BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada daerah The
Southeast Asia Tin Belt yaitu Jalur Timah Asia Tenggara atau disebut juga Sabuk
Timah Asia Tenggara. Para peneliti timah di Indonesia, Malaysia dan Thailand,
berpendapat bahwa bijih timah alluvial ditemukan oleh penduduk setempat dan
didulang dengan cara yang sederhana.
Secara geologis cadangan timah di Indonesia terutama terletak dalam
rangkaian kepulauan Karimun-Kundur, Singkep, Bangka dan Belitung. Namun
demikian juga sangat mungkin secara geologis pula timah terdapat di wilayah
Palembang, Jambi, Riau, Kepulauan Riau dan Aceh, walaupun sebagian dari
wilayah tersebut belum mencapai jumlah yang secara ekonomis menguntungkan
untuk ditambang.
Pada tahun 1724, dalam pencarian timah di Bangka telah dikenal alat bor
cina yang dinamakan “Ciam” atau “Tsyam” atau “Cam” . Alat ini dalam publikasi
ilmiahnya bernama “Chinese Stick, atau dalam bahasa Belanda disebut “Stick
Boor” yang dalam bahasa Indonesia berarti “bor tusuk”, sesuai dengan cara
kerjanya. Arti harfiah dari “ciam” adalah Ujung Runcing. Pada tahun 1786 untuk
pertama kalinya timah Bangka muncul dalam publikasi ilmiah yang ditulis oleh
Baron. F. Van Wurmb, dengan judul: Over Mijnen (Goud, tin enz) in Ned. Oost-
indie en Malaka.
Pada tahun 1853, di Bangka mulai diadakan penelitian geologi yang terbatas
pada aspek-aspek mineralogi dan kimia (Crookewit, Alther). Pada tahun 1858
seorang ahli tambang, Ir. J.E. Akeringa menciptakan peralatan bor baru yang
kemudian dikenal dengan nama Bor Bangka (Bangka Drill). Sejak tahun 1885
Bor Bangka mulai digunakan. Peralatan ini digunakan untuk pemboran lapisan
alluvial dengan kedalaman kurang dari 40 meter. Hampir seluruh eksplorasi
mineral berat dari lapisan tanah sekunder pada tahap tertentu menggunakan Bor
Bangka.
GAMBAR 2.1
Ir. J.E. AKERINGA
Memasuki abad 19, mulailah ditemukan lapisan alluvial dalam, di mana Bor
Bangka sudah tidak mampu menembusnya. Maka, diciptakanlah berbagai
modifikasi alat bor yang berbasis pada Bor Bangka.
Salah satu kegiatan yang tidak terpisahkan dari eksplorasi dan penemuan
bijih timah adalah kegiatan pengukuran. Pengukuran dengan menggunakan sistem
optik telah dikenal sejak tahun 1942, sedangkan pengukuran dengan
menggunakan sinyal radio mulai diterapkan pada tahun 1966 dalam kegiatan
eksplorasi di laut. Pengukuran mutakhir dengan mengunakan GPS (Global
Positioning System) mulai digunakan semenjak tahun 1990.
Eksplorasi di laut diawali pada tahun 1952 sejak diciptakan Ponton Bor
Kontiki dan Tahiti. Pada tahun 1966 dibuatlah Kapal Bor Pelatuk dilengkapi
dengan alat bor yang sanggup mengebor hingga kedalaman 78 meter dan
dilengkapi dengan alat Geofisik Laut Sparker. Beberapa jenis ponton bor yang
dikenal kemudian diantaranya adalah Elevate Drilling Rig KB Bintang, Drilling
Barge Belibis, dan Drilling Barge yang dilengkapi dengan Seismic Geomin.
Penambangan timah pada awalnya sangatlah mengandalkan tenaga manusia,
barulah pada pertengahan abad ke-19 dimulainya penambangan modern, dengan
mulai digunakannya mesin uap pada kegiatan penambangan, semenjak saat itu
teknologi dan metode penambangan timah pun berkembang pesat.
2.3. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Timah (Persero) Tbk
TABEL 2.1
KESAMPAIAN DAERAH
Lokasi Jarak Waktu Kondisi Jalan
Tempuh Tempuh
Banjarbaru – Batam 2.997 km ± 4 Jam 30 Melewati jalur
menit udara.
Batubesar – 29 km ± 50 Menit Melewati jalan
Pelabuhan Sekupang aspal, kondisi jalan
baik.
PT. Timah (Persero) Tbk Unit Penambangan Laut Kepri & Riau berada di
Pulau Kundur. Dipimpin oleh General Manager yang didampingi dengan
Kepala Unit yang menaungi beberapa bidang dan bagian.
GAMBAR 2.3
STRUKTUR ORGANISASI
Iklim di Suhu udara rata - rata bulanan pulau Kundur 27°C. Tertinggi pada
bulan Juli sebesar 33°C, dan terendah pada bulan Januari temperatur udara rata -
rata bulanan mencapai 20°C. Pengukuran di daerah pantai menunjukkn suhu
udara berkisar antara 28 – 31°C. Kelembapan udara di atmosfer sekitar Pulau
Karimun – Kundur pada umunya tinggi sepanjang tahun atau rata - rata bulanan
sekitar 86 %. Kelembapan relatif terendah pada bulan Mei dan Juli yaitu 59%
sedangkan kelembaan relatif tertinggi dicapai 99%. Tekanan udara rata - rata
pada sepanjang tahun 2015 adalah 1010,4 mb, terendah sebesar 1006,5 mb pada
bulan Mei dan bergerak mencapai tekanan tinggi 1013,4 mb diawal 2015.
GAMBAR 2.4
JENIS ENDAPAN TIMAH
3.2.2. Eksplorasi
Eksplorasi merupakan suatu kegiatan pencarian mineral
yang dilakukan setelah mengetahui hasil dari kegiatan prospeksi
dinyatakan ada mineral di daerah tersebut. Eksplorasi ini terdiri
dari beberapa tahapan, yaitu:
a. Eksplorasi pendahuluan
Eksplorasi pendahuluan adalah eksplorasi tahap awal, pada
tahap ini menggunakan referensi-referensi dan literatur-
literatur untuk melihat keberadaan cadangan pada suatu
daerah yang terdapat mineral, kemudian dilajutkan dengan
pembuatan surat izin eksplorasi untuk terjun langsung ke
lapangan. Pada umumnya sumber daya yang terpetakan masih
relatif besar dan luas, karena belum dilakukan pengambilan
sampel untuk mengetahui besar kekayaan pada daerah
tersebut. Besar kekayaan endapan mempengaruhi apakah
endapan tersebut ekonomis atau tidak untuk ditambang.
b. Eksplorasi rinci
Eksplorasi rinci merupakan tahap dimana pengerjaan
eksplorasi semakin detail, tahap ini dikerjakan apabila pada
tahap eksplorasi pendahuluan telah teridentifikasi adanya
cadangan yang cukup ekonomis untuk ditambang.
c. Eksplorasi lanjutan
Eksplorasi lanjutan merupakan tahap akhir dari kegiatan
eksplorasi yang bertujuan untuk menentukan apakah endapan
mineral tersebut ekonomis atau tidak untuk ditambang.
3.2.3. Studi Kelayakan
Studi kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha
pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci dari
seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan
ekonomis dan teknis suatu usaha pertambangan, termasuk analisis
mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pasca tambang.
(Bab I Pasal 1 UU No.4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara). Pada tahap studi kelayakan ini suatu
cadangan pada lokasi dikaji dari aspek-aspek yang terdiri dari:
a. Aspek geologi, yaitu aspek yang mencangkup bagaimana kondisi
penyebaran dan kekayaan dari suatu mineral yang akan
ditambang.
b. Aspek teknis, yaitu aspek yang menjelaskan dan
menggambarkan bagaimana suatu bahan galian berharga
ditambang mulai dari perencanaannya, peralatan yang
digunakan, kemantapan lereng, waktu kerja tambang,
pengolahan dan pemurnian serta berbagai aspek teknis lainnya.
c. Aspek ekonomi, yaitu aspek yang dilihat dari harga jual dari
mineral tersebut dan biaya operasional tambang, apabila
menguntungkan untuk ditambang maka selanjutnya dilakukan
kegiatan eksploitasi setelah memperhatikan aspek-aspek lainnya.
Jika tidak ekonomis, maka data tersebut akan di arsipkan.
d. Aspek lingkungan, yaitu aspek yang dilihat dari sejauh apa
dampak yang ditimbulkan suatu aktivitas pertambangan terhadap
daya dukung lingkungan dan kondisi lingkungan di sekitarnya
yang meliputi aspek fisik, kimia, biotik, sosial, ekonomi budaya,
dan kesehatan masyarakat.
3.2.6. Reklamasi
Pada metode penambangan off shore , reklamasi yang
yang dilakukan adalah membuat terumbu karang baru dengan cara
menanamkan besi-besi kapal yang sudah tidak terpakai lagi ke dasar
laut. Hingga nantinya secara alami akan terbentuk terumbu karang
baru. Hal ini biasa dinamakan dengan istilah rekayasa kelautan.
Gambar 3.2
Sketsa metode long Face
b. Short Face
Short Face adalah metode penggalian dengan cara membagi
kolong kerja menjadi beberapa irisan. Dimana tiap irisan dibagi
menjadi 20-30 meter. Metode penggalian ini diterapkan pada kondisi :
1. Penggalian dilakukan dengan memotong-motong / membagi front
kerja menjadi beberapa irisan (snee) antara 20-30 meter.
2. Penyebaran bijih timah tidak merata
3. Batas antara lapisan tanah atas dan lapisan tanah bertimah / kaksa
kurang jelas
4. Permukaan kong / batuan dasar tidak rata
5. Pengaruh arus pasang surut besar / kencang sehingga menghambat
gerakan kapal keruk
6. Pengaruh gelombang dan angina cukup kuat.
GAMBAR 3.3
METODE SHORT FACE
GAMBAR 3.5
SISTEM MAJU
2. Sistem Tekan
Sistem tekan adalah sistem penggalian pada Kapal Keruk
dengan penggalian ditekan secara bertahap dari permukaan lapisan
tanah atas hingga mencapai batas/kong/batuan dasar. Penggalian
dimulai dari batas pinggir kiri/kanan dengan mengikuti penekanan
ladder secara bertahap antara 0,3 sampai dengan 1 meter. Penerapan
sistem ini dengan mempertimbangkan sebagai berikut :
a. Lapisan tanah yang digali relative tipis (5-10 meter)
b. Permukaan kong/batuan dasar tidak rata
c. Arus pasang surut cukup kuat
d. Penyebaran bijih timah tidak merata
e. Tanah yang digali relative kompak/tidak mudah longsor.
Keuntungan menggunakan sistem tekan adalah:
a. Penggalian lebih cepat sampai batas kong
b. Tidak ada kehilangan waktu untuk mundur Kapal Keruk
Kerugian menggunakan sistem tekan adalah:
1. Penggalian akan lebih lama, karena trap-trap berikutnya akan digali
setelah 1 trap yang sedang digali selesai mulai dari permukaan tanah
atas sampai kong/batuan dasar.
2. Biaya produksi tinggi
GAMBAR 3.6
SISTEM TEKAN
2. Sistem Kombinasi
Sistem kombinasi adalah sistem penggalian pada Kapal
Keruk yang menggabungkan 2 sistem penggalian, yaitu sistem maju
dan sistem tekan. Penggalian lapisan tanah atas menggunakan sistem
maju, dengan cara menggali secara bertahap hingga mencapai lapisan
tanah bertimah/kaksa.
Selanjutnya Kapal Keruk mundur untuk melakukan
penggalian lapisan tanah bertimah/kaksa dengan sistem tekan hingga
mencapai batas kong/batuan dasar. Keuntungan menggunakan sistem
kombinasi adalah:
1. Penggalian lapisan tanah bertimah/kaksa lebih bersih
2. Penggalian lapisan tanah atas cepat selesai, karena Kapal
Keruk menggali maju sepanjang 2-3 trap.
Kerugian menggunakan sistem kombinasi adalah:
1. Waktu banyak terbuang untuk mundur Kapal Keruk saat
penggalian tanah atas.
2. Biaya produksi tinggi
GAMBAR 3.7
SITEM KOMBINASI
3.4.6. Peralatan Penggalian
Peralatan penggalian adalah semua peralatan yang berfungsi
untuk melakukan operasi penggalian mulai dari menggali tanah sampai
dengan menumpahkan hasil ke storebak yang kemudian akan di proses di
instalasi pencucian.
1. Mangkok (bucket)
Bucket adalah suatu wadah yang menyerupai mangkok yang
mempunyai fungsi sebagai alat gali yang disusun dalam bentuk
rantai, seperti rantai sepeda.
2. Ladder
Ladder merupakan komponen kapal keruk sebagai tempat
dimana seluruh ladder roll terpasang , yang berfungsi sebagai
lintasan rantai bucket.
3. Ladder Roll
Ladder roll ini berfungsi sebagai penghantar rantai mangkok
dari pembalik bawah / onder roll menuju pembalik atas /
sevenkant.
4. Pembalik Atas (Sixkant)
Sixkant ini merupakan suatu poros yang berbentuk segi enam,
yang terletak pada bagian atas ujung ladder dan yang berfungsi
untuk menggerakkan rantai mangkok agar hasil galian dapat
masuk ke storebak.
5. Pembalik bawah (Onder Roll)
Onder roll ini merupakan suatu poros membentuk silinder yang
terdapat dibagian ujung bawah ladder yang mempunyai fungsi
sebagai pembalik rantai mangkok dari bagian bawah dan
memperlancar jalannya rantai mangkok dari bagian bawah
menuju keatas.
3.4.7. Peralatan Pencucian
a) Saring putar
Saring putar adalah alat pencucian pertama pada proses
pencucian pada Kapal Keruk yang berfungsi untuk
memecahkan dan menyaring material dengan bongkahan yang
besar
GAMBAR 3.8
SKETSA SARING PUTAR
Keterangan gambar:
1. Plat buta belakang (rubber Blind)
2. Loop ring belakang
3. Saringan dari bahan plat atau karet
4. Loop ring depan
5. Plat buta depan (rubber blind)
6. Loop roll
7. Andrif roll
b) Spine kop dan splitter
Spine kop ini adalah bak distributor yang merupakan bak penampungan
undersize hasil dari saring putar. Splitter ini merupakan pipa laba-laba
yang berfungsi sebagai penyalur dar spine kop ke jig primer.
c) Jig primer, jig sekunder, jig clean up dan jig tersier
Fungsi dari keempat jig ini pada dasarnya sama yaitu memisahkan
material dengan berat jenis. Tipe jig yang dipakai pada KK 21 Singkep
1 ini adalah Yuba Jig.
d) Bak middling
Bak middling adalah bak penampung sementara hasil dari jig primer ,
jig sekunder dan jig tersier.
e) Cyclone
Cyclone merupakan sebuah alat bantu pada proses pencucian.
Fungsi cyclone adalah sebagai alat dewatering, untuk mengurangi air
pada proses pencucian selanjutnya.
GAMBAR 3.9
SKETSA YUBA JIG
Keterangan gambar:
1. Afsluiter underwater
2. Pipa underwater
3. Rooster atas
4. Rooster atas
5. Rooster bawah
6. Diafragma plat
7. Tail rocker
8. Stang diafragma
9. Rubber spigot
10. Rubber diafragma
11. pulsator
GAMBAR 3.10
SKETSA CYCLONE
Keterangan gambar:
1. Pipa Overflow
2. Feed box
3. Vortex finder
4. Upper cone
5. Lower cone
6. Pipa apex
f) Bandar taling
Bandar tailing ini merupakan tempat pembuangan tailing dari jig
primer.
g) Bandar batu
Bandar batu ini merupakan tempat pembuangan tailing dari saring
putar.
h) Bak final konsentrat
Hak final ini merupakan sebuah bak untuk menampung konsentrat akhir
bijih timah.
i) Pompa underwater, middling, konsentrat dan spray water Merupakan
alat pendukung untuk dapat mentransportasikan material-material.
GAMBAR 3.11
SKETSA KEDUDUKAN LAPISAN TANAH
57
GAMBAR 3.5
SISTEM MAJU
b) Sistem Tekan
Sistem tekan adalah sistem penggalian pada BWD dengan
penggalian ditekan secara bertahap dari permukaan lapisan tanah atas
hingga mencapai batas/kong/batuan dasar. Penggalian dimulai dari batas
pinggir kiri/kanan dengan mengikuti penekanan ladder secara bertahap
antara 0,3 sampai dengan 1 meter.
GAMBAR 3.6
SISTEM MAJU
c) Sistem Kombinasi
Sistem kombinasi adalah sistem penggalian pada BWD yang
menggabungkan 2 sistem penggalian, yaitu sistem maju dan sistem tekan.
Penggalian lapisan tanah atas menggunakan sistem maju, dengan cara
menggali secara bertahap hingga mencapai lapisan tanah bertimah/kaksa.
` GAMBAR 3.7
SITEM KOMBINASI
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
GAMBAR 5.1
SAFETY HELMET
2. Earmuf
Berfungsi untuk melindungi gendang telinga pekerja dari suara bising
mesin-mesin yang berada di kapal. Kebisingan pada kapal mencapai 85 db.
Ear Protector ada 2 macam yaitu earmuf dan earplug. Ermuf merupakan
pelindung telinga yang mirip dengan headphone. Earplug merupakan
pelindung telinga yang mirip dengan headset.
GAMBAR 5.2
EARMUF
3. Life vest
Biasanya lebih dikenal dengan sebutan pelampung. Pelampung yang harus
selalu digunakan pekerja pada saat menyeberang menggunakan kapal cepat
atau perahu motor (pompong) dari dermaga menuju ke kapal. Digunakan
untuk mengapungkan pekerja apabila suatu waktu tercebur ke laut.
Pelampung ini dapat bertahan selama 2 jam
GAMBAR 5.3
LIFE VEST
4. Safety shoes
Safety shoes ini merupakan sepatu berbahan karet yang dibagian ujung
kakinya dibuat keras agar dapat melindungi kaki pekerja dari benturan
maupun jatuhan benda keras serta dapat mencegah pekerja agar tidak
mudah terpeleset saat berada di lingkungan kerja yang licin.
GAMBAR 5.4
SAFETY SHOES
5.1.1. Peralatan Keselamatan pada Kapal (Safety Equipment)
Seluruh awak di kapal harus memiliki pengetahuan yang baik
mengenai prosedur penyelamatan diri. Mengenali alat-alat penyelamatan
di kapal dan cara menggunakannya adalah hal yang mutlak diketahui saat
berada di tengah laut. Karena kemahiran berenang tidaklah cukup untuk
dapat bertahan hidup di tengah laut apabila terjadi keadaan darurat yang
mengharuskan untuk meninggalkan kapal. Untuk bisa bertahan hidup
dalam keadaan seperti itu kita harus mengetahui berbagai macam alat
penyelamatan dan cara penggunaannya.
1. Perlengkapan Penyelamat Jiwa (Life Saving Appliances)
Perlengkapan penyelamat jiwa yang terdapat pada KIP Timah
diantaranya adalah lifecraft, lifebuoy dan kotak P3K. Lifecrafrt
berjumlah 2 buah dengan kapasitas 25 penumpang.
2. Perlengkapan Pemadam Kebakaran (Fire Appliances)
Perlengkapan pemadam kebakaran pada KIP Timah 15 diantaranya
adalah APAR, Hydrant, dan Pemadam Api Tradisional. APAR atau
Alat pemadam Api Ringan dan Hydrant diletakkan di ruang
nahkoda, di ruang rapat, dan di pintu masuk kapal. Pemadam api
tradisional yang digunakan berupa pasir.
GAMBAR 5.5
FIRE APPLIANCE
3. Peralatan Komunikasi (Communication Equipment)
Peralatan komunikasi yang digunakan diantaranya HT, bell dan master
point, kamera CCTV, hape intern kapal dan radio. HT (handy talky)
Bell akan dibunyikan sebagai tanda bahaya untuk segera berkumpul di
master point.
4. Dokumen (Document)
Dokumen untuk keselamatan sangat penting keberadaannya dikapal.
Dokumen keselamatan yang terdapat pada KIP Timah diantaranya
laporan keadaan cuaca dari BMKG, buku Standard Operasional
Procedure (SOP) untuk kapal isap, buku jurnal teknik, buku peraturan
kerja dan buku inspeksi tambang.
5. Rambu-rambu Keselamatan (Safety Sign)
Rambu-rambu keselamatan diletakkan pada beberapa tempat yang
rawan terjadi bahaya seperti pada mesin yang bergerak, lantai yang
licin, listrik tegangan tinggi, dan bahan bakar yang mudah terbakar.
Untuk rambu-rambu jalan diberi warna hitam dengan list kuning.
Sedangkan pada mesin yang bergerak diberi pagar.
GAMBAR 5.6
SAFETY SIGN
5.2. Kapal Isap Produksi Timah 17
GAMBAR 5.7
LADDER
Dari ujung depan kapal sampai menuju mesin dibuat ruang
terbuka antara 2 ponton dan rangka kapal dimana tempat tersebut
berguna untuk tempat naik turunnya ladder dinamakan beun . sisi
kiri dan sisi kanan ladder dan beun diberi jarak ± 15 cm agar tidak
terjadi benturan antara ladder dan beun pada saat ladder dinaik
turunkan.
GAMBAR 5.8
BEUN
2. Cutter
Cutter merupakan alat pemotong atau pemberaian
lapisan tanah maupun kaksa yang terdapat pada ujung ladder yang
digerakan oleh motor hidrolik penggerak. Cutter ini terbuat dari
baja yang dilapisi oleh mangan sehingga dapat menambah jangka
waktu pemakaian dari cutter. Cutter bergerak dengan cara berputar
menggerus lapisan yang dikenainya hingga terberai. Bagian cutter
yang berguna untuk menggerus lapisan tanah tersebut bernama
blade yang berjumlah 6 buah.
Blade ini merupakan besi runcing yang tajam yang
terdapat pada sisi sisi cutter. Tinggi dari ujung blade + 80 cm
sedangkan lingkaran kecil pada ujung blade memiliki diameter 35
cm bagian ini berfungsi untuk menyambungkan ujung cutter ke
ladder kemudian dikunci dengan menggunakan bearing agar cutter
tidak terlepas dari ladder. Pada operasinal cutter ini berkaitan
dengan kemampuan pompa hisap yang terdapat pada ladder.
Apabila kemampuan cutter untuk memberai lebih cepat dari
pompa hisap maka dapat menyebabkan cutter tertanam lapisan
tanah jadi kemampuan antara kecepatan cutter dengan pompa
hisap haruslah seimbang. Adapun tingkatan kecepatan putar cutter
yaitu step 1 sebesar 5 rpm, step 2 sebesar 10 rpm, step 3 sebesar
15 rpm, step 4 sebesar 20 rpm, step 5 sebesar 24 rpm . selain
kecepatan cutter kita juga harus mengetahui specifikasi dari cutter.
Berikut ini adalah spesifikasinya. power at shaft cutter sebesar
226 HP. Tekanan kerja pompa hidrolik 0-350 bar. Konstanta
motor 560 Nm/bar. Torsi maksimum 196000 Nm. Output gaya
potong maksimum 217778 N.
Kecepatan putar cutter dikendalikan oleh juru mudi
melalui ruang komando dengan cara menyesuaikan kekerasan
tanah dengan kecepatan putaran cutter (step speed cutter) . Dimana
step 1 dan step 2 untuk lapisan lemah sedangkan step 4 dan 5
untuk lapisan yang keras. Namun pada keadaan tanah normal
menggunakan kecepatan 10 sampai 15 rpm. Apabila kecepatan
dan kekerasan batuannya tidak sesuai dengan aturan maka dapat
menyebabkan cutter macet, bahkan patah. Bila cutter macet maka
akan memperlambat proses pengerukan. Jadi perlu dilakukan
perawatan rutin. Biasanya dilakukan pelumasan oli pada cutter.
GAMBAR 5.9
CUTTER
3. Pipa Tekan
Pipa tekan berfungsi untuk mengalirkan feed hasil hisapan dari pompa
tanah menuju saringan putar untuk diproses berikutnya. Pompa tekan
berada dibelakang pompa tanah yang memiliki diameter ± 30 cm. Untuk
effisiensi kerja pada pipa tekan terdapat sebuah afsluiter yang berfungsi
sebagai penutup jalur aliran tanah yang tidak mengandung timah menuju
saring putar kemudian mengalirkannya langsung menuju Bandar tailing.
Penggunaan afsluiter dilakukan saat melakukan penggalian tanah atas,
karena lapisan tanah atas sedikit mengandung timah dan bila dilakukan
proses pencucian tidak bersifat ekonomis. Namun pada KIP 16, afsluiter
tidak digunakan lagi dikarenakan fungsinya yang tidak terlalu banyak
digunakan sehingga untuk feed yang berukuran besar akan langsung
terbuang sebagai tailing menuju bandar tailing.
GAMBAR 5.10
PIPA TEKAN
4. Pipa HisaP
Pipa hisap disambungkan dengan cutter yang berfungsi sebagai
pipa saluran untuk menghisap tanah yang telah dihancurkan cutter
dengan daya hisap yang dihasilkan oleh pompa tanah. Pada ujung
pipa hisap terdapat bentuk seperti mulut bebek yang terletak pada
bagian bawah cutter.
GAMBAR 5.11
Mulut Hisap
PIPA HISAP
5. Pompa Tanah
Pompa tanah berfungsi untuk menghisap material yang diberai
oleh cutter dan dialirkan melalui pipa hisap kemudian
mentransportasikannya melalui pipa tekan menuju pencucian
untuk proses berikutnya.
GAMBAR 5.12
POMPA TANAH
GAMBAR 5.14
SARINGAN PUTAR
2. Jig primer
Pada KIP 17 ini terdapat 2 jenis Jig yaitu primer dan sekunder. Jig
primer ini berguna untuk menyaring atau memisahkan mineral
berharga dan mineral pengotor yang berasal saringan putar. Pada jig
primer ini terdapat alat bernama kuku macan dan rifle. Kuku macan
ini terletak pada mulut masuk jig berguna sebagai penahan arus feed
yang masuk dari lounder agar tidak terlalu deras dan tidak terjadi
overflow. Selain itu pada bagian ujung jig terdapat rifle yang berguna
untuk menahan aliran agar tidak terlalu deras juga. Jig primer pada
KIP ini terdapat 4 unit yang mana setiap unit jig memiliki 3
kompartemen. Setiap kompartemen jig ini memilki fungsi yang
berbeda beda yaitu pada bagian feed yang masuk. Kompartemen A
feed yang masuk berasal dari lounder , kompartemen B feed yang
masuk berasal dari material yang tidak tersaring pada kompartemen
A, kompartemen C feed yang masuk berasal dari material yang tidak
tersaring pada kompartemen B, semakin kecil nilai panjang pukulan
jig primer pada tiap- tiap kompartemen maka akan semakin besar
jumlah pukulannya , hal ini dikarenakan adanya perbedaan jumlah
material yang dicuci pada tiap kompartemen. Pada kompartemen A
material yang dicuci lebih banyak sehingga masih mudah untuk
dilakukan proses pencucian namun pada kompartemen B dan C
materialnya semakin sedikit karena merupakan material sisa yang
belum tercuci sempurna pada kompartemen A sehingga pada
kompartemen B dan C membutuhkan pukulan yang lebih besar.
Apabila jumlah pukulannya besar maka nilai panjang pukulannya
harus diperkecil agar pencucian bijih timah berjalan optimal.Pada
KIP 17 ini menggunakan jenis Jig Pan America. Dimana terdapat 4
jenis jig yaitu yuba jig, jig Pan America, karimata jig, dan IHC jig.
JIG PAN AMERICA
GAMBAR 5.15
Pada jig America terdapat beberapa bagian yaitu rooster,
bed, wire screen, aflsluiter underwater, stang balance, membrane
eksentrik dan spigot.
1. Rooster
Rooster ini terdapat 2 bagian yaitu rooster atas yang terdapat
pada bagian atas wire screen dan rooster bawah yang terletak
pada bawah bed. Manfaat dari rooster ini adalah agar bed
dapat tersebar merata pada setiap kompartemen selain itu
berfungsi untuk menjepit wire screen dan menahan bed agar
tidak jatuh.
2. Bed
Bed merupakan alat pemisahan mineral berdasarkan
perbedaan berat jenisnya. Mineral yang memiliki berat jenis
tinggi akan lolos dari bed dan material yang berat jenisnya
rendah maka akan tertahan diatas bed. Bed ini biasanya
menggunakan batuan hematite yang mana hematite ini
memilki berat jenis yang lebih rendah dari bijih timah namun
hampir mendekati bijih timah (4,1 – 5,1 gr/cm3 ) dan mudah
didapat.
GAMBAR 5.16
BED
3. wire screen
alat penahan bed agar bed agar bed tidak jatuh yang terdiri
dari lubang lubang yang berukuran kecil yang berukuran lebih
kecil dari bed (batuan hematit) . apabila lubang dari wire
screen ini berukuran besar maka maka makin besar ukuran
material yang masuk bila ukuran lubang kecil makan material
yang masuk juga akan berukuran halus.
4. Afsluiter underwater
Afsluiter underwater adalah alat yang berfungsi untuk
mengatur air yang masuk kedalam jig pada setiap
kompartemen. Dimana air yang berada pada tangki jig ini
bernama underwater. Under water ini berasal dari pompa
underwater. Pompa underwater menghisap air laut dari bagian
bawah kapal dan mendistribusikannya ke tiap tangki jig. Pada
kapal isap produksi 16 ini memiliki 2 unit pompa underwater
yang berada di sisi kiri dan kanan kapal. Kapasitas air yang
mampu dipompa oleh pompa underwater berkisar antara
1100–1500 m3/jam dengan kecepatan putaran berkisar 1400–
1800 rpm.
GAMBAR 5.16
AFSLUITER UNDERWATER
5. Eksentrik
Eksentrik berfungsi merubah gerakan berputar yang
ditimbulkan oleh motor menjadi gerakan ke atas ke bawah
sehingga membuat gerakan suction dan pultion dengan
menggerakkan stang balance dan membuat rubber membran
bergerak serta membuat bed bergerak naik turun. Kecepatan
gerakan dari eksentrik yang menyebabkan jumlah pukulan per
menit dari kompartemen jig.
GAMBAR 5.17
EKSENTRIK
6. Stang balance
Stang balance merupakan alat yang berfungsi untuk
meneruskan gerakan eksentrik ke jig yaitu gerakan naik turun
(suction pultion) dari eksentrik kemudian menuju ke
membrane lalu menggerakkan jig.
Stang Balance
GAMBAR 4.37
STANG BALANCE
7. Membrane jig
Membrane jig merupakan salah satu bagian dari jig yang
berbentuk lingkaran dimana diameter 45 inchi untuk jig
primer dan 25 inchi jig sekunder. Yang berfungsi untuk
memberikan gaya suction dan pultion meneruskan gaya dari
eksentrik dan stang balance.
GAMBAR 5.18
MEMBRAN JIG
8. Spigot
Spigot merupakan lubang tempat keluarnya konsentrat pada
jig. Bentuk dari spigot ini berbentuk kerucut yang berdiameter
+ 12 mm dan berbahan karet. Pada spigot ini sering terjadi
penyumbatan yang menyebabkan proses jig menjadi
terhambat bahkan terhenti. oleh karena itu perlu dilakukan
perawatan rutin dengan cara menjaga kestabilan jumlah air
yang mengisi tangki jig.
GAMBAR 5.19
SPIGOT
3. Jig sekunder
Jig sekunder berfungsi untuk meningkatkan kadar bijih timah hasil
olahan dari jig primer. Konsentrat yang telah melewati tahap
pencucian pada jig primer kompartemen A, B, C digabungkan dalam
satu pipa dan dialirkan menuju jig sekunder kompartemen A untuk
kemudian dilakukan proses pencucian dengan metode gravity
concentration, dimana prinsip kerjanya sama dengan jig primer. Jig
sekunder yang digunakan terdiri dari 8 sel/unit, dalam satu unit jig
terdiri dari 2x4 cell dengan ukuran 910 × 910 m2. Setiap unit jig clean
up terdiri dari 4 buah kompartemen, yaitu kompartemen A, B, C, dan
D. Jumlah pukulan dan panjang pukulan dari jig clean up berbeda
dengan jig primer. Panjang pukulan di jig clean up dibuat lebih kecil
dari jig primer dan jumlah pukulan di jig clean up lebih banyak dari
jig primer. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan perolehan
mineral berharga.
TABEL IV.2
PANJANG DAN JUMLAH PUKULAN
KOMPARTEMEN JIG CLEAN UP
GAMBAR 5.20
PIPA PENGUMPUL
b. Saluran Tailing
Saluran tailing pada jig sekunder terletak pada ujung sekunder.
saluran ini sebagai tempat penampung material oversize yang
kemudian dialirkan menuju laut untuk dibuang sebagai tailing.
77
GAMBAR 5.21
SALURAN TAILING
c. Bak Konsentrat
Bak konsentrat berfungsi sebagai penampung konsentrat hasil
keluaran dari spigot pada jig sekunder
GAMBAR 5.22
BAK KONSENTRAT
4. Shakan
Sakan merupakan tahapan pencucian terakhir pada kapal isap
produksi. Sakan ini berbentuk meja panjang dengan memiliki
kemiringan 5º dan panjang 3 m serta lebar 1,5 m. cara kerja dari
sakan ini yaitu feed masuk berasal dari konsentrat hasil jig sekunder
pada setiap kompartemenya. Kemudian disemprot dengan air dengan
kekuatan sedang hingga mineral berharga terpisah dari mineral
pengotor hingga Sn timah sampai 70 %. Pengecekan kualitas timah
biasa dilakuka dengan menimbang timah pada kaleng susu. Apabila
berat konsentrat timah pada satu kaleng susu seberat 1,3 atau 1,4
maka kadar timah sudah memenuhi syarat.
GAMBAR 5.23
SHAKAN
5.3. Kapal Keruk 21 Singkep 1
Kapal keruk merupakan salah satu alat penambangan bijih timah
offshore oleh PT. Timah (Persero)Tbk. Kapal keruk ini digunakan untuk
menggeruk
GAMBAR 5. 24
KAPAL KERUK 21 SINGKEP 1
Kapal Keruk (KK) merupakan alat gali yang telah lama digunakan untuk
memperoleh endapan bijih timah di wilayah laut. Unit Laut Bangka PT.
Timah, (Persero), Tbk. yang saat ini mengomandoi penambangan di wilayah
perairan Laut Bangka memiliki 3 buah kapal keruk, antara lain:
2) KK 7 Meranteh
3) KK 11 Karimata
TABEL 5.3
KLASIFIKASI KAPAL KERUK BERDASARKAN
UKURAN MANGKOK (BUCKET
1. KK 21 Singkep 1 24 50
KK 7 Meranteh
2. 14 25-30
KK 11 Karimata
Kapal keruk 21 singkep 1 merupakan kapal buatan tahun 1985. Kapal ini
memiliki panjang total 108 meter, dan lebar total 32,5 meter. Tipe vessel
kapal ini merupakan bucket ladder dredger, dimana prinsip kerja
penggaliannya ke atas menggunakan rangkaian bucket tersebut Diharapkan
pula dalam proses penambangan ini bisa diperoleh bijih timah sebanyak
mungkin dengan biaya produksi serendah mungkin, serta keamanan dan
keselamatan kerja (K3) dan kelestarian lingkungan kerja tetap terjaga.
GAMBAR 4.51
PIN BUCKET
1) Ladder
Ladder merupakan komponen kapal keruk sebagai tempat dimana
seluruh ladder roll terpasang , yang berfungsi sebagai lintasan rantai
bucket. Berikut adalah spesifikasi dari Ladder pada KK 21 Singkep 1:
6. Panjang
7. Lebar
8. Tinggi
9. Berat
GAMBAR 5.26
LADDER
2) Ladder Roll
Ladder roll ini berfungsi sebagai penghantar rantai mangkok dari
pembalik bawah atau onder roll menuju pembalik atas atau sevenkant.
GAMBAR 5.27
LADDER ROLL
Berikut adalah data spesifikasi dari ladder roll pada KK 21 Singkep 1:
GAMBAR 5.29
ONDERROLL
5.3.6. Proses Pencucian Bijih Timah
Pencucian adalah proses akhir yang memiliki peranan penting
dari rangkaian kegiatan penambangan menggunakan kapal keruk,
dimana tanah yang bertimah (kaksa) yang sudah digali kemudian
diproses untuk dipisahkan antara mineral utama, mimeral ikutan
beserta mineral pengotornya lainnya untuk diambil konsentrat
timahnya dengan kadar yang sudah ditentukan sehingga besar
kecilnya perolehan Sn-nya sangat ditentukan oleh kegiatan pencucian.
Proses pencucian material yang bertimah di KK 21 Singkep 1
dilakukan sejak material tanah yang bertimah masuk kedalam
storebak. Proses pencucian ini bertujuan agar mendapatkan kadar Sn
yang low grade yang berkisar antara 20-30%. Hal ini dimaksudkan
agar selain mineral sampingan yang dapat dimanfaatkan juga dapat
terambil. Proses pencucian pada KK 21 Singkep 1 ini dilakukan
dalam beberapa tahap, dimana mekanisme awal dari proses
pencucian ini adalah dari saring putar.
Material hasil galian yang masuk ke storebak, langsung
diproses dalam saring putar, dimana didalam saring putar ini
terdapat water spray (air pipa pancar). Tekanan air yang biasanya
untuk memberai material yang masuk ke saring putar adalah sebesar
2.5 bar. Fungsi dari water spray ini adalah agar material yang
terkena pancaran air dari pipa pancar ini dapat terberai dengan
sempurna. Kegunaan dari pipa pancar ini adalah untuk memecahkan
material hasil galian yang berupa gumpalan sehingga dapat masuk
kedalam screen. Untuk material kasar yang tidak lolos dari saring
putar sebagai oversize maka akan diteruskan menuju bandar tailing
Sedangkan material halus yang lolos dari saring putar sebagai
undersize, selanjutnya akan ditampung di bak distributor kemudian
disalurkan melalui splitter ke jig primer, dari jig primer material
undersize ditampung untuk sementara waktu di bak middling. Di
dalam bak middling ini, terdapat satu sekat antara keluaran
kompartemen A serta keluaran kompartemen B dan C. Selanjutnya
dari bak middling tersebut, keluaran kompartemen
dipompa menuju Jig Clean-Up. Sedangkan material keluaran
kompartemen B dan C dipompa ke Jig sekunder.
Pada jig clean up terdapat tiga kompartemen yaitu
kompartemen A, B, dan C , hasil dari kompartemen A dan B pada
jig clean up ini langsung jatuh ke bak konsentrat, dengan catatan
konsentrat bersih (tidak ada campuran pasir) .Sedangkan hasil dari
kompartemen C pada jig clean up akan di sirkulasi ke bak middling
BC untuk ditransportasikan ke jig sekunder . Untuk oversize pada jig
clean up diolah kembali ke jig primer agar dapat mengambil
mineral-mineral ikutan berharganya.
Pada jig sekunder juga terdapat 3 kompartemen yang terdiri
dari A, B, C, hasil dari ketiga kompartemen ini akan jatuh menuju ke
jig tersier dan oversize dari jig sekunder ini akan dialirkan kembali
ke jig primer untuk diolah kembali. Pada jig tersier terdapat 2
kompartemen yaitu A dan B, kedua hasil dari kompartemen ini akan
jatuh atau dialirin ke bak konsentrat. Hasil dari proses jigging yang
dilakukan oleh jig tersier berupa konsentrat yang mempunyai kadar
20-30% Sn ini ditampung sementara di bak konsentrat, lalu dari bak
ini , timah dialirkan dengan pompa menuju ke orebine.Jika kapasitas
orebine penuh, maka konsentrat akan di turun kan ke tongkang
dengan membuka keran aliran konsentrat yang terdapat pada orebien
menuju tongkang yang akan membawa konsentrat ke Proses
Pengolahan Bijih Timah (PPBT) dengan tongkang.
GAMBAR 5.29
SARING PUTAR
GAMBAR 5.30
BANDAR BATU
GAMBAR 5.31
SPINNE KOP
D. Rubber Screen
Rubber screen ini terdapat didalam saring putar yang
berfungsi untuk meloloskan material yang kecil sesuai
dengan ukuran screennya yang telah dihancurkan dengan
spray water. Pompa spray water ini berfungsi untuk
mentransportasikan air ke pipa pancar. Pipa pancar terletak
didalam saring putar yang didesain untuk menempatkan
nozzle-nozzle spray water. Berikut sepesifikasi rubber
screen
dan spray wate:
Jumlah Rubber Screen : 144 Pcs
Alat Konsentrasi
GAMBAR 5.32
PULSATOR
Pada waktu pultion, bed akan terangkat dan merenggang, maka material
berat akan menerobos masuk melalui sela-sela bed dan material dengan
berat jenis besar akan masuk kedalam hutch sebagai produk, dan pada
waktu suction, bed akan menutup dan material ringan terus mengikuti
aliran air bagian atas sebagai tailing. Berikut adalah spesifikasi pulsator
pada setiap jig :
Pada waktu terjadi pultion dan suction, maka butiran-butiran mengalami
reaksi gaya-gaya yang bermaterial pemisahan yang disebabkan oleh:
1. Differential Initial Acceleration
Differdaential Initial Acceleration terjadi pada permulaan jatuh. Pada
saat pulsion, tekanan air arah ke atas melalui saringan. Membuat butiran-
butiran yang di atas saringan sebagai suatu massa terangkat dan
merenggang, bergerak ke atas sampai kecepatannya sedikit demi sedikit
berkurang sampai nol. Pada saat itu dianggap sebagai permulaan jatuh
butiran-butiran dari kedudukan diam dengan percepatan pedahuluan,
sedangkan kecepatan jatuhnya hanya bergantung pada berat jenis,
sedangkan ukuran butir tidak berpengaruh.
2. Hindered Settling
Di atas saringan, dimana jumlah butiran-butiran sangat banyak
membentuk suatu massa dalam cairan dalam kondisi berdesak-desakan
yang disebut hindered settling. Dalam kondisi hindered settling
kecepatan jatuh butiran berkurang, dimana kecepatan jatuh lebih
beragantung pada berat butiran daripada berat jenis.
3. Consolidation Trickling
Pada akhir dari suction, saat butiran-butiran besar akan mulai merapat
satu sama lain, butira-butiran kecil lebih bebas bergerak ke bawah
menerbos masuk lewat celah-celah butiran kasar karena gaya beratnya.
Butiran kecil mengendap lebih lama dibanding pada keadaan initial
acceleration maupun hindered settling.
Pemisahan di dalam jig terjadi berdasarkan perbedaan gaya berat dimana
Concentration Criterion (CC) atau Kriteria Konsentrasi sangat berperan
pada alat jig ini. Concentration Criterion (CC) merupakan tingkat
keberhasilan pemisahan mieral berharga dengan pengotornya yang
ditentukan oleh perbedaan berat jenis didalam media fluida.
4. Bed
Bed merupakan lapisan material diatas saringan jig yang terdiri dari batu
hematite yang berfungsi sebagai bahan perantaradalam memisahkan
bijih timah yang berat jenisnya lebih tinggi dengan mineral yang berat
jenisnya lebih rendah. Alasan penggunaan batu hematite sebagai bed jig
adalah:
8. Mudah didapatkan
9. Tahan lama
Pengisian batu hematite atau bed jig tidak boleh terlalu penuh atau setinggi
rooster atas (100 mm), sebaiknya diisi 70mm sehingga menyisakan
ruangan kosong untuk menyediakan tempat bagi mineral-mineral yang
belum sempat terhisap menjadi konsentrat agar terlindungi dari pengaruh
kecepatan aliran (crossflow) diatas permukaan jig sehingga tidak
terdorong dan hanyut ke tailing karena tidak ada ruang
b. Afsluiter Underwater
Afsluiter underwater ini mempunyai fungsi sebagai mengatur
pemasukan air ke tiap tangki jig dan menjaga keseimbangan air
dalam jig agar tidak terjadi losses. Yang letaknya terdapat pada
pipa yang mengaliri air dari hyder tank ke jig. Hyder tank ini
sendiri berfungsi sebagai penyaring air tambahan (underwater)
dari pompa-pompa underwater sebelum didistribusikan ke jig-
jig.
GAMBAR 5.33
HYDER TANK
Pompa underwater ini berfungsi untuk mentransportasikan air ke dalam
hyder tank yang kemudian digunakan sebagai underwater jig. Kapasitas
pompa harus dapat memenuhi kebutuhan underwater jig dan air konstan
didalam header. Pada KK 21 Singkep 1 ini pompa underwaternya terdiri
dari 2 , yang berspesifikasi sebagai berikut:
Pompa Underwater 1
Total Head : 26 M
Pompa Underwater 2
Type/Merk : NIJHUISH/VENUS T350-315
Kapasitas : 1800 M3/H
Total Head : 25 M
GAMBAR 5.34
POMPA UNDERWATER
c. Tangki jig.
Tangki jig mempunyai bermacam-macam bentuk, tergantung
dari tempat dimana alat penggeraknya dipasang tangki pada jig
mempunyai 2 (dua) bagian, yaitu :
1. Bagian atas dengan dinding tegak. Bagian ini menahan kisi
kisi dan berdinding tegak, untuk mendapat tekanan yang
merata pada saringan. Pada permukaan atas terletak
kisi atas dan bawah, saringan,dan bed.
2. Bagian bawah yang berbentuk konis, untuk memudahkan
material yang lolos dari saringan terkumpul kesatu tempat
dan keluar melaui lubang spigot.
GAMBAR 5.35
TANKI JIG CLEAN UP DAN SEKUNDER
d. Spigot
Spigot ini terletak dibagian bawah pada jig yang berfungsi untuk
mengeluarkan konsentrat yang keluar melewati saringan dan
untuk mengatur jumlah air didalam tangki jig.Bentuk dari spigot
ini adalah kerucut yang berbahan dari karet, diameter karet
spigot ini adalah sekitar ± 10-12 mm, karet spigot tersebut harus
dikontrol diameternya secara berkala, jika diameter karet spigot
tersebut telah mengalami kehausan yang cukup, maka karet
spigot tersebut harus segera diganti karena agar dapat menjaga
kestabilan.
e. Kisi-kisi
Kisi-kisi atau biasa yang disebut dengan rooster merupakan alat
yang berguna untuk menahan bed hematit agar tetap ditempat.
Kisi-kisi ini sendiri dibuat berpetak-petak supaya bed tersebar
merata di seluruh permukaan jig sesuai dengan kompartemen
yang ada. Tinggi rooster adalah 100 mm batas maksimum
pengisian bed hematite adalah 80 mm karena agar dapat
menjebak mineral berharga lainnya dan juga menghindari losses
yang berlebih jika sewaktu-waktu aliran air melebihi ambang
batas. Bahan kisi-kisi ini terbuat dari kayu (papan) dan dari plat
(besi) yang dilapisi oleh karet.
f. Wire Screen
Wire screen ini terletak didalam jig yang berfungsi untuk
menahan jig bed (hematite) agar tidak turun dan berfungsi untuk
melewatkan atau meloloskan bijih timah. Wire screen ini terbuat
dari bahan yang tahan terhadap korosi seperti pospor bons, baja
tahan karat dan karet.
GAMBAR 5.36
ROOSTER DAN WIRE SCREEN
Ukuran lubangnya harus lebih kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih
timah. Kinerja alat jig dipengaruhi oleh saringan sebagai berikut :
g. Pompa Konsentrat.
Pompa konsentrat berfungsi untuk mentransportasikan
konsentrat jig primer kompartemen A,B,C, dari bak middling ke
jig clean up maupun sekunder
h. Bak Middling
Bak middling ini adalah sebuah bak penampungan konsentrat
sementara sebelum dipompa menuju ke jig clean up dan jig
sekunder. Bak middling ini disekat menjadi 2 bagian, yang satu
bagian untuk menampung konsentrat sementara hasil dari
kompartemen A pada jig primer dan kemudian dipompa untuk
mentransportasikannya ke jig clean up sedangkan bagian satu
lagi itu untuk menampung middling hasil dari kompartemen BC
pada jig primer dan kemudian dipompa untuk
mentransportasikan ke jig sekunder. Pompa middling ini
berfungsi untuk mentransportasikan konsentrat ke jig. Konsentrat
kompartemen A,B,dan C primer dari bak middling ke jig
sekunder ataupun clean up, berikut spesifikasinya:
Jumlah bak middling : 4 unit
Kapasaitas : ± 30 m³
GAMBAR 5.37
BAK MIDDLING A DAN POMPA KE JIG CLEAN UP
GAMBAR 5.38
BAK MIDDLING BC DAN POMPA KE JIG SEKUNDER
i. Cyclone
Cyclone ini merupakan hanya sebuah alat bantu pada jig, yang
berfungsi sebagai alat dewatering yaitu sebagai alat atau media
untuk mengurangi kadar air pada proses pencucian selanjutnya.
Dengan memakai cyclone maka ± 70% air yang
ada pada pulp dari pompa akan terbuang sebagai overflow.
Cyclone ini terletak hanya pada jig clean up dan jig sekunder
saja. Pada Jig Clean Up hanya terdapat satu buah cyclone
untuk dua unit. Sedangkan pada jig sekunder terdapat dua
cyclone untuk dua unit. Hal ini disebabkan karena jumlah air
GAMBAR 5.39
CYCLONE
j. Bandar Tailing
Bandar tailing ini merupakan jalur pembuangan material yang
tidak berharga atau oversize seperti pasir, batuan dan lain-lain.
Sistem buangan limbah dari masing-masing proses pencucian
kapal keruk dengan cara tailing dipisahkan dan langsung dibuang
ke laut.
GAMBAR 5.40
BANDAR TAILING
Jumlah : 4 Unit
GAMBAR 5.41
BAK PENAMPUNG KONSENTRAT SEMENTARA
Berikut adalah spesifikasi dari ore bin dan pompa yang
mentransportasikan material dari bak penampung timah ke ore bin
tersebut:
Jumlah : 1 Unit
Kapasitas : 14 M3
GAMBAR 5.42
OREBINE
Orbine
Jumlah : 8 Unit
Kapasitas : 360 M3
5.3.8. Penjangkaran
Penjangkaran pada Kapal Keruk 21 Singkep 1 merupakan
bagian yang vital dalam hal kemajuan pengalian. Dimana jangkar
adalah tumpuan utama dalam bermanuver maju, mundur maupun ke
samping. Dalam hal ini titik penjangkaran dibagi menjadi 6 titik
tumpuan, yaitu:
Jangkar haluan
Jangkar haluan ini terletak pada ujung depan kapal keruk. Adapun
fungsi dari jangkar haluan ini adalah sebagai berikut:
Jangkar Samping
Selain jangkar haluan kapal keruk juga mempunyai jangkar
samping.Jangkar samping ini berfungsi sebagai titik tumpu pada
kapal keruk dalam melakukan perpindahan penggalian selebar
kolong kerja atau pergerakkan kesamping kiri atau
kanan.Jangkar samping ini terdiri dari 4 titik tumpu, yaitu:
Jangkar Buritan
Jangkar Buritan ini sering disebut juga dengan jangkar tailing
karena posisinya berada dibelakang kapal keruk.Jangkar buritan
ini
berfungsi untuk bertahan atau menjaga kestabilan kapal keruk terhadap arus
yang datang dari arah belakang kapal keruk.
GAMBAR 5.43
POSISI JANGKAR PADA KAPAL KERUK
Flow Sheet Kapal Keruk
GAMBAR 5.44
FLOWSHEET KAPAL KERUK 21 SINGKEP 1
GAMBAR 5.45
LADDER
2. Bucket Wheel
Bucket Wheel pada BWD dilengkapi oleh cutter pada ujung ujungnya, dengan
diameter 4,4 meter. Jumlah bucket 15 buah dengan masing masing bucket
memiliki 11 kuku. Kecepatan putaran dibagi menjadi 4 gigi dengan kisaran 7-
13 rpm. Gearbox dari bucket wheel bersifat kedap air sehingga dapat terendam
di dalam air.
GAMBAR 5.46
BUCKET WHEEL
3. Pipa Tekan
Pipa tekan pada BWD dilengkapi dengan pendeteksi mineral yang
masuk dengan zat radioaktif ( Cesium ) yang nanti hasilnya dapat
dilihat di ruang komando.
GAMBAR 5.47
PIPA TEKAN
4. Scrapper
Scrapper berbentuk seperti lidah yang merupakan tempat meletakkan
material hasil penggalian yang nantinya akan dihisap oleh pompa
hisap
GAMBAR 5.48
SCRAPPER
5. Pompa Tanah
Pompa tanah berfungsi untuk menghisap material yang diberai oleh
bucket wheel dan dialirkan melalui pipa hisap kemudian
mentransportasikannya melalui pipa tekan menuju pencucian untuk
proses berikutnya.
GAMBAR 5.49
POMPA TANAH
5.4.5. Peralatan Penunjang Kapal
Alat penunjang kapal ini merupakan alat tambahan yang digunakan
agar kapal dapat beroperasi secara effektif cthnya :
1. Ponton.
Ponton pada BWD memiliki panjang sebesar 114,6 m dan lebar 32,5
m. Sama dengan kapal lainnya ponton ini juga berisi air tawar dan juga
solar.
2. Pompa Ballast
Merupakan pompa yang digunakan untuk menjaga keseimbangan
kapal. Prinsipnya adalah dengan mengatur tekanan air pada pompa
GAMBAR 5.50
POMPA BALAST
5.4.6. Mesin Penunjang Penggalian
BWD memiliki 4 mesin yang bekerja, yaitu:
1. Mesin utama
Terdapat 5 buah mesin utama 3 unit dengan merk Daihatsu dengan daya
1650 KW per mesin dan juga 2 unit mesin merk Niigata dengan
kekuatan 1650 per unit
2. Mesin Bantu
Terdapat 1 unit mesin bantu merk Caterpilar dengan daya 481 KVA
3. Generator
Terdapat 4 unit generator merk Hiunday dengan daya 2062,5 KVA
4. Mesin Hidrolik
Mesin hidrolik adalah mesin yang bekerja dengan mamanfaatkan
prinsip-prinsip hidrolik yaitu mekanisme yang memanfaatkan fluida
sebagai media penghantar energi dan penghantar tekanan dari
permukaan tabung fluida yang satu kepada permukaan tabung fluida
yang lain.
1. Sizing
Merupakan proses untuk memisahkan material dan pengotor dengan
prinsip perbedaan ukuran butir. Di BWD proses ini dilakukan melalui
alat yang bernama Stationary, bentuknya seperti sakan tetapi
dibawahya terdapat grizzly berukuran 1 mm. Pada proses ini undersize
akan masuk ke spine kop sedangkan oversize akan diberai lagi pada
revolving screen. Kemiringan dari alat ini juga dapat diatur untung
mengontrol kecepatan dari laju material
GAMBAR 5.51
STATIONERY
b. Screening
Proses screening pada BWD menggunakan saring putar. Saring putar
di BWD merupakan saringan putar jenis rotary atau berputar. Saring
putar ini terbuat dari karet yang memiliki lubang berukuran 2 mm per
lubang. Saring putar juga dilengkapi oleh sprayer untuk mengurangi
laju dari material.
GAMBAR 5.52
SARING PUTAR
c. Konsentrasi
Proses konsentrasi inilah yang akan menghasilkan output dari proses
pencucian berupa konsentrat timah. Melalui proses konsentrasi ini
akan terjadi pemisahan antara mineral utama maupun ikutan dengan
mineral engotor itu. Di BWD terdapat 4 jenis jig yaitu, jig primer,
GAMBAR 5.53
2. Jig primer
Pada BWD jig primernya menggunakan tipe jig sirkuler dimana penggerak
membrannya menggunakan sistem hidrolik. Terdapat 11 jig primer pada BWD
yang feednya berasal dan dibagi oleh spine and kop. Keuntungan dari jig
sirkuler ini adalah dapat menampung kuantitas material yang lebih banyak
daripada jig lainnya. Keepatan pukulan sebesar 80 pukulan / menit
GAMBAR 5.54
JIG PRIMER
3. Bak middling
Bak tempat penampungan undersize dari jig primer dan revolving
screen.
GAMBAR 5.55
BAK MIDLING
4. Jig sekunder
Jig sekunder menggunakan tipe jig pan America. Jig sekunder ini
memiliki 4 kompartment jig. Konsentrat hasil dari compartment a akan
menjadi feed untuk jig clean up sedangkan konsentrat hasil
komparmetn b, c, dan d akan masuk ke jig tersier. Kecepatan pukulan
sebesar 80 pukulan / menit
GAMBAR 5.55
JIG SEKUNDER
5. Jig Tersier
Merupakan jig tipe pan amerika yang mengolah hasil dari
compartment b, c, dan d pada jig sekunder. Pukulan jig ini sebesar 60
pukulan per menit
6. Jig Clean up
Merupakan jig tipe pan amerika yang mengolah hasil dari komparment
a pada jig sekunder. Jumlah pukulan 60 pukulan per rmenit
7. Cyclone
Merupakan alat pengering yang dipasang untuk mngurangi kadar air
sebelum material masuk ke dalam jig sekunder
GAMBAR 5.56
HYDROCYCLONE
8. Saluran Tailing
Saluran tailing pada jig primer langsung dibuang bersamaan dengan air
cross flow, sedangkan pada jig tersier, clean up dan sekunder tailing
dibuang melalui bandar tailing.
GAMBAR 5.57
SALURAN TAILING
9. Bak Konsentrat
Bak konsentrat berfungsi sebagai penampung konsentrat hasil keluaran
jig tersier dan clean up
GAMBAR 5.58
BAK KONSENTRAT
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2. Saran