Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kerja Praktek (KP) merupakan upaya untuk mempersiapkan alumni program


studi geofisika agar memiliki wawasan dan pengalaman kerja di instasi atau
perusahaan dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Dengan
adanya program ini selain untuk memenuhi persyaratan untuk penyelesaian
perkuliahan di harapkan mahasiswa akan memiliki suatu kualitas yang baik
untuk persiapan masuk ke dunia kerja nantinya.

Tujuan dari segala bentuk pembelajaran yang di berikan pihak universitas


kepada para mahasiswanya adalah selain untuk menghasilkan lulusan dengan
ilmu pengetahuan dan wawasan yang sangat luas dalam berbagai bidang juga
membentuk kualitas lulusannya yang mampu bersaing didunia kerja
nantinya.Oleh karena itu, di buatlah program Kerja Praktek sebgai
matakuliah wajib sebagai sarana untuk membentuk dan mempersiapkan
lulusan yang berkualitas yang dapat bersaing di dunia kerja.

PT. Semen Tonasa merupakan produsen semen terbesar di kawasan timur


Indonesia dengan banyak hasil produksinya yang telah tersebar hamper di
seluruh wilayah di Indonesia. Sebagai perusahaan yang hasil produksinya
memanfaatkan hasil tambang , PT. Semen Tonasa menjadi salahsatu
Perusahaan yang mewadahi mahasiswa Program Studi Geofisika untuk
melaksanakan Kerja Praktek. PT.Semen Tonasa mendukung dan mewadahi
para mahasiswa dengan berbagai fasilitas yang ada,pengalaman kerja dari
para pegawai di sana dan juga tentang realisasi ilmu yang sudah di peroleh
di kampus dan pemanfaatannya yang tepat di dalam dunia kerja.

1
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

I.2 Ruang Lingkup

Yang menjadi batasan dalam pelaksaan Kerja Praktek yang di laksanakan pada
tanggal 02 Januari 2018 sd 31 Januari 2018 di PT. Semen Tonasa Pangkep, Desa
Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep ,Sulawesi Selatan adalah
kegiatan yang di lakukan berdasarkan pengarahan izin dari pembimbing yang di
tunjuk oleh pihak perusahaan dengan melakukan peninjauan
lapangan,pengambilan sampel maupun pelaksaan pengujian sampel di
laboratorium dan pemetaan lokasi sampel berdasarkan standar mutu bahan baku
Quarry.

I.3 Tujuan

I.3.1 Tujuan Umum

Adapun yang menjadi tujuan umum dari pelaksaan kerja prkatik (KP) pada
Program studi Geofisika Universitas Hasanuddin adalah sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan dalam meningkatkan kreativitas mahasiswa
khususnya dalam melaksanakan pekerjaan baik di lapangan maupun di
laboratorium.
2. Memperluas proses penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yag
baru di lapanga kerja baru dalam kampus atau sebaliknya.
3. Mampu menerapkan segala ilmu yang di peroleh utamanya yang
berhubungan dengan Program Studi Geofisika.
4. Memenuhi persyaratan dalam penyelesaian salah satu mata kuliah di
Program studi Geofisika Universitas Hasanuddin.

I.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam Pelaksanaan kerja Pratik yang dilakukan di


lapangan dan di laboratorium yaitu :

1. Mengidentifikasi sifat fisik dan deskripsi Batu Gamping dengan


pengambilan sampel di Quarry Batu Gamping PT. Semen Tonasa

2
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

2. Mengetahui elemen unsur kimia dan mineral Batu Gamping dengan


uji X-ray Florscence dan Uji X-ray Gamma
3. Pengelompokkan sampel batu gamping berdasarkan klasifikasi
Dunham

I.4 Metodologi
Adapun yang menjadi metode yang digunakan untuk mencari dan
memperoleh data sebagai bahan penulisan adalah sebagai berikut :

1. Metode Observasi, dengan mendakan pengamatan langsung terhadap


proses pengoprasian dan system yang ada pada PT.Semen Tonasa
Pangkep

2. Metode Wawancara dilakukan dengan mengumpulkan data yang


diperoleh berdasarkan hasil wawancara atau diskusi dengan narasumber
yang memiliki pengetahuan mengenai pegoprasian dan system yang ada
di PT. Semen Tonasa Pangkep.
3. Metode partisipasi, mengumpulkan data dengan cara melibatkan diri
secara langsung di perusahaan terutama yang berhubugan dengan
program studi geofisika.

4. Metode Studi literatur dengan cara megumpulkan data berdasarkan


buku pedukung yang telah tersedia di perusahaan maupun kampus.

3
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 SEJARAH SINGKAT PT. SEMEN TONASA

PT. Semen Tonasa merupakan produsen semen terbesar di kawasan timur


Indonesia yang menempati lahan seluas 715 hektar di Desa Biring Ere,
Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.Berdasarkan
keputusan MPRS No. II/MPRS/1960 tanggal 05 Desember 1960, ditetapkan
untuk mendirikan pabrik semen di Sulawesi Selatan yang berlokasi di Desa
Tonasa, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep, sekitar 54 km sebelah utara
Makassar. Pabrik Semen Tonasa unit 1 merupakan proyek dibawah
Departemen Perindustrian dan merupakan hasil kerja sama antara pemerintah
Indonesia dengan Pemerintah Cekoslowakia yang dimulai sejak tahun 1960 dan
diresmikan pada 02 November 1968. Pabrik ini menggunakan proses basah
dengan kapasitas terpasang 110.000 ton semen/tahun. Pada tahun 1984, pabrik
Semen Tonasa Unit 1 dihentikan pengoperasiannya karena dianggap tidak
ekonomis lagi. Kantor pusat PT. Semen Tonasa dapat dilihat pada Gambar II.1
berikut:

Gambar II.1 Kantor Pusat PT. Semen Tonasa

4
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

II.2 Semen

II.2.1 Pengertian Semen

Semen adalah salah satu campuran bahan kimia yang mempunyai sifat
hidrolis dan apabila dicampur dengan air akan bereaksi dan berubah
menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat sehingga bisa mengikat
bahan-bahan lain menjadi satuan massa yang padat.Salah satu dari bahan
baku utama semen salah satunya yaitu batu kapur yang merupakan batuan
sedimen yang dikategorikan sebagai batuan keras dan merupakan
penghasil CaCO3.

II.2.2 Bahan Baku & Proses Pembuatan Semen Secara Umum

A. Bahan Baku

Untuk membuat semen ada beberapa persenyawaan yang harus terdapat


dalam bahan dasar (The Four Main Elemen), yaitu :
Oksida calcium (CaO), Oksida Silkon (SiO2), Oksida Alumunium (A12-
O3), Oksida Besi (Fe2O3).

1.Bahan Mentah utama

Batu Kapur
Batu Kapur ini sebagai sumber Calsium Oksida yang persentasenya
terdapat dalam batu kapur sebesar 50%. Sedangkan penggunaan tanah liat
sendiri di dalam bahan baku secara keseluruhan adalah sebanyak 80%.

Batu Silika
Bahan ini digunakan sebagai sumber silisium Oksida dan Alumunium
Oksidan dan Oksida besi. Bahan ini mengandung 65% oksida silisium,
13% oksida alumunium dan 7% oksida besi. Kebutuhan bahan ini dalam
bahan pengolahan bahan dasar adalah + 10%

5
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Tanah Liat
Digunakan sebagai sumber Alumunium Oksida (29%) dan Oksida besi
(10%). Kebutuhan secara keseluruhan + 10%. Hal yang menyulitkan di
dalam pemakaian bahan ini adalah kandungan air (30%) dan batu (3%).

B. Bahan Mentah Tambahan

Pasir Besi
untuk membuat semen Portland yang berwarna lebih gelap maka perlu
ditambahkan bahan mentah pasir besi yang didatangkan dari cilacap.
Bahan ini mengandung oksida besi sekitar 83% dan dipakai sebanyak + 2
%. Kegunaan sebagai flux dalam pembakaran dan mempengaruhi warna
semen.

Gypsum
Merupakan bahan mentah tambahan dalam industri semen yang
kegunaannya untuk meperbaiki sifat-sifat semen.

C. Proses Pembuatan Semen

Secara umum proses pembuatan semen dibedakan atas dua proses yaitu
proses basah (wet process) dan proses kering (dry process).

1. Proses Basah, Proses ini yaitu denga penambahan air sewaktu


penggilingan bahan mentah, sehingga hasil gilingan mentah berupa
lumpur yang disebut slurry dengan kadar air sekitar 30 – 36 %.
2. Proses Kering, Proses ini dengan pengaringan bahan mentah sejalan
dengan penggilingannya, sehingga hasil gilingan bahan mentah berupa
tepung/bubuk yang disebut raw mix (raw meal), dengan kadar airnya <
1 %.

6
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

D.Tahapan Proses
Secara umum proses pembuatan semen dapat dibagi menjadi 4 (empat)
tahapan, yaitu:

1. Penyediaan bahan bahan baku


2. Pengolahan bahan bahan baku
3. Pembakaran raw mill/slurry menjadi klinker
4. Penggilingan klinker dan Gypsum menjadi semen.

Proses pembuatan semen di terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu:


1. Penambangan dan penyediaan bahan baku (mining).
2. Proses produksi, yang meliputi :
- Pengeringan dan penggilingan awal bahan baku (raw mill)
- Pembakaran dan pendinginan clinker (burning and cooling)
- Penggilingan akhir (cement mill)
3. Pengepakan (packing)

a) Penambangan Dan Penyediaan Bahan Baku (Mining).

Adapun tahapan penambangan batu kapur adalah sebagai berikut :

1. Pembersihan (clearing)
2. Pelucutan (stripping)
3. Pengeboran (drilling)
4. Peledakan (blasting)
5. Pemuatan (loading)
6. Penghancuran (crushing)
7. Pengiriman (conveying)

Untuk material clay, laterite dan silica, pekerjaan penambangan


dilakukan dengan cara pengerukan biasa.

7
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

b.) Proses Produksi

Pada dasarnya proses atau teknologi pembuatan semen dibagi menjadi


empat macam, yaitu:

a. Proses Basah
Dalam proses basah, raw material dihancurkan kemudian
digiling dalam raw mill sambil diiringi penambahan air
sehingga kadar airnya menjadi 25-40% dari total material.
Selama penggilingan berlangsung, bahan baku yang telah
berbentuk slurry dicampur hingga dicapai komposisi yang
memenuhi pabrik. Setelah itu, slurry tersebut dimasukkan ke
dalam silo untuk kemudian dibakar. Adapun keuntungan dari
proses basah adalah sebagai berikut :

1. Pencampuran dari komposisi slurry lebih mudah karena


berupa luluhan.
2. Kadar alkali tidak menimbulkan gangguan penyempitan
dalam saluran.
3. Debu yang dihasilkan relatif sedikit.
4. Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena
mudah mencampur dan mengkoreksinya.

Sedangkan kerugian dari proses basah antara lain :

1. Konsumsi bahan bakar lebih banyak.


2. Kiln yang dipakai lebih panjang.
3. Kapasitas rendah.
4. Memerlukan air proses dalam jumlah besar.

b. Proses Semi Basah


Dalam proses semi basah, umpan dalam bentuk cake.
Penyediaan umpan kiln sama dengan proses basah, hanya

8
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

umpan kiln disaring terlebih dahulu. Selanjutnya cake yang


digunakan sebagai umpan kiln disyaratkan memiliki
kandungan air antara 17-27%.

c. Proses Semi Kering

Dalam proses semi kering, umpan dalam bentuk butiran.


Bahan baku yang telah dihancurkan, digiling dalam raw mill.
Selanjutnya dibentuk butiran-butiran dalam inti granulasi dan
dicampur untuk mencapai homogenitas. Kadar air yang
disyaratkan dalam umpan kiln sekitar 10-15%. Setelah
homogen baru diumpankan ke kiln. Di dalam kiln, umpan
dibakar hingga membentuk clinker. Setelah dingin, digiling
ke cement mill bersama gypsum hingga terbentuk semen.

d. Proses Kering
Pada proses kering, bahan baku dipecah dan digiling sampai
kadar air maksimal 1%. Bahan baku yang telah digiling,
dicampur dalam blending silo untuk mendapatkan campuran
yang homogen dengan menggunakan udara tekan. Tepung
baku yang telah homogen ini diumpankan ke kiln selanjutnya
didinginkan dan dicampur dengan gypsum dengan kadar
gypsum sebanyak 4% untuk kemudian digiling dalam finish
mill hingga menjadi semen. Keuntungan dari proses kering :
Kiln yang digunakan relatif pendek.

1. Heat comsumption rendah sehingga bahan bakar yang


digunakan relatif lebih sedikit.
2. Kapasitas produksi besar
3. Biaya operasi rendah.

Sedangkan kerugian dari proses kering adalah :

9
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

1. Kadar air sangat mengganggu operasi karena material


menjadi lengket.
2. Campuran kurang homogen.
3. Banyak debu yang dihasilkan, maka diperlukan alat
penangkap debu.

Proses kering merupakan proses yang paling banyak dipilih


untuk diaplikasikan dalam proses produksi. Ini disebabkan
karena proses tersebut mampu menghemat pemakaian bahan
bakar dan pemakaian alat-alat produksi.

c.) Pengepakan

Dari 3 unit cement silo, semen ditransportasikan


menggunakan air slide menuju bucket elevator, kemudian
masuk ke dalam vibrating screen untuk menyaring material
yang terbawa ke dalam produk semen. Pada cement silo ini
terjadi fluidisasi antara semen dan udara blower. Dengan
adanya gravitasi bumi, semen jatuh ke bawah dan oleh air
slide dibawa ke bucket elevator.
Produk yang berupa material halus dimasukkan ke dalam
hopper untuk dialirkan ke dalam packer. Aliran massa semen
terbagi menjadi dua, yaitu massa semen yang setelah
ditimbang di weigh bridge menuju truck loader untuk
pembelian dalam bentuk semen curah (bulk cement) dan
massa semen yang menuju rotary packer untuk pengemasan
semen dalam bentuk kantong (sack). Semen yang terbuang
pada saat pengantongan ditangkap dengan dust collector jenis
bag filter untuk mencegah polusi udara.

10
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

II.2.3 Modul-modul semen


A. LSF (Faktor Lime Saturasi)
Faktor kejenuhan kapur atau Lime Saturation Factor ( LSF) adalah
perbandingan jumlah kapur dalam proses berat semen terhadap
ketiga jumlah komponen-komponen utama pembuat klinker. Untuk
mencapai lime saturation yang komplit dalam clincers total silika
harus dikombinasikan menjadi Tricalcium Silikat (C3S), semua iron
oksida harus dikombinasikan dengan jumlah sama dari alumina jadi
Tetracalcium Alumino Ferrite (C4AF), dan sisa alumina harus
dikombinasikan menjadi Tricalcium Alumina (C3A). Diekspresikan
dalam bagian berdasarkan berat:
1 bagian SiO2 dalam C3S mengikat 3x56/60= 2,8 bagian CaO
1 bagian Al2O3 dalam C3A mengikat 3x56/100=1,65 bagian CaO
1 bagian Al2O3 dalam C4AF mengikat 2x56/102=1,1 bagian CaO
1 bagian Fe2O3 dalam C4AF mengikat 2x56/160=0,7 bagian CaO
Untuk memasukkan total alumina dalam satu posisi 1 harus
diasumsikan bahwa C4AF mengandung C3A +CF, kemudian CaO
/Fe2O3
= 56/110=0,35, sebagai contoh 1 bagian Fe2O3 mengikat hanya 0,35
bagian CaO. Kemudian jumlah maksimun dari lime adalah (dalam
alumina ratio<0,64)
CaO maksimun (TM > 0,64) = 2,8SiO2 + 1,65Al2O3 + 0,35Fe2O3.
hasil yang sama didapat jika C2S dalam bogue-formula= 0, atau
dalam kind formulaKSk =1.
Kemudian level lain didapat dalam klinker dikarakteristikkan
berdasarkan saturasi lime (LSF), sebagai contoh berdasarkan rasio
efektif kandungan lime sampai maksimun memungkinkan
kandungan lime dalam klinker.
KSG/LSF= 100 CaO/2,8 SiO2+1,65 Al2O3+0,75 Fe2O3

11
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Rumus tunderlime dengan alumina ratio (AR)<= 0,64, dari sini


didapatkan standar lime seperti ratio dari kandungan lime yang
sebenarnya sebagai standar lime:
KST (Lime Standart) = 100 CaO/ 2,8 SiO2+1,1 Al2O3
Apabila nilai LSF terlalu rendah, maka semen kekurangan
komponen C3S. Jika harga LSF lebih besar dari 1.0, maka semua
Silika menjadi Calsium Silikat sehingga dalam semen terdapat kapur
bebas. Bilamana nilai C3S terlalu rendah, maka mutu semen jelek.
Kapur bebas dalam semen akan menyebabkan semen yang terhidrasi
itu tidak stabil volumenya.
Jadi secara umum 0.66 < LSF < 1.02. LSF lebih besar dari 1.02
(LSF>1.02) mutu semen jelek karena terdapat kapur bebas dalam
semen.
LSF = 1.00 semua Silika yang terdapat dalam bentuk C3S.
LSF < 1.00 Silika yang terdapat dalam bentuk campuran C2S dan
C3S.
LSF < 0.66 terdapat terlalu banyak C2S.
B. SM (Silika Modulus)
SM mempresentasikan perbandikan antara rasio SiO2 dengan Al2O3
total dengan Fe2O3
SM = SiO2/Al2O3+Fe2O3
Umumnya, silika rasio berkisar antara 1,9 dan 3,2. Jumlah
istimewah dari silika modulus antara 2,2 dan 2,6. Sekarang dan
kemudian jumlah tertinggi untuk silika modulus dapat ditemukan
sebagai contoh 3-5 dan kadang-kadang melebihinya, khususnya
untuk semen yang kandungan silikanya tinggi dan untuk semen
portland putih.
C. AM (Alumina Modulus)
Alumina Modulus mengkarakteristikkan semen dengan
membandingkan alumina dan iron oksida (besi oksida)

12
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

AM = A2O3/Fe2O3
Umumnya, nilai dari alumina modulus berkisar dar 1,5-2,5. Semen
dengan kandungan alumina tinggi menunjukkan alumina modulus
2,5 atau lebih. Alumina Modulus dari semen dengan kandungan
alumina rendah dibawah 1,5 (disebut Ferrocement). Alumina
modulus menentukan komposisi cairan dalam clinkers. (Walter H.
Duda :2015).

II.2.4 Jenis-Jenis Semen yang Di Produksi Oleh PT.Semen Tonasa


Adapun jenis-jenis semen yang di produksi oleh PT.Semen Tonasa yaitu:
1. Semen Portland Tipe I (OPC)
Semen Portland Tipe I adalah semen hidrolis yang dibuat dengan
menggiling terak dan gipsum. Semen Portland Tipe I produksi
perseroan memenuhi persyaratan SNI 2049-2015 Jenis I dan ASTM
C150-2004 Tipe I Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum
dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan
persyaratan khusus), seperti bangunan bertingkat tinggi, perumahan,
jembatan dan jalan raya, landasan bandar udara, beton pratekan,
bendungan/saluran irigasi, elemen bangunan seperti genteng,
hollow, brick/batako, paving block, buis beton, roster dan lain-lain.
2. Semen Portland Komposit (PCC)
Semen Portland Komposit adalah bahan peningkat hidrolis hasil
penggilingan bersama terak semen Portland dan gipsum dengan satu
atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran bubuk semen
Portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Semen Portland
Komposit produksiPT Semen Tonasa memenuhipersyaratan SNI
7064-2014. Kegunaan semen jenis ini diperuntukkan untuk
kontruksi beton umum, pasangan batu bata, pelesteran dan acian,
selokan, jalan, pagar dinding, pembuatan elemen bangunan khusus

13
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

seperti beton pra cetak, beton pra tekan, panel beton, batabeton
(paving block)dan sebagainya.
3. Semen Portland Pozzolan (PPC)
Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari
campuran homogen antara semen Portland dan pozzolan halus, yang
diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan pozzolan
bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk Semen Portland
dan pozzolan atau gab,,ungan antara menggiling dan mencampur,
dimana kadar pozzoland 15-40% massa Semen Portland Pozzolan.
Semen jenis ini ideal untuk bangunan bertingkat (2-3 lantai),
konstruksi beton umum, konstruksi beton massa seperti pondasi plat
penuh dan bendungan, konstruksi bangunan di daerah pantai,tanah
berair (rawa) dan bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif.

II.3 Geologi Regional

Struktur geologi regional daerah penelitian menurut Sukamto (1982)bahwa


pada akhir dari kegiatan gunung api pada Kala Miosen awal diikuti oleh
kegiatan tektonik yang menyebabkan terjadinya permulaan terban
Walanae.Terban Walanae ini memanjang dari utara ke selatan dengan
sulawesi bagian barat dimana struktur sesar inilah yang mempengaruhi
terhadap struktur geologi sekitarnya. Proses tektonik ini juga yang
menyebabkan terbentuknya cekungan tempat pembentukan formasi Walanae.
Peristiwa ini berlangsung sejak awal Miosen Tengah dan menurun perlahan
selama proses sedimentasi hingga Kala Pliosen. Menurunnya Terban Walanae
dibatasi oleh dua sistem sesar normal yaitu Sesar Walanae yang tersingkap di
sebelah timur dan Sesar Soppeng yang tersingkap tidak menerus di bagian
barat.Selama terbentuknya Terban Walanae di timur kegiatan gunungapi
terjadi hanya di bagian selatan sedangkan di bagian barat terjadi kegiatan
gunungapi yang hampir merata dari selatan ke utara. Kegiatan ini berlangsung
dari Miosen Tengah-Pliosen. Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi

14
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

sejak Miosen Tengah dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Adanya perlipatan
besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk
sehubungan dengan adanya tekanan mendatar berarah kira-kira timur-barat
pada Kala sebelum Akhir Pliosen. Tekanan ini pula menyebabkan adanya
sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan gamping akhir di daerah
Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan dan pensesaran yang relatif lebih
kecil di bagian timur Lembah Walanae dan di bagian barat pegunungan barat,
yang berarah baratlaut-tenggara, kemungkinan besar terjadi akibat gerakan
mendatar ke kanan sepanjang sesar besar (Sukanto,1982).

II.4 Pengertian Batuan Karbonat

Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih


dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau
karbonat kristalin hasil presipitasi langsung. Bates & Jackson mendefinisikan
batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral
karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping
menurut definisi Reijers &Hsu adalah batuan yang mengandung kalsium
karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat adalah
batugamping (Rejers & Hsu, 1986).

lime mud merupakan istilah untuk material karbonat dengan butiran yang
sangat halus lebih kecil dari ukuran pasir (kurang lebih kayak matrik or
lempung versi karbonatlah) dibagi dua jenis yaitu micrite yaitu butiran
karbonat berukuran <0.004 mm dan microsparite berukuran atnara 0.004 dan
0.06 mm. Komponen - komponen lainnya ada juga semen karbonat yang
genetiknya lebih kearah diagenesis (sementasi) karbonat dan fragmen yang
lebih kasar dalam batuan karbonat dikenal sebagai allochem memliki jenis
yang macam-macam. Secara umum dibagi dua , yaitu: yang berasal dari
cangkang fosil atau skeletal grain dan fragmen yang bukan dari tubuh fosil
atau murni hasil presiptasi (Raymond, 2002).

komponen penyusun batugamping dibedakan atas (Tucker 1991):

15
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

1. Non skeletal grain


Non skeletal grain terdiri dari :
a. Ooid
Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat seperti bola
atauelips yang punya satu atau lebih struktur lamina yang konsentris
danmengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau
butiran kuarsa .Ooid memiliki ukuran butir kurang dari 2 mm.struktur
internal lapisan-lapisan konsentris ooid terbentuk dari pengendapan
(precipitation) kalsium karbonat yang mengelilingi permukaan ooid
membentuk kawanan (shoal) dalam lingkungan laut dangkal dan
merupakan komponen batu gamping pada zaman fanerozoikum.
b.Pisoid
Butiran karbonat yang berbentuk bulat seperti bola atau elips yang
punya satu atau lebih struktur lamina yang konsentris danmengelilingi
inti yang memiliki ukuran butir lebih dari 2 mm disebut pisoid. Pisoid
juga sering berbentuk tidak beraturan tapi pembentukannya serupa
dengan ooid.
c.Oncoid
Oncoid serupa dengan pisoid dan ooid tetapi memiliki struktur internal
yang tidak beraturan, laminasi mikrit yang tumpang tindih.Oncoid
memiliki ukuran butir lebih besar dari 2 mm.
d.Peloid
Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau
meruncing yang tersusun oleh mikrit dan tanpa struktur
nternal.Ukuran peloid kuarang dari 1 mm. Kebanyakan peloid ini
berasal dari kotoran (faecal origin) sehingga disebut pellet.
e.Interklas
Intraclast adalah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau
setengah terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur
padadaerah pasang surut atautidal flat

16
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Gambar II.2 Komponen-konponen non-skeletal grain dalam batuan karbonat


(Tucker 1991)

2. Skeletal grain
Skeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan karbonatyang
terdiri dari seluruh mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan darifosil-
fosil makro dari organisme laut.Organisme tersebut diantaranya Mollusca
(cephalopods, bivalves, gastropoda dan lain-lain), brachiopods, echinoids,
crinoids, corals, dan foranifera Cangkang merupakan allochem yang
paling umum dijumpai dalam batugamping (Boggs, 1987).

Gambar II.3 contoh skeletal grain (Boggs, 1987)


3. Lumpur Karbonat atau Mikrit
Partikel kalsium karbonat berbutir halus yang berukuran kurang dari 4μm
(micrometer) disebut lumpur gamping (lime mud) atau lumpur karbonat
(carbonate mud ) atau mikrit (micrite). Material halus ini dihasilkan
murni dari pengendapan kimia dari air jenuh kalsium karbonat, atau

17
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

hancuran fragmen kerangka, atau berasal dari ganggangmaupun bakteri.


Partikel berukuran kecil ini biasanya menyebabkan ketidakmungkinan
dalam menentukan sumbernya.Lime mud ditemukan dalam banyak
lingkungan pembentuk karbonat dan dapat menjadi penyusun utama batu
gamping.Pada studi mikroskop elektron menunjukkan mikrit tidak
homogen dan menunjukkan adanya ukuran kasar sampai halus dengan
batas antara kristal yang berbentuk planar,melengkung, bergerigi
ataupun tidak teratur. Mikrit dapat mengalami alterasi dan dapat
tergantikan oleh mozaik mikrospar yang kasar
4. Semen
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran
dan mengisi rongga pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks.
Semen dapat berupa kalsit, silika, oksida besi ataupun sulfat.

II.5 Klasifikasi Batu Kapur Menurut Dunham 1962

Batu gamping termasuk batuan sedimen.Batu gamping ini dapat


diklasifikasikan salah satunya adalah klasifikasi dunham yang membahas
tentang pembagian batugamping. Klasifikasi Dunham (1962) ini dilihat
secara megaskopis yang mana dia mengamati indikasi adanya pengendapan
batugamping yang ditunjukkan oleh tekstur hasil pengendapan yaitu limemud
(nikrit) semakin sedikit nikrit semakin besar energy yang mempengaruhi
pengendapannya. Klasifikasi ini didasarkan pada fabrik batuan, tekstur,
proporsi kandungan mud dalam batuan, dan kerangka penyusun batuan baik
secara mekanik maupun biologi. Penggunaan klasifikasi ini lebih umum
dikarenakan sistem yang lebih sederhana dan lebih lengkap. Pada klasifikasi
ini, perbedaan penting mengenai tingkat energi pengendapan tiap jenis batuan
sangat jelas teramati karena lebih detail. Perbedaan klasifikasi ini dengan
klasifikasi sebelumnya adalah pertimbangan terhadap batuan hasil proses
biologi dan pengertian dari micrite yakni material karbonat yang berukuran <
20µm (Tucker, 1990).

18
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Kriteria Dunham lebih condong pada pabrik batuan, misal mud-supported


atau grain-supported bila dibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi
kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada perbandingan kandungan
lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi Dunham
(1962). Nama-nama tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan
mineraloginya. Batu gamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di
dalam matriks lumpur karbonat disebut mudstone dan bila mudstone tersebut
mengandung butiran yang tidak saling bersinggungan disebut wackstone.

Lain halnya apabila antar butirannya saling bersinggungan disebut packstone


atau grainstone.

Gambar II.4 Klafikasi Dunham (Dunham,1962)

Klasifikasi Dunham Batu Gamping terbagi atas (Dunham,1962) :

1. Mud Stone

Batuan ini termasuk dalam jenis batuan sedimen non klastik dengan warna
segar putih abu-abu dan warna lapuknya adalah putih kecokelatan. Batuan
ini bertekstur non klastik dengan komposisi kimia karbonat dan
strukturnyapun tidak berlapis. Salah satu contoh dari batuan karbonat

19
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

adalah kalsilutit (Grabau) atau mudstone (Dunham), batuan ini


mempunyai nama yang berbeda, karena dari klasifikasi yang digunakan
dengan interprestasi yang berbeda, batuan ini dinamakan kalsilutit, karena
batuan ini merupakan batuan karbonat dan menurut klasifikasi Dunham
nama dari batuan ini adalah mudstone, karena batuan ini mempunyai
kesan butiran kurang dari 10% dan pada batuan ini tidak ditemukan
adanya fosil.

Tekstur dari batuan ini adalah non kristalin, karena mineralnya


penyusunnya tidak berbentuk kristal, dengan memperhatikan tekstur
batuan ini dapat disimpulkan bahwa batuan ini terbentuk dari adanya
pelarutan batuan asal yang merupakan material-material penyuplai
terbentuknya batuan ini adapun batuan asal dari batuan ini adalah seperti
pelarutan terumbu karang. Selain itu, proses keterbentukan batuan ini
adalah pengerusan gamping yang telah ada misalnya penghancuran
terumbu karang, oleh gelombang atau dari pengendapan langsung secara
kimia air laut yang kelewat jenuh akan CaCO3 . Proses litifikasi dari
batuan ini melibatkan pelarutan mineral-mineral karbonat yang stabil
maupun yangtidak stabil, dalam pengertian luas diagnesa meliputi
perubahan mineralogy, tekstur kemas dan geokimia sedimen dan
temperatur serta tekanan yang rendah.

Litifikasi sedimen karbonat dapat terjadi pada sedimen yang tersingkap


maupun yang masihberada didalam laut, proses terbentuknya batuan ini
berlangsung perlahan-lahan dan bertingkat-tingkat, dimana batas antara
tingkatan tidak jelas, bahkan dapat saling melingkup, tingkatan tersebut
adalah penyemenan, pelarutan pengendapan, perubahan mineralogy butir-
butir dan rekristalisasi. Keterdapatan batuan ini biasanya dapat ditemukan
disekitar pinggiran pantai, adapun asosiasi dari batuan ini adalah batu
pasir karbonatan dan packtone. Kegunaan dari batuan ini adalah sebagai
reservoir dalam pencarian minyak bumi.

20
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

2. Wackestone

Wackestone adalah matriks yang didukung batuan karbonat yang


mengandung lebih dari 10% allochems dalam matriks lumpur karbonat.
Ini adalah bagian dari klasifikasi Dunham batuan karbonat. Dalam
klasifikasi banyak digunakan lain karena Folk , deskripsi yang setara akan,
misalnya, oopelmicrite, dimana allochems yang dimaksud adalah ooids
dan peloids. Wackstone merupakan lumpur didukung batu gamping yang
mengandung butiran karbonat lebih dari 10% (lebih besar dari 20 mikron)
"mengambang" dalam matriks lumpur halus-halus kapur.

3. Packstone
Merupakan lumpur, tetapi yang banyak adalah betolit. Butir-butirnya
didukung batuan karbonat berlumpur (Dunham, 1962). Lucia (1999)
dibagi packstones ke dalam lumpur yang didominasi (ruang pori total
dipenuhi lumpur) dan yang dijdominasi (beberapa ruang pori antar butir
bebas dari lumpur) packstones. Divisi ini adalah penting dalam
memahami kualitas reservoir karena lumpur plugs ruang partikel pori.
Packstones menunjukkan berbagai sifat pengendapan. Lumpur
menunjukkan proses energi yang lebih rendah sedangkan kelimpahan
butir menunjukkan proses energi yang lebih tinggi. Menurut Dunham
(1962) asal packstones:
a. packstone berasal dari wackestones dipadatkan
b.berasal dari proses akibat dari infiltrasi lumpur awal atau akhir dari
sebelumnya disimpan lumpur bebas sedimen
c. terbentuk dalam air yang tenang atau
d.hasil pencampuran dari berbagai lapisan sedimen. Dimana butirnya
yang sangat besar, Embry dan Klovan (1971) contohnya karbonat
rudstones

21
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

4. Grainstone
Merupakan hubungan antar komponen-komponen tanpa lumpur sehingga
sering disebut batuan karbonat bebas lumpur yang didukung butir.
Dunham (1962) , batuan ini berasal dari :
a. Grainstone terbentuk pada kondisi energi yang tinggi, butiran-
produktif lingkungan dimana lumpur tidak dapat terakumulasi,
b. terdapat pada arus yang putus butir dan melewati lumpur pada
lingkungan. Grainstones mempunyai tekstur berpori dan dikenal
sebagai karbonat yang terdapat pada sekitar pantai.
5. Boundstone
Merupakan hubungan antar komponen tertutup yang berhubungan dengan
rapat (oolite). Karbonat batuan menunjukkan tanda-tanda terikat selama
pengendapan (Dunham, 1962). Embry dan Klovan (1972) lebih diperluas
klasifikasi boundstone atas dasar kain dari boundstone tersebut. Tampilan
fisik batuan ini dapat dilihat pada gambar III.5.Boundstone merupakan
batu gamping yang terikat oleh ganggang, karang atau organisme
uniseluler lainnya ketika dia terbentuk. Boundstone ditemukan di daerah
sekitar terumbu karang, dan daerah yang terumbu karang 2,5-3 juta tahun
lalu, tapi mungkin dikelilingi lahan kering. Tergantung pada cara bahan
organik telah diatur dalam sedimen ketika batu itu terbentuk dan jenis
bahan organik itu. Boundstone dapat diklasifikasikan sebagai framestone,
bindstone, atau bafflestone. Mereka memiliki tiga subdivisi:
1. Framestone: Organisme dari organik fosil, biasanya dalam karang laut,
yang terjadi berdekatan dengan spons ini terikat oleh kerak mikroba
dan pasir yang mengeras. Dan ruang antara bertahap diisi dengan pasir,
sedimen dan kristal kalsit. Dalam waktu yang lama, air surut dan
struktur itu terus menerus terkena udara dan penyemenan alami dari
padat sedimen diawetkan sisa-sisa bahan organik sebagai fosil.
2. Bindstone: hasil organisme yang mengikat sedimen sehingga lepas
bersama-sama, ditandai dengan adanya dispersi. Yang mengikat di

22
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

bindstone pada umumnya adalah ganggang, yang bersama-sama


dengan lapisan lumpur dan kalsit dengan besar pori-pori yang
disebabkan oleh gelembung gas yang menjadi terperangkap dalam
sedimen selama pembentukan stromatolit,berupa gundukan fosil alga
berlapis dan sedimen, yang bentuk paling umum dari bindstone.
Bindstone kebanyakan berorientasi secara vertikal. Bindstone
merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dari boundstone.
3. Bafflestone: Terikat oleh sedimen berdinding tebal berupa karang
berbentuk paralel sehingga hanya sedimen halus yang melewatinya.
Akibatnya, komposisi bafflestone, selain karang fosil, sebagian besar
pasir alami-semen dan lumpur. Pasir ini terdiri dari kalsit homogen dan
lumpur terdiri dari campuran residu tertinggal setelah lumpur karbonat
yang disaring. Struktur unik dari bafflestone dapat dilihat pada gambar
III.5 yaitu terbentuk pada dan disekitar koloni-vertikal tumbuh karang
dan karena itu terbatas pada individu kecil.
6. Kristalin
Batu gamping kristalin merupakan salah satu jenis batuan sedimen,
bahkan juga terbentuk dari kerangka calcite yang berasal dari organisme
microscopic dilaut yang dangkal. Sehingga sebagian perlapisan batu
gamping hampir murni terdiri dari kalsit, dan pada perlapisan yang lain
terdapat sejumlah kandungan silt atau clay yang membantu ketahanan dari
batu gamping tersebut terhadap cuaca. Sehingga lapisan yang gelap pada
bagian atas batuan ini mengandung sejumlah besar fraksi dari silika yang
terbentuk dari kerangka mikrofosil, sehingga dimana lapisan pada bagian
ini lebih tahan terhadap cuaca.

II.6 X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)

II.6.1 Pengertian X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)

XRF (X-ray fluorescence spectrometry) merupakan teknik analisa non-


destruktif yang digunakan untuk identifikasi serta penentuan

23
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

konsentrasi elemen yang ada pada padatan, bubuk ataupun sample cair.
XRF mampu mengukur elemen dari berilium (Be) hingga Uranium pada
level trace element, bahkan dibawah level ppm. Secara umum, XRF
spektrometer mengukur panjang gelombang komponen material secara
individu dari emisi flourosensi yang dihasilkan sampel saat diradiasi
dengan sinar-X (PANalytical, 2009).
Metode XRF secara luas digunakan untuk menentukan komposisi unsur
suatu material. Karena metode ini cepat dan tidak merusak sampel,
metode ini dipilih untuk aplikasi di lapangan dan industri untuk kontrol
material. Tergantung pada penggunaannya, XRF dapat dihasilkan tidak
hanya oleh sinar-X tetapi juga sumber eksitasi primer yang lain seperti
partikel alfa, proton atau sumber elektron dengan energi yang tinggi
(Viklund,2008).

II.6.2 Prinsip Kerja

Apabila terjadi eksitasi sinar-X primer yang berasal dari tabung X ray
atau sumber radioaktif mengenai sampel, sinar-X dapat diabsorpsi
atau dihamburkan oleh material. Proses dimana sinar-X diabsorpsi
oleh atom dengan mentransfer energinya pada elektron yang terdapat
pada kulit yang lebih dalam disebut efek fotolistrik. Selama proses ini,
bila sinar-X primer memiliki cukup energi, elektron pindah dari kulit
yang di dalam menimbulkan kekosongan. Kekosongan ini
menghasilkan keadaan atom yang tidak stabil. Apabila atom kembali
pada keadaan stabil, elektron dari kulit luar pindah ke kulit yang lebih
dalam dan proses ini menghasilkan energi sinar-X yang tertentu dan
berbeda antara dua energi ikatan pada kulit tersebut. Emisi sinar-X
dihasilkan dari proses yang disebut X Ray Fluorescence (XRF).
Proses deteksi dan analisa emisi sinar-X disebut analisa XRF. Pada
umumnya kulit K dan L terlibat pada deteksi XRF. Sehingga sering
terdapat istilah Kα dan Kβ serta Lα dan Lβ pada XRF. Jenis spektrum

24
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

X ray dari sampel yang diradiasi akan menggambarkan puncak-


puncak pada intensitas yang berbeda (Viklund,2008).

Gambar II.5 Prinsip kerja XRF (Viklund,2008)

II.7 X-ray diffraction (XRD)

II.7.1 Pengertian X-ray diffraction (XRD)

Difraksi sinar X atau X-ray diffraction (XRD) adalah suatu metode


analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam
material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk
mendapatkan ukuran partikel. Profil XRD juga dapat memberikan data
kualitatif dan semi kuantitatif pada padatan atau sampel. Difraksi sinar
X ini digunakan untuk beberapa hal, diantaranya:

1. Pengukuran jarak rata-rata antara lapisan atau baris atom


2. Penentuan kristal tunggal
3. Penentuan struktur kristal dari material yang tidak diketahui
4. Mengukur bentuk, ukuran, dan tegangan dalam dari kristal kecil

II.7.2 Prinsip Kerja

Jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel kristal, maka bidang


kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang gelombang
sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Proses difraksi
sinar x seperti disajikan pada Gambar II.6. Sinar x dibiaskan dan

25
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah


puncak difraksi. Semakin banyak bidang kristal yang terdapat dalam
sampel, semakin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkan. Tiap
puncak yang muncul pada pola difraktogram mewakili satu bidang
kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga
dimensi.Puncak-puncak yang didapatkan dari data pengukuran ini
kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk semua
jenis material (Nelson, 2010).

Gambar II.6 Proses Analisa Difraksi Sinar X (Nelson, 2010).

Gambar II.7 Hasil Difraksi Sinar X (Nelson, 2010).

26
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Waktu dan tempat Kerja Praktek

Kerja praktek ini di laksanakan pada tanggal 02 Januari – 31 Januar 2018 di


PT.Semen Tonasa Pangkep Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten
Pangkep ,Sulawesi Selatan tepatnya di Quarry Pertambangan Batu Kapur dan
Quality Control Tonasa 4 .

III.2 Alat Dan Bahan


III.2.1 Alat Dan Bahan Pengambilan Sampel di Lapangan
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel di
lapangan yaitu:
1. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu :
a. GPS

Gambar III.1 GPS

GPS berfungsi untuk mengukur titik koordinat suatu tempat

b.Kamera Handphone

27
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Gambar III.2 Kamera Handphone

Kamera Handphone berfungsi untuk mengambil gambar suatu


objek.
c. Alat tulis kerja

Gambar III.3 Alat tulis kerja

Alat tulis kerja berfungsi untuk mencatat kode sampel dan deskripsi
dari sampel yang di peroleh di lapangan.
d.Handy Talk (HT)

Gambar III.4 Handy Talk (HT)

Handy Talk (HT) berfungsi sebagai alat komunikasi.


e. Kantung sampel

28
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Gambar III.5 Kantung sampel

Kantung sampel berfungsi untuk menyimpan sampel yang di


peroleh di lapangan
f. Helm

Gambar III.6 Helm

Helm berfungsi sebagai pelindung kepala pada saat pengambilan


sampel
2. Bahan

Bahan yang digunakan sebagai berikut:

a. Batu Gamping

Gambar III.7 Batu Gamping

29
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Batu Gamping berfungsi sebagai sampel batuan yang akan diambil


dilokasi.
b. Kertas Format Deskripsi Batuan

Gambar III.8 Kertas Format Deskripsi Batuan


Kertas format deskripsi batuan berfungsi untuk mencatat deskripsi
batuan yang di peroleh di lapangan

III.2.2 Alat dan Bahan Untuk Uji X-Ray Flourscence dan X-ray Gamma
dari sampel batuan

1. Alat

Adapun spesifikasi alat-alat yang digunakan pada Quality Control


untuk uji sampel batuan sebagai berikut:
1. Oven type MEMMERT digunakan untuk mengeringkan
sampel

Gambar III.9 Oven type MEMMERT

30
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Oven type MEMMERT digunakan untuk mengeringkan


sampel
2. Geocrushertype MN.931/8

Gambar III.10 Geocrushertype MN.931/8


Geocrusher adalah mesin yang dirancang untuk mengurangi
besar batu menjadi ukuran yang lebih kecil. Crusher dapat
digunakan untuk mengurangi ukuran, atau mengubah bentuk,
bahan limbah sehingga mereka dapat lebih mudah dibuang
atau didaur ulang , atau untuk mengurangi ukuran campuran
padat bahan baku (seperti biji batu ), sehingga komposisi
potongan dapat dibedakan.Geocrushertype MN.931/8
digunakan untuk memecah sampel

3. Disk mill E type Fritsch 131020

Gambar III.11 Disk mill E type Fritsch 131020

31
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Disk mill merupakan alat penghalus sampel dengan hasil


penghalusan lebih kecil mirip tepung daripada hasil pecahan
dari geocrusher. Sampel yang dimasukkan disini adalah
sampel yang telah dikeringkan di oven. Disk mill E type
Fritsch 131020 digunakan untuk menghaluskan sampel
4. Swing mill type HERZOG HSM.100H

Gambar III.12 Swing mill type HERZOG HSM.100H


Swing mill merupakan alat yang penghalusan sampelnya
lebih bagus karena sampel yang dihaluskan berupa sampel
hasil penghalusan dari disk mill. Oleh karena itu hasil
penghalusannya lebih kecil dari ukuran tepung. Swing mill
type HERZOG HSM.100H digunakanan untuk
menghaluskan sampel
5. Automatic press type HERZOG HTP.40

Gambar III.13 Automatic press type HERZOG HTP.40

32
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Automatic press merupakan alat untuk memadatkan sampel


dalam ring sehingga sampel dapat langsung ditembak dengan
X-ray. Automatic press type HERZOG HTP.40 digunakan
untuk mencetak sampel kedalam ring.
6. X-Ray Spectrometer type ARI-74RET 86

Gambar III.14 X-Ray Spectrometer type ARI-74RET 86


Alat X-Rayspectrometer type ARI-74RET 86 merupakan alat
pembaca oksida sampel. Sample yang dimasukkan akan
ditembaki dengan partikel-partikel khusus pada X-ray
sehingga oksida-oksida yang terkandung dalam sampel dapat
dimunculkan pada layar monitor. X-Ray Spectrometer type
ARI-74RET 86 digunakan untuk menguji oksida sampel.
7. Computer

Gambar III.15 Computer


Computer digunakan perangkat pengolah data

33
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

8. SofwareWIN XRF digunakan untuk mengoperasikan mesin X-


Rayspectrofotometer.
9. Neraca digital type SARTORIUS ED623S

Gambar III.16 Neraca digital type SARTORIUS ED623S

Neraca digital yang dalam pengoperasiannya menggunakan


tenaga listrik. impuls listriknya mampu membaca nilai satuan
berat sampel yang diukur. Neraca digital type SARTORIUS
ED623S berfungsi untuk menimbang sampel

10. Grinding vessel type TUNGSTEN

Gambar III.17 Grinding vessel type TUNGSTEN

34
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Grinding Vessel merupakan media yang digunakan dalam


penghalusan sampel pada swing mill. Sampel yang
dimasukkan akan berputar dan ditumbuk dalam benda ini
ketika dioperasikan didalam swing mill. Grinding vessel type
TUNGSTEN digunakan sebagai media penggilingan sampel.
11. Grinding aid

Gambar III.18 Grinding aid


Grinding aid ditambahkan sebanyak 3 butir yang berfungsi
untuk perekat mengikat sampel .
12. ring/cincin sampel type HERZOG sebagai media cetak
sampel

Gambar III.19 ring/cincin sampel type HERZOG


ring/cincin sampel type HERZOG sebagai media cetak
sampel

35
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

13. Cawan Ukur

Gambar III.20 Cawan Ukur


Cawan ukur berfungsi sebagai wadah untuk menakar sampel
yang akan di timbang.
14. Wadah Sampel

Gambar III.21 Wadah Sampel

Wadah sampel berfungsi sebagai tempat di letakkannya


sampel.

15. Sarung Tangan

Gambar III.22 Sarung Tangan

36
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Sarung tangan berfungsi untuk pelindung saat mengangkat


wadah sampel dari oven yang panas.
16. X-Ray Diffraction – 7000

Gambar III.23 X-Ray Diffraction


X-Ray Diffraction berfungsi sebagai alat yang akan
mendeteksi kandungan mineral pada sampel batuan
17. Sendok Takar

Gambar III.24 Sendok Takar


Sendok takar berfungsi untuk menakar sampel batuan untuk
di letakkan di plat sampel untuk di uji XRD.

37
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

18. Plat Sampel

Gambar III.25 Plat Sampel


Plat sampel berfungsi sebagai wadah untuk meletakkan
sampel batuan.
19. Software Right Gonio System yang berfungsi untuk
mengoperasikan dan membaca hasil dari uji XRD

1.Bahan
Adapun bahan yang di gunakan untuk Uji XRF dan XRD dari
sampel batuan sebagai berikut :

1. Batu Gamping

Gambar III.26 Batu Gamping

Batu gamping berfungsi sebagai sampel yang akan di uji dan di


peroleh elemen kimia dan mineralnya.

38
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

III.3 Prosedur Kerja


III.3.1 Prosedur Kerja Pengambilan Sampel di Lapangan
Adapun prosedur kerja yang dilakukan untuk pengambilan sampel di
lapangan sebagai berikut:

1. Melakukan perjalanan menuju quarry batu kapur

Gambar III.27 Perjalanan ke tempat pengambilan sampel

2. Melakukan observasi pada lokasi pengambilan sampel

Gambar III.28 Observasi pada lokasi pengambilan sampel

39
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

3. Menentukan titik koordinat pada setiap lokasi pengambilan sampel

Gambar III.29 Penentuan titik koordinat pada setiap lokasi


pengambilan sampel
4. Melakukan Pengambilan sampel batu gamping di Quarry batu kapur
di beberapa blok

40
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Gambar III.30 Pengambilan sampel batu gamping di Quarry batu


Kapur

5. Mengamati deskripsi sampel batu gamping yang di ambil

Gambar III.31 Mengamati deskripsi batu gamping yang di ambil

41
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

6. Memberi kode pada setiap sampel yang telah di ambil

Gambar III.32 Memberi kode pada setiap sampel yang telah diamati

7. Mengambil gambar sampel

Gambar III.33 Mengambil gambar sampel

III.3.2 Prosedur Kerja Untuk Uji X-Ray Flourscence dan X-ray Gamma
dari sampel batuan

III.3.2.1 Prosedur Kerja Untuk Uji X-Ray Flourscence

Uji XRF di lakukan di Quality Control Tonasa 4 dengan analisis


kering terhadap bahan baku (batu gamping). Bahan baku
tersebut diproses melalui beberapa tahap diantaranya di pecah
sampel batuannya menjadi kepingan yang lebih kecil dengan
mesin crusher, proses pengeringan, penggilingan melalui

42
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

diskmill, penghalusan melalui swing mill, pencetakan sampel


melalui mesin pencetak sampel (di press pada cincin press), dan
terakhir pada proses analisis sampel oleh mesin X-Ray
Spectrofotometer sehingga diperoleh hasil akhir berupa elemen-
elemen unsur kimia yang terkandung didalam sampel batu
gamping yang dianalisis. Alat X-Ray ini bekerja secara otomatis
yakni hasil analisa muncul pada layar komputer yang merupakan
bagian dari alat X-Ray Spectrofotometer. Prinsip kerja dari
mesin X-Ray ini didasarkan pada panjang gelombang sinar X.
Berikut langkah-langkah yang lebih detail untuk mempreparasi
sampel batu gamping serta proses analisa oleh mesin X-
RaySpectrofotometer hingga diperoleh nilai oksida-oksida yang
terkandung didalam batu gamping tersebut.
Adapun prosedur kerja yang di lakukan untuk menguji sampel
batuan dengan X-ray Flourscence sebagai berikut :

A. Memperkecil ukuran sampel

Setelah sampel di ambil dari Quarry yang perlu di lakukan


adalah memperkecil ukuran sampel agar dapat dihomogenkan
karena sampel batuan yang di ambil dari quarry masih berupa
bongkahan batuan yang berukuran besar.

Alat yang digunakan yaitu mesin geocrusher type MN.931/8


yang berfungsi untuk memecah sampel menjadi ukuran yang
lebih kecil sedangkan bahan yang digunakan yaitu sampel batu
gamping yang langsung diambil dari Quarry (batu
kapur).Adapun langkah-langkah yang perlu di lakukan yaitu:

a. Menyiapkan bahan baku (batu gamping)


b.Memeriksa apakah mesin berfungsi dengan baik kemudian
membersihkan mesin geocrusher tersebut agar tidak

43
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

bercampur dengan sampel sebelumnya yang pernah dipecah


pada mesin geocrusher tersebut
c. Menyalakan mesin geocrusher dan memasukkan sampel
kedalam mesin geocrusher dapat dilihat pada gambar III.34 (a)
dan jangan sampai lupa mengambil dan mencatat ulang kode
sampel yang ada didalam kantong sampel.
d.Mengambil sampel dari wadah mesin geocrusher dan
menyimpan kedalam wadah penghomogen bersamaan dengan
kode sampelnya ( seperti pada gambar III.34 (b)).

(a)
(b)

Gambar III.34: (a) Memasukkan sampel kedalam mesin geocrusher,


dan (b) menyimpan sampel yang telah dipecah oleh
geocrusher kedalam wadah yang berbeda-beda untu
setiap sampel agar homogen

B. Mengeringkan sampel
Setelah di kecikan ukurannya, sampel kemudian akan di
keringkan untuk menghilangkan kadar H2O pada sampel
batuan.Alat yang digunakan yaitu hot plate (oven) type
MEMMERT berfungsi untuk mengeringkan sampel sekaligus
menghilangkan kadar H2O yang terkandung pada sampel batu
gamping sedangkan bahan yaitu sampel batu gamping yang telah

44
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

diperkecil ukurannya.Adapun hal-hal yang perlu dilakukan


sebagai berikut:
a. Meletakkan sampel yang telah di perkecil ukurannya pada
wadah diatas hot plate (oven) dengan suhu 120 ̊ C beserta
dengan kode sampelnya (dapat dilihat pada gambar III.35).
b. Menunggu selama ±1 jam hingga sampel benar-benar
kering.

Gambar III.35 Proses pengeringan sampel batu gamping

C. Menggiling dan Menghaluskan Sampel


Setelah di keringkan, sampel selanjutnya di giling untuk
menghaluskan tekstur sampelnya menjadi bentuk serbuk. Alat
yang digunakan untuk mengiling adalah mesin Disk mill E type
Fritsch 131020.Adapun hal-hal yang perlu dilakukan yaitu
sebagai berikut:
a. Mengambil sampel yang telah kering dari hot plate (oven)
dengan menggunakan alat penjepit krusible agar tangan tidak
bersentuhan langsung dengan wadah aluminium (panas).
b. Membersihkan mesin diskmil lagar sampel yang akan digiling
tidak bercampur langsung dengan sisa-sisa sampel lain yang

45
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

telah digiling pada mesin diskmill sebelumnya(seperti pada


gambar III.36 (a)).
c. Menyalakan mesin diskmill kemudian memasukkan sampel
batu gamping kedalam mesin tersebut (seperti pada gambar
III.36 (b)).
d. Mengambil sampel yang telah digiling dari wadah
penyimpanan pada mesin diskmill kemudian dituang kembali
ke wadah aluminium beserta dengan kode sampelnya.
e. Membersihkan kembali mesin diskmill setelah proses
penggilingan sudah selesai.

(a) (b)

(c)

Gambar III.36 :(a) Membersihkan mesin diskmill, (b) Memasukkan


sampel batu gamping kedalam mesindiskmill,dan (c) Hasil sampel batu
gamping yang telah digiling pada mesin diskmill

D. Menakar dan menghaluskan sampel


Setelah sampel di giling, proses selanjutnya adalah menakar
sampel dengan ukuran tertentu untuk kemudian di haluskan

46
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

menjadi serbuk untuk selanjutnya di cetak.Alat yang di gunakan


untuk menakar adalah neraca digital type SARTORIUS
ED623S dan sampel di haluskan dengan Swing mill type
HERZOG HSM.100H.Adapun hal-hal yang perlu dilakukan
sebagai berikut:
a. Menimbang sampel sebanyak 9,00 gram pada neraca analitik
(gambar III.37 (a)) lalu menambahkan grinding aid
sebanyak 2 atau 3 biji (gambar III.37 (b)).
b. Membersihkan alat dan bahan yang akan digunakan
(grinding vessel dan kertas) dengan menggunakan kuas dan
penghisap debu.
c. Memasukkan sampel yang telah ditimbang sebelumnya di
neraca digital kedalam grinding vessel (dapat dilihat pada
gambar III.37 (c)).
d. Memasukkan grinding vessel kedalam swing mill (gambar
III.37 (d)) kemudian menutup dengan rapat penutup alat
swing mill.
e. Menekan tombol start kemudian menunggu selama ± 4
menit hingga proses yang berlangsung didalam swing mill
sudah selesai (gambar III.37 (e)) biasanya ditandai dengan
berhentinya swing mill bergetar kencang.
f. Mengeluarkan grinding vessel dari dalam swing mill, lalu
menuangkan pada kertas yang bersih (dapat dilihat pada
gambar III.37(f)).
g. Membersihkan sisa-sisa bubuk yang ada pada grinding
vesselagar sampel lain yang sudah ditimbang dapat langsung
dimasukkan kedalam grinding vessel tersebut.

47
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)
Gambar III.37 : (a) Menimbang sampel sebanyak 9,00 gram pada neraca
digital, (b) Neraca digital dan grinding aid, (c) grinding vessel, (d) Bagian
dalam swing mill sekaligus tempat dimana grinding vessel diletakkan, (e)
Proses penghalusan sampel oleh swing mill telah selesai, dan Mengeluarkan
grinding vesseldari dalam swing mill, lalu menuangkan sampel yang sudah
halus pada kertas yang bersih untuk dimasukkan kedalam ring (cincin
press).(f) proses pembersihan grinding vessel yang telah di gunakan.

E. Mencetak Sampel pada Ring


Setelah sampel telah berbentuk serbuk,sampel kemudian akan di
cetak ke dalam ring untuk kemudian di analisis okandungan
elemen kimianya oleh X-Ray.Alat yang digunakan adalah
Cincin press (ring) type HERZOG berfungsi sebagai tempat
merekatnya sampel yang telah dihaluskan pada swing mill dan

48
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

mesin cetak (automatic press) type HERZOG HTP.40 berfungsi


untuk mencetak sampel.Setelah itu sampel yang telah di cetak
pada ring akan di beri kode sesuai dengan kode sampel
sebelumnya agar tidak tertukar. Adapun hal-hal yang perlu
dilakukan sebagai berikut:
a. Membersihkan mesin cetak terlebih dahulu kemudian
memasang cincin press atau ring (seperti pada gambar III.38
(a)).
b. Memasukkan sampel yang telah dihaluskan kedalam alat
press mesin cetak atau automatic press seperti pada gambar
III.38 (b)).
c. Kemudian menutup dan menekan tombol start, jika setting
waktu telah selesai maka cetakan sudah bisa diambil dan siap
untuk dianalisis pada mesin X-Ray (seperti pada gambar
III.38 (c)).
d. Membersihan dan merapikan kembali alat yang sudah
digunakan.

(a) (b)

49
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

(c)

Gambar III.38 (a)Membersihkan mesin dan memasang cincin press (ring),


(b) Memasukkan sampel yang telah dihaluskan kedalam alat automatic press
dan (c) Sampel yang telah di press dan siap untuk dianalisis pada mesin X-Ray

F. Analisis X-Ray
Mengetahui oksida-oksida yang terkandung dalam sampel.Alat
yang digunakan yaitu mesin X-Ray Spektrofotometertype ARI-
74RET 86 computer type DELL OPTIPLEX 780 yang
didalamnya terdapat sofware WIN XRF digunakan untuk
mengoperasikan mesin X-Ray Spectrofotometer.Bahan yang
digunakan yaitu sampel batu gamping yang telah di press pada
cincin press (ring).Adapun prosedur kerja yang dilakukan yaitu
sebagai berikut:
a. Meyalakan komputer yang tersambung langsung dengan
mesin X-Ray Spectrofotometer
b. Membuka softwareWIN XRF pada komputer.
c. Memasang sampel yang telah dicetak pada alat X-Ray
(gambar IV.39(a)) dan setelah pemasangan (gambar III.39
(b)).
d. Memberi nama pada tabel alanisis dengan kode sampel yang
sesuai

50
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

e. Pilih nama sampel yang akan di analisis X-ray kemudian klik


symbol hijau pada layar computer yang terdapat pada
sebelah kanan atas table.
f. Menunggu selama beberapa menit hingga proses analisis
yang dilakukan oleh mesin X-Ray telah selesai kemudian
hasil dari analisis elemen kimia akan terlihat di layar
komputer sebelah kanan maka akan terlihat persentase unsur
kimia yang terkandung dalam sampe yang telah dianalisis
oleh mesin X-Ray (SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO,K2O,
SO3, LOI, LSF, SM, AM dan oksida-oksida lainnya) dapat
dilihat pada gambar III.39(c).
g. Klik continue setelah proses analisis sampel oleh mesin X-
Ray telah selesai kemudian melepaskan sampel yang telah
dianalisis (dapat dilihat pada gambar III.39 (d)).

(a) (b)

51
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

(c) (d)

Gambar III.39 (a) Memasang sampel yang telah dicetak pada X-Ray, (b)
Setelah pemasangan sampel yang telah dicetak dan siap untuk dianalisis oleh
X-Ray, (c) Elemen kimia yang terkandung dalam sampel yang telah dianalisis
oleh mesin X-Ray dan (d) Sampel yang telah dianalisis oleh X-Ray akan
memiliki bekas tembakan

III.3.2.2 Prosedur Kerja Untuk Uji X-ray Gamma dari sampel batuan

Uji X-ray gamma di lakukan di gedung Sains Building Lt 2 FMIPA


Universtitas Hasanuddin tepatnya di laboratorium Uji X-ray. Alat yang
digunakan adalah X-ray type 7000 X-RAY DIFFRACTION. Sampel yang
di uji terdiri atas 3 sampel yang di ambil dari sampel-sampel sebelum
yang telah di klasifikasikan berdasarkan klasifikasi oleh Dunham yaitu
satu sampel yang merupakan kategori Mudstone,Wackstone dan
Kristalin. Uji X-ray Gamma di lakukan untuk mengetahui kandungan
mineral pada sampel batuan selain itu dapat pula di ketahui bentuk dari
Kristal dalam sampel batuan,tingkat kekristalan suatu sampel batuan
maupun ukuran partikelnya.Adapun prosedur kerja yang di lakukan
sebagai berikut :

1. Menyiapkan sampel yang akan di uji di haluskan dalam bentuk serbuk


( seperti pada gambar III.40 (a)).

52
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

2. Ambil sedikit sampel yang ada dengan sendok takar (seperti pada
gambar III.40 (b)) kemudian letakkan pada plat sampel sampai
sampelnya rata dengan garis lengkungan plat.

3. Masukkan sampel pada X-ray Diffraction seperti pada gambar III.40


(c)

4. Operasikan alat X-ray dengan computer yang telah terhubung dengan


alat tersebut seperti pada gambar III.40 (d)

5. Tunggulah beberapa saat sampai hasilnya keluar dalam bentuk garis-


garis spectrum yang dapat di interpretasi dengan software MATCTH.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar III.40 (a) Sampel yang telah di haluskan yang siap di uji X-ray
Gamma, (b) Sampel di masukkan kedalam plat sampel menggunkan sendok
takar, (c) sampel pada plat sampel di masukkan dalam mesin X-ray dan (d)
Hasil dari sampel yang telah di tembakkan sinar X-ray

53
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

III.4 Pengolahan Data

III.4.1 Pengolahan Data Hasil Uji X-ray Flourscence

Data yang di peroleh dari hasil uji X-ray Flourscence kemudian di olah
dengan software Microsoft Excel untuk di gabungkan dan di buat
menjadi format yang lebih mudah agar dapat di identifikasi dengan
baik.Adapun hasil olahan terlihat seperti gambar III.41 di bawah ini.

Gambar III.41 Tabel Hasil pengolahan di Excel

Dimana hasil-hasil kalkulasi elemen-elemen kimia sampel batuan di


atas merupakan hasil yang di olah langsung oleh computer yang
tersambung dengan mesin X-ray yang di olah menggunakan Software
OXSAS.Namun untuk nilai-nilai uji mutu dari semen ( nilai LSF,SM dan
AM) dapat di cari menggunakan rumus :

100 ×𝐶𝑎𝑂
LSF = (2,8 × 𝑆𝑖𝑂
2 ) +(1,18 ×𝐴𝑙2 𝑂3 ) +(0,65 × 𝐹𝑒2 𝑂3 )

𝑆𝑖𝑂2
SM = 𝐴𝑙
2 𝑂3 + 𝐹𝑒2 𝑂3

𝐴𝑙 𝑂
AM = 𝐹𝑒2 𝑂3
2 3

54
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

III.4.2 Pengolahan Data Hasil Uji X-ray Gamma

Data yang di peroleh dari hasil X-ray diffraction dapat di olah dan di
interpretasikan dengan software MATCH.Adapun pengolahan data
yang di lakukan sebagai berikut:

1. Download dan Install software MATCH


2. Setelah itu buka software MATCH dengan mengklik 2 kali pada icon
software seperti pada gambar III.42

Gambar III.42 Ikon MATCH

3. Setalah itu akan muncul tampilan seperti di bawah

Gambar III.42 Tampilan awal software


4. Kemudian add data yang akan di olah dengan menekan ikon seperti
pada gambar yang terletak di sebelah kiri atas dari lembar kerja

55
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

5. Serelah muncul kotak dialog seperti di atas cari dan pilih file yang
akan di olah dalam bentuk gambar.lalu klik OPEN

Gambar III.43 Kotak dialog add data

Maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini.

Gambar III.44 Tampilan data hasil XRD

56
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Kemudian masukkan formula dari mineral yang akan di kalkulasi


persentase kandungannya sesuai dengan kandungan mineral pada
file sampel batuan yang ada dengan cara menekan unsur-unsur
kimia terkandung pada table unsur-unsur kimia di sebelah kanan
atas layar kerja.

Gambar III.45 Kotak dialog table unsur kimia

6. Setelah itu,akan muncul garis-garis spectrum berwarna biru atau merah


seperti pada gambar di sertai dengan berbagai kandungan mineral maupun
pengotor yang terkandung pada sampel batuan seperti pada gambar

57
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Gambar III.46 Spektrum dari kandungan mineral dan kotak dialog


kandungan mineral pada sampel batuan

Kemudian klik pada salahsatu mineral yang ada pada kotak dialog di atas
yang di anggap merupakan kandungan mineral pada batuan yang di
tandai dengan sejajarnya posisi antara garis spectrum hasil XRD dan garis
spectrum. Kemudian tampilan layar kerja akan menjadi seperti di bawah
ini

58
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Gambar III.47 Kotak dialog kandungan mineral dominan pada


sampel batuan
Dan mineral yang berada di kotak dialog di atas merupakan jenis mineral
yang terkandung pada sampel batuan.

59
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan proses proses pengamatan ciri fisik dari sampel batuan yang telah
di lakukan,kemudian melakukan uji X-ray Flourscence dan uji X-ray
Diffraction maka hasil dan pembahasan yang di peroleh berdasarkan
klasifikasi batu gamping oleh Dunham yaitu :
1. Mudstone
Deskripsi dan hubungannya dengan klasifikasi dunham

Pada lokasi B8 dengan titik koordinat 062 terdapat batu gamping


dengan warna segar putih sedangkan untuk warna lapuk bewarna putih
kecoklatan. Batuan ini memiliki tekstur massive yang memiliki
kandungan fosil <10% dan tidak terdapat sisipan tanah. Berdasarkan
klasifikasi dunham sampel batuan ini termask tipe batu gamping
mudstone karena batuan ini mempunyai kandungan fosil kurang dari
10%. Dengan memperhatikan tekstur batuan ini dapat disimpulkan
bahwa batuan ini terbentuk dari adanya pelarutan batuan asal yang
merupakan material-material penyuplai terbentuknya dan selama proses
keterbentukannya batuan ini terjadi akibat adanya pengerusan gamping
yang telah ada misalnya penghancuran terumbu karang, oleh gelombang
atau dari pengendapan langsung secara kimia air laut yang kelewat jenuh
akan CaCO3.

60
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

(a)

(b)

Gambar IV.1 (a) Singkapan batuan mudstone (b) batu gamping


mudstone

Hasil uji XRF

Berdasarkan dari hasi uji X-ray Mudstone memiliki nilai LSF berkisar dari
6001-10000 dari hasil perhitungan didapatkan nilai LSF sebesar
35195.7.sedangkan unsur-unsur kimia yang terdapat pada SiO2 0.03,
Al2O3 0.03, Fe2O3 0.1, CaO 55.75 ,MgO2 55.75, K2O 0, SO3 0.07
,Na2O 0.12

100 ×𝐶𝑎𝑂
LSF = (2,8 × 𝑆𝑖𝑂 )
2 +(1,18 ×𝐴𝑙2 𝑂3 ) +(0,65 ×𝐹𝑒2 𝑂3 )
100 ×55.7
= (2,8 × 0.03) +(1,18 ×0.03) +(0,65 × 0,1 )

61
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

= 35195.7

Hasil uji XRD

Gambar IV.2 Hasil Uji XRD Batu Gamping Mudstone

2. Wackestone
Deskripsi dan hubungannya dengan klasifikasi dunham

Pada lokasi B8 dengan titik koordinat 064 terdapat batu gamping


wackstone dengan warna segar krem sedangkan untuk warna lapuk
bewarna Kuning. Batuan ini memiliki tekstur massive dan juga
memiliki fosil lebih dari 10%. Wackstone merupakan lumpur
didukung batu gamping yang mengandung butiran karbonat lebih
dari 10% (lebih besar dari 20 mikron) "mengambang" dalam

62
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

matriks lumpur halus-halus kapur.pada wackestone terdapan


allochems seperti ooids dan peloids.

(a)

(b)

Gambar IV.1 (a) Singkapan batuan wackstone (b) batu gamping


wackstone

Hasil uji XRF

Berdasarkan dari hasi uji X-ray Mudstone memiliki nilai LSF


berkisar dari 1501-6000 dari hasil perhitungan didapatkan nilai
LSF sebesar 25503.7.sedangkan unsur-unsur kimia yang terdapat

63
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

pada SiO2 0, Al2O3 0,13 Fe2O3 0.14, CaO 55,7 , MgO2 0,27,
K2O 0, SO3 0,05, Na2O 0,11.

100 ×𝐶𝑎𝑂
LSF = (2,8 × 𝑆𝑖𝑂
2 ) +(1,18 ×𝐴𝑙2 𝑂3 ) +(0,65 ×𝐹𝑒2 𝑂3 )
100 ×55.75
= (2,8 × 0) +(1,18 ×0,13) +(0,65 × 0,14 )

= 25503.7

Hasil uji XRD

Dari hasil uji XRD dapat dilihat mineral yang terdapat pada batu
gamping wackestone mineral Ca dengan kuantitas sebesar 83,2%
,mineral Quartz sebesar 13,5% dan Magnetite sebesar 3,3%.

Gambar IV.4 Uji XRD untuk Batu Gamping Wackstone

64
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

3. Crystalline

Deskripsi dan hubungannya dengan klasifikasi dunham

Pada lokasi B8 dengan titik koordinat 064 terdapat batu gamping


crystalline dengan warna segar putih sedangkan untuk warna lapuk
bewarna coklat. Batuan ini memiliki tekstur massive dan juga
terdapat beberapa fosil. Batu gamping kristalin merupakan salah
satu jenis batuan sedimen, bahkan juga terbentuk dari kerangka
calcite yang berasal dari organisme microscopic dilaut yang
dangkal. Sehingga sebagian perlapisan batu gamping hampir murni
terdiri dari kalsit, dan pada perlapisan yang lain terdapat sejumlah
kandungan silt atau clay.

(a)

(b)
Gambar IV.5 (a) Singkapan batu gamping Crystalline (b) batu gamping
Crystalline

65
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Hasil uji XRF

Berdasarkan dari hasi uji X-ray Mudstone memiliki nilai LSF


berkisar dari 0-1500 dari hasil perhitungan didapatkan nilai LSF
sebesar 17994.9.sedangkan unsur-unsur kimia yang terdapat pada
SiO2 0.05, Al2O3 0.09, Fe2O3 0.1 CaO 56 , MgO2 0.03 ,K2O 0,
SO3 0.06 , Na2O 0.1 .

100 ×𝐶𝑎𝑂
LSF = (2,8 × 𝑆𝑖𝑂
2 +(1,18 ×𝐴𝑙2 𝑂3 ) +(0,65 ×𝐹𝑒2 𝑂3 )
)
100 ×56
= (2,8 × 0.05) +(1,18 ×0,09) +(0,65 × 0,1 )

= 17994.9

Hasil uji XRD

Dari hasil uji XRD pada gambar pada batu gamping Crystalline
terdapat mineral CaCO3 dengan kuantitas sebesar 87,4% Fe2O4Si
sebesar 12,6%.

Gambar IV. 6 Uji XRD untuk Batu Gamping kristalin

66
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

BAB V
PENUTUP

V.I KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan dan pengujian yang telah di lakukan di Quarry dan


Quality Control Tonasa 4 PT.Semen Tonasa Pangkep dapat di simpulkan
bahwa :
1. Dari proses pengambilan sampel yang telah di lakukan di Quarry batu
gamping PT.Semen Tonasa di ambil 20 sampel batu gamping dengan ciri
fisik yang dominan pada batuannya adalah berwarna putih,kekuningan
maupun coklat muda dengan tekstur yang massive (kompak) dan terdapat
sisipan fosil terumbu karang maupun hewan laut lainnya dan juga terdapat
sisipan tanah pada lokasi pengambilan sampel maupun pada sampel
batuannya.
2. Dari hasil XRF di peroleh kandungan elemen kimia dari setiap sampel
yaitu persentase unsur SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O, SO3, LOI,
SUM, LSF, SM dan AM. Sedangkan untuk hasil uji XRD di peroleh
kandungan mineral dari batuannya di antaranya terdapat mineral kalsit
(CaCo3),hematit(Fe2O3) maupun Kuarsa(SiO2),magnetit.
3. Berdasarkan proses pengamatan yang telah di lakukan pada proses
pengambilan sampel pada Quarry batu gamping PT. Semen Tonasa di
beberapa Blok di peroleh bahwa terdapat 3 jenis batu yaitu
mudstone,wackstone dan kristalin berdasarkan klasifikasi Dunham
(1982).(1)mudstone terdapat pada B8 yaitu sampel batuan 10 dengan
kode batuannya 062 B8 dengan ciri fisik berwarna putih memiliki rongga
pada batuannya dan batuan yang rapuh dan terdapat < 10% fosil pada
batuannya dengan nilai LSF 35195.7 % dan CaO 55,7 % , (2) wackstone
terdapat pada B8 yaitu sampel 13 dengan kode batuannya 064 B8 dengan
ciri fisik berwarna kekuningan dengan tekstur batuan yang keras dan
struktur yang massive (kompak) dan terdapat > 10% kandungan fosil

67
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

karang pada batuannya dengan nilai LSF 25503.7% dan CaO 55.75 %,
dan (3) kristalin yaitu terdapat pada B8 yaitu sampel 12 dengan kode
batuan 064K B8 dengan ciri fisik berwarna putuh kaca dengan tekstur
massive( kompak),tidak terdapat fosil dan biasanya terdapat sisipan tanah
dengan nila LSF 17994.9 % dan CaO 56%.

V.2 SARAN
Saran kami untuk pihak PT.Semen Tonasa adalah sebaiknya untuk mendapatkan
kualitas bahan baku yang baik serta penetuan titik lokasi pengeboman pada
lokasi yg akurat kami menyarankan untuk menggunakan salah satu metode
geofisika yaitu metode geolistrik untuk memgetahui kondisi bawah permukaan
dan juga berguna untuk analisis sisipan lempung di quarry batu gamping yang
sangat berguna untuk meningkatkan kualitas produksi semen.

68
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

DAFTAR PUSTAKA

Dunham, R.J. 1962.Classification of Carbonate Rocks According to Depositional


Texture,in: Classification of Carbonate Rocks(ed.W.E.Ham), AAPG
Memoir. American.
Hsu, K.J.,dan Reijers,T.J.A. 1986.Manual of carbonate sedimentology:
Alexicographical approach. Academics Press. London.

Nelson, S A, (2010), X-ray Crystallography, www.tulane.edu diakses 11 Januari 2018


Sukamto, R., dan Supriatna, S.1982.“GeologiLembarPangkajene dan Watampone
Bagian Barat Sulawesi”,Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Depatemen Pertambangan dan
Energi.Bandung.Indonesia.
Tucker, M.T., dan Wright, V.P., 1990, Carbonate Sedimentology, Blackwell Science
Ltd, Oxford.

PAN alytical B.V.,2009, X-ray Fluorescence Spectrometry, (Online),


http://www.panalytical.com/index.cfm?pid=130, dakses tanggal 11 Januari
2018
Viklund, A.,2008, Teknik Pemeriksaan Material Menggunakan XRF, XRD dan
SEM-EDS, (Online),http://labinfo.wordpress.com/, diakses tanggal 11
Januari 2018

69
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

Daftar Pertanyaan :
1. Besse Tenri Pada
Pertanyaan : Apa fungsi dari Grinding Aid pada prose uji XRF dan mengapa
batu gamping berwarna putih ?
Jawaban : Adapun fungsi dari grinding aid tersebut adalah sebagai pil (berupa
bahan campuran) pada saat proses menghaluskan sampel batuan dengan grinding
vessel yang berfungsi sebagai perekat molekul-molekul sampel batuan.Untuk
warna dari batu gamping sendiri kebanyakan berwarna putih itu karena batu
gamping merupakan batuan hasil pelapukan karang pada lautan.
2. Novita Reskiyah Sari
Pertanyaan : Berapa Proporsi Bahan untuk pembuatan semen ?
Jawaban : Untuk jumlah proporsi bahan-bahan baku pembuatan semen sendiri
baik bahan baku utama, bahan tambahan, dan bahan pengoreksi memiliki jumlah
yang berbeda-beda yaitu batu kapur ± 81 % , tanah liat ± 9 %, pasir silica ± 9 %
dan pasir besi ± 1%.
3. Sufridah Hardianti
Pertanyaan : Bagaimana prinsip kerja alat XRD sampai memperoleh hasil
unsur-unsur kimia batuan ?
Jawaban : Difraksi sinar X oleh sebuah materi terjadi akibat fenomena
hamburan oleh tiap atom dan interferensi gelombang-gelombang yang
dihamburkan oleh atom-atom tersebut. Dengan demikian, syarat berkas difraksi
dapat terjadi bergantung pada panjang gelombang (), jarak antar bidang atom-
atom (d), dan sudut berkas datang (θ).

Berdasarkan Hukum Bragg, jika seberkas sinar X di jatuhkan pada sampel kristal,
maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar X yang memiliki panjang
gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang
dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah
puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin
kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Prinsip dari alat XRD (X-ray powder
diffraction) adalah sinar X yang dihasilkan dari suatu logam tertentu memiliki

70
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

panjang gelombang tertentu, sehingga dengan memfariasi besar sudut pantulan


sehingga terjadi pantulan elastis yang dapat dideteksi. Seberkas sinar-X dengan
panjang gelombang λ (cahaya monokromatik) jatuh pada struktur geometris atom
atau molekul dari sebuah kristal pada sudut datang θ. Jika beda lintasan antara sinar
yang dipantulkan dari bidang yang berturut-turut sebanding dengan n panjang
gelombang, maka sinar tersebut mengalami difraksi. Peristiwa difraksi mungkin
terjadi karena jarak antaratom dalam kristal dan molekul berkisar antara 0,15
hingga 0,4 nm, yang bersesuaian dengan spektrum gelombang elektromagnet pada
kisaran panjang gelombang sinar-X dengan energi foton antara 3 hingga 8 keV.

Sesuai dengan Hukum Bragg, dengan memvariasi sudut θ diperoleh lebar antar
celah yang berbeda dalam bahan polikristalin. Kemudian, posisi sudut dan
intensitas puncak hasil difraksi digrafikkan dan diperoleh pola yang merupakan
karakteristik sampel. Setiap kristal memiliki pola XRD yang berbeda satu sama lain
yang bergantung pada struktur internal bahan. Pola XRD ini merupakan karateristik
dari masing-masing bahan sehingga disebut sebagai ‘fingerprint’ dari suatu mineral
atau bahan kristal.Keluaran utama dari pengukuran data difraksi serbuk dengan
difraktometer adalah sudut 2θ dan intensitas pada sudut yang sesuai.Dalam hal
ekstraksi informasi , ada 3 karakter dasar puncak difraksi yang memberikan
gambaran mengenai kondisi pengukuran dan sifat-sifat kristal; yaitu posisi, tinggi,
dan lebar dan bentuk puncak difraksi. mengindentifikasi fasa dengan menggunakan
software, terdiri dari: Peak search (menemukan posisi puncak) danSearch match
(pencocokan terhadap basis data).

Elusidasi spektra XRD merupakan proses penentuan struktur yang diperoleh dari
spektra XRD. Tiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang
kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak
yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar
difraksi sinar X untuk hampir semua jenis material. Standar ini disebut JCPDS.
Berdasarkan pola difraksi sinar X, atom-atom logam tersusun menurut salah satu

71
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

dari empat struktur dasar yaitu kubus sederhana (simple cubic, sc); kubus pusat
badan (body centered cubic, bcc); kubus terjejal (cubic closed packed, ccp); dan
heksagonal terjejal (hexagonal closed packed, hcp).

4. Kak Riska
Pertanyaan : Apa arti dari gambar hasil dari XRD yang berupa grafik hubungan
antara intensitas dan 2 theta ? serta maksud dari 2 theta tersebut !!!
Jawaban : Hasil yang diperoleh dapi pengukuran dengan menggunakan
instrument X-Ray Diffraction (XRD) adalah grafik dikfraktogram. Difraktogram
adalah output yang merupakan grafik antara 2θ (diffraction angle) pada sumbu X
versus intensitas pada sumbu Y.

Intensitas sinar-X yang didifraksikan secara terus-menerus direkam sebagai contoh


dan detektor berputar melalui sudut mereka masing-masing. Sebuah puncak dalam
intensitas terjadi ketika mineral berisi kisi-kisi dengan d-spacings sesuai dengan
difraksi sinar-X pada nilai θ Meski masing-masing puncak terdiri dari dua
pemantulan yang terpisah (Kα1 dan Kα2), pada nilai-nilai kecil dari 2θ lokasi-lokasi
puncak tumpang-tindih dengan Kα2 muncul sebagai suatu gundukan pada sisi Kα1.
Pemisahan lebih besar terjadi pada nilai-nilai θ yang lebih tinggi .

2θ merupakan sudut antara sinar dating dengan sinar pantul. Sedangkan intensitas
merupakan jumlah banyaknya X-Ray yang didifraksikan oleh kisi-kisi kristal yang
mungkin. Kisi kristal ini juga tergantung dari kristal itu sendiri.
Kisi-kisi ini dibentuk oleh atom-atom penyusun kristal. Jika tidak ada atom-atom
yang menyusun suatu bidang kisi pada kristal, maka sinar X yang dating tidak dapat
didifraksikan atau dengan kata lain tidak ada kisi tersebut.

72
LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PT. SEMEN TONASA

73

Anda mungkin juga menyukai