Anda di halaman 1dari 30

SAMPUL

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

limpahan nikmat dan karunia-Nya, kesehatan dan kesempatan dari-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Laporan Acara I Laboratorium Karakterisasi Bahan

Tambang ini tentang analisis LOI.

Dalam menyusun laporan ini, penulis mendapat bimbingan dan arahan untuk itu

penulis berterima kasih kepada bapak Dr. Sufriadin, ST., MT. selaku dosen mata kuliah

Karakterisasi Bahan Tambang. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada

asisten Karakterisasi Bahan Tambang atas bimbingan dan arahannya dalam menyusun

laporan ini dan juga kepada teman-teman angkatan 2019 Fakultas Teknik Departemen

Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin Makassar serta seluruh pihak yang

membantu penulis dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan

ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun.

Akhir kata, mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam laporan ini

serta semoga Allah Subhanahu Wata’ala selalu meridhoi usaha kita semua.

Gowa, September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Tujuan Pengamatan..................................................................................2

1.3. Ruang Lingkup Percobaan.........................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3

2.1. Sinar-X.....................................................................................................3

2.2. Filter........................................................................................................4

2.3. Prinsip Kerja X-Ray Diffraction (XRD).........................................................6

2.4. Kelebihan dan Kelemahan XRD..................................................................7

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM....................................................................9

3.1. Alat dan Bahan.........................................................................................9

3.2. Tahap-Tahap Praktikum..........................................................................12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................15

4.1. Hasil.......................................................................................................15

4.2. Pembahasan...........................................................................................17

BAB V PENUTUP..................................................................................................18

5.1. Kesimpulan.............................................................................................18

5.2.Saran......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................20

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBA

iii
Gambar 4. 1 Grafik XRD..........................................................................................................15
Gambar 4. 2 Grafik ln (FWHN) terhadap ln (1/cos tetha)..................................................16

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertambangan merupakan suatu industri yang di dalamnya terdapat berbagai

aktivitas mulai dari tahapan prospeksi hingga reklamasi tambang. Salah satu

tahapannya juga pengolahan bahan galian tambang yang berguna untuk mengolah

hasil tambang menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dalam

pengolahan bahan galian tambang tercakup didalamnya karakterisasi bahan tambang

yang berguna untuk mengetahui kandungan dari hasil tambang agar dapat diketahui

kegunaan dan manfaatnya.

Dalam karakterisasi bahan tambang terdapat beberapa analisis yang

digunakan, salah satunya ialah analisis LOI. Loss on ignition (LOI) adalah tes yang

digunakan dalam kimia analitik anorganik dan ilmu tanah, khususnya dalam analisis

mineral dan susunan kimiawi tanah. Ini terdiri dari pemanasan kuat sampel material

pada suhu tertentu, memungkinkan zat yang mudah menguap keluar, sampai

massanya berhenti berubah. Hilangnya penyalaan dilaporkan sebagai bagian dari

analisis unsur atau oksida dari suatu mineral. Bahan volatil yang hilang biasanya terdiri

dari air gabungan (hidrat dan senyawa hidroksi labil) dan karbon dioksida dari

karbonat. Ini dapat digunakan sebagai uji kualitas, biasanya dilakukan untuk mineral

seperti dolomit.

Dalam industri pyroprocessing seperti kapur, bauksit terkalsinasi, refraktori atau

pembuatan semen, hilangnya penyalaan bahan mentah secara kasar setara dengan

kehilangan massa yang akan dialami dalam pengeringan. Demikian pula, untuk

mineral, kerugian saat pengapian mewakili material aktual yang hilang selama

1
peleburan atau pemurnian di tungku atau peleburan. Hilangnya penyalaan produk

menunjukkan sejauh mana pyroprocessing tidak lengkap.

Oleh karena itu perlu dilakukannya praktikum karakterisasi bahan tambang

untuk menganalisis seberapa pentingnya penggunaan analisis LOI dalam dunia

industri, untuk mengetahui persentase LOI, dan untuk mengetahui persentase berat

yang hilang dari sampel pada saat dipanaskan karena batuan atau tanah memiliki

kandungan air (lembab) pada senyawa organik maupun anorganik.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum analisis LOI ialah sebagai berikut.

1. Mengetahui kegunaan alat furnace dalam analisis LOI.

2. Mengetahui tahap-tahap pada proses pemanasan sampel dolomit.

3. Menghitung persentase massa sampel dolomit yang hilang pada saat

pemanasan.

1.3. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum analisi LOI ialah sebagai berikut.

1. Praktikan dapat mengetahui kegunaan alat furnace dalam analisi LOI.

2. Praktikan dapat mengetahui tahap-tahap pada proses pemanasan sampel

dolomit.

3. Praktikan dapat menghitung persentase massa sampel dolomit yang hilang

pada saat pemanasan.

1.4. Ruang Lingkup

Praktikum analisis LOI dilaksanakan pada hari Jumat, 26 Maret 2021 di

Laboratorium Analisis dan Pengolahan Bahan Galian, Fakultas Teknik, Universitas


2
Hasanuddin, Gowa untuk mengetahui kegunaan alat furnace dalam analisis LOI,

mengetahui tahap=tahap proses pemanasan sampel, dan menghitung persentase

kandungan zat yang hilang pada sampel.

3
BAB II

ANALISIS LOI

2.1. Loss On Ignition (LOI)

Loss on ignition (LOI) adalah salah satu metode yang paling banyak digunakan

untuk mengukur kandungan bahan organik di tanah tetapi tidak memiliki protokol

standar universal. Sejumlah besar faktor dapat mempengaruhi keakuratannya, seperti

jenis tungku, massa sampel, durasi dan suhu penyalaan dan kandungan tanah liat

sampel (Hoogsteen, 2015).

LOI (Loss On Ignition) merupakan suatu parameter yang digunakan dalam

suatu analisa dengan cara memanaskan sampel pada suhu yang sangat tinggi (Ball,

1964). LOI disebut sebagai suatu tes yang digunakan dalam kimia analitik an-organik

dan ilmu tanah, sebagai analisis mineral, dan pembentukan tanah secara kimiawi

(Dean, 1974). Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan bobot air dan

senyawa organik yang mengakibatkan sebagian massa sampel hilang karena

terbebaskan menjadi gas pada saat proses pemanasan dengan suhu tinggi (Abella dan

Zimmer, 2007).

Metode Loss on Ignition digunakan untuk mengukur kandungan bahan organik

(OM) dari sampel tanah. Ada risiko kehilangan karbonat saat sampel tanah berkapur

dianalisis melalui LOI, tetapi hal ini belum pernah diselidiki secara detail. Selain itu,

protokol standar dunia untuk menentukan kandungan karbonat tanah tidak tersedia

(Hoogsteen, et al., 2018).

Metode Loss on Ignition (LOI) banyak digunakan untuk memperkirakan bahan

organik di tanah dan sedimen danau. Kehilangan berat yang diamati pada suhu di atas

4
400 °C sebagian besar disebabkan oleh kerusakan bahan organik tanah (SOM) dan

kehilangan air struktural dari mineral lempung (Hoogsteen, et al., 2015).

Loss On Ignition (LOI) telah banyak digunakan sebagai metode untuk

memperkirakan jumlah bahan organik dan kandungan mineral karbonat (secara tidak

langsung dari karbon organik dan anorganik) dalam sedimen. Namun, analisis sampel

dari beragam litologi mengungkapkan bahwa proses analisis dipengaruhi oleh

komposisi sedimen (adanya lempung, garam, dan kandungan variabel karbon organik).

Hal ini mengakibatkan kesalahan tambahan pada estimasi kandungan karbon dari nilai

LOI yang membuat penggunaan nilai LOI sebagai metode kuantitatif untuk

memperkirakan kandungan karbon menjadi tidak valid (Mediavilla et.al, 2004).

Berat yang hilang dari sampel tanah sehubungan oksidasi bahan organik

disebut LOI (%), didapat melalui persamaan berikut ini:

LOI (%) = ((Berat105 - Berat440) / Berat105) x 100

Dimana: LOI (%) = jumlah bahan organik yang terdapat pada tanah

Berat105 = berat tanah kering oven pada suhu 105o C selama 24 jam

Berat440 = berat tanah setelah pemanasan pada suhu 440 o C selama

waktu tertentu.

Suhu 440oC pada persamaan ini berdasarkan ASTM D2974 Metode C. Pada

suhu ini diharapkan kehilangan berat mengalami keadaan konstan (Sari, 2014).

2.2. Penerapan LOI di Lingkup Industri

Metode Loss on ignition adalah metode dekomposisi bahan organik memakai

panas. Pemanasan pada suhu tinggi digunakan untuk menghilangkan bahan organik.

Sampel tanah kering oven kurang lebih 10 gram dan lolos saringan nomor 10

ditempatkan pada tanur dengan kontrol suhu yang baik. Berat yang hilang dari sampel

tanah sehubungan oksidasi bahan organik disebut LOI (%) (Sari, 2014).

5
2.2.1 Industri Semen

Semen adalah bahan pengikat senyawa hidrolisis yang jika direaksikan dengan

air akan mengikat bahan padat lain, yang membentuk suatu kesatuan massa yang

padat dan keras. Pada tahun 1978 Davidovits memperkenalkan jenis pengikat alternatif

baru yang disebut geopolimer, jenis pengikat ini telah muncul dalam bidang kontruksi

dan bangunan. Geopolimer dikenal karena sifatsifatnya yang sangat baik seperti

ketahanan api dan asam yang baik, kekuatan tekan yang tinggi dan penyusutan

rendah. Bahan ini didasarkan pada prekursor alumina silika yang diaktifkan dengan

alkali hidroksida dan penambahan alkali silikat untuk mengontrol komposisi kimia (Li,

Ma, Zhang, & Zheng, 2013).

Geopolimer merupakan polimer anorganik yang dihasilkan dari mineral yang

mengandung sejumlah besar alumina silika dengan larutan alkali yang memiliki

kereaktifan tinggi. Geopolimer juga lebih mudah mencapai kekerasan/kekuatan, dan

memiliki ketahanan termal yang baik, keuntungan yang dimiliki geopolimer membuat

bahan ini mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai bahan alternatif dalam

pembuatan semen dibidang kontruksi. Semen geopolimer disintesis dengan

mereaksikan bahan yang kaya akan sumber alumina silika dengan larutan alkali

aktivator sehingga meghasilkan material pasta geopolimer dengan kekuatan mengikat

seperti pasta semen. Sumber alumina silika dapat diperoleh dari tanah napa

(Davidovits,1991).

Sodium silikat berfungsi untuk mempercepat reaksi polimerisasi sedangkan

natrium hidroksida berfungsi untuk mereaksikan unsur-unsur Al dan Si sehingga

menghasilkan ikatan polimer yang kuat (Amin,2017). Dalam proses pembuatan semen

geopolimer berbasis tanah napa ada beberapa analisa yang dapat dilakukan yaitu

analisa kehalusan butiran semen dan hilang pijar (LOI).Kehalusan butiran semen

6
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kecepatan reaksi dengan

airyang mempengaruhi kualitas semen (Nofrita,2012).

Suatu sampel semen yang memiliki nilai LOI yang lebih tinggi, akan

membutuhkan bahan baku pembuat klinker yang relatif lebih sedikit. Hal tersebut

bertujuan guna mengurangi inefesiensi proses pembuatan semen akibat zat tambahan

(limestone filler, mineral in compound, dan fly ash) yang dapat terurai saat pemijaran

berlangsung. Selain itu, kebutuhan bahan baku klinker yang sedikit akan

menguntungkan perusahaan karena dapat menekan biaya, waktu produksi dan

mengurangi pencemaran lingkungan akibat CO2 yang dihasilkan (Imam, 2019).

2.2.2 Industri Nikel

Bijih Nikel laterit merupakan salah satu sumber daya mineral yang melimpah di

Indonesia. Banyak bahan paduan yang dibuat berbasis bahan nikel karena memiliki

kekuatan struktur terhadap proses creep, fatigue dan kestabilan permukaan (oksidasi

dan korosi) pada suhu tinggi seperti digunakan pada mesin pesawat dan turbin gas

pembangkit listrik (Mabruri, et al., 2008; Sujiono, 2014). Mayoritas sumber nikel dunia

yang telah diketahui mengandung laterit. Bijih laterit normalnya diklasifikasikan dalam

dua jenis: the highiron-lateriteore dan high-magnesia lateriteore (Pan, et al., 2012).

Nikel merupakan logam keras berwarna putih keperakan berkilau yang kuat,

ulet, dan tahan terhadap panasserta korosi membuatnya sangat berguna untuk

pengembangan berbagai macam bahan dari kabel, koin hingga peralatan militer.

Analisis kehalusan butiran nikel dan hilang pijar (LOI) mempengaruhi kualitas Nikel

yang dihasilkan. Kehalusan butiran nikel memiliki tingkat kekerasan lebih tinggi

dibandingkan semen (Ningsih, 2012).

7
2.3. Dolomit

Dolomit adalah mineral yang berasal dari alam yang mengandung unsur hara

magnesium dan kalsium berbentuk tepung dengan rumus kimia CaMg(CO 3)2. Dolomit

merupakan gabungan mineral dan batuan. Dolomit adalah calcium-magnesia

carbonate yang mempunyai calcite dan limestone (batu kapur). Dolomit dapat bewarna

putih, bewarna terang seperti pink, kuning, maupun tidak bewarna. Dolomit memiliki

hardness 3,5-4 dan hanya akan bereaksi dengan asam jika dipanaskan atau dalam

bentuk serbuk. Dolomit merupakan dua garam karbonat yaitu CaCO 3 dan MgCO3.

Gabungan kedua garam tersebut adalah CaO. MgO dengan titik lebur 2300 0C sehingga

mempunyai sifat refraktori yang sangat baik. Penyebaran dolomit yang cukup besar

terdapat di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan

Madura dan Papua. Di beberapa daerah sebenarnya terdapat juga potensi dolomit,

namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan

batu gamping. (Harjanto,1980).

Komposisi dolomit yang berbeda-beda disebabkan oleh mineral tersebut yang

terbentuk dari alterasi atau diagenesis batugamping oleh pengaruh larutan yang

mengandung ion-ion magnesium. Dolomit yang termasuk endapan sekunder ini

merupakan endpan yang paling penting dan paling umum dijumpai. Pemakai utama

dolomit ialah industri-industri refraktori, besi-baja dan agregat atau konstruksi. Mineral

dolomit juga dapat diolah lebih lanjut menjadi produk magnesium karbonat dan

kalsium karbonat sebagai bahan pengisi beragam produk industri (Harjanto, 1980).

Menurut teori, dolomit yang murni yaitu mengandung 45,7% MgC0 3, 25,9%

MgO, 54,3% CaCO3 dan 30,4% CaO. Penerapan dolomit yang mempunyai nilai

ekonomi, yaitu dolomit yang mengandung konsentrasi karbonat atau oksida

bermacam-macam. Batugamping yang mengandung MgCO 3 kurang dari 15% biasanya

8
disebut batugamping magnesium daripada batugamping dolomitan (Djuhariningrum

dan Rusmadi, 2004).

9
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.

3.1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan merupakan perangkat yang digunakan pada saat melakukan

percobaan di Laboratorium dan juga faktor pendukung berjalannya praktikum.

3.1.1 Alat

1. Agate mortar, alat ini digunakan untuk menggerus sampel sesuai dengan

tingkat kehalusan yang dibutuhkan. Sampel yang digerus harus membuahkan

hasil yang sangat halus. Lama penggerusan sangat tergantung dari jenis bahan

dan kekuatan penggerus.

Gambar 3.1 Agate Mortar

2. Mortar besi, fungsi dari alat ini sama dengan agate mortar, yang membedakan

hanya ukuran sampel yang akan digerus pada alat ini yaitu masih berukuran

bongkah. digunakan untuk mengubah ukuran sampel menjadi lebih kecil,

sehingga lebih memudahkan untuk dilakukan penggerusan.

10
Gambar 3.2 Mortar Besi

3. Sendok spatula, alat ini berfungsi untuk mengambil atau memindahkan sampel

yang telah halus. Sendok spatula digunakan agar lebih memudahkan ketika

ingin mengambil dan memindahkah sampel.

Gambar 3.3 Sendok Sampel

4. Cawan porselen, cawan ini digunakan sebagai wadah untuk menyimpan sampel

yang telah halus ketika akan di timbang ataupun dipanaskan. Cawan ini juga

dapat menahan panas agar kuat apabila dimasukkan ke dalam alat pemasan.

11
Gambar 3.4 Cawan Porselen

5. Furnace, alat ini digunakan untuk memanaskan sampel yang bertujuan

menghilangkan kandungan sampel seperti H2O maupun kandungan lainnya.

Sampel yang dimasukkan ke dalam alat ini, dipanaskan dalam waktu dan suhu

tertentu sesusai dengan sampel yang digunakan.

Gambar 3.5 Furnace

6. Platik c-tik, plastik ini digunakan untuk menyimpan sampel yang telah

dihaluskan. Plastik ini juga dapat digunakan untuk menyimpan sampel dalam

waktu lama.

12
Gambar 3.6 Platik c-tik

7. Neraca analitik, alat ini digunakan untuk menimbang massa sampel. Sampel

yang bisa diukur pada alat ini dapat berupa sampel padat maupun sampel cair.

Ketelitian sebuah neraca analitik sangat tinggi, sehingga tingkat akurat dari

hasil penimbangan sangat baik.

Gambar 3.7 Neraca Analitik

8. Penjepit cawan, penjepit ini berfungsi sebagai alat untuk memindahkan cawan

yang masih panas dari furnace ke alat pendingin. Penjepit ini sangat berguna

agar tangan tidak terkena panas secara dari alat furnace.

13
Gambar 3.8 Penjepit cawan

9. Desikator, alat ini berfungsi untuk mendinginkan sampel yang baru saja

dikeluarkan dari alat furnace.

Gambar 3.9 Desikator

3.1.2 Bahan

1. Sampel, sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel dolomit.

Sampel dolomit akan dipanaskan dalam waktu dan suhu tertentu untuk

menghilangkan kandungan H2O dalam sampel serta menghilangkan kandungan

senyawa CaCO3 dalam sampel dolomit.

14
Gambar 3.10 Sampel dolomit

2. Alkohol, cairan ini digunakan untuk menetralisirkan alat-alat yang telah

digunakan agar bahan tidak tercampur dengan bahan yang masih melekat pada

alat. Campuran bahan lain akan mengurangi tingkat akurasi pada saat proses

pemanasan.

Gambar 3.11 Alkohol

3. Tisu, tisu pada praktikum ini digunakan untuk membersihkan alat-alat dari

bahan yang masih tersisa. Alat yang masih basah setelah dilakukan pencucian

dilap menggunakan tisu agar lebih bersih.

15
Gambar 3.12 Tisu

3.2 Prosedur Percobaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada analisis LOI sampel dolomit

menggunakan alat furnace sebagai berikut.

1. Siapkan sampel yang akan di analisis. Sampel yang digunakan adalah sampel

dolomit. Sampel pada praktikum ini berukuran bongkah sehingga sampel harus

dihancurkan terlebih dahulu menggunakan mortar besi agar lebih mudah untuk

dilakukan penggerusan.

Gambar 3.13 Penghancuran sampel

2. Pindahkan sampel ke agate mortar, kemudian gerus sampel yang telah

berukuran kecil hingga mencapai tingkat kehalusan yang dibutuhkan.

16
Gambar 3.14 Penggerusan sampel

3. Setelah sampel halus, pindahkan sampel ke dalam cawan kemudian timbang

pada neraca analitik. Penimbangan yang dilakukan terlebih dahulu yaitu

menimbang cawan kosong yang belum terisi sampel, setelah ditimbang, 0-kan

kembali timbangan kemudian masukkan sampel ke dalam cawan dan hitung

berat cawan ditambah sampel yang telah dimasukkan. Setelah di timbang,

keluarkan cawan dari timbangan dan tutup cawan yang berisi sampel.

Gambar 3.15 Penimbangan cawan

4. Masukkan sampel ke dalam alat furnacae untuk dilakukan pemanasan. Suhu

yang digunakan pada saat pemanasan yaitu 1000 Oc dengan rentang waktu 2

jam.

17
5. Setelah timer alat furnace berbunyi, keluarkan cawan menggunakan penjepit

cawan dengan tangan yang menggunakana sarung tangan agar tidak terkena

langsung hawa panas alat furnace.

Gambar 3.16 Pengambilan sampel dari


furnace

6. Setelah di keluarkan, masukkan cawan sampel ke desikator untuk dilakukan

proses pendinginan.

Gambar 3.17 Proses pendinginan sampel

7. Setelah sampel dingin, timbang kembali sampel menggunakan neraca analitik

untuk menghitung berat sampel setelah dipanaskan.

18
Gambar 3.18 Menimbang
sampel setelah dipanaskan

8. Setelah semua prosedur dilakukan dan data yang dibutuhkan telah didapatkan,

bersihkan kembali alat-alat yang telah digunakan agar alat tersebut tidak

mudah rusak karena adanya sisa-sisa bahan yang melekat pada alat.

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil yang di peroleh dari analisis yang telah dilakukan berupa data-data yang

akan di proses lebih lanjut.

4.1.1 Data Percobaan

Berikut ini data-data yang didapatkan berdasarkan analisis yang telah

dilakukan.

Tabel 4.1 Data Percobaan


No Berat Berat Awal Berat Setelah Berat Residu
No. Sampel
. Cawan (gr) Sampel (gr) Pemanasan (gr) Sampel (gr)
1. BP-R3 11,29 1 11,87 0,58

Keterangan:

Data penimbangan cawan kosong = 11,29 gr

Data penimbangan sampel dolomit = 1 gr

Data penimbangan berat sampel setelah pemanasan = 11,87 gr

Data Penimbangan Berat Residu sampel = berat sampel setelah pemanasan – berat

cawan

= 11,87 gr – 11,29 gr

= 0,58 gr

4.1.2 Perhitungan

Perhitungan yang dilakukan pada analisis LOI (Loss On Ignition) menggunakan

rumus persentase untuk analisis bahan organik karena sama-sama mencari persentase

dari bahan yang telah dipanaskan dengan suhu tinggi. Berikut ini perhitungan data

berdasarkan data yang telah didapatkan pada saat praktikum.

20
%LOI =(Berat cawan+Berat awal sampel)–(Berat cawan+Berat residu X 100%
sampel)

(Berat cawan+Berat awal sampel)–Berat cawan

%LOI = (11,29 gr + 1 gr) – (11,29 gr + 0,58 gr)


X 100%
(11,29 gr +1 gr) – 11,29 gr

%LOI = 0,42 ×100%

%LOI = 42%

4.2. Pembahasan

Berdasarkan data dan perhitungan yang dilakukan, maka didapatkan berat

residu sampel setelah mengurangi berat sampel setelah pemanasan dengan suhu

10000C dan durasi 2 jam dengan berat cawan sehingga diperoleh 0,58 gram. Setelah

itu dilakukan perhitungan analisis LOI dengan menggunakan rumus yang ada sehingga

diperoleh hasil 42%. Hasil ini tergolong cukup besar dikarenakan adanya beberapa

faktor.

Faktor yang pertama ialah sampel yang digunakan mengandung banyak kadar

air. Sampel yang digunakan pada praktikum ini yaitu sampel dolomit dan setelah

melakukan pemanasan, kandungan H 20 pada sampel tersebut mengalami penguapan

sehingga kadar air yang terkandung dalam sampel menjadi hilang.

Faktor yang kedua ialah pengaruh waktu pemanasan. Waktu pemanasan yang

dilakukan pada praktikum ini ialah selama 2 jam. Waktu pemanasan akan

memengaruhi banyak tidaknya kandungan air yang hilang pada sampel tersebut.

Semakin lama waktu pemanasan yang dilakukan maka semakin banyak pula

kandungan air yang akan hilang pada sampel dan begitupula sebaliknya.

21
Faktor selanjutnya ialah pengaruh suhu. Suhu yang digunakan pada saat pemanasan

ialah sebesar 10000C dikarenakan suhu tersebut sudah cukup untuk sampel dolomit

menghilangkan kadar airnya. Begiupula sampel-sampel yang lain memiliki suhu

tertentu agar dapat melakukan penguapan sehinggan kadar air yang terkandung pada

sampelnya akan hilang.

22
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Alat furnace memiliki kegunaan untuk memanaskan sampel pada suhu tertentu

yang bertujuan untuk mengilangkan kadar air yang terkandung pada sampel.

2. Tahapan pada proses pemanasan sampel dolomit ialah menyiapkan sampel

bubuk dengan menggerus sampel kemudian dipindahkan ke dalam cawan dan

menimbang sampel dengan neraca analitik lalu memasukkannya ke dalam alat

furnace dengan suhu 10000C dengan durasi selama 2 jam. Setelah itu

dikeluarkan dan didinginkan pada desikator dan kembali menimbang sampel

untuk mengetahui perubahan berat pada sampel.

3. Persentase massa sampel dolomit yang hilang setelah dilakukan pemanasan

ialah sebesar 42%.

5.2. Saran

5.2.1 Saran untuk Asisten

Praktikum acara I tentang analisis LOI yang dilaksanakan telah berjalan dengan

baik, namun sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum, praktikan dibekali dengan modul

praktikum agar praktikan lebih mudah memahami materi yang akan dipraktikumkan.

5.2.2 Saran untuk Laboratorium

Saran saya untuk laboratorium ialah sebaiknya alat-alat praktikum dilengkapi

agar praktikan dapat memahami materi lebih dalam lagi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abella, S.R. & Zimmer, B.W. 2007. Estimating organic carbon from loss‐on‐ignition in

northern Arizona forest soils. Soil Science Society of America Journal, 71, 545–

550.

Amin, M. (2017). Pembuatan semen geopolimer ramah lingkungan berbahan baku

mineral basal guna menuju lampung sejahtera . Jurnal Inovasi Pembangunan,

05 No. 01, 35–36.

Ball, D. F., 1964. Loss-on-ignition as an estimate of organic matter and organic carbon

in non-calcareous soils. J. Soil Sci. 15: 84–92.

Davidovits, J. (2011). Geopolymers - Inorganic polymeric new materials. Journal of

Thermal Analysis, 37(8), 1633–1656.

Dean W.E. 1974. Determination of carbonate and organic matter in calcareous

sediments and sedimentary rocks by loss on ignition: comparison with other

methods. J. Sed. Petrol. 44: 242–248.

Djuhariningrum, T dan Rusmadi. 2004. Penentuan Kalsit dan Dolomit Secara Kimia

dalam Batugamping. Madura. Earle, S., 2015. Physical Geology. B.C. C

Harjanto, S. 1980. Dolomit dan Penggunaanya. Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara

dan Panas Bumi. Bandung: Direktorat Sumber Daya Mineral.

Imam Farid hidayat, 2019 Analisis Loss On Ignition and Insoluble Residue Pada Sampel

Semen PT.Solusi Bangun Indonesia tbk. Universitas Pertamina. Jakarta Selatan.

Li, X., Ma, X., Zhang, S., & Zheng, E. (2013). Mechanical properties and microstructure

of class C fly ash-based geopolymer paste and mortar. Materials , 6(4), 1485–

1495.

24
Mediavilla, Rosa, Juan I. Santisteban, dan Cristino J. Dabrio. 2004. Loss On Ignition: a

qualitative or quantitative method for organic matter and carbonate mineral

conten in sediments?. Journal of Paleolimnology. 32, 287–299

MJJ Hoogsteen, EA Lantinga, EJ Bakker & PA Tittonell (2018) Evaluasi Metode Loss-on-

Ignition untuk Menentukan Kandungan Bahan Organik Tanah dari Tanah

Berkapur, Komunikasi dalam Ilmu Tanah dan Analisis Tanaman, 49:13, 1541-

1552.

MJJ Hoogsteen, 2015. “estimating soil organic carbon through loss on ignition ”, Jurnal

Eropa Ilmu Tanah, Universitas Wageningen dan Pusat Penelitian,

Droevendaalsesteeg 1, 6708 PB, Wageningen.

Ningsih T, Chairunnisa R. 2012. Pemanfaatan Bahan Additive Abu Sekam Padi pada

Semen Portland PT. Semen Baturaja (Persero) . Jurnal Teknik Kimia, 18(4):59-

67.

Nofrita, R. (2012). Karakteristik Uji Blaine, Konsistensi Normal, dan Waktu Pengikatan

Semen yang Menggunakan Tanah Napa sebagai Bahan Additive. FMIPA

Universitas Negeri Padang. Padang

Sari, Tiara Asmika, Warsito Atmodjo dan Rina Zuraida. 2014. Studi bahan organik total

(bot) sedimen dasar laut di Perairan Nabire, Teluk Cendrawasih, Papua . jurnal

oseanografi, 3(1), 81-86.

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai