Anda di halaman 1dari 144

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memegang kendali cukup


penting dalam dunia perindustrian khususnya pertambangan karena memiliki
berbagai macam sumber daya alam yang sangat melimpah. Industri pertambangan
di Indonesia sangat berkembang pesat. Salah satunya adalah timah yang
merupakan bahan galian yang tidak dapat diperbarui keberadaannya. Bahan galian
timah merupakan bahan galian terbesar yang ada di Indonesia, khususnya di Pulau
Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Pulau Kundur Provinsi
Kepulauan Riau.
Permintaan akan bijih timah yang semakin meningkat membuat banyak
investor yang tertarik untuk melakukan kegiatan penambangan timah. Salah satu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berperan dalam penambangan timah di
Indonesia adalah PT. Timah (Persero), Tbk. Operasi penambangan bijih timah
dilakukan di darat maupun di laut namun pada saat ini penambangan bijih timah
di fokuskan pada penambangan laut (offshore) dibandingkan dengan di daratan,
hal ini disebabkan karena jumlah cadangan bijih timah di daerah laut yang cukup
besar serta munculnya kebijakan dan peraturan perundang-undangan untuk
mengurangi penambangan di darat.
Kegiatan penambangan lepas pantai ini dengan menggunakan Kapal Isap
Produksi melihat dari teknologi Thailand, Kapal Keruk yang sudah ada sejak
zaman belanda dan Bucket Wheel Dredge yang merupakan teknologi paling
terbaru dan paling tercanggih. Pada proses penambangan dari ketiga jenis alat
tersebut berdasarkan pada cara pengambilan endapan bijih timah yang berada di
bawah permukaan laut. Selain kegiatan penambangan dengan menggunakan
ketiga alat tersebut untuk dapat mendukung kesuksesan dari proses penambangan
adalah proses pencucian yang dilakukan harus secara benar sehingga dapat
memberikan nilai kadar dan recovery yang baik. Pengolahan dan peleburan bijih
timah yang dihasilkan tambang laut dan tambang darat dengan kadar Sn yang
berkisar antara 20-30% diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah untuk dipisahkan
dari mineral ikutan lainnya dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai 72- 74%
sebagai syarat utama peleburan.
Hal tersebutlah yang mendorong kami untuk dapat melakukan Kerja
Praktek di PT Timah (Persero) Tbk. Dimana Kerja Praktek (KP) ini merupakan
suatu bentuk pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa dengan memberikan
pengalaman belajar tentang dunia kerja di lapangan secara nyata, dan dunia
pertambangan secara langsung bagi mahasiswa jurusan teknik pertambangan
sehingga dapat berpartisipasi dengan tugas langsung di perusahaan pertambangan.
Kerja Praktek (KP) juga dapat memberi kesempatan kepada mahasiswa
untuk menerapkan ilmu-ilmu yang telah dapat di kampus. Pelaksanaan kerja
praktek ini merupakan wujud relevansi antara teori yang didapat selama di
perkuliahan dengan praktek yang ditemui dilapangan, baik dalam dunia usaha
swasta maupun pemerintah yang berkaitan dengan industri pertambangan.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada kerja praktek di lapangan


adalah sebbagai berikut :
1. Bagaimana proses penambangan lepas pantai dengan menggunakan Kapal Isap
Produksi dan Kapal Keruk 16 Kebiang?
2. Bagaimana proses pencucian bijih timah pada PT Timah (persero) Tbk?
3. Bagaimana produksi bijih timah pada PT Timah (persero) Tbk?
1.3. Maksud dan Tujuan

Adapun yang menjadi maksud dan tujuan dilakukannya kerja praktek


lapangan ini adalah:
1. Untuk mempelajari dan memahami bagaimana aktivitas dan mekanisme
penambangan lepas pantai dengan menggunakan Kapal Isap Produksi 17,
Kapal Keruk 16 Kebiang
2. Untuk mengetahui dan memahami proses pencucian bijih timah dan alat – alat
apa saja yang digunakan
3. Untuk mengetahui dan membandingkan sejauh apa apa kesesuaian jam kerja
efektif dan produktivitas dari Kapal Isap Produksi Timah, dan Kapal Keruk
antara rencana kerja yang ditetapkan dengan realisasi di lapangan.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas
dan hasil produksi dari aktivitas penambangan di Kapal Isap Produksi Timah,
dan Kapal Keruk
5. Untuk menambah wawasan bagaimana penambangan lepas pantai dengan
menggunakan Kapal Isap Produksi, dan Kapal Keruk

1.4. Batasan Masalah

Ruang lingkup kerja praktek ini berfokuskan pada aktivitas penambangan


serta pengolahan bijih dan mekanisme kerja alat yang dilakukan oleh Kapal Isap
Produksi, Kapal Keruk

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai
berikut :
I. Bab I Pendahuluan
Mencakup latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, dan sistematika penulisan.
II. Bab II Tinjauan Umum
Bab ini berisi tentang sejarah perusahaan dan genesa endapan timah yang ada.
III. Bab III Teori Dasar
Tinjauan teoritis membahas teori yang mendasar dan yang berhubungan
dengan penelitian yang akan dilakukan di lapangan.
IV. Bab IV Metodologi Penelitian
Bagian ini menguraikan pembahasan desain penelitian, teknik pengumpulan
data, dan teknik analisis data yang sudah diperoleh saat dilapangan.
V. Bab V Analisa Data dan Pembahasan
Menyajikan deskripsi data yang telah diolah. Bagian ini memuat pula hasil-
hasil yang diperoleh dari hasil deskripsi data dan cara pencapaiannya/analisisnya
serta pembahasannya.
VI. Bab VI Penutup
Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan, mencari dan mempelajari literatur-literatur yang mengenai
aktivitas penambangan bijih timah seperti buku-buku, jurnal, diktat, dan segala
bahan bacaan yang menunjang dalam penyelesaian laporan.
2. Pengamatan lapangan, mengamati secara langsung aktivitas penambangan bijih
timah di Kapal Isap Produksi Timah 15 di Laut Cupat Luar dan Kapal Isap
Produksi Timah 14 dan 17 di Laut Tempilang Provinsi Bangka Belitung.
3. Pengumpulan data
3.1 Data primer, data primer didapatkan dari pengamatan langsung di
lapangan, yaitu Kapal Isap Produksi Timah dengan beberapa cara sebagai
berikut:
a. Observasi, observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung di lapangan, mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan
melihat aktivitas produksi dan mekanisme kerja alat produksi secara
langsung.
b. Wawancara, wawancara dilakukan dengan menanyakan langsung
kepada para pegawai, baik yang ada di kantor Unit Laut Bangka dan
pekerja kapal serta orang-orang yang dapat memberikan penjelasan
mengenai aktivitas penambangan bijih timah.
3.2 Data sekunder, data sekunder didapatkan dari data-data penunjang yang
digunakan dalam perhitungan dan pengolahan data, baik berupa gambar,
video, atau pun kutipan-kutipan yang menunjang data-data primer.
4. Pengolahan data dan analisis data, melakukan pengolahan terhadap data yang
diperoleh yang selanjutnya dikorelasikan dengan masalah yang ditelititi agar
dapat ditarik kesimpulan.
5. Pengambilan kesimpulan dan saran, mengambil kesimpulan dari analisa data
yang didapatkan, menjelaskan korelasi yang ada dari aspek-aspek
permasalahan yang diteliti.
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah Penambangan Timah di Dunia


Sejarah penambangan timah bermula dari upaya peleburan pertama yang
diciptakan oleh manusia, yakni pada proses pencampuran yang menghasilkan
perungu. Perungu sendiri merupakan suatu proses pencampuran yang
memanfaatkan tembaga dan timah. Timah merupakan logam yang diketahui
bersamaan dengan pencampuran itu. Tidak pernah jelas darimana sumber bijih
timah didapat pada masa itu. Bahkan banyak ahli yang menyatakan bahwa proses
penciptaan perungu terjadi dengan meleburkan tembaga di wilayah-wilayah yang
secara alamiah juga mengandung bijih timah (Batmen, 1950). Jadi bukan dengan
proses rekayasa manusia. Proses metalurgi yang secara kebetulan ini sangat
dimungkinkan karena beberapa cadangan tembaga di Asia relatif kecil memang
terdapat bersama dengan cadangan timah, seperti yang terdapat di wilayah Turki
Utara, Armenia Selatan, dan Iran.
Wilson (Living Rock, hal.27) memperkirakan timah dari semenanjung
Malaysia di pasok ke Mesopotamia sejak tahun 2500 SM untuk memenuhi
kebutuhan kehidupan yang telah lebih maju pada saat itu. Perkiraan ini
didasarkan atas ditemukannya perungu dengan kandungan timah di atas 10% yang
sebelumnya tidak ditemukan di daerah ini, dan telah ditemukan timah dengan
kandungan sebesar itu hanya dapat diperoleh dari timah alluvial di Asia Tenggara.
Bahkan sejarawan mencatat bahwa timah yang sudah dilebur menjadi perungu
sudah diperdagangkan di Thailand pada tahun 3000 tahun SM (The times, ATLAS
OF WORLD HISTORY), dan pada tahun 1240 SM ditemukan cadangan bijih
timah di Spanyol.
2.2. Sejarah Singkat Penambangan Timah di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada daerah The
Southeast Asia Tin Belt yaitu Jalur Timah Asia Tenggara atau disebut juga Sabuk
Timah Asia Tenggara. Para peneliti timah di Indonesia, Malaysia dan Thailand,
berpendapat bahwa bijih timah alluvial ditemukan oleh penduduk setempat dan
didulang dengan cara yang sederhana.
Secara geologis cadangan timah di Indonesia terutama terletak dalam
rangkaian kepulauan Karimun-Kundur, Singkep, Bangka dan Belitung. Namun
demikian juga sangat mungkin secara geologis pula timah terdapat di wilayah
Palembang, Jambi, Riau, Kepulauan Riau dan Aceh, walaupun sebagian dari
wilayah tersebut belum mencapai jumlah yang secara ekonomis menguntungkan
untuk ditambang.
Pada tahun 1724, dalam pencarian timah di Bangka telah dikenal alat bor
cina yang dinamakan “Ciam” atau “Tsyam” atau “Cam” . Alat ini dalam publikasi
ilmiahnya bernama “Chinese Stick, atau dalam bahasa Belanda disebut “Stick
Boor” yang dalam bahasa Indonesia berarti “bor tusuk”, sesuai dengan cara
kerjanya. Arti harfiah dari “ciam” adalah Ujung Runcing. Pada tahun 1786 untuk
pertama kalinya timah Bangka muncul dalam publikasi ilmiah yang ditulis oleh
Baron. F. Van Wurmb, dengan judul: Over Mijnen (Goud, tin enz) in Ned. Oost-
indie en Malaka.
Pada tahun 1853, di Bangka mulai diadakan penelitian geologi yang terbatas
pada aspek-aspek mineralogi dan kimia (Crookewit, Alther). Pada tahun 1858
seorang ahli tambang, Ir. J.E. Akeringa menciptakan peralatan bor baru yang
kemudian dikenal dengan nama Bor Bangka (Bangka Drill). Sejak tahun 1885
Bor Bangka mulai digunakan. Peralatan ini digunakan untuk pemboran lapisan
alluvial dengan kedalaman kurang dari 40 meter. Hampir seluruh eksplorasi
mineral berat dari lapisan tanah sekunder pada tahap tertentu menggunakan Bor
Bangka.
GAMBAR 2.1
Ir. J.E. AKERINGA

Memasuki abad 19, mulailah ditemukan lapisan alluvial dalam, di mana Bor
Bangka sudah tidak mampu menembusnya. Maka, diciptakanlah berbagai
modifikasi alat bor yang berbasis pada Bor Bangka.
Salah satu kegiatan yang tidak terpisahkan dari eksplorasi dan penemuan
bijih timah adalah kegiatan pengukuran. Pengukuran dengan menggunakan sistem
optik telah dikenal sejak tahun 1942, sedangkan pengukuran dengan
menggunakan sinyal radio mulai diterapkan pada tahun 1966 dalam kegiatan
eksplorasi di laut. Pengukuran mutakhir dengan mengunakan GPS (Global
Positioning System) mulai digunakan semenjak tahun 1990.
Eksplorasi di laut diawali pada tahun 1952 sejak diciptakan Ponton Bor
Kontiki dan Tahiti. Pada tahun 1966 dibuatlah Kapal Bor Pelatuk dilengkapi
dengan alat bor yang sanggup mengebor hingga kedalaman 78 meter dan
dilengkapi dengan alat Geofisik Laut Sparker. Beberapa jenis ponton bor yang
dikenal kemudian diantaranya adalah Elevate Drilling Rig KB Bintang, Drilling
Barge Belibis, dan Drilling Barge yang dilengkapi dengan Seismic Geomin.
Penambangan timah pada awalnya sangatlah mengandalkan tenaga manusia,
barulah pada pertengahan abad ke-19 dimulainya penambangan modern, dengan
mulai digunakannya mesin uap pada kegiatan penambangan, semenjak saat itu
teknologi dan metode penambangan timah pun berkembang pesat.
2.3. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Timah (Persero) Tbk

Perusahaan pertambangan timah nasional berawal dari nasionalisasi 3


perusahaan Belanda di Bangka, Belitung dan Singkep yaitu "Banka Tin Winning
Bedrujf" (BTW). “Gemeenschappelijke Minjbouw Maatsschappij Biliton” (GMB)
dan "nv Singkep Tin Exploitate Maatsschappij” (nv SITEM) Menjadi Perusahaan
negara yang terpisah pada tahun 1953-1958. Pada tahun 1961 dibentuk Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Tambang Timah Negara (BPU Timah) untuk
mengkoordinasi ketiga perusahaan negara tersebut, dan pada tahun 1968 digabung
menjadi PN Tambang Timah.
Krisis Industri timah dunia yang mengakibatkan merosotnya harga timah
sejak tahun 1985 dan mencapai titik terendah pada tahun 1989 memicu
perusahaan untuk melakukan Restrukturisasi perusahaan pada tahun 1991-1995,
meliputi program-program Reorganisasi , relokasi kantor pusat ke pangkal pinang,
rekontruksi peralatan pokok dan penunjang produksi, serta pelepasan aset yang
tidak berkaitan langsung dengan usaha pokok perusahaan. Restrukturisasi
perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing perusahaan, sehingga
siap melakukan privatisasi melalui penawaran umum perdana (Initial Publik
Offering)
Ditinjau dari lembaga yang mengurusnya sampai saat ini PT. Timah
(Persero) Tbk secara berturut – turut dikelola oleh :
1. Masa Kolonial
a. Bangka Tin Winning Bedrijft (BTW)
b. Gemeenschaappelijke Mijnbouw Maatschaappij Billiton (GMB)
c. Singkep TIN Exploitatie Maatschappij (SITEM)
2. Era 1953 – 1958. Ketiga perusahaan Belanda tersebut dilebur menjadi tiga
perusahaan Negara terpisah yaitu:
a. BTW menjadi PN Tambang Timah Bangka
b. GMB menjadi PN Tambang Timah Belitung
c. SITEM menjadi PN Tambang Timah Singkep
3. Era tahun 1961, dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara
Tambang Timah (BPU PN Tambang Timah) untuk mengkoordinasikan
ketiga perusahaan tersebut.
4. Era tahun 1968, ketiga Perusahaan Negara dan BPU tersebut dilebur menjadi
Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah.
5. Era tahun 1976. PN Tambang Timah diubah menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) dengan nama PT Tambang Timah (Persero) yang seluruh sahamnya
dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.
6. Era tahun 1991 – 1995, PT Tambang Timah (Persero) merestrukturisasi
perusahaan yang antara lain adalah relokasi kantor pusat dari Jakarta ke
Pangkalpinang, penglepasan asset yang tidak berkaitan dengan usaha pokok
perusahaan & melakukan ekspor perdana logam timah dengan kadar timbal
yang rendah dengan merek Bangka Low Lead ke Jepang.
7. Era tahun 1995, PT Tambang Timah (Persero) melakukan penawaran saham
umum perdana dan sejak saat itu 35 % saham perusahaan dimiliki oleh publik
dan 65 % sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.
8. Era tahun 1998, PT Tambang Timah (Persero) Tbk merubah anggaran dasar
perseroan dan berubah menjadi PT Timah (Persero) Tbk dan juga melakukan
diversifikasi usaha dengan membentuk sejumlah anak perusahaan yaitu PT
Tambang Timah, PT Timah Industri, PT Timah Investasi Mineral, PT Timah
Eksplomin, PT Dok & Perkapalan Air Kantung (DAK), dan Indometal
London Ltd.
9. Era tahun 2003, Kerjasama Operasi (KSO) antara PT Timah & PT Sarana
Karya (SAKA) dalam pengolahan aspal di Pulau Buton.
10. Era tahun 2006
a. Anak perusahaan PT Timah Tbk, PT Timah Industri mendivestasikan
275.000 sahamnya di Plimsoll Corporation, Pte, Ltd, Singapore kepada
Sky Alliance Global Holding, Ltd.
b. Penghentian pencatatan (listing cancellation) atas Global Depositary
Receipts (GDR) di London Stock Exchange (LSE) dan sejak itu saham
perseroan hanya tercatat di Bursa Efek di Indonesia.
11. Era tahun 2008, PT Timah (Persero) Tbk meresmikan tanur 9 & perluasan
pabrik Electrolytic Refining (ER) yang merupakan proses metamorphosis dr
perkembangan industry dan perkembangan timah dunia yang cukup drastis
dari tahun 2003 – 2004.
12. Era tahun 2009, Tujuh belas Januari 2009, Peletakan batu pertama
pembangunan pabrik Tin Chemical sebagai salah satu usaha Perseroan dalam
pengembangan produk hilir.
13. Era tahun 2012, Satu Februari 2012, terbentuknya INATIN dimana PT Timah
dan Anak Perusahaan menjadi anggotanya.
Hingga saat ini PT. Timah (Persero), Tbk terus berupaya untuk
memberikan yang terbaik dalam hal produksi timah dari hulu hingga ke hilir guna
mendapatan timah yang berkualitas dan memenuhi permintaan pasar serta untuk
menjaga eksistensi perusahaan.

2.4. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi penambangan PT. Timah (Persero) Tbk Unit Penambangan Laut


Kepri & Riau berada di Pulau Kundur. Kecamatan Kundur Barat, sebelah utara
dari Kota Tanjung Batu. Dengan jarak tempuh ± 45 km dari pelabuhan utama
Pulau Kundur di Kota Tanjung Batu. Perjalanan dapat ditempuh lebih kurang 45
menit waktu penyeberangan dari Pulau Karimun menuju Pelabuhan Sekumbang
yang merupakan pelabuhan utama dari PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri &
Riau. Di Pulau Kundur sendiri terdapat dua pelabuhan utama, yaitu Pelabuhan
Tanjung batu, dan Pelabuhan Selat Belia.
Operasi penambangan bijih timah di Perairan Pulau Karimun – Kundur
menempati wilayah KP ekploitasi yang umumnya mempunyai masa berlaku 30
tahun. Dari sudut geologi, sumber timah perairan tersebut merupakan bagian jalur
timah Asia Tenggara. Di Indonesia jalur timah ini 2/3 berada pada zona lautan,
sedangkan zona daratan berupa deretan Pulau - Pulau dari arah barat laut, Pulau
Karimun, Kundur, Singkep, Bangka sampai Belitung dan jejak granit bertimah
terakhir berada di Pulau Karimata di Timur Belitung. Secara implisit RT / RW
Kabupaten Karimun (2001-2002) menunjukkan bahwa perairan tersebut tergolong
strategi umum pola pengembangan potensi jalur endapan bijih timah, sehingga
lokasi tersebut diterapkan peruntukannya sebagai kawasan pertambangan dengan
kriteria lokasi untuk potensi bahan tambang bernilai tinggi. Berikut adalah Peta
IUP PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri & Riau

TABEL 2.1
KESAMPAIAN DAERAH
Lokasi Jarak Waktu Kondisi Jalan
Tempuh Tempuh
Banjarbaru – Batam 2.997 km ± 4 Jam 30 Melewati jalur
menit udara.
Batubesar – 29 km ± 50 Menit Melewati jalan
Pelabuhan Sekupang aspal, kondisi jalan
baik.

Sekupang – Tanjung 127 km ± 1 Jam Menggunakan


Balai Karimun kapal Feri melewati
perairan Natuna.
Tanjung Balai 20 Km ± 25 Menit Menggunakan
Karimun – Pelabuhan Speedboat
Selat Beliah melewati perairan
kundur.
Pelabuhan Selat 2 Km ± 15 Menit Melewati jalan
Beliah – Pelabuhan aspal, kondisi jalan
Sekumbang baik.

Pelabuhan Sekumbang 40 Km ± 50 Menit Menggunakan


– Kapal Keruk 16 kapal Feri melewati
Kebiang perairan Natuna
GAMBAR 2.2
PETA LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH

2.5. Struktur Organisasi

PT. Timah (Persero) Tbk Unit Penambangan Laut Kepri & Riau berada di
Pulau Kundur. Dipimpin oleh General Manager yang didampingi dengan
Kepala Unit yang menaungi beberapa bidang dan bagian.
GAMBAR 2.3
STRUKTUR ORGANISASI

2.6. Iklim dan Arus

Iklim di Suhu udara rata - rata bulanan pulau Kundur 27°C. Tertinggi pada
bulan Juli sebesar 33°C, dan terendah pada bulan Januari temperatur udara rata -
rata bulanan mencapai 20°C. Pengukuran di daerah pantai menunjukkn suhu
udara berkisar antara 28 – 31°C. Kelembapan udara di atmosfer sekitar Pulau
Karimun – Kundur pada umunya tinggi sepanjang tahun atau rata - rata bulanan
sekitar 86 %. Kelembapan relatif terendah pada bulan Mei dan Juli yaitu 59%
sedangkan kelembaan relatif tertinggi dicapai 99%. Tekanan udara rata - rata
pada sepanjang tahun 2015 adalah 1010,4 mb, terendah sebesar 1006,5 mb pada
bulan Mei dan bergerak mencapai tekanan tinggi 1013,4 mb diawal 2015.

2.7. Fisiografi dan Morfologi Daerah


2.7.1. Fisiografi
Secara regional Pulau Karimun - Kundur dan pulau sekitarnya
dimasukkan ke dalam fisiografi Pulau - Pulau lepas pantai (offshore
island). Kondisi geologi gugusan Pulau - Pulau ini berbeda dengan daratan
bagian timur laut Pulau Sumatra yang dimasukkan dalam fisiografi daratan
pantai. Karakteristik Pulau - Pulau lepas pantai adanya perbukitan yang
biasanya terbentuk dari batuan dasar granit baik batuan beku maupun
batuan sedimen dari Kerak Benua paparan Sunda yang berumur Pra-
Tersier. Sedangkan daratan pantai umumnya berupa dataran rendah
berawa dan ditempati oleh batuan sedimen yang mengisi cekungan
Sumatra Tengah yang berumur Tersier dan lebih mudah selain itu gugusan
Pulau - Pulau ini merupakan jalur timah Asia Tenggara (The south east
asia tin belt) yang membentang dari Cina – Thailand – Myanmar –
Malaysia – Pulau Karimun-Kundur hingga berakhir di Bangka Belitung
dan Kalimantan. Keberadaan granit yang menempati gugus Pulau - Pulau
ini menjadi menarik karena mengandung mineral logam, non logam dan
mineral jarang yang memiliki nilai ekonomis.
2.7.2. Morfologi
Morfologi topografi Kundur relatif lebih rendah dengan kelerengan
sedang hingga landai - datar dengan ketinggian kurang dari 125 mdpl.
Dengan kekerasan batuan granit lebih lembek dibanding Pulau Karimun,
keadaan sungai umunya pendek, beberapa bersifat musiman dan relatif
berpola dendrik, yakni mengikuti lembah - lembah perbukitan. Perairan di
wilayah Kundur merupakan perairan selat yang berada di antara Pulau -
Pulau dan berada di depan muara Sungai Kampar, sehingga kondisi
perairan wilayah tersebut dipengaruhi oleh sistem estuari muara sungai.
Secara umum kedalaman dasar laut perairan Kundur kurang dari 25 m dari
muka laut.

2.8. Stratigrafi dan Geologi Regional


a) Formasi papan tersingkap di Pulau Kundur dan Pulau sekitarnya,
terdiri dari serpih, batu pasir, konglomerat kuarsa kontak dengan
granit, berumur Karbon akhir – Trias.
b) Formasi malam tersingkap di Pulau Karimun terdiri dari serpih,
konglomerat, batu gamping dan batu gunung api riodasitik, berumur
Trias awal.
c) Formasi duriangkang lebih tersingkap kearah Pulau Batam - Bintan,
terdiri dari serpih karbonat dan batu pasir, Trias tengah.
d) Granit Kundur terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit,
pegmatit dan graisen timah dan tungsten. Berumur Trias tengah.
e) Granit Karimun terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit,
pegmatit dan graisen timah dan tungsten. Berumur Trias tengah.
f) Endapan aluvial tua terdiri dari lempung lanau, kerikil lempungan,
sisa tumbuhan dan pasir granit, berumur Plistosen akhir.
g) Endapan aluvial muda terdiri dari lempung, lanau, kerikil, sisa
tumbuhan, rawa gambut dan terumbu koral berumur Holosen.

2.9. Keadaan Endapan Timah


Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite
(SnO2). Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang
berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi
granit). Pada tahap akhir kegiatan intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi
elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas maupun cairan, yang akan
bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena tekanan dan temperatur
berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk deposit
dan batuan samping.
Pembentukan mineral cassiterite (SnO2) dan mineral berat lainnya,
erat hubungannya dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan
bijih timah yang membentang dari Myanmar Tengah hingga Paparan
Sunda merupakan kelurusan sejumlah intrusi batholit. Batuan induk yang
mengandung bijih timah adalah granit, adamelit dan granadiorit. Batholit
yang mengandung bijih timah pada daerah Barat ternyata lebih muda
daripada daerah Timur. Berdasarkan sejarah geologi pada zaman Yura-
Kapur di daerah Paparan Sunda terjadi intrusi-intrusi batuan granit. Hal ini
merupakan pendapat dari teori Plate Tektonik, dimana terdapat penekukan
benua pada subduktion zona di garba.
Proses pembentukan bijih timah berasal dari magma cair yang
mengandung mineral cassiterite (SnO2). Pada saat intrusi batuan
granitnaik ke permukaan bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik,
dimana terbentuk mineral-mineral bijih diantaranya bijih timah. Mineral
ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam
batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk vein. Jadi pada
proses pembentukan bijih timah ada terdapat dua sumber, yaitu : pada
batuan granit dan pada batuan samping yang diterobosnya.
Ada dua jenis endapan timah yang dijumpai didaerah jalur timah
Indonesia ini, yaitu timah primer dan timah sekunder. Endapan timah
primer dijumpai umumnya berupa pengisian vein kuarsa-tourmalin yang
tidak ekonomis untuk dilakukan penambangan. Endapan timah sekunder
adalah cadangan timah utama yang ditambang oleh PT. Timah (Persero)
Tbk. Berikut adalah jenis endapan timah, yaitu :
a. Endapan timah primer
Endapan timah primer terbentuk akibat intrusi granit terjadi
mineralisasi yang terbentuk pada jalur kontak antara tubuh granit
dengan batuan sedimen atau metasedimen yang diintrusi. Tidak semua
intrusi granit akan menghasilkan endapan timah, hal ini sangat
tergantung pada magma asal.
b. Endapan timah sekunder
Pembentukan timah sekunder atau placer deposit didefinisikan sebagai
endapan mineral lerakan yang terbentuk secara konsentrasi mekanis
dari sumber-sumber mineral yang berasal dari batuan induk.

GAMBAR 2.4
JENIS ENDAPAN TIMAH

2.10. Sifat Fisik Bijih Timah


Timah di alam tidak ditemukan dalam unsur murninya, tetapi
tergabung dengan unsur dan mineral lain dalam bentuk senyawa. Timah
yang ditemukan saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau disebut juga
sebagai tinstone (batu timah). Cassiterite merupakan mineral oksida, yaitu
persenyawaan antara timah dan oksigen dengan rumus kimia SnO2.
Kandungan timah dalam cassiterite berkisar 78 %. Mineral tersebut seperti
stannite (Cu2FeSnS4) yang merupakan mineral kompleks antara tembaga,
besi, timah, dan belerang.
2.11. Sifat Kimiawi Bijih Timah
Sifat kimia adalah sifat yang dimiliki suatu zat yang berhubungan
dengan reaksi kima zat tersebut jika zat tersebut diberikan perubahan suhu,
dan reaksi kimia lainnya.

2.12. Mineral-mineral dalam Penambangan Timah


Mineral-mineral dalam penambangan timah terdiri dari mineral utama
dan mineral ikutan berharga, dan mineral pengotor lainnya. Mineral-mineral
ini memiliki sifat fisik dan kimia masing-masing, ada yang dapat dilihat
secara langsung dan ada pula yang hanya dapat dilihat dengan analisa
mikroskop.
2.12.1. Mineral Utama
Mineral utama yang diproses oleh Pusat Pengolahan Bijih Timah
(PPBT) adalah mineral cassiterite (SnO2). Warna cassiterite bervariasi
antara lain berwarna kuning kecoklatan, kuning kemerahan, coklat
kehitaman, hingga coklat tua dengan berat jeni antara 6,9 – 7,1 gr/cm3.
Mineral cassiterite permukaannya mengkilap dan berminyak.
2.12.2. Mineral Ikutan Berharga
Secara umum mineral berharga yang dibawa oleh mineral
cassiterite dan mineral ikutan berharga yang diproses yaitu:
a. Ilmenite (FeTiO3)
Umumnya ilmenite berwarna hitam besi atau hitam keabu-abuan,
memiliki berat jenis 4,5 – 5 gr/cm3 dan bersifat konduktor serta
ferromagnetic. Biasa digunakan sebagai rutile (TiO2) untuk industry
keramik pigmen dan konsentra logam titanium.
b. Zircon (ZrSiO4)
Memiliki warna merah pucat atau orange dengan berat jenis 4,2 – 4,7
gr/cm3. Zircon bersifat non konduktor dan non-magnet serta sebagai
bahan zirconia untuk industry keramik
c. Monazite ((Ce, La, Y, Th)PO4)
Umumnya memiliki warna kuning jaring-jaring hijau. Berat jenis
monazite antara 4,6 – 5,3 gr/cm3 dan bersifat non-konduktor serta
paramagnetik.
2.12.3. Mineral Ikutan Lainnya
Berdasarkan kondisi lapangan, terdapat 7 mineral ikutan antara lain :
kuarsa, pyrite, ilmenit, zircon, limonite, turmalin dan siderite. Mineral-
mineral lainnya yang sangat berpengaruh dalam bijih timah yang memiliki
perbedaan warna, kekerasan, berat jenis, sifat kelistrikan, dan sifat
kemagnetannya.

2.13. Sumber Daya Endapan Bijih Timah


Sumber daya adalah endapan mineral yang berada di suatu wilayah, baik
yang sudah diketahui atau pun yang bersifat potensi. Berdasarkan kelengkapan
data eksplorasi yang telah dilakukan, maka sumber daya timah di wilayah ini
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Sumber daya terukur, yaitu sumber daya timah yang dihitung untuk daerah
yang data eksplorasinya lengkap dan cukup rapat, sehingga keyakinan
kebenaran penyebarannya tinggi.
b. Sumber daya terunjuk, yaitu sumber daya timah yang dihitung untuk daerah
yang ada data eksplorasinya kurang lengkap, sehingga keyakinan kebenaran
penyebarannya tidak terlalu tinggi.
c. Sumber daya tereka, yaitu sumber daya timah yang dihitung untuk daerah
diluar batas sumber daya terunjuk yang data eksplorasinya sangat kurang,
sehingga keyakinan kebenaran penyebarannya juga sangat kurang.

2.14. Klasifikasi Cadangan


Cadangan adalah suatu kumpulan bahan galian yang mempunya nilai
ekonomis untuk ditambang berdasarkan teknologi saat ini. Berdasarkan
penambangan cadangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Cadangan terbukti (Proven Reserve) adalah cadangan yang secara teknis dan
ekonomis dapat ditambang dan sudah terunjuk serta sudah terbukti.
b. Cadangan tereka (Probable Reserve) yaitu cadangan yang telah diketahui
potensinya tetapi seara teknis dan ekonomis tidak menguntungkan bila
ditambang.
BAB III
TEORI DASAR

3.1. Pengertian Umum

Pertambangan merupakan usaha bisnis yang padat modal, padat resiko,


dan padat teknologi, atau lebih dikenal dengan istilah high cost, high risk, dan
high tech. Dikatakan sebagai usaha yang padat modal karena dalam memulai
suatu usaha pertambangan, diperlukan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi
dengan resiko yang tinggi dari suatu kegiatan eksplorasi yang tentunya memakan
biaya yang besar dan disertai dengan kemungkinan kegagalan pemboran yang
selalu ada. Kegiatan eksplorasi yang berisiko tinggi, modal besar, haruslah
diimbangi dengan teknologi tinggi pula untuk dapat mencapai cadangan yang
telah ditemukan, dilanjutkan dengan tahapan penambangan, pengolahan,dan
pemasaran.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari suatu usaha pertambangan,
maka diperlukan perencanaan yayng matang sebelum memulai usaha tambang,
mulai dari pertimbangan teknis, ekonomis dan lingkungan secara rinci dan
sistematis pada tiap tahapan kegiatan usahanya. Maka dari itu, tahapan usaha
pertambangan ini haruslah dipenuhi agar tercapainya kegiatan usaha
pertambangan yang bijak, bermanfaat untuk kemaslahatan orang banyak.
Pertambangan adalah serangkaian kegiatan/pekerjaan yang meliputi
penyelidikan/penetapan cadangan, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan mineral-mineral serta batuan yang memiliki arti
ekonomis. Dalam melakukan kegiatan penambangan, dibutuhkan metode yang
tepat sesuai dengan bentuk dan posisi endapan, kondisi geoteknik, mineral yang
akan digali (kadar dan kuantitas), dan ekonomi (harga mineral dan biaya
penambangan). Berdasarkan lokasinya, metode penambangan dibagi menjadi 3,
yaitu.
1. Metode Tambang Terbuka
Tambang terbuka adalah suatu metode penambangan yang aktivitasnya
dilakukan di permukaan bumi.
2. Metode Penambangan Bawah Tanah (underground)
Tambang bawah tanah adalah suatu metode penambangan yang aktivitasnya
dilakukan di bawah tanah. Metode ini digunakan umumnya karena endapan
mineral/batubara terletak jauh dari permukaan bumi atau adanya kendala
seperti keberadaan hutan lindung di atas permukaannya.
3. Metode Penambangan Lepas Pantai
Tambang Lepas Pantai adalah suatu metode penambangan yang aktivitasnya
dilakukan pada area lepas pantai, dimana endapan mineral yang ditambang
merupakan endapan placer. Penambangan lepas pantai biasanya dilakukan
dengan pengerukan (dredging).

3.2. Tahapan Pertambangan


Di dalam usaha penambangan timah, PT.Timah (Persero),Tbk melakukan
usaha terintegrasi dalam tiap tahapan usaha penambangannnya, dimulai dari
kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan
pemasaran. Antara satu tahapan kegiatan dengan yang lainnya memiliki
hubungan saling keterkaitan sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lainnya dan saling mempengaruhi. Ada pun alur kegiatan penambangan
yang ada di PT. Timah (Persero), Tbk dapat dilihat pada (Gambar 3.1)
GAMBAR 3.1
ALUR PROSES BISNIS PT. TIMAH (PERSERO), TBK

3.2.1. Prospeksi (Penyelidikan Umum)


Prospeksi merupakan tahapan awal dalam mencari bijih-
bijih metal atau mineral berharga lainnya (batubara atau
nonmetal). Mineral mineral berharga ini berada dibawah
permukaan bumi oleh karena itu diperlukan cara-cara tertentu
untuk menemukannya. Metode pencariannya terbagi menjadi dua
yaitu metode langsung dan tidak langsung.
Metode langsung biasanya terbatas pada cadangan
permukaan (singkapan ditemukan). Berdasarkan dari penglihatan
atau pengamatan langsung, singkapan cadangan atau dari
pecahan-pecahan lepas yang mengalami pelapukan dari
singkapan tersebut. Pada metode langsung biasanya dilakukan
studi geologi beberapa data tambahan dari foto udara maupun
peta topograpi daerah tersebut.
Metode tidak langsung yang mana bahan galiannya
tersembunyi biasanya digunakan berupa metode geofisika yaitu
suatu metode yang mendeteksi kejanggalan-kejanggalan yang
disebabkan adanya cadangan mineral di bawah permukaan bumi.
Metode ini biasanya menggunakan analisa gravitasi, seismik
magnetik, elektrik, elektromagnetik dan ukuran radiometrik.

3.2.2. Eksplorasi
Eksplorasi merupakan suatu kegiatan pencarian mineral
yang dilakukan setelah mengetahui hasil dari kegiatan prospeksi
dinyatakan ada mineral di daerah tersebut. Eksplorasi ini terdiri
dari beberapa tahapan, yaitu:
a. Eksplorasi pendahuluan
Eksplorasi pendahuluan adalah eksplorasi tahap awal, pada
tahap ini menggunakan referensi-referensi dan literatur-
literatur untuk melihat keberadaan cadangan pada suatu
daerah yang terdapat mineral, kemudian dilajutkan dengan
pembuatan surat izin eksplorasi untuk terjun langsung ke
lapangan. Pada umumnya sumber daya yang terpetakan masih
relatif besar dan luas, karena belum dilakukan pengambilan
sampel untuk mengetahui besar kekayaan pada daerah
tersebut. Besar kekayaan endapan mempengaruhi apakah
endapan tersebut ekonomis atau tidak untuk ditambang.
b. Eksplorasi rinci
Eksplorasi rinci merupakan tahap dimana pengerjaan
eksplorasi semakin detail, tahap ini dikerjakan apabila pada
tahap eksplorasi pendahuluan telah teridentifikasi adanya
cadangan yang cukup ekonomis untuk ditambang.
c. Eksplorasi lanjutan
Eksplorasi lanjutan merupakan tahap akhir dari kegiatan
eksplorasi yang bertujuan untuk menentukan apakah endapan
mineral tersebut ekonomis atau tidak untuk ditambang.
3.2.3. Studi Kelayakan
Studi kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha
pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci dari
seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan
ekonomis dan teknis suatu usaha pertambangan, termasuk analisis
mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pasca tambang.
(Bab I Pasal 1 UU No.4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara). Pada tahap studi kelayakan ini suatu
cadangan pada lokasi dikaji dari aspek-aspek yang terdiri dari:
a. Aspek geologi, yaitu aspek yang mencangkup bagaimana kondisi
penyebaran dan kekayaan dari suatu mineral yang akan
ditambang.
b. Aspek teknis, yaitu aspek yang menjelaskan dan
menggambarkan bagaimana suatu bahan galian berharga
ditambang mulai dari perencanaannya, peralatan yang
digunakan, kemantapan lereng, waktu kerja tambang,
pengolahan dan pemurnian serta berbagai aspek teknis lainnya.
c. Aspek ekonomi, yaitu aspek yang dilihat dari harga jual dari
mineral tersebut dan biaya operasional tambang, apabila
menguntungkan untuk ditambang maka selanjutnya dilakukan
kegiatan eksploitasi setelah memperhatikan aspek-aspek lainnya.
Jika tidak ekonomis, maka data tersebut akan di arsipkan.
d. Aspek lingkungan, yaitu aspek yang dilihat dari sejauh apa
dampak yang ditimbulkan suatu aktivitas pertambangan terhadap
daya dukung lingkungan dan kondisi lingkungan di sekitarnya
yang meliputi aspek fisik, kimia, biotik, sosial, ekonomi budaya,
dan kesehatan masyarakat.

3.2.4. Persiapan Produksi


Persiapan produksi ini dilakukan setelah analisa studi
kelayakan mengatakan layak untuk ditambang. Persiapan
produksi ini berupa pembangunan infrastruktur seperti jalan
masuk tambang, pelabuhan, pembangkit listrik, pabrik
pengolahan, stockpile, workshop (bengkel), perumahan
karyawan, dan pembuatan fasilitas-fasilitas yang
mendukung pekerjaan tambang nantinya.

3.2.5. Studi AMDAL


Studi AMDAL merupakan analisa mengenai dampak
lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan, dengan
mengkaji metode penambangan apa yang akan dilakukan, apakah itu
Open pit, Underground maupun Off Shore untuk mengetahui
dampak metode yang digunakan terhadap lingkungan.

3.2.6. Reklamasi
Pada metode penambangan off shore , reklamasi yang
yang dilakukan adalah membuat terumbu karang baru dengan cara
menanamkan besi-besi kapal yang sudah tidak terpakai lagi ke dasar
laut. Hingga nantinya secara alami akan terbentuk terumbu karang
baru. Hal ini biasa dinamakan dengan istilah rekayasa kelautan.

3.3. Penambangan Menggunakan Kapal Isap Produksi Timah

Proses penambangan dengan Kapal Isap Produksi (KIP) dilakukan


untuk menggali looses bijih timah dar penggalian kapal keruk yang telah
dilakukan sebelumnya. Sistem penggalian menggunakan KIP disebut
Tambang Kapal Isap Produksi (TKIP), yaitu sistem penambangan timah
yang dilaksanakan pada cadangan di laut dengan sistem gali dan isap
(cutter suction dredger) serta dilengkapi peralatan pencucian jing dengan
kapasitas pemindahan tanah minimum 150 m3/jam. Dalam Kapal Isap
Produksi (KIP) bijih timah akan masuk ke bagian pengolahan sementara,
yaitu saring putar, dilanjutkan ke Jig, dan terakhir dicuci di sluice box
untuk mendapatkan konsentrat. Setelah itu, bijih timah (Sn) akan di
tamping dalam karung berukuran ± 50 kg (1 kampil), sedangkan tailing
yang dihasilkan akan dibuang kembali ke laut.
Kapal isap produksi (KIP) merupakan unit peralatan tambang untuk
menambang bijih timah lepas pantai (off shore) yang menggunakan
peralatan gali dan isap (cutter suction dredge), dilengkapi dengan instalasi
pencucian. Dalam kegiatan operasinya, KIP menggunakan alat gali berupa
pisau pemotong (cutter) untuk memberai lapisan tanah di dasar laut.
Material yang terberai oleh cutter kemudian akan dihisap melalui mulut
hisap dan pipa yang dilengkapi pompa hisap ditranportasikan menuju
tempat instalasi pencucian.
Pada umumnya, proses pencucian pada KIP menggunakan metode
gravity concentration, yaitu metode pemisahan bahan galian yang
memanfaatkan perbedaan berat jenis dari tiap mineral bahan galian. Tujuan
dari proses pencucian ini adalah untuk memisahkan mineral pengotor yang
tidak diinginkan dari bahan galian sehingga didapatkan kadar mineral
berharga yang lebih tinggi.

3.3.1. Bagian-Bagian Utama Kapal Isap Produksi (KIP) Timah


Secara garis besar bagian utama pada Kapal Isap Produksi
(KIP) adalah sebagai berikut.
a. Alat apung (ponton)
Ponton adalah bagian dasar/kumpulan dari beberapa tangki atau
kompartement yang membentuk suatu badan kapal. Ponton
berbentuk tabung dengan diameter 5,16 m. Selain sebagai alat
apung, ponton juga berfungsi untuk menyimpan HSD (High
Speed Diesel) dan air tawar. Alasan dibaginya ponton menjadi
beberapa kompartemen adalah untuk mencegah tenggelamnya
kapal secara langsung apabila terjadi kebocoran pada ponton
kapal. Kompartemen pada KIP terbagi menjadi empat buah
tabung, dimana 2 tabung di bagian tengah (ponton dalam) lebih
panjang dibanding bagian pinggirnya (ponton luar). Bentuk dasar
dari ponton dibagian haluan dan buritan dibuat melengkung agar
ponton tidak mudah kandas di lapangan kerja serta
mempermudah kapal untuk maju atau mundur.
b. Rangka Kapal

Rangka Belakang RangkaTengah RangkaDepan

Rangka atau badan kapal merupakan bangunan yang ada di atas


ponton yang menjadi tempat bagi awak kapal serta tempat untuk
meletakkan alat-alat yang menunjang kegiatan penambangan
serta pencucian pada KIP. Rangka kapal pada KIP dibagi
menjadi bagian, antara lain:
1. Bagian rangka depan, tempat dimana ladder tergantung, tempat
menggantungkan jangkar kapal, ruang komando kapal, ruang Kuasa
Kapal, ruang administrasi ruang ABK serta ruang rapat.
2. Bagian rangka tengah, merupakan tempat untuk peralatan instalasi
pencucian seperti saringan putar, jig, dan sakhan, serta tempat untuk
mesin-mesin yang menunjang aktivitas kapal.
3. Bagian rangka belakang, merupakan dapur dan tempat
bersantai para awak kapal di bagian atas sedangkan bagian
bawah merupakan tempat menggantung bandar tailing serta
tempat mesin rudder propeller yang berfungsi untuk
menggerakkan kapal.
3.3.2. Prinsip Kerja Penggalian KIP Timah
Pada Kapal Isap Produksi (KIP) ini terdapat 4 buah gaya yang
bekerja ketika menggali tanah. Gaya-gaya yang bekerja adalah sebagai
berikut.
1. Gaya putar cutter
Kecepatan putaran maksimum cutter yang digunakan Kapal Isap
Produksi (KIP) adalah 24 rpm, dimana gaya putar ini berfungsi
untuk memberaikan lapisan tanah agar mudah dihisap oleh pompa
tanah.
2. Gaya tekan ladder
Gaya tekan ladder berfungsi untuk membantu memberikan gaya
tekan ke ujung cutter, sehingga penggalian tanah menjadi lebih
optimal.
3. Gaya isap pompa tanah
Gaya isap dari pompa tanah adalah gaya yang dapat menghisap
tanah yang terberai, gaya ini juga dapat memperlemah dinding
tanah yang belum digali sehingga dapat runtuh dengan sendirinya
sehingga mempermudah cutter untuk memberainya.
4. Gaya dorong propeller swing
Propeller swing adalah alat yang digunakan untuk mennggerakan
Kapal Isap Produksi (KIP). Gerakan ini dapat berupa gerakan
memutar ataupun maju mendorong ke depan. Dengan gerakan ini
memberikan gaya dorong untuk menekan ujung cutter ke arah kiri
atau kanan terhadap tanah yang akan digali.

3.3.3. Metode Penggalian KIP Timah


Penggalian merupakan salah satu kegaitan utama di dalam
penambangan. Penggalian yang efektif dan efisien menentukan besarnya
laju tanah yang mampu dipindahkan. Metode penggalian yang digunakan
pada KIP terbagi menjadi tiga, yaitu metode rotary, spudding, dan
metode kombinasi.
a. Metode rotary
Metode ini dilakukan dengan cara mengoperasikan KIP
dengan gerakan memutar hingga 360° pada saat melakukan
penggalian. Metode rotary biasanya dilakukan saat pertama
membuat kolong bukaan dengan mengupas tanah atas hingga
mencapai kaksa yang mengandung banyak timah.
b. Metode spudding
Metode ini dilakukan dengan cara mengoperasikan KIP
dengan gerakan memutar dengan sudut putaran sebesar 90°
hingga 180°. Metode ini cukup efektif untuk mengantisipasi
arus yang kuat, bahkan bisa digunakan sewaktu menghadapi
angin kencang atau gelombang yang agak besar.
c. Metode kombinasi
Sistem penggalian kombinasi merupakan gabungan dari
sistem rotary dan sistem spudding. Metode rotary digunakan
untuk mengupas lapisan tanah atas lalu dilanjutkan dengan
metode spudding untuk menggali lapisan kaksa yang
bertimah sambil bergerak maju sesuai dengan arah sebaran
timah.

3.3.4. Sistem Kerja Penggalian KIP Timah


Sistem kerja penggalian KIP dilakukan dengan beberapa
sistem, menurut situasi dan kondisi kerja daerah tersebut, antara lain:
Penggalian cadangan dengan kondisi ketebalan tanah lebih tipis dari
ketebalan air (1:3), ketebalan tanah 10 m dan kedalaman air 30 m.
Pada keadaan situasi seperti ini sistem kerja penggalian KIP
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Posisikan cutter pada titik lubang bor yang akan digali memakai
alat bantu Global Positioning System (GPS).
2. Ladder diarahkan sedemikian rupa hingga menyentuh lapisan
tanah (pada tengah-tengah lingkaran tersebut).
3. Lingkari dulu titik bor tersebut dengan memutar kapal, dan
semua pergerakan KIP akan terlihat pada monitor GPS
4. Penggalian sudah dapat dimulai dengan cara menjalankan cutter
ditambah dengan menekan ladder dan memutar ponton KIP,
pengerjaan tersebut dapat juga dinamakan pengeboran.
5. Hasil dari pengeboran (tanah yang dihisap) akan dialirkan ke
saringan putar menggunakan pompa isap, dan dapat terlihat dari
monitor saringan putar (dilihat dari ruang komando).
6. Pada penggalian awal (pengeboran awal) buatlah lubang sebagai
titik perputaran (striping) agar posisi cutter tidak mudah keluar
dari lubang tersebut karena pergerakan KIP.
7. Setelah mencapai titik lingkaran penuh berbentuk lubang, maka
kedalaman titik lingkaran penuh berbentuk lubang, maka
kedalaman ladder (kedalaman penggalian) dapat ditambah
dalam, dengan memperhatikan volume tanah pada saringan
putar.
8. Penekanan ladder sangat tergantung dengan kemampuan isap,
kapasitas saringan putar, kekerasan lapisan tanah dan
kemampuan dari pisau cutter
9. Apabila cutter belum mencapai kong, sedangkan ponton berat
untuk diputar, maka penggalian bisa dialihkan pada penggalian
awal untuk memperlebar bukaan kolong yang pertama, untuk
memperlebar bukaan pertama, penggalian bisa dilakukan dengan
sistm maju mundur memakai propeller belakang.
10. Makin dalam kaksa yang akan dicapai, pembukaan kolong
bagian atas harus makin luas.
a. Penggalian cadangan dengan kondisi lapisan tanah lebih tebal daripada
kedalaman air (3:1), ketebalan tanah 30 m dan ketebalan air 10 m. Sistem
penggalian untuk kondisi kerja dengan cadangan yang digali ketebalan
tanahnya lebih tebal daripada ketebalan air dilakukan dengan dua tahap,
yaitu pembuatan kolong kerja dan pengupasan lapisan kaksa.Dalam hal
ini,pembuatan kolong kerja dibuat seluas mungkin, disesuaikan dengan
tebal lapisan tanah yang akan digali. Hal ini dilakukan agar pada saat
penggalian tidak terjadi pendangkalan pada lapisan kaksa. Penggalian
pada kondisi cadangan seperti ini dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Titik lubang bor (koordinat diketahui) dilingkari dulu dengan kolong
yang digali oleh KIP. Luas kolong disesuaikan dengan ketebalan
lapisan tanah sampai dengan kong. Semakin dalam kong maka
semakin luas bukaan pada kolong kerja.
2. Kedalaman bukaan kolong dilakukan ± 1m sebelum mencapai
lapisan kaksa. Pada saat pembukaan kolong kerja dari lapisan demi
lapisan dapat dikontrol dari monitor saring putar atau di cek manual
memakai dulang dan material sampelnya diambil dari saring putar.
Jika ternyata sudah ada timah, maka kedalaman pembukaan kolong
diakhiri.
3. Penggalian selanjutnya diteruskan dengan penggalian lapisan kaksa
pada daerah yang sudah dibuka kolong kerjanya.
4. Apabila lapisan kaksa pada daerah yang telah dibuka kolong
pekerjanya tergali semua, maka penggalian dapat dilanjutkan dengan
mencari arah penyebaran timah daripada lubang bor tersebut.
Caranya yaitu dengan mengangkat ladder sedikit dan kapal
digerakkan dengan sistem maju dan memutar. Bila penyebaran dari
lubang bor sudah habis, maka penggalian selanjutnya dapat
dilakukan dengan lubang bor yang lain dengan sistem yang sama.
b. Penggalian cadangan yang dipengaruhi oleh kondisi lapangan seperti arus
yang kuat, gelombang yang cukup besar, dan angin yang cukup kencang.
Sistem penggalian untuk kondisi kerja seperti ini adalah sebagai berikut.
1. Pada saat penggalian menghadapi arus yang kuat, posisi KIP
diarahkan melawan arus. Manuver yang dapat dilakukan pada
kondisi ini adalah manuver dengan putaran 60° sampai 90°. Untuk
menahan KIP agar tidak terdorong arus dari arah depan, ponton
dibantu dengan propeller bagian belakang dan penggalian dilakukan
dengan maju mundur.
2. Apabila penggalian dipengaruhi oleh gelombang besar, maka kapal
diposisikan menyamping daripada gelombang. Manuver KIP yang
dilakukan adalah putaran dengan sudut 60° sampai dengan 90°.
Proses manuver dilakukan dibantu dengan propeller dengan
mengarahkan kesamping kanan atau kiri sesuai dengan kebutuhan.
3. Pada saat penggalian menghadapi angin kencang, maka sistem
penggalian disamakan dengan metode pada saat menghadapi arus
kuat.

3.3.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penggalian


Dalam aktivitas penggalian dengan menggunakan KIP
Timah sangat ditentukan oleh faktor manusia, lingkungan, dan
teknologi yang tersedia. Adapun faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam penggalian dengan menggunakan KIP, antara
lain sebagai berikut.
a. Jenis lapisan
Jenis lapisan tanah sangat menentukan proses dan mekanisme
penggalian. Pada jenis lapisan tanah yang gampang terberai,
KIP tidak akan menemukan kesulitan dalam melakukan
penggalian, sebab talud atau dinding tanah yang berada di depan
dinding cutter akan sedikit demi sedikit runtuh dan akan dihisap
oleh pompa hisap. Tetapiapabila ditemukan jenis lapisan
tanah keras yang susah diberai seperti lapisan lempung liat,
maka KIP harus memperlebar lubang galian untuk menghindari
terjadinya runtuhan sekaligusdari talud atau dinding tanah yang
dapat yang berpotensi menimbun ladder. Maka cutter harus
digerakkan secara perlahan agar tidak terjadi runtuhan.
b. Kedalaman galian
Dengan panjang ladder 58 m, kedalaman gali ideal KIP adalah
45-50 m dengan asumsi sudut penunjaman ladder maksimum
50-60°. Untuk mencegah agar KIP tidak kandas akibat
penimbunan tanah tailing, maka kedalaman minimum yang ideal
untuk digali 20 m, dengan perbandingan tebalnya ketinggian air
dan tanah adalah 1 : 1.
c. Sudut putaran KIP
Pada penggalian lubang awal, KIP terus berputar searah atau
berlawanan arah jarum jam hingga mencapai kong (bedrock).
Untuk memperlebar kolong kerja, KIP berputar 90°- 180°
berlawanan arah jarum jam mengikuti alur dari penyebaran bijih
timah.
d. Tebal lapisan
Tebal lapisan tanah ideal untuk digali oleh KIP adalah sebear 0-
20 meter. Pada kedalaman ini untuk jenis material lepas
kemungkinan terjadi longsoran yang mengakibatkan ladder
tertimbun masih sangat kecil. Apabila tebal lapisan tanah lebih
dari 20 m, kemungkinan ladder tertimbun tanah runtuhan akan
semakin besar, terutama jika jenis tanah yang digali adalah tanah
keras yang tidak mudah runtuh, maka kondisi ini akan sangat
berbahaya bagi ladder.
e. Ruang buang tailing
Ruang buang tailing bergantung pada kedalaman ladder. Semakin
dalam ladder atau semakin besar sudut kemiringan ladder, maka jari-
jari ruang buang tailing akan semakin kecil.

3.3.6. Mekanisme Pencucian KIP Timah


Produk konestrat yang tinggi merupakan salah satu standar
keberhasilan kerja kapal. Dalam menghasilkan produk konsentrat
timah yang berkadar tinggi harus melalui suatu proses panjang
pencucian bijih timah. Fungsi dari pencucian dalam kegiatan
penambangan adalah untuk memisahkan material hasil penggalian
antara mineral utama dengan mineral ikutan berharga lainnya dan
memisahkannya dari mineral pengotor (ganggue minerals).

Kegiatan pencucian pada KIP Timah merupakan salah satu proses


pengolahan bahan galian (mineral dressing) yang merupakan suatu proses
pemisahan mineral berharga dari mineral pengotor dengan memanfaatkan
perbedaan sifat-sifat fisik diantara mineral. Sifat-sifat fisik yang dimanfaatkan
antara lain ukuran butir, berat jenis, sifat kemagnetan dan sifat kelistrikan.
Sasaran dari kegiatan mineral dressing adalah untuk meningkatkan
kadar (grade) dan perolehan (recovery) secara maksimal untuk sebagai syarat
kelayakan untuk diolah menuju proses ekstraksi metalurgi agar diperoleh
logam murni yang bernilai ekonomi tinggi.
Tahapan dari proses pengolahan bahan galian secara berturut-turut
dimulai dari tahap penghancuran dan penggerusan (crushing & grinding),
tahap penyaringan atau pengayakan (screening/sieving), tahap konsentrasi
(concentration), dan tahap pengeringan (dewatering).
Instalasi pencucian sementara pada KIP Timah merupakan tahapan
screening dan concentration. Tahapan crushing tidak perlu dilakukan karena
material yang digali ukurannya bukan bongkah sehingga tidak perlu direduksi
ukuran partikelnya. Sedangkan tahapan dewatering sendiri selanjutnya
dilakukan di Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT).
a. Screening
Screening atau sieving (penyaringan) adalah proses yang dilakukan untuk
memisahkan butiran-butiran secara mekanis berdasarkan perbedaan
ukuran (sizing). Prinsip screening adalah dengan meloloskan butiran
yang lebih kecil melalui lubang saringan. Dalam hal ini material yang
akan disaring harus dibuat terjadi kontak dengan lubang saringan dengan
kecepatan dan arah tertentu agar butiran-butiran tersebut dapat
menerobos lubang saringan tanpa hambatan, sedangkan butiran-butiran
yang lebih besar tertahan di atas saringan. Butiran yang lolos dari
saringan disebut undersize dan yang tertahan disebut oversize.
Berdasarkan pada penahannya, screen dapat diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu stationary screen (saringan diam) dan moving screen
(saringan gerak). Pada KIP, digunakan moving screen dengan jenis
rotary screen (saringan putar). Hal ini bertujuan untuk menambah
terjadinya kontak antara material dengan permukaan saringan sehingga
hasil pemisahan ukuran butirnya lebih efektif.
b. Concentration
Concentration merupakan proses untuk memisahkan butiran-butiran
mineral berharga dari mineral pengotornya. Berdasarkan perbedaan sifat
fisik dari mineral berharga dari mineral pengotornya. Berdasarkan
perbedaan sifat fisik dari mineral, maka proses konsentrasi terhadap
bahan galian timah dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Gravity concentration adalah suatu sistem pemisahan bijih yang
dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis mineral dengan
menggunakan media air.
2. Magnetic separation adalah pemisahan yang dilakukan berdasarkan
perbedaan sifat-sifat magnetik dari feed yang diolah. Dimana apabila
feed dikenakan medan magnet, butiran-butiran yang bersifat magnetik
akan berpisah dengan butiran-butiran yang bersifat magnetik akan
berpisah dengan butiran-butiran yang bersifat non-magnetik.
3. Elektrostatic separation adalah pemisahan yang dilakukan
berdasarkan sifat kelistrikan material yang dimasukkan. Dengan
demikian butiran yang bersifat konduktor akan terpisah dengan aliran
medan listrik.

Untuk melakukan proses magnetic separation dan electrostatic


separation diperlukan feed dalam keadaan kering, bebas air, dan debu
serta dalam keadaan butiran-butiran yang bebas (free particles).
Walaupun ada metode magnetic separation yang memakai air sebagai
medianya, namun dikarenakan timah bersifat non magnetik, maka bijih
timah akan menjadi tailing bersama dengan pasir dan kuarsa sehingga
metode ini kurang efektif untuk dilakukan. Oleh karena itu, sistem yang
cocok untuk digunakan pada instalasi pencucian sementara pada KIP
adalah sistem gravity concentration yang menggunakan media air dalam
proses pemisahannya.
Pemisahan dengan sistem gravity concentration pada umumnya
dapat dilakukan secara tersendiri atau secara berurutan dengan
menggunakan peralatan seperti jig, sakhan (sluice box), humprey spiral,
dan shaking table. Dengan alasan efisiensi dan ketersediaan tempat,
maka alat gravity conentration yang digunakan pada KIP adalah jig dan
sakhan, dimana jig yang dipakai ada dua jenis, yaitu jig primer dan jig
sekunder. Secara umum, proses pencucian bijih timah yang dilakukan
pada KIP adalah sebagai berikut:
1. Cutter memotong lapisan tanah yang mengandung pasir timah lalu
lapisan tanah yang terberai dihisap oleh pompa hisap.
2. Pompa isap tanah menghisap feed dan kemudian menyemprotkannya
ke dalam saringan putar.
3. Saringan putar yang berbentuk grizzly berfungsi sebagai alat pemisah
(sizing), oversize saring putar keluar sebagai tailing melalui bandar
tailing sedangkan undersize dialirkan oleh bandar saringan putar ke
dua unit jig primer.
4. Jig primer berfungsi sebagai alat pemisah dengan metode gravity
concentration dengan prinsip perbedaan berat jenis mineral. Over size
jig primer keluar sebagai tailing sedangkan undersize jig primer
dialirkan langsung ke jig sekunder.
5. Jig sekunder atau jig clean up berfungsi sebagai alat pemisah dengan
prinsip perbedaan berat jenis mineral. Oversize jig primer keluar
sebagai tailing sedangkan undersize jig primer dialirkan langsung ke
bak penampung konsentrat, dengan kadar Sn 45-50 %.
6. Konsentrat tersebut lalu diproses di sakhan untuk menghasilkan
konsentrat akhir dengan kadar Sn 65-70% yang dikemas dalam karung
kecil (kampil) dan ditimbang dengan berat 42-47 kg/kampil.

3.4. Kapal Keruk

Kapal keruk adalah suatu komponen yang mengapung yang


berfungsi sebagai kesatuan alat gali dan alat cuci. Semua peralatan yang
berada didalamnya sangat kompleks, dimana satu dengan yang lain saling
berhubungan dalam jalinan proses dan kepentingan. Setiap karyawan /
personel yang bertugas di Kapal keruk harus mengetahui proses-proses yang
ada dan harus mengetahui keberadaannya pada proses yang mana, apa yang
merupakan input prosesnya , dan apa out-put yang diberikan dari prosesnya.
Sebagaimana sebuah bangunan, Kapal keruk mempunyai dasar
pondasi yang disebut Ponton dan bangunan diatas ponton disebut Rangka
atau Serandang.
Bangunan diatas ini dibagi atas 3 bagian :
1. Bagian rangka depan yang berfungsi menggantung ladder.
2. Bagian rangka tengah berfungsi sebagai tempat peralatan seperti
Pembalik Atas ( zeskant , 7-kant ) , Saringan putar, dan lain-lainnya.
3. Bagian rangka belakang berfungsi sebagai penggantung Bandar tailing ,
Bandar
Batu, Bandar tanah atas.
Untuk menggerakkan Kapal keruk dan semua peralatannya, Kapal
keruk menggunakan tenaga diesel electric sebagai sumber tenaga
pembangkit. Dan untuk pergerakan Kapal keruk , dipasang kawat-kawat
jangkar yaitu:
1. Kawat Haluan ( boogdraad ) berada didepan KK, untuk maju KK
2. Kawat samping ( sydraad) berada dikiri / kanan KK untuk pergerakan
kesamping .
3. Kawat belakang ( Jangkar tailing ) berada dibelakang KK untuk menahan
KK dari dorongan arus / angin dari belakang.

3.4.1. Mekanisme Penggalian Kapal Keruk


Mekanisme penggalian endapan bijih timah yang dilakukan
kapal keruk merupakan perpaduan antara pergerakkan rantai
mangkok yang mengelilingi pada ladder seperti halnya rantai
sepeda dimana ladder diturunkan hingga mencapai dasar laut, lalu
mangkok yang beregerak pada ladder akan menggali lapisan
tanah yang berada di dasar laut lalu bergerak keatas mengikuti
ladder hingga menuju permukaan laut dan akhirnya endapan di
tamping pada kapal keruk. Gaya-gaya yang bekerja dalam proses
penggalian adalah:
1. Gaya tekan dari ladder kapal ke lapisan endapan
2. Gaya tarik antara kawat dan kapal.
3. Gaya gesek antara bucket dan lapisan endapan.
Akibat dari gabungan ketiga gaya tersebut maka terjadilah
pengglian lapisan endapan yang pada dasarnya dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Digging action, yaitu proses penggalian oleh mangkok-
mangkok yang berputar-berputar melalui pembalik bawah (
onder roll).
2. Filling action, yaitu proses pengisian mangkok dari runtuhan
tanah yang berada diatas mangkok.
Selain dari pergerakkan bucket dan ladder kapal keruk juga
melakukan pergerakkan dengan dibantu oleh jangkar, winch,
central lier. sehingga kapal keruk dapat bergerak maju mundur
hingga ke samping kanan atau kiri untuk menggali endapan bijih
timah pada wilayah rencana kerja.
Sistem pergerakkan kapal keruk menggunakan jangkar dan
winch dikarenakan Kapal Keruk tidak memiliki mesin
penggerak untuk berpindah tempat. Oleh karena itu proses
pemindahan kapal keruk dari satu wilayah perairan ke perairan
lain (relokasi) perlu ditarik menggunakan tug boat.

3.4.2. Bagian – Bagian Utama Kapal Keruk


Ponton adalah dasar pondasi yang dimiliki oleh kapal
keruk.Diatas ponton ini terdapat bangunan yang biasa disebut
dengan rangka atau badan kapal. Bagian-bagian utama pada kapal
keruk ini terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Bagian Rangka Depan
Bagian rangka depan ini berfungsi untuk menggantung ladder
dibagian tengah atau biasa disebut dengan beun, serta terdapat
ruang kemudi kapal.
2. Bagian Rangka Tengah
Bagian rangka tengah ini berfungsi sebagai tempat peralatan
dan instalasi pencucian seperti saring putar, spine kop, jig, dan
lain-lain.
3. Bagian Rangka Belakang
Bagian ini berfungsi sebagai penggantung bandar tailing,
ataupun bandar batu.
Dibagian muka tengah ponton ada bagian ruang yang
terbuka yang disebut beun yaitu tempat dimana tangga atau ladder
dapat di naik turunkan. Antara ladder dengan beun ini terdapat
celah maksimum ± 15 mm terbagi dua yakni kiri dan kanan.Celah
ini penting untuk mengurangi benturan ladder pada sisi beun saat
kapal keruk beroperasi.
Bentuk dasar dari ponton sebelah ujung bagian haluan dan
buritan dibuat melengkung, maksudnya agar ponton tidak mudah
kandas di lapangan kerja, disamping itu untuk memudahkan gerak
maju maupun mundurnya kapal keruk.
Ponton terbagi dengan dinding-dinding dalam beberapa
tangki yang disebut dengan kompartemen. Kompartemen ini
adalah bagian ruangan yang kedap air. Tangki atau kompatemen
ini selain berfungsi sebagai penguat konstruksi dari ponton itu
sendiri, gunanya juga untuk keamanan kapal keruk diwaktu ada
kebocoran di salah satu bagian dari ponton.
Secara garis besar bagian utama pada kapal keruk adalah
sebagai berikut:
1. Alat apung (ponton)
Ponton ini adalah bagian dasar/kumpulan dari bebrapa tangki
atau kompartemen yang membentuk suatu badan kapal.Selain
sebagai alat apung, ponton juga berfungsi untuk menyimpan
bahan bakar solar dan air tawar.Ponton ini juga merupakan
sebuah konstruksi dengan bentuk persegi panjang, tertutup,
dan dapat mengapung yang merupakan bagian dasar dari
sebuah kapal keruk.
2. Ladder
Ladder adalah kumpulan dari plat baja yang berbentuk setengah
segitiga setengah persegi panjang, yang berfungsi sebagai
tempat atau jalur dimana tempat bucket melakukan
rotasi.Panjang dari ladder ini sangat menentukan untuk
mencapai kedalaman gali, setiap kapal keruk mempunyai
panjang ladder yang berbeda-beda. Ujung ladder dipasang
onroll sebagai media untuk bucket bergerak sesuai jalur pada
ladder dan pangkal ladder dipasang as atau stang ladder (lier)
sebagai tumpuan bagi naik turunnya ladder. Dalam proses
penggalian, ladder digerakkan oleh kawat ladder untuk naik
turun ladder dalam proses penggalian. Kinerja ladder sangat
ditentukan oleh keahlian operator yang mengendalikan kawat
ladder sesuai dengan kedalaman penggalian.
3. Mangkok (Bucket)
Mangkok (bucket) adalah suatu wadah yang menyerupai
mangkok yang mempunyai fungsi sebagai alat gali yang
disusun dalam bentuk rantai, seperti rantai sepeda. Mangkok-
mangkok tersebut dihubungkan dengan sistem sambunngan
tertutup, dimana antara mangkok satu dengan yang lainnya
dihubungkan dengan pen mangkok.Pen mangkok berbentuk
sebuah poros yang salah satu ujungnya tedapat kuping (slot).
3.4.3. Penjangkaran Kapal Keruk
Pada kapal keruk penjangkaran sangat diperlukan, hal ini
disebabkan fungsi dari penjangkaran adalah sebagai tumpuan untuk
menggerakkan kapal keruk. Berdasarkan bentuknya jangkar ini
dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1. Jangkar kodok, berat dari jangkar kodok yang biasanya dipakai
pada kapal keruk adalah sekitar 3,5-4 ton.
2. Jangkar kodok layang, berat jangkar ini yang biasanya dipakai
pada kapal keruk adalah sekitar 5-7 ton.
3. Jangkar stang, berat dari jangkar stang yang biasanya dipakai pada
kapal keruk adalah sekitar 5-7 ton.
4. Jangkar cangkul, berat jangkar yang biasanya dipakai pada kapal
keruk adalah sekitar berkisar antara3,5-4 ton

3.4.4. Operasional KK 21 Singkep 1


Operasional KK 21 Singkep 1 ini dilakukan sesuai dengan
Rencana Kerja yang telah ditetapkan oleh Unit Laut Bangka, baik itu
dari mulai lokasi kerja hingga ke sasaran produksi. Setiap proses
kegiatan di KK harus sesuai dengan SOP yang ada, agar tujuan
pekerjaan dapat tercapai dengan resiko kecelakaan kerja seminimal
mungkin. Keberhasilan dalam operasional KK ini dapat dilihat dari
tercapai atau tidaknya target produksi yang telah ditetapkan dalam
rencana kerja. Untuk itu perlu dioptimalkan semua variabel yang
berpengaruh dalam tercapainya target produksi. Jika kita lihat dari
formula produksi dibawah ini,
Produksi = Jam jalan x Laju pemindahan tanah x Tdh

maka, terlihat jelas apa saja variabel yang mempengaruhi


produksi tersebut. Pada formula diatas dituliskan variabel jam jalan,
laju pemindahan tanah dan Tdh (kekayaan cadangan) yang apabila
salah satu mengalami masalah maka akan sangat berpengaruh ke
pencapaian produksi. Dan satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah
faktor manusia/pekerja. Sebelumnya kita telah mengetahui apa saja
variabel yang mempengaruhi keberhasilan KK berdasarkan formula
teoritis produksi, yaitu jam jalan, laju pemindahan tanah dan kekayaan
cadangan. Tapi ada hal lain yang tidak kalah penting pada saat kita
membahas produksi KK, yaitu pencucian. Berikut akan dibahas satu
persatu mengenai variabel-variabel tersebut.
a. Jam Jalan
Jam jalan adalah waktu yang digunakan Kapal Keruk untuk
melakukan penambangan. Untuk KK 21 Singkep 1 ditetapkan
target jam jalan 550 jam/bulan atau dengan kata lain waktu
operasional yang disediakan dalam 1 bulan sebanyak 23 hari dan
sisa 7 hari (170 jam) disediakan untuk pemeliharaan KK.
Tercapainya target jam jalan sangat dipengaruhi dari bagaimana
pemeliharaan KK tersebut. Pemeliharaan dibedakan menjadi 2,
yaitu pemeliharaan terencana dan pemeliharaan tidak terencana
seperti reparasi karena breakdown mendadak maupun reparasi
yang diakibatkan kerusakan alat yang lebih cepat dari perkiraan.
Berdasarkan dari data laporan harian KK, jam jalan pada bulan
November adalah sebesar 380 jam dan dari pengamatan langsung
di KK, mengapa jam jalan tidak tercapai dikarenakan :
1. Kurangnya pengecekan dan perawatan terhadap peralatan jika
kegiatan ini benar-benar disiplin dilakukan maka terjadinya
breakdown kecil, karena kinerja alat akan terus terpantau.
2. Kurangnya persiapan
Sebaiknya beberapa hari sebelum melakukan perawatan atau
reparasi, peralatan-peralatan pendukung telah disiapkan lengkap agar
diwaktu hari pelaksanaan utama dapat langsung dikerjakan.
3. Kurangnya koordinasi antara atasan dan anak buah
Koordinasi sangat penting di dalam suatu pekerjaan, dimana dengan
adanya koordinasi antara atasan dan bawahan, planning yang sudah
disusun oleh atasan akan mudah sampai ke bawahan sehingga suatu
pekerjaan akan cepat diselesaikan.
4. Kuranganya evaluasi ditiap proses pekerjaan perawatan maupun
reparasi Maksudnya adalah ketika satu pekerjaan telah selesai
dilakukan, sebaiknya dilakukan evaluasi agar dapat dilakukan
perbaikan untuk kemudian hari.

b. Laju pemindahan tanah (LPT)


Laju pemindahan tanah adalah besarnya tanah yang dapat digali dalam
tiap satu jam. Berdasarkan sepecifikasi teknis, KK 21 Singkep 1
mempunyai LPT sebesar 978.048 m3/jam dengan persentase pengisian
bucket 100%. Namun dikarenakan peralatan yang sudah berumur maka
target rencana LPT perbulan yang ditetapkan ULB sebesar 400 m3/jam
dengan pemindahan tanah sebesar 220,000 m3/bulan. Berdasarkan
pengamatan langsung di KK, target LPT dibedakan menjadi 2, yaitu
target LPT overburden sebesar 700-800 m3/jam dan target LPT kaksa
sebesar 275-325 m3/jam. Dan untuk realisasi pencapaian LPT pada
bulan November 2014 yang lalu sebesar 432.17 m3/jam dengan
pemindahan tanah sebesar 164,224 m3. Untuk mencapai target
pemindahan tanah ada beberapa variabel penting, diantaranya:
1. Metode Penggalian
Metode penggalian yang efektif adalah kombinasi antara long face
dan short face. Dimana long face untuk penggalian over burden
supaya
pemindahan tanah besar dan short face untuk penggalian kaksa agar
kong benar-benar bersih. Namun, dengan alasan mooring winch yang
kurang baik maka untuk KK 21 Singkep 1 digunakanlah metode
short face baik itu untuk over burden maupun untuk kaksa dengan
dimensi lokasi kerja 3 snee dalam 1 trap (150 m2).

Metode penggalian yang digunakan pada Kapal Keruk (KK) dibagi


menjadi dua, yaitu:
a. Long Face
Metode long face ini merupakan metode penggaian selebar kolong kerja
dari pinggir kiri kolong kerja sampai pinggir kanan kolong kerja atau
sebaliknya.Metode ini bertujuan agar pemindahan tanah dapat
memperoleh hasil yang sebesar-besarnya. Dalam penggunaannya,
metode long face ini diterapkan pada kondisi:
1. Penggalian dilakukan selebar front kerja
2. Kekayaan dan penyebaran bijih timah merata
3. Batas antara lapisan tanh atas dan lapisan tanh bertimah / kaksa
cukup jelas
4. Permukaan kong / batuan dasr rata
5. Pengaruh arus pasang surut kecil.

Keuntungan penggalian dengan metode long face adalah:


1. Laju Pemindahan Tanah (LPT) dapat maksimal
2. Voume pemindahan tanah lebih besar dibandingkan dengan metode
short face
3. Kehiangan waktu untuk angkat dan turun ladder lebih kecil
dibandingkan short face
4. Memperpanjang usia kawat ladder dan kawat samping

Kerugian penggalian dengan metode long face adalah:


1. Jika kondisi alat penggalian tidak mendukung, dapat mengakibatkan
bucket keluar dari jalurnya di ladder
2. Hasil penggalian tidak bersih terutama pada daerah yang batuan
dasarnya tidak rata.
3. Jika penggalian terlalu cepat dapat mengakibatkan overblast yaitu
ketidaksanggupan alat pencucian untuk mengolah bahan galian

Gambar 3.2
Sketsa metode long Face
b. Short Face
Short Face adalah metode penggalian dengan cara membagi
kolong kerja menjadi beberapa irisan. Dimana tiap irisan dibagi
menjadi 20-30 meter. Metode penggalian ini diterapkan pada kondisi :
1. Penggalian dilakukan dengan memotong-motong / membagi front
kerja menjadi beberapa irisan (snee) antara 20-30 meter.
2. Penyebaran bijih timah tidak merata
3. Batas antara lapisan tanah atas dan lapisan tanah bertimah / kaksa
kurang jelas
4. Permukaan kong / batuan dasar tidak rata
5. Pengaruh arus pasang surut besar / kencang sehingga menghambat
gerakan kapal keruk
6. Pengaruh gelombang dan angina cukup kuat.

Keuntungan penggalian dengan metode short face:

a. Penggunaan waktu lebih efektif dengan metode short face,


dibandingkan dengan long face, karena front kerja dibagi menjadi
beberapa irisan.
b. Penggalian bersih walaupun pada kondisi batuan dasar tidak rata.
Kerugian penggalian dengan metode short face:
a. Laju Pemindahan Tanah (LPT) kecil
b. Jam jalan efektif banyak terbuang untuk pindah snee serta angkat
dan
turun ladder.
c. Kehilangan waktu pada saat pindah snee.
d. Keausan kawat ladder dan kawat samping akan lebih cepat.

GAMBAR 3.3
METODE SHORT FACE

3.4.5. Sistem Penggalian


Sistem penggalian yaitu cara penggalian yang dilakukan oleh
Kapal Keruk untuk menggalimaterial dibawah permukaan laut. Secara
umum, ada 3 sistem penggalian yang digunakan Kapal Keruk untuk
menggali material dibawah permukaan laut., yaitu:
1. Sistem Maju
Sistem maju adalah sistem penggalian pada Kapal Keruk dengan
menggali maju sepanjang 2 sampai 3 trap, kemudian Kapal Keruk
mundur untuk menggali lapisan berikutnya. Demikian dilakukan
berulang-ulang hingga mencapai kong / batuan dasar. Penerapan
sistem maju dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Lapisan tanah yang digali relative tebal (10-20 meter)
b. Penyebran bijih timah yang relative merata
c. Tanah yang digali mudah longsor
d. Permukaan kong / batuan dasar relative rata.
Keuntungan memakai sitem maju adalah penggalian akan lebih
cepat, karena Kapal Keruk menggali maju 2-3 trap. Sedangkan
kerugian menggunakan sistem maju adalah waktu banyak terbuang saat
kapal mundur untuk menggali lapisan berikutnya.

GAMBAR 3.5
SISTEM MAJU

2. Sistem Tekan
Sistem tekan adalah sistem penggalian pada Kapal Keruk
dengan penggalian ditekan secara bertahap dari permukaan lapisan
tanah atas hingga mencapai batas/kong/batuan dasar. Penggalian
dimulai dari batas pinggir kiri/kanan dengan mengikuti penekanan
ladder secara bertahap antara 0,3 sampai dengan 1 meter. Penerapan
sistem ini dengan mempertimbangkan sebagai berikut :
a. Lapisan tanah yang digali relative tipis (5-10 meter)
b. Permukaan kong/batuan dasar tidak rata
c. Arus pasang surut cukup kuat
d. Penyebaran bijih timah tidak merata
e. Tanah yang digali relative kompak/tidak mudah longsor.
Keuntungan menggunakan sistem tekan adalah:
a. Penggalian lebih cepat sampai batas kong
b. Tidak ada kehilangan waktu untuk mundur Kapal Keruk
Kerugian menggunakan sistem tekan adalah:
1. Penggalian akan lebih lama, karena trap-trap berikutnya akan digali
setelah 1 trap yang sedang digali selesai mulai dari permukaan tanah
atas sampai kong/batuan dasar.
2. Biaya produksi tinggi

GAMBAR 3.6
SISTEM TEKAN
2. Sistem Kombinasi
Sistem kombinasi adalah sistem penggalian pada Kapal
Keruk yang menggabungkan 2 sistem penggalian, yaitu sistem maju
dan sistem tekan. Penggalian lapisan tanah atas menggunakan sistem
maju, dengan cara menggali secara bertahap hingga mencapai lapisan
tanah bertimah/kaksa.
Selanjutnya Kapal Keruk mundur untuk melakukan
penggalian lapisan tanah bertimah/kaksa dengan sistem tekan hingga
mencapai batas kong/batuan dasar. Keuntungan menggunakan sistem
kombinasi adalah:
1. Penggalian lapisan tanah bertimah/kaksa lebih bersih
2. Penggalian lapisan tanah atas cepat selesai, karena Kapal
Keruk menggali maju sepanjang 2-3 trap.
Kerugian menggunakan sistem kombinasi adalah:
1. Waktu banyak terbuang untuk mundur Kapal Keruk saat
penggalian tanah atas.
2. Biaya produksi tinggi

GAMBAR 3.7
SITEM KOMBINASI
3.4.6. Peralatan Penggalian
Peralatan penggalian adalah semua peralatan yang berfungsi
untuk melakukan operasi penggalian mulai dari menggali tanah sampai
dengan menumpahkan hasil ke storebak yang kemudian akan di proses di
instalasi pencucian.
1. Mangkok (bucket)
Bucket adalah suatu wadah yang menyerupai mangkok yang
mempunyai fungsi sebagai alat gali yang disusun dalam bentuk
rantai, seperti rantai sepeda.
2. Ladder
Ladder merupakan komponen kapal keruk sebagai tempat
dimana seluruh ladder roll terpasang , yang berfungsi sebagai
lintasan rantai bucket.
3. Ladder Roll
Ladder roll ini berfungsi sebagai penghantar rantai mangkok
dari pembalik bawah / onder roll menuju pembalik atas /
sevenkant.
4. Pembalik Atas (Sixkant)
Sixkant ini merupakan suatu poros yang berbentuk segi enam,
yang terletak pada bagian atas ujung ladder dan yang berfungsi
untuk menggerakkan rantai mangkok agar hasil galian dapat
masuk ke storebak.
5. Pembalik bawah (Onder Roll)
Onder roll ini merupakan suatu poros membentuk silinder yang
terdapat dibagian ujung bawah ladder yang mempunyai fungsi
sebagai pembalik rantai mangkok dari bagian bawah dan
memperlancar jalannya rantai mangkok dari bagian bawah
menuju keatas.
3.4.7. Peralatan Pencucian
a) Saring putar
Saring putar adalah alat pencucian pertama pada proses
pencucian pada Kapal Keruk yang berfungsi untuk
memecahkan dan menyaring material dengan bongkahan yang
besar

GAMBAR 3.8
SKETSA SARING PUTAR
Keterangan gambar:
1. Plat buta belakang (rubber Blind)
2. Loop ring belakang
3. Saringan dari bahan plat atau karet
4. Loop ring depan
5. Plat buta depan (rubber blind)
6. Loop roll
7. Andrif roll
b) Spine kop dan splitter
Spine kop ini adalah bak distributor yang merupakan bak penampungan
undersize hasil dari saring putar. Splitter ini merupakan pipa laba-laba
yang berfungsi sebagai penyalur dar spine kop ke jig primer.
c) Jig primer, jig sekunder, jig clean up dan jig tersier
Fungsi dari keempat jig ini pada dasarnya sama yaitu memisahkan
material dengan berat jenis. Tipe jig yang dipakai pada KK 21 Singkep
1 ini adalah Yuba Jig.
d) Bak middling
Bak middling adalah bak penampung sementara hasil dari jig primer ,
jig sekunder dan jig tersier.
e) Cyclone
Cyclone merupakan sebuah alat bantu pada proses pencucian.
Fungsi cyclone adalah sebagai alat dewatering, untuk mengurangi air
pada proses pencucian selanjutnya.

GAMBAR 3.9
SKETSA YUBA JIG
Keterangan gambar:
1. Afsluiter underwater
2. Pipa underwater
3. Rooster atas
4. Rooster atas
5. Rooster bawah
6. Diafragma plat
7. Tail rocker
8. Stang diafragma
9. Rubber spigot
10. Rubber diafragma
11. pulsator

GAMBAR 3.10
SKETSA CYCLONE
Keterangan gambar:
1. Pipa Overflow
2. Feed box
3. Vortex finder
4. Upper cone
5. Lower cone
6. Pipa apex
f) Bandar taling
Bandar tailing ini merupakan tempat pembuangan tailing dari jig
primer.
g) Bandar batu
Bandar batu ini merupakan tempat pembuangan tailing dari saring
putar.
h) Bak final konsentrat
Hak final ini merupakan sebuah bak untuk menampung konsentrat akhir
bijih timah.
i) Pompa underwater, middling, konsentrat dan spray water Merupakan
alat pendukung untuk dapat mentransportasikan material-material.

3.4.8. Jenis Lapisan yang Digali


Jenis-jenis lapisan tanah pada dasar laut yang diperoleh dari hasil
eksplorasi geologi, dimana data geologi mengambarkan penampang bor
(profil bor). Profil bor inilah yang menjadi acuan penting bagi operator
dalam mencari serta mengidentifikasi keterdapatan endapan timah dan
menentukan metode penggalian yang tepat untuk menggali bijih timah
dari dasar laut. Lapisan tanah yang digali oleh KIP dibagi menjadi 3
macam, antara lain sebagai berikut:
1. Lapisan Tanah Atas
Lapisan tanah atas merupakan lapisan penutup atau overburden
yang tidak mengandung bijih timah atau mengandung bijih timah
yang sangat sedikit sekali sehingga tidak ekonomis untuk
diproses pada instalasi pencucian sementara pada KIP.
Lapisan tanah atas ini menutupi lapisan kaksa yang mengandung
banyak bijih timah. Pada umumnya lapisan tanah atas berupa
lumpur dan lempung liat. Lapisan ini digali namun tidak diproses
di instalasi pencucian melainkan dialirkan ke bandar tailing untuk
kemudian dibuang sebagai tailing.
2. Lapisan Kaksa
Lapisan kaksa merupakan lapisan tanah yang mengandung banyak
bijih timah. Lapisan ini harus digali secara teliti dan bersih agar
semua mineral ikutannya dapat diproses di instalasi pencucian.
Pada umumnya, lapisan kaksa berupa lempung lemah bercampur
pasir halus atau pasir kasar dan kerikilEndapan bijih pada dasar
laut merupakan endapan sekunder, yaitu endapan yang telah
mengalami perpindahan dari sumber atau tempat asalnya. Pada
umumnya, endapan bijih timah sekunder yang berada pada lapisan
kaksa merupakan endapan aluvial, yaitu endapan yang terjadi
karena tertransportasi jauh dari sumbernya oleh sungai. Semakin
jauh dari sumbernya, ukuran dari mineral yang diendapkan makin
kecil.
3. Lapisan Kong
Lapisan kong merupakan lapisan tanah keras yang terletak di
bawah lapisan kaksa, dimana pada lapisan ini tidak mengandung
timah atau hanya sedikit mengandung timah sehingga tidak
ekonomis untuk digali. Penggalian biasanya hanya dilakukan
sampai batas kong, yaitu batas antara lapisan kaksa dan lapisan
kong.

GAMBAR 3.11
SKETSA KEDUDUKAN LAPISAN TANAH
57

3.5. Definisi Bucket Wheel Dredge

Pada awalnya BWD merupakan kapal keruk yang beroperasi di laut


kundur lalu pada tahun 2011 dilakukan perombakan pada kapal ini dan sistem
bucket line dirubah menjadi bucket wheel. Kapal ini selesai dirakit pada bulan
Oktober 2012, lalu mulai beroperasi di laut kundur. Hasil operasi di laut
kundur dinilai kurang optimal karena jenis lapisan tanah lempung yang keras
mengurangi keefektifan dari bucket. Lalu setelah beroperasi beberapa bulan
kapal ini rusak parah sehingga harus berhenti beroperasi dan dilakukan
perbaikan selama kurang lebih 10 bulan. Setelah itu kapal ini mulai beroperasi
lagi pada tanggal 10 Juli 2015 sampai sekarang. Dikarenakan jenis tanah di
laut kundur tidak cocok untuk bucket maka kapal ini direlokasi ke perairan
penganak yang materialnya berupa free sand yang dinilai lebih sesuai untuk
BWD.
Kapal ini memiliki panjang sekitar 115 m dan lebar 33 m, dengan ukuran
ini BWD menjadi kapal produksi terbesar yang dimiliki oleh PT Timah Bucket
Wheel Dredge merupakan kapal produksi timah yang sistem pemberaian
materialnya menggunakan bucket wheel. BWD ini dapat dikatakan sebagai
kombinasi antara KIP dan KK. Hal ini dikarenakan sistem penambangan yang
sama dengan kapal keruk dan sistem pemberaian material yang menggunakan
pompa hisap seperti pada KIP. Dengan kombinasi antara kedua sistem ini,
BWD dapat memindahakan tanah sebesar 1000 m3/ jam dengan hasil produksi
sekitar mencapai 8 ton sn / hari. BWD menggali endapan material secara
undercut dengan bucket wheel yang diujungnya terdapat cutter. Endapan
material yang terkeruk akan masuk ekdalam lidah cutter yang dinamakan
scrapper yang kemudiana akan dihisap oleh pompa tanah. Kapal ini juga
memiliki instalasi pencucian yang dapat menghasilkan 20 – 30 % sn dengan
recovery mencapai 97 %.

3.5.1. Mekanisme Penggalian dengan BWD


Mekanisme penggalian endapan bijih timah yang dilakukan BWD
adalah sistem continuous mining yang menggunakan bucket wheel. Bucket
Wheel akan berputar sehingga cutter yang terdapat pada ujung bucket akan
emberai material dan memasukkannya ke scrapper, lalu akan dihisap oleh
pompa. Gaya-gaya yang bekerja dalam proses penggalian adalah:
a. Gaya tekan dari ladder kapal ke lapisan endapan
b. Gaya tarik antara kawat dan kapal.
c. Gaya gesek antara bucket wheel dengan lapisan endapan.
d. Kekuatan hisap pompa tanah
Sistem penggerak dari BWD mengadopsi sitem dari kapal keruk sehingga
penggerakkan dilakukan denga bantuan jangkar, winch, central lier.

3.5.2. Bagian-Bagian Utama BWD


Seperti halnya KIP dan KK ponton juga menjadi dasar pondasi yang
dimiliki oleh BWD. Rangka kapal juga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Bagian Rangka Depan
Bagian rangka depan ini terdiri dari beun, ladder, bucket wheel, tempat
untuk winch, serta terdapat ruang kemudi kapal. Bagian Rangka Tengah
Bagian rangka tengah ini berfungsi sebagai tempat peralatan dan instalasi
pencucian seperti saring putar, spine kop, jig, stationary, boiling box, gate
valve dan lain-lain.
2. Bagian Rangka Belakang
Bagian ini berfungsi sebagai penggantung bandar tailing Secara garis besar
bagian utama pada kapal keruk adalah sebagai berikut:
3. Alat apung (ponton)
Seperti halnya pada kapal produksi lainnya, BWD juga memiliki ponton.
Ponton pada BWD memiliki panjang sebesar 114,6 m dan lebar 32,5 m
4. Ladder
Ladder BWD memiliki panjang 85,5 m dan dapat menggali sampai
kedalaman 60 m dengan sudut maksimum 550. Di dalam ladder BWD
terdapat motor kedap air yang digunakan untuk pompa hisap, serta
dilengkapi dengan alat untuk mengetahui jenis tanah yang digali melalui
bantuan zat radioaktif ( Cesium ).
5. Mangkok (Bucket Wheel)
Bucket wheel adalah alat yang digunakan untuk memberai material pada
BWD. Diujung bucket memiliki kuku yang digunakan untuk menggali
material. Gearbox dari bucket wheel ini berada disamping bucket dan
bersifat kedap air sehingga dapat ikut terendam pada saat penggalian.
Bucket Wheel memiliki diameter 4,4 m dengan jumlah buket 15pc
dengan masing masing buket memiliki 11 kuku. Kecepatan dari Bucket
ini diatur di ruang komando dengan kecepatan 7 – 13 Rpm

3.5.3. Metode Penggalian


Metode penggalian yang digunakan pada Bucket Wheel Dredge
(BWD) sama seperti kapal keruk, yaitu:
a) Long Face
Metode long face ini merupakan metode penggaian selebar kolong kerja
dari pinggir kiri kolong kerja sampai pinggir kanan kolong kerja atau
sebaliknya.Metode ini bertujuan agar pemindahan tanah dapat
memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.
b) Short Face
Short Face adalah metode penggalian dengan cara membagi kolong kerja
menjadi beberapa irisan. Dimana tiap irisan dibagi menjadi 20-30 meter.

3.5.4. Sistem Penggalian


Sistem penggalian yaitu cara penggalian yang dilakukan oleh BWD
untuk menggalimaterial dibawah permukaan laut. Secara umum, ada 3 sistem
penggalian yang digunakan BWD untuk menggali material dibawah
permukaan laut., yaitu:
a) Sistem Maju
Sistem maju adalah sistem penggalian pada BWD dengan menggali
maju sepanjang 2 sampai 3 trap, kemudian Kapal Keruk mundur
untuk menggali lapisan berikutnya. Demikian dilakukan berulang-
ulang hingga mencapai kong / batuan dasar.

GAMBAR 3.5
SISTEM MAJU
b) Sistem Tekan
Sistem tekan adalah sistem penggalian pada BWD dengan
penggalian ditekan secara bertahap dari permukaan lapisan tanah atas
hingga mencapai batas/kong/batuan dasar. Penggalian dimulai dari batas
pinggir kiri/kanan dengan mengikuti penekanan ladder secara bertahap
antara 0,3 sampai dengan 1 meter.

GAMBAR 3.6
SISTEM MAJU
c) Sistem Kombinasi
Sistem kombinasi adalah sistem penggalian pada BWD yang
menggabungkan 2 sistem penggalian, yaitu sistem maju dan sistem tekan.
Penggalian lapisan tanah atas menggunakan sistem maju, dengan cara
menggali secara bertahap hingga mencapai lapisan tanah bertimah/kaksa.
` GAMBAR 3.7
SITEM KOMBINASI

3.5.5. Peralatan Penggalian


Peralatan penggalian adalah semua peralatan yang berfungsi untuk
melakukan operasi penggalian mulai dari menggali tanah sampai dengan
proses di instalasi pencucian.
1. Mangkok (bucket wheel)
Bucket wheel adalah suatu wadah yang menyerupai mangkok yang
mempunyai fungsi sebagai alat gali dimana di ujung ujungnya terdapat
kuku yang berfungsi untuk menghancurkan material. Terdapat 15 buah
bucket dan pada masing masing bucket terdapat 11 kuku.
2. Kuku
Kuku pada bucket terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
a. Adapter
Merupakan alat yang digunakan untuk menghubungkan antara bucket
dengan uku
b. Pin
Merupakan alat berbentuk besi kecil yang digunakan untuk
menghubungkan antara kuku dengan adapter. Kuku sendiri terdiri dari
dua jenis, yaitu flaret dan narrow. Flaret memiliki bentuk agak melebar
pada ujungnya yang dipasak di bagian depan bucket, sedangkan
narrow berbentuk agak runcing yang posisinya disamping bucket.
3. Ladder
Merupakan komponen BWD sebagai tempat menempelnya Bucket, pipa
hisap, dan didalamnya terdapat motor yang digunakan untuk penggerak
pompa hisap.
a. Pompa Hisap
Pompa hisap merupakan pompa yang digunakan untuk menghisap
material hasil pengerukan yang dilakukan oleh bucket wheel
b. Gate Valve
Setelah dari pompa hisap maka selanjutnya material akan melewati
gate valve yang fungsinya sebagai pembuka dan penutup pada pipa
untuk material yang akan masuk ke instalasi pencucian dan pipa
untuk tanah atas yang akan dibuang melalui bandar tailing .

3.5.6. Peralatan pencucian


1. Boiling box
Setelah dari gate valve, material yang berasal dari pipa material
akan melewati boiling box yang fungsinya adalah untuk membagi
kuantitas material menjadi dua yang akan dialirkan melalui papan
lounder dibagian kiri dan kanan boiling box, selain unuk membagi
material, boiling box juga berfungsi untuk menambah viskositas
dari material karena air dan material yang mengalir dari pipa akan
terbentuk atap dari boiling box sehingga lebih tercampur
2. Stationary
Meupakan alat yang digunakan untuk sizing material dimana
didalamnya terdapat grizzly yang akan memisahkan material
menjadi undersize dan oversize. Undersize material akan langsung
menuju spine and kop sedangkan oversize akan kembali di sizing di
saring putar. Saring putar ini dilengkapi dengan sprayer/ monitor
yang fungsinya untuk memperlambat kecepatan material
3. Saring Putar
Saring putar adalah alat pencucian yang berfungsi untuk
memecahkan dan menyaring material oversize hasil dari
stationary.
4. Spine kop dan splitter
Spine kop ini adalah pipa yang berbentuk seperti jaring laba -
laba yang gunanya adalah untuk membagi kuantitas material agar
merata ke seluruh jig primer.
5. Jig primer, jig sekunder, jig clean up dan jig tersier
Fungsi dari keempat jig ini pada dasarnya sama yaitu
memisahkan material dengan berat jenis. Tipe jig yang dipakai
pada BWD ada 2 jenis, untuk jig primer digunakan jig tipe sirkuler
Merk IHC sedangkan untuk jig clean up, tersier dan sekunder
digunakan jig tipe pan America
6. Bak middling
Bak middling adalah bak penampung sementara hasil dari jig
primer yang nanti akan dipompa lagi menuju jig sekunder
7. Cyclone
Cyclone merupakan sebuah alat bantu pada proses pencucian
yang terdapat pada jig sekunder. Fungsi cyclone adalah sebagai
alat dewatering, untuk mengurangi air pada proses pencucian
selanjutnya.
8. Bandar taling
Bandar tailing ini merupakan tempat pembuangan tailing dari
revolving screen, jig sekunder, tersier dan clean up. Selain itu
terdapat 1 bandar tailing khusus yang digunakan sebagai tempat
buangan tanah atas
9. Bak final konsentrat
Bak final ini merupakan sebuah bak untuk menampung
konsentrat akhir bijih timah.
10. Pompa underwater, middling, konsentrat dan spray water
Merupakan alat pendukung untuk dapat mentransportasikan
material-material

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu:


1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penentuan tema dan judul penelitian, studi
literatur daerah penelitian dan studi pustaka mengenai tema penelitian
yang akan diambil.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahapan ini terdiri dari:
a. Pengamatan area penambangan, meliputi:
 Profil Batuan
 Peta Rencana Kerja Kapal Isap Produksi
 Peta Rencana Kerja Kapal Keruk
 Peta Rencana Kerja Bucket Wheel Dredge
b. Pengamatan di atas Kapal Isap Produksi, Kapal Keruk dan Bucket
Wheel Dredge
 Fungsi peralatan yang terdapat di Kapal Isap Produksi, Kapal
Keruk, Bucket Wheel Dredge
 Cara kerja peralatan yang terdapat di Kapal Isap Produksi,
Kapal Keruk dan Bucket Wheel Dredge
3. Tahap Pengolahan Data
Tahap ini terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Analisis Data
 Menganalisis fungsi peralatan yang terdapat di Kapal Isap
Produksi, Kapal Keruk dan Bucket Wheel Dredge
 Menganalisis cara kerja alat yang terdapat di Kapal Isap
Produksi
b. Analisis desain yang dihasilkan
 Menganalisis metode penambangan pada Kapal Isap
Produksi
 Menganalisis proses pencucian pada Kapal Isap Produksi
4. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahapan ini dilakukan penulisan laporan kegiatan berdasarkan
data yang diperoleh di lapangan untuk kemudian dipresentasikan di
depan staff dan karyawan perusahaan.

4.2. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada metode


analisis aktual di lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan yang diharuskan dalam pengelolaan lingkungan. Teknik
pengumpulan data ditempuh dengan prosedur penelitian yang mencakup:
1. Studi Literature
Studi literature adalah kegiatan mempelajari, mengumpulkan dan membaca
berbagai sumber pustaka untuk memperkuat landasan teori. Tahap ini
dilakukan dengan pengumpulan sumber informasi yang berkaitan dengan
kegiatan penelitian yang berasal dari referensi yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi.
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan untuk memperoleh data – data secara
aktual.
3. Wawancara
Wawancara dengan instruktur lapangan serta orang – orang yang
berkompeten guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk
menyusun laporan dan menambah wawasan.

4.3. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan
deskriptif yang berupa analisis terhadap observasi langsung di lapangan
dengan mengamati sistem penggalian timah pada area lepas pantai
BAB V
PEMBAHASAN

Usaha kegiatan pertambangan sangat mempunyai banyak resiko sehingga


di perlukan bagaimana prosedur untuk kesehatan dan keselamatan kerja para
pegawainya. Semua kegiatan yang dilakukan dalam pertambangan harus
diperhatikan untuk mrncapai kenyamanan para pegawai bekerja dan tetap
aman.
Setelah semua alat, sistem, prosedural keamanan dan keselamatan kerja
dipenuhi, barulah kegiatan penambangan dilakukan dengan metode dan
tahapan-tahapan yang terencana dan terstruktur, demi tercapainya target
produksi dan target usaha yang diharapkan.

5.1. Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3)

Pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam penambangan.


Selain untuk memonitor seluruh jalannya proses penambangan, kemampuan
pekerja juga akan menentukan keefektifan dan keefesiensian dari proses
penambangan. Maka dari itu keamanan dan keselamatan kerja dari para
karyawan harus sangat diperhatikan. Tujuannya adalah untk memberikan rasa
aman untuk karyawan dan juga untuk menjaga kelancaran dari proses
penambangan. Oleh karena itu setiap perusahaan harus memiliki dan
memenuhi standard pelaksanaan K3 yang baik. Hal ini biasanya diperlihatkan
dari prosedur – prosedur atau SOP ( Standard Operasional Procedure ) yang
dimiliki oleh perusahaan
Untuk Unit Laut Bangka PT Timah (Persero), Tbk, dikarenakan
penambangan dilakukan di laut maka penggunaan APD atau alat proteksi diri
menjadi salah satu SOP yang harus dipatuhi oleh para pekerja agar
keselamatan dan keamanan kerja daroi para awak terjamin.
Terdapat beberapa APD yang dimiliki ULB PT Timah (Persero), Tbk
seperti life vest, safety shoes, safety helmet, dan earplug.
1. Safety helmet,
Merupakan alat pelindung kepala yang berbahan plastic keras agar
melindungi sesaat kepala pekerja jika terjadi benturan serta jatuhan dari
benda asing.

GAMBAR 5.1
SAFETY HELMET

2. Earmuf
Berfungsi untuk melindungi gendang telinga pekerja dari suara bising
mesin-mesin yang berada di kapal. Kebisingan pada kapal mencapai 85 db.
Ear Protector ada 2 macam yaitu earmuf dan earplug. Ermuf merupakan
pelindung telinga yang mirip dengan headphone. Earplug merupakan
pelindung telinga yang mirip dengan headset.
GAMBAR 5.2
EARMUF
3. Life vest
Biasanya lebih dikenal dengan sebutan pelampung. Pelampung yang harus
selalu digunakan pekerja pada saat menyeberang menggunakan kapal cepat
atau perahu motor (pompong) dari dermaga menuju ke kapal. Digunakan
untuk mengapungkan pekerja apabila suatu waktu tercebur ke laut.
Pelampung ini dapat bertahan selama 2 jam

GAMBAR 5.3
LIFE VEST
4. Safety shoes
Safety shoes ini merupakan sepatu berbahan karet yang dibagian ujung
kakinya dibuat keras agar dapat melindungi kaki pekerja dari benturan
maupun jatuhan benda keras serta dapat mencegah pekerja agar tidak
mudah terpeleset saat berada di lingkungan kerja yang licin.
GAMBAR 5.4
SAFETY SHOES
5.1.1. Peralatan Keselamatan pada Kapal (Safety Equipment)
Seluruh awak di kapal harus memiliki pengetahuan yang baik
mengenai prosedur penyelamatan diri. Mengenali alat-alat penyelamatan
di kapal dan cara menggunakannya adalah hal yang mutlak diketahui saat
berada di tengah laut. Karena kemahiran berenang tidaklah cukup untuk
dapat bertahan hidup di tengah laut apabila terjadi keadaan darurat yang
mengharuskan untuk meninggalkan kapal. Untuk bisa bertahan hidup
dalam keadaan seperti itu kita harus mengetahui berbagai macam alat
penyelamatan dan cara penggunaannya.
1. Perlengkapan Penyelamat Jiwa (Life Saving Appliances)
Perlengkapan penyelamat jiwa yang terdapat pada KIP Timah
diantaranya adalah lifecraft, lifebuoy dan kotak P3K. Lifecrafrt
berjumlah 2 buah dengan kapasitas 25 penumpang.
2. Perlengkapan Pemadam Kebakaran (Fire Appliances)
Perlengkapan pemadam kebakaran pada KIP Timah 15 diantaranya
adalah APAR, Hydrant, dan Pemadam Api Tradisional. APAR atau
Alat pemadam Api Ringan dan Hydrant diletakkan di ruang
nahkoda, di ruang rapat, dan di pintu masuk kapal. Pemadam api
tradisional yang digunakan berupa pasir.
GAMBAR 5.5
FIRE APPLIANCE
3. Peralatan Komunikasi (Communication Equipment)
Peralatan komunikasi yang digunakan diantaranya HT, bell dan master
point, kamera CCTV, hape intern kapal dan radio. HT (handy talky)
Bell akan dibunyikan sebagai tanda bahaya untuk segera berkumpul di
master point.
4. Dokumen (Document)
Dokumen untuk keselamatan sangat penting keberadaannya dikapal.
Dokumen keselamatan yang terdapat pada KIP Timah diantaranya
laporan keadaan cuaca dari BMKG, buku Standard Operasional
Procedure (SOP) untuk kapal isap, buku jurnal teknik, buku peraturan
kerja dan buku inspeksi tambang.
5. Rambu-rambu Keselamatan (Safety Sign)
Rambu-rambu keselamatan diletakkan pada beberapa tempat yang
rawan terjadi bahaya seperti pada mesin yang bergerak, lantai yang
licin, listrik tegangan tinggi, dan bahan bakar yang mudah terbakar.
Untuk rambu-rambu jalan diberi warna hitam dengan list kuning.
Sedangkan pada mesin yang bergerak diberi pagar.
GAMBAR 5.6
SAFETY SIGN
5.2. Kapal Isap Produksi Timah 17

Kapal isap produksi merupakan salah satu teknologi penambangan


yang diterapkan oleh PT.Timah (Persero), Tbk. selain kapal keruk dan Bucket
Wheel Dredge (BWD). Kapal isap produksi disebut juga dengan nama Cutter
Suction Dredge (CSD).
Pemakaian kapal isap produksi (KIP) oleh PT. Timah (Persero), Tbk
dimulai sejak tahun 2006 dengan memesan langsung KIP dari Thailand.
Dengan mempelajari bagian-bagian pada unit KIP yang telah dibeli tersebut,
PT. Timah (Persero), Tbk kemudian berusaha untuk memproduksi KIP dari
dalam negeri.
Pada proses eksploitasi bijih timah di laut (offshore) PT Timah
(Persero). Tbk menggunakan kapal isap produksi (KIP) yang dibuat dari hasil
kerjasama PT Timah dengan PT Dok dan Perkapalan Air Kantung ( PT DAK )
. Saat ini PT Timah memiliki delapan kapal isap yang masih beroperasi di laut
Bangka yaitu KIP 9, KIP 10,KIP 11, KIP12, KIP 14, KIP 15, KIP 16, KIP17 .
Dalam pengoperasiaannya, presentase rata-rata jam jalan yang
dilakukan KIP Timah 17 pada 7 bulan terakhir beroperasi yaitu dari bulan
januari sampai juli 2015 adalah 96% dari target jam jalan rata-rata 449 jam
setiap bulannya. Hingga akhir juni 2015, KIP Timah 17 mencatat hasil
produksi yang cukup baik, dimana hasil produksi bijih timah terbaik yang
didapat sebesar 55.04 ton Sn dari target produksi 30 ton Sn, terjadi di bulan
Juni
Sedangkan hasil produksi bijih timah terburuk terjadi pada bulan
Januari 2015 dengan jumlah bijih timah yang didapat sebesar 8,8 ton Sn dari
target 10 ton Sn. Hal tersebut dikarenakan cuaca yang tidak mendukung
sehingga KIP 17 tidak dapat berproduksi. Akibatnya jam jalan kapal tersebut
sangat sedikit, hanya 55,5 jam dari rencana kerja 400 jam.

5.2.1. Jam Kerja Efektif KIP 17


Pada KIP 17 terdapat jam kerja per hari yang terdiri dari bagian
harian dan aplos. Bagian harian bertugas untuk mengecek kapal dan
bagian aplos bertugas mengoperasionalkan kapal. Jumlah jam kerja
Aplos dibagi menjadi empat yaitu Aplos A, B, dan C. Setiap aplos
dikepalai oleh kapten aplos. Setiap aplos terdiri dari petugas yang
mengawasi jalannya peralatan operasional kapal, seperti mandor
pencucian, masinis, juru mudi, petugas pencucian, dan petugas mesin.
Setiap harinya para pekerja dibagi menjadi 3 shift jam kerja dari pukul
06.00 WIB sampai 14.00 WIB dilanjutkan lagi pukul 14.00 WIB sampai
22.00 WIB kemudian 22.00 WIB sampai 06.00 WIB.

5.2.2. Proses Penggalian Bijih Timah pada KIP 17


Proses penggalian bijih timah pada KIP 17 diawali dengan
penentuan lokasi penambangan yang di pedomani peta Rancangan Kerja
(RK) berupa profil bor hasil eksplorasi yang dijadikan simbol-simbol
kekayaan bijih timah yang akan digali. Peta RK didapat dari ahli
eksplorasi yang di dapat dari Geologi Tambang (GT) Unit Laut Bangka.
Peta RK yang didapat dari GT akan dijadikan pedoman dalam
menentukan kolong yang kaya akan cadangan timah. Lokasi awal di
plot pada GPS untuk selanjutnya operator melakukan penggalian
menggunakan cutter pada koordinat yang dimaksud. Ketika koordinat
sudah didapat dilanjutkan dengan membuka kolong dengan mengupas
lapisan tanah atas. Metode yang digunakan KIP 17 untuk menggali
lapisan kaksa yaitu dengan menggunakan metode kombinasi yang
diawali dengan metode rotary yaitu memutar kapal hingga 360º hingga
lapisan kaksa dicapai. Setelah menggali lapisan kaksa dan menemukan
arah persebaran timahnya, maka metode penggalian selanjutnya
menggunakan metode spudding, yaitu memutar kapal antara 90º hingga
180º dan kapal menyesuaikan arah persebaran timah.
Arah pergerakan kapal harus dirubah berdasarkan dengan
keadaan ombak karena arah ombak akan mempengaruhi kinerja kapal
terutama jika terjadi kerusakan akan menghambat laju produksi. Seperti
misalnya saat terjadi ombak besar maka arah penggalian harus melawan
arah ombak. Ombak besar akan membuat kapal mengikuti arah ombak
dan jika dibiarkan akan membuat kapal terdorong maju oleh ombak dan
akan menyebabkan ladder tersangkut di dalam lapisan tanah akibatnya
ladder tidak dapat dinaikkan bahkan bisa patah. Maka dalam
pengoperasian KIP 17 sangat memperhatikan batasan-batasan kinerja
kapal untuk masalah ombak. Untuk itu ketika menentukan dalamnya
ladder KIP 17 berpatokan dengan tabel air.
Penentuan arah penggalian KIP 17 sangat ditentukan oleh
keputusan kapten kapal. Dasar pengambilan keputusan didapat dari
hasil penggalian yang terlihat pada CCTV dan didengar menggunakan
speaker dari saringan putar dan pula koordinasi dengan bagian
pencucian apakah output dari pencucian dipenuhi timah atau tidak.
Selanjutnya informasi dari pencucian dilaporkan kepada juru mudi yang
akan menjadi landasan dalam mengambil keputusan pemindahan posisi
kapal.
Adapun urutan penggalian endapan bijih timah di dasar laut
dimulai dari menurunkan ladder hingga cutter mencapai lapisan tanah
atas dilanjutkan dengan memberai dan menghisap tanah di lapisan
kaksa. Tenaga dorong yang diberikan kapal kepada ladder akan
mempermudah cutter dalam menggali lapisan tanah selanjutnya
material yang telah terberai akan dihisap kedalam pipa hisap yang
berada dibawah cutter. Seluruh material yang terhisap dalam pipa hisap
akan dialirkan melalui pipa tekan menuju alat pencucian KIP untuk
diolah menjadi bijih timah beserta mineral ikutan berharga lainnya serta
membuang hasil galian yang tidak berguna sebagai mineral tailing.

5.2.3. Peralatan Penggalian pada KIP 17


Peralatan penggalian pada KIP ini terbagi menjadi 4 macam yaitu
alat penggalian utama misalnya cutter dan ladder, alat penggalian
penunjang, mesin penunjang kapal, dan alat penunjang operator.
Peralatan tersebut memiliki fungsi masing masing mulai dari penggalian
atau pemberaian sampai ke pencucian. Berikut ini bagian bagian dari
peralatan penggalian
 Peralatan Utama Penggalian Merupakan alat yang berguna untuk
memberai lapisan penutup sampai ke lapisan kaksa (lapisan bijih
timah) kemudian dihisap sampai ke instalasi pencucian. Peralatan
penggalian utama ini terdiri dari cutter, ladder, pompa hisap dan
pompa tekan.
1. Ladder
Ladder merupakan kerangka badan berbentuk balok persegi
panjang yang terbuat dari besi baja siku dan plat pada dindingnya
yang berguna untuk menempatkan cutter atau menghubungkan
cutter dengan kapal isap produksi pada ujungny selain itu sebagai
tempat menaruh pompa hisap, dan pompa tekan pada dalam ladder
tersebut. Ladder ini berfungsi untuk menentukan berapa
kedalaman penggalian pada kapal isap produksi. Ladder pada KIP
17 ini memiliki panjang 58 meter dan kedalaman gali ladder
maksimum sepanjang 48,5 m dengan sudut elevasi 60 º. Ladder ini
memiliki 7 skep dengan diameter skep 920 mm.Untuk proses
penaikan atau penurunan untuk menetukan kedalaman ladder
menggunakan kawat ladder dan winch ladder. Kawat ladder
memiliki diameter 38 mm, dan kekuatan system penarikan
laddernya menggunakan winch ladder yang digerakan oleh pompa
hidrolik pada pada kapal. kekuatan Tarik winch 30 ton. Jadi berat
ladder harus lebih kecil dari 30 ton. Sedangkan Kecepatan kawat
winch 12 m/menit dan kapasitas drum winch 400 m. ladder ini
berada pada bagian tengah pada depan kapal yang terbuka pada
rangka kapal. Bagian ini biasa disebut dengan beun. Antara ladder
dengan beun harus diberi ruang sekitar 15 cm kekiri dan kekanan
agar tidak terjadi gesekan pada sisi tengah kapal.

GAMBAR 5.7
LADDER
Dari ujung depan kapal sampai menuju mesin dibuat ruang
terbuka antara 2 ponton dan rangka kapal dimana tempat tersebut
berguna untuk tempat naik turunnya ladder dinamakan beun . sisi
kiri dan sisi kanan ladder dan beun diberi jarak ± 15 cm agar tidak
terjadi benturan antara ladder dan beun pada saat ladder dinaik
turunkan.
GAMBAR 5.8
BEUN
2. Cutter
Cutter merupakan alat pemotong atau pemberaian
lapisan tanah maupun kaksa yang terdapat pada ujung ladder yang
digerakan oleh motor hidrolik penggerak. Cutter ini terbuat dari
baja yang dilapisi oleh mangan sehingga dapat menambah jangka
waktu pemakaian dari cutter. Cutter bergerak dengan cara berputar
menggerus lapisan yang dikenainya hingga terberai. Bagian cutter
yang berguna untuk menggerus lapisan tanah tersebut bernama
blade yang berjumlah 6 buah.
Blade ini merupakan besi runcing yang tajam yang
terdapat pada sisi sisi cutter. Tinggi dari ujung blade + 80 cm
sedangkan lingkaran kecil pada ujung blade memiliki diameter 35
cm bagian ini berfungsi untuk menyambungkan ujung cutter ke
ladder kemudian dikunci dengan menggunakan bearing agar cutter
tidak terlepas dari ladder. Pada operasinal cutter ini berkaitan
dengan kemampuan pompa hisap yang terdapat pada ladder.
Apabila kemampuan cutter untuk memberai lebih cepat dari
pompa hisap maka dapat menyebabkan cutter tertanam lapisan
tanah jadi kemampuan antara kecepatan cutter dengan pompa
hisap haruslah seimbang. Adapun tingkatan kecepatan putar cutter
yaitu step 1 sebesar 5 rpm, step 2 sebesar 10 rpm, step 3 sebesar
15 rpm, step 4 sebesar 20 rpm, step 5 sebesar 24 rpm . selain
kecepatan cutter kita juga harus mengetahui specifikasi dari cutter.
Berikut ini adalah spesifikasinya. power at shaft cutter sebesar
226 HP. Tekanan kerja pompa hidrolik 0-350 bar. Konstanta
motor 560 Nm/bar. Torsi maksimum 196000 Nm. Output gaya
potong maksimum 217778 N.
Kecepatan putar cutter dikendalikan oleh juru mudi
melalui ruang komando dengan cara menyesuaikan kekerasan
tanah dengan kecepatan putaran cutter (step speed cutter) . Dimana
step 1 dan step 2 untuk lapisan lemah sedangkan step 4 dan 5
untuk lapisan yang keras. Namun pada keadaan tanah normal
menggunakan kecepatan 10 sampai 15 rpm. Apabila kecepatan
dan kekerasan batuannya tidak sesuai dengan aturan maka dapat
menyebabkan cutter macet, bahkan patah. Bila cutter macet maka
akan memperlambat proses pengerukan. Jadi perlu dilakukan
perawatan rutin. Biasanya dilakukan pelumasan oli pada cutter.

GAMBAR 5.9
CUTTER
3. Pipa Tekan
Pipa tekan berfungsi untuk mengalirkan feed hasil hisapan dari pompa
tanah menuju saringan putar untuk diproses berikutnya. Pompa tekan
berada dibelakang pompa tanah yang memiliki diameter ± 30 cm. Untuk
effisiensi kerja pada pipa tekan terdapat sebuah afsluiter yang berfungsi
sebagai penutup jalur aliran tanah yang tidak mengandung timah menuju
saring putar kemudian mengalirkannya langsung menuju Bandar tailing.
Penggunaan afsluiter dilakukan saat melakukan penggalian tanah atas,
karena lapisan tanah atas sedikit mengandung timah dan bila dilakukan
proses pencucian tidak bersifat ekonomis. Namun pada KIP 16, afsluiter
tidak digunakan lagi dikarenakan fungsinya yang tidak terlalu banyak
digunakan sehingga untuk feed yang berukuran besar akan langsung
terbuang sebagai tailing menuju bandar tailing.

GAMBAR 5.10
PIPA TEKAN
4. Pipa HisaP
Pipa hisap disambungkan dengan cutter yang berfungsi sebagai
pipa saluran untuk menghisap tanah yang telah dihancurkan cutter
dengan daya hisap yang dihasilkan oleh pompa tanah. Pada ujung
pipa hisap terdapat bentuk seperti mulut bebek yang terletak pada
bagian bawah cutter.
GAMBAR 5.11
Mulut Hisap

PIPA HISAP
5. Pompa Tanah
Pompa tanah berfungsi untuk menghisap material yang diberai
oleh cutter dan dialirkan melalui pipa hisap kemudian
mentransportasikannya melalui pipa tekan menuju pencucian
untuk proses berikutnya.

GAMBAR 5.12
POMPA TANAH

5.2.4. Proses Pencucian Bijih Timah pada KIP 17


Proses pencucian merupakan proses untuk memisahkan bahan
galian dengan utama dari mineral pengotor (gangue minerals) untuk
mendapatkan mineral utama dan mineral ikutan berharga lainnya.
Pencucian ini merupakan salah satu dari konsep mining yang menjadi
bagian dari pengolahan. Adapun pada umumnya proses pencucian di KIP
17 terdiri dari 3 proses yaitu proses screening, transportasi dan
konsentrasi.
1. Screening
Proses screening pada KIP 16 menggunakan saring putar. Saring
putar di KIP 16 ini berbeda sistem kerjanya dibandingkan dengan
screening yang ada di tambang darat pada umumnya screen statis,
namun di KIP 17 screennya berputar dan menggunakan saringan
batang atau Grizzly. Hal ini bertujuan agar memperbanyak kontak
antara material dan permukaan grizzly.
2. Transportasi
Untuk mentransportasikan material yang telah diberai oleh cutter
yaitu dibutuhkan mesin pompa dan instalasi pipa agar bisa sampai
menuju saring putar. Alat yang digunakan untuk transportasi ini
adalah pompa hisap / pompa tanah atau biasa dikenal dengan pompa
warman.
3. Konsentrasi
Proses konsentrasi inilah yang akan menghasilkan output dari proses
pencucian berupa konsentrat timah. Melalui proses konsentrasi ini
akan terjadi pemisahan antara mineral utama maupun ikutan dengan
mineral pengotor itu. Adapun alat untuk proses konsentrasi itu sendiri
menggunakan jig type Pan America. Metode yang digunakan pada
proses konsentrasi ini memanfaatkan metode gravity concentration
yaitu metode pemisahan mineral pengotor yang memanfaatkan
perbedaan berat jenis dari tiap mineral menggunakan air sebagai
medianya. Di KIP 17 ini terdapat dia jig yaitu jig primer dan jig
sekunder. Metode ini dipilih dikarenakan air yang dibutuhkan untuk
metode ini berlimpah dan berat jenis bijih timah cassiterite lebih
berat sehingga metode ini efektif digunakan pada KIP 17.
Dari ketiga proses secara umum tersebut dapat dijabarkan secara
rinci melalui flowsheet pencucian KIP 17
GAMBAR
5.13
BAGAN
ALIR PENCUCIAN
Dari gambar diatas dimulai saat feed dari pompa dimasukkan ke dalam saring
putar. Saring putar akan menyaring feed sesuai jarak antar grizzly. Jarak antar
grizzly menyaring material yang lolos atau berukuran kecil (undersize) menuju
jig primer dan material yang tidak lolos atau oversize akan dialirkan kel bandar
tailing. Di dalam jig primer akan terpisah antara mineral dengan berat jenis
ringan yang teralirkan bersama overflow lalu dibuang ke bandar tailing
sedangkan mineral yang berat akan terhisap akibat gaya suction dan pultion
dari jig dan mengalir menuju underflow menuju jig sekunder.Saat undersize
dari jig primer keluar maka akan dilanjutkan masuk menuju jig sekunder. Pada
jig sekunder ini akan diulangi proses yang sama pada jig primer namun yang
membedakannya adalah ukuran cell dan kecepatan alirannya. Untuk jig primer
ukuran cellnya 1500 × 1500 mm dengan kecepatan aliran 0,7- 1 m/detik
sedangkan jig sekunder ukuran cellnya 910 × 910 mm dengan kecepatan 120-
160 m/detik sehingga output antara jig primer dan jig sekunder akan berbeda.
Output dari jig sekunder ini akan menghasilkan low grade 20-40% Sn dengan
willowby box recovery 97% yang selanjutnya akan diupgrade kembali
menjadi high grade ˃ 72% Sn dengan willowby box recovery 98%
menggunakan jig sekunder
dan sakan kemudian tailing dialirkan kembali menuju jig sekunder.
5.2.5. Peralatan Pencucian pada KIP 17
Peralatan pencucian ini berguna memisahkan mineral pengotor
dengan mineral berharga (bijih timah). Peralatan pencucian pada KIP 16
ini terdiri dari saringan putar , jig primer, jig sekunder dan shakan.
1. Saringan putar
Saringan putar merupakan salah satu jenis dari screening yang
berguna untuk menyaring mineral berdasarkan ukuran dengan bekerja
secara berputar kemudian mineral yang berukuran kecil akan lolos
saringan putar dan yang berukuran kasar akan dibuang ke bandar
tailing. Sarngan putar ini memilki panjang 3560 mm. bentuk saringan
putar ini berbentuk tabung namun diameter kedua ujungnya berbeda
dimana mulut tempat masuknya feed memilki diameter 2000mm dan
diameter tempat pembuangan oversizenya berukuran 1600mm. selain
itu saringan putar ini meilki kemirangan min 1 : 9 . didalam saringan
putar ini terdapat grizly yang berguna untuk menyaring feed. Dimana
grizly ini memiliki jarak antar selah 9 – 10 mm. dimana feed yang
lolos dari grizly ini akan masuk menuju jig primer melalui lounder.
Lounder pada KIP ini memiliki 2 bagian dikiri dan dikanan. Setiap
bagian terdiri dari 2 lounder. Setelah dari lounder material yang telah
disaring tersebut akan masuk ke jig primer untuk dilakukan proses
selanjutnya.

GAMBAR 5.14
SARINGAN PUTAR
2. Jig primer
Pada KIP 17 ini terdapat 2 jenis Jig yaitu primer dan sekunder. Jig
primer ini berguna untuk menyaring atau memisahkan mineral
berharga dan mineral pengotor yang berasal saringan putar. Pada jig
primer ini terdapat alat bernama kuku macan dan rifle. Kuku macan
ini terletak pada mulut masuk jig berguna sebagai penahan arus feed
yang masuk dari lounder agar tidak terlalu deras dan tidak terjadi
overflow. Selain itu pada bagian ujung jig terdapat rifle yang berguna
untuk menahan aliran agar tidak terlalu deras juga. Jig primer pada
KIP ini terdapat 4 unit yang mana setiap unit jig memiliki 3
kompartemen. Setiap kompartemen jig ini memilki fungsi yang
berbeda beda yaitu pada bagian feed yang masuk. Kompartemen A
feed yang masuk berasal dari lounder , kompartemen B feed yang
masuk berasal dari material yang tidak tersaring pada kompartemen
A, kompartemen C feed yang masuk berasal dari material yang tidak
tersaring pada kompartemen B, semakin kecil nilai panjang pukulan
jig primer pada tiap- tiap kompartemen maka akan semakin besar
jumlah pukulannya , hal ini dikarenakan adanya perbedaan jumlah
material yang dicuci pada tiap kompartemen. Pada kompartemen A
material yang dicuci lebih banyak sehingga masih mudah untuk
dilakukan proses pencucian namun pada kompartemen B dan C
materialnya semakin sedikit karena merupakan material sisa yang
belum tercuci sempurna pada kompartemen A sehingga pada
kompartemen B dan C membutuhkan pukulan yang lebih besar.
Apabila jumlah pukulannya besar maka nilai panjang pukulannya
harus diperkecil agar pencucian bijih timah berjalan optimal.Pada
KIP 17 ini menggunakan jenis Jig Pan America. Dimana terdapat 4
jenis jig yaitu yuba jig, jig Pan America, karimata jig, dan IHC jig.
JIG PAN AMERICA
GAMBAR 5.15
Pada jig America terdapat beberapa bagian yaitu rooster,
bed, wire screen, aflsluiter underwater, stang balance, membrane
eksentrik dan spigot.
1. Rooster
Rooster ini terdapat 2 bagian yaitu rooster atas yang terdapat
pada bagian atas wire screen dan rooster bawah yang terletak
pada bawah bed. Manfaat dari rooster ini adalah agar bed
dapat tersebar merata pada setiap kompartemen selain itu
berfungsi untuk menjepit wire screen dan menahan bed agar
tidak jatuh.
2. Bed
Bed merupakan alat pemisahan mineral berdasarkan
perbedaan berat jenisnya. Mineral yang memiliki berat jenis
tinggi akan lolos dari bed dan material yang berat jenisnya
rendah maka akan tertahan diatas bed. Bed ini biasanya
menggunakan batuan hematite yang mana hematite ini
memilki berat jenis yang lebih rendah dari bijih timah namun
hampir mendekati bijih timah (4,1 – 5,1 gr/cm3 ) dan mudah
didapat.

GAMBAR 5.16
BED

3. wire screen
alat penahan bed agar bed agar bed tidak jatuh yang terdiri
dari lubang lubang yang berukuran kecil yang berukuran lebih
kecil dari bed (batuan hematit) . apabila lubang dari wire
screen ini berukuran besar maka maka makin besar ukuran
material yang masuk bila ukuran lubang kecil makan material
yang masuk juga akan berukuran halus.

4. Afsluiter underwater
Afsluiter underwater adalah alat yang berfungsi untuk
mengatur air yang masuk kedalam jig pada setiap
kompartemen. Dimana air yang berada pada tangki jig ini
bernama underwater. Under water ini berasal dari pompa
underwater. Pompa underwater menghisap air laut dari bagian
bawah kapal dan mendistribusikannya ke tiap tangki jig. Pada
kapal isap produksi 16 ini memiliki 2 unit pompa underwater
yang berada di sisi kiri dan kanan kapal. Kapasitas air yang
mampu dipompa oleh pompa underwater berkisar antara
1100–1500 m3/jam dengan kecepatan putaran berkisar 1400–
1800 rpm.

GAMBAR 5.16
AFSLUITER UNDERWATER
5. Eksentrik
Eksentrik berfungsi merubah gerakan berputar yang
ditimbulkan oleh motor menjadi gerakan ke atas ke bawah
sehingga membuat gerakan suction dan pultion dengan
menggerakkan stang balance dan membuat rubber membran
bergerak serta membuat bed bergerak naik turun. Kecepatan
gerakan dari eksentrik yang menyebabkan jumlah pukulan per
menit dari kompartemen jig.
GAMBAR 5.17
EKSENTRIK
6. Stang balance
Stang balance merupakan alat yang berfungsi untuk
meneruskan gerakan eksentrik ke jig yaitu gerakan naik turun
(suction pultion) dari eksentrik kemudian menuju ke
membrane lalu menggerakkan jig.

Stang Balance

GAMBAR 4.37
STANG BALANCE
7. Membrane jig
Membrane jig merupakan salah satu bagian dari jig yang
berbentuk lingkaran dimana diameter 45 inchi untuk jig
primer dan 25 inchi jig sekunder. Yang berfungsi untuk
memberikan gaya suction dan pultion meneruskan gaya dari
eksentrik dan stang balance.
GAMBAR 5.18
MEMBRAN JIG
8. Spigot
Spigot merupakan lubang tempat keluarnya konsentrat pada
jig. Bentuk dari spigot ini berbentuk kerucut yang berdiameter
+ 12 mm dan berbahan karet. Pada spigot ini sering terjadi
penyumbatan yang menyebabkan proses jig menjadi
terhambat bahkan terhenti. oleh karena itu perlu dilakukan
perawatan rutin dengan cara menjaga kestabilan jumlah air
yang mengisi tangki jig.

GAMBAR 5.19
SPIGOT
3. Jig sekunder
Jig sekunder berfungsi untuk meningkatkan kadar bijih timah hasil
olahan dari jig primer. Konsentrat yang telah melewati tahap
pencucian pada jig primer kompartemen A, B, C digabungkan dalam
satu pipa dan dialirkan menuju jig sekunder kompartemen A untuk
kemudian dilakukan proses pencucian dengan metode gravity
concentration, dimana prinsip kerjanya sama dengan jig primer. Jig
sekunder yang digunakan terdiri dari 8 sel/unit, dalam satu unit jig
terdiri dari 2x4 cell dengan ukuran 910 × 910 m2. Setiap unit jig clean
up terdiri dari 4 buah kompartemen, yaitu kompartemen A, B, C, dan
D. Jumlah pukulan dan panjang pukulan dari jig clean up berbeda
dengan jig primer. Panjang pukulan di jig clean up dibuat lebih kecil
dari jig primer dan jumlah pukulan di jig clean up lebih banyak dari
jig primer. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan perolehan
mineral berharga.

TABEL IV.2
PANJANG DAN JUMLAH PUKULAN
KOMPARTEMEN JIG CLEAN UP

Kompartemen Panjang Pukulan Jumlah Pukulan


(mm) (per menit)
A 12-17 120-140
B 10-12 120-140
C 8-10 160-180
D 6-8 160-180
Sumber : Buku panduan pencucian timah, oleh PT. Timah
(Persero),Tbk, tahun 2009.

Konsentrat dari jig clean up kompartemen A, B, C, dan D kemudian di


tampung pada bak konsentrat sebelum dilakukan pengampilan. Sedangkan
tailing dari jig clean up dialirkan ke laut lepas melalui pipa samping. Kadar
konsentrat bijih timah hasil dari jig clean up berkisar antara 50 – 60%.
Komponen-komponen penting pada jig clean up diantaranya pipa pengumpul,
bak tailing, dan bak konsentrat.
a. Pipa Pengumpul
Pipa pengumpul merupakan tempat yang berfungsi sebagai pengumpul
material undersize yang keluar melalui spigot dari jig primer sebelum
masuk ke jig sekunder.

GAMBAR 5.20
PIPA PENGUMPUL

b. Saluran Tailing
Saluran tailing pada jig sekunder terletak pada ujung sekunder.
saluran ini sebagai tempat penampung material oversize yang
kemudian dialirkan menuju laut untuk dibuang sebagai tailing.

77

GAMBAR 5.21
SALURAN TAILING
c. Bak Konsentrat
Bak konsentrat berfungsi sebagai penampung konsentrat hasil
keluaran dari spigot pada jig sekunder
GAMBAR 5.22
BAK KONSENTRAT
4. Shakan
Sakan merupakan tahapan pencucian terakhir pada kapal isap
produksi. Sakan ini berbentuk meja panjang dengan memiliki
kemiringan 5º dan panjang 3 m serta lebar 1,5 m. cara kerja dari
sakan ini yaitu feed masuk berasal dari konsentrat hasil jig sekunder
pada setiap kompartemenya. Kemudian disemprot dengan air dengan
kekuatan sedang hingga mineral berharga terpisah dari mineral
pengotor hingga Sn timah sampai 70 %. Pengecekan kualitas timah
biasa dilakuka dengan menimbang timah pada kaleng susu. Apabila
berat konsentrat timah pada satu kaleng susu seberat 1,3 atau 1,4
maka kadar timah sudah memenuhi syarat.
GAMBAR 5.23
SHAKAN
5.3. Kapal Keruk 21 Singkep 1
Kapal keruk merupakan salah satu alat penambangan bijih timah
offshore oleh PT. Timah (Persero)Tbk. Kapal keruk ini digunakan untuk
menggeruk

GAMBAR 5. 24
KAPAL KERUK 21 SINGKEP 1
Kapal Keruk (KK) merupakan alat gali yang telah lama digunakan untuk
memperoleh endapan bijih timah di wilayah laut. Unit Laut Bangka PT.
Timah, (Persero), Tbk. yang saat ini mengomandoi penambangan di wilayah
perairan Laut Bangka memiliki 3 buah kapal keruk, antara lain:

1) Kapal Keruk 21 Singkep 1

2) KK 7 Meranteh

3) KK 11 Karimata

Perbedaan kapal keruk ini yaitu berdasarkan ukuran bucket-nya. Klasifikasi


kapal keruk tersebut ditunjukan dalam tabel IV

TABEL 5.3
KLASIFIKASI KAPAL KERUK BERDASARKAN
UKURAN MANGKOK (BUCKET

Ukuran Bucket Kedalaman Gali


No. Nama Kapal Keruk

(Cuft) Maksimum (m)

1. KK 21 Singkep 1 24 50

KK 7 Meranteh
2. 14 25-30
KK 11 Karimata
Kapal keruk 21 singkep 1 merupakan kapal buatan tahun 1985. Kapal ini
memiliki panjang total 108 meter, dan lebar total 32,5 meter. Tipe vessel
kapal ini merupakan bucket ladder dredger, dimana prinsip kerja
penggaliannya ke atas menggunakan rangkaian bucket tersebut Diharapkan
pula dalam proses penambangan ini bisa diperoleh bijih timah sebanyak
mungkin dengan biaya produksi serendah mungkin, serta keamanan dan
keselamatan kerja (K3) dan kelestarian lingkungan kerja tetap terjaga.

5.3.1. Waktu Kerja Efektif Kapal Keruk 21 Singkep 1


Kegiatan kerja per hari di Kapal Keruk 21 Singkep 1 terdiri dari
bagian harian dan bagian aplos. Bagian harian bertugas untuk melakukan
pengecekan dan perawatan kapal sedangkan bagian aplos bertugas untuk
melakukan operasional kapal.
Jumlah hari kerja adalah ± 30 hari per bulannya dan dibagi
menjadi tiga jam kerja dengan rentang waktu 8 jam untuk tiap aplosnya.
Jam kerja satu dimulai dari jam 06.00 hingga 14.00, lalu jam kerja dua
dimulai dari jam 14.00 hingga 22.00, dan jam kerja tiga dimulai dari jam
22.00 hingga 06.00.
Pada Kapal Keruk 21 Singkep 1 terdiri dari empat regu, yaitu
Regu Aplos A, B, C, dan D, dengan sistem kerja 9 hari kerja dan 3 hari
libur. Dimana selama 9 hari kerja tersebut, dalam satu hari kerja, terdapat
2 regu yang bekerja dimana regu pertama bekerja dari pagi sampai sore
(pukul 07.00-17.00 WIB) sedangkan regu kedua bekerja dari sore sampai
pagi (pukul 17.00-24.00 WIB dan 00.00-07.00 WIB). Namun laporan
produksi tetap tiga waktu dalam satu hari sesuai waktu yang ditentukan.
Untuk regu harian juga terbagi 4, regu A, B, C,dan D. Sistem
kerjanya sama dengan regu aplos, hanya saja waktu kerjanya hanya
setengah hari (Pukul 07.00-13.00 WIB) dan bergantung dengan kondisi
peralatan. Jika terjadi banyak kerusakan dan beberapa alat yang harus
diperbaiki maka waktu kerjanya bisa lebih panjang dari biasanya.

5.3.2. Proses Penggalian Bijih Timah pada Kapal Keruk 21 Singkep


Penggalian merupakan tahapan inti dari proses kegiatan
penambangan pada kapal keruk. Dimana tujuan dari penggalian ini
adalah untuk mendapatkan kaksa atau lapisan endapan yang
mengandung timah sebanyak-banyak mungkin untuk mencapai target
produksi. Penggalian dilakukan setelah kapal telah mendapatkan
Rencana Kerja (RK) berupa peta yang dilengkapi oleh data-data bor
serta bekas RK kapal sebelumnya. Peta ini juga dapat membantu dalam
perencanaan awal penambangan dan mana yang biasa diambil titik awal
di kedalamam air yang dalam ke kedalaman air yang dangkal, hal ini
agar memudahkan kapal untuk melakukan penambangan dan
mengurangi resiko lepasnya bucket dari ladder yang bisa berakibat fatal
dalam produksi kapal tersebut.
Dalam hal ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penggalian ini antara lain adalah:

1) Kondisi Alat Penggalian


Kondisi alat penggalian adalah faktor terpenting dalam hal
penggalian. Sehebat apapun SDM yang berada di kapal, jika alat
gali dan peralatan lainnya tidak menunjang, maka hasilnya tidak
akan maksimal.
2) Sumber Daya Manusia (SDM)
Tenaga kerja di kapal adalah kunci keberhasilan dalam
penggalian, perhitungan yang matang dapat mendatangkan hasil
yang optimal.
3) Jenis Lapisan yang Akan Digali
Jenis lapiasan di bawah laut bergantung pada profil bor pada
daerah kerja tersebut. Dimana dalam hal penggalian dapat
diperhitungkan pada kedalaman berapa tanah atas yang dikupas
dan kaksa yang harus diambil.
4) Kondisi Alam (Cuaca)
Iklim di Pulau Bangka yaitu iklim tropis dengan dua musim,
musim hujan dan musim kemarau. Periode musim hujan terjadi
antara bulan Oktober sampai bulan Maret dengan variasi suhu
udara antara 22 ᴼC sampai dengan 26,3 ᴼC. Periode musim
kemarau terjadi antara bulan April sampai bulan September.
Pada musim hujan atau dikenal dengan muson barat, biasanya
juga disertai dengan angin kencang dan gelombang besar.
Kondisi seperti inilah yang perlu diwaspadai terhadap kegiatan
operasi penambangan kapal keruk, karena dapat mempengaruhi
jam jalan kapal keruk. Sehinga perlu dilakukan relokasi kapal
jika sudah mendekati kondisi ini.
5) Pasang Surut Air Laut
Pengaruh pasang surut air laut terhadap penggalian
menggunakan Kapal Keruk akan mengakibatkan tanah yang
dikupas tidak rata, karena setiap jam air laut akan mengalami
pasang surut sehingga tinggi muka air laut setiap saat akan
berubah. Untuk menghindari hal tersebut maka tabel air harus
diperhatikan oleh juru mudi Kapal Keruk agar dapat mengetahui
berapa kedalaman ladder yang sebenarnya.

Tabel air merupakan angka-angka ketinggian pasang surut air laut


yang berubah-ubah pada setiap jam.Ramalan pasang surut pada lokasi
kerja dapat diketahui berdasarkan daftar pasang surut yang dikeluarkan
oleh jawatan Meteorologi dan Geofisika. Departemen Perhubungan Laut,
maupun Dinas Angkatan Laut. (Data terlampir pada Lampiran)
5.3.3. Metode Penggalian
Kapal Keruk 21 Singkep 1 mengunakan metode penggalian
short face. Dimana metode short face merupakan metode yang
melakukan penggalian selebar bidang kerja yang telah dibagi-bagi
dalam bentuk potongan sepanjang 10-30 meter ke samping (1-3 snee)
dan ditambang dengan membuat talud atau lereng bawah laut yang
digunakan sebagai salah satu faktor pengembangan dan antisipasi
adanya runtuhan dinding kolong kerja. Tujuan penggunaan metode ini
adalah agar dapat memperoleh hasil sebesar-besarnya dengan
melaksanakan penggalian secara selektif pada daerah kerja.
Pada metoda short face dalam satu kolong kerja atau snee
hanya kawat depan yang bergerak, sedangkan kawat belakang
digerakkan bila akan pindah snee. Metode short face ini diterapkan
pada Kapal Keruk 21 Singkep 1 agar lapisan yang digali dapat di gali
secara maksimal dan bersih.Penggunaan metode short face yang dapat
mengangkut material secara bersih dan efesien juga memiliki
kekurangan dimana waktu kerja atau jam jalan efektif banyak
terbuangan untuk pindah snee serta angkat dan turun ladder. Hal ini
mengakibatkan Laju Pemindahan Tanah (LPT) dari kapal ini kecil.

5.3.4. Sistem Penggalian


Sistem penggalian yang dipakai pada Kapal Keruk 21 Singkep
1 ini adalah kombinasi yang merupakan gabungan dari sistem maju
dan sistem tekan. Sistem penggalian kombinasi diterapkan
dikarenakan kondisi kolong kerja dengan lapisan tanah atas tebal dan
tidak mengandung timah serta permukaan lapisan kong atau bedrock
tidak merata. Untuk penggalian lapisan atas menggunakan sistem
maju, dengan cara menggali secara bertahap hingga mencapai lapisan
tanah yang bertimah atau kaksa. Selanjutnya Kapal Keruk mundur
untuk melakukan penggalian lapisan tanah bertimah atau kaksa
dengan sistem tekan hingga mencapai batas kong (batuan dasar).
Setelah proses penggalian dilakukan maka material tanah yang
bertimah (kaksa) dilanjutkan ke proses pencucian.

5.3.5. Peralatan penggalian


Peralatan penggalian adalah semua peralatan yang berfungsi
untuk melakukan operasi penggalian mulai dari menggali tanah
sampai dengan menumpahkan hasil ke storebak yang kemudian akan
di proses di instalasi pencucian.
1. Mangkok (bucket)
Bucket adalah suatu wadah yang menyerupai mangkok yang
mempunyai fungsi sebagai alat gali yang disusun dalam bentuk
rantai, seperti rantai sepeda. Berat tiap mangkok pada KK 21
Singkep 1 ± 3,5 ton untuk bucket baru dari pabrik. Langkah ini
dilakukan agar memperkecil biaya produksi. Berat dari bucket
rekondisi ini hanya 3 ton. Sedangkan jumlah mangkok yang
terpasang pada Kapal Keruk 21 Singkep 1 sebanyak 146 buah dari
yang seharusnya ada 151 buah dalam spesifikasi awalnya, dan
dikurangi karena ada pemakaian bucket rekondisi tadi. Hal ini
berkenaan dengan bertambah panjangnya sumbu antara pen bucket
satu dengan yang lainnya. Sehingga bila dipaksakan bisa berakibat
rangakaian bucket akan lepas pada onroll. Mangkok-mangkok
tersebut dihubungkan dengan sistem sambunngan tertutup, dimana
antara mangkok satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan
pen mangkok.Pen mangkok berbentuk sebuah poros yang salah
satu ujungnya tedapat kuping (slot).
GAMBAR 5.25
BUCKET
Saat ini jarak rata-rata antar poros pin pada bucket (jarak steek) yang
terpasang pada ladder KK 21 Singkep 1 adalah 1229,6 mm dengan onder
boch 6330 mm.

GAMBAR 4.51
PIN BUCKET
1) Ladder
Ladder merupakan komponen kapal keruk sebagai tempat dimana
seluruh ladder roll terpasang , yang berfungsi sebagai lintasan rantai
bucket. Berikut adalah spesifikasi dari Ladder pada KK 21 Singkep 1:
6. Panjang
7. Lebar
8. Tinggi
9. Berat

GAMBAR 5.26
LADDER

2) Ladder Roll
Ladder roll ini berfungsi sebagai penghantar rantai mangkok dari
pembalik bawah atau onder roll menuju pembalik atas atau sevenkant.
GAMBAR 5.27
LADDER ROLL
Berikut adalah data spesifikasi dari ladder roll pada KK 21 Singkep 1:

a) Diameter Mantel : 0,500 m


b) Diameter As : 0,215 m
c) Panjang Mantel : 1,080 m
d) Panjang As : 2,340 m
e) Jumlah Terpasang : 48 Pcs

3) Pembalik Atas (Sevenkant)


Sevenkant merupakan suatu poros yang berbentuk segi tujuh, yang
terletak pada bagian atas ujung ladder dan yang berfungsi untuk
menggerakkan rantai mangkok agar hasil galian dapat masuk ke
storebak.
GAMBAR 5.28
SEVENKANT

Berikut adalah spesifikasi Sevenkant pada KK 21


Singkep 1:

a) Tebal Plate Aus : 12 cm

b) Tebal Kant Plate : 5 cm

c) Diameter Baut Tread Plate : 5,715 cm


d) Panjang Baut Tread Plate : 31,5 cm

e) Jumlah Terpasang : 28 Set

f) Berat Total : 40 ton

5) Pembalik bawah (Onder Roll)

Onder roll merupakan suatu poros membentuk silinder


yang terdapat dibagian ujung bawah ladder yang mempunyai

fungsi sebagai pembalik rantai mangkok dari bagian bawah dan


memperlancar jalannya rantai mangkok dari bagian bawah menuju keatas.
Berikut adalah data spesifikasi dari onderroll pada KK 21 Singkep 1:

a) Lebar Bidang Jalan : 0,965 m


b) Berat : 17 Ton
c) Diameter As : 0,434 m

GAMBAR 5.29
ONDERROLL
5.3.6. Proses Pencucian Bijih Timah
Pencucian adalah proses akhir yang memiliki peranan penting
dari rangkaian kegiatan penambangan menggunakan kapal keruk,
dimana tanah yang bertimah (kaksa) yang sudah digali kemudian
diproses untuk dipisahkan antara mineral utama, mimeral ikutan
beserta mineral pengotornya lainnya untuk diambil konsentrat
timahnya dengan kadar yang sudah ditentukan sehingga besar
kecilnya perolehan Sn-nya sangat ditentukan oleh kegiatan pencucian.
Proses pencucian material yang bertimah di KK 21 Singkep 1
dilakukan sejak material tanah yang bertimah masuk kedalam
storebak. Proses pencucian ini bertujuan agar mendapatkan kadar Sn
yang low grade yang berkisar antara 20-30%. Hal ini dimaksudkan
agar selain mineral sampingan yang dapat dimanfaatkan juga dapat
terambil. Proses pencucian pada KK 21 Singkep 1 ini dilakukan
dalam beberapa tahap, dimana mekanisme awal dari proses
pencucian ini adalah dari saring putar.
Material hasil galian yang masuk ke storebak, langsung
diproses dalam saring putar, dimana didalam saring putar ini
terdapat water spray (air pipa pancar). Tekanan air yang biasanya
untuk memberai material yang masuk ke saring putar adalah sebesar
2.5 bar. Fungsi dari water spray ini adalah agar material yang
terkena pancaran air dari pipa pancar ini dapat terberai dengan
sempurna. Kegunaan dari pipa pancar ini adalah untuk memecahkan
material hasil galian yang berupa gumpalan sehingga dapat masuk
kedalam screen. Untuk material kasar yang tidak lolos dari saring
putar sebagai oversize maka akan diteruskan menuju bandar tailing
Sedangkan material halus yang lolos dari saring putar sebagai
undersize, selanjutnya akan ditampung di bak distributor kemudian
disalurkan melalui splitter ke jig primer, dari jig primer material
undersize ditampung untuk sementara waktu di bak middling. Di
dalam bak middling ini, terdapat satu sekat antara keluaran
kompartemen A serta keluaran kompartemen B dan C. Selanjutnya
dari bak middling tersebut, keluaran kompartemen
dipompa menuju Jig Clean-Up. Sedangkan material keluaran
kompartemen B dan C dipompa ke Jig sekunder.
Pada jig clean up terdapat tiga kompartemen yaitu
kompartemen A, B, dan C , hasil dari kompartemen A dan B pada
jig clean up ini langsung jatuh ke bak konsentrat, dengan catatan
konsentrat bersih (tidak ada campuran pasir) .Sedangkan hasil dari
kompartemen C pada jig clean up akan di sirkulasi ke bak middling
BC untuk ditransportasikan ke jig sekunder . Untuk oversize pada jig
clean up diolah kembali ke jig primer agar dapat mengambil
mineral-mineral ikutan berharganya.
Pada jig sekunder juga terdapat 3 kompartemen yang terdiri
dari A, B, C, hasil dari ketiga kompartemen ini akan jatuh menuju ke
jig tersier dan oversize dari jig sekunder ini akan dialirkan kembali
ke jig primer untuk diolah kembali. Pada jig tersier terdapat 2
kompartemen yaitu A dan B, kedua hasil dari kompartemen ini akan
jatuh atau dialirin ke bak konsentrat. Hasil dari proses jigging yang
dilakukan oleh jig tersier berupa konsentrat yang mempunyai kadar
20-30% Sn ini ditampung sementara di bak konsentrat, lalu dari bak
ini , timah dialirkan dengan pompa menuju ke orebine.Jika kapasitas
orebine penuh, maka konsentrat akan di turun kan ke tongkang
dengan membuka keran aliran konsentrat yang terdapat pada orebien
menuju tongkang yang akan membawa konsentrat ke Proses
Pengolahan Bijih Timah (PPBT) dengan tongkang.

5.3.7. Peralatan Pencucian


Peralatan pencucian merupakan suatu media pembersih
mineral pembawa bijih timah dari mineral pengotornya serta material
lainnya. Pada KK 21 Singkep 1 peralatan pencucian terdiri dari :
a. Saring Putar
Alat penyaring yang digunakan di proses pencucian pada Kapal
Keruk 21 Singkep 1 ini adalah saring putar atau revolving
screen. Saring putar ini merupakan alat pemisahan material
bahan galian awal, dimana material yang mempunyai kandungan
timah dan mineral berharga lainnya dengan berat jenis yang
besar aka turun sebagai undersize dan material kasar seperti
bongkahan tanah besar, batu, hewan laut, dan material besar
lainnya sebagai oversize agar tidak mengganggu proses
selanjutnya. Saringan yang dipakai dalam saring putar di KK 21
Singkep 1 ini adalah saringan karet (rubber screen).

GAMBAR 5.29
SARING PUTAR

Kapasitas saring putar erat kaitannya dengan ketersediaan luas


sarinngan efektif pada satuan waktu tertentu. Sedangkan luas
saringan efektif hubungannya dengan putaran per menit
(RPM) dari saring putar dan diameter lubang saring putar
tersebut. Putaran pada saring putar tidak boleh terlalu kencang
maupun terlalu lambat ini dikarenakan jika terlalu kencang
maka material bisa terlempar sedangkan jika terlalu lambat
maka material lain bisa terendapkan dan menutupi lubang pada
saring putar. Berikut adalah spesifikasi saring putar yang
digunakan pada KK 21 Singkep 1:
a. Jumlah : 2 Unit
b. Panjang : 18,3 m
c. Diameter Saringan Putar : 3,6 m
d. Jumlah Rubber Buta Depan : 32 Pcs
e. Jumlah Rubber Buta Belakang : 32 Pcs

Peralatan lain yang berhubungan dengan saring putar antara


lain:
A. Bandar Tetap
Bandar tetap merupakan sebuah tempat yang terletak
didepan saring putar yang berbentuk setengah lingkaran
dan yang mempunyai fungsi untuk mengalirkan material
hasil galian dari storebak ke saring putar.
B. Bandar Batu

GAMBAR 5.30
BANDAR BATU

Bandar batu adalah yang berbentuk setengah lingkaran


berfungsi untuk mengalirkan oversize hasil dari saring
putar ke laut yang terletak di depan saring putar.
C. Bak distributor ( spinne kop)
Bak distributor ini terletak dibawah saring putar yang di
sekelilingnya terdapat splitter atau pipa laba-laba yang
berfungsi untuk menampung undersize dari saring putar
kemudian dialirkan ke jig melalui splitter. Pada KK 21
Singkep 1 ini terdapat 2 spine kop dengan jumlah pipa dari
keduanya sebanyak 20 pipa outlet dengan diameter setiap
pipanya ± 14 inci.

GAMBAR 5.31
SPINNE KOP

D. Rubber Screen
Rubber screen ini terdapat didalam saring putar yang
berfungsi untuk meloloskan material yang kecil sesuai
dengan ukuran screennya yang telah dihancurkan dengan
spray water. Pompa spray water ini berfungsi untuk
mentransportasikan air ke pipa pancar. Pipa pancar terletak
didalam saring putar yang didesain untuk menempatkan
nozzle-nozzle spray water. Berikut sepesifikasi rubber
screen
dan spray wate:
Jumlah Rubber Screen : 144 Pcs

Ukuran Lubang Rubber Screen : 6/9 -9


/12 m/m
Jumlah Baut Rubber Screen : 3.744 Pcs
Rubber Buta : 64 Set
Putaran per Menit : 8 Rpm
Helling (Kemiringan) : 1:12
Jumlah Spray water : 2 Unit
Diameter Pipa Pancar : 16”

Diameter Nozie : 1/2 “


Jumlah Nozie/Unit : 150 Pcs
Tekanan Air Pipa Pancar : 2,5 Bar

 Alat Konsentrasi

Alat konsentrasi pada Kapal Keruk 21 Singkep 1 ialah jig. Jig


merupakan suatu alat pemisah bijih timah berdasarkan perbedaan berat
jenis dari bijih timah dan mineral-mineral ikutan lainnya yang
menggunakan pompa dan prinsip gravitasi. Butiran bijih timah akan
dipompa pada jig primer ke jig sekunder maupun ke jig clean up
sedangkan dari jig clean up dan jig sekunder akan turun secara gravitasi
karena adanya gaya isap (suction) dan tekan (pultion) dari air yang berada
dalam kompartemen jig akibat gerakkan dari penggerak jig dengan sistem
rotasi. Proses pencucian bijih timah pada KK 21 Singkep 1 dilakukan
dengan menggunakan jig tipe Yuba jig. Yuba jig ini merupakan tipe jig
yang difragma dengan posisi membrane berada disamping badan jig.
Alasan pemakaian Yuba jig pada KK 21 Singkep 1 ini adalah karena
dianggap lebih mudah dalam hal perawatannya baik pembersihan jig
maupun perbaikan.
Gerakan membrannya dari maju ke mundur dengan gerakan
tekanan isap.Tiap kompartemen dapat diatur panjang pukulannya (stroke)
masing-masing. Jig yang berada di KK 21 Singkep 1 ini menggunakan 4
tingkatan yaitu: jig primer, jig clean up, jig sekunder dan jig tertier.
Jig primer ini menerima umpan dari undersize saring putar yang
mempunyai kemiringan dari setiap jig adalah 2.5ᴼ, umpan tersebut
diterima oleh jig primer selanjutnya jig memproses umpan yang masuk
sampai menghasilkan konsentrat dan middling. Konsentrat dan middling
yang keluar melalui spigot lalu mengalir melalui lounder yang terpasang
di bagian bawah jig primer menuju bak middling. Dan oversize sebagai
tailing dari jig primer ini mengalir kembali munuju laut melalui bandar
tailing.
Jig clean up mengolah konsentrat dari kompartemen A pada jig
primer yang tertampung di bak middling, konsentrat tersebut dipompa ke
jig clean up sebelumnya melewati cyclone terlebih dahulu, fungsi cyclone
tersebut adalah untuk mengurangi aliran konsentrat yang akan di proses di
jig clean up.Jig sekunder mengolah middling dari hasil komparten B dan C
pada jig primer yang tertampung di bak middling, kemudian material
middling tersebut dipompa ke jig sekunder sebelumnya melewati cyclone
terlebih daulu , fungsi cyclone disni sama seperti fungsi cyclone pada jig
clean up yaitu untuk mengurangi aliran air yang akan di proses pada jig
sekunder. Tailing atau oversize dari jig clean up dan jig sekunder ini
diproses atau diolah kembali ke jig primer agar dapat mengambil mineral
ikutan yang berharga tetapi ini dapat mengurangi kadar Sn-nya.
Hasil dari jig clean up kompartemen A dan B akan langsung
mengalir ke bak penampung konsentrat sebelum nantinya di pompa ke
orbine. Sedangkan kompartemen C kembali ke bak middling sekat BC dan
jig sekunder akan turun mengalir menurut prinsip gravitasinya ke jig
tersier, dan pada jig tersier ini hasilnya berupa bijih timah beserta mineral
ikutan lainnya yang mempunyai kadar 20-30% cassiterite (SnO2).
Tailing dari jig tersier akan diolah kembali ke jig primer. Berikut
ini adalah spesifikasi dari jig primer, jig sekunder, jig clean up dan jig
tersier. Komponen pendukung yang terdapat pada jig adalah sebagai
berikut:
a) Pulsator
Pulsator ini merupakan salah satu alat penggerak di pencucian yang
dipergunakan pada jig tipe yuba. Pulsator ini sendiri berfungsi untuk
merubah gerakan berputar yang ditimbulkan oleh gear box menjadi
maju mundur yang terletak disamping jig untuk menggerakkan
diafragma. Pulsator ini menimbulkan gaya pultion dan suction.Cara
kerja pulsion dimana torak mendorong air dimana ada pengendapan
atau bed sehingga terjadi dorongan, sehingga parikel diatas saringan
bergerak mengembang dan bed akan terbuka. Ukuran saringan lebih
kecil sehingga material yang mempunyai berat jenis besar akan
disaring dan terpisah dengan berat jenis yang kecil.
Didalam atau daiatas saringan, bila penyedotan ini besar maka
material akan ikut tertarik. Untuk memperkecil penyedotan ini
diberikan air tambahan (underwater) agar air di dalam hutch
tenang, sehingga terjadi perpisahan.

GAMBAR 5.32
PULSATOR
Pada waktu pultion, bed akan terangkat dan merenggang, maka material
berat akan menerobos masuk melalui sela-sela bed dan material dengan
berat jenis besar akan masuk kedalam hutch sebagai produk, dan pada
waktu suction, bed akan menutup dan material ringan terus mengikuti
aliran air bagian atas sebagai tailing. Berikut adalah spesifikasi pulsator
pada setiap jig :
Pada waktu terjadi pultion dan suction, maka butiran-butiran mengalami
reaksi gaya-gaya yang bermaterial pemisahan yang disebabkan oleh:
1. Differential Initial Acceleration
Differdaential Initial Acceleration terjadi pada permulaan jatuh. Pada
saat pulsion, tekanan air arah ke atas melalui saringan. Membuat butiran-
butiran yang di atas saringan sebagai suatu massa terangkat dan
merenggang, bergerak ke atas sampai kecepatannya sedikit demi sedikit
berkurang sampai nol. Pada saat itu dianggap sebagai permulaan jatuh
butiran-butiran dari kedudukan diam dengan percepatan pedahuluan,
sedangkan kecepatan jatuhnya hanya bergantung pada berat jenis,
sedangkan ukuran butir tidak berpengaruh.

2. Hindered Settling
Di atas saringan, dimana jumlah butiran-butiran sangat banyak
membentuk suatu massa dalam cairan dalam kondisi berdesak-desakan
yang disebut hindered settling. Dalam kondisi hindered settling
kecepatan jatuh butiran berkurang, dimana kecepatan jatuh lebih
beragantung pada berat butiran daripada berat jenis.

3. Consolidation Trickling
Pada akhir dari suction, saat butiran-butiran besar akan mulai merapat
satu sama lain, butira-butiran kecil lebih bebas bergerak ke bawah
menerbos masuk lewat celah-celah butiran kasar karena gaya beratnya.
Butiran kecil mengendap lebih lama dibanding pada keadaan initial
acceleration maupun hindered settling.
Pemisahan di dalam jig terjadi berdasarkan perbedaan gaya berat dimana
Concentration Criterion (CC) atau Kriteria Konsentrasi sangat berperan
pada alat jig ini. Concentration Criterion (CC) merupakan tingkat
keberhasilan pemisahan mieral berharga dengan pengotornya yang
ditentukan oleh perbedaan berat jenis didalam media fluida.
4. Bed
Bed merupakan lapisan material diatas saringan jig yang terdiri dari batu
hematite yang berfungsi sebagai bahan perantaradalam memisahkan
bijih timah yang berat jenisnya lebih tinggi dengan mineral yang berat
jenisnya lebih rendah. Alasan penggunaan batu hematite sebagai bed jig
adalah:

7. Berat jenis = 4,1 -5,1

8. Mudah didapatkan

9. Tahan lama

Pengisian batu hematite atau bed jig tidak boleh terlalu penuh atau setinggi
rooster atas (100 mm), sebaiknya diisi 70mm sehingga menyisakan
ruangan kosong untuk menyediakan tempat bagi mineral-mineral yang
belum sempat terhisap menjadi konsentrat agar terlindungi dari pengaruh
kecepatan aliran (crossflow) diatas permukaan jig sehingga tidak
terdorong dan hanyut ke tailing karena tidak ada ruang

b. Afsluiter Underwater
Afsluiter underwater ini mempunyai fungsi sebagai mengatur
pemasukan air ke tiap tangki jig dan menjaga keseimbangan air
dalam jig agar tidak terjadi losses. Yang letaknya terdapat pada
pipa yang mengaliri air dari hyder tank ke jig. Hyder tank ini
sendiri berfungsi sebagai penyaring air tambahan (underwater)
dari pompa-pompa underwater sebelum didistribusikan ke jig-
jig.
GAMBAR 5.33
HYDER TANK
Pompa underwater ini berfungsi untuk mentransportasikan air ke dalam
hyder tank yang kemudian digunakan sebagai underwater jig. Kapasitas
pompa harus dapat memenuhi kebutuhan underwater jig dan air konstan
didalam header. Pada KK 21 Singkep 1 ini pompa underwaternya terdiri
dari 2 , yang berspesifikasi sebagai berikut:
Pompa Underwater 1

Type/Merk : SHINKO/GHD 400-2

Kapasitas : 1 X 1800 M3/H

Total Head : 26 M

Speed : 950 Rpm

Max. Power : 240 KW

Pompa Underwater 2
Type/Merk : NIJHUISH/VENUS T350-315
Kapasitas : 1800 M3/H

Total Head : 25 M

Speed : 1495 Rpm

Max. Power : 185 KW

GAMBAR 5.34
POMPA UNDERWATER

c. Tangki jig.
Tangki jig mempunyai bermacam-macam bentuk, tergantung
dari tempat dimana alat penggeraknya dipasang tangki pada jig
mempunyai 2 (dua) bagian, yaitu :
1. Bagian atas dengan dinding tegak. Bagian ini menahan kisi
kisi dan berdinding tegak, untuk mendapat tekanan yang
merata pada saringan. Pada permukaan atas terletak
kisi atas dan bawah, saringan,dan bed.
2. Bagian bawah yang berbentuk konis, untuk memudahkan
material yang lolos dari saringan terkumpul kesatu tempat
dan keluar melaui lubang spigot.

GAMBAR 5.35
TANKI JIG CLEAN UP DAN SEKUNDER

d. Spigot
Spigot ini terletak dibagian bawah pada jig yang berfungsi untuk
mengeluarkan konsentrat yang keluar melewati saringan dan
untuk mengatur jumlah air didalam tangki jig.Bentuk dari spigot
ini adalah kerucut yang berbahan dari karet, diameter karet
spigot ini adalah sekitar ± 10-12 mm, karet spigot tersebut harus
dikontrol diameternya secara berkala, jika diameter karet spigot
tersebut telah mengalami kehausan yang cukup, maka karet
spigot tersebut harus segera diganti karena agar dapat menjaga
kestabilan.

e. Kisi-kisi
Kisi-kisi atau biasa yang disebut dengan rooster merupakan alat
yang berguna untuk menahan bed hematit agar tetap ditempat.
Kisi-kisi ini sendiri dibuat berpetak-petak supaya bed tersebar
merata di seluruh permukaan jig sesuai dengan kompartemen
yang ada. Tinggi rooster adalah 100 mm batas maksimum
pengisian bed hematite adalah 80 mm karena agar dapat
menjebak mineral berharga lainnya dan juga menghindari losses
yang berlebih jika sewaktu-waktu aliran air melebihi ambang
batas. Bahan kisi-kisi ini terbuat dari kayu (papan) dan dari plat
(besi) yang dilapisi oleh karet.

f. Wire Screen
Wire screen ini terletak didalam jig yang berfungsi untuk
menahan jig bed (hematite) agar tidak turun dan berfungsi untuk
melewatkan atau meloloskan bijih timah. Wire screen ini terbuat
dari bahan yang tahan terhadap korosi seperti pospor bons, baja
tahan karat dan karet.

GAMBAR 5.36
ROOSTER DAN WIRE SCREEN
Ukuran lubangnya harus lebih kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih
timah. Kinerja alat jig dipengaruhi oleh saringan sebagai berikut :

a. Semakin besar lubangnya, maka makin besar ruang antar batu-


batu bed sehingga makin besar butir yang melaluinya. Jika
lubang saringan kecil maka, ruang antar batu-batu bed juga
jecil sehingga mineral-mineral dengan butiran halus yang
masuk.

b. Saringan harus kaku guna mencegah bergolaknya batu-batu


bed.

g. Pompa Konsentrat.
Pompa konsentrat berfungsi untuk mentransportasikan
konsentrat jig primer kompartemen A,B,C, dari bak middling ke
jig clean up maupun sekunder

h. Bak Middling
Bak middling ini adalah sebuah bak penampungan konsentrat
sementara sebelum dipompa menuju ke jig clean up dan jig
sekunder. Bak middling ini disekat menjadi 2 bagian, yang satu
bagian untuk menampung konsentrat sementara hasil dari
kompartemen A pada jig primer dan kemudian dipompa untuk
mentransportasikannya ke jig clean up sedangkan bagian satu
lagi itu untuk menampung middling hasil dari kompartemen BC
pada jig primer dan kemudian dipompa untuk
mentransportasikan ke jig sekunder. Pompa middling ini
berfungsi untuk mentransportasikan konsentrat ke jig. Konsentrat
kompartemen A,B,dan C primer dari bak middling ke jig
sekunder ataupun clean up, berikut spesifikasinya:
Jumlah bak middling : 4 unit

Kapasaitas : ± 30 m³

GAMBAR 5.37
BAK MIDDLING A DAN POMPA KE JIG CLEAN UP

GAMBAR 5.38
BAK MIDDLING BC DAN POMPA KE JIG SEKUNDER
i. Cyclone
Cyclone ini merupakan hanya sebuah alat bantu pada jig, yang
berfungsi sebagai alat dewatering yaitu sebagai alat atau media
untuk mengurangi kadar air pada proses pencucian selanjutnya.
Dengan memakai cyclone maka ± 70% air yang
ada pada pulp dari pompa akan terbuang sebagai overflow.
Cyclone ini terletak hanya pada jig clean up dan jig sekunder
saja. Pada Jig Clean Up hanya terdapat satu buah cyclone
untuk dua unit. Sedangkan pada jig sekunder terdapat dua
cyclone untuk dua unit. Hal ini disebabkan karena jumlah air

pada bak midlling BC lebih banyak dari pada bak middling A.


Berikut adalah spesifikasi cyclone pada KK 21 Singkep 1:
Jumlah : 6 Unit
Cyclone Sekunder : 4 Unit
Cyclone Clean Up : 2 Unit
Diameter Cyclone : 18”

GAMBAR 5.39
CYCLONE
j. Bandar Tailing
Bandar tailing ini merupakan jalur pembuangan material yang
tidak berharga atau oversize seperti pasir, batuan dan lain-lain.
Sistem buangan limbah dari masing-masing proses pencucian
kapal keruk dengan cara tailing dipisahkan dan langsung dibuang
ke laut.

GAMBAR 5.40
BANDAR TAILING

Berikut adalah spesifikasi dari bandar tailing:

Jumlah : 4 Unit

Ukuran (P X L X T)/Unit : 70 X 2,5 X 0,4 M

Ukuran Didalam KK : 35 Pcs

Tinggi Ujung Bandar Tailing Dari Muka Laut

(KK Stop) : 4,5 M


Tinggi Ujung Bandar Tailing Dari Muka Laut

(KK Keadaan Operasi Dengan Dalam Ladder 40-45 M) : 2,5 M Ukuran


Rubber Blade (P X L X T) : 12 mm
Jumlah/Unit : 7 Gulung

k. Bak Penampung Akhir


Bak penampung akhir atau ore bin merupakan tempat
penampungan timah akhir yang bersifat sementara di kapal keruk
sebelum konsentrat tersebut di kirim ke pusat pengolahan bijih
timah di Mentok. Namun sebelum masuk ke orbine, konsentrat
berkumpul terlebih dahulu di dalam bak penampung konsentrat
sementara. Dari bak inilah nantinya konsentrat akan di pompa
menuju orbine.

GAMBAR 5.41
BAK PENAMPUNG KONSENTRAT SEMENTARA
Berikut adalah spesifikasi dari ore bin dan pompa yang
mentransportasikan material dari bak penampung timah ke ore bin
tersebut:

Bak Penampung Konsentrat sebelum di Pompa Ke Orbine

Jumlah : 1 Unit

Kapasitas : 14 M3

GAMBAR 5.42
OREBINE
Orbine
Jumlah : 8 Unit

Kapasitas : 360 M3

5.3.8. Penjangkaran
Penjangkaran pada Kapal Keruk 21 Singkep 1 merupakan
bagian yang vital dalam hal kemajuan pengalian. Dimana jangkar
adalah tumpuan utama dalam bermanuver maju, mundur maupun ke
samping. Dalam hal ini titik penjangkaran dibagi menjadi 6 titik
tumpuan, yaitu:
 Jangkar haluan
Jangkar haluan ini terletak pada ujung depan kapal keruk. Adapun
fungsi dari jangkar haluan ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai titik tumpu pada saat kemajuan atau pergerakan Kapal


Keruk ke depan.

b. Mendeteksi lapisan keras, yang ditunjukkan denan ketegangan


kawat boegrad. Menahan dan menjaga kestabilan Kapal Keruk
dari arus yang datang dari arah depan.

 Jangkar Samping
Selain jangkar haluan kapal keruk juga mempunyai jangkar
samping.Jangkar samping ini berfungsi sebagai titik tumpu pada
kapal keruk dalam melakukan perpindahan penggalian selebar
kolong kerja atau pergerakkan kesamping kiri atau
kanan.Jangkar samping ini terdiri dari 4 titik tumpu, yaitu:

a. Jangkar kanan depan


b. Jangkar kiri depan
c. Jangkar kanan belakang
d. Jangkar kiri belakang

 Jangkar Buritan
Jangkar Buritan ini sering disebut juga dengan jangkar tailing
karena posisinya berada dibelakang kapal keruk.Jangkar buritan
ini
berfungsi untuk bertahan atau menjaga kestabilan kapal keruk terhadap arus
yang datang dari arah belakang kapal keruk.

GAMBAR 5.43
POSISI JANGKAR PADA KAPAL KERUK
Flow Sheet Kapal Keruk

GAMBAR 5.44
FLOWSHEET KAPAL KERUK 21 SINGKEP 1

5.4. Definisi Bucket Wheel Dredge


Pada awalnya BWD merupakan kapal keruk yang beroperasi di laut kundur
lalu pada tahun 2011 dilakukan perombakan pada kapal ini dan sistem bucket line
dirubah menjadi bucket wheel. Kapal ini selesai dirakit pada bulan Oktober 2012,
lalu mulai beroperasi di laut kundur. Hasil operasi di laut kundur dinilai kurang
optimal karena jenis lapisan tanah lempung yang keras mengurangi keefektifan
dari bucket.
BWD ini dapat dikatakan sebagai kombinasi antara KIP dan KK. Hal ini
dikarenakan sistem penambangan yang sama dengan kapal keruk dan sistem
pemberaian material yang menggunakan pompa hisap seperti pada KIP.

5.4.1. Jam Kerja BWD


Pada BWD terdapat jam kerja per hari yang terdiri dari bagian harian dan
aplos. Bagian harian bertugas untuk mengecek kapal dan bagian aplos bertugas
mengoperasionalkan kapal. Jumlah jam kerja Aplos dibagi menjadi empat yaitu
Aplos A, B, C, dan D. Setiap aplos dikepalai oleh kapten aplos. Setiap aplos
terdiri dari petugas yang mengawasi jalannya peralatan operasional kapal, seperti
mandor pencucian, masinis, juru mudi, petugas pencucian, dan petugas mesin.
Setiap harinya para pekerja dibagi menjadi 3 shift jam kerja dari pukul
06.00 WIB sampai 14.00 WIB dilanjutkan lagi pukul 14.00 WIB sampai 22.00
WIB kemudian 22.00 WIB sampai 06.00 WIB.

5.4.2. Proses Penggalian Bijih Timah pada BWD


Proses penggalian bijih pada BWD mengikuti RK yang telah diberikan
dari Geologi Tambang ( GT ) Unit Laut Bangka. Setelah rencana kerja

5.4.3. Peralatan Penggalian pada BWD


Peralatan penggalian pada BWD ini terbagi menjadi 4 macam yaitu alat
penggalian utama misalnya Bucket Wheel dan ladder, alat penggalian penunjang,
mesin penunjang kapal, dan alat penunjang operator.
5.4.4. Peralatan Utama Penggalian
Merupakan alat yang berguna untuk memberai lapisan penutup sampai ke
lapisan kaksa (lapisan bijih timah) kemudian dihisap sampai ke instalasi
pencucian. Peralatan penggalian utama ini terdiri dari Bucket Wheel, ladder,
pompa hisap dan pompa tekan.
1. Ladder
Merupakan alat yang digunakan untuk menurunkan bucket wheel dan
mengendalikan kedalaman dari penggalian. Ladder di BWD memiliki
panjang 85,5 m dengan sudut maksimum 55o dan kedalaman maksimum
penggalian kurang lebih 60 m. Ladder ini digerakkan dengan sistem
hidrolik. Keistimewaan dari ladder di BWD adalah dari gearbox dan
motornya yang kedap air.

GAMBAR 5.45
LADDER
2. Bucket Wheel
Bucket Wheel pada BWD dilengkapi oleh cutter pada ujung ujungnya, dengan
diameter 4,4 meter. Jumlah bucket 15 buah dengan masing masing bucket
memiliki 11 kuku. Kecepatan putaran dibagi menjadi 4 gigi dengan kisaran 7-
13 rpm. Gearbox dari bucket wheel bersifat kedap air sehingga dapat terendam
di dalam air.
GAMBAR 5.46
BUCKET WHEEL
3. Pipa Tekan
Pipa tekan pada BWD dilengkapi dengan pendeteksi mineral yang
masuk dengan zat radioaktif ( Cesium ) yang nanti hasilnya dapat
dilihat di ruang komando.

GAMBAR 5.47
PIPA TEKAN
4. Scrapper
Scrapper berbentuk seperti lidah yang merupakan tempat meletakkan
material hasil penggalian yang nantinya akan dihisap oleh pompa
hisap
GAMBAR 5.48
SCRAPPER
5. Pompa Tanah
Pompa tanah berfungsi untuk menghisap material yang diberai oleh
bucket wheel dan dialirkan melalui pipa hisap kemudian
mentransportasikannya melalui pipa tekan menuju pencucian untuk
proses berikutnya.
GAMBAR 5.49
POMPA TANAH
5.4.5. Peralatan Penunjang Kapal
Alat penunjang kapal ini merupakan alat tambahan yang digunakan
agar kapal dapat beroperasi secara effektif cthnya :
1. Ponton.
Ponton pada BWD memiliki panjang sebesar 114,6 m dan lebar 32,5
m. Sama dengan kapal lainnya ponton ini juga berisi air tawar dan juga
solar.
2. Pompa Ballast
Merupakan pompa yang digunakan untuk menjaga keseimbangan
kapal. Prinsipnya adalah dengan mengatur tekanan air pada pompa
GAMBAR 5.50
POMPA BALAST
5.4.6. Mesin Penunjang Penggalian
BWD memiliki 4 mesin yang bekerja, yaitu:
1. Mesin utama
Terdapat 5 buah mesin utama 3 unit dengan merk Daihatsu dengan daya
1650 KW per mesin dan juga 2 unit mesin merk Niigata dengan
kekuatan 1650 per unit
2. Mesin Bantu
Terdapat 1 unit mesin bantu merk Caterpilar dengan daya 481 KVA
3. Generator
Terdapat 4 unit generator merk Hiunday dengan daya 2062,5 KVA
4. Mesin Hidrolik
Mesin hidrolik adalah mesin yang bekerja dengan mamanfaatkan
prinsip-prinsip hidrolik yaitu mekanisme yang memanfaatkan fluida
sebagai media penghantar energi dan penghantar tekanan dari
permukaan tabung fluida yang satu kepada permukaan tabung fluida
yang lain.

5.4.7. Peralatan Penunjang Operator


Alat penunjang operator terdapat di ruang komando yang
fungsinya unutk membantu komando dalam pengambilan keputusan dan
juga mengendalikan kecepatan dan kekuatan alat.
GAMBAR 4.79
RUANG KOMANDO
1. Tombol untuk menggerakkan kawat kapal
Terdapat 5 buah tuas untuk menggerakkan ladder. Tuas untuk kawat
kiri, kawat kanan, haluan, buritan, dan 1 tuas cadangan.
2. Indikator tekanan bucket
Menunjukkan tekanan yang diterima oleh bucket pada saat penggalian
yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam untuk
meningkatkan kecepatan ataupun menurunkan kecepatan
3. Indikator gland pump
Menunjukkan tekanan yang terdapat pada pompa hisap yang akan
menentukan dalam pengambilan keputusan untuk menaikkan atau
menurunkan kekuatan pompa
4. Indikator perbandingan tanah dan air
Menunjukkan perbandingan antara banyaknya air dan material yang
terhisap kedalam pompa. Apabila terlalu banyak material yang terhisap
maka biasaya kecepatan cutter dikurangi
5. Tombol untuk menyalakan Pompa tanah, mengatur gate valve,
menyalakan Hydraulic Power Unit, menyalakan dredge pump,
mengatur kecepatan pompa, dan tombol untuk emergency
6. CCTV
Kamera yang diletakkan revolving screen, jig, tempat penyimpanan
timah, dll
7. Tabel Air
Berguna untuk menentukan kedalaman air setiap jam yang akan
mempengaruhi kedalaman dari ladder.
8. Mine dredge
Software yang digunakan untuk memprediksi bentuk kolong hasil
penggalian
9. Mikrofon dan radio
Mikrofon dan radio digunakan untuk memudahkan dalam komunikasi
di dalam kapal dikarenakan kapal yang luas.
10. Klinometer
Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur keseimbangan dari
kapal

5.4.8. Proses Pencucian Bijih Timah pada BWD

Proses pencucian merupakan proses untuk memisahkan bahan


galian dengan utama dari mineral pengotor (gangue minerals) untuk
mendapatkan mineral utama dan mineral ikutan berharga lainnya.
Pencucian ini merupakan salah satu dari konsep mining yang menjadi
bagian dari pengolahan. Adapun pada umumnya proses pencucian di
BWD terdiri dari beberapa yaitu proses, sizing, screening, transportasi dan
konsentrasi.

1. Sizing
Merupakan proses untuk memisahkan material dan pengotor dengan
prinsip perbedaan ukuran butir. Di BWD proses ini dilakukan melalui
alat yang bernama Stationary, bentuknya seperti sakan tetapi
dibawahya terdapat grizzly berukuran 1 mm. Pada proses ini undersize
akan masuk ke spine kop sedangkan oversize akan diberai lagi pada
revolving screen. Kemiringan dari alat ini juga dapat diatur untung
mengontrol kecepatan dari laju material
GAMBAR 5.51
STATIONERY
b. Screening
Proses screening pada BWD menggunakan saring putar. Saring putar
di BWD merupakan saringan putar jenis rotary atau berputar. Saring
putar ini terbuat dari karet yang memiliki lubang berukuran 2 mm per
lubang. Saring putar juga dilengkapi oleh sprayer untuk mengurangi
laju dari material.

GAMBAR 5.52
SARING PUTAR

c. Konsentrasi
Proses konsentrasi inilah yang akan menghasilkan output dari proses
pencucian berupa konsentrat timah. Melalui proses konsentrasi ini
akan terjadi pemisahan antara mineral utama maupun ikutan dengan
mineral engotor itu. Di BWD terdapat 4 jenis jig yaitu, jig primer,

5.4.9. Peralatan Pencucian pada BWD


Peralatan pencucian ini berguna memisahkan mineral pengotor dengan
mineral berharga (bijih timah). Peralatan pencucian pada BWD terdiri dari
saringan putar , jig primer, jig sekunder dan shak.
1. Saringan putar
Saring putar di BWD merupakan saringan putar jenis rotary atau berputar.
Saring putar ini terbuat dari karet yang memiliki lubang berukuran 9 mm per
lubang. Saring putar juga dilengkapi oleh sprayer untuk mengurangi laju dari
material.

GAMBAR 5.53
2. Jig primer
Pada BWD jig primernya menggunakan tipe jig sirkuler dimana penggerak
membrannya menggunakan sistem hidrolik. Terdapat 11 jig primer pada BWD
yang feednya berasal dan dibagi oleh spine and kop. Keuntungan dari jig
sirkuler ini adalah dapat menampung kuantitas material yang lebih banyak
daripada jig lainnya. Keepatan pukulan sebesar 80 pukulan / menit
GAMBAR 5.54
JIG PRIMER
3. Bak middling
Bak tempat penampungan undersize dari jig primer dan revolving
screen.

GAMBAR 5.55
BAK MIDLING
4. Jig sekunder
Jig sekunder menggunakan tipe jig pan America. Jig sekunder ini
memiliki 4 kompartment jig. Konsentrat hasil dari compartment a akan
menjadi feed untuk jig clean up sedangkan konsentrat hasil
komparmetn b, c, dan d akan masuk ke jig tersier. Kecepatan pukulan
sebesar 80 pukulan / menit
GAMBAR 5.55
JIG SEKUNDER
5. Jig Tersier
Merupakan jig tipe pan amerika yang mengolah hasil dari
compartment b, c, dan d pada jig sekunder. Pukulan jig ini sebesar 60
pukulan per menit
6. Jig Clean up
Merupakan jig tipe pan amerika yang mengolah hasil dari komparment
a pada jig sekunder. Jumlah pukulan 60 pukulan per rmenit
7. Cyclone
Merupakan alat pengering yang dipasang untuk mngurangi kadar air
sebelum material masuk ke dalam jig sekunder
GAMBAR 5.56
HYDROCYCLONE
8. Saluran Tailing
Saluran tailing pada jig primer langsung dibuang bersamaan dengan air
cross flow, sedangkan pada jig tersier, clean up dan sekunder tailing
dibuang melalui bandar tailing.

GAMBAR 5.57
SALURAN TAILING
9. Bak Konsentrat
Bak konsentrat berfungsi sebagai penampung konsentrat hasil keluaran
jig tersier dan clean up
GAMBAR 5.58
BAK KONSENTRAT
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan di lapangan, dapat diambil beberapa kesimpulan yang


ada yaitu:
1. Metode penambangan pada KIP Timah yang digunakan pada KIP 17 secara
umum adalah sama, yaitu metode rotary, spudding, dan kombinasi. Namun
pada penerapannya di lapangan masih sangat ditentukan oleh pengalaman
kerja operator kapal.
2. Peralatan utama penggalian yang digunakan pada KIP Timah adalah cutter,
ladder, pipa hisap, pompa tanah, dan pipa tekan. Dan dengan teknologi yang
diterapkan saat ini, pada KIP masih belum dapat memperhitungkan laju
pemindahan tanah secara rinci karena penambangan dilakukan di bawah laut
dengan posisi kapal yang selalu dipengaruhi oleh arus dan gelombang.
3. Efektivitas penggalian pada KIP Timah sangat ditentukan kepada kemampuan
dan pengalaman sumber daya manusia penggerak kapal, keadaan cuaca,
pasang surut air laut, kondisi mesin kapal, kondisi dan karakteristik cadangan,
dan keakuratan data-data eksplorasi yang ada.
4. Acuan yang digunakan dalam produktivitas kapal dilihat dari jam jalan efektif
KIP Timah dan pencapaian produksi KIP Timah terhdap target produksi dan
target jam jalan yang telah ditetapkan.
5. Mesin penggerak utama pada KIP Timah terdiri dari mesin hidrolik, mesin
pengerak pompa tanah, mesin propeller, dan generator set.
6. Permasalahan yang sering ditemui pada KIP adalah permasalahan pada
ladder yang tertimbun tanah bukaan, pada as panjang yang patah, dan pada
pompa tanah yang menghisap material sampah/ limbah laut, sehingga
mengurangi daya hisap pompa tanah.
7. Kadar final konsentrat yang dihasilkan oleh KIP Timah adalah berada dalam
rentang 40 – 60% Sn.
8. Dalam proses pemisahan mineral yang diingginkan dengan mineral ikutan,
berat jenis sangat mempengaruhi hasil konsentrat. Jika nilai Kriteria
Konstrasi ≥ 2,50 maka sangat mudah memisahkan bijih timah dengan mineral
ikutan lain.
9. Agar kinerja jig berjalan optimal, ada baiknya di bagian bed setiap jig
dilakukan penggemburan pada setiap kompartemennya untuk menghindari
tertahannya bahan galian yang seharusnya menjadi undersize dari kig
tersebut.
10. Teknologi terbaru Bucket Wheel Dredge dapat mencapai recovery sampai
97% dengan kadar 30%
11. Kadar hasil pencucian timah tidak boleh terlalu bersih karena akan dilakukan
pemurnian kembali hanya boleh sekitaran yaitu 20-30%

6.2. Saran

Berdasarkan pengamatan dan kesimpulan yang telah dilakukan selama


kerja praktek ini maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Lantai – lantai pada Kapal Keruk 21 Singkep 1 harus lebih diperhatikan
perawatannya khususnya dibagian bawah posisi depan kapal karena
banyaknya karat pada besi dan lubang pada kayu karena lapuk, sehingga
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Lantai – lantai pada Kapal Keruk
21 Singkep 1 harus lebih diperhatikan perawatannya khususnya dibagian
bawah posisi depan kapal karena banyaknya karat pada besi dan lubang pada
kayu karena lapuk, sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
2. Perlu dilakukannya kajian dan penelitian lebih rinci terhadap metode
penambangan yang efektif untuk dilakukan, yang dapat dipakai secara baku di
lapangan tidak hanya berdarkan kepada feeling dan pengalaman.
3. Perlu ditambahkan pemakaian GPS dan kamera anti air yang ditempatkan
pada ladder untuk menentukan kedalaman penggalian secara lebih akurat
sehingga memperoleh hasil yang baik juga.
4. Perlu dioptimalkannya reparasi mingguan dan bulanan, agar kontrol terhadap
kerja mesin dapat terus dilakukan secara berkala sehingga jam jalan stop dapat
lebih diminimalisir.
5. Dalam pencucian, perlu dilakukannya pengecekan dan perawatan alat secara
konstan seperti penggemburan bed, pembersihan rubber screen pada jig,
antisipasi terhadap kebocoran pada pipa spigot, pengaturan panjang dan
jumlah pukulan jig sehingga kinerja jig lebih optimal pada saat beroperasi.
6. Pada KIP terapkan metode penggalian backfilling dengan jangkar agar
buangan tailing lebih teratur sehingga lebih ramah lingkungan
7. Perlunya meningkatkan perawatan dan kebersihan dari kapal agar mengurangi
resiko kerusakan mesin yang ada pada kapal serta meningkatkan rasa aman
dari pekerja saat melakukan pekerjaan saat kapal beroperasi.
8. Disarankan para pekerja menggunakan SOP berstandar yang telah ditetapkan
PT Timah Persero Tbk agar mengurangi resiko kecelakaan.

Anda mungkin juga menyukai