Dibuat Sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Geologi Tambang
pada Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya
Oleh :
Aji Rahmad Raharjo (03021281320030)
Imam Dwi Cahyadi ( 03021181520010)
Muhammad Kresna Akbar ( 03021181520012)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
TUGAS GEOLOGI TAMBANG
Geologi Lahat
Geologi
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Shell Mijnbouw (1978) dan
Gafoer dkk pada Peta Geologi Lembar Lahat, geologi, batuan di daerah penyelidikan
termasuk kedalam Cekungan Sumatera Selatan yang secara umum tersusun oleh batuan
sedimen Tersier yang diendapkan di atas batuan Pra-Tersier. Kerangka tektonik cekungan
Sumatera Selatan terdiri dari Paparan Sunda di sebelah timur dan jalur tektonik mobil Bukit
Barisan di sebelah barat. Daerah cekungan ini dibatasi dari Cekungan Jawa Barat oleh daerah
Tinggian Lampung. Di dalam daerah cekungan terdapat daerah peninggian batuan dasar Pra-
Tersier dan berbagai depresi. Perbedaan relief dalam batuan dasar ini diperkirakan karena
adanya pematahan dasar (base) dalam bongkah-bongkah (graben-graben). Hal ini sangat
ditunjukkan oleh depresi Lematang di cekungan yang jelas dan dibatasi oleh jalur patahan
Lematang dari Pendopo Antiklinorium serta oleh patahan Lahat di sebelah barat laut dari
Paparan Kikim.Gerakan diferensial dari blok patahan (graben) ini mengendalikan
sedimentasi, fasies serta pelipatan pada lapisan Tersier di atasnya.
Pada umumnya daerah Cekungan Sumatera Selatan ini dapat dibagi menjadi 3
sub cekungan :
Pada umumnya stratigrafi regional daerah penyelidikan dapat dikenal sebagai satu daur/siklus
besar (megacycle) yang terdiri dari suatu trangresi yang diikuti regresi Formasi yang
terbentuk dalam fase transgresi dikelompokkan menjadi Kelompok Telisa (Formasi Lahat,
Formasi Baturaja dan Formasi Gumai).Sedang yang terbentuk dalam fase regresi
dikelompokkan menjadi Kelompok Palembang (Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim
dan Formasi Kasai).Berdasarkan Peta Geologi Lembar Lahat, Sumatera Selatan skala 1
:250.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung (1993),
urutan stratigrafi regional daerah penyelidikan dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
2. Formasi Baturaja (Tmb), termasuk kedalam kelompok Telisa, memiliki ketebalan 0 m- 160
m, berumur Miosen Awal. Terdiri dari batugamping terumbu, kalkarenit dengan sisipan
serpih gampingan dan batupasir gampingan, merupakan fasies terumbu neritik.Formasi ini
diendapkan secara selaras di atas Formasi Talangakar.
4. Formasi Air Benakat (Tma), termasuk kedalam Kelompok Palembang, memiliki ketebalan
100 m – 1300 m, berumur Mio-Pliosen. Terdiri dari batulempung dengan sisipan
betulempung tufaan napal, batupasir dan serpih, merupakan fasies endapan litoral sampai
marin dangkal.
payau.
Formasi pembawa batubara pada Lapangan Tanjung enim adalah Formasi Muara Enim yang
berumur Miosen dengan lapisan batubara yang memiliki ketebalan serta kemenerusan yang
baik.Umumnya peringkat batubara pada formasi Muara Enim adalah Lignite (Brown
Coal).Namun ada titik lokasi batubara dengan peringkat semi-antrasit akibat berasosiasi
dengan intrusi andesite.
Semakin dekat dengan zona intrusi maka peringkat batubara semakin baik sebaliknya jika
semakin jauh maka peringkat batubara akan berkisar lignit -subbituminus
Terdapat 4 sumber pada formasi Muara enim yang mengandung 14-18 lapisan batubara, yaitu
M1, M2, M3, dan M4.Namun subdivisi yang paling potensial dan ekonomis adalah M2 dan
M4.
Karakteristik M1
Karakteristik M2
- Lokasi ketiga lapisan tersebut berada di Air laya, Banko barat dan Muara Tiga Besar.
- Lapisan C memiliki keteballan 5-9 m, namun di selatan Banko barat dan Bangko
tengah terjadi pemisahan lapisan C menjadi C1 dan C2
- Lapisan B memiliki ketebalan lebih dari 20 meter, namun terjadi splitting pada
Bangko barat dan Bangko tengah yang menghasilkan pemisahan lapisan B1 (10-15 m) dan
B2 (2-5 m)
Interusi andesite meningkatkan nilai karbon 4600-5900 sampai 6300-7600 Kkal/Kg dan
menurunkan kandungan air (inherent moisture) 14-24% sampai 4-11%.
Jenis/bentuk dari Intrusi Andesute berupa Sill dan Dyke. Wisnugroho, P.H (2014)
Blake (1989) menyebutkan bahwa Sumatera Selatan mempunyai daerah Cekungan batubara
yang merupakan cekungan busur belakang berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat
adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai bagian dari lempeng kontinen Asia) dan
lempeng Samudera India.
Daerah cekungan ini meliputi daerah seluas 330 x 510 km2, dimana sebelah barat daya
dibatasi oleh singkapan Pra-Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur oleh Paparan Sunda
(Sunda Shield), sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh dan ke arah tenggara
dibatasi oleh Tinggian Lampung.
Secara Geologi, Formasi pembawa batubara pada cekungan Sumatera Selatan adalah Formasi
Talang Akar, Air Benakat, Muara Enim dan Kasai, tetapi yang berpotensi adalah Formasi
Muara Enim. Secara umum Shell (1978) telah melakukan pemisahan terhadap Formasi
Muara Enim menjadi 4 anggota yang didasarkan pada lapisan batubara tertentu yaitu Anggota
M1, M2, M3 dan M4 (dari bawah ke atas). ((Lihat tabel kolom formasi batubaranya)
Tabel Kolom Stratigrafi Formasi Muara Enim
Perselingan pasir
Batu lanau dan batu dan lanau, biru hijau,
lempung abu- abu. Benuang lempung abuabu Benuang
M-3 Batu pasir abu-abu Burung hijau dan coklat. Burung
putih kotor Horizon pasir 3-6 m
mengandung 2 seam, yang terletak 40m
Benuang (1,20 - diatas seam
4,90)m, Burung (1,15 - Manggus dan
2,70)m. terdapat kantong-
kantong gas tebal
antara 100-280 m.
M-2
Batu lempung abu-abu Lempung dan
tua, kompak selang Manggus lempung pasiran, Benuang
seling batu pasir dan Suban coklat abuabu; Pasir Burung
batu lanau abu-abu, Petai halus sedang, co
mengandung 3 seam. klat abuabu dibagian
Manggus (2.0 - 5)m, bawah berwarna
Suban (1.0- 5,40)m, hijau abuabu, Tebal
menipis, Petai (tidak antara 40– 120m.
menerus).
M-1
Batu pasir hijau, Pasir, lanau dan
kwarsa, batu lanauhijau Merapi lempung coklat Merapi
muda-abuabu, batu Keladi abuabu dengan Keladi
lempung
abuabu, dijumpai sedikit pasir
2 seam batubara, Seam glaukoitan, Tebal
Merapi (1,40 - 1 100 - 250 m.
,50)m, Keladi (0,90 -
1,40)m.
Formasi Talang Akar termasuk kedalam Formasi Telisa dengan lingkungan fluvial-deltaic,
paralic, lalu menjadi lingkungan laut. Pada bagian bawah Formasi Talang Akar terdiri dari
konglomerat dengan ketebalan 50-150 cm. Dan struktur sedimen graded bedding kemudian
terdapat juga batuan pasir kuarsa yang berbutir sedang hingga kuarsa dan bidang erosi serta
batubara dengan sisipan tipis yang berlensa. Dari litologi diatas dapat diinterpretasikan bahwa
Formasi Talang Akar berada pada lingkungan endapan sungai (fluvial sampai rawa atau
danau). Semakin keatas di Formasi Talang Akar dijumpai batu lempung bersifat gampingan
dengan ketebalan sekitar 0,75 meter dan beraosisasi dengan pasir berbutir halus. Adanya batu
lempung gampingan menunjukkan lapisan kondisi laut tengah dan batu pasir batu halus
dengan lingkungan pengendapan batu pasir.Jadi , pada Formasi Talang Akar terjadi
pengendapan Transgresi yaitu pengendapan dari darat kelaut.
Batubara dalam Formasi Talang Akar ditemukan dalam bentuk lensa dengan ukuran tebal
maksimum 20 cm dan panjang 100 cm di dalam litologi batuan pasir. Singkapan batubara ini
ditemukan bagian selatan dan barat pegunungan gumai.dari data lab didapatkan batubara di
daerah tebing tinggi Formasi Kasai memiliki nilai kalori 4585 kal/gr (adb), Kandungan abu
17,7% (adb), sulfur total 0,69% (adb) dan vitrinit reflektan 0,47-0,6 % (adb).
Formasi Muara Enim termasuk kedalam kelompok Palembang. Formasi Muara Enim
terendapkan selaras dengan Formasi Air Benakat dengan lingkungan paralik sampai litoral
yang berasosiasi dengan rawa.Formasi Muara Enim terdapat litologi berupa batuan lempung
dan batuan pasir kuarsa yang berbutir sedang sampai kasar menunjukkan endapan pantai atau
sungai,terdapat perselingan batu pasir halus,batu lanau yang memperlihatkan struktur pararel
laminasi dan laminasi silang siur mengindikasikan lingkungan dataran banjir dan terdapat
juga batubara yang menunjukkan lingkungan batubara.
Formasi Kasai
Wilayah KP PT. Bukit Telunjuk, secara geologi diisi oleh 2 (dua) formasi batuan utama
ditambah dengan endapan permukaan yang jika diurutkan dari tua ke muda adalah sebagai
berikut:
sebarannya memanjang dari timur ke barat daerah penyelidikan, dimana batuan penyusunnya
terdiri dari batulempung, batulanau dan batupasir, diperkirakan berumur Miosen Tengah-
miosen Akhir..
Perselingan antara batupasir dan batulanau yang bersisipan Batubara. Batupasir, coklat
kekuningan, getas-kompak, berlapis – masih, ukuran butir pasir halus-kasar,membulat
tanggung-menyudut tanggung,dibeberapa tempat kuarsa melimpah.
Batulanau, abu-abu cerah, berlapis kadang massif dan lapuk. Batubara, hitam kecoklatan,
kilap arang-kaca, uneven-concoidal, sedikit pirit, ketebalan 5 – 8 m
3. Alluvial (Qa):
Struktur geologi utama di wilayah ini terdapat struktur sesar mendatar dengan arah
pergerakan relative kekiri yang memotong lapisan batubara seam 2 di sungai Keruh dengan
munculnya lapisan Batubara yang terlipatkan secara kuat. Dari analisa dan data lapangan
bahwa struktur ini bersifat lokal.
Larutan sisa magma ( volatile dan cairan ) disebut larutan pegmatitis-pneumatolitis yang
berupa volatile ( gas dan uap ) akan membentuk endapan pneumatolitis kontak atau disebut
juga endapan metasomatis kontak. Komponen utama yang terdiri dari unsur- unsur volatile
ini akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitar
batuan beku. Unsur tersebut akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi dari pada
gas atau uap yang dikandungnya atau karena reaksi yang terjadi antara unsur volatile tersebut
dengan batuan yang diterobosnya. Endapan mineral yang terbentuk disebut endapan
pneumatolitis kontak/metasomatis kontak yang bisa berupa endapan mineral logam atau non
logam. Mineral logam yang terbentuk pada proses ini terbagi dua generasi, yaitu:
1. Generasi I dengan temperatur tinggi, antara lain berupa mineral : magnetit, hematite,
spinel, wolframit, scheelit, kasiterit dan martit.
2. Generasi II dengan keadaan temperatur rendah, antara lain berupa mineral-mineral :
pirit, pirotit,sfalerit, kalkopirit dan galena.
Bentuk endapan yang terjadi karena proses ini tergantung kepada bentuk rekahan batuan
yang diisinya dan juga jenis batuannya. Jenis batuan yang diisi tergantung pada tekstur dan
komposisinya ( reaktivitas / permeabilitasnya) yang erat hubungannya dengan bentuk
endapan yang terjadi. Batuan yang sangat reaktif ( misalnya batu gamping dan serpih
gampingan ) sering memperlihatkan endapan yang tidak teraratur. Apabila kurang reaktif,
maka akan memperlihatkan brntuk endapan yang sesuai dengan bentuk daripada rongga (
rekahan ) yang diisinya. Proses pengisian rongga / rekahan tersebut sering diikuti oleh proses
selanjutnya, yaitu rekristalisasi, replacement atau alterasi. Endapan yang terbentuk pada
batuan induknya disebut greisens sedangakan yang terbentuknya pada batuan samping
disebut skarn.
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam
lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme,
karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda.
Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak
dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain :
wolastonit (CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit,
turmalin, diopsit, dan skarn.
Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku
intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking (pemanggangan) dan hardening
(pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan dengan
penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada umumnya akan ter-
rekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan oleh
panas dan fluida-fluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi. Oleh karena itu
endapan ini tergolong pada metamorfisme kontak.
Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas uap air.
Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur sedangkan
pirometasomatisme pada reaksi penggantian (replacement), dan metamorfisme kontak pada
sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi, pada lingkungan
tekanan dan temperatur tinggi.
Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana dan
oksida misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit. Sedikit endapan
jenis ini yang betul-betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit
atau bahkan magnetit dan hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (Singkep-
Indonesia).