3/ jam.

Besar laju pemindahan tanah pada 1550 rpm untuk lapisan pasir kasar

kerikil dengan kedalaman 26 meter adalah sebagai berikut


1
Laju Pemindahan Tanah = 9 x Debit angkut material

1
= 9 x 1193.90 m3/jam
59

= 132.65m3/jam

Besar feed yang masuk pada jig primer adalah sebagai berikut.

Feed jig primer = efektifitas saring putar x Laju pemindahan tanah

= 80% x 132.65 m3/jam

= 106.12 m3/jam

Berikut tabel Laju Pemindahan Tanah pada masing-masing lapisan yang

diperoleh dari hasil perhitungan yang disesuaikan dengan RPM yang aktual yaitu

RPM 1550 rpm

Tabel 5. 2 Laju Pemindahan Tanah Lapisan Daerah Titik Bor 410/5/97

No Lapisan Kedalaman LPT Feed Jig


3
(m) (m /jam) Primer
(m3/jam)
1 Lumpur (Lu) 22.3 226.73 181.39
2 Lempung Liat (LpLt) 23.8 201.05 160.84
3 Lempung Liat (LpLt) 25.8 191.24 152.99
4 Pasir Kasar Kerikil (PakKrk) 26 132.65 106.12
5 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 28 128.19 102.55
6 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 30.4 123.23 98.58
7 Lempung (Lp) 32.6 163.14 130.51
8 Lempung (Lp) 32.8 162.46 129.97
9 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 34.8 115.05 92.04
10 Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk) 36.8 111.68 89.35
11 Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk) 38.8 108.51 86.81

5.2. Panjang Ekivalen Pipa dan Head Pompa Tanah

Panjang ekivalen pompa merupakan salah satu factor yang memngaruhi

head pompa tanah.


60

5.2.1 Panjang Ekivalen Pipa

Rangkaian pipa pada kapal isap produksi 15 dibagi menjadi pipa lurus, 2

buah rubber hose pada pipa tekan, 1 belokan 45° pipa tekan dekat saring putar, 1

belokan 45°pipa isap yang terletak di dekat cutter dan satu buah elbow pipa tekan

dekat dengan pompa tanah.

Panjang equivalen pipa isap = panjang pipa lurus

= 16 m

Panjang equivalen pipa tekan = panjang pipa lurus + 1 belokan panjang 90°

+ panjang belokan 45° + panjang elbow + (2 x panjang rubber hose)

= 40 m + 6.1 m + 6,1 m + 9,7 m + 6,7 m

= 68.6 meter

5.2.2 Head Pompa Tanah

Variabel-variabel yang mempengaruhi total head adalah kecepatan angkut

material,debit angkut material, kedalaman penggalian, diameter pipa tekan dan

pipa hisap, kondisi pipa dan panjang pipa hisap dan tekan.

Lapisan Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk) pada penggalian kip timah 15 berada

pada kedalaman 26 meter, dengan kecepatan material 8.12 m/s, debit material

0.59 m3/s, panjang ekuivalen pipa hisap 15.1 meter, panjang ekuivalen pipa tekan

93.64 meter.

𝑃2−𝑃1 𝑉22 −𝑉12


Head total pompa (𝐻𝑎) = + + 𝑍2 − 𝑍1 + 𝐻𝑙
𝛾 2𝑔

Head Statik (𝑍) = 𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 + 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛

= 26+ 11.4
61

= 37.4 m

𝑉22 −𝑉12
Head kecepatan = 2𝑔

8.122 −5.962
= 2 𝑥 9.8

= 1.54 m

Head loss total = Head loss pipa isap + head loss pipa tekan

Head loss pipa isap = Head friksi pipa isap + head loss pipa isap

Pipa isap memiliki pipa lurus sebesar 16 m sehinggan head loss pada pipa hisap

seperti demikian

f. Leq . v 2
𝐻𝑙 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑖𝑠𝑎𝑝 = (𝐼𝑠𝑎𝑝)
2. gD

0.0182 x 16 x 5.962
= 2 x 9,8 x 0.3048

= 1.73 m

Pada pipa tekan memiliki satu belokan lengkung 45°, nilai k dari belokan

tersebut adalah 0.15 dan 1 belokan halus 90° dengan nilai k = 0.69 Jumlah

koefisien minor losses pada pipa tekan = 0.84. Maka total head loss pada pipa

tekan adalah

f. Leq . v 2 𝑣2
𝐻𝑙 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 = (𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛) + 𝑘 (𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛)
2. gD 2𝑔

0.0188 x 68.6 x 8.122 8.122


= + 0.84
2 x 9.8 x 0.35 2 𝑥 9.8

= 15.22 meter

Maka total head loss = 16.95 meter

𝑃2−𝑃1 𝑉22 −𝑉12


Head total pompa (𝐻𝑎) = + + 𝑍2 − 𝑍1 + 𝐻𝑙
𝛾 2𝑔
62

= 0 + 1.54 + 37.4 + 16.95

= 57.53 meter

Nilai dari Total Head Pompa untuk lapisan pasir kasar kerikil adalah sebesar

55.89 meter.

Berikut Total head masing-masing lapisan yang diperoleh dari perhitungan.

Tabel 5. 3 Head Total Lapisan Daerah Titik Bor 410/5/97

No Total
Lapisan Kedalaman Head
(m) (m)
1 Lumpur (Lu) 22.3 35.23
2 Lempung Liat (LpLt) 23.8 39.00
3 Lempung Liat (LpLt) 25.8 41.00
4 Pasir Kasar Kerikil (PakKrk) 26 57.53
5 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 28 59.53
6 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 30.4 61.93
7 Lempung (Lp) 32.6 48.07
8 Lempung (Lp) 32.8 48.27
9 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 34.8 66.33
10 Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk) 36.8 68.33
11 Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk) 38.8 70.33

5.3. Daya Angkut Material dan RPM Pompa Tanah

Untuk dapat mengetahui RPM dari pompa tanah maka harus terlebih dulu

diketahui daya dari pompa tanah.

5.3.1 Daya Angkut Material

Untuk menghitung daya dan RPM yang dibutuhkan pompa tanah, persentase

solid material dalam pulp (cw) adalah 10% dan berat jenis air laut (ρl)
63

adalah 1,03 gr/m3, efisiensi pompa tanah (ɳ) adalah 78%, perbandingan gearbox

paramax sebesar 3,18 : 1.

Daya pompa tanah berdasarkan spesifikasi pompa tanah adalah 310 kw dan

RPM pompa tanah adalah 510 RPM. RPM pompa tanah yang digunakan di

lapangan adalah sebesar 1550 rpm dan daya yang digunakan adalah sebesar 310

kw.

Daya yang dibutuhkan pompa tanah untuk mengangkut material pada

lapisan pasir kasar kerikil dengan kedalaman 26 meter adalah sebagai berikut:

𝑄 𝑋 𝐻𝑎 𝑋 𝑆𝑔
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 ( 𝑘𝑤) =
1,02 𝑋 ɳ

0.59 𝑋 57.53 𝑋 1120


=
1,02 𝑋 78

= 479.60 kw

Jumlah feed yang dialirkan menuju jig primer bergantung pada daya angkut

pompa. Feed yang dibutuhkan adalah sebesar 223.56 m3/jam. Daya yang

dibutuhkan pompa tanah untuk mengangkut material pada kedalaman 26 meter

sehingga tercapai kapasitas feed jig primer adalah sebagai berikut:

𝑄 × 𝐻𝑎 × 𝑆𝑔
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 ( 𝑘𝑤) =
1,02 × ɳ

0.44 × 57.53 × 1120


=
1,02 × 78

= 362.12 kw

Daya pompa yang dibutuhkan untuk mengangkut material pada setiap

lapisan penggalian pada titik bor 410/5/97 seperti pada Tabel 5.4
64

Tabel 5. 4 Daya Pompa Tanah Lapisan Daerah Titik Bor 410/5/97

No Daya Daya Daya


Lapisan Kedalaman Pompa Berdasarkan Pompa
(m) Aktual Lapisan sesuai
(kw) penambangan Feed
(kw) (kw)
1 Lumpur (Lu) 22.3 268.59 77.40 211.86
2 Lempung Liat (LpLt) 23.8 268.59 137.56 238.93
3 Lempung Liat (LpLt) 25.8 268.59 144.62 251.18
4 Pasir Kasar Kerikil (PakKrk) 26 268.59 479.60 362.12
5 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 28 268.59 496.27 374.71
6 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 30.4 268.59 516.28 389.81
7 Lempung (Lp) 32.6 268.59 175.29 294.45
8 Lempung (Lp) 32.8 268.59 176.02 295.67
9 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 34.8 268.59 552.96 417.51
10 Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk) 36.8 268.59 569.63 430.10
11 Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk) 38.8 268.59 586.30 442.68

5.3.2 RPM Pompa Tanah

Pompa tanah menggunakan Gearbox Paramax dengan perbandingan sebesar

3,188 : 1. Gearbox tersebut bertujuan untuk menyesuaikan RPM pada mesin

penggerak pompa tanah dengan RPM yang dibutuhkan oleh pompa tanah. RPM

pompa tanah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

RPM pompa pada lapisan pasir kasar kerikil pada kedalaman 26 meter

adalah sebagai berikut:

KW1 N1 3
=( )
KW2 N2
479.60 𝑁1 3
=( )
310 510

N1 = 589.85 rpm
65

RPM pada mesin penggerak pompa adalah 3,188 X RPM pompa tanah

RPM mesin penggerak pompa = 3,188 X 589.85 rpm = 1880.44 rpm

RPM yang dibutuhkan pompa tanah pada lapisan penggalian pada daerah

profil bor 410/5/97 adalah seperti yang terlihat pada Tabel 5.6

Tabel 5. 5 Rpm Pompa Tanah Lapisan Titik Bor 410/5/97

RPM RPM
Berdasarkan Pompa
No Lapisan Kedalaman RPM pompa Lapisan sesuai
(m) Aktual penambangan Feed
(kw) (kw) (kw)
1 Lumpur (Lu) 22.3 486.2 321.15 449.22
2 Lempung Liat (LpLt) 23.8 486.2 389.01 467.59
3 Lempung Liat (LpLt) 25.8 486.2 395.54 475.45
4 Pasir Kasar Kerikil (PakKrk) 26 486.2 589.85 537.11
5 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 28 486.2 596.61 543.26
6 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 30.4 486.2 604.52 550.47
7 Lempung (Lp) 32.6 486.2 421.74 501.32
8 Lempung (Lp) 32.8 486.2 422.32 502.01
9 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 34.8 486.2 618.51 563.21
10 Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk) 36.8 486.2 624.67 568.81
11 Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk) 38.8 486.2 630.70 574.31

RPM pompa yang sesuai dengan feed jig primer pada lapisan pasir kasar

kerikil dengan kedalaman 26 meter adalah sebagai berikut:

𝐾𝑊1 𝑁1 3
=( )
𝐾𝑊2 𝑁2
362.12 𝑁1 3
=( )
310 510

N1 = 537.11 rpm

RPM pada mesin penggerak pompa adalah 3,188 x RPM pompa tanah
66

RPM mesin penggerak pompa = 3,188 x 537.11 rpm = 1712.31 rpm.

Mesin penggerak pompa dapat menggerakan pompa tanah. Mesin penggerak

dan pompa pada Kapal Isap Produksi dihubungkan dengan menggunakan shaft.

RPM pompa tanah bergantung pada RPM mesin penggerak pompa. Kedua RPM

tersebut berbeda akibat adanya Gearbox untuk mereduksi RPM mesin penggerak

pompa tanah sehingga sesuai dengan kemampuan pompa tanah.

RPM Mesin penggerak pompa tanah yang digunakan sebesar 1550 rpm.

RPM mesin penggerak yang berdasarkan feed dan lapisan penggalian pada setiap

lapisan penggalian adalah seperti pada tabel 5.7

Tabel 5. 6 Rpm Penggerak Pompa Tanah Lapisan Titik Bor 410/5/97

RPM RPM Mesin RPM


Penggerak Penggerak Penggerak
No Lapisan Kedalaman pompa Berdasarkan Pompa
(m) Aktual Lapisan sesuai
(kw) penambangan Feed
(kw) (kw)
1 Lumpur (Lu) 22.3 1550 1023.82 1432.13
2 Lempung Liat (LpLt) 23.8 1550 1240.15 1490.70
3 Lempung Liat (LpLt) 25.8 1550 1260.99 1515.76
4 Pasir Kasar Kerikil (PakKrk) 26 1550 1880.44 1712.31
5 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 28 1550 1901.99 1731.93
6 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 30.4 1550 1927.21 1754.90
7 Lempung (Lp) 32.6 1550 1344.49 1598.22
8 Lempung (Lp) 32.8 1550 1346.36 1600.43
9 Kerikil Pasir Kasar (KrkPka) 34.8 1550 1971.81 1795.51
10 Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk) 36.8 1550 1991.43 1813.38
11 Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk) 38.8 1550 2010.68 1830.90
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Penambangan dengan Kapal Isap Produksi

Pada Kapal Isap Produksi metode penambangan yang digunakan yaitu

metode kombinasi yaitu kombinasi antara rotary yaitu memutar kapal hingga 360o

dan spudding yaitu memutar kapal antara 90o hingga 180o. Proses

penambangannya dengan cara memberai lapisan yang kemudian akan digali

dengan menggunakan cutter. Hasil dari penggalian dari cutter yang kemudian

diangkut dengan menggunakan pompa tanah dan kemudian dialirkan menuju

saring putar. Material yang lolos dari saring putar kemudian dilakukan proses

pencucian dengan menggunakan jig primer, dan jig clean up. Bagan alir

penambangan menggunakan Kapal Isap Produksi dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Cutter

Pompa

Saring Putar
Oversiz
e

Jig Primer Mineral Tailing


Ringan

Jig
Mineral Tailing
Sekunder Ringan

Konsentrat Tailing

Gambar 6. 1 Bagan Alir Penambangan Kapal

Isap Produksi
67
68

Kinerja pompa tanah dapat mempengaruhi produktivitas dari kapal isap.

Pompa tanah adalah alat yang mempunyai fungsi untuk mengangkut material

dalam bentuk pulp dari bawah dasar laut yang selanjutnya dialirkan menuju jig.

Keberhasilan dalam proses pencucian yaitu jumlah feed yang masuk pada jig

primer, sehingga perlu adanya dilakukan penyesuaian terhadap feed. Hal ini

bertujuan agar jumlah feed yang dialirkan dapat sesuai dengan kapasitas jig

primer. Untuk dapat melakuka penyesuaian tersebut dilakukan dengan cara

mengoptimalkan kinerja dari pompa tanah. Kinerja pompa tanah dapat dilakukan

dengan mengetahui daya angkut dan RPM pompa tanah dalam mengangkut

material yang sesuai dengan kapasitas jig primer.

6.2. Analisis Laju Pemindahan Tanah

Pada penelitian ini, pembahasan yang difokuskan bertujuan untuk

mengetahui laju pemindahan tanah yang optimal dengan mengetahui besar RPM

pompa yang sesuai dengan kapasitas feed yang dibutuhkan, sehingga jumlah

material yang dialirkan oleh pompa tanah sesuai dengan kapasitas feed pada jig

primer. Besar RPM jig pada masing-masing lapisan berbeda-beda, sehingga perlu

dilakukan perhitungan untuk mengetahui RPM pompa sesuai pada setiap lapisan

tanah yang digali.

Kinerja pompa tanah sangat bergantung pada kecepatan aliran yang

dihasilkan oleh pompa tanah. jenis material yang dipompakan dapat

mempengaruhi kecepatan aliran. Material penggaliannya pun terdiri dari beberapa

lapisan. Jenis-jenis lapisan tersebut dapat diketahui dengan profil bor lokasi kerja

(Lampiran A). Data tersebut yang kemudian dipakai sebagai landasan atau dasar
69

untuk mengidentifikasi sifat-sifat material penggalian seperti ukuran material dan

berat jenis material.

6.2.1 Kecepatan Angkut Material (Lifting Velocity)

Kecepatan angkut material (lifting velocity) yang dibutuhkan material pada

masing-masing lapisan berbeda-beda. Hal itu terjadi dikarenakan setiap lapisan

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda seperti berat jenis material yang

digali, ukuran partikel lapisan yang digali sehingga perbedaan-perbedaan tersebut

yang mempengaruhi kecepatan angkut material. Pada penelitian ini kecepatan

angkut material ditentukan menggunakan metode grafis konstanta Durand’s,

untuk menentukan besarnya konstanta Durand’s harus diketahui ukuran partikel

masing-masing lapisan dan persentase solid dari slurry material penggalian seperti

yang terlihat pada gambar 5.1.

Sehingga dari hasil yang didapat pada lapisan kaksa atau pasir kasar kerikil

pada profil lubang bor 410/5/97 dengan ukuran partikelnya adalah 1300 µ dan

persen solid materialnya adalah 10 % besar konstanta Durand’s nya adalah

sebesar 1.38. Dapat dilihat pada gambar 5.1

Material yang didapat dari hasil perhitungan untuk masing-masing lapisan

setelah diketahui nilai konstanta Durand’s nya maka dapat dihitung kecepatan

angkut material pada setiap lapisan penambangan. Dan dari hasil perhitungan

yang didapat, dapat dianalisis bahwa semakin dalam penggalian maka kecepatan

angkut material makin besar nilainya.


70

6.2.2 Debit Angkut Material

Debit angkut material untuk setiap lapisan penambangan dapat dihitung

setelah diketahui nilai kecepatan angkut material untuk masing-masing lapisan

penggalian. Debit Angkut Material dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

kecepatan angkut material dan diameter pipa. Dari hasil perhitungan dapat

dianalisis bahwa pada RPM 1550 debit angkut material pada profil bor 410/5/97

semakin kedalam semakin kecil debit angkut materialnya hal ini dikarenakan

semakin kedalam lapisan yang didapat adalah lapisan yang mengandung timah

yaitu pada lapisan pasir kasar kerikil.

6.2.3 Kapasitas Jig Primer

Pada kapal isap produksi timah 15 jig yang digunakan adalah pan American

jig. Jig merupakan alat yang digunakan dalam proses pencucian dengan metode

gravity concentration. Setelah pompa tanah mengalirkan material yang telah di

gali menuju ke saringan putar dengan memanfaatkan perbedaan density dari

mineral mineral tersebut yang kemudian dibagi menjadi undersize dan oversize,

dimana oversize langsung dialirkan menuju Bandar tailing sedangkan undersize

akan dialirkan menuju jig. Jig yang digunakan pada Kapal isap Produksi terdiri

dari jig primer dan jig sekunder. Media pemisah yang digunakan adalah hematit

yang memiliki berat jenis 5 g/cm3 karena berat jenis hematit berada diantara berat

jenis mineral kassiterite dan mineral pengotor. Mineral yang mempunyai berat

jenis yang lebih tinggi dari berat jenis hematit akan menjadi umpan (feed),

sedangkan mineral yang memiliki berat jenis yang lebih kecil dari berat jenis

hematit merupakan tailing. Kapasitas jig primer perlu diketahui supaya umpan
71

yang masuk sesuai dengan kapasitas dari jig tersebut. Pada hasil evaluasi yang

didapat kapasitas jig primer dapat menampung material sebanyak 223,56 m3/jam.

6.2.4 Analisis Laju Pemindahan Tanah

Laju Pemindahan tanah merupakan perbandingan antara volume penggalian

dengan jam jalan kapal isap produksi, namun untuk masing-masing lapisan laju

pemindahan dipengaruhi oleh debit angkut material solid masing-masing lapisan.

Persentase solid pada material penggalian adalah sebesar 10 %. Dengan

diketahuinya kapasitas jig maka dapat dilakukan evaluasi terhadap feed yang

masuk pada jig pada RPM 1550

250

200

150
LPT
100 Feed
Feed Jig Primer
50

Gambar 6.2 Grafik Feed Jig Primer

Hasil analisis data menunjukkan bahwa feed yang dihasilkan pada RPM

mesin pengerak pompa aktual lebih kecil dibandingkan dengan feed jig primer

yang dibutuhkan .Sehingga untuk mencapai kapasitas jig maka dilakukan

perubahan terhadap RPM dan daya pompa.

Grafik feed yang dihasilkan pada RPM mesin penggerak pompa tanah aktual
72

adalah seperti Gambar 5. 3.

6.3. Panjang Ekivalen Pipa dan Head Pompa Tanah

6.3.1 Panjang Ekivalen Pipa

Panjang pipa ekuivalen merupakan panjang total pipa yang terdiri dari pipa

lurus, belokan dan valve yang ada pada rangkaian pipa. Rangkaian pipa pada

kapal isap produksi 15 terdiri dari pipa lurus, 2 buah rubber hose pada pipa tekan,

1 belokan 45° pipa tekan dekat saring putar dan satu buah elbow pipa tekan dekat

dengan pompa tanah. Hasil dari ekivalen pipa selanjutnya akan digunakan untuk

menentukan head pompa.

6.3.2 Head Pompa Tanah

Head pompa adalah energi persatuan berat yang harus disediakan untuk

mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan sesuai dengan kondisi instalasi

pompa, atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair yang umumnya

dinyatakan dalam satuan panjang. Total head pun terdiri dari dua yaitu total head

hisap dan total head tekan dimana total head hisap merupakan penjumlahan antara

head loss kecepatan (Hv), head friksi (Hf) dari pipa hisap dan head isap static

(Zs) dari pompa sedangkan untuk total head tekan merupakan penjumlahan dari

Head static tekan (Hd), head friksi (Hf) pipa pompa tanah dan juga head loss

kecepatan dari pipa tekan. Variabel-variabel yang mempengaruhi total head

adalah kecepatan angkut material, debit angkut material, kedalaman penggalian,

Diameter pipa tekan dan pipa hisap, kondisi pipa, dan panjang pipa hisap dan teka
73

6.4 Analisis Daya Angkut Material dan RPM Pompa Tanah

6.4.1 Analisis Daya Angkut Material

Pada prinsipnya Daya angkut material dan RPM pompa dipengaruhi oleh

besar head dinamik pada pompa tanah, berat jenis material, dan kecepatan angkut

material.

Untuk menghitung daya dan RPM yang dibutuhkan pompa tanah, persentase

solid material dalam pulp (cw) adalah 10% dan berat jenis air laut (ρl) adalah 1,03

gr/m3, efisiensi pompa tanah (ɳ) adalah 78%, perbandingan gearbox paramax

sebesar 3,18 : 1. Daya pompa tanah berdasarkan spesifikasi pompa tanah adalah

310 kw dan RPM pompa tanah adalah 510 RPM.

700.00

600.00

500.00 Daya Aktual

400.00
Daya Angkut Lapisan
300.00
Daya Angkut Sesuai
200.00 Kapasitas Jig
100.00 Effisiensi

0.00

Gambar 6. 3 Grafik Daya


Dari gambar 6.3 menunjukan bahwa daya aktual pompa tanah yang

digunakan lebih kecil dari pada daya yang dibutuhkan untuk mengangkut material

setiap lapisan dan lebih kecil juga dari daya yang dibutuhkan untuk mengangkut
74

material sesuai dengan feed jig primer. Hal ini merupakan salah satu alasan

tidak tercapainya produksi pada KIP 15. Grafik diatas menunjukan bahwa

kedalaman dan karakteristik lapisan mempengaruhi kebutuhan daya pompa

Sehingga untuk mencapai produksi dan dilihat juga dari segi ekonomi daya yang

sesuai sebesar 479 kW dengan dapat mencapai LPT sebesar 236 m3/jam untuk

lapisan yang mengandung timah hal ini dapat terjadi karena pengaruh oleh density

lapisan dan untuk yang tidak atau sedikit mengandung timah semakin besar daya

semakin besar pula laju pemindahan tanah nya hal ini dapat dilihat pada gambar

6.4

250

200 Daya
150 Lumpur
LPT

100 Pasir Timah


Linear (Lumpur)
50
Linear (Pasir Timah)
0
0 100 200 300 400 500
Daya Pompa

Gambar 6. 4 Grafik Hubungan Daya terhadap LPT

6.4.2 Analisis RPM Pompa Tanah

Perbandingan Gearbox Paramax yang digunakan pada pompa tanah yaitu

sebesar 3,188 : 1. Hal tersebut bertujuan untuk menyesuaikan RPM pada mesin

penggerak pompa tanah dengan RPM yang dibutuhkan oleh pompa tanah.

Pada hasil perhitungan yang didapat menunjukkan bahwa RPM Pompa

tanah pada lapisan kaksa dengan kedalaman 26 meter untuk mencapai kapasitas
75

feed pada jig primer sebesar 223.56 m3/jam adalah 1880.44 rpm. RPM Pompa

tanah aktual adalah sebesar 486,20 rpm.

RPM aktual pada pompa tanah KIP Timah 15 adalah konstan yaitu 486.20

rpm. Pada setiap lapisan penambangan RPM yang sesuai dengan feed jig primer

berbeda-beda, dikarenakan RPM pompa tanah dipengaruhi oleh beberapa hal

yaitu kedalaman lapisan dan karakteristik lapisan. RPM aktual yang digunakan

mesin penggerak pompa tanah tidak sesuai dan lebih kecil dibandingkan RPM

mesin penggerak pompa tanah yang berdasarkan feed jig primer. Ketidaksesuaian

RPM yang terjadi mengakibatkan feed yang dialirkan pompa tanah tidak sesuai

dengan feed yang dibutuhkan. Hal tersebut mengakibatkan produksi tidak

mencapai target. Untuk dapat mencapai feed yang sesuai, maka RPM dari mesin

penggerak pompa tanah yang digunakan adalah RPM yang sesuai dengan feed jig

primer. Grafik RPM Pompa tanah dapat dilihat pada gambar 6.5.

2500

2000

1500 RPM Pompa aktual

1000 RPM Pompa Tanah Sesuai


Lapisan
RPM Pompa Tanah Sesuai
500
Kapasitas Jig

0
PKAKRK

PKAKRK
PKAKRK
LPLT

KRKPKA
KRKPKA
LP
LU
LPLT

LP
KRKPKA

Gambar 6. 5 Grafik RPM


76

Dan untuk mencapai produksi KIP Timah 15 RPM pompa tanah yang

digunakan untuk lapisan yang mengandung timah adalah sebesar 537.11 rpm

dengan RPM mesin penggerak pompa tanah sebesar 1712.31 rpm

250

200

150 Pasir Timah


LPT

100 Lumpur
Linear (Pasir Timah)
50
Linear (Lumpur)
0
0 500 1000 1500 2000
RPM

Gambar 6. 6 Grafik hubungan Daya terhadap LPT


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengamatan yang dilakukan dan didukung dengan

data-data, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Laju Pemindahan Tanah pada Kapal Isap Produksi Timah 15 pada daerah

titik bor 410/5/97 yang sesuai dengan karakteristik lapisan penambangan

adalah sebesar 173,57 m3/ jam

2. Debit angkut material yang didapat berbeda-beda pada setiap lapisan dimana

pada lapisan lumpur debit angkut materialnya sebesar 0.16 m3/s, untuk lapisan

lempung liat sebesar 0.25 m3/s untuk material pasir kasar kerikil 0.59 m3/s dan

untuk lapisan lempung sebesar 0.26 m3/s perbedaan debit juga dikarenakan

karna adanya perbedaan kedalaman lapisan

3. Total Head yang didapat pada lapisan lumpur adalah sebesar 35.23 m, lapisan

lempung liat sebesar 39 m, lapisan pasir kasar kerikil 57.53 m, dan lapisan

lempung adalah sebesar 48.07 m dimana dapat dianalisis bahwa Semakin

dalam penggalian semakin besar head total pompa yang diperlukan

4. feed jig primer yang dihasilkan sebesar 189.50 m3/jam. Kapasitas jig primer

adalah sebesar 223,56 m3/jam. Hal ini menunjukan jika kinerja pompa normal,

feed yang dihasilkan masih kurang dari feed yang dibutuhkan jig primer. Hasil

analisis data menunjukkan bahwa feed yang dihasilkan pada kondisi aktual

lebih kecil dibandingkan feed yang dibutuhkan. Hal ini mengakibatkan

produksi tidak sesuai dengan target produksi.

77
78

5. Daya angkut pompa yang dibutuhkan untuk mencapai kapasitas feed jig

primer pada macam-macam lapisan dengan kedalaman yang berbeda adalah

sebesar 211.86 kw pada lumpur, pada lempung liat adalah sebesar 238.93 kw,

pada pasir kasar kerikil adalah sebesar 362.12 kw, pada kerikil pasir kasar

adalah sebesar 374.31 kw, dan pada lempung adalah sebesar 294.45 kws

sedangkan untuk Rpm pompa tanah yang dibutuhkan untuk mencapai

kapasitas feed jig primer pada masing-masing lapisan adalah untuk lapisan

lumpur sebesar 449.22 rpm, untuk lapisan lempung liat sebesar 467.59 rpm,

untuk lapisan pasir kasar kerikil sebesar 537.11 rpm, dan untuk lapisan

lempung sebesar 501.32 rpm dan untuk lapisan kerikil pasir kasar sebesar

563.21 rpm. Dari perhitung dapat dianalisa RPM pompa tanah yang

digunakan pada KIP timah 15 tidak sesuai dengan besar rpm yang

dibutuhkan. RPM yang digunakan pada kondisi aktual adalah konstan dan

lebih kecil dari RPM pompa yang dibutuhkan pompa untuk mengangkut feed

yang dibutuhkan, sehingga kinerja pompa belum optimal dan target produksi

Kapal Isap ProduksiTimah 15 tidak tercapai.

7.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yang sesuai dengan penelitian

yang dilakukan pada KIP Timah 15 sebagai berikut :

a. Perlu dilakukan penyesuaian terhadap RPM mesin pompa untuk setiap lapisan

penggalian , hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan laju perpindahan tanah

yang dihasilkan pompa tanah sehingga feed yang dihasilkan sesuai dengan

kapasitas feed jig primer.


79

b. Perlu adanya pengecekan dan perawatan dengan baik pada aspek penggalian

khususnya pompa tanah, pipa hisap dan pipa tekan guna untuk peningkatan

kualitas kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Abulnaga, B. 2002. Slurry Systems Handbook. New York: Mc Graw Hill

Companies.

Anaperta, Y. M. 2012. Optimalisasi Proses Pencucian Kapal Isap Produksi (KIP)

Timah Penganak Dalam Meningkatkan Pencapaian Produksi di Laut

Permis. Jurnal Teknologi Informasi & Pendidikan Vol. 5 No. 1 Maret

2012.

Azwardi, I. 2012. Penambangan Timah Alluvial. Bangka Belitung: PT Timah

(Persero), Tbk.

Bidang Evaluasi PT Timah (Persero), Tbk, 2017

Catterpillar. 2007. Catterpillar C-18 Acert 715 HP Spesification. Catterpillar.

Gaudin, A.M. 1977. Principles Of Mineral Dressing, Mc.Graw Hill Book

Company Inc.New York.

H. M. Inc. 2002. Basic Hydraulic Principles. Newyork: Haestad Method Inc.

Karantzavelos, G.E., and Frangiscos, A.Z. 1984. Contribution to The Modelling of

The Jigging Process, New York, AIME

Silaban, P. 2002. Fisika 1. Jakarta: Penerbit Gramedia.

Munson, B. R. 2002. Mekanika Fluida Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sularso, dan Tahara, H . 2000. Pompa dan Kompresor. Jakarta: Pradnya Paramita.

Sunhardi, Sundrijo, Some Essensial Aspects Of The Geological Characthers Of

Various Secondary Tin Deposit, PT Timah (Persero), Tbk.

80
81

Sujitno, Sutedjo 2007, Sejarah Penambangan Timah Di Indonesia, PT. Timah,

Pangkal Pinang, Hal 7 &-106

Triatmodjo, B. 1993. Hidraulika I. Yogyakarta: Beta Ofset.

Triatmodjo, B. 1993. Hidraulika II. Yogyakarta: Beta Ofset.

U Koko. 1984

Warman International. 2000. Warman Slurry Pumping Handbook. Australia:

Warman International Ltd


Lampiran

82
83

Lampiran A. Peta Rencana Kerja Dan Profil Bor Kapal Isap Produksi

Timah 15 Bulan Juli-Agustus 2017

Berikut ini adalah peta rencana kerja dan profil bor dari daerah

penambangan Kapal Isap Produksi 15.

Sumber : Bidang evaluasi produksi PT Timah

Gambar A.1. Peta Rencana Kerja Kapal Isap Produksi 15 bulan Juli-Agustus 2017
84

Pada Gambar A.1. dapat diketahui bahwa lokasi penambangan difokuskan kepada

profil bor 410/5/97. Profil bor pada daerah penambangan titik bor 410/5/97 yang

dilakukan pada rangkaian proses penambangan didaerah Laut Cupat Luar dapat

dilihat pada Gambar A.2.

Sumber : Bidang evaluasi produksi PT Timah

Gambar A.2. kekayaan profil lubang bor Bulan Juli-Agustus 2017


Lampiran B. Simbol Kekayaan Lubang Bor Pada Lokasi Rencana Kerja

Berikut ini adalah arti dari symbol kekayaan lubang bor pada peta rencana

kerja pada Kapal Isap Produksi dan Kapal Keruk yang digunakan pada

penambangan timah oleh PT. Timah (Persero) Tbk.

Tabel B.1 Tanda Kekayaan Lobang Bor Pada Lokasi Rencana Kerja (Bidang

Evaluasi Produksi, PT.Timah)

No. Simbol Kadar (kg/m3) Keterangan


1. 0,000 – 0,050 Kosong

2. 1,051 – 0,100 Cabang satu

3. 0,101 – 0,200 Cabang dua

4. 0,201 – 0,250 Cabang tiga

5. 0,251 – 0,300 Cabang empat

6. 0,301 – 0,350 Cabang lima


7 0,351 – 0,450 Seperempat hitam
8. 0,451 – 0,900 Setengah hitam
9. 0,901 – 1,500 Hitam penuh
10. 1,501 – 2,500 Mata ayam
11. >2,500 Mata ayam lubang satu

12. - Tailing
13 - Lapisan atas tailing,
lapisan bawah insitu

14 - TSK
15. - TSK batu
16. - TSK kayu

17. TDH kaksa > 0,6 kg/m3

85
Lampiran C. Sketsa Kapal Isap Produksi Timah 15

PT. Timah (Persero),Tbk.

Kapal Isap Produksi tergolong baru diterapkan oleh PT. Timah (Persero)

Tbk, yang sebelumnya hanya menggunakan kapal keruk, sejak tahun 2008 KIP

mulai diterapkan. Berikut ini adalah Sketsa dari Kapal Isap Produksi 15 dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

sumber : Bidang KIP PT Timah

Gambar C.1. Sketsa Kapal Isap Produksi 15 Tampak Samping

sumber : Bidang KIP PT Timah

Gambar C.2. Sketsa Kapal Isap Produksi 15 Tampak Atas, Tingkat Kedua

86
Lampiran D. Spesifikasi Kapal Isap produksi 15

PARAMETER STANDAR SATUAN


1. Konstruksi Utama 1 Lot
Panjang total 85,1 m
Lebar total 18,6 m
Tinggi total 11,4 m

PARAMETER STANDAR SATUAN


2. Ponton 4 pcs
Panjang total ponton dalam 80,52 m
Panjang total ponton luar 58,56 m
Diameter ponton 2,5885 m
Tebal pelat kulit ponton 8 mm
Tebal pelat sekat ponton 6 mm
Free board kiri depan 0,9-1,3 m
Free board kanan depan 0,9-1,3 m
Free board kiri belakang 0,9-1,3 m
Free board kanan belakang 0,9-1,3 m
Manhole 98 set
Tangki timbun BBM 12 tangki
Tangki timbun air tawar 4 tangki
Tangki hampa 78 tangki
Pipa lubang penduga 88 pcs

PARAMETER STANDAR SATUAN


3. Ladder 1 unit
Panjang total 58 m
kedalaman gali maks 48,5 m
Sudut elevasi terhadap garis 60 Deg
air maks
Saluran pelumas 2 Set
Pegas (compression spring) 10 Pcs
Jumlah skep 7 Pcs
Diameter skep 920 Mm
Diameter kawat ladder 38 Mm

87
88

Kekuatan tarik winch 30 ton


Kecepatan kawawt winch 12 m/min
drum winch 400 m

PARAMETER STANDAR SATUAN


4. Mesin Utama 6 Unit
Mesin rudder propeller
kanan
Daya 500 Hp
Putaran 1900 rpm
Booster 1-1,5 10 -1MPa
Temperatur kerja mesin 70-80 deg
Tekanan oli 4,5 - 5 10 -1MPa
Beban 70-90 %
Mesin rudder propeller kiri
Daya 500 Hp
Putaran 1900 rpm
Booster 1-1,5 10 -1MPa
Temperatur kerja mesin 70-80 deg
Tekanan oli 4,5 - 5 10 -1MPa
Beban 70-90 %
Mesin hidrolik kanan
Daya 650 Hp
Putaran 1900 rpm
Booster 1-1,5 10 -1MPa
Temperatur kerja mesin 70-80 deg
Tekanan oli 4,5 - 5 10 -1MPa
Beban 70-90 %
Mesin hidrolik kiri
Daya 450 Hp
Putaran 1900 rpm
Booster 1-1,5 10 -1MPa
Temperatur kerja mesin 70-80 deg
Tekanan oli 4,5 - 5 10 -1MPa
Beban 70-90 %
Mesin pompa tanah
Daya 700 Hp
89

Putaran 2100 rpm


Booster 1-1,5 10 -1MPa
Temperatur kerja PTO 70-80 deg
Temperatur kerja mesin 70-80 deg
Tekanan oli 4,5 - 5 10 -1MPa
Beban 70-90 %

PARAMETER STANDAR SATUAN


5. Generator Set 2 Set
Generator Set - 1 150 kVA
Temperatur kerja mesin 70-80 deg
Tekanan oli 4,5 - 5 10 -1MPa
Beban 70-90 %
Generator Set - 2 50 kVA
Temperatur kerja mesin 70-80 deg
Tekanan oli 4,5 - 5 10 -1MPa
Beban 70-90 %
PARAMETER STANDAR SATUAN
6. Cutter Head 1 unit
Diameter 1800 mm
Jumlah daun 6 daun
Kuku cutter 48 pcs
Putaran kerja 0-24 rpm
jumlah kecepatan putaran 5 step speed
(speed)
Step speed -1 5 rpm
Step speed -2 10 rpm
Step speed -3 15 rpm
Step speed -4 20 rpm
Step speed -5 24 rpm
Shaft & block bearing 1 set
Sealing system (floating seal) 2 set
Bearing 5 set
Saluran pelumas dan drain 1 set
Motor hidrolik penggerak
Tekanan kerja pompa 0-350 bar
hidrolik
90

Konstanta motor 560 Nm/bar


Torsi maksimum 196000 Nm
output gaya potong 217778 N
maksimum

PARAMETER STANDAR SATUAN


7. Pompa Tanah 1 unit
Kapasitas slurry 2500 m3/jam
Head 45-50 m
Daya 310 kW
Putaran 510 rpm
Efisiensi 78 %
Diameter pipa isap 14 inch
Diameter pipa tekan 14 inch
Pipa fleksibel / spiral 12 inch
Klem pipa fleksibel 2 set
Konsentrasi slurry 10-40 %
Shaft panjang
Panjang 4000 mm
jumlah 7 set
Cardan shaft
Panjang 1950 mm
Panjang kompensasi min. 100 mm
Jumlah 7 set
Gearbox reduksi
Rasio 3,18 : 1
Power maks. 1100 HP
Putaran input 1800-2100 rpm

PARAMETER STANDAR SATUAN


8. Saring Putar 1 unit
Diameter (besar) 2000 mm
Diameter (kecil) 1600 mm
Panjang efektif 3560 mm
Jarak selah Grizly 9-10 mm
Putaran kerja 0-10 rpm
Shaft & block bearing 1 set
91

Sealing system 2 set


Bearing 1 set
Saluran pelumas dan drain 1 set
Motor hidrolik penggerak
Tekanan kerja pompa 0-350 bar
hidrolik
Konstanta motor 100 Nm/bar
Torsi maksimum 35000 Nm
Torque arm untuk 1 set
motor hidrolik
Drag roll dan block bearing 2 set
Bak saring putar 1 set
Lounder 4 pcs
kemiringan min. 1:9

PARAMETER STANDAR SATUAN


9. Jig Primer 4 unit
Ukuran cell 1500x1500 mm
Jumlah cell per jig 2x3 cell
Jumlah cell seluruh 24 cell
Panjang langkah pukulan 70 mm
eksentrik
maks.
Panjang langkah di pusat
membran
Kompartemen A 30-35 stroke
Kompartemen B 25-30 stroke

Kompartemen C 25-30 stroke

Jumlah pukulan
tiap kompartemen
Kompartemen A 60-90 kali/min
Kompartemen B 100-130 kali/min

Kompartemen C 100-130 kali/min

Tebal bed maks. 80-90 mm


Kecepatan aliran 0,7-1 m/detik
Motor hidrolik penggerak
92

Putaran kerja s.d. 250 rpm


Tekanan kerja pompa 0-350 bar
hidrolik
Konstanta motor 3,8 Nm/bar
Torsi maksimum 1330 Nm
Karet membran (ID) 870 mm

PARAMETER STANDAR SATUAN


10. Jig Sekumder 2 unit
Ukuran cell 910x910 mm
Jumlah cell per jig 2x4 cell
Jumlah cell seluruh 16 cell
Panjang langkah pukulan 50 mm
eksentrik
maks.
Panjang langkah di pusat
membran
Kompartemen A 12-17 mm

Kompartemen B 10-12 mm

Kompartemen C 8-10 mm

Jumlah pukulan
tiap kompartemen
Kompartemen A kali/min
Kompartemen B kali/min
Kompartemen C 160-180 kali/min
Tebal bed maks. 80-90 mm
Kecepatan aliran 120-160 m/detik
Motor hidrolik penggerak 160-180
Putaran kerja s.d. 250 rpm
Tekanan kerja pompa 0-350 bar
hidrolik
Konstanta motor 3,8 Nm/bar
Torsi maksimum 1330 Nm
Karet membran (ID) 610 mm
93

PARAMETER STANDAR SATUAN


11. Bandar Tailing 1 unit
Kemiringan min. 1:9

PARAMETER STANDAR SATUAN


12. Sakan 2 unit
Kemiringan min. 1 : 9 s.d. 1 : 14

PARAMETER STANDAR SATUAN


13. Kerangkeng Timah 2 unit
14. Jangkar 1 unit
Ukuran 750 kg
Diameter kawat 32 mm
Kekuatan tarik winch 15 ton
Kecepatan kawawt winch 12 m/min
Kapasitas drum 300 M

PARAMETER STANDAR SATUAN


15. Rudder Propeller NAV 1 unit
300/226 (Kanan)
Input Power 450 HP
Input Putaran 1800-2100 rpm
Rasio reduksi - 3,34
Propeller 4 blade
Diameter 1100-1200 mm
Rotasi sistim steering - 360 deg
Cardan shaft
Panjang 1500-2000 mm
Panjang kompensasi 150-200 mm
Gearbox 1 unit
Rasio 0,9-1
Sistim pendingin 1 set
Sistim kontrol 1 lot

PARAMETER STANDAR SATUAN


16. Rudder Propeller 300/226 1 unit
94

NAV (Kiri)
Input Power 450 HP
Input Putaran 1500-2100 rpm
Rasio reduksi - 3,34
Propeller 4 blade
Diameter 1100-1200 mm
Rotasi sistim steering - 360 deg
Cardan shaft
Panjang 1500-2000 mm
Panjang kompensasi 150-200 mm
Gearbox 1 unit
Rasio 0,9-1
Sistim pendingin 1 set
Sistim kontrol 1 lot

PARAMETER STANDAR SATUAN


18. Pompa OnderWater 1 unit
(Kanan)
Kapasitas 1100-1500 m3/jam
Putaran 1400-1800 rpm
Head 15 m
Daya 110-150 HP
Diameter pipa isap 12 inchi
Diameter pipa tekan 12 inchi

PARAMETER STANDAR SATUAN


19. Pompa OnderWater 1 unit
(Kiri)
Kapasitas 1100-1500 m3/jam
Putaran 1400-1800 rpm
Head 15 m
Daya 110-150 HP
Diameter pipa isap 12 inchi
Diameter pipa tekan 12 inchi

PARAMETER STANDAR SATUAN


20. Sistim navigasi 1 unit
95

21. CCTV 1 lot


22. Radio Komunikasi 1 lot
23. Perlengkapan K3 1 lot
24. Horn 1 lot

PARAMETER STANDAR SATUAN


25. Pompa BBM 2 unit
Kapasitas 12 m3/jam
Head 8-10 m
Power 4 kW

PARAMETER STANDAR SATUAN


26. Crane 2 unit
Kapasitas angkat 3 ton
Ketinggian angkat 6 m
PARAMETER STANDAR 6 m/min
SATUAN

PARAMETER STANDAR SATUAN


27. Aksesoris Sistim Hidrolik 1 lot
Tangki hidrolik (stainless) 2 set
Filter (mesh) 10 mikron
Gearbox spliter 2 unit
Rasio 1:1 rasio
Cardan shaft 2 set
Input power 450 HP
Lampiran E. Spesifikasi Saringan Putar dan Jig Primer Kapal Isap Produksi

Timah 15

1. Spesifikasi Saringan Putar

2 1,6
meter meter

Gambar E.1. Sketsa Saring Putar Kapal Isap Produksi 15

Diketahui:

Diameter besar (D) : 2m

Diameter kecil (d) : 1,6 m

Panjang efektif : 3,65 m

Efektifitas Pemisahan : 80%

Kapasitas pemisahan : 285 m3/jam solid

Jarak celah grizzly : 0,8 -1 cm

2. Spesifikasi Jig Primer

Spesifikasi jig diperlukan untuk dapat menentukan kapasitas dari jig pada

kip timah 15 agar dapat di sesuaikan dengan feed jig supaya tidak terjadi

kekurangan material feed yang masuk.

Diketahui :

Tipe : Pan American Jig

96
97

Panjang Jig : 1,5 m

Lebar Jig : 1,5 m

Jumlah cell per jig : 2 x 3 cell

Jumlah cell seluruh : 24 cell


Lampiran F. Perhitungan Volume Kolong Kerja dan Laju Pemindahan

Tanah.

Proses penggalian kapal isap produksi dilakukan dengan metode kombinasi

antara metode rotary (sudut putar sebesar 360o) dengan spudding (sudut putar

sebesar 90o-180o). Besar sudut penunjaman ladder pada kapal isap produksi

ditentukan oleh kedalaman lapisan yang akan digali. Semakin dalam penggalian,

maka sudut penunjaman ladder akan semakin besar, dan luas permukaan

bawahnya semakin kecil, sehingga dapat diasumsikan bahwa bentuk kolong

penggalian kapal isap produksi berbentuk kerucut terpacung. Karena berbentuk

kerucut terpacung maka untuk melakukan perhitungan volume tanah yang

terambil perlu luas bawah dan luas atas kolong kerja.

a. Volume tanah yang di Gali

Berdasarkan data yang didapat luas daerah penggalian kapal isap produksi

timah 15 pada bulan Juli 2017 adalah sebesar 4751 m2 dengan kedalaman

sebenarnya (Dsb) 18.30 m, maka volume tanah yang digali pada bulan juli 2017

adalah :

Volume sebenarnya (Isb) = luas kolong x Dsb

98
99

Isb = 4751 m2 x 18,30 m

Isb = 86943,3 m3

Untuk estimasi terhadap longsoran maka volume diatas ditambah 10 %

Volume tanah yang digali = Isb + 10 % Isb

Volume tanah yang digali = 86943,3 + 8694,33

= 95637,63

Maka volume tanah yang digali KIP Timah 15 pada bulan Juli 2017 adalah

95637,63 m3.

b. Laju Pemindahan Tanah (LPT)

Laju Pemindahan Tanah (LPT) adalah besarnya volume tanah yang digali

dalam periode waktu tertentu.

Berdasarkan data laporan harian KIP Timah 15 Juli 2017 , jam jalan/jam

operasional KIP Timah 15 bulan Juli 551 jam. Maka dapat dihitung laju

pemindahan tanah (LPT) KIP Timah 15 pada bulan Juli 2017 :

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑎𝑙𝑖


𝐿𝑃𝑇 = 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛

95637,63 m3
𝐿𝑃𝑇 = 551

LPT = 173,57 m3/jam = 174 m3/jam

Maka laju pemindahan tanah (LPT) KIP Timah 15 bulan Juli 2017 yaitu 174

m3/jam.
Lampiran G. Perhitungan Panjang Ekuivalen Pipa.

Total pipa yang terdiri dari pipa lurus, belokan pipa dan valve yang ada pada

rangkaian pipa merupakan panjang pipa ekuivalen. Rangkaian pipa pada pompa

tanah kapal isap produksi 15 terdiri dari pipa lurus, 2 buah rubber hose pada pipa

tekan, 1 belokan 45° pipa tekan dekat saring putar, 1 belokan 45°pipa isap yang

terletak di dekat cutter dan satu buah elbow pipa tekan dekat dengan pompa tanah.

Panjang equivalen pipa isap = panjang pipa lurus

= 16 m

Panjang equivalen pipa tekan = panjang pipa lurus + 1 belokan panjang

90° + panjang belokan 45° + panjang elbow + (2 x panjang rubber hose)

= 40 m + 6.1 m + 6,1 m + 9,7 m + 6,7 m

= 68.6 meter

100
Lampiran H. Perhitungan Kapasitas Jig.

Untuk dapat mengetahui kapasitas dari jig menurut PT. Timah (Persero) Tbk

dapat diketahui melalui perhitungan sebagai berikut ini :

Jig PA Primer (2x3)

Jumlah Jig =4 buah


Jumlah Cell/jig =6 buah
Jumlah Total Cell = 24 buah
Luas Jig = 1.5 m x 1.5 m
= 2.3 m2
Luas Saringan Efektif (LSE) = Luas Jig x Effisiensi Saringan
= 2.3 m2 x 90 %
= 2.07 m2
Kapasitas jig/cell = 4.5 m3/m2 LSE
Kapasitas 1unit Jig = Jumlah cell x LSE x Kapasitas jig/cell
= 6 x 2.07 m2 x 4.5 m3/m2 LSE
= 55.89 m3/jam
Kapasitas Jig Primer = Jumlah unit jig primer x kapasitas per unit
= 4 x 55.89 m3/jam
= 223,56 m3/jam
Jig PA Sekunder ( 2 x 4)
Jumlah Jig =2 buah
Jumlah Cell/jig =8 buah
Jumlah Total Cell = 16 buah
Luas Jig = 0.9 m x 0.9 m
= 0.81 m2
Luas Saringan Efektif (LSE) = 0.73 m2
Kapasitas jig/cell = 2.5 m3/m2 LSE
Kapasitas 1unit Jig = 14.6 m3/jam
Kapasitas Jig Sekunder = 29.2 m3/jam

101
Lampiran I. Kecepatan Angkut Dan Debit Angkut Material

1. Kecepatan Angkut Material (VL)

a) Kecepatan angkut material pada pipa 12 inchi dengan lapisan lumpur yang

dihisap oleh pompa tanah dihitung menggunakan rumusan matematis,

dengan diketahui berat jenis air laut (Sl) = 1,03, dan percepatan gravitasi

(g) = 9,8 m/detik2.

Diketahui:

Diameter butiran = 0.1 mm ≈ 100 µm

Konstanta durand’s (FL) = 1,06

Berat jenis material (S) = 1.8 kg/ m3

Diameter Pipa (D) = 12 inchi = 0.3048 m

𝑆−𝑆𝐼
VL = FL √2𝑔𝐷( )
𝑆𝐼

1.8−1.03
VL = 1.06 √2(9.8)(0.3048)( )
1.03

VL = 2.24 m/detik

b) Kecepatan angkut material pada lapisan Lempung liat (LpLt)

Diketahui:

Diameter butiran = 0.21 mm ≈ 210 µm

Konstanta durand’s (FL) = 1.18

Berat jenis material (S) = 2.58 kg/ m3

Diameter Pipa (D) = 12 inchi = 0.3048 m

𝑆−𝑆𝐼
VL = FL √2𝑔𝐷( )
𝑆𝐼

102
103

2.58−1.03
VL = 1.18 √2(9.8)(0.3048)( )
1.03

VL = 3.53 m/detik

c) Kecepatan angkut material pada lapisan Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk)

Diketahui:

Diameter butiran = 1.3 mm ≈ 1300 µm

Konstanta durand’s (FL) = 1.38

Berat jenis material (S) = 7 kg/ m3

Diameter Pipa (D) = 12 inchi = 0.3048 m

𝑆−𝑆𝐼
VL = FL √2𝑔𝐷( )
𝑆𝐼

7−1.03
VL = 1.38 √2(9.8)(0.3048)( )
1.03

VL = 8.12 m/detik

d) Kecepatan angkut material pada lapisan Pasir Lempung (Lp)

Diketahui:

Diameter butiran = 0.24 mm ≈ 240 µm

Konstanta durand’s (FL) = 1.22

Berat jenis material (S) = 2.58 kg/ m3

Diameter Pipa (D) = 12 inchi = 0.3048 m

𝑆−𝑆𝐼
VL = FL √2𝑔𝐷( )
𝑆𝐼

2.58−1.03
VL = 1.22 √2(9.8)(0.3048)( )
1.03

VL = 3.65 m/detik
104

e) Kecepatan angkut material pada lapisan Kerikil Pasir Kasar (KrkPka)

Diketahui:

Diameter butiran = 1.3 mm ≈ 1300 µm

Konstanta durand’s (FL) = 1.38

Berat jenis material (S) = 7 kg/ m3

Diameter Pipa (D) = 12 inchi = 0.3048 m

𝑆−𝑆𝐼
VL = FL √2𝑔𝐷( )
𝑆𝐼

7−1.03
VL = 1.38 √2(9.8)(0.3048)( )
1.03

VL = 8.12 m/detik

2. Debit Angkut Material (Q)

Perhitungan debit dilakukan setelah diketahui kecepatan angkut material,

dengan diketahui nilai besar diameter pipa (D) = 0,3048 meter dan luas

penampang (A) = 0,07 m2.

a. Debit Angkut Material Lapisan Lumpur (Lu)

Diketahui:

Kecepatan Angkut Material (VL) = 2.24 m/detik

Q = VL.A

Q = (2.224 m/s).(0.07 m2) = 0.16 m3/s

Q ≈ 576 m3/jam ≈ 160 Liter/detik

b. Debit Angkut Material Lapisan Lempung Liat (LpLt)

Diketahui:

Kecepatan Angkut Material (VL) = 3.53 m/detik

Q = VL
105

Q = (3.53 m/s).(0.07 m2) = 0.25 m3/s

Q ≈ 900 m3/jam ≈ 250 Liter/detik

c. Debit Angkut Material Lapisan Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk)

Diketahui:

Kecepatan Angkut Material (VL) = 8.12 m/detik

Q = VL.A

Q = (8.12 m/s).(0.07 m2) = 0.59 m3/s

Q ≈ 2124 m3/jam ≈ 590 Liter/detik

d. Debit Angkut Material Lapisan Lempung (Lp)

Diketahui:

Kecepatan Angkut Material (VL) = 3.56 m/detik

Q = VL.A

Q = (3.56 m/s).(0.07 m2) = 0.26 m3/s

Q ≈ 936 m3/jam ≈ 260 Liter/detik

e. Debit Angkut Material Lapisan Kerikil Pasir Kasar (KrkPka)

Diketahui:

Kecepatan Angkut Material (VL) = 8.12 m/detik

Q = VL.A

Q = (8.12 m/s).(0.07 m2) = 0.59 m3/s

Q ≈ 2124 m3/jam ≈ 590 Liter/detik


106

Gambar I.1 Debit Angkut Material

Gambar diatas menunjukan bahwa debit angkut yang keluar penuh dari pipa

tekan sehingga untuk menentukan debit dengan menggunakan luas permukaan

pipa yang penuh juga.

3. Perhitungan laju perpindahan tanah (LPT)

Perhitungan laju perpindahan tanah setelah diketahui debit angkut

material dan perbandingan material solid dengan air adalah 1 : 9

a. LPT Lapisan Lumpur (Lu)

1
𝐿PT = xQ
9
1
𝐿PT = x 0.16 m3/s = 0.017 m3/s = 65.34 m3/ jam.
9

b. LPT Lapisan Lempung Liat (LpLt)

1
𝐿PT = xQ
9
1
𝐿PT = 9
x 0.25 m3/s = 0.027m3/s = 102.97 m3/ jam.
107

c. LPT Lapisan Pasir Kasar Kerikil (PkaKrk)

1
𝐿PT = xQ
9
1
𝐿PT = x 0,59 m3/s = 0,065 m3/s = 236.87 m3/ jam.
9

d. LPT Lapisan Lempung (Lp)

1
𝐿PT = xQ
9
1
𝐿PT = x 0.26 m3/s = 0.028 m3/s = 106.47 m3/ jam.
9

e. LPT Lapisan Kerikil Pasir Kasar (KrkPka)

1
𝐿PT = xQ
9
1
𝐿PT = x 0,59 m3/s = 0,065 m3/s = 236.87 m3/ jam.
9

Anda mungkin juga menyukai