Anda di halaman 1dari 154

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan berbagai macam


sumberdaya alam (SDA). Salah satu sumberdaya alam yang dimiliki oleh
Indonesia adalah sumberdaya mineral (SDM). Hal ini didasarkan pada letak
Indonesia yang berada tepat digaris yang dilalui khatulistiwa sehingga
menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis yang berpengaruh terhadap
suburnya alam di Indonesia. Selain itu Indonesia juga berada dipertemuan tiga
lempeng, dimana memungkinkan munculnya deretan gunung api yang
mendukung pembentukan sumberdaya mineral dengan beraneka ragam komoditas
mineral. Sumberdaya mineral di Indonesia tersebar luas dari barat hingga timur.

Khususnya di daerah Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi


sumberdaya nikel laterit. Sumberdaya nikel laterit yang dimiliki oleh daerah
Sulawesi Tenggara berada di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka.
Sumberdaya nikel laterit didaerah tersebut telah dieksploitasi dan dikelola oleh
PT ANTAM (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara.
PT ANTAM (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara
merupakan perusahaan milik Negara dibawah naungan BUMN (Badan Usaha
Milik Negara).

Lapisan deposit bijih nikel ANTAM umumnya tidak terlalu dalam.


Lapisan bijih nikel limonit lebih berada di permukaan dan penambangan limonit
dilakukan terlebih dahulu sebelum saprolit. Bijih nikel ditambang oleh PT
ANTAM (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara
dengan menggunakan metode tambang terbuka secara selektif, sedangkan proses

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 1


pengolahannya menggunakan metode Elkem & Hatch dan pada proses
pengolahan bijih nikel dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pra-pengolahan
dengan rotary dryer dan rotary kiln, proses ore handling, tahap persiapan bijih
(ore preparation), peleburan, pemurnian dan pencetakan.

Proses kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT ANTAM (Persero)


Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara sangatlah lengkap mulai
dari kegiatan penambambangan (hulu) hingga kegiatan pengolahannya (hilir).
Oleh sebab itu, penulis memilih PT ANTAM (Persero) Tbk. Unit Bisnis
Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara sebagai tempat melaksanakan kegiatan
kerja praktek, dengan harapan akan mendapatkan ilmu dan pengalaman yang
lebih tentang kegiatan penambagan khususnya penambangan nikel.

1.2. Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek


1.2.1. Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan dari kegiatan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
a. Menambah wawasan berpikir serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa/i melalui interaksi dan aplikasi langsung
berbagai pengetahuan yang diperoleh mahasiswa/i selama belajar di
bangku kuliah.
b. Mengetahui kegiatan lapangan pada mine surveying, pemboran inpit
drill, geologi mineral, mine production, quality control, reklamasi, dan
proses pengolahan ore.
c. Memberikan gambaran dan pelajaran tentang kondisi dunia
pertambangan yang actual dan masalah-masalah yang terjadi di
lapangan.
d. Memenuhi salah satu mata kuliah wajib untuk syarat Tugas Akhir
(TA).

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 2


1.2.2. Manfaat Kerja Praktek
Adapun manfaat dari kegiatan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi mahasiswa
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman nyata secara praktik.
2. Melatih pemahaman tentang aplikasi pengetahuan teknik
pertambangan yang telah didapat pada kuliah.
b. Bagi unversitas
1. Mengetahui sejauh mana ilmu yang dipahami oleh mahasiswa
selama perkuliahan.
2. Memperoleh gambaran nyata tentang perusahaan sebagai bahan
informasi untuk mengembangkan kurikulum yang ada agar terus
terbaharui.
c. Bagi perusahaan
1. Merupakan wujud nyata perusahaan dalam mengembangkan
bidang pendidikan.
2. Memperoleh sumber daya manusia (SDM) yang potensial untuk
perusahaan.

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini terbatas pada mine surveying, eksplorasi unit geomin,


pemboran inpit drill, mine production, quality control (quality assurance,
preparasi ore, laboratorium instrument dan laboratorium kimia), reklamasi, FeNi
Plant dan corporate social responsibility (CSR).

1.4. Metode Studi

Metode studi yang digunakan adalah:

1. Studi Literatur

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 3


Mempelajari informasi yang pernah di peroleh di perkuliahan dan
buku-buku referensi mengenai bahan galian nikel.
2. Studi Lapangan
Pengamatan langsung dilapangan yang dilakukan dengan cara
observasi, interview, dan pengambilan data lapangan.
3. Studi Wawancara
Pengumpulan informasi berdasarkan narasumber yang ahli pada
bidangnya.

1.5. Waktu dan Lokasi Kerja Praktek

Kerja praktek dilaksanakan pada 16 Februari 2017 sampai dengan 20


Maret 2017 di PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara. Adapun
waktu pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5.

Waktu pelaksanaan kegiatan

Februari Maret
No Kegiatan
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Administrasi
2 Survey
3 Pemboran (In Pit Drill)
4 Pemboran (Geomin)
5 Preparasi (Geomin)
6 Mine Production
7 Quality Assurance
Libur

Libur

Libur

Libur

Libur

8 Preparasi Ore
9 Lab. Instrument
10 Lab. Kimia
11 Reklamasi
12 Feni Plant
13 Laporan
14 Presentasi
15 Sertifikat

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 4


1.6. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1. Buku lapangan
2. Alat tulis-menulis
3. Stopwatch
4. Kamera Handphone
5. Perlengkapan safety (Helmet, ID Card dan Sepatu safety)
6. Laptop

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 5


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Sejarah Singkat PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara

Indonesia memiliki kekayaan alam berupa bahan galian yang berlimpah


serta tersebar di seluruh pelosok tanah air, baik bahan galian mineral maupun non
mineral. Untuk bahan galian mineral di antaranya adalah bijih nikel di Sulawesi
Tenggara. Bijih nikel di Sulawesi Tenggara mulai dieksploitasi dan ditambang
oleh E.C. Abendanon. Kemudian beralih ke eksploitasi berikutnya oleh Oost
Borneo Maatschappij (OBM) dan Bone Tolo Maatschappij. Hasil penambangan
yang dilakukan oleh OBM diekspor ke Jepang sebanyak 150.000 ton bijih nikel
dan hal ini berlangsung sampai tahun 1942. Pada tahun 1964 kemudian bijih nikel
di Sulawesi Tenggara dieksploitasi oleh PT Nikel (Pertambangan Nikel
Indonesia).

Pada masa Perang Dunia II yakni tahun 1942-1945 Indonesia diduduki


oleh Jepang. Kemudian selanjutnya bijih nikel dikelola oleh Sumitomo Metal
Mining Corp. (SMM) yang berhasil membangun sebuah pabrik pengolahan yang
menghasilkan nikel matte. Selama masa itu, pabrik tersebut telah menghasilkan
351 ton matte, dimana tiga puluh ton diantaranya berhasil dikapalkan dan sisanya
ditinggalkan di Pomalaa. Hal ini terjadi karena pabrik pengolahan nikel di
Pomalaa hancur oleh serangan sekutu, sehingga instalasi yang ada pada saat itu
hancur berantakan. Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, banyak
pihak asing yang ingin melakukan eksplorasi di Pertambangan Nikel Pomalaa
tersebut, seperti Freeport Sulfur Co., Oost Borneo Maatschappij serta MMC yang
bergerak di Malili. Namun, akibat keadaan keamanan yang kurang
memungkinkan saat itu, usaha tersebut mengalami kegagalan. Baru pada tahun

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 6


1957, usaha penambangan bijih nikel dapat dibangun kembali oleh perusahaan
NV Perto. Mulanya hanya mengekspor stock bijih nikel yang tertinggal dari
zaman perang ke zaman Jepang.

Pada tahun 1959-1960, perusahaan ini baru melakukan penggalian di


Pulau Maniang. Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 29/1960 dan
Undang-undang Pertambangan Nomor 37/1960 yang menyatakan bahwa nikel
sebagai bahan galian strategis. Maka dari itu, pada tahun 1960 usaha NV Perto
diambil alih pemerintah dan dibentuk sebuah perusahaan bersama antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berstatus Perseroan Terbatas (PT)
yang bersama PT Pertambangan Nikel Indonesia (PNI). Usaha pertambangan di
Pomalaa mulanya dalam lingkungan Biro Urusan Perusahaan-perusahaan
Tambang Negara Yang disingkat dengan sebutan BUPTAN. Sejak tahun 1961
perusahaan ini berada dalam lingkungan Pimpinan Umum Perusahaan-perusahaan
Tambang Umum (BPU-PERTAMBUN).

Pada tanggal 30 Desember 1974, ANTAM berubah nama menjadi


Perseroan Terbatas dengan Akta Pendirian Perseroan No. 320 tanggal 30
Desember 1974 dibuat di hadapan Warda Sungkar Alurmei, S.H., pada waktu itu
sebagai pengganti dari Abdul Latief. Akta Perubahan No. 55 tanggal 14 Maret
1975 dibuat di hadapan Abdul Latief, mengenai perubahan status Perseroan dalam
rangka melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang
No. 9 tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang No. 1 tahun 1969 (Lembaran Negara tahun 1969 No. 16. Tambahan
Lembaran Negara No. 2890) tentang bentuk-bentuk Usaha Negara menjadi
Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1969 No. 40),
Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan (Persero).
Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1969 No. 21 dan Peraturan
Pemerintah No. 26 tahun 1974 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Negara
Aneka Tambang menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), Lembaran Negara

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 7


Republik Indonesia tahun 1974 nomor 33. Surat Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. Kep. 1768/MK/IV/12/1974 tentang Penetapan Modal
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang menjadi Perseroan Terbatas
dengan nama PT Aneka Tambang yang telah memperoleh pengesahan dari
Menkumham dalam Surat Keputusannya No. Y.A. 5/170/4 tanggal 21 Mei 1975
dan kedua akta tersebut telah didaftarkan dalam buku registrasi yang berada di
Kantor Pengadilan Negeri Jakarta berturut-turut di bawah No. 1736 dan No. 1737
tanggal 27 Mei 1975 serta telah diumumkan dalam tambahan No. 312 BNRI No.
52 tanggal 1 Juli 1975. Untuk mendukung pendanaan proyek ekspansi ferronikel,
pada tahun 1997 Perseroan menawarkan 35% sahamnya ke publik dan
mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1999, Perseroan
mencatatkan sahamnya di Australia dengan status foreign exempt entity dan pada
tahun 2002, status ini ditingkatkan menjadi ASX Listing yang memiliki ketentuan
lebih ketat.

Akhir tahun 1962 berlangsung kontrak kerjasama antara Co. LTD


Sulawesi Nikel Development Corporation (SUNIDECO) suatu perusahaan yang
dibentuk oleh para pemakai bijih nikel dan beberapa trading companies di
Jepang. Kemudian berdasarkan PP No. 26 tahun 1968 PT Pertambangan Nikel
Indonesia bersama BPU Pertambun beserta PT/PN dan proyek dijajarannya
disatukan menjadi PN Aneka Tambang di Pomalaa selaku unit produksi dengan
nama Unit Pertambangan Nikel Pomalaa. Pada tanggal 30 Desember 1974 status
PN berubah menjadi PT Aneka Tambang (Persero) hingga saat ini.

Mengingat cadangan bijih nikel laterit kadar rendah (<1,82% Ni) yang
dapat dimanfaatkan cukup besar, maka untuk meningkatkan mutu dan kualitas
produksi dalam pasar internasional, didirikan pabrik peleburan bijih nikel menjadi
produk logam FeNi. Sampai saat ini PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. UBPN
Sultra mempunyai tiga unit pabrik FeNi yaitu, Pabrik FeNi unit I dimulai pada
tanggal 12 Desember 1973 dengan waktu penyelesaian selama dua tahun. Pada

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 8


tanggal 14 Agustus 1976 dapur listrik unit I dengan daya 20 MVA (18 MW)
mulai memproduksi secara komersial dan selanjutnya pabrik FeNi diresmikan
oleh wakil Presiden RI, Sultan Hamengkubuwono IX pada tanggal 23 Oktober
1976. Pabrik FeNi unit II dibangun pada tanggal 2 November 1992 dan mulai
produksi bulan Februari 1995. Pabrik FeNi II diresmikan pada tanggal 11 Maret
1996 oleh Presiden RI, Soeharto. Pabrik FeNi III mulai berproduksi di awal tahun
2006. Dalam memaksimalkan proses produksi pabrik UBPN Sultra maka
digunakan alat dengan mesin diesel sebagai pembangkit listrik yang terdiri dari
dua unit, yaitu Unit PTL I dan Unit PTL II yang diinterkoneksikan secara paralel
sebelum didistribusikan kemasing-masing peralatan. Kemudian pada bulan
Oktober 2005 Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meresmikan
PLTD III dual firing dengan energi masing-masing 17 MW yang akan
mendukung seluruh kebutuhan listrik Pabrik FeNi I, Pabrik FeNi II dan Pabrik
FeNi III. Sementara PLTD lama yang berkekuatan 50 MW akan menjadi back up
kebutuhan listrik ketiga pabrik tersebut.

2.2.Visi dan Misi PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara

2.2.1.Visi ANTAM 2030:

"Menjadi korporasi global terkemuka melalui diversifikasi dan integrasi


usaha berbasis Sumber Daya Alam"

Arti Visi:
a. Korporasi
Badan usaha holding yang memberi nilai tambah kepada stakeholder.

b. Global Terkemuka
- Jangkauan pemasaran di seluruh dunia.
- Operasional berstandar kelas dunia.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 9


- Perusahaan pengolah mineral terbesar di Indonesia.

c. Terdiversifikasi dan Terintegrasi


- Terdiversifikasi, bisnis yang pruden melalui pengembangan usaha
secara horizontal.
- Terintegrasi, bisnis yang saling terkait dari hulu ke hilir.

d. Berbasis Sumber Daya Alam


- Pengelolaan sumber daya alam yang memberikan nilai tambah pada
komoditas inti  dan bisnis pendukungnya.
- Komoditas inti:  produk berbasis nikel, bauksit, dan emas.
- Bisnis pendukung: energi, batubara, jasa eksplorasi, jasa permunian,
trading, engineering, O&M, transshipment, training centre, dan
perkebunan.

2.2.2.Misi ANTAM 2030:

a. Menghasilkan produk-produk berkualitas dengan memaksimalkan nilai


tambah melalui praktek-praktek industri terbaik dan operasional yang
unggul.
b. Mengoptimalkan sumber daya dengan mengutamakan keberlanjutan,
keselamatan kerja dan kelestarian lingkungan.
c. Memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pemangku
kepentingan.
d. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan karyawan serta
kemandirian masyarakat di sekitar wilayah operasi.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 10


2.3.Lingkungan Daerah

2.3.1.Lingkungan
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA terletak di Kabupaten
Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas area 6918,38 Km2.

2.3.2.Iklim
Seperti yang telah diketahui bahwa iklim sangat mempengaruhi
dalam kegiatan penambangan, begitu juga dalam kegiatan penambangan
bijih nikel di PT ANTAM Pomalaa iklim sangat mempengaruhi
pembentukan unsur nikel, karena pembentukan unsur nikel sangat
dibutuhkan proses pelapukan yang baik. Di Sulawesi Tenggara sendiri
memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Hal ini
dikarenakan PT ANTAM Pomalaa terletak disekitar garis katulistiwa dan
dekat dengan laut yang memilki suhu maksimum 32O C dan suhu minimum
12O C, dengan suhu rata-rata 25-30O C.

2.3.3.Penduduk
Penduduk daerah Pomalaa, tepatnya disekitar PT ANTAM tidak
hanya merupakan penduduk asli daerah Pomalaa, tetapi juga terdapat
penduduk pendatang. Penduduk asli daerah Pomalaa merupakan masyarakat
Suku Bugis, Toraja dan Tolaki, sedangkan penduduk pendatang daerah
Pomalaa merupakan masyarakat yang berasal dari Pulau Jawa, Sumatera
dan lainnya.
2.3.4.Mata Pencaharian Penduduk
Penduduk sekitar PT ANTAM sebagian besar merupakan karyawan
PT ANTAM Pomalaa dan sebagian kecil bermata pencaharian sebagai
petani, nelayan bahkan membuka usaha kecil seperti warung, rumah makan
dan lainnya.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 11


2.3.5.Flora dan Fauna
2.3.5.1.Flora
Vegetasi atau Tumbuhan daerah sekitar umumnya ditumbuhi
dengan vegetasi primer (asli) dan vegetasi sekunder (hasil
budidaya). Vegetasi primer merupakan vegetasi yang belum
mendapat gangguan dan berkembang berdasarkan interaksi dengan
lingkungan ekosistemnya yang asli. Vegetasi primer yang tumbuh
disekitar diantaranya adalah kayu besi, belimbing bajo, melinjo,
jambu mete dan coklat yang menjadi tanaman khas yang juga
dibudidayakan oleh rakyat sekitar. Sedangkan vegetasi sekunder
merupakan tumbuhan yang telah ditanam ulang yang dikarenakan
kegiatan pertambangan. Vegetasi sekunder tersebut antara lain,
pohon manga, cemara, gamal, dan beringin.
2.3.5.2.Fauna
Fauna yang dapat dijumpai disekitar daerah Pomalaa adalah
anoa, monyet dan babi hutan. Anoa sendiri merupakan satwa
endemik Sulawesi Tenggara.

2.3.6.Sosial
PT ANTAM Pomalaa telah melakukan beberapa kegiatan bakti
sosial diantaranya memberikan fasilitas pendidikan (SD, SMP, SMA) serta
fasilitas penunjang lainnya seperti tempat ibadah, fasilitas olahraga dan
perbaikan jalan serta juga bantuan dalam bentuk lainnya. Selain melakukan
beberapa kegiatan sosial PT ANTAM pomalaa juga membuka lapangan
pekerjaan yang luas dengan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar di
kawasan Kabupaten Pomalaa. Kegiatan sosial ini dilakukan bermaksud
untuk membangun dan menjalin hubungan baik antara masyarakat Pomalaa
dan pihak perusahaan serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 12


sekitar sehingga pendapatan masyarakat sekitar dapat bertambah dan cukup
untuk memenuhi kebutuhan kehidupan masyarakat.

2.4.Lokasi Kerja Praktek

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA berada di Kecamatan


Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan wilayah
geografis, Pomalaa terletak antara 4O10’00” LS dan 121O31’30” hingga
121O39’03” BT. Pomalaa sendiri berjarak ± 165 Km dari Kendari, Ibu Kota
Sulawesi Tenggara.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara berbatasan dengan:


a. Di sebelah utara berbatasan dengan Sungai Huko-huko.
b. Di sebelah timur berbatasan dengan Perbukitan Maniang.
c. Di sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Oko-oko.
d. Di sebelah barat berbatasan dengan Teluk Mekonggga.

Perjalanan menuju Pomalaa dapat ditempuh melalui jalur darat, udara dan
laut. Apabila menggunakan jalur udara maka dapat menggunakan pesawat dari
Bandara Soekarno-Hatta dan transit terlebih dahulu di Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar yang kemudian dilanjutkan kembali menuju Bandara
Sangia Nibandera Kolaka selama ± 45 menit. Selanjutnya, perjalanan darat dari
Tanggetada ke Pomalaa dapat ditempuh selama ± 30 menit. Sedangkan, apabila
menggunakan jalur laut, maka dari Makassar ke pelabuhan Feri Bajoe Kabupaten
Bone atau dari Makassar ke Pelabuhan Siwa menuju pelabuhan di Kabupaten
Kolaka, dilanjutkan dengan menggunakan jalur darat selama kurang lebih 30
menit menuju Kecamatan Pomalaa. Sedangkan dari Ibukota Sulawesi Tenggara,
Kendari, Pomalaa dapat dicapai dalam waktu 4 jam menggunakan kendaraan
bermotor atau mobil.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 13


PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 14
BAB III

LANDASAN TEORI

Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedt pada tahun 1751. Nikel merupakan


logam berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong
dalam logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadap oksidasi
dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim (Cotton
dan Wilkinson, 1989). Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu endapan nikel sulfida dan endapan nikel laterit.

1. Nikel sulfida
Endapan nikel sulfida adalah endapan nikel yang terjadi sebagai mineral
kompleks yang mengandung tembaga dan sedikit logam mulia dan kobalt.
Bijih nikel jenis sulfida umumnya ditemukan dinegara maju seperti
Kanada, Australia, dan Finladia.
2. Nikel laterit
Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses
pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah
Laterit sendiri diambil dari bahasa Latin “later” dengan arti batubata
merah (M. F. Buchanan, 1807) yang digunakan sebagai bahan bangunan
di Mysore, Canara dan Malabr wilayah India bagian selatan. Material
tersebut sangat rapuh dan mudah dipotong, tetapi apabila terlalu lama
terekspos akan cepat sekali mengeras dan sangat kuat.

Smith (1992) mengemukakan bahwa laterit merupakan regolith atau tubuh


batuan yang mempunyai kandungan Fe yang tinggi dan telah mengalami pelapukan,
termasuk di dalamnya profil endapan material hasil transportasi yang masih tampak
batuan asalnya. Sebagian besar endapan laterit mempunyai kandungan logam yang

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 15


tinggi dan dapat bernilai ekonomis tinggi, sebagai contoh endapan besi, nikel,
mangan dan bauksit. Dari beberapa pengertian, laterit dapat disimpulkan merupakan
suatu material dengan kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil proses
pelapukan yang terjadi pada iklim tropis dengan intensitas pelapukan tinggi.

Di dalam industri pertambangan nikel laterit atau proses yang diakibatkan


oleh adanya proses lateritisasi sering disebut sebagai nikel sekunder. Bijih nikel
laterit terbagi menjadi dua jenis yang umum ditemui yaitu saprolit dan limonit
dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol dari dua jenis bijih ini adalah
kandungan Fe (besi) dan Mg (magnesium), bijih saprolit mempunyai kandungan Fe
rendah dan Mg tinggi, sedangkan limonit sebaliknya.

Bijih saprolit juga dibagi dalam dua jenis berdasarkan kadarnya yaitu HGSO
(High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya HGSO
mempunyai kadar Ni ≥ 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni.

3.1.Genesa Pembentukan Endapan Nikel Laterit


Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu endapan sulfida nikel – tembaga berasal dari mineral pentlandit,
milerit, yang terbentuk akibat injeksi magma dan konsentrasi residu (sisa) silikat
nikel hasil pelapukan batuan beku ultramafik yang sering disebut endapan nikel
laterit. Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk
jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka
mineral yang mudah larut akan terkikis oleh proses erosi, sedangkan mineral bijih
biasanya stabil dan mempunyai berat jenis besar akan tertinggal dan terkumpul
menjadi endapan konsentrasi sisa.
Proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit,
serpentinit), dimana batuan ini banyak mengandung mineral olivin, piroksen,
magnesium silikat dan besi silikat yang pada umumnya mengandung 0,30 %

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 16


nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik (Boldt ,
1967).

Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut
dan silika dari profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam, hangat dan
lembab serta membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi
pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979). 

Air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan


kembali oleh material–material organis di permukaan meresap ke bawah
permukaan tanah sampai pada zona pelindihan, dimana fluktuasi air tanah
berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya akan CO2 akan berkontak
dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan
mineral-mineral yang tidak stabil seperti olivine, serpentin dan piroksen. Mg, Si
dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan membentuk
mineral-mineral baru pada proses pengendapan kembali (Hasanudin dkk,
1992). Endapan besi yang bersenyawa dengan oksida akan terakumulasi dekat
dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel dan silika akan tetap
tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai air yang masuk ke
dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan
dan pelindihan (leaching). 

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 17


Gambar 3.1.1.
Konsep genesa endapan nikel laterit
Sumber : Waheed Ahmad,2006

Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), silika (Si) dan nikel
(Ni) akan tertinggal di dalam larutan selama air masih bersifat asam. Tetapi, jika
dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat–zat tersebut
akan cenderung mengendap sebagai mineral hidrosilikat (Ni-magnesium
hidrosilicate) yang disebut mineral garnierit [(Ni,Mg)6Si4O10(OH)8] atau
mineral pembawa Ni (Boldt, 1967).

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 18


Adanya kekar menyebabkan air hujan akan turun dan Ni terbawa oleh air,
sehingga lambat laun Ni akan terkumpul pada zona dimana air sudah tidak dapat
turun lagi dikarenakan tidak dapat menembus batuan dasar (bedrock). Ikatan dari
Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit
dengan rumus kimia (Ni, Mg) Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus
menerus, maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen (supergen
enrichment). Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona saprolit. Dalam
satu penampang vertical, profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang
lebih dari satu. Hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu
berubah-ubah, terutama tergantung pada perubahan musim.

Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer


yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan. Zona ini disebut
sebagai zona batuan dasar (bed rock). Biasanya berupa batuan ultramafik seperti
peridotit atau dunit.

3.2.Profil Nikel Laterit

Endapan nikel laterit merupakan endapan hasil proses pelapukan lateritik


batuan induk ultramafik (peridotit, dunit dan serpentinit) yang mengandung Ni
dengan kadar tinggi. Agen pelapukan ini berupa air hujan, suhu, kelembaban,
topografi, dan lain-lain. Endapan nikel laterit umumnya ditemukan pada daerah
beriklim tropis dan sub tropis, dikarenakan iklim ini yang mendukung terjadinya
pelapukan. Profil laterit sendiri dapat dibagi menjadi beberapa zona yang
dideskripsikan dan diterangkan oleh daya larut mineral dan kondisi aliran air
tanah. 

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 19


Gambar 3.2.1.
Profil endapan nikel laterit
Sumber : Taylor, 1979

1. Iron Capping
Merupakan bagian paling atas dari suatu penampang laterit. Komposisinya
adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa organik lainnya.
Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur. Kadar nikelnya
sangat rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan. Ketebalan lapisan
tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m, berwarna merah tua dan merupakan
kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi
yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah dan terkadang terdapat mineral-
mineral hematite dan chromiferous.
2. Limonite Layer
Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa. Komposisinya
meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit. Ketebalan lapisan
ini rata-rata 8–15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar tumbuhan
meskipun dalam persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah
batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 20


Umumnya, mineral-mineral di batuan beku basa-ultrabasa telah terubah
menjadi serpentin akibat hasil dari pelapukan yang belum tuntas. Fine
grained berwarna merah coklat atau kuning merupakan lapisan kaya besi dari
limonit soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang
terjal, dan hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di
dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral
talc, tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, dan maghemite.

3. Silica Boxwork
Putih–orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian
menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian
mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat
mineral opal dan magnesit. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam
boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork
jarang terdapat pada bedrock yang serpentinized.

4. Saprolite
Zona ini merupakan zona pengkayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida
besi, serpentin sekitar <0,4%, kuarsa magnetit dan batuan asal yang masih
terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5–18 m. Kemunculan bongkah-
bongkah sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai
magnesit, serpentin, krisopras dan garnierit. Bongkah batuan asal yang
muncul pada umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni
dan Fe yang rendah. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan
mineral-mineral primer yang terlapukkan. Garnierite di lapangan biasanya
diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous
serpentin.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 21


5. Bedrock
Bedrock merupakan bagian terbawah dari profil laterit, tersusun atas bongkah
yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar). Secara umum
bedrock sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah
mendekati atau sama dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan
asal dari nikel laterit yang umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu
harzburgit dan dunit yang pada rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-
10%, garnierit minor dan silika > 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat
sebanding dengan intensitas serpentinisasi. Zona ini terfrakturisasi kuat, dan
terisi oleh mineral garnierit dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi
penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya
tersembunyi.

3.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Endapan Nikel

Proses dan kondisi yang mengendalikan proses lateritisasi batuan


ultramafik sangat beragam dengan ukuran yang berbeda sehingga membentuk
sifat profil yang beragam antara satu tempat ke tempat lain, dalam komposisi
kimia dan mineral, dan dalam perkembangan relatif tiap zona profil. Faktor yang
mempengaruhi efisiensi dan tingkat pelapukan kimia yang pada akhirnya
mempengaruhi pembentukan endapan adalah:
a. Batuan asal
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan
nikel laterit. Batuan asalnya adalah batuan ultrabasa. Dalam hal ini pada
batuan ultrabasa tersebut:
- Terdapat elemen Ni yang paling banyak di antara batuan lainnya.
- Mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak
stabil, seperti olivin dan piroksin.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 22


- Mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan
lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

b. Iklim
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan
terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan
temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis,
dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah
proses atau reaksi kimia pada batuan.

c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi


Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan
senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah
yang mengandung CO2 memegang peranan penting di dalam proses
pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan
dapat mengubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan
vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan:
- Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti
jalur akar pohon-pohonan.
- Akumulasi air hujan akan lebih banyak.
- Humus akan lebih tebal.
Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutan lebat pada lingkungan
yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang
lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil
pelapukan terhadap erosi mekanis.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 23


d. Struktur
Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah
struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti
diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil
sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-
rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air sehingga proses
pelapukan akan lebih intensif.

e. Topografi
Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta
reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai air akan bergerak perlahan-
lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi
lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi
endapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai
kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan
mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis jumlah
air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.

f. Waktu
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

3.4. Kegiatan Pertambangan

Berdasarkan UU Minerba No.4 Tahun 2009 Pertambangan adalah


sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 24


studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

3.4.1. Penyelidikan Umum


Prospeksi merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian, atau
penemuan endapan-endapan mineral berharga. Dengan kata lain kegiatan
ini bertujuan untuk menemukan keberadaan atau indikasi adanya bahan
galian yang akan dapat atau memberikan harapan untuk diselidiki lebih
lanjut. Jika pada tahap prospeksi ini tidak ditemukan adanya cadangan
bahan galian yang berprospek untuk diteruskan sampai ke tahapan
eksplorasi, maka kegiatan ini harus dihentikan. Apabila tetap diteruskan
akan menghabiskan dana secara sia-sia. Tahapan prospeksi ini sering kali
dilewatkan karena dianggap sudah ditemukan adanya indikasi atau tanda-
tanda keberadaan bahan galian yang  sudah langsung bisa dieksplorasi.
Metoda prospeksi antara lain tracing float dan pemetaan geologi
dan bahan galian. Metode tracing float ini digunakan terutama pada anak
sungai yang lebih mudah dilakukan pada musim kemarau. Metode ini
dilakukan untuk mencari atau menemukan float bahan galian yang
diinginkan, yang berasal dari lapukan zona mineralisasi yang melewati
lereng bukit atau terpotong anak sungai dan terhanyutkan oleh aliran
sungai. Dengan melakukan tracing float dari arah hilir ke hulu sungai,
maka bisa diharapkan untuk menemukan adanya zona mineralisasi yang
tersingkap pada arah hulu sungai. Pada metode ini litologi setempat
sebagian besar sudah diketahui.
Kedua, metode pemetaan geologi dan bahan galian. Metode ini
dilakukan apabila litologi setempat pada umumnya tidak diketahui, atau
diperlukan data yang rinci lagi.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 25


3.4.2. Eksplorasi
Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi
atau setelah endapan suatu bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk
mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian yang meliputi
bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian
serta karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut.

Selain untuk mendapatkan data penyebaran dan ketebalan bahan


galian, dalam kegiatan ini juga dilakukan pengambilan contoh bahan
galian dan tanah penutup. Tahap ekplorasi ini juga sangat berperan pada
tahan reklamasi nanti, melalui eksplorasi ini kita dapat mengetahui dan
mengenali seluruh komponen ekosistem yang ada sebelumnya.

3.4.2.1. Metode Eksplorasi


Setelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah
dalam kegiatan prospeksi yang mempunyai prospek untuk
dilakukan kegiatan selanjutnya, maka dilakukanlah eksplorasi
dengan metode atau cara antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertical dapat
dilakukan dengan cara membuat parit uji, sumur uji,
pembuatan adit dam pemboran inti.
2.    Untuk mengetahui kualitas bahan galian, diambil contoh bahan
galian yang berasal dari titik percontohan dan dianalisis di
laboratorium.
3.    Pada beberapa jenis bahan galian juga dapat dilakukan
beberapa penyelidikan geofisik seperti seismic, SP, IP dan
resistivity.
4.    Setelah titik percontohan yang dibuat dianggap cukup memadai
untuk mengetahui penyebaran lateral dan vertical bahan galian,

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 26


maka dibuat peta penyebaran cadangan bahan galian dan
dilakukan perhitungan cadangan bahan galian.
5.    Selain dari itu, juga kadang-kadang diperlukan analisis contoh
batuan yang berada di lapisan atas atau bawah bahan galian
untuk mengetahui sifat-sifat  fisik dan keteknikannya.

3.4.2.2. Tahapan Eksplorasi


Tahapan-tahapan eksplorasi secara umum ada dua, yaitu
eksplorasi awal atau pendahuluan dan eksplorasi detil. Penjelasan
tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1.   Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang
diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan
dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000
sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
pada tahap ini adalah:
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi
eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang
sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan
lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang
akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah
berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan
provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat
penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena
pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan
tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi,
dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 27


b. Survei dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah
eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan
singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah
dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 :
25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan
pemetaan topografi lebih dahulu. Apabila di daerah
tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat
menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan
untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari
(singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil
conto dari singkapan-singkapan yang penting.

Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan


galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga
diperhatikan adalah perubahan atau batas batuan, orientasi
lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi
sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut
harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat
seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta
tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai,
jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat
dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).

Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut


kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau
model penyebarannya (model geologi). Dengan model
geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang
pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 28


(test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika
diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut
kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan
bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.)

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi,


model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan
geologi, kadar awal, dll. Data-data tersebut akan digunakan
untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan
memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau
daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat
diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.

2. Tahap Eksplorasi Detail


Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui
bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik,
maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997).
Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak
yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur
uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti
mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume
cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun
tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan
terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang
kecil (<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang
yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai
kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan
secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 29


kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran
struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan
kemajuan tambang, lebar atau ukuran bahwa bukaan atau
kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan
produksi bulanan atau tahunan dan pemilihan peralatan
tambang maupun prioritas bantu lainnya.

3. Studi Kelayakan
Studi Kelayakan merupakan tahapan akhir dari kegiatan
penyelidikan awal yang dilakukan sebelumnya sebagai penentu
apakah kegiatan penambangan endapan bahan galian tersebut
layak dilakukan atau tidak. Dasar pertimbangan yang
digunakan meliputi pertimbangan teknis dan ekonomis dengan
teknologi yang ada pada saat ini, dan dengan memperhatikan
keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan hidup. Bila
tidak atau belum layak maka data tersebut diarsipkan.

3.4.2.3. Perencanaan Tambang


Perencanaan tambang akan dilakukan apabila sudah
ditemukan adanya cadangan bahan galian yang sudah layak untuk
ditambang, dengan tingkat cadangan terukur. Seperti kita ketahui
bahwa cadangan itu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu pertama,
cadangan terukur merupakan cadangan dengan tingkat kesalahan
maksimal 20% dan pada cadangan teukur ini telah dilakukan
pengeboran untuk pengambilan sampel. Kedua, cadangan
terindikasi, merupakan cadangan dengan bahan galian dengan
tingkat kesalahan 40% dan belum ada dilakukan pengeboran.
Ketiga, cadangan tereka, merupakan cadangan dengan tingkat
kesalahan 80% dan belum dilakukan pengeboran. Apabila tahap

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 30


telah sampai pada tahap perencanaan tambang. Berarti cadangan
bahan galiannya telah sampai pada tingkat cadangan terukur.
Perencanaan tambang dilakukan untuk merencanakan
secara teknis, ekonomi dan lingkungan kegiatan penambangan
agar dalam pelaksanaan kegiatannya dapat dapat dilakukan dengan
baik dan aman terhadap lingkungan.

3.4.2.4. Persiapan atau Konstruksi


Persiapan atau Konstruksi adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mempersiapkan fasilitas penambangan sebelum operasi
penambangan dilakukan. Pekerjaan tersebut seperti pembuatan
akses jalan tambang, pelabuhan, perkantoran, bengkel, mess
karyawan, fasilitas komunikasi dan pembangkit listrik untuk
keperluan kegiatan penambangan, serta fasilitas pengolahan bahan
galian.

3.4.2.5. Penambangan
Kegiatan penambangan secara garis besar dilakukan dalam
empat tahap, yaitu:

1. Pembabatan ( Land Clearing)


Pembersihan lahan ini dilakukan untuk menyingkirkan
pepohonan dan semak belukar yang tubuh di sekitar area
penambangan dan mempersiapkan akses masuk ke tambang
atau pembuatan jalan angkut.

2. Pengupasan tanah penutup (stripping)


Pekerjaan pengupasan yang dilakukan pada tanah penutup,
biasanya dilakukan bersama-sama pada tahap clearing dengan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 31


menggunakan alat bulldozer. Pekerjaan ini dimulai dari tepat
yang lebih tinggi, tanah penutup didorong ke arah yang lebih
rendah sehingga alat dapat bekerja dengan bantuan gaya
gravitasi.

3. Penggalian bahan galian (Ore Digging)


Penggalian adalah upaya yang dilakukan untuk melepaskan
batuan dari batuan induknya baik dengan cara penggalian
dengan menggunakan alat gali maupun dengan cara pemboran
dan peledakan. Pada intinya pembongkaran ini bertujuan agar
batuan dapat dengan mudah dan cepat dilepaskan serta alat
muat dapat dengan mudah memuat material ke alat angkut.

4. Pemuatan (loading) dan Pengangkutan (hauling)


Pemuatan adalah kegiatan lanjutan setelah pembongkaran
batuan pada loading point, yang bertujuan untuk memuat
material ke alat angkut kemudian diangkut ke titik dumping baik
itu grizzly atau pada disposal area.

Penambangan bahan galian dibagi atas tiga bagian yaitu


tambang terbuka, tambang bawah tanah dan tambang bawah air.
Tambang terbuka dikelompokan atas quarry strip mine, open cut,
tambang alluvial, dan tambang semprot. Tambang bawah tanah
dikelompokkan atas room and pillar, longwall, caving, open stope,
supported stope, dan shrinkage. Sistem penambangan dengan
menggunakan kapal keruk dapat dikelompokkan menjadi tambang
bawah air, walaupun relatif dangkal.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 32


a. Metoda tambang terbuka
Tambang terbuka secara umum didefinisikan sebagai
kegiatan penambangan bahan galian yang berhubungan
langsung dengan udara luar. Terdapat tahapan umum dalam
kegiatan penambangan terbuka yaitu pembersihan lahan,
pengupasan tanah pucuk dan menyimpannya di tempat
tertentu, pembongkaran dan penggalian tanah penutup
(overburden) dengan menggunakan bahan peledak ataupun
tanpa bahan peledak dan memindahkannya ke disposal area,
penggalian bahan galian atau eksploitasi, dan membawanya ke
stockpile untuk diolah dan dipasarkan serta melakukan
reklamasi lahan bekas penambangan (pembahasan
selanjutnya).

b. Tambang bawah tanah


Tambang bawah tanah secara umum didefinisikan
sebagai tambang yang tidak berhubungan langsung dengan
udara luar. Terdapat beberapa tahapan dalam tambang bawah
tanah yaitu, pembuatan jalan utama (main road),  pemasangan
penyangga (supported), pembuatan lubang maju untuk
produksi, ventilasi, drainase, dan fasilitas tambang bawah
tanah lainnya. Setelah itu melakukan operasional penambangan
bawah tanah dengan atau tanpa bahan peledak dan kemudian
membawa bahan galian ke stockpile untuk diolah dan
dipasarkan.
c. Tambang bawah air
Tambang bawah air adalah metode penambangan di
bawah air yang dilakukan untuk endapan bahan galian aluvial,

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 33


marine dangkal dan marine dalam. Peralatan utama
penambangan bawah air ini ialah kapal keruk.
Secara umum, penambangan adalah kegiatan
penggalian terhadap bahan tambang yang kemudian untuk
dilakukan pengolahan dan pemasaran. Pada tahap ini
kegiatannya terdiri dari pembongkaran atau penggalian,
pemuatan ke dalam alat angkut, dan pengankutan ke fasilitas
pengolahan maupun langsung dipasarkan apabila tidak
dilakukan pengolahan terlebih dahulu.

3.4.2.6. Pengolahan
Bahan galian yang sudah selesai ditambang pada umumnya
harus diolah terlebih dahulu di tempat pengolahan. Hal ini
disebabkan antara lain oleh tercampurnya pengotor bersama bahan
galian, perlu spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalau tidak
diolah maka harga jualnya relative lebih rendah jika dibandingkan
dengan yang sudah diolah, dan bahan galian perlu diolah agar
dapat mengurangi volume dan ongkos angkut, meningkatkan nilai
tambah bahan galian, dan untuk mereduksi senyawa-senyawa
kimia yang tidak dikehendaki pabrik peleburan.
Cara pengolahan bahan galian secara garis besar dapat
dibagi atas pengolahan secara fisika, secara fisika dan kimia tanpa
ekstraksi metal, dan pengolahan secra fisika dan kimia dengan
ekstraksi metal. Pengolahan bahan galian secara fisika ialah
pengolahan bahan galian dengan cara memberikan perlakuan fisika
seperti peremukan, penggerusan, pencucian, pengeringan, dan
pembakaran dengan suhu rendah. Contoh yang tergolong
pengolahan ini seperti pencucian batu bara, yang kedua
pengolahan secara fisika dan kimia tanpa ekstraksi metal, yaitu

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 34


pengolahan dengan cara fisika dan kimia tanpa adanya proses
konsentrasi dan ekstraksi metal. Contohnya, pengolahan batu bara
skala rendah menggunakan reagen kimia. Ketiga, pengolahan
bahan galian secara fisika dan kimia dengan ekstraksi metal, yaitu
pengolahan logam mulia dan logam dasar.

3.4.2.7. Pemasaran
Jika bahan galian sudah selesai diolah maka dipasarkan ke
tempat konsumen. Antara perusahaan pertambangan dan
konsumen terjalin ikatan jual beli kontrak jangka panjang,  dan
penjualan sesaat. Pasar kontrak jangka panjang yaitu, pasar yang
penjualan produknya dengan kontrak jangka panjang misalnya
lebih dari satu tahun. Sedangkan penjualan spot, yaitu penjualan
sesaat atau satu atau dua kali pengiriman atau order saja.

3.4.2.8. Reklamasi
Reklamasi merupakan kegiatan untuk merehabilitasi
kembali lingkungan yang telah rusak, baik itu akibat penambangan
atau kegiatan yang lainnya. Reklamasi  ini dilakukan dengan cara
penanaman kembali atau penghijauan suatu kawasan yang rusak
akibat kegiatan penambangan tersebut. Reklamasi perlu dilakukan
karena penambangan dapat mengubah lingkungan fisik, kimia dan
biologi seperti bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran
air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat fauna, dan sebagainya.
Perubahan-perubahan ini harus dikelola untuk menghindari
dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi,
drainase yang buruk, masuknya gulma atau penyakit tanaman,
pencemaran air permukaan atau air tanah oleh bahan beracun dan
lain-lain. Dalam kegiatan reklamasi terdiri dari dua kegiatan yaitu

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 35


Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang
terganggu ekologinya, dan mempersiapkan lahan bekas tambang
yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatannya
selanjutnya.

Dalam melakukan reklamasi, tidak hanya semata harus


mengembalikan kondisi bekas pertambangan semaksimal mungkin
seperti sebelumnya, perlu juga dipikirkan bagaimana manfaatnya
yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dan dapat dikelola secara
berkesinambungan. Dengan demikian, meskipun sudah tidak ada
lagi operasi pertambangan namun dapat tetap memberikan
keuntungan bagi masyarakat dan negara. Dengan
mempertimbangkan manfaatnya, maka tidak semua lahan bekas
penambangan harus dikembalikan persis seperti sebelumnya
dengan melakukan revegetasi (penanaman tumbuhan atau pohon
kembali).
Bila berdasarkan pemikiran dan perhitungan yang matang
ternyata lahan bekas tambang lebih bermanfaat bila digunakan
untuk peruntukan yang lainnya, maka reklamasi dapat dilakukan
dengan berbagai penyesuaian sesuai kebutuhan dan manfaatnya.
1. Tempat wisata alam dan edukasi tambang
Daerah tempat penambangan yang sudah tidak terpakai
lagi dapat dijadikan tempat wisata yang menarik. Dengan
melakukan beberapa penyesuaian khususnya terkait keamanan
dan kenyamanan bagi wisatawan, maka daerah bekas tambang
dapat disulap menjadi tempat rekreasi sekaligus tempat edukasi
terkait pertambangan. Hal ini akan membuat bekas lahan
tambang tetap memberikan manfaat bagi masyarakat dengan
adanya aktivitas pariwisata. Lapangan kerja tetap tersedia,

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 36


merangsang masyarakat untuk kreatif dan inovatif menjadi
wirausaha yang pada akhirnya akan memberi kesejahteraan
pada masyarakat.

2. Waduk atau penampungan air


Bekas galian tambang biasanya selalu menghasilkan
lubang-lubang besar dan dalam. Hal ini bila memungkinkan
dapat dimanfaatkan sebagai tempat penampungan air ataupun
waduk yang bisa menampung air dalam jumlah yang sangat
besar. Dengan adanya waduk, maka berbagai aktivitas yang
memiliki nilai tambah dapat dilakukan. Waduk bisa digunakan
sebagai pembangkit listrik tenaga air, tempat budidaya ikan
atau tambak dan juga tempat rekreasi atau pariwisata. Air
waduk bisa digunakan sebagai bahan baku oleh untuk usaha air
bersih, pengolahan air minum dalam kemasan ataupun untuk
mengairi lahan dan sawah yang ada disekitarnya.

3. Lahan Perkebunan
Di bekas daerah pertambangan dapat dijadikan lahan
perkebunan sehingga menjadi produktif. Tanaman atau
tumbuhan yang dipilih adalah yang bisa menguatkan tanah
namun pada saatnya nanti bisa bernilai ekonomis. Jadi selain
lahan bekas tambang menjadi berangsur pulih karena adanya
vegetasi, pada saatnya nanti akan memberikan penghasilan
kepada masyarakat sekitar. Tumbuhan yang bisa di tanam di
lahan bekas tambang antara lain lada, akasia, sawit, jambu,
kelapa, dan beberapa lagi lainnya.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 37


4. Pemukiman baru
Daerah pertambangan dibangun sudah satu paket
dengan perumahan untuk pekerja tambang. Saat tambang
sudah tidak lagi produktif, bekas daerah tambang bisa
dimanfaatkan untuk mengembangkan tempat pemukiman baru.
Hal ini bisa dilakukan relatif mudah karena tinggal
mengembangkan apa yang sudah ada dengan penyesuaian yang
diperlukan. Tidak perlu lagi membuka lahan mulai dari nol.
Tempat olahraga Lahan-lahan bekas di daerah
pertambangan yang relatif luas dapat dijadikan sarana olahraga
seperti lapangan golf. Hal ini bisa memberikan nilai tambah
ekonomis yang menjanjikan bagi daerah dan masyakarat
setempat.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 38


BAB IV

PENGAMATAN

4.1.Geologi Mineral (Geomin)

Unit geomin PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA bergerak di


bidang eksplorasi untuk mengetahui sebaran bijih nikel laterit yang selanjutnya
akan diindikasikan sebagai sumberdaya bijih nikel. Kegiatan eksplorasi unit
geomin PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA diawali dengan studi
literatur, dimana dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada
berdasarkan survey-survey terdahulu, catatan-catatan lama, laporan-laporan
temuan lama serta studi faktor-faktor geologi. Studi faktor-faktor geologi sangat
dibutuhkan dalam tahap studi literatur karena, pembentukan endapan mineral
dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi.
Selain studi literatur, kegiatan eksplorasi unit geomin didukung oleh kegiatan
pemboran. Pemboran bertujuan untuk:

a. Pengambilan sampel
b. Mengetahui ketebalan setiap zona
c. Mengetahui kandungan endapan mineral
d. Mengetahui struktur lapisan tanah
e. Mengetahui persebaran endapan mineral

Pemboran unit geomin terbagi ke dalam 3 tahap eksplorasi, yaitu:

1. Eksplorasi Regional
Pengeboran pada eksplorasi regional dilakukan dengan jarak antar titik bor
200 meter yang menghasilkan sumberdaya terreka. Dalam eksplorasi regional
dilengkapi oleh pemetaan dan sampling.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 39


2. Eksplorasi Semi Detail
Eksplorasi semi detail merupakan kegiatan eksplorasi lanjutan dari eksplorasi
regional. Pengeboran pada eksplorasi semi detail dilakukan dengan jarak antar
titik bor 50 meter yang menghasilkan sumberdaya tertunjuk. Eksplorasi semi
detail dilengkapi dengan pemetaan, sampling dan survey topografi.
3. Eksplorasi Detail
Eksplorasi detail merupakan kegiatan eksplorasi akhir yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran jelas sumberdaya pada daerah prospek. Pengeboran
pada eksplorasi detail dilakukan dengan jarak antar titik bor 25 meter yang
menghasilkan sumberdaya terukur.

Pengeboran unit geomin menggunakan 2 jenis alat bor yaitu, SJR dan
YBM dengan mesin penggerak yang dinggunakan adalah YANMAR 8,5. Mata
bor yang digunakan dalam pemboran unit geomin adalah mata bor jenis widia
tungsten dan mata bor diamond. Pemboran unit geomin dilakukan hingga
menempuh 3 meter zona bed rock dengan target pemboran perhari 7 meter.
Kendala yang dihadapi oleh pemboran unit geomin antara lain;

 Air
 Cuaca
 Batang bor terjepit
 Mesin rusak
 Keterampilan operator

Kegiatan pemboran unit geomin dilengkapi dengan kegiatan logging.


Logging dilakukan secara langsung dilapangan oleh prospector setelah hasil core
didapat dari pemboran. Logging bertujuan untuk:

a. Menentukan zona lapisan


b. Menentukan litologi pada core

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 40


sritP
a
)lp
u
n
g
o
b
m
e
(T
c
L
D
A
d
x
k
X
c. Mendeskripsikan mineral yang terkandung
d. Menentukan core recovery

4.1.1.Alur Pemboran Unit Geomin

Gambar 4.1.1.1. Alur Pemboran Unit Geomin

4.1.2.Komponen Alat Bor

1. Mesin penggerak dan mesin bor


Pemboran unit geomin PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi
Tenggara menggunakan alat bor tipe SJR produk Indonesia dan YBM
produk Jepang. Alat bor jenis SJR merupakan produk Indonesia yang
mampu mengebor hingga kedalaman maksimum 60 meter, sedangkan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 41


alat bor jenis YBM merupakan produk Jepang dengan kemampuan
kedalaman pemboran maksimum 80 meter. Mesin penggerak yang
digunakan yaitu YANMAR 8,5 PK dengan bahan bakar solar. Alat bor
bekerja dengan tipe pemboran rotary (putar) secara hidrolik.

Gambar 4.1.2.1. Mesin penggerak


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Gambar 4.1.2.2. Mesin bor


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

2. Gear box
Gear box merupakan salah satu bagian alat bor yang berfungsi sebagai
penggerak naik dan turunnya batang bor (AXL) serta untuk memutar
batang bor (AXL) kedalam lubang bor. Gear box dilapisi oleh gemuk
yang berfungsi agar gear box tidak mudah haus sehingga kegiatan
naik-turunnya dan perputaran batang bor (AXL) dapat dilakukan
dengan mudah dan maksimal.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 42


Gambar 4.1.2.3. Gear Box
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

3. Spindle
Spindel adalah tempat dudukan batang bor (AXL) yang akan masuk
kedalam lubang bor.

Gambar 4.1.2.4. Spindle


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

4. Jaw chuck
Jaw chuck merupakan bagian pada spindle yang berfungsi untuk
mengunci batang bor (AXL) saat dilakukannya kegiatan running
pemboran.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 43


Gambar 4.1.2.5. Jaw chuck
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

5. Sub
Sub adalah bagian dari batang bor (AXL) yang digunakan untuk
menghubungkan salah satu batang bor (AXL) dengan Tube.

Gambar 4.1.2.6. Sub


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

6. Batang bor AXL


Batang bor AXL membantu bit untuk mencapai suatu kedalaman
pemboran.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 44


Gambar 4.1.2.7. Batang bor AXL
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

7. Pin
Pin merupakan alat bantu pada batang bor AXL yang berfungsi untuk
menghubungkan antara batang bor AXL yang satu dengan batang bor
AXL lainnya.

Gambar 4.1.2.8. Pin


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

8. Tube (Core Barrel) dan Mata bor (bit)


Tube merupakan bagian alat bor yang berfungsi sebagai penyimpan
core selama kegiatan running pemboran. Tube juga dilengkapi oleh
mata bor (bit). Mata bor (bit) yang digunakan adalah mata bor (bit)
dengan jenis Diamond bit dan Widia tungsten.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 45


Gambar 4.1.2.9. Tube (Core Barrel)
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Gambar 4.1.2.10. Mata bor diamond (bit)


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Gambar 4.1.2.11. Mata bor widia tungsten (bit)


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 46


9. Body protector core
Body protector core digunakan dalam kegiatan mengeluarkan core
dari dalam tube dengan cara menumbuk. Tujuan digunakannya Body
protector agar core yang diperoleh tetap terjaga dan tidak hancur atau
rusak.

Gambar 4.1.2.12. Body protector core


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

10. Core box


Core box adalah tempat yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
core yang telah dikeluarkan dan diperoleh dari body protector sesuai
dengan setiap kemajuan dan kedalaman bor. Core box yang digunakan
dalam pemboran unit geomin adalah core box yang terbuat dari bahan
kayu.

Gambar 4.1.2.13. Core box


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 47


11. Panel atur bor

a a

Gambar 4.1.2.14. Panel Atur Bor


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Panel atur bor memiliki banyak komponen antara lain:


a. Hoist and Brake : Berfungsi untuk menaikan dan menurunkan
tali dengan mesin.
b. Kopling : Berfungsi untuk menjadikan kondisi gigi netral
agar bisa mengganti gigi transmisi.
c. Slinding gear : Berfungsi untuk mengganti mode spindel
Atau mode winch.
d. Pressure gauge : Berfungsi untuk menunjukan keadaan tekanan.
e. DCV : Berfungsi untuk menaikan dan menurunkan
batang.
f. Keran fluida : Berfungsi untuk mengatur tekanan fluida.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 48


4.1.3.Alur Database Eksplorasi Unit Geomin

Kegiatan eksplorasi unit geomin secara umum terbagi kedalam 3


kegiatan, yaitu:

a. Surveying
b. Drilling
c. Preparation

Gambar 4.1.3.1. Flow Database Pomalaa

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 49


4.1.4.Preparasi Sampel Unit Geomin
Preparasi sampel unit geomin bertugas untuk mempersiapkan sampel
sebelum dikirim kelaboratorium untuk dilakukan analisa kadar. Kegiatan
preparasi sampel unit geomin secara umum melingkupi pengecilan (reduksi)
ukuran sampel hingga 200 mesh. Sampel hasil pemboran dengan interval
pemboran 100 meter dan 200 meter dimasukkan kedalam corebox dengan
teknik half core. Sampel hasil pemboran dengan interval pemboran 50 meter
dan 25 meter dimasukkan kedalam corebox dengan teknik whole core.

Adapun proses kegiatan dalam preparasi sampel unit geomin adalah


sebagai berikut:

1. Pembongkaran Sampel
Sampel hasil pemboran unit geomin dipisahkan berdasarkan kode
titik bor.
2. Penimbangan Sampel
Kegiatan penimbangan sampel dilakukan untuk memastikan hasil
penimbangan sampel dilapangan sebelumnya. Kemudian setiap satu
kantong sampel dipindahkan kesebuah wadah yang disebut basin.
3. Oven
Sampel dalam basin dimasukkan kedalam oven selama ± 16 jam
dengan suhu 105OC. Proses pemanasan dalam oven berfungsi untuk
mengurangi dan menghilangkan kadar air yang terkandung dalam
sampel.
4. Penimbangan Sampel Kering
Sampel hasil pemanasan dalam oven kemudian ditimbang untuk
mengetahui berat sampel sesudah pemanasan, sehingga dapat
diketahui selisih berat sampel sebelum dan sesudah pemanasan.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 50


5. Reduksi ukuran
Reduksi ukuran dilakukan dengan menggunakan jaw crusher.
Sampel yang dihasilkan berukuran 3-5 mm.
6. Screen (3-5mm)
Sampel hasil reduksi kemudian diayak dengan ayakan ukuran 3-
5mm. Sampel yang tidak lolos ayakan akan dilakukan penghancuran
(crushing) kembali hingga ukuran sampel 3-5mm.
7. Matriks 2x5
Sampel diratakan lalu dibagi dalam bentuk matriks 2x5. Sampel
yang diambil dari tahap ini seberat ± 600 gram.
8. Pulverizer (bowl)
Setelah proses matriks 2x5 sampel digerus hingga ukuran 200 mesh
selama 3 menit dengan menggunakan pulverizer.
9. Screen 200 mesh
Sampel yang telah digerus kemudian diayak dengan ukuran ayakan
200 mesh. Sampel yang tidak lolos ayakan akan dilakukan
penggerusan kembali hingga ukuran sampel 200 mesh.
10. Conning Quartering
Sampel hasil penggerusan 200 mesh dibagi menjadi dua sampel
untuk arsip dan analisa laboratorium dengan metode pengambilan
sampel berupa coning quartering. Sampel dituangkan pada meja
kerja, kemudian di bagi menjadi empat bagian. Diambil dua sampel
secara silang dengan masing-masing berat sampel ±120 gram.
11. Packing
Sampel kemudian dikemas dalam plastik sampel.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam kegiatan preparasi unit geomin


adalah sebagai berikut:
a. Jaw crusher

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 51


Gambar 4.1.4.1. Jaw crusher
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

b. Ayakan 3-5mm (a) dan 200 mesh (b)

Gambar 4.1.4.2. (a) Gambar 4.1.4.2. (b)


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

c. Sendok 3D

Gambar 4.1.4.3. Sendok 3D


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 52


d. Oven

Gambar 4.1.4.4. Oven


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

e. Timbangan

Gambar 4.1.4.5. Timbangan


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

f. Basin

Gambar 4.1.4.6. Basin


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 53


g. Matrix 2x5

Gambar 4.1.4.7. Matriks 2x5


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

h. Pulverizer dan Bowl

Gambar 4.1.4.8. Pulverizer (a)


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Gambar 4.1.4.8. Bowl (b)


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 54


4.2.Inpit Drill

Inpit drill merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk


menunjang industri pertambangan. Kegiatan ini tergolong dalam kegiatan untuk
tahap development dengan fungsi dan tujuan untuk:

1. Mengetahui dan membuktikan potensi kadar ore.


2. Mengetahui ketebalan cadangan yang potensial dan penyebaran ore.
3. Pengembangan perhitungan cadangan ore.
4. Membantu menentukan pit limit (batas penambangan).
5. Memperoleh sampel dalam bentuk core.

Dalam kegiatannya, inpit drill merupakan tahap lanjutan dari kegiatan


geomin (pemboran eksplorasi). Oleh karena itu, pemboran inpit drill dilakukan
disekitar titik pemboran geomin. Adapun kendala yang sering dihadapi dalam
kegiatan inpit drill yang mempengaruhi efisiensi kerja adalah sebagai berikut:

1. Core yang diperoleh jatuh ketika tube diangkat dari dalam lubang bor.
2. Lamanya waktu tunggu pemindahan alat bor menggunakan dozer,
excavator maupun mobil.
3. Waktu pengisian solar.
4. Batang bor jatuh dalam lubang bor.
5. Batang bor terjepit dalam lubang bor.

PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara bermitra dengan PT


Gihon Maritsa sebagai jasa pemboran dalam kegiatan inpit drill. Jarak antar
lubang bor inpit drill yang digunakan adalah 12,5 m di area dekat tambang open
pit dengan target pemboran per hari 10 m dimana jumlah hari kerja 5 hari dalam
seminggu (Senin-Jumat).

Kegiatan inpit drill yang diamati oleh penulis berlokasi di Tambang Utara
Bukit Strada dengan dua titik pengamatan bor yaitu TB STD-174 dan TB STD-

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 55


173. Pengamatan dilakukan selama 4 hari mulai dari tanggal 22 Februari 2017
sampai dengan 26 Februari 2017.

4.2.1.Mekanisme Kerja

PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara menggunakan


alat bor tipe KOKEN YH-01 dan mesin penggerak YANMAR 8,5 PK
dengan tipe pemboran rotary (putar). Batang bor (AXL) berputar secara
otomatis menggunakan mesin penggerak, sedangkan tekanan pada batang
bor (AXL) diberikan secara manual dengan tenaga manusia (operator).
Pemasangan dan pelepasan batang bor (AXL) juga dilakukan secara manual.
Setiap kemajuan maximal 70 cm, tube ditarik kembali ke permukaan dengan
menarik serta melepaskan batang bor (AXL). Tube yang telah terisi core
kemudian di tumbuk dengan menggunakan protector agar core tetap terjaga
bentuknya (tidak hancur). Pemboran dilakukan secara vertikal searah
dengan penyebaran bijih.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 56


4.2.2.Alur Kegiatan Inpit Drill

Gambar 4.2.2.1. Alur kegiatan Inpit drill

4.2.3.Komponen Alat
1. Mesin penggerak dan mesin bor
PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara menggunakan
alat bor tipe KOKEN YH-01 dengan mesin penggerak YANMAR 8,5
PK dengan bahan bakar solar. Alat bor bekerja dengan tipe pemboran
rotary (putar) dan tekanan pada batang bor (AXL) dilakukan secara
manual oleh tenaga manusia (operator).

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 57


Gambar 4.2.3.1.Mesin penggerak
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Gambar 4.2.3.2. Mesin bor KOKEN YH-01


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

12. Gear box


Gear box merupakan salah satu bagian alat bor yang berfungsi sebagai
penggerak naik dan turunnya batang bor (AXL) serta untuk memutar
batang bor (AXL) kedalam lubang bor. Gear box juga dilapisi oleh
gemuk yang berfungsi agar gear box tidak mudah haus sehingga
kegiatan naik-turunnya dan perputaran batang bor (AXL) dapat
dilakukan dengan mudah dan maksimal.

Gambar 4.2.3.3. Gear Box


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 58


13. Spindle
Spindel adalah tempat dudukan batang bor (AXL) yang akan masuk
kedalam lubang bor.

Gambar 4.2.3.4. Spindle


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

14. Jaw chuck


Jaw chuck merupakan bagian pada spindle yang berfungsi untuk
mengunci batang bor (AXL) saat dilakukannya kegiatan running
pemboran.

Gambar 4.2.3.5. Jaw chuck


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

15. Kunci chuck


Kunci chuck merupakan alat bantu dalam jaw chuck yang berfungsi
untuk membuka dan mengencangkan jaw chuck.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 59


Gambar 4.2.3.6. Kunci chuck
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

16. Sub
Sub adalah bagian dari batang bor (AXL) yang digunakan untuk
menghubungkan salah satu batang bor (AXL) dengan Tube.

Gambar 4.2.3.7. Sub


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

17. Batang bor AXL


Batang bor AXL membantu bit untuk mencapai suatu kedalaman
pemboran. Batang bor AXL yang tersedia pada kegiatan inpit drill
berjumlah 10 batang dengan panjang batang bor AXL 1,5 meter dan 1
batang bor AXL dengan panjang 1 meter.

Gambar 4.2.3.8. Batang bor AXL


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 60


18. Pin
Pin merupakan alat bantu pada batang bor AXL yang berfungsi untuk
menghubungkan antara batang bor AXL yang satu dengan batang bor
AXL lainnya.

Gambar 4.2.3.9. Pin


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

19. Tube (Core Barrel) dan Mata bor (bit)


Tube merupakan bagian alat bor yang berfungsi sebagai penyimpan
core selama kegiatan running pemboran. Tube juga dilengkapi oleh
mata bor (bit). Mata bor (bit) yang digunakan dalam kegiatan inpit
drill adalah mata bor (bit) dengan jenis Widia Orthoclas dengan skala
mohs 6.

Gambar 4.2.3.10. Tube (Core Barrel)


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 61


Gambar 4.2.3.11. Mata bor (bit)
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

20. Kunci pipa


Kunci pipa juga merupakan salah satu alat bantu dalam kegiatan inpit
drill. Kunci pipa digunakan untuk membantu proses pelepasan,
pemasangan dan pengangkatan batang bor AXL dan tube. Terdapat
dua jenis kunci pipa yang digunakan yaitu kunci pipa yang berwarna
hijau dengan ukuran 36 inci dan warna merah dengan ukuran 24 inci.

Gambar 4.2.3.12. Kunci pipa


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

21. Body protector core


Body protector core digunakan dalam kegiatan mengeluarkan core
dari dalam tube dengan cara menumbuk. Tujuan digunakannya Body

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 62


protector agar core yang diperoleh tetap terjaga dan tidak hancur atau
rusak.

Gambar 4.2.3.13. Body protector core


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

22. Core box


Core box adalah tempat yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
core yang telah dikeluarkan dan diperoleh dari body protector sesuai
dengan setiap kemajuan dan kedalaman bor.

Gambar 4.2.3.14. Core box


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

4.2.4.Perhitungan Pemboran Inpit Drill

1. Cycle Time (CT)


Cycle Time adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu
kali siklus pemboran. Siklus pemboran dalam kegiatan inpit drill
tersebut mencakup waktu pemasangan batang bor AXL, waktu
running pemboran, waktu pelepasan batang bor AXL dan waktu
tumbuk core pada body protector.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 63


CT = Waktu Pasang + Waktu Running + Waktu Cabut +
Waktu Tumbuk

Tabel 4.2.4.1.
Cycle Time Pemboran

Cycle Time
Kode Titik Bor
(Jam)
TB-173 2,496
TB-174 2,138

2. Kecepatan pemboran
Kecepatan pemboran dapat diperoleh dengan perbandingan antara
kedalaman lubang bor dengan waktu total pemboran (cycle time).

H
V=
CT

Dimana:
V = Kecepatan pemboran (meter/jam)
H = Kedalaman lubang bor (meter)
CT = Cycle Time (jam)

Tabel 4.2.4.2.
Kecepatan Pemboran
Kode Titik Kedalaman Cycle Time Kecepatan
Bor (m) (Jam) (m/jam)
TB-173 12,55 2,496 5,027
TB-174 11,55 2,138 5,401
Rata-rata 5,214

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 64


3. Efektivitas pemboran
Efektivitas pemboran ditentukan berdasarkan waktu operasi dengan
waktu hambatan dalam operasi, dimana hambatan-hambatan yang
dapat terjadi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Core yang diperoleh jatuh ketika tube diangkat dari dalam
lubang bor.
2. Lamanya waktu tunggu pemindahan alat bor menggunakan
dozer, excavator maupun mobil.
3. Waktu pengisian solar.
4. Batang bor jatuh dalam lubang bor.
5. Batang bor terjepit dalam lubang bor.
6. Waktu moving alat.

Rumus yang dapat digunakan:

W
Efektivitas pemboran= x 100 %
W +S

Dimana:

W = Waktu beroperasi (jam)

S = Waktu hambatan (jam)

Tabel 4.2.4.3.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 65


Efektivitas Pemboran

Cycle Time +
Kecepatan Efektifitas
Kode Titik Bor Hambatan
(m/jam) (%)
(Jam)
TB-173 2,496 2,916 85,594
TB-174 2,138 2,333 91,643
Rata-rata 88,618

4. Produktivitas pemboran
Produktivitas pemboran dipengaruhi oleh waktu hambatan dimana
akan mempengaruhi efisiensi pemboran. Semakin baik efisiensi
pemboran maka produktivitas akan meningkat, sedangkan semakin
tidak baiknya efisiensi pemboran maka produktivitas akan menurun.

Produktivitas = Efisiensi x Kecepatan Pemboran

Tabel 4.2.4.4.

Produktivitas Pemboran

Cycle Time Efektifitas Produktivitas


Kode Titik Bor
(Jam) (%) (m/jam)
TB-173 5,027 85,594 4,950
TB-174 5,401 91,643 4,303
Rata-rata 4,627

5. Core recovery

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 66


Core recovery adalah perolehan conto inti (core) dari pemboran yang
dinyatakan dengan perbandingan presentasi panjang conto yang
didapat atau diperoleh dengan panjang kolom yang dibor.

Panjang core
Core recovery= x 100 %
Kemajuan bor

Tabel 4.2.4.5.

Core Recovery

Panjang Core
Kode Titik Kedalaman
Core Recovery Ket
Bor (m)
(m) (%)
TB-173 13,18 12,55 84,46 Material
TB-174 11,59 11,55 91 mengalami
Rata-rata 83,73 swelling

4.2.4.Preparasi sampel inpit drill

Preparasi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam


mempersiapkan conto untuk dianalisis, metodenya disesuaikan dengan
keadaan conto dan kepentingan pengembangan tambang. Preparasi
sampel hasil inpit drill yang dilakukan PT Antam (Persero) Tbk.
UBPN Sulawesi Tenggara bertujuan untuk mereduksi baik jumlah
maupun ukuran butir sampel sampai dengan kehalusan 200 mesh yang
representatif dari sampel itu sendiri dimana sampel yang diambil
mewakili persatu meter kedalaman.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 67


Adapun proses dalam preparasi sampel inpit drill adalah
sebagai berikut:

1. Crushing (Penghancuran)
Crushing (penghancuran) dilakukan secara manual tanpa
digunakannya mesin crushing. Crushing dilakukan pada sampel
persatu meter kedalaman.

Gambar 4.2.4.1. Crushing (Penghancuran)


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

2. Pengambilan conto
Pengambilan conto dilakukan dengan menggunakan metode
coning quartering dimana sampel dipisahkan menjadi empat
bagian dimana 2 bagian diambil untuk masuk ketahap preparasi
selanjutnya sedangkan 2 bagian lainnya disimpan sebagai arsip.
Metode coning quartering digunakan karena dianggap sudah
representatif.

Gambar 4.2.4.2. Pengambilan Conto


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

3. Sangrai (goreng tanah)

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 68


Goreng tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam sampel yang
bertujuan untuk mempermudah proses grinding sehingga material
sampel tidak menempel pada alat ketika dilakukannya grinding.

Gambar 4.2.4.3. Sangrai (goreng tanah)


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

4. Grinding
Grinding adalah proses penghalusan sampel hingga sampel
berukuran 200 mesh.

Gambar 4.2.4.4. Grinding


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

5. Screening (ayakan)

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 69


Sampel diayak dengan ayakan 120 mesh dan 200 mesh, sampel
berukuran 200 mesh yang akan digunakan pada analisa penentuan
kadar di laboratorium.

Gambar 4.2.4.5. Screening (ayakan)


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

6. Oven
Sampel hasil ayakan selanjutnya dimasukkan ke dalam oven untuk
memastikan sampel benar-benar kering. Setelah itu sampel akan
dikirim ke laboratorium untuk dilakukan analisa kadar sampel.

Gambar 4.2.4.6. Oven


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 70


4.3.Mine Surveying

Mine surveying adalah suatu cabang ilmu pertambangan yang mencakup


semua pengukuran, perhitungan dan pemetaan. Kegiatan mine survey yang
dilakukan oleh PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA dilakukan oleh
satuan kerja eksplorasi, mine plan dan survey, yang meliputi pengukuran
stockyard dan pengukuran kemajuan tambang.

Dalam pertambangan mine survey biasanya menggunakan alat yang


disebut dengan theodolite. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan teknologi
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA tidak lagi menggunakan theodolite
dalam melakukan kegiatan mine survey melainkan menggunakan alat Total
station dengan tipe alat Leica (TCRP1203+) made in Switzerland. Total station
merupakan theodolite terintegrasi yang merupakan instrumen optis atau
elektronik yang digunakan dalam pemetaan maupun kontruksi bangunan dengan
komponen pengukuran jarak elektronik (Electronic Distance Meter/EDM) untuk
membaca jarak dan kemiringan titik secara absolut.

Perbedaan antara theodolite dan total station adalah theodolite merupakan


alat pengukur sudut. Oleh karena itu, data primer yang dihasilkan dari pengukuran
menggunakan theodolite hanya sudut horizontal, sudut vertical dan bacaan rambu
ukur, sehingga untuk mendapatkan jarak diperlukan data pendukung seperti data
dari EDM (Electronic Distance Meter), meteran, dan sebagainya. Sedangkan, jika
pengukuran menggunakan total station langsung diperoleh data koordinat
(X,Y,dan Z), data sudut dan jarak dalam satu pengukuran.

4.3.1.Pengukuran stockyard
Pengukuran yang dilakukan oleh penulis bersama dengan satuan
kerja eksploration, mine planning, and surveying dilakukan pada Senin
20/02/2017 di Tambang selatan pada stockyard Tanjung Leppe. Pada

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 71


pengukuran stockyard menggunakan total station digunakan metode
resection, dimana metode ini bertujuan untuk mendapatkan koordinat
total station dari minimal dua titik acuan yang telah diketahui titik
koordinatnya. Pengukuran stockyard bertujuan untuk mengetahui tonase
dan volume suatu bahan galian (ore).
Adapun komponen-komponen alat total station yang digunakan
dalam kegiatan ini adalah:
1. Tripod

Gambar 4.3.1.1. Tripod


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

2. Prisma 360O and stick

Gambar 4.3.1.2. Prisma 360O


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 72


3. Total station

Gambar 4.3.1.3. Total Station


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Data-data yang telah diperoleh akan terekam secara otomatis


dalam memory card total station. Data-data tersebut meliputi data X, Y
dan Z. Selanjutnya, data-data tersebut akan dipindahkan ke dalam excel,
yang kemudian akan diolah menggunakan software surpac. Adapun
langkah-langkah pengolahan data pengukuran stockyard menggunakan
surpac adalah sebagai berikut:

1. Pindahkan data ke dalam Ms.Excel dan save data dalam bentuk CSV.

Gambar 4.3.1.4. Data pengukuran stockyard Tanjung Leppe dalam


Ms. Excel

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 73


2. Buka surpac Pilih file yang berisi data .CSV Klik kananSet as
work directory.

Gambar 4.3.1.5. Pengolahan data dengan Surpac

3. File  Import Data from many files (string).

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 74


Gambar 4.3.1.6. Pengolahan data dengan Surpac
4. Isi dan lengkapi form sesuai data yang adaApply

Gambar 4.3.1.7. Pengolahan data dengan Surpac

5. Isi komponen di bawah berdasarkan urutan kolom data dalam excel.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 75


Gambar 4.3.1.8. Pengolahan data dengan Surpac

Gambar 4.3.1.9. Pengolahan data dengan Surpac

6. Output berupa .STR

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 76


Gambar 4.3.1.10. Pengolahan data dengan Surpac

Gambar 4.3.1.11. Pengolahan data dengan Surpac

7. Klik Break a line by removing a selected segment pada toolbars 


Klik string no. 9 (magenta)

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 77


Gambar 4.3.1.12. Pengolahan data dengan Surpac

Gambar 4.3.1.13. Pengolahan data dengan Surpac

8. Jika diperlukan, data yang diperoleh dapat diatur atau diedit sesuai
dengan kenampakan asli dilapagan.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 78


Klik point yang akan diubah untuk menghubungan string no. 6
(kuning)  Hubungkan setiap point yang telah diubah menggunakan
joint the end of segmentto the beginning of another pada toolbars.

Gambar 4.3.1.14. Pengolahan data dengan Surpac

Gambar 4.3.1.15. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 79


Gambar 4.3.1.16. Pengolahan data dengan Surpac

Gambar 4.3.1.17. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 80


Gambar 4.3.1.18. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 81


9. Save file dalam bentuk .str  Apply  Yes

Gambar 4.3.1.19. Pengolahan data dengan Surpac

Gambar 4.3.1.20. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 82


10. Surface Create DTM from layer Apply

Gambar 4.3.1.21. Pengolahan data dengan Surpac

Gambar 4.3.1.22. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 83


Gambar 4.3.1.23. Pengolahan data dengan Surpac

11. Save file dalam bentuk .dtmApply Yes

Gambar 4.3.1.24. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 84


Gambar 4.3.1.25. Pengolahan data dengan Surpac

Gambar 4.3.1.26. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 85


12. Buka file .str sebelumnya  hapus string no. 6 (kuning) dan no. 9
(magenta)

Gambar 4.3.1.27. Pengolahan data denganSurpac

Gambar 4.3.1.28. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 86


Gambar 4.3.1.29. Pengolahan data dengan Surpac

13. File Save as Ubahfile name Apply

Gambar 4.3.1.30. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 87


Gambar 4.3.1.31. Pengolahan data dengan Surpac

14. Surface  Create DTM from layer  Apply

Gambar 4.3.1.32. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 88


Gambar 4.3.1.33. Pengolahan data dengan Surpac

Gambar 4.3.1.34. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 89


15. Save file Apply Yes

Gambar 4.3.1.35. Pengolahan data dengan Surpac

Gambar 4.3.1.36. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 90


Gambar 4.3.1.37. Pengolahan data dengan Surpac

16. Korelasikan kedua file .dtm  Surface  Volume  Cut and fill
between DTMs.

Gambar 4.3.1.38. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 91


Gambar 4.3.1.39. Pengolahan data dengan Surpac

17. Isi form dengan file .dtm  Report format dalam bentuk pdf  Apply

Gambar 4.3.1.40. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 92


18. Hasil volume dan tonase stockyard dalam bentuk pdf

Gambar 4.3.1.41. Hasil pengolahan data dengan Surpac

4.3.2.Pengukuran Kemajuan Tambang

Prinsip kerja pengukuran kemajuan tambang pada dasarnya sama


dengan prinsip kerja pengukuran stockyard, dimana menggunakan metode
resection. Pengukuran ini ditujukan untuk mendapatkan volume dan
tonase, serta situasi kenampakan tambang, sehingga dapat diperoleh peta
topografi (kontur) area tambang secara keseluruhan. Pengukuran yang
dilakukan oleh penulis bersama dengan satuan kerja Eksploration, Mine
planning, and Survey pada Selasa 21/02/2017 dilakukan di Tambang
selatan pada Bukit CF dan Land Cruiser.

Adapun komponen-komponen alat yang digunakan dalam


pengukuran kemajuan tambang adalah sebagai berikut:

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 93


1. Total station

Gambar 4.3.2.1. Total Station


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

2. Tripod

Gambar 4.3.2.2. Tripod


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

3. Prisma dan Stick

Gambar 4.3.2.3. Prisma dan Stick


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 94


Dalam pengukuran kemajuan tambang diperlukan data-data hasil
pengukuran sebelumnya dan hasil pengukuran terbaru sehingga dapat
diperoleh hasil berupa volume dan tonase. Dikarenakan tidak adanya hasil
pengukuran sebelumnya, penulis tidak dapat memperoleh hasil
perhitungan volume dan tonase dari software surpac. Dari penggunaan
software surpac, penulis hanya memperoleh gambaran kenampakan
tambang.

Data-data yang telah diperoleh akan terekam secara otomatis


dalam memory card total station. Data-data tersebut meliputi data X, Y
dan Z. Selanjutnya, data-data tersebut akan dipindahkan ke dalam excel,
yang kemudian akan diolah menggunakan software surpac. Adapun
langkah-langkah pengolahan data pengukuran kemajuan tambang
menggunakan surpac adalah sebagai berikut:

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 95


1. Pindahkan data ke dalam Ms.Excel dan save data dalam bentuk CSV.

Gambar 4.3.2.4. Data pengukuran kemajuan tambang B.LCR dan B.


CF dalam Ms. Excel

2. Buka surpac  Pilih file yang berisi data .CSV  Klik kanan  Set
as work directory.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 96


Gambar 4.3.2.5. Pengolahan data dengan Surpac
3. File  Import  Data from many files (string).

Gambar 4.3.2.6. Pengolahan data dengan Surpac

4. Isi dan lengkapi form sesuai data yang ada  Apply

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 97


Gambar 4.3.2.7. Pengolahan data dengan Surpac

Gambar 4.3.2.8. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 98


Gambar 4.3.2.9. Pengolahan data dengan Surpac

5. Output berupa .STR

Gambar 4.3.2.10. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 99


6. Klik Break a line by removing a selected segment pada toolbars 
Klik string no. 9 (magenta).

Gambar 4.3.2.11. Pengolahan data dengan Surpac

Gambar 4.3.2.12. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 100
Gambar 4.3.2.13. Pengolahan data dengan Surpac

Gambar 4.3.2.14. Pengolahan data dengan Surpac

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 101
4.4.Mine Production

4.4.1.Kegiatan Penambangan

Kegiatan penambangan PT Antam (Persero) Tbk. UBPN SULTRA


memiliki empat wilayah penambangan yaitu Tambang Utara, Tambang
Tengah, Tambang Selatan dan Tambang Pulau Maniang, dimana wilayah
yang masih aktif saat ini adalah Tambang Utara dan Tambang Selatan.
Pengamatan oleh penulis dilakukan di wilayah Tambang Utara yaitu Bukit
Everest dan Tambang selatan yaitu Bukit Fortuner dengan mengamati
produktivitas kegiatan penambangan baik penggalian material bijih (ore)
maupun material penutup (overburden) pada tiap front penambangan.

Produktifitas kegiatan penambangan di pengaruhi oleh beberapa hal


seperti:

1. Kondisi alat
2. Cuaca
3. Litologi batuan
4. Letak deposit bijih
5. Kondisi jalan
6. Faktor pekerja

Kegiatan penambangan di PT Antam (Persero) Tbk. UBPN


SULTRA menggunakan dua metode penambangan yaitu open pit dan open
cast. Setiap tambang memiliki target produksi ore maupun pemindahan
overburden yang berbeda-beda.

Dalam pencapaian target tersebut, khusus untuk ore dengan kadar Ni


≥ 1.8% dan Fe ≤ 14% akan menjadi umpan (feed) pada Pabrik FeNi,
sedangkan kadar Ni 1.55% sampai dengan Ni ≤ 1.8% akan diekspor.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 102
Gambar 4.4.1.1. Bukit Everest
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Gambar 4.4.1.2. Bukit Fortuner

Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

4.4.2.Alat-alat Produksi

Suatu kegiatan penambangan dalam mengambil material ore


maupun overburden memerlukan berbagai macam alat untuk menunjang
kegiatannya. Secara umum, alat-alat yang digunakan untuk produksi pada
PT Antam (Persero) Tbk. UBPN SULTRA bermitra dengan PT Satria Jaya
Sultra (PT SJS) yaitu Excavator (Gambar 4.4.2.1.) sebagai alat muat, Dump
Truck (Gambar 4.4.2.2.) sebagai alat angkut dan Rock Breaker (Gambar
4.4.2.3.) untuk memecah batuan. Selain alat pokok produksi, PT SJS

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 103
menggunakan alat support berupa Grader (Gambar 4.4.2.4.), Water Tank
Hino (Gambar 4.4.2.5.) dan Bulldozer (Gambar 4.4.2.6.).

1. Bukit Everest
a. Alat produksi : 2 unit PC 200 Komatsu dan 8 unit Dump Truck Hino
500 New Ranger FM 235 JD
b. Alat support : 1 unit Grader Komatsu D85E-SS dan 2 unit Bulldozer
2. Bukit Land Cruiser
a. Alat produksi : 2 unit PC 200 Komatsu, 7 unit Dump Truck Hino
500 New Ranger FM 235 JD, dan Rock Breaker PC 200
b. Alat support : 1 unit Grader Komatsu D85E-SS dan 2 unit
Bulldozer
3. Bukit Fortuner
a. Alat produksi : 3 unit PC 200 Komatsu, 11 unit Dump Truck Hino
500 New Ranger FM 235 JD, dan Rock Breaker PC 200
b. Alat support : 3 unit Bulldozer

Gambar 4.4.2.1. Excavator PC 200 Komatsu

Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 104
Gambar 4.4.2.2. Dump Truck Hino 500 New Ranger FM 235 JD
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Gambar 4.4.2.3. Rock Breaker PC 200


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Gambar 4.4.2.4. Grader Komatsu D85E-SS


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Gambar 4.4.2.5. Water Tank Hino


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 105
Gambar 4.4.2.6. Bulldozer Komatsu D85E-SS
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

4.4.3.Pola Pemuatan

Pola pemuatan oleh excavator (PC) ada dua berdasarkan level


penggalian antara alat muat dan alat angkut, yaitu pola top loading dimana
excavator berada di atas jenjang (bench) dan dump truck berada di bawah
alat muat, sedangkan pola bottom loading excavator berada pada level
ketinggian yang sama dengan dump truck. Berdasarkan pengamatan, pola
top loading memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pola
bottom loading. Pola top loading memungkinkan pemuatan material lebih
cepat dibandingkan dengan pola bottom loading dikarenakan jangkauan
lengan excavator tidak perlu terlalu tinggi untuk menumpahkan material ke
dump truck. Hal ini dapat mempengaruhi produktivitas kegiatan
penambangan beserta performa alat. Performa alat yang baik dapat
menghasilkan produksi yang baik pula.

4.4.4.Waktu Edar Alat Muat dan Alat Angkut

Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh suatu alat mekanis
untuk melakukan kegiatan tertentu dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan.
Waktu edar (cycle time) alat muat dan alat angkut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya:
1. Kondisi jalan angkut

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 106
2. Kondisi front penambangan
3. Kondisi alat
4. Kondisi material
5. Operator

Rumus waktu edar (cycle time) excavator:

CT = Waktu Gali + Waktu Swing (isi) + Waktu Dumpping + Waktu


Swing (kosong)

Rumus waktu edar (cycle time) dump truck:

CT = Waktu Manuver (loading) + Waktu Loading + Waktu Hauling +


Waktu Timbang (isi) + Waktu Manuver (dumping) + Waktu Dumping +
Waktu Timbang (kosong) + Waktu Return + Waktu Tunggu

Berikut hasil pengamatan dan perhitungan waktu edar (cycle time):

1. Bukit Everest (OB)


CT PC no.012 Bottom Loading = 2,2 menit/DT (10 bucket)
CT DT no. 096 Bottom Loading = 11,84 menit

2. Bukit Everest (Ore)


CT PC no.012Bottom Loading = 3 menit/DT (12 bucket)
CT DT no. 096Bottom Loading = 19,98 menit

3. Bukit Fortuner (OB)


CT PC no. 068Top Loading = 2,16 menit/DT (8 bucket)
CT DT no.027Top Loading = 10,73 menit

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 107
4.4.5.Efisiensi Kerja

Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja yang


digunakan dengan waktu total yang tersedia. Dengan mengetahui efisiensi
kerja alat, dapat diketahui baik tidaknya pelaksanaan suatu pekerjaan, dalam
hal ini kegiatan penambangan bijih (ore) dan tanah penutup (overburden).
Efisiensi kerja dapat diperoleh dengan rumus:

W
Efisiensi Kerja= x 100 %
W +S

Dimana:

W = Waktu beroperasi (jam)

S = Waktu hambatan (jam)

Dari hasil pengamatan dan perhitungan, efisiensi kerja alat angkut dan alat
muat sebagai berikut:

1. Bukit Everest (OB)

a. Alat angkut DT 096 Bottom Loading (1 Maret 2017)

Waktu tersedia = 60 x 7,5 jam = 450 menit


Waktu Delay
Safety Talk = 10 menit
Persiapan produksi = 20 menit
Pembersihan pit = 5 menit
Waktu Menunggu Alat = 30 menit
Waktu Standby
Berhenti sebelum jam istirahat =11 Menit

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 108
Berhenti sebelum shift berakhir = 19 menit
Waktu Hambatan = 95 menit
Waktu kerja efektif = 355,12 menit
Waktu kerja total = 450 menit
Efisiensi kerja =78,92 %

b. Alat muat PC 012 Bottom Loading (OB) (1 Maret 2017)


Waktu tersedia 60 x 8 = 480 menit
Waktu Hambatan = 77 menit
Persiapan Produksi = 40 menit
Sampling = 20 menit
Pesrsiapan front sebelum istirahat = 15 menit
Pesrsiapan front sebelum jam kerja selesai = 13 menit
Waktu Kerja Efeltif = 403 menit
Efisiensi Kerja = 83,95%

2. Bukit Everest (Ore)


a. Alat angkut DT 096 Bottom Loading (11 Maret 2017)

Waktu tersedia 60 x 7,5 jam = 450 menit


Waktu Delay
Safety Talk = 5 menit
Persiapan produksi = 20 menit
Pembersihan pit = 10 menit
Waktu Menunggu Alat = 30 menit
Waktu Standby
Berhenti sebelum jam istirahat = 6 Menit
Berhenti sebelum shift berakhir = 0 menit
Waktu Hambatan = 71 menit

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 109
Waktu kerja efektif = 379,7 menit
Waktu kerja total = 450 menit
Efisiensi kerja =84,38 %

b. Alat muat PC 012 Bottom Loading (11 Maret 2017)


Waktu tersedia 60 x 8 = 480 menit
Waktu Hambatan = 102 menit
Safety Talk = 5 menit
Turun ke front = 15 menit
Persiapan Produksi = 40 menit
Pesrsiapan front sebelum istirahat = 15 menit
Pesrsiapan front sebelum jam kerja selesai = 15 menit
Waktu Kerja Efeltif = 378 menit
Efisiensi Kerja = 78,75%

3. Bukit Fortuner (OB)

a. Alat angkut DT 004 Top Loading (6 Maret 2017)

Waktu tersedia = 60 x 7,5 jam = 450 menit


Waktu Delay
Safety Talk = 10 menit
Persiapan produksi = 20 menit
Pembersihan pit = 3 menit
Waktu Menunggu Alat = 59 menit
Waktu Standby
Berhenti sebelum jam istirahat =19 Menit
Berhenti sebelum shift berakhir = 17 menit
Waktu Hambatan = 128 menit
Waktu kerja efektif = 321,21 menit

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 110
Waktu kerja total = 450 menit
Efisiensi kerja = 71,51%

b. Alat Muat PC 068 Top Loading (6 Maret 2017)


Waktu tersedia 60 x 8 = 480 menit
Waktu Hambatan = 65 menit
Safety Talk = 15 menit
Persiapan Produksi = 20 menit
Pesrsiapan front sebelum istirahat = 15 menit
Pesrsiapan front sebelum jam kerja selesai = 15 menit
Waktu Kerja Efeltif = 415 menit
Efisiensi Kerja = 86,40%

4.4.6.Produktivitas Alat Muat dan Alat Angkut

Produktivitas alat muat dan alat angkut merupakan jumlah material


yang dicapai oleh alat muat dan alat angkut dalam setiap harinya.

Produktivitas alat muat:

60
Q= x kapasitas bucket x FF x EK xdensity x N x W . K . E
CT

Produktivitas alat angkut:

60
Q= x kapasitas bak x EK x density x N x W . K . E x DT
CT

Dari hasil pengamatan dan perhitungan, efisiensi kerja alat angkut dan alat
muat sebagai berikut:

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 111
1. Bukit Everest (OB)
a. Alat angkut DT 096 Bottom Loading (1 Maret 2017)

Cycle Time = 11,84 menit

Kapasitas bak = 15.8 m3/ton

Efisiensi Kerja = 78.92%

Density = 1.58
Jumlah bucket =5

Waktu Kerja Tersedia = 7.50 jam

Produktivitas = 2370 ton/hari

Q = 60/𝐶𝑇 𝑥 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑘 (𝑡𝑜𝑛) 𝑥 𝐸𝐾 𝑥 𝑊.𝐾.𝑇 𝑥 𝐷𝑇

Q = 60/11,84 𝑥 15,8 𝑥 ,0,78 𝑥 7,5 𝑥 𝑥 5

Q = 2370 ton/ hari

b. Alat muat PC 012 Bottom Loading (1 Maret 2017)


Cycle Time = 2.2 menit/DT
Kapasitas bucket = 0.97 m3/ton

Efisiensi Kerja = 83.95%

Density = 1.58
Jumlah bucket = 10
Waktu Kerja Tersedia = 8 jam
Produktivitas = 2683.51 ton/hari

Q = 60/𝐶𝑇 𝑥 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑘 (𝑚3)𝑥 𝐹𝐹 𝑥 𝐸𝐾 𝑥 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑥 𝑊.𝐾.𝑇 𝑥


𝑁 𝑏𝑢𝑐𝑘𝑒𝑡
Q = 60/2.2 𝑥 0.97 𝑥 1 𝑥 0.8395 𝑥 1.58 𝑥 8 𝑥10

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 112
Q = 2683 ton/ hari

2. Bukit Everest (Ore)


a. Alat angkut DT 096 Bottom Loading (11 Maret 2017)
Cycle Time = 19.98 menit

Kapasitas bak = 18.96 m3/ton

Efisiensi Kerja = 84.38%

Density = 1.58
Jumlah bucket =5

Waktu Kerja Tersedia = 7.5 jam

Produktivitas = 1801.20 ton/hari

Q = 60/𝐶𝑇 𝑥 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑘 (𝑡𝑜𝑛) 𝑥 𝐸𝐾 𝑥 𝑊.𝐾.𝑇 𝑥 𝐷𝑇

Q = 60/19,98 𝑥 18,96 𝑥 0,84 𝑥 7,5 𝑥 5

Q = 1801,2 ton/ hari

b. Alat muat PC 012 Bottom Loading (11 Maret 2017)


Cycle Time = 3 menit/DT
Kapasitas bucket = 0.97 m3/ton
Efisiensi Kerja = 78.75%
Density = 1.58
Jumlah bucket = 12

Waktu Kerja Tersedia = 8 jam

Produktivitas = 2317 ton/hari

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 113
Q = 60/𝐶𝑇 𝑥 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑘 (𝑚3)𝑥 𝐹𝐹 𝑥 𝐸𝐾 𝑥 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑥 𝑊.𝐾.𝑇 𝑥
𝑁 𝑏𝑢𝑐𝑘𝑒𝑡
Q = 60/2.2 𝑥 0.97 𝑥 1 𝑥 0.7875 𝑥 1.58 𝑥 8 𝑥12
Q = 2295 ton/ hari

3. Bukit Fortuner (OB)


a. Alat angkut DT 004 Top Loading (6 Maret 2017)
Cycle Time = 10.73 menit
Kapasitas bak = 12.64 m3/ton
Efisiensi Kerja = 71.51%
Density = 1.58
Jumlah bucket =4
Waktu Kerja Tersedia = 7.5 jam
Produktivitas = 1516.80 ton/hari

Q= 60/𝐶𝑇 𝑥 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑘 (𝑡𝑜𝑛) 𝑥 𝐸𝐾 𝑥 𝑊.𝐾.𝑇 𝑥 𝐷𝑇


Q = 60/10,73 𝑥 12.64 𝑥 0.71 𝑥 7.5 𝑥 4
Q="1516.80" ton/ hari

b. Alat Muat PC 068 Top Loading (6 Maret 2017)


Cycle Time = 2.16 menit/DT
Kapasitas bucket = 0.97 m3/ton
Efisiensi Kerja = 86.40%
Density = 1.58
Jumlah bucket =8
Waktu Kerja Tersedia = 8 jam
Produktivitas = 2354 ton/hari

Q= 60/𝐶𝑇 𝑥 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑘 (𝑚3)𝑥 𝐹𝐹 𝑥 𝐸𝐾 𝑥 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑥 𝑊.𝐾.𝑇 𝑥


𝑁 𝑏𝑢𝑐𝑘𝑒𝑡

Q = 60/2.16 𝑥 0.97 𝑥 1 𝑥 0.864 𝑥 1.58 𝑥 8 𝑥8

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 114
Q=2354 ton/ hari

4.4.7.Keserasian Alat (Match Factor)

Match factor merupakan keserasian antara alat muat yang tersedia


dan alat angkut yang tersedia. Match factor ditentukan berdasarkan data
waktu edar (Cycle Time) dan jumlah peralatan mekanis yang tersedia dan
digunakan dalam satu rangkaian kegiatan kerja tersebut.

1. Bukit Everest (OB)


Jumlah PC =5
Jumlah DT =1
Cycle Time PC = 2.2 menit/DT 5 x 2.2 menit
MF= =0,97
Cycle Time DT = 11.84 menit 1 x 11.84 menit

2. Bukit Everest (Ore)


Jumlah PC =5
Jumlah DT =1
Cycle Time PC = 3 menit/DT 5 x 2.2 menit
MF= =0,75
Cycle Time DT = 19.98 menit 1 x 11.84 menit

3. Bukit Fortuner (OB)


Jumlah PC =4
Jumlah DT =1
Cycle Time PC = 2.16 menit/DT 5 x 2.2 menit
MF= =0,72
Cycle Time DT = 10.73 menit 1 x 11.84 menit

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 115
4.5.Quality Control

Quality Control (QC) PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA terdiri


dari empat satuan kerja yaitu quality assurance, preparasi sampel, laboratorium
kimia dan laboratorium instrumen. Keempat satuan kerja ini dimaksudkan untuk
mengendalikan kadar-kadar yang terkandung dalam ore yang diproduksi sehingga
ore yang diproduksi sesuai dengan Cut Of Grade (COG) yang ditentukan.

4.5.1.Quality Assurance

Quality Assurance merupakan salah satu satuan kerja dalam quality


control yang memiliki tugas untuk mengatur tumpukan ore hasil produksi
sesuai kadarnya masing-masing. Pengaturan tumpukan ore ini
mempermudah PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA untuk
melakukan ore blending oleh satuan kerja ore blending.

Gambar 4.5.1.1. Pengaturan tumpukan


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

4.5.2.Preparasi sampel

Preparasi sampel adalah tahap awal persiapan sampel sebelum


masuk ketahap selanjutnya untuk dilakukan analisa dilaboratorium. Sampel
yang akan diolah berasal dari sampel selective mining, sampel re-check dan
sampel ore pabrik. Sampling adalah proses seleksi dalam kegiatan observasi

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 116
(Earl Babbie 1986), dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
representative dari suatu populasi. PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN
SULTRA dalam kegiatan sampling bermitra dengan PT Dewi Jaya.
Kegiatan sampling dilakukan untuk mensupport kegiatan satuan kerja
quality control. Sampling yang dilakukan PT ANTAM (Persero) Tbk.
UBPN SULTRA terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu:

1. Selective Mining (SM)


Selective mining (Gambar 4.5.2.1.) merupakan tahap awal
sebelum kegiatan produksi (pengambilan ore) dilakukan untuk
mengetahui kadar nikel dan besi pada lokasi tambang tersebut sesuai
dengan spesifikasi pabrik maupun kriteria ekspor. Selective mining
dilakukan pada lokasi tambang aktif sesuai dengan data titik bor yang
sudah ada.
Pengambilan sampel pada selective mining dilakukan dengan
cara membuat tumpukan ore dari setiap titik bor yang ingin diketahui
kadar Ni dan Fe sebanyak delapan bucket PC 200, kemudian tumpukan
tersebut discooping menggunakan scoop standart 125D (Gambar
4.5.2.2.) sebanyak lima kali pengambilan membentuk lima increment.

Gambar 4.5.2.1. Selective Mining


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 117
Gambar 4.5.2.2. Scoop Standart
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

2. Re-check
Re-check (Gambar 4.5.2.3.) merupakan kegiatan lanjutan dari
selective mining yang bertujuan untuk mengkorelasikan hasil SM (data
awal) dengan ore yang sudah diproduksi. Pengambilan sampel re-check
dilakukan pada ore yang telah diproduksi setiap sepuluh rate
pengangkutan ore, Dimana persatu rate pengangkutan ore pada dump
truck akan membentuk satu tumpukan ore yang menghasilkan satu
increment berkisar 18-20 kg. Setiap tumpukan ore dari satu rate
pengangkutan sampel diambil secara diagonal pada dua titik yang
berbeda.

Gambar 4.5.2.3. Re-check


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

3. Ore Pabrik (Umpan pabrik)


Ore pabrik (umpan pabrik) (Gambar 4.5.2.4.) dilakukan untuk
memastikan kembali kadar Ni, kadar Fe serta kadar SiO yang memiliki

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 118
kadar Ni ≥ 1.8% , Fe ≤ 14% dan SiO > 40% berdasarkan hasil sampel
re-check sebelumnya. Pengambilan sampel ore pabrik ini dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu pertama sampling dilakukan saat
proses loading dengan bantuan excavator (PC 200) dimana sampel
diambil pada bucket ke-7 dan ke-13. Kedua, dengan metode yang sama
seperti sampling re-check yaitu sampling dilakukan pada stockyard.
Untuk ore pabrik satu increment yang dibutuhkan berkisar antara 20-25
kg.

Gambar 4.5.2.4. Ore Pabrik


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Setelah dilakukan sampling, sampel dibawa ke preparasi sampel


untuk direduksi ukurannya menjadi ukuran yang sesuai dengan kebutuhan
laboratorium kimia dan laboratorium instrumen. Kegiatan dalam preparasi
sampel adalah sebagai berikut:

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 119
Gambar 4.5.2.5. Flow Chart Preparasi Sampel

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 120
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:

1. Ayakan 20mm, 10mm dan 3mm

(a) (b) (c)


Gambar 4.5.2.6.
Ayakan 20mm (a), 10mm (b) dan 3mm (c)
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

2. Save Shaker Kotobuki Gyro Sifter

Gambar 4.5.2.7.
Save Shaker Kotobuki Gyro Sifter
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

3. Sendok 20D, 15D, 10D dan 1D

Gambar 4.5.2.8. Sendok 20D, 15D, 10D dan 1D


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 121
4. Jaw Crusher

Gambar 4.5.2.9. Jaw Crusher


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

5. Roll Crusher

Gambar 4.5.2.10. Roll Crusher


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

6. Roll Mill

Gambar 4.5.2.11. Roll Mill


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 122
7. Disk Mill

Gambar 4.5.2.12. Disk Mill


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

8. Plastik sampel

Gambar 4.5.2.13. Plastik Sampel


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

4.5.3.Laboratorium Instrumen

Laboratorium Instrumen bertugas untuk manganalisa kadar dalam


ore yang berasal dari sampel inpit drill, selective mining, re-check, ore
pabrik dan sampel produk FeNi plant dengan menggunakan analisa X-ray
(MagiX FAST). Dari hasil analisa tersebut menghasilkan data kadar Ni, Fe,
SiO2 , CaO, MgO, Al2O3 , dan Cr2O3. Sampel yang digunakan dalam lab
instrumen berbentuk pallete dan beat. Namun sampel berbentuk beat jarang
digunakan dalam analisa sampel karena biaya yang dibutuhkan lebih besar
dibandingkan sampel dalam bentuk pallete. Sampel dalam bentuk beat
biasanya digunakan untuk sampel KFO (Kiln Feed Ore), sedangkan sampel
ore digunakan dalam bentuk pallete.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 123
f
c
,
m
H
F
A
C
N
k
u
d
h
g
.
y
a
r
-
t
i
n
e
1
M
X
2
P
S
p
(
)
O
m
r
P
4
j
a
5
0
=
T
l
s
b
3
±
v
o
Adapun tahap-tahap penentuan kadar di laboratorium instrumen
sebagai berikut:

a. Ore

Gambar 4.5.3.1. Flow Chart Penentuan Kadar Ore

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 124
jH
g
h
2
1
x
A
b
k
slm
ay
d
iP
S
C
n
,M
b. Produk

instrumen
ter.o
u
p
F
cN
K
Gambar 4.5.3.2. Flow Chart Penentuan Kadar Produk

4.5.3.1 Alat-alat yang digunakan dalam penentuan kadar di laboratorium

1. MagiX FAST PW2540

Gambar 4.5.3.1.1. MagiX FAST PW2540


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 125
2. Mesin Press

Gambar 4.5.3.1.2. Mesin Press


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

3. Mesin Amplas

Gambar 4.5.3.1.3. Mesin Amplas


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

4. Mesin Bor

Gambar 4.5.3.1.4. Mesin Bor


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 126
5. Simultix 12

Gambar 4.5.3.1.5. Simultix 12


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

6. Modu Temp

Gambar 4.5.3.1.6. Modu Temp


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

7. Oven

Gambar 4.5.3.1.7. Oven


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 127
8. Furnace

Gambar 4.5.3.1.8. Furnace


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

9. Folder Sampel

Gambar 4.5.3.1.9. Folder Sampel


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

4.5.4.Laboratorium Kimia

Berbeda dengan laboratorium instrumen, laboratorium kimia


melakukan analisa sampel ore dan sampel produk hanya untuk mengetahui
kandungan kadar Ni dan Fe. Analisa kadar Ni dan Fe dalam sampel
dilakukan secara terpisah. Analisa sampel dilaboratorium kimia dilakukan
secara manual oleh analis dengan mencampurkan beberapa senyawa kimia.
Hasil dari analisa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor analis,
faktor kesalahan pengukuran senyawa kimia dan sebagainya, oleh karena itu
analisa sampel laboratorium kimia memerlukan ketelitian yang tinggi. Hasil

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 128
analisa sampel laboratorium Kimia akan dikorelasikan dengan hasil analisa
sampel laboratorium instrumen.

4.5.4.1.Tahapan analisa sampel ore

A. Analisa Kadar Ni

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 129
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 130
654321
1
2
3
4
5
6
Gambar 4.5.4.1.1. Flow Chart Analisa Ni

B. Analisa kadar Fe

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek


19
131
7
8
1987
Gambar 4.5.4.1.2. Flow Chart Analisa Fe

4.5.4.2 Tahapan analisa sampel produk

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 132
87654321
1
2
3
4
5
6
7
8
)4TL3S2±PK
F10O
usj(ro,H
bkN
pelhiang.Cdtm
w5-vcy
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 133
gpO
dnreihukTB2-3ts,K
±1jam
C8Pb7F65D
oq.cM
l0w
(f)4
G
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 134
4y±oqvPE9S32F
slx1pcbhm
0,5M
TA
etriknjadug.D
Gambar 4.5.4.2.1. Flow Chart Analisa Sampel Produk

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 135
4.5.4.3.Alat-alat yang digunakan dalam penentuan kadar Ni dan Fe

1. Oven
2. Erlenmeyer 500ml
3. Hot Plate
4. Lemari asam
5. Corong
6. Kertas saring
7. Gelas kimia 250ml
8. Gelas ukur
9. Labu takar 250ml
10. Botol semprot 500ml
11. Pipet gondok 100ml
12. Kompresor
13. Buret
14. Statif

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 136
4.6.FeNi Plant

Bahan galian logam umumnya memerlukan proses pengolahan untuk


mendapatkan logam yang diinginkan. Nikel merupakan salah satu bahan galian
yang membutuhkan pengolahan untuk penggunaannya. Dalam pengolahannya,
bijih nikel hasil penambangan mengalami beberapa proses pengolahan untuk
menjadi Ferronikel (FeNi) dengan menggunakan metode pirometalurgi, yaitu
metode pengolahan dan pemurnian logam menggunakan panas tingi. Sebelum
dilakukan proses pengolahan, bijih nikel hasil penambangan di blending untuk
mendapatkan kadar tertentu sesuai kriteria pabrik yaitu kadar Ni > 1.8% dan
kadar Fe ≤ 14%. Tahap ini dikategorikan sebagai tahapan sebelum pengolahan
(pra-olahan).

Tahap-tahap pengolahan bijih nikel pada FeNi Plant:

1. Ore preparation
Bijih nikel yang telah mengalami proses blending (pencampuran)
selanjutnya di screening menggunakan alat Shaking Out Machine (SOM)
sehingga didapat ukuran maksimal bijih 150 mm – 200 mm. Bijih yang lolos
akan jatuh ke belt conveyor dan tertransportasi ke rotary dryer untuk
menurunkan kadar air (moisture content) hingga ±21%. Penurunan kadar air
hingga mencapai kondisi optimum ini bertujuan untuk mengurangi
kecenderungan pembentukan debu dan lengketan bijih pada alat pengolahan.
Sistem pembakaran yang digunakan pada rotary drayer adalah system
pembakaran co-current (searah). Hal ini bertujuan agar temperatur bijih pada
outlet maksimum 40o C untuk menjaga belt conveyor dapat bekerja dengan
baik.
Bijih dari rotary drayer kemudian akan direduksi ukurannya pada
impeller breaker dan dicampur dengan reduktor karbon berupa batubara dan
antrasit, serta pallete dari kaltaiser pada ore mixing. Setelah pencampuran

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 137
dilakukan, campuran ini diumpankan ke rotary kiln. Pada rotary kiln terjadi
proses reduksi parsial nikel dan besi, proses penghilangan kadar air, serta
proses kalsinasi. Proses kalsinasi mengurangi kadar air kristal hingga kurang
lebih sama dengan satu. Berbeda dengan rotary drayer, sistem pembakaran
pada rotary kiln menggunakan sistem pembakaran counter-current
(berlawanan arah) dengan suhu outlet ± 900o-1000o C. Produk dari rotary kiln
berupa kalsin panas yang diangkut dengan hot container car ke Electric
Smelting Furnace.
2. Peleburan
Proses peleburan dilakukan dengan menggunakan electric smelting
furnace (tanur listrik) yang dilengapi tiga buah elektroda pasta karbon,
sedangkan sistem pendingin untuk peleburan menggunakan sistem copper
cooler. Dinding dan alas tanur listrik dilapisi oleh 90% bata tahan api yang
terbuat dari magnesium untuk mengurangi efek pembakaran. Dalam
prosesnya, sebagian besar kalsin mengalami reduksi oleh karbon menjadi
ferronikel (FeNi) dan kalsin yang tidak terreduksi berubah menjadi slag. Slag
hasil peleburan dikeluarkan dari tanur listrik melalui slag hole ke kolam
drainase slag dan ditimbun di slag dumping area. Sedangkan Ferronikel
dikeluarkan dengan cara tapping mengunakan teknologi TMT (Tapping
Machine Technology) ke dalam ladle. Hasil peleburan ini berupa metal crude.
3. Pemurnian
Pemurnian dilakukan untuk menghilangkan pengotor pada metal
crude (crude FeNi) yang berupa sulfur, karbon, silikon, dan fosfor. Proses
pengurangan kadar sulfur dinamakan dengan proses desulphurization dengan
mereaksikan crude FeNi bersama karbit dan soda ash, sehingga terbentuk slag
dan metal yang kemudian dibawa menuju proses casting (pencetakan).
4. Pencetakan (Casting)
Produk hasil pengolahan dari pabrik FeNi di cetak dalam bentuk shot
dan di granulasi dengan semburan air. Produk shot ada dua jenis yaitu Low

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 138
Carbon Shot (LCS) dan High Carbon Shot (HCS). Kedua produk ini dapat
dibedakan berdasarkan kadar Ni yang terkandung di dalam produk. Low
Carbon Shot memiliki kadar Ni sebesar 21%, sedangkan High Carbon Shot
memiliki kadar Ni sebesar 18%.
5. Product
Hasil dari pencetakan HCS dan LCS yang berupa shot dipasarkan
dalam bentuk bag dengan kapasitas satu ton per bag atau dalam bentuk curah
dengan container yang kemudian ditumpahkan ke tongkang.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 139
4.7.Reklamasi

Menurut UU No. 4 Tahun 2009, reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan


sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan
memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali
sesuai peruntukannya. Suatu perusahaan tambang wajib untuk melakukan
pemulihan lahan bekas tambang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang telah diatur, yaitu:

a. UU No. 4 Tahun 2009 (Pasal 99) “Setiap pemegang IUP dan IUPK
wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pasca tambang
pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi.”
b. Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pasca Tambang pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa pemegang IUP
Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib melaksanakan reklamasi.
c. Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pasca Tambang pasal 2 ayat 2 menyebutkan bahwa IUP Operasi
Produksi dan IUPK Operasi wajib melaksanakan reklamasi dan pasca
tambang.

Kegiatan reklamasi PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA


tergabung di dalam satuan kerja Mine Environment. PT ANTAM (Persero) Tbk.
UBPN SULTRA menggunakan metode handseeding dalam kegiatan penanaman,
dimana segala proses penanaman dilakukan secara konvensional atau penanaman
manual serta melakukan kerjasama dengan karang taruna pomalaa sebagai jasa
penanaman.

Kegiatan reklamasi yang dilakukan PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN


SULTRA Terdiri dari beberapa tahap yaitu:

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 140
ecg
R
&
in
rad
tu
o
Keterangan :
Gambar 4.7.1. Flow Chart Kegiatan Reklamasi

1. Regrading dan Recontouring

kegiatan
Recontouring dan Regrading merupakan tahap awal dalam
reklamasi. Regrading bertujuan untuk menata
mempersiapkan permukaan lahan yang tidak beraturan akibat aktivitas
pertambangan. Kegiatan regrading mencakup penimbunan cebakan-
cebakan yang terbentuk, pengumpulan batuan-batuan yang berserakan dan
pemerataan (pelandaian) lahan. Setelah tahap regrading maka dilanjutkan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 141
dan
ke tahap recontouring. Recontouring merupakan kegiatan untuk menata
kembali lahan bekas tambang tersebut sehingga kembali menyerupai
bentuk bukit. Regrading dan recontouring dalam proses kegiatannya
dibantu oleh beberapa alat berat yang berasal dari mitra kerja PT Sumber
Setia Budi (SSB), antara lain seperti excavator, dump truck, rock braker
dan bulldozer. Ketersediaan alat berat dalam kegiatan ini disesuaikan
dengan luas lahan yang akan di-regrading sehingga efektivitas kerja dapat
tercapai 100%.

Gambar 4.7.2. Recontouring dan Regrading di Bukit D


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

2. Topsoiling
Topsoiling adalah tahap kedua setelah tahap regrading dimana
lahan bekas tambang yang telah di-regrading akan diberikan top soil
secara merata dengan ketebalan minimum ± 50-60 cm. Ketebalan top soil
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, ketersediaan top soil, jenis
lapisan teratas lahan dan waktu target penyelesaian. Kegiatan topsoiling
dibantu oleh beberapa alat berat, antara lain seperti excavator, bulldozer,
grader dan dump truck dalam proses pengangkutan top soil ke lahan yang
akan di-topsoiling.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 142
Gambar 4.7.3. Topsoiling di Bukit H
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

3. Penanaman cover crop


Setelah topsoiling dilakukan, tahap selanjutnya adalah penanaman
cover crop (Gambar 4.5.4.). Penanaman cover crop bertujuan untuk
melindungi top soil dari erosi dan menjaga kelembapan top soil agar tetap
terjaga kesuburannya. Jenis tanaman yang digunakan dalam tahap cover
crop adalah rumput lokal (Gambar 4.5.5.) dan rumput tetenggala (Gambar
4.5.6.). Pertumbuhan rumput lokal lebih cepat dibandingkan rumput
tetenggala, tetapi pada musim kemarau panjang rumput lokal tidak dapat
bertahan hidup sedangkan rumput tetenggala dapat terus bertahan hidup.

Gambar 4.7.4. Penanaman Cover Crop


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Gambar 4.7.5. Rumput Tetenggala


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 143
Gambar 4.7.6. Rumput Lokal
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

4. Pengajiran
Pengajiran dilakukan dengan tujuan untuk mengestimasi dan
mengetahui jumlah tanaman yang akan ditanam serta biaya yang
dikeluarkan dengan memasang patok tanaman setiap interval 3 x 3 meter.
5. Revegetasi
Revegetasi merupakan suatu usaha kegiatan penanaman kembali
lahan kritis akibat aktivitas tambang sebelumnya agar lahan dapat kembali
berfungsi secara normal. Kesuksesan revegetasi tergantung pada
pemilihan tanaman, karakteristik top soil, dan iklim. PT ANTAM
(Persero) Tbk. UBPN SULTRA melakukan dua jenis penanaman pada
tahap revegetasi ini, yaitu penanaman tanaman pelindung dan tanaman
inti. PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA bekerjasama dengan
Karang Taruna Pomalaa dalam jasa penanaman. Tanaman pelindung
(pioner) adalah tanaman yang cepat tumbuh dan mampu secara cepat
beradaptasi terhadap lingkungan. Tanaman pelindung (pioner) bertugas
untuk melindungi tanaman inti dan mengurangi intensitas cahaya, angin,
meningkatkan kelembaban tanah dan menambah bahan organic penyubur
tanah. Jenis tanaman pioner cepat tumbuh yang digunakan PT ANTAM
(Persero) Tbk. UBPN SULTRA adalah Gamal (Gliricidia Sepium) dan
Kayu Besi. Setelah tanaman pelindung (pioner) sudah berkembang
dengan baik maka penanaman tanaman inti (Gambar 4.5.7.) dapat

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 144
dilakukan ± 1 bulan setelah penanaman tanaman lindung selesai. Tanaman
inti merupakan tanaman pokok yang akan ditanam pada lahan revegetasi.
Spasi penanaman antar tanaman inti ± 3 meter dengan perbandingan
jumlah tanaman inti dan tanaman pelindung 1:1. Jenis tanaman inti yang
digunakan antar lain Sengon Laut, Mangga-mangga, Bitti, Tirotasik,
Cemara, Kuku, Mahoni, Johar, Lamtoro, Trambesi, Sengon Buto, Sogo,
Dengeng dan Pohon Afrika.

Gambar 4.7.7. Penanaman Tanaman Inti


Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

6. Pemeliharaan
Setelah revegetasi selesai dilakukan maka dilanjutkan ketahap
pemeliharaan tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Terdapat tiga hal yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu:
a. Penyiangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
membersihkan area sekitar tanaman dari tanaman pengganggu.
b. Penggemburan tanah disekitar tanaman.
c. Pemupukan, bertujuan untuk memberikan nutrisi tambahan
pada tanaman.
d. Penyulaman, bertugas untuk mengganti tanaman yang mati
atau tidak subur dengan tanaman yang baru.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 145
Gambar 4.7.8. Pemeliharaan tanaman inti
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

7. Pemantauan
Pemantauan hasil revegetasi dilakukan setiap tiga bulan sekali
dengan mengukur diameter batang, ketinggian tanaman dan kesuburan
tanaman. Pemantauan dilakukan secara intensif selama satu tahun setelah
penanaman dilakukan. Pemantauan dilakukan dengan membuat plot
pemantauan yang mewakili semua tanaman yang telah ditanam.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan


reklamasi, yaitu:

a. Cuaca
b. Kondisi alat
c. Jumlah alat
d. Lokasi Kerja
e. Keterampilan operator
f. Kesehatan pekerja

Faktor-faktor di atas sangat berpengaruh terhadap efektivitas dan produktivitas


kerja kegiatan reklamasi.

Sebelum kegiatan penanaman, PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN


SULTRA melakukan kegiatan pembibitan dalam memenuhi kebutuhan tanaman
yang dibutuhkan pada kegiatan reklamasi. Dalam pengadaan bibit PT ANTAM
(Persero) Tbk. UBPN SULTRA menerima bibit dari IPB (Institut Pertanian

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 146
Bogor) serta membudidayakan bibit tanaman secara mandiri. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi biaya anggaran pembibitan. Keberhasilan pembibitan
dipengaruhi oleh iklim, lokasi pembibitan, serta tanah dan kompos yang
digunakan dalam pembibitan. Kegiatan pembibitan yang dilakukan terdiri dari :

Selain menggunakan benih, dalam kegiatan pembibitan juga digunakan


stek daun. Jenis bibit yang digunakan adalah Sengon laut, Mangga-mangga, Bitti,
Tirotasik, Cemara, Kuku, Mahoni, Johar, Lamtoro, Trambesi, Sengon buto,
Pohon Africa, Sogo dan Dengeng.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 147
Gambar 4.7.9. Bibit Lamtoro

Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Gambar 4.7.10. Bibit Bitti

Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

Gambar 4.7.11. Bibit Cemara

Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 148
Gambar 4.7.12. Bibit Sengon laut

Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 149
4.8. Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN
Sulawesi Tenggara bergerak dibidang Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi lokal,
Sosial Budaya, Lingkungan, dan Peningkatan kapasitas kelembagaan dengan
wilayah implementasi Ring 1 Kecamatan Pomalaa, Ring 2 Kabupaten Kolaka,
Ring 3 Sulawesi Tenggara dan Ring 4 Indonesia.

4.8.2 Pendidikan
a. Penguatan dan peningkatan pendidikan dasar
b. School development program
c. Sarana dan prasarana sekolah
d. Mobile learning
e. Antam mengajar “BUMN hadir untuk negeri”
f. Beasiswa SD sampai dengan perguruan tinggi
g. Pusat pengembangan masyarakat

4.8.3 Kesehatan
a. Optimalisasi fasilitas kesehatan masyarakat
b. Revitalisasi posyandu
c. Akses air bersih
d. Sanitasi
e. Kampanye bersih dan sehat
f. Pengobatan gratis
g. Fogging

4.8.3 Ekonomi local


a. Perkebunan
b. Multikultural
c. Nelayan tangkap

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 150
d. Olahan pangan
e. Pengembangan kerajinan tangan

4.8.4 Keagamaan
a. Sumbangan hari raya
b. Support kegiatan pemerintah dan masyarakat

4.4.5 Lingkungan
a. Pengelolaan sampah (komunitas)
b. Penyediaan bak sampah
c. Konservasi kawasan lingkungan (Mangroove dan penangkaran rusa)
d. Pengembangan kapasitas kelembagaan
e. Pelatihan aparat (Kades)
f. Community Building

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 151
BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Berdasarkan Kerja Praktek yang telah dilakukan di PT ANTAM (Persero)
Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara, maka diperoleh beberapa kesimpulan
1. Zona litologi Pomalaa terbagi menjadi empat zona, yaitu Top Soil, Red
Limonite, Yellow Limonite, Earthy Saprolite, Rocky Saprolite, Saprolite Rock.
2. Metode pengukuran dengan Total Station yang digunakan oleh satuan kerja
Exploration, Mine Plan and Survey adalah Metode Resection.
3. Inpit Drill:

a. Cycle time TB-173 = 2.496 jam/lubang dengan kedalaman lubang bor


12.55 m.
b. Cycle time TB-174 = 2.138 jam/lubang dengan kedalaman lubang bor
11.55 m.
c. Kecepatan pemboran rata-rata = 5.214 m/jam
d. Efektivitas pemboran rata-rata = 88.618%
e. Produktivitas pemboran rata-rata = 4.627 m/jam
f. Recovery TB-173 = 84.46%, TB-174 = 91%, Rata-rata = 87.73% (material
mengalami swelling).
g. Kecepatan pemboran lapisan OB = 1.57 m/jam, Limonit = 1.67 m/jam,
dan Saprolit = 0,56 m/jam.
4. Produksi
a. Pola pemuatan Top Loading lebih efektif daripada Bottom Loading.
b. Cycle time rata-rata PC 200 Bukit Everest (ore) = 0.25 menit/bucket
c. Cycle time rata-rata DT Bukit Everest (ore) = 19.98 menit
d. Cycle time rata-rata PC 200 Bukit Everest (OB) = 0.22menit/bucket

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 152
e. Cycle time rata-rata DT Bukit Everest (OB) = 11.84 menit
f. Cycle time rata-rata PC 200 Bukit Fortuner (OB) = 0.27menit/bucket
g. Cycle time rata-rata DT Bukit Fortuner (OB) = 10.73 menit
h. Efektivitas PC 200 Bukit Everest (ore) = 78.75%
i. Efektivitas DT Bukit Everest (ore) = 84.38 %
j. Efektivitas PC 200 Bukit Everest (OB) = 82.9%
k. Efektivitas DT Bukit Everest (OB) = 78.92 %
l. Efektivitas PC 200 Bukit Fortuner (OB) = 86.4%
m. Efektivitas DT Bukit Fortuner (OB) = 71.51 %
n. Produktivitas PC 200 Bukit Everest (ore) = 2295 ton/hari
o. Produktivitas DT Bukit Everest (ore) = 1801.20 ton/hari
p. Produktivitas PC 200 Bukit Everest (OB) = 2683 ton/hari
q. Produktivitas DT Bukit Everest (OB) = 2370 ton/hari
r. Produktivitas PC 200 Bukit Fortuner (OB) = 2387 ton/hari
s. Produktivitas DT Bukit Fortuner (OB) = 1516.80 ton/hari
t. MFBukit Everest (ore) = 0.75
u. MF Bukit Everest (OB) = 0.97
v. MF Bukit Fortuner (OB) = 0.79
5. Quality Control
a. Quality Assurance
b. Preparasi Sampel mengolah sampel Selective Mining, Recheck, dan Ore
Pabrik.
c. Analisa Lab. Instrumen menggunakan X-Ray.
d. Analisa Lab. Kimia merupakan analisa basa.
6. Reklamasi
a. Menggunakan metode penanaman handseeding.
b. Tahapan umum reklamasi meliputiregarding, recontouring, top soiling,
pengajiran, revegetasi, pemeliharaan dan pemantauan.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 153
7. FeNi Plant
a. Proses pembentukan ferronikel meliputi tahap Pra-olahan, Ore
Preparation, Peleburan, Pemurnian dan Pengemasan.
b. Produk berupaLow Carbon Shot (LCS) danHigh Carbon Shot(HCS).
8. Enam program utama CSR PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA
meliputi pendidikan, kesehatan, sosial budaya, lingkungan, kesehatan dan
peningkatan kapasitas kelembagaan.

5.2.Saran

1. Alat pemboran inpit drill diganti dengan alat pemboran sistem hidrolik.
2. Penambahan timbangan pada tambang selatan.

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 154

Anda mungkin juga menyukai