i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Dalam menyusun laporan ini, penulis mendapat bimbingan dan arahan untuk itu
penulis berterima kasih kepada bapak Dr. Sufriadin, ST., MT. selaku dosen mata kuliah
Karakterisasi Bahan Tambang. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
asisten Karakterisasi Bahan Tambang atas bimbingan dan arahannya dalam menyusun
laporan ini dan juga kepada teman-teman angkatan 2019 Fakultas Teknik Departemen
membantu penulis dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
Akhir kata, mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam laporan ini
serta semoga Allah Subhanahu Wata’ala selalu meridhoi usaha kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
2.1. Sinar-X.....................................................................................................3
2.2. Filter........................................................................................................4
4.1. Hasil.......................................................................................................15
4.2. Pembahasan...........................................................................................17
BAB V PENUTUP..................................................................................................18
5.1. Kesimpulan.............................................................................................18
5.2.Saran......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................20
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBA
iii
Gambar 4. 1 Grafik XRD..........................................................................................................15
Gambar 4. 2 Grafik ln (FWHN) terhadap ln (1/cos tetha)..................................................16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
aktivitas mulai dari tahapan prospeksi hingga reklamasi tambang. Salah satu
tahapannya juga pengolahan bahan galian tambang yang berguna untuk mengolah
hasil tambang menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dalam
yang berguna untuk mengetahui kandungan dari hasil tambang agar dapat diketahui
digunakan, salah satunya ialah analisis LOI. Loss on ignition (LOI) adalah tes yang
digunakan dalam kimia analitik anorganik dan ilmu tanah, khususnya dalam analisis
mineral dan susunan kimiawi tanah. Ini terdiri dari pemanasan kuat sampel material
pada suhu tertentu, memungkinkan zat yang mudah menguap keluar, sampai
analisis unsur atau oksida dari suatu mineral. Bahan volatil yang hilang biasanya terdiri
dari air gabungan (hidrat dan senyawa hidroksi labil) dan karbon dioksida dari
karbonat. Ini dapat digunakan sebagai uji kualitas, biasanya dilakukan untuk mineral
seperti dolomit.
pembuatan semen, hilangnya penyalaan bahan mentah secara kasar setara dengan
kehilangan massa yang akan dialami dalam pengeringan. Demikian pula, untuk
mineral, kerugian saat pengapian mewakili material aktual yang hilang selama
1
peleburan atau pemurnian di tungku atau peleburan. Hilangnya penyalaan produk
industri, untuk mengetahui persentase LOI, dan untuk mengetahui persentase berat
yang hilang dari sampel pada saat dipanaskan karena batuan atau tanah memiliki
pemanasan.
dolomit.
3
BAB II
ANALISIS LOI
Loss on ignition (LOI) adalah salah satu metode yang paling banyak digunakan
untuk mengukur kandungan bahan organik di tanah tetapi tidak memiliki protokol
jenis tungku, massa sampel, durasi dan suhu penyalaan dan kandungan tanah liat
suatu analisa dengan cara memanaskan sampel pada suhu yang sangat tinggi (Ball,
1964). LOI disebut sebagai suatu tes yang digunakan dalam kimia analitik an-organik
dan ilmu tanah, sebagai analisis mineral, dan pembentukan tanah secara kimiawi
(Dean, 1974). Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan bobot air dan
terbebaskan menjadi gas pada saat proses pemanasan dengan suhu tinggi (Abella dan
Zimmer, 2007).
(OM) dari sampel tanah. Ada risiko kehilangan karbonat saat sampel tanah berkapur
dianalisis melalui LOI, tetapi hal ini belum pernah diselidiki secara detail. Selain itu,
protokol standar dunia untuk menentukan kandungan karbonat tanah tidak tersedia
organik di tanah dan sedimen danau. Kehilangan berat yang diamati pada suhu di atas
4
400 °C sebagian besar disebabkan oleh kerusakan bahan organik tanah (SOM) dan
memperkirakan jumlah bahan organik dan kandungan mineral karbonat (secara tidak
langsung dari karbon organik dan anorganik) dalam sedimen. Namun, analisis sampel
komposisi sedimen (adanya lempung, garam, dan kandungan variabel karbon organik).
Hal ini mengakibatkan kesalahan tambahan pada estimasi kandungan karbon dari nilai
LOI yang membuat penggunaan nilai LOI sebagai metode kuantitatif untuk
Berat yang hilang dari sampel tanah sehubungan oksidasi bahan organik
Dimana: LOI (%) = jumlah bahan organik yang terdapat pada tanah
Berat105 = berat tanah kering oven pada suhu 105o C selama 24 jam
waktu tertentu.
Suhu 440oC pada persamaan ini berdasarkan ASTM D2974 Metode C. Pada
suhu ini diharapkan kehilangan berat mengalami keadaan konstan (Sari, 2014).
panas. Pemanasan pada suhu tinggi digunakan untuk menghilangkan bahan organik.
Sampel tanah kering oven kurang lebih 10 gram dan lolos saringan nomor 10
ditempatkan pada tanur dengan kontrol suhu yang baik. Berat yang hilang dari sampel
tanah sehubungan oksidasi bahan organik disebut LOI (%) (Sari, 2014).
5
2.2.1 Industri Semen
Semen adalah bahan pengikat senyawa hidrolisis yang jika direaksikan dengan
air akan mengikat bahan padat lain, yang membentuk suatu kesatuan massa yang
padat dan keras. Pada tahun 1978 Davidovits memperkenalkan jenis pengikat alternatif
baru yang disebut geopolimer, jenis pengikat ini telah muncul dalam bidang kontruksi
dan bangunan. Geopolimer dikenal karena sifatsifatnya yang sangat baik seperti
ketahanan api dan asam yang baik, kekuatan tekan yang tinggi dan penyusutan
rendah. Bahan ini didasarkan pada prekursor alumina silika yang diaktifkan dengan
alkali hidroksida dan penambahan alkali silikat untuk mengontrol komposisi kimia (Li,
mengandung sejumlah besar alumina silika dengan larutan alkali yang memiliki
memiliki ketahanan termal yang baik, keuntungan yang dimiliki geopolimer membuat
bahan ini mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai bahan alternatif dalam
mereaksikan bahan yang kaya akan sumber alumina silika dengan larutan alkali
seperti pasta semen. Sumber alumina silika dapat diperoleh dari tanah napa
(Davidovits,1991).
menghasilkan ikatan polimer yang kuat (Amin,2017). Dalam proses pembuatan semen
geopolimer berbasis tanah napa ada beberapa analisa yang dapat dilakukan yaitu
analisa kehalusan butiran semen dan hilang pijar (LOI).Kehalusan butiran semen
6
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kecepatan reaksi dengan
Suatu sampel semen yang memiliki nilai LOI yang lebih tinggi, akan
membutuhkan bahan baku pembuat klinker yang relatif lebih sedikit. Hal tersebut
bertujuan guna mengurangi inefesiensi proses pembuatan semen akibat zat tambahan
(limestone filler, mineral in compound, dan fly ash) yang dapat terurai saat pemijaran
berlangsung. Selain itu, kebutuhan bahan baku klinker yang sedikit akan
Bijih Nikel laterit merupakan salah satu sumber daya mineral yang melimpah di
Indonesia. Banyak bahan paduan yang dibuat berbasis bahan nikel karena memiliki
kekuatan struktur terhadap proses creep, fatigue dan kestabilan permukaan (oksidasi
dan korosi) pada suhu tinggi seperti digunakan pada mesin pesawat dan turbin gas
pembangkit listrik (Mabruri, et al., 2008; Sujiono, 2014). Mayoritas sumber nikel dunia
yang telah diketahui mengandung laterit. Bijih laterit normalnya diklasifikasikan dalam
dua jenis: the highiron-lateriteore dan high-magnesia lateriteore (Pan, et al., 2012).
Nikel merupakan logam keras berwarna putih keperakan berkilau yang kuat,
ulet, dan tahan terhadap panasserta korosi membuatnya sangat berguna untuk
pengembangan berbagai macam bahan dari kabel, koin hingga peralatan militer.
Analisis kehalusan butiran nikel dan hilang pijar (LOI) mempengaruhi kualitas Nikel
yang dihasilkan. Kehalusan butiran nikel memiliki tingkat kekerasan lebih tinggi
7
2.3. Dolomit
Dolomit adalah mineral yang berasal dari alam yang mengandung unsur hara
magnesium dan kalsium berbentuk tepung dengan rumus kimia CaMg(CO 3)2. Dolomit
carbonate yang mempunyai calcite dan limestone (batu kapur). Dolomit dapat bewarna
putih, bewarna terang seperti pink, kuning, maupun tidak bewarna. Dolomit memiliki
hardness 3,5-4 dan hanya akan bereaksi dengan asam jika dipanaskan atau dalam
bentuk serbuk. Dolomit merupakan dua garam karbonat yaitu CaCO 3 dan MgCO3.
Gabungan kedua garam tersebut adalah CaO. MgO dengan titik lebur 2300 0C sehingga
mempunyai sifat refraktori yang sangat baik. Penyebaran dolomit yang cukup besar
terdapat di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Madura dan Papua. Di beberapa daerah sebenarnya terdapat juga potensi dolomit,
namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan
terbentuk dari alterasi atau diagenesis batugamping oleh pengaruh larutan yang
merupakan endpan yang paling penting dan paling umum dijumpai. Pemakai utama
dolomit ialah industri-industri refraktori, besi-baja dan agregat atau konstruksi. Mineral
dolomit juga dapat diolah lebih lanjut menjadi produk magnesium karbonat dan
kalsium karbonat sebagai bahan pengisi beragam produk industri (Harjanto, 1980).
Menurut teori, dolomit yang murni yaitu mengandung 45,7% MgC0 3, 25,9%
MgO, 54,3% CaCO3 dan 30,4% CaO. Penerapan dolomit yang mempunyai nilai
8
disebut batugamping magnesium daripada batugamping dolomitan (Djuhariningrum
9
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.
Alat dan bahan merupakan perangkat yang digunakan pada saat melakukan
3.1.1 Alat
1. Agate mortar, alat ini digunakan untuk menggerus sampel sesuai dengan
hasil yang sangat halus. Lama penggerusan sangat tergantung dari jenis bahan
2. Mortar besi, fungsi dari alat ini sama dengan agate mortar, yang membedakan
hanya ukuran sampel yang akan digerus pada alat ini yaitu masih berukuran
10
Gambar 3.2 Mortar Besi
3. Sendok spatula, alat ini berfungsi untuk mengambil atau memindahkan sampel
yang telah halus. Sendok spatula digunakan agar lebih memudahkan ketika
4. Cawan porselen, cawan ini digunakan sebagai wadah untuk menyimpan sampel
yang telah halus ketika akan di timbang ataupun dipanaskan. Cawan ini juga
dapat menahan panas agar kuat apabila dimasukkan ke dalam alat pemasan.
11
Gambar 3.4 Cawan Porselen
Sampel yang dimasukkan ke dalam alat ini, dipanaskan dalam waktu dan suhu
6. Platik c-tik, plastik ini digunakan untuk menyimpan sampel yang telah
dihaluskan. Plastik ini juga dapat digunakan untuk menyimpan sampel dalam
waktu lama.
12
Gambar 3.6 Platik c-tik
7. Neraca analitik, alat ini digunakan untuk menimbang massa sampel. Sampel
yang bisa diukur pada alat ini dapat berupa sampel padat maupun sampel cair.
Ketelitian sebuah neraca analitik sangat tinggi, sehingga tingkat akurat dari
8. Penjepit cawan, penjepit ini berfungsi sebagai alat untuk memindahkan cawan
yang masih panas dari furnace ke alat pendingin. Penjepit ini sangat berguna
13
Gambar 3.8 Penjepit cawan
9. Desikator, alat ini berfungsi untuk mendinginkan sampel yang baru saja
3.1.2 Bahan
1. Sampel, sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel dolomit.
Sampel dolomit akan dipanaskan dalam waktu dan suhu tertentu untuk
14
Gambar 3.10 Sampel dolomit
digunakan agar bahan tidak tercampur dengan bahan yang masih melekat pada
alat. Campuran bahan lain akan mengurangi tingkat akurasi pada saat proses
pemanasan.
3. Tisu, tisu pada praktikum ini digunakan untuk membersihkan alat-alat dari
bahan yang masih tersisa. Alat yang masih basah setelah dilakukan pencucian
15
Gambar 3.12 Tisu
1. Siapkan sampel yang akan di analisis. Sampel yang digunakan adalah sampel
dolomit. Sampel pada praktikum ini berukuran bongkah sehingga sampel harus
dihancurkan terlebih dahulu menggunakan mortar besi agar lebih mudah untuk
dilakukan penggerusan.
16
Gambar 3.14 Penggerusan sampel
menimbang cawan kosong yang belum terisi sampel, setelah ditimbang, 0-kan
keluarkan cawan dari timbangan dan tutup cawan yang berisi sampel.
yang digunakan pada saat pemanasan yaitu 1000 Oc dengan rentang waktu 2
jam.
17
5. Setelah timer alat furnace berbunyi, keluarkan cawan menggunakan penjepit
cawan dengan tangan yang menggunakana sarung tangan agar tidak terkena
proses pendinginan.
18
Gambar 3.18 Menimbang
sampel setelah dipanaskan
8. Setelah semua prosedur dilakukan dan data yang dibutuhkan telah didapatkan,
bersihkan kembali alat-alat yang telah digunakan agar alat tersebut tidak
mudah rusak karena adanya sisa-sisa bahan yang melekat pada alat.
19
BAB IV
4.1. Hasil
Hasil yang di peroleh dari analisis yang telah dilakukan berupa data-data yang
dilakukan.
Keterangan:
Data Penimbangan Berat Residu sampel = berat sampel setelah pemanasan – berat
cawan
= 11,87 gr – 11,29 gr
= 0,58 gr
4.1.2 Perhitungan
rumus persentase untuk analisis bahan organik karena sama-sama mencari persentase
dari bahan yang telah dipanaskan dengan suhu tinggi. Berikut ini perhitungan data
20
%LOI =(Berat cawan+Berat awal sampel)–(Berat cawan+Berat residu X 100%
sampel)
%LOI = 42%
4.2. Pembahasan
residu sampel setelah mengurangi berat sampel setelah pemanasan dengan suhu
10000C dan durasi 2 jam dengan berat cawan sehingga diperoleh 0,58 gram. Setelah
itu dilakukan perhitungan analisis LOI dengan menggunakan rumus yang ada sehingga
diperoleh hasil 42%. Hasil ini tergolong cukup besar dikarenakan adanya beberapa
faktor.
Faktor yang pertama ialah sampel yang digunakan mengandung banyak kadar
air. Sampel yang digunakan pada praktikum ini yaitu sampel dolomit dan setelah
Faktor yang kedua ialah pengaruh waktu pemanasan. Waktu pemanasan yang
dilakukan pada praktikum ini ialah selama 2 jam. Waktu pemanasan akan
memengaruhi banyak tidaknya kandungan air yang hilang pada sampel tersebut.
Semakin lama waktu pemanasan yang dilakukan maka semakin banyak pula
kandungan air yang akan hilang pada sampel dan begitupula sebaliknya.
21
Faktor selanjutnya ialah pengaruh suhu. Suhu yang digunakan pada saat pemanasan
ialah sebesar 10000C dikarenakan suhu tersebut sudah cukup untuk sampel dolomit
tertentu agar dapat melakukan penguapan sehinggan kadar air yang terkandung pada
22
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
1. Alat furnace memiliki kegunaan untuk memanaskan sampel pada suhu tertentu
yang bertujuan untuk mengilangkan kadar air yang terkandung pada sampel.
furnace dengan suhu 10000C dengan durasi selama 2 jam. Setelah itu
5.2. Saran
Praktikum acara I tentang analisis LOI yang dilaksanakan telah berjalan dengan
baik, namun sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum, praktikan dibekali dengan modul
praktikum agar praktikan lebih mudah memahami materi yang akan dipraktikumkan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Abella, S.R. & Zimmer, B.W. 2007. Estimating organic carbon from loss‐on‐ignition in
northern Arizona forest soils. Soil Science Society of America Journal, 71, 545–
550.
Ball, D. F., 1964. Loss-on-ignition as an estimate of organic matter and organic carbon
Djuhariningrum, T dan Rusmadi. 2004. Penentuan Kalsit dan Dolomit Secara Kimia
Harjanto, S. 1980. Dolomit dan Penggunaanya. Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara
Imam Farid hidayat, 2019 Analisis Loss On Ignition and Insoluble Residue Pada Sampel
Li, X., Ma, X., Zhang, S., & Zheng, E. (2013). Mechanical properties and microstructure
of class C fly ash-based geopolymer paste and mortar. Materials , 6(4), 1485–
1495.
24
Mediavilla, Rosa, Juan I. Santisteban, dan Cristino J. Dabrio. 2004. Loss On Ignition: a
MJJ Hoogsteen, EA Lantinga, EJ Bakker & PA Tittonell (2018) Evaluasi Metode Loss-on-
Berkapur, Komunikasi dalam Ilmu Tanah dan Analisis Tanaman, 49:13, 1541-
1552.
MJJ Hoogsteen, 2015. “estimating soil organic carbon through loss on ignition ”, Jurnal
Ningsih T, Chairunnisa R. 2012. Pemanfaatan Bahan Additive Abu Sekam Padi pada
Semen Portland PT. Semen Baturaja (Persero) . Jurnal Teknik Kimia, 18(4):59-
67.
Nofrita, R. (2012). Karakteristik Uji Blaine, Konsistensi Normal, dan Waktu Pengikatan
Sari, Tiara Asmika, Warsito Atmodjo dan Rina Zuraida. 2014. Studi bahan organik total
(bot) sedimen dasar laut di Perairan Nabire, Teluk Cendrawasih, Papua . jurnal
25
LAMPIRAN
26