PENDAHULUAN
1. Studi Literatur
Tabel 1.5.
Februari Maret
No Kegiatan
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Administrasi
2 Survey
3 Pemboran (In Pit Drill)
4 Pemboran (Geomin)
5 Preparasi (Geomin)
6 Mine Production
7 Quality Assurance
Libur
Libur
Libur
Libur
Libur
8 Preparasi Ore
9 Lab. Instrument
10 Lab. Kimia
11 Reklamasi
12 Feni Plant
13 Laporan
14 Presentasi
15 Sertifikat
1. Buku lapangan
2. Alat tulis-menulis
3. Stopwatch
4. Kamera Handphone
5. Perlengkapan safety (Helmet, ID Card dan Sepatu safety)
6. Laptop
TINJAUAN PUSTAKA
Mengingat cadangan bijih nikel laterit kadar rendah (<1,82% Ni) yang
dapat dimanfaatkan cukup besar, maka untuk meningkatkan mutu dan kualitas
produksi dalam pasar internasional, didirikan pabrik peleburan bijih nikel menjadi
produk logam FeNi. Sampai saat ini PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. UBPN
Sultra mempunyai tiga unit pabrik FeNi yaitu, Pabrik FeNi unit I dimulai pada
tanggal 12 Desember 1973 dengan waktu penyelesaian selama dua tahun. Pada
Arti Visi:
a. Korporasi
Badan usaha holding yang memberi nilai tambah kepada stakeholder.
b. Global Terkemuka
- Jangkauan pemasaran di seluruh dunia.
- Operasional berstandar kelas dunia.
2.3.1.Lingkungan
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA terletak di Kabupaten
Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas area 6918,38 Km2.
2.3.2.Iklim
Seperti yang telah diketahui bahwa iklim sangat mempengaruhi
dalam kegiatan penambangan, begitu juga dalam kegiatan penambangan
bijih nikel di PT ANTAM Pomalaa iklim sangat mempengaruhi
pembentukan unsur nikel, karena pembentukan unsur nikel sangat
dibutuhkan proses pelapukan yang baik. Di Sulawesi Tenggara sendiri
memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Hal ini
dikarenakan PT ANTAM Pomalaa terletak disekitar garis katulistiwa dan
dekat dengan laut yang memilki suhu maksimum 32O C dan suhu minimum
12O C, dengan suhu rata-rata 25-30O C.
2.3.3.Penduduk
Penduduk daerah Pomalaa, tepatnya disekitar PT ANTAM tidak
hanya merupakan penduduk asli daerah Pomalaa, tetapi juga terdapat
penduduk pendatang. Penduduk asli daerah Pomalaa merupakan masyarakat
Suku Bugis, Toraja dan Tolaki, sedangkan penduduk pendatang daerah
Pomalaa merupakan masyarakat yang berasal dari Pulau Jawa, Sumatera
dan lainnya.
2.3.4.Mata Pencaharian Penduduk
Penduduk sekitar PT ANTAM sebagian besar merupakan karyawan
PT ANTAM Pomalaa dan sebagian kecil bermata pencaharian sebagai
petani, nelayan bahkan membuka usaha kecil seperti warung, rumah makan
dan lainnya.
2.3.6.Sosial
PT ANTAM Pomalaa telah melakukan beberapa kegiatan bakti
sosial diantaranya memberikan fasilitas pendidikan (SD, SMP, SMA) serta
fasilitas penunjang lainnya seperti tempat ibadah, fasilitas olahraga dan
perbaikan jalan serta juga bantuan dalam bentuk lainnya. Selain melakukan
beberapa kegiatan sosial PT ANTAM pomalaa juga membuka lapangan
pekerjaan yang luas dengan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar di
kawasan Kabupaten Pomalaa. Kegiatan sosial ini dilakukan bermaksud
untuk membangun dan menjalin hubungan baik antara masyarakat Pomalaa
dan pihak perusahaan serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat
Perjalanan menuju Pomalaa dapat ditempuh melalui jalur darat, udara dan
laut. Apabila menggunakan jalur udara maka dapat menggunakan pesawat dari
Bandara Soekarno-Hatta dan transit terlebih dahulu di Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar yang kemudian dilanjutkan kembali menuju Bandara
Sangia Nibandera Kolaka selama ± 45 menit. Selanjutnya, perjalanan darat dari
Tanggetada ke Pomalaa dapat ditempuh selama ± 30 menit. Sedangkan, apabila
menggunakan jalur laut, maka dari Makassar ke pelabuhan Feri Bajoe Kabupaten
Bone atau dari Makassar ke Pelabuhan Siwa menuju pelabuhan di Kabupaten
Kolaka, dilanjutkan dengan menggunakan jalur darat selama kurang lebih 30
menit menuju Kecamatan Pomalaa. Sedangkan dari Ibukota Sulawesi Tenggara,
Kendari, Pomalaa dapat dicapai dalam waktu 4 jam menggunakan kendaraan
bermotor atau mobil.
LANDASAN TEORI
1. Nikel sulfida
Endapan nikel sulfida adalah endapan nikel yang terjadi sebagai mineral
kompleks yang mengandung tembaga dan sedikit logam mulia dan kobalt.
Bijih nikel jenis sulfida umumnya ditemukan dinegara maju seperti
Kanada, Australia, dan Finladia.
2. Nikel laterit
Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses
pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah
Laterit sendiri diambil dari bahasa Latin “later” dengan arti batubata
merah (M. F. Buchanan, 1807) yang digunakan sebagai bahan bangunan
di Mysore, Canara dan Malabr wilayah India bagian selatan. Material
tersebut sangat rapuh dan mudah dipotong, tetapi apabila terlalu lama
terekspos akan cepat sekali mengeras dan sangat kuat.
Bijih saprolit juga dibagi dalam dua jenis berdasarkan kadarnya yaitu HGSO
(High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya HGSO
mempunyai kadar Ni ≥ 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni.
Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut
dan silika dari profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam, hangat dan
lembab serta membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi
pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979).
Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), silika (Si) dan nikel
(Ni) akan tertinggal di dalam larutan selama air masih bersifat asam. Tetapi, jika
dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat–zat tersebut
akan cenderung mengendap sebagai mineral hidrosilikat (Ni-magnesium
hidrosilicate) yang disebut mineral garnierit [(Ni,Mg)6Si4O10(OH)8] atau
mineral pembawa Ni (Boldt, 1967).
1. Iron Capping
Merupakan bagian paling atas dari suatu penampang laterit. Komposisinya
adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa organik lainnya.
Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur. Kadar nikelnya
sangat rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan. Ketebalan lapisan
tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m, berwarna merah tua dan merupakan
kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi
yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah dan terkadang terdapat mineral-
mineral hematite dan chromiferous.
2. Limonite Layer
Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa. Komposisinya
meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit. Ketebalan lapisan
ini rata-rata 8–15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar tumbuhan
meskipun dalam persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah
batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada.
3. Silica Boxwork
Putih–orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian
menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian
mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat
mineral opal dan magnesit. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam
boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork
jarang terdapat pada bedrock yang serpentinized.
4. Saprolite
Zona ini merupakan zona pengkayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida
besi, serpentin sekitar <0,4%, kuarsa magnetit dan batuan asal yang masih
terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5–18 m. Kemunculan bongkah-
bongkah sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai
magnesit, serpentin, krisopras dan garnierit. Bongkah batuan asal yang
muncul pada umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni
dan Fe yang rendah. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan
mineral-mineral primer yang terlapukkan. Garnierite di lapangan biasanya
diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous
serpentin.
b. Iklim
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan
terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan
temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis,
dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah
proses atau reaksi kimia pada batuan.
e. Topografi
Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta
reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai air akan bergerak perlahan-
lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi
lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi
endapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai
kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan
mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis jumlah
air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.
f. Waktu
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.
3. Studi Kelayakan
Studi Kelayakan merupakan tahapan akhir dari kegiatan
penyelidikan awal yang dilakukan sebelumnya sebagai penentu
apakah kegiatan penambangan endapan bahan galian tersebut
layak dilakukan atau tidak. Dasar pertimbangan yang
digunakan meliputi pertimbangan teknis dan ekonomis dengan
teknologi yang ada pada saat ini, dan dengan memperhatikan
keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan hidup. Bila
tidak atau belum layak maka data tersebut diarsipkan.
3.4.2.5. Penambangan
Kegiatan penambangan secara garis besar dilakukan dalam
empat tahap, yaitu:
3.4.2.6. Pengolahan
Bahan galian yang sudah selesai ditambang pada umumnya
harus diolah terlebih dahulu di tempat pengolahan. Hal ini
disebabkan antara lain oleh tercampurnya pengotor bersama bahan
galian, perlu spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalau tidak
diolah maka harga jualnya relative lebih rendah jika dibandingkan
dengan yang sudah diolah, dan bahan galian perlu diolah agar
dapat mengurangi volume dan ongkos angkut, meningkatkan nilai
tambah bahan galian, dan untuk mereduksi senyawa-senyawa
kimia yang tidak dikehendaki pabrik peleburan.
Cara pengolahan bahan galian secara garis besar dapat
dibagi atas pengolahan secara fisika, secara fisika dan kimia tanpa
ekstraksi metal, dan pengolahan secra fisika dan kimia dengan
ekstraksi metal. Pengolahan bahan galian secara fisika ialah
pengolahan bahan galian dengan cara memberikan perlakuan fisika
seperti peremukan, penggerusan, pencucian, pengeringan, dan
pembakaran dengan suhu rendah. Contoh yang tergolong
pengolahan ini seperti pencucian batu bara, yang kedua
pengolahan secara fisika dan kimia tanpa ekstraksi metal, yaitu
3.4.2.7. Pemasaran
Jika bahan galian sudah selesai diolah maka dipasarkan ke
tempat konsumen. Antara perusahaan pertambangan dan
konsumen terjalin ikatan jual beli kontrak jangka panjang, dan
penjualan sesaat. Pasar kontrak jangka panjang yaitu, pasar yang
penjualan produknya dengan kontrak jangka panjang misalnya
lebih dari satu tahun. Sedangkan penjualan spot, yaitu penjualan
sesaat atau satu atau dua kali pengiriman atau order saja.
3.4.2.8. Reklamasi
Reklamasi merupakan kegiatan untuk merehabilitasi
kembali lingkungan yang telah rusak, baik itu akibat penambangan
atau kegiatan yang lainnya. Reklamasi ini dilakukan dengan cara
penanaman kembali atau penghijauan suatu kawasan yang rusak
akibat kegiatan penambangan tersebut. Reklamasi perlu dilakukan
karena penambangan dapat mengubah lingkungan fisik, kimia dan
biologi seperti bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran
air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat fauna, dan sebagainya.
Perubahan-perubahan ini harus dikelola untuk menghindari
dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi,
drainase yang buruk, masuknya gulma atau penyakit tanaman,
pencemaran air permukaan atau air tanah oleh bahan beracun dan
lain-lain. Dalam kegiatan reklamasi terdiri dari dua kegiatan yaitu
3. Lahan Perkebunan
Di bekas daerah pertambangan dapat dijadikan lahan
perkebunan sehingga menjadi produktif. Tanaman atau
tumbuhan yang dipilih adalah yang bisa menguatkan tanah
namun pada saatnya nanti bisa bernilai ekonomis. Jadi selain
lahan bekas tambang menjadi berangsur pulih karena adanya
vegetasi, pada saatnya nanti akan memberikan penghasilan
kepada masyarakat sekitar. Tumbuhan yang bisa di tanam di
lahan bekas tambang antara lain lada, akasia, sawit, jambu,
kelapa, dan beberapa lagi lainnya.
PENGAMATAN
a. Pengambilan sampel
b. Mengetahui ketebalan setiap zona
c. Mengetahui kandungan endapan mineral
d. Mengetahui struktur lapisan tanah
e. Mengetahui persebaran endapan mineral
1. Eksplorasi Regional
Pengeboran pada eksplorasi regional dilakukan dengan jarak antar titik bor
200 meter yang menghasilkan sumberdaya terreka. Dalam eksplorasi regional
dilengkapi oleh pemetaan dan sampling.
Pengeboran unit geomin menggunakan 2 jenis alat bor yaitu, SJR dan
YBM dengan mesin penggerak yang dinggunakan adalah YANMAR 8,5. Mata
bor yang digunakan dalam pemboran unit geomin adalah mata bor jenis widia
tungsten dan mata bor diamond. Pemboran unit geomin dilakukan hingga
menempuh 3 meter zona bed rock dengan target pemboran perhari 7 meter.
Kendala yang dihadapi oleh pemboran unit geomin antara lain;
Air
Cuaca
Batang bor terjepit
Mesin rusak
Keterampilan operator
2. Gear box
Gear box merupakan salah satu bagian alat bor yang berfungsi sebagai
penggerak naik dan turunnya batang bor (AXL) serta untuk memutar
batang bor (AXL) kedalam lubang bor. Gear box dilapisi oleh gemuk
yang berfungsi agar gear box tidak mudah haus sehingga kegiatan
naik-turunnya dan perputaran batang bor (AXL) dapat dilakukan
dengan mudah dan maksimal.
3. Spindle
Spindel adalah tempat dudukan batang bor (AXL) yang akan masuk
kedalam lubang bor.
4. Jaw chuck
Jaw chuck merupakan bagian pada spindle yang berfungsi untuk
mengunci batang bor (AXL) saat dilakukannya kegiatan running
pemboran.
5. Sub
Sub adalah bagian dari batang bor (AXL) yang digunakan untuk
menghubungkan salah satu batang bor (AXL) dengan Tube.
7. Pin
Pin merupakan alat bantu pada batang bor AXL yang berfungsi untuk
menghubungkan antara batang bor AXL yang satu dengan batang bor
AXL lainnya.
a a
a. Surveying
b. Drilling
c. Preparation
1. Pembongkaran Sampel
Sampel hasil pemboran unit geomin dipisahkan berdasarkan kode
titik bor.
2. Penimbangan Sampel
Kegiatan penimbangan sampel dilakukan untuk memastikan hasil
penimbangan sampel dilapangan sebelumnya. Kemudian setiap satu
kantong sampel dipindahkan kesebuah wadah yang disebut basin.
3. Oven
Sampel dalam basin dimasukkan kedalam oven selama ± 16 jam
dengan suhu 105OC. Proses pemanasan dalam oven berfungsi untuk
mengurangi dan menghilangkan kadar air yang terkandung dalam
sampel.
4. Penimbangan Sampel Kering
Sampel hasil pemanasan dalam oven kemudian ditimbang untuk
mengetahui berat sampel sesudah pemanasan, sehingga dapat
diketahui selisih berat sampel sebelum dan sesudah pemanasan.
c. Sendok 3D
e. Timbangan
f. Basin
1. Core yang diperoleh jatuh ketika tube diangkat dari dalam lubang bor.
2. Lamanya waktu tunggu pemindahan alat bor menggunakan dozer,
excavator maupun mobil.
3. Waktu pengisian solar.
4. Batang bor jatuh dalam lubang bor.
5. Batang bor terjepit dalam lubang bor.
Kegiatan inpit drill yang diamati oleh penulis berlokasi di Tambang Utara
Bukit Strada dengan dua titik pengamatan bor yaitu TB STD-174 dan TB STD-
4.2.1.Mekanisme Kerja
4.2.3.Komponen Alat
1. Mesin penggerak dan mesin bor
PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara menggunakan
alat bor tipe KOKEN YH-01 dengan mesin penggerak YANMAR 8,5
PK dengan bahan bakar solar. Alat bor bekerja dengan tipe pemboran
rotary (putar) dan tekanan pada batang bor (AXL) dilakukan secara
manual oleh tenaga manusia (operator).
16. Sub
Sub adalah bagian dari batang bor (AXL) yang digunakan untuk
menghubungkan salah satu batang bor (AXL) dengan Tube.
Tabel 4.2.4.1.
Cycle Time Pemboran
Cycle Time
Kode Titik Bor
(Jam)
TB-173 2,496
TB-174 2,138
2. Kecepatan pemboran
Kecepatan pemboran dapat diperoleh dengan perbandingan antara
kedalaman lubang bor dengan waktu total pemboran (cycle time).
H
V=
CT
Dimana:
V = Kecepatan pemboran (meter/jam)
H = Kedalaman lubang bor (meter)
CT = Cycle Time (jam)
Tabel 4.2.4.2.
Kecepatan Pemboran
Kode Titik Kedalaman Cycle Time Kecepatan
Bor (m) (Jam) (m/jam)
TB-173 12,55 2,496 5,027
TB-174 11,55 2,138 5,401
Rata-rata 5,214
W
Efektivitas pemboran= x 100 %
W +S
Dimana:
Tabel 4.2.4.3.
Cycle Time +
Kecepatan Efektifitas
Kode Titik Bor Hambatan
(m/jam) (%)
(Jam)
TB-173 2,496 2,916 85,594
TB-174 2,138 2,333 91,643
Rata-rata 88,618
4. Produktivitas pemboran
Produktivitas pemboran dipengaruhi oleh waktu hambatan dimana
akan mempengaruhi efisiensi pemboran. Semakin baik efisiensi
pemboran maka produktivitas akan meningkat, sedangkan semakin
tidak baiknya efisiensi pemboran maka produktivitas akan menurun.
Tabel 4.2.4.4.
Produktivitas Pemboran
5. Core recovery
Panjang core
Core recovery= x 100 %
Kemajuan bor
Tabel 4.2.4.5.
Core Recovery
Panjang Core
Kode Titik Kedalaman
Core Recovery Ket
Bor (m)
(m) (%)
TB-173 13,18 12,55 84,46 Material
TB-174 11,59 11,55 91 mengalami
Rata-rata 83,73 swelling
1. Crushing (Penghancuran)
Crushing (penghancuran) dilakukan secara manual tanpa
digunakannya mesin crushing. Crushing dilakukan pada sampel
persatu meter kedalaman.
2. Pengambilan conto
Pengambilan conto dilakukan dengan menggunakan metode
coning quartering dimana sampel dipisahkan menjadi empat
bagian dimana 2 bagian diambil untuk masuk ketahap preparasi
selanjutnya sedangkan 2 bagian lainnya disimpan sebagai arsip.
Metode coning quartering digunakan karena dianggap sudah
representatif.
4. Grinding
Grinding adalah proses penghalusan sampel hingga sampel
berukuran 200 mesh.
5. Screening (ayakan)
6. Oven
Sampel hasil ayakan selanjutnya dimasukkan ke dalam oven untuk
memastikan sampel benar-benar kering. Setelah itu sampel akan
dikirim ke laboratorium untuk dilakukan analisa kadar sampel.
4.3.1.Pengukuran stockyard
Pengukuran yang dilakukan oleh penulis bersama dengan satuan
kerja eksploration, mine planning, and surveying dilakukan pada Senin
20/02/2017 di Tambang selatan pada stockyard Tanjung Leppe. Pada
1. Pindahkan data ke dalam Ms.Excel dan save data dalam bentuk CSV.
8. Jika diperlukan, data yang diperoleh dapat diatur atau diedit sesuai
dengan kenampakan asli dilapagan.
16. Korelasikan kedua file .dtm Surface Volume Cut and fill
between DTMs.
17. Isi form dengan file .dtm Report format dalam bentuk pdf Apply
2. Tripod
2. Buka surpac Pilih file yang berisi data .CSV Klik kanan Set
as work directory.
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 100
Gambar 4.3.2.13. Pengolahan data dengan Surpac
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 101
4.4.Mine Production
4.4.1.Kegiatan Penambangan
1. Kondisi alat
2. Cuaca
3. Litologi batuan
4. Letak deposit bijih
5. Kondisi jalan
6. Faktor pekerja
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 102
Gambar 4.4.1.1. Bukit Everest
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan
4.4.2.Alat-alat Produksi
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 103
menggunakan alat support berupa Grader (Gambar 4.4.2.4.), Water Tank
Hino (Gambar 4.4.2.5.) dan Bulldozer (Gambar 4.4.2.6.).
1. Bukit Everest
a. Alat produksi : 2 unit PC 200 Komatsu dan 8 unit Dump Truck Hino
500 New Ranger FM 235 JD
b. Alat support : 1 unit Grader Komatsu D85E-SS dan 2 unit Bulldozer
2. Bukit Land Cruiser
a. Alat produksi : 2 unit PC 200 Komatsu, 7 unit Dump Truck Hino
500 New Ranger FM 235 JD, dan Rock Breaker PC 200
b. Alat support : 1 unit Grader Komatsu D85E-SS dan 2 unit
Bulldozer
3. Bukit Fortuner
a. Alat produksi : 3 unit PC 200 Komatsu, 11 unit Dump Truck Hino
500 New Ranger FM 235 JD, dan Rock Breaker PC 200
b. Alat support : 3 unit Bulldozer
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 104
Gambar 4.4.2.2. Dump Truck Hino 500 New Ranger FM 235 JD
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 105
Gambar 4.4.2.6. Bulldozer Komatsu D85E-SS
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan
4.4.3.Pola Pemuatan
Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh suatu alat mekanis
untuk melakukan kegiatan tertentu dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan.
Waktu edar (cycle time) alat muat dan alat angkut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya:
1. Kondisi jalan angkut
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 106
2. Kondisi front penambangan
3. Kondisi alat
4. Kondisi material
5. Operator
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 107
4.4.5.Efisiensi Kerja
W
Efisiensi Kerja= x 100 %
W +S
Dimana:
Dari hasil pengamatan dan perhitungan, efisiensi kerja alat angkut dan alat
muat sebagai berikut:
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 108
Berhenti sebelum shift berakhir = 19 menit
Waktu Hambatan = 95 menit
Waktu kerja efektif = 355,12 menit
Waktu kerja total = 450 menit
Efisiensi kerja =78,92 %
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 109
Waktu kerja efektif = 379,7 menit
Waktu kerja total = 450 menit
Efisiensi kerja =84,38 %
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 110
Waktu kerja total = 450 menit
Efisiensi kerja = 71,51%
60
Q= x kapasitas bucket x FF x EK xdensity x N x W . K . E
CT
60
Q= x kapasitas bak x EK x density x N x W . K . E x DT
CT
Dari hasil pengamatan dan perhitungan, efisiensi kerja alat angkut dan alat
muat sebagai berikut:
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 111
1. Bukit Everest (OB)
a. Alat angkut DT 096 Bottom Loading (1 Maret 2017)
Density = 1.58
Jumlah bucket =5
Density = 1.58
Jumlah bucket = 10
Waktu Kerja Tersedia = 8 jam
Produktivitas = 2683.51 ton/hari
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 112
Q = 2683 ton/ hari
Density = 1.58
Jumlah bucket =5
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 113
Q = 60/𝐶𝑇 𝑥 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑘 (𝑚3)𝑥 𝐹𝐹 𝑥 𝐸𝐾 𝑥 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑥 𝑊.𝐾.𝑇 𝑥
𝑁 𝑏𝑢𝑐𝑘𝑒𝑡
Q = 60/2.2 𝑥 0.97 𝑥 1 𝑥 0.7875 𝑥 1.58 𝑥 8 𝑥12
Q = 2295 ton/ hari
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 114
Q=2354 ton/ hari
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 115
4.5.Quality Control
4.5.1.Quality Assurance
4.5.2.Preparasi sampel
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 116
(Earl Babbie 1986), dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
representative dari suatu populasi. PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN
SULTRA dalam kegiatan sampling bermitra dengan PT Dewi Jaya.
Kegiatan sampling dilakukan untuk mensupport kegiatan satuan kerja
quality control. Sampling yang dilakukan PT ANTAM (Persero) Tbk.
UBPN SULTRA terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu:
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 117
Gambar 4.5.2.2. Scoop Standart
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan
2. Re-check
Re-check (Gambar 4.5.2.3.) merupakan kegiatan lanjutan dari
selective mining yang bertujuan untuk mengkorelasikan hasil SM (data
awal) dengan ore yang sudah diproduksi. Pengambilan sampel re-check
dilakukan pada ore yang telah diproduksi setiap sepuluh rate
pengangkutan ore, Dimana persatu rate pengangkutan ore pada dump
truck akan membentuk satu tumpukan ore yang menghasilkan satu
increment berkisar 18-20 kg. Setiap tumpukan ore dari satu rate
pengangkutan sampel diambil secara diagonal pada dua titik yang
berbeda.
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 118
kadar Ni ≥ 1.8% , Fe ≤ 14% dan SiO > 40% berdasarkan hasil sampel
re-check sebelumnya. Pengambilan sampel ore pabrik ini dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu pertama sampling dilakukan saat
proses loading dengan bantuan excavator (PC 200) dimana sampel
diambil pada bucket ke-7 dan ke-13. Kedua, dengan metode yang sama
seperti sampling re-check yaitu sampling dilakukan pada stockyard.
Untuk ore pabrik satu increment yang dibutuhkan berkisar antara 20-25
kg.
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 119
Gambar 4.5.2.5. Flow Chart Preparasi Sampel
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 120
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
Gambar 4.5.2.7.
Save Shaker Kotobuki Gyro Sifter
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 121
4. Jaw Crusher
5. Roll Crusher
6. Roll Mill
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 122
7. Disk Mill
8. Plastik sampel
4.5.3.Laboratorium Instrumen
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 123
f
c
,
m
H
F
A
C
N
k
u
d
h
g
.
y
a
r
-
t
i
n
e
1
M
X
2
P
S
p
(
)
O
m
r
P
4
j
a
5
0
=
T
l
s
b
3
±
v
o
Adapun tahap-tahap penentuan kadar di laboratorium instrumen
sebagai berikut:
a. Ore
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 124
jH
g
h
2
1
x
A
b
k
slm
ay
d
iP
S
C
n
,M
b. Produk
instrumen
ter.o
u
p
F
cN
K
Gambar 4.5.3.2. Flow Chart Penentuan Kadar Produk
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 125
2. Mesin Press
3. Mesin Amplas
4. Mesin Bor
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 126
5. Simultix 12
6. Modu Temp
7. Oven
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 127
8. Furnace
9. Folder Sampel
4.5.4.Laboratorium Kimia
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 128
analisa sampel laboratorium Kimia akan dikorelasikan dengan hasil analisa
sampel laboratorium instrumen.
A. Analisa Kadar Ni
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 129
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 130
654321
1
2
3
4
5
6
Gambar 4.5.4.1.1. Flow Chart Analisa Ni
B. Analisa kadar Fe
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 132
87654321
1
2
3
4
5
6
7
8
)4TL3S2±PK
F10O
usj(ro,H
bkN
pelhiang.Cdtm
w5-vcy
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 133
gpO
dnreihukTB2-3ts,K
±1jam
C8Pb7F65D
oq.cM
l0w
(f)4
G
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 134
4y±oqvPE9S32F
slx1pcbhm
0,5M
TA
etriknjadug.D
Gambar 4.5.4.2.1. Flow Chart Analisa Sampel Produk
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 135
4.5.4.3.Alat-alat yang digunakan dalam penentuan kadar Ni dan Fe
1. Oven
2. Erlenmeyer 500ml
3. Hot Plate
4. Lemari asam
5. Corong
6. Kertas saring
7. Gelas kimia 250ml
8. Gelas ukur
9. Labu takar 250ml
10. Botol semprot 500ml
11. Pipet gondok 100ml
12. Kompresor
13. Buret
14. Statif
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 136
4.6.FeNi Plant
1. Ore preparation
Bijih nikel yang telah mengalami proses blending (pencampuran)
selanjutnya di screening menggunakan alat Shaking Out Machine (SOM)
sehingga didapat ukuran maksimal bijih 150 mm – 200 mm. Bijih yang lolos
akan jatuh ke belt conveyor dan tertransportasi ke rotary dryer untuk
menurunkan kadar air (moisture content) hingga ±21%. Penurunan kadar air
hingga mencapai kondisi optimum ini bertujuan untuk mengurangi
kecenderungan pembentukan debu dan lengketan bijih pada alat pengolahan.
Sistem pembakaran yang digunakan pada rotary drayer adalah system
pembakaran co-current (searah). Hal ini bertujuan agar temperatur bijih pada
outlet maksimum 40o C untuk menjaga belt conveyor dapat bekerja dengan
baik.
Bijih dari rotary drayer kemudian akan direduksi ukurannya pada
impeller breaker dan dicampur dengan reduktor karbon berupa batubara dan
antrasit, serta pallete dari kaltaiser pada ore mixing. Setelah pencampuran
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 137
dilakukan, campuran ini diumpankan ke rotary kiln. Pada rotary kiln terjadi
proses reduksi parsial nikel dan besi, proses penghilangan kadar air, serta
proses kalsinasi. Proses kalsinasi mengurangi kadar air kristal hingga kurang
lebih sama dengan satu. Berbeda dengan rotary drayer, sistem pembakaran
pada rotary kiln menggunakan sistem pembakaran counter-current
(berlawanan arah) dengan suhu outlet ± 900o-1000o C. Produk dari rotary kiln
berupa kalsin panas yang diangkut dengan hot container car ke Electric
Smelting Furnace.
2. Peleburan
Proses peleburan dilakukan dengan menggunakan electric smelting
furnace (tanur listrik) yang dilengapi tiga buah elektroda pasta karbon,
sedangkan sistem pendingin untuk peleburan menggunakan sistem copper
cooler. Dinding dan alas tanur listrik dilapisi oleh 90% bata tahan api yang
terbuat dari magnesium untuk mengurangi efek pembakaran. Dalam
prosesnya, sebagian besar kalsin mengalami reduksi oleh karbon menjadi
ferronikel (FeNi) dan kalsin yang tidak terreduksi berubah menjadi slag. Slag
hasil peleburan dikeluarkan dari tanur listrik melalui slag hole ke kolam
drainase slag dan ditimbun di slag dumping area. Sedangkan Ferronikel
dikeluarkan dengan cara tapping mengunakan teknologi TMT (Tapping
Machine Technology) ke dalam ladle. Hasil peleburan ini berupa metal crude.
3. Pemurnian
Pemurnian dilakukan untuk menghilangkan pengotor pada metal
crude (crude FeNi) yang berupa sulfur, karbon, silikon, dan fosfor. Proses
pengurangan kadar sulfur dinamakan dengan proses desulphurization dengan
mereaksikan crude FeNi bersama karbit dan soda ash, sehingga terbentuk slag
dan metal yang kemudian dibawa menuju proses casting (pencetakan).
4. Pencetakan (Casting)
Produk hasil pengolahan dari pabrik FeNi di cetak dalam bentuk shot
dan di granulasi dengan semburan air. Produk shot ada dua jenis yaitu Low
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 138
Carbon Shot (LCS) dan High Carbon Shot (HCS). Kedua produk ini dapat
dibedakan berdasarkan kadar Ni yang terkandung di dalam produk. Low
Carbon Shot memiliki kadar Ni sebesar 21%, sedangkan High Carbon Shot
memiliki kadar Ni sebesar 18%.
5. Product
Hasil dari pencetakan HCS dan LCS yang berupa shot dipasarkan
dalam bentuk bag dengan kapasitas satu ton per bag atau dalam bentuk curah
dengan container yang kemudian ditumpahkan ke tongkang.
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 139
4.7.Reklamasi
a. UU No. 4 Tahun 2009 (Pasal 99) “Setiap pemegang IUP dan IUPK
wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pasca tambang
pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi.”
b. Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pasca Tambang pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa pemegang IUP
Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib melaksanakan reklamasi.
c. Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pasca Tambang pasal 2 ayat 2 menyebutkan bahwa IUP Operasi
Produksi dan IUPK Operasi wajib melaksanakan reklamasi dan pasca
tambang.
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 140
ecg
R
&
in
rad
tu
o
Keterangan :
Gambar 4.7.1. Flow Chart Kegiatan Reklamasi
kegiatan
Recontouring dan Regrading merupakan tahap awal dalam
reklamasi. Regrading bertujuan untuk menata
mempersiapkan permukaan lahan yang tidak beraturan akibat aktivitas
pertambangan. Kegiatan regrading mencakup penimbunan cebakan-
cebakan yang terbentuk, pengumpulan batuan-batuan yang berserakan dan
pemerataan (pelandaian) lahan. Setelah tahap regrading maka dilanjutkan
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 141
dan
ke tahap recontouring. Recontouring merupakan kegiatan untuk menata
kembali lahan bekas tambang tersebut sehingga kembali menyerupai
bentuk bukit. Regrading dan recontouring dalam proses kegiatannya
dibantu oleh beberapa alat berat yang berasal dari mitra kerja PT Sumber
Setia Budi (SSB), antara lain seperti excavator, dump truck, rock braker
dan bulldozer. Ketersediaan alat berat dalam kegiatan ini disesuaikan
dengan luas lahan yang akan di-regrading sehingga efektivitas kerja dapat
tercapai 100%.
2. Topsoiling
Topsoiling adalah tahap kedua setelah tahap regrading dimana
lahan bekas tambang yang telah di-regrading akan diberikan top soil
secara merata dengan ketebalan minimum ± 50-60 cm. Ketebalan top soil
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, ketersediaan top soil, jenis
lapisan teratas lahan dan waktu target penyelesaian. Kegiatan topsoiling
dibantu oleh beberapa alat berat, antara lain seperti excavator, bulldozer,
grader dan dump truck dalam proses pengangkutan top soil ke lahan yang
akan di-topsoiling.
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 142
Gambar 4.7.3. Topsoiling di Bukit H
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 143
Gambar 4.7.6. Rumput Lokal
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan
4. Pengajiran
Pengajiran dilakukan dengan tujuan untuk mengestimasi dan
mengetahui jumlah tanaman yang akan ditanam serta biaya yang
dikeluarkan dengan memasang patok tanaman setiap interval 3 x 3 meter.
5. Revegetasi
Revegetasi merupakan suatu usaha kegiatan penanaman kembali
lahan kritis akibat aktivitas tambang sebelumnya agar lahan dapat kembali
berfungsi secara normal. Kesuksesan revegetasi tergantung pada
pemilihan tanaman, karakteristik top soil, dan iklim. PT ANTAM
(Persero) Tbk. UBPN SULTRA melakukan dua jenis penanaman pada
tahap revegetasi ini, yaitu penanaman tanaman pelindung dan tanaman
inti. PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA bekerjasama dengan
Karang Taruna Pomalaa dalam jasa penanaman. Tanaman pelindung
(pioner) adalah tanaman yang cepat tumbuh dan mampu secara cepat
beradaptasi terhadap lingkungan. Tanaman pelindung (pioner) bertugas
untuk melindungi tanaman inti dan mengurangi intensitas cahaya, angin,
meningkatkan kelembaban tanah dan menambah bahan organic penyubur
tanah. Jenis tanaman pioner cepat tumbuh yang digunakan PT ANTAM
(Persero) Tbk. UBPN SULTRA adalah Gamal (Gliricidia Sepium) dan
Kayu Besi. Setelah tanaman pelindung (pioner) sudah berkembang
dengan baik maka penanaman tanaman inti (Gambar 4.5.7.) dapat
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 144
dilakukan ± 1 bulan setelah penanaman tanaman lindung selesai. Tanaman
inti merupakan tanaman pokok yang akan ditanam pada lahan revegetasi.
Spasi penanaman antar tanaman inti ± 3 meter dengan perbandingan
jumlah tanaman inti dan tanaman pelindung 1:1. Jenis tanaman inti yang
digunakan antar lain Sengon Laut, Mangga-mangga, Bitti, Tirotasik,
Cemara, Kuku, Mahoni, Johar, Lamtoro, Trambesi, Sengon Buto, Sogo,
Dengeng dan Pohon Afrika.
6. Pemeliharaan
Setelah revegetasi selesai dilakukan maka dilanjutkan ketahap
pemeliharaan tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Terdapat tiga hal yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu:
a. Penyiangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
membersihkan area sekitar tanaman dari tanaman pengganggu.
b. Penggemburan tanah disekitar tanaman.
c. Pemupukan, bertujuan untuk memberikan nutrisi tambahan
pada tanaman.
d. Penyulaman, bertugas untuk mengganti tanaman yang mati
atau tidak subur dengan tanaman yang baru.
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 145
Gambar 4.7.8. Pemeliharaan tanaman inti
Sumber: Foto hasil pengamatan lapangan
7. Pemantauan
Pemantauan hasil revegetasi dilakukan setiap tiga bulan sekali
dengan mengukur diameter batang, ketinggian tanaman dan kesuburan
tanaman. Pemantauan dilakukan secara intensif selama satu tahun setelah
penanaman dilakukan. Pemantauan dilakukan dengan membuat plot
pemantauan yang mewakili semua tanaman yang telah ditanam.
a. Cuaca
b. Kondisi alat
c. Jumlah alat
d. Lokasi Kerja
e. Keterampilan operator
f. Kesehatan pekerja
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 146
Bogor) serta membudidayakan bibit tanaman secara mandiri. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi biaya anggaran pembibitan. Keberhasilan pembibitan
dipengaruhi oleh iklim, lokasi pembibitan, serta tanah dan kompos yang
digunakan dalam pembibitan. Kegiatan pembibitan yang dilakukan terdiri dari :
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 147
Gambar 4.7.9. Bibit Lamtoro
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 148
Gambar 4.7.12. Bibit Sengon laut
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 149
4.8. Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN
Sulawesi Tenggara bergerak dibidang Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi lokal,
Sosial Budaya, Lingkungan, dan Peningkatan kapasitas kelembagaan dengan
wilayah implementasi Ring 1 Kecamatan Pomalaa, Ring 2 Kabupaten Kolaka,
Ring 3 Sulawesi Tenggara dan Ring 4 Indonesia.
4.8.2 Pendidikan
a. Penguatan dan peningkatan pendidikan dasar
b. School development program
c. Sarana dan prasarana sekolah
d. Mobile learning
e. Antam mengajar “BUMN hadir untuk negeri”
f. Beasiswa SD sampai dengan perguruan tinggi
g. Pusat pengembangan masyarakat
4.8.3 Kesehatan
a. Optimalisasi fasilitas kesehatan masyarakat
b. Revitalisasi posyandu
c. Akses air bersih
d. Sanitasi
e. Kampanye bersih dan sehat
f. Pengobatan gratis
g. Fogging
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 150
d. Olahan pangan
e. Pengembangan kerajinan tangan
4.8.4 Keagamaan
a. Sumbangan hari raya
b. Support kegiatan pemerintah dan masyarakat
4.4.5 Lingkungan
a. Pengelolaan sampah (komunitas)
b. Penyediaan bak sampah
c. Konservasi kawasan lingkungan (Mangroove dan penangkaran rusa)
d. Pengembangan kapasitas kelembagaan
e. Pelatihan aparat (Kades)
f. Community Building
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 151
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan Kerja Praktek yang telah dilakukan di PT ANTAM (Persero)
Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara, maka diperoleh beberapa kesimpulan
1. Zona litologi Pomalaa terbagi menjadi empat zona, yaitu Top Soil, Red
Limonite, Yellow Limonite, Earthy Saprolite, Rocky Saprolite, Saprolite Rock.
2. Metode pengukuran dengan Total Station yang digunakan oleh satuan kerja
Exploration, Mine Plan and Survey adalah Metode Resection.
3. Inpit Drill:
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 152
e. Cycle time rata-rata DT Bukit Everest (OB) = 11.84 menit
f. Cycle time rata-rata PC 200 Bukit Fortuner (OB) = 0.27menit/bucket
g. Cycle time rata-rata DT Bukit Fortuner (OB) = 10.73 menit
h. Efektivitas PC 200 Bukit Everest (ore) = 78.75%
i. Efektivitas DT Bukit Everest (ore) = 84.38 %
j. Efektivitas PC 200 Bukit Everest (OB) = 82.9%
k. Efektivitas DT Bukit Everest (OB) = 78.92 %
l. Efektivitas PC 200 Bukit Fortuner (OB) = 86.4%
m. Efektivitas DT Bukit Fortuner (OB) = 71.51 %
n. Produktivitas PC 200 Bukit Everest (ore) = 2295 ton/hari
o. Produktivitas DT Bukit Everest (ore) = 1801.20 ton/hari
p. Produktivitas PC 200 Bukit Everest (OB) = 2683 ton/hari
q. Produktivitas DT Bukit Everest (OB) = 2370 ton/hari
r. Produktivitas PC 200 Bukit Fortuner (OB) = 2387 ton/hari
s. Produktivitas DT Bukit Fortuner (OB) = 1516.80 ton/hari
t. MFBukit Everest (ore) = 0.75
u. MF Bukit Everest (OB) = 0.97
v. MF Bukit Fortuner (OB) = 0.79
5. Quality Control
a. Quality Assurance
b. Preparasi Sampel mengolah sampel Selective Mining, Recheck, dan Ore
Pabrik.
c. Analisa Lab. Instrumen menggunakan X-Ray.
d. Analisa Lab. Kimia merupakan analisa basa.
6. Reklamasi
a. Menggunakan metode penanaman handseeding.
b. Tahapan umum reklamasi meliputiregarding, recontouring, top soiling,
pengajiran, revegetasi, pemeliharaan dan pemantauan.
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 153
7. FeNi Plant
a. Proses pembentukan ferronikel meliputi tahap Pra-olahan, Ore
Preparation, Peleburan, Pemurnian dan Pengemasan.
b. Produk berupaLow Carbon Shot (LCS) danHigh Carbon Shot(HCS).
8. Enam program utama CSR PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA
meliputi pendidikan, kesehatan, sosial budaya, lingkungan, kesehatan dan
peningkatan kapasitas kelembagaan.
5.2.Saran
1. Alat pemboran inpit drill diganti dengan alat pemboran sistem hidrolik.
2. Penambahan timbangan pada tambang selatan.
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara |Laporan Kerja Praktek 154