Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

ANALISIS PENAMBANGAN TIMAH PUTIH DI PT. TIMAH INDONESIA DENGAN


METODE PENAMBANGAN BAWAH AIR (UNDER WATER MINING)

Disusun oleh :

Sofi Isnaini
2131340011
1 TPB 2

POLITEKNIK NEGERI MALANG


JURUSAN TEKNIK SIPIL PRODI D3 TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
TAHUN 2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


PT. TIMAH sebagai Perusahaan Perseroan milik negara yang dibangun pada tanggal
2 Agustus 1976, dimana perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan timah dan telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1995. PT TIMAH adalah produsen dan
pengekspor logam timah dan memiliki usaha pertambangan. Timah terintegrasi mulai dari
kegiatan eksplorasi penambangan pengolahan hingga pemasaran. Sistem penambangan
yang dianut oleh PT. Timah (Persero) Tk di darat dengan sistem tamang terbuka dengan
metode semprot di laut PT. Timah (Persero) Tk menggunakan kapal keruk (KK) dan kapal
keruk produksi (KIP).
Belakangan, penambangan timah di darat semakin sulit untuk dieksploitasi dan medan
yang sulit memuat eksploitasi pasir timah pergi ke laut. Saat ini Indonesia aktif melakukan
kegiatan penambangan bawah laut khususnya di perairan pulau Bangka dan Belitung.
Bahan baku yang banyak dicari ini terutama pasir timah dan logam berat. Kedalaman
eksploitasi gumuk pasir ini sekitar 5080 meter di atas permukaan laut. Teknik operasi ini
termasuk kapal keruk timah selain itu kapal keruk dapat digunakan. Penambangan timah
ini juga dilakukan di Thailand dan Malaysia negara-negara yang terkenal dengan jalur
mineralisasi timah dan kobaltnya. Sedangkan di Namimbie dan Afrika Selatan logam yang
banyak dicari adalah intan/permata dan mineral berat lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana proses penambangan PT. Timah dengan menggunakan metode
penambangan bawah air?
1.2.2 Alat apa saja yang digunakan dimetode penambangan bawah air?
1.2.3 Dampak apa saja yang bisa timbul dari metode penambangan bawah air yang
dilakukan oleh PT. Timah?
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah analisis
penambangan timah putih di PT. Timah Indonesia deangan metode bawah air (under
water mining).
1.4 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Untuk mengetahui proses penambangan PT. Timah dengan menggunakan metode
penambangan bawah air.
1.4.2 Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan di metode penambagan bawah air.
1.4.3 Untuk mengetahui dampak saja yang bisa timbul dari metode penambangan bawah air
yang dilakukan oleh PT. Timah.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dalam kegiatan ini yaitu :
1.5.1 Bagi Perusahaan
1.5.1.1 Digunakan sebagai bahan evaluasi bagi PT. Timah dalam kegiatan penambangan.
1.5.1.2 Digunakan sebagai sarana memperkenalkan PT. Timah dalam ramah Pendidikan salah
satunya Jurusan Teknik Sipil Program Studi D3 Teknologi Pertambangan Politeknik
Negeri Malang.
1.5.1.3 Merupakan wujud nyata bagi PT. Timah dalam Corporate Social Respontibility yaitu
mengembangkan atau berpartisipasi dalam bidang Pendidikan.
1.5.2 Bagi Perguruan Tinggi
1.5.2.1 Menjalin hubungan yang baik antara Politeknik Negeri Malang dengan PT. Timah.
1.5.2.2 Meningkatkan kualitas dan mutu mahasiswa atau mahasiswinya terutama dalam
bidang Pertambangan.
1.5.2.3 Menjadi sumber referensi mahasiswa atau mahasiswi lain dalam mengerjakan proposal,
laporan kerja praktik, dan tugas akhir ataupun skripsi.
1.5.3 Bagi Mahasiswa
1.5.3.1 Memahami kegiatan – kegiatan yang dilakukan saat di dunia kerja khususnya di PT.
Timah.
1.5.3.2 Menambah bekal dan pengalaman serta wawasan mahasiswa tentang dunia
Pertambangan khususnya di PT. Timah.
1.5.3.3 Dapat meningkatkan hardskill dan softskill di dunia kerja yang sebelumnya didapat di
bangku perkuliahan. Yang diharapkan untuk menyiapkan fisik dan mental saat terjun
ke dunia kerja.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Timah Putih

Timah putih (Sn) merupakan logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang
rendah, berat jenis 7,3, juga bersifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Logam
timah putih bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah didapat dari mineral kasiterit
yang terbentuk sebagai oksida, tidak mudah teroksidasi, sehingga tahan karat.
Indonesia sebagai produsen timah terbesar di dunia, mengalami pasang surut dalam
penambangan timah. PT. Timah sebagai produsen timah terbesar, di awal 90-an
merestrukturisasi dengan mengurangi jumlah karyawan dan membebaskan sebagian dari
area pertambangan berlisensi. Namun, dengan kenaikan harga timah di pasr dunia
belakangan tahun terakhir dan sumber daya timah masih di alam, wilayah penambangan
timah yang sebelumnya sebagian ditutup telah ditambang kembali oleh pelaku usaha
pertambangan timah putih ataupun masyarakat.
Penambangan timah putih telah berlangsung selama kurang lebih 200 tahun, yaitu sejak
zaman pendudukan Belanda. Setelah kemerdekaan, konsensi tetap dimiliki oleh PT. Timah
dan PT. Koba Tin, yang beroperasi terutama di Pulau Karimun, Kundur, Singkep, belitung
dan Bangka, penambangan dilakukan baik di darat maupun di lepas pantai. Prosepek
penambangan timah masih sangat menjanjikan. Pertambangan oleh penduduk setempat
dengan peralatan sederhana marak dilakukan di wilayah pulau-pulau penghasil timah
tersebut.
Penggunaan timah sebagai paduan logam dimuali sejak 3.500 tahun SM, sebagai logam
murni yang telah digunakan sejak 600 SM. Kebutuhan timah putih di dunia per tahun
adalah 360.000 ton. Logam timah putih mempunyai sifat mengkilap, mudah dibentuk dan
dapat ditempa (malleable), tidak mudah teroksidasi oleh udara sehingga tahan terhadap
karat. Kegunaan timah antara lain, untuk pelapisan logam lain dengan tujuan anti karat,
bahan solder, bahan kerajinan untuk souvenir, bahan paduan logam, serta casing
handphone. Selain itu, timah juga digunakan dalam industri farmasi, kaca, agrokimia,
pelindung kayu dan isolator.
Timah adalah logam yang ramah lingkungan, penggunaannya dalam pengalengan
tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Kebanyakan penggunaan timah untuk
pelapisan/perlindungan, dan paduan logam dengan logam lain, seperti timbal dan seng.
Konsumsi timah putih di dunia untuk pelat menyerap sekitar 34%, dan untuk solder 31%.
Penambangan timah putih pada tahun dilakukam dengan beberapa cara yaitu dengan
semprot, menambang dengan excavator, atau menggunakan kapal keruk untuk
penambangan endapan aluvial darat yang luas dan dalam serta endapan timah lepas pantai.
PT. Timah menggunakan kapal keruk unruk melakukan penambangan cebakan timah
aluvial lepas pantai. Kapal keruk digunakan untuk penambangan cebakan timah aluvial
lepas pantai yang berada di kedalaman sekitar 15-50 meter. Penambangan menggunakan
metode semprot dilakukan pada endapan timah aluvial darat yang sebarannya tidak luas
serta relatif dangkal. Penambangan juga dilakukan dengan cara shovel/excavator untuk
menambang cebakan timah putih tipe residu, yang merupakan tanah lapukan bijih primer,
yang berada di lereng daerah perbukitan.
Pada masyarakat umum penambangan menggunakan cara semprot. Sedangkan, pada
penambangan yang dilakukan oleh satu atau dua orang menggunakan peralatan sederhana,
yaitu sekop, saringan dan dulang, dan ada beberapa penambamng masyarakat di lepas
pantai menggunakan alat pompa hisap dan perahu. Kebanyakan penambangan dilakukan
di wilayah bekas tambang. Tailing yang dianggap tidak memiliki nilai ekonomis diolah
kembali untuk diambil kandungan timah putihnya.
Pasir timah yang berada di alam masih tercampur dengan mineral-mineral lainnya.
Pemisahan timah secara fisik menggunakan gravitasi dengan bentuk mineral kasiterit. Pada
proses pemisahan menggunakan sluice box, spiral, dan meja goyang. Pemisahan dengan
cara separator magnetik dilakukan untuk mineral yang bersifat magnetik dan bukan
magnetik. Sedangkan dengan cara separator tegangan tingi dilakukan untuk mineral yang
bersifat konduktor dan bukan konduktor.
Pusat Pencucian Biji Timah (Washing Plant) adalah proses untuk meningkatkan kadar
bijih timah atau konsentrat yang berkadar rendah. Agar memenuhi persyaratan perleburan
bijih timah harus melalui proses tersebut untuk meningkatkan kadar (Sn) dari 20-30% (Sn)
menjadi 72% (Sn). Untuk mendapatkan produk akhir berupa logam timah berkualitas
dengan kadar (Sn) yang tinggi serta pengotor (impurities) yang rendah bijih timah harus
melalui proses peningkatakan kadar biji timah, baik yang berasal dari lepas pantai ataupun
dari darat.
Pemisahan konsentrat menghasilkan kasiterit untuk dilebur dan memperoleh mineral-
mineral ikutan. Zirkon, monasit, ilmenit, dan xenotim, serta mineral-mineral lainnya
adalah produk sampingan dari hasil pemisahan secara fisik yang mempunyai nilai
ekonomis. Pada kegiatan pertambangan di PT. Timah dan PT. Koba Tin, menyimpan
mineral ikutan yang belum dimanfaatkan pada stock pile.
Konsentrat yang didapat dari pemisahan yang mempunyai kadar (Sn) 72%, dilebur pada
smelter timah putih. Biji timah yang sudah dipekatkan selanjutnya dipanggang sampai
arsen dan beleranhg dipisahkan dalam bentuk oksida-oksida yang mudah menguap.
Selanjutnya, biji timah yang sudah dimurnikan direkdusi bersama karbon. Dan timah cair
yang sudah terkumpul di dasar tanur dialirkan ke dalam cetakan untuk mendapat timah
batangan.
Proses peleburan adalah proses meleburnya biji timah menjadi logam timah. Proses
pemurnian dengan alat pemurnian yang disebut crystallizer membuat logam timah
memiliki kualitas yang lebih tinggi. Produk yang diperoleh yaitu, logam timah dalam
bentuk batangan dengan berat 16-26 kg. Selain dalam bentuk batangan, produk yang
dihasilkan juga bisa dibentuk sesuai permintaan konsumen serta memiliki merek dagang
yang terdaftar di London Metal Exchhange (LME).

2.2 Tinjauan Tentang Penambangan

Timah telah lama menjadi sumber daya alam utama di Pulau Bangka Belitung. Jumlah
biji timah yang terkandung di daerah ini adalah yang tertinggi dibandingkan dengan banyaknya
jumlah timah di daerah lain di Indonesia. Bahkan secara global, prosuksi timah di Indonesia
sangat mempengaruhi harga pasar dunia. Dalam sejarah penambangan timah banyak terjadi
perkembangan yang sangat penting. Proses penambangan timah banyak terjadi perkembangan
timah menjadi lebih efisien dan efektif berkat kemajuan teknologi penambangan. Sejak dulu,
teknik penambangan timah yang terjadi di Bangka Belitung tercatat dengan berbagai teknik.
Proses ekstraksi timah melibatkan beberapa tahapan yang dilakukan secara cermat, yaitu oleh
PT. Timah disebut Penambangan Timah Terpadu.

Eksplorasi adalah kegiatan penelitian dan analisis yang sistematis serta bertujuan untuk
menentukan cadangan bijih timah. Dalam operasionalnya kegiatan eksplorasi melibatkan
beberapa komponen, seperti pemetaan surveyor aland, lubang bor kecil, pengambilan sampel
timah dengan pemboran tanah, dan laboratorium analitik. Eksplorasi menentukan kemajuan
suatu proses penambangan timah.

Didalam proses penambangan timah dikenal dua jenis penambangan di Bangka


Belitung, yaitu penambangan lepas pantai dan penambangan timah darat. Penambangan lepas
pantai, perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksi didaerah lepas
pantai (off shore). Sedangkan pada penambangan timah darat proses penambangan timah
aluvial menggunakan pompa semprot (grvel pump).

Timah diproses dari bijih timah yang diperoleh dari batuan atau mineral timah (kasiterit
(SnO2)). Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian proses yang
terbilang rumit, adapun proses pengolahan mineral timah, yatitu:

• Washing/pencucian.
• pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar.
• Pemisahan berdasarkan berat jenis.
• Pengolahan tailing.
• Proses pengeringan.
• Klasifikasi.
• Pemisahan mineral ikutan.
• Proses pre-smelting.
• Proses peleburan/smelting.
• Proses pemurnian/refining.
• Pencetakan.

Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk mempenuhi pasar luar negeri
atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor logam
timah, yaitu Jepang, Korea, Taiwan, Cina, Singapura, Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol,
Italia, Amerika, Kanada.

Dengan menerapkan good mining practice, PT. Timah mengacu pada pedoman praktik
pertambangan yang baik dan secara efektif dan efisien melaksanakan tanggung jawab
reklamasi lahan pascatambang. Biasanya kegiatan penambangan hanya dilakukan di enam
lokasi yang mendapat izin eksploitasi dari perusahaan dan di kawasan non-hutan lindung. PT.
Timah juga telah mengembangkan konsep penghijauan industri dengan memilih pohon-pohon
produktif seperti pohon karfet yang berkualitas untuk ditanam masyarakat, dan diharapkan
dengan konsep Hutan Tanaman Industri (HTI) masyarakat lebih tertarik untuk melakukan
pemeliharaan dengan dukungan penyediaan pupuk dan peralatan lainnya dari PT. Timah.
Tanaman yang tumbuh dalam proses permudaan merupakan tanaman tingkat tinggi yang dapat
dinikmati dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, yaitu 26 tahun setelah tanam.
2.3 Tinjauan Tentang Metode Penambangan Bawah Air (Under Water Mining)

Penambangan bawah laut (under water mining) merupakan proses pengambilan


mineral yang relatif baru terjadi di bawah dasar laut. Penambangan laut biasanya terletak di
sekitar area nodul polimetalik atau lubang hidrotermal yang aktif dan punah sekitar 1.400-
3.700 meter di bawah permukaan. Ventilasi laut menghasilkan endapan sulfida, yang
didalamnya mengandung logam mulia misalnya, perak, emas, tembaga, mangan, kobalt, dan
seng. Ditambang menggunakan pompa hidrolik atau sistem ember yang membawa bijih ke
permukaan untuk diproses. Sama halnya dengan semua operasi penambangan, penambangan
laut dalam dapat menimbulkan pertanyaan tentang potensi dampak lingkungan di daerah
sekitarnya. Kelompok lingkungan seperti Greenpeace berpendapat bahwa penambangan
bawah laut tidak boelh diizinkan pada sebagian besar lautan dunia karena berpotensi merusak
ekosistem bawah laut.

Penambangan bawah laut (under water mining) merupakan suatu metode penambangan
yang kegiatan penambangannya dilakukan di bawah permukaan air atau endapan mineral
berharga yang berada di bawah permukaan air. Tergantung pada jenis peralatan yang
digunakan itu dibagi menjadi empat kategori, yaitu menggunakan kapal keruk laut dalam (>
50 meter), menggunakan kapal keruk hidrolik, menggunakan kapal keruk dengan jaring tarik
(drag net), menggunakan kapal isap laut dalan.

Bahan baku ditemukan dalam berbagai bentuk pada dasar laut, kebanyakan dalam
konsentrasi yang lebih tinggi dari tambang yang ada di darat.

Jenis deposit mineral Kedalaman rata-rata Sumber yang ditemukan

Nodul polimetalik 4000-6000 meter Nikel, tembaga, kobalt, dan


mangan.

Kerak mangan 800-2400 meter Kobalt, vanadium, molibdenum,


dan platinum

Deposito sulfida 1400-3700 meter Tembaga, timah, seng, emas dan


perak
Terdapat dua bentuk utama penambangan direncanakan untuk operasi skala besar, yaitu
continous line bucket (CLB) dan sistem vakum hidraulik. Metode pengumpulan nodul yang
disukai adalah sistem CLB karena bekerja seperti ban berjalan, pergi dari dasar laut ke
permukaan dimana platform kapal atau pertambangan ekstak mineral diinginkan berada, dan
mengembalikan tailing ke laut. Mesin hisap penambangan hidrolik menurunkan pipa ke bawah
laut yang mengirim nodul ke kapal penambangan. Pipa lain menghubungkan kapal ke dasar
laut, membawa kembali tailing ke daerah lokasi tambang.

Metode tambang bawah air dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Metode tambang untuk air dangkal: bucket dredging, suction dredging, grab dreging,
mobile platform.
2. Metode tambang untuk bawah laut: system hydraulic, system continous line bucket
(CLB), system modular/shuttle mining.

Karena penambangan bawah laut merupakan bidang yang relatif baru, konsekuensi penug
dari operasi penambangan skala besar tidak diketahui. Tetapi, beberapa peneliti mengatakan
mereka percaya bahwa menghilangkan bagian dari bawah laut akan menyebabkan gangguan
lapisan bentik, meningkatkan toksisitas kolam air dan sedimentasi gumpalan lumpur. Selain
dampak langsung dari penambangan di daerah tersebut, sejumlah peneliti dan aktivis
lingkunagan telah menyatakan keprihatinannya bahwa kebocoran, tumpahan, dan korosi dapat
mengubah komposisi kimia di lokasi penambangan.

Dari efek penambangan bawah laut, gumpalan sedimen cenderung memiliki dampak
yang besar. Bulu tercipta karena tailing dari penambangan dilepaskan ke laut, menciptakan
awan partikel yang mengambang di air. Ada dua jenis bulu, yaitu bulu tertutup dan bulu
permukaan. Bulu tertutup terjadi ketika tailing dipompa ke area tambang. Partikel yang
meningkatkan kekeruhan dan menyumbat filter pakan yang dipakai oleh organisme bentik.
Bulu-bulu yang ada di permukaan mengakibatkan permasalahan yang serius, tergantung
ukuran partikel dan aliran air yang membuat bulu bisa menyebar di wilayah yang luas. Bulu
dapat mempengaruhi zooplankton dan penetrasi cahaya, sehingga mempengaruhi jaring-jaring
makanan di daerah tersebut.

Ada banyak potensi masalah lingkungan yang terkait dengan eksploitasi sumber daya
laut. Dampak yang paling signifikan kemungkinan akan datang dari tambang pengerukan dasar
untuk menemukan berbagai jenis mineral laut. Selama penambangan kapal keruk menggali
jauh ke bawah laut, menghancurkan habitat hewan dan membunuh ikan dan invertebrata. Efek
ini juga berlaku untuk kapal keruk di pelabuhan dan alur yang digunakan untuk menjaga jalur
laut tetap bersih untuk lalu lintas maritim. Memperbaiki kerusakan jenis ini hampir tidak
mungkin karena sifat tambang bawah iar. Jika suatu daerah menjadi sarana lautan intens
penambangan lantai, kemungkinan besar masyarakat yang tinggal disekitar pantai dapat
musnah.

Masalah lain yang berhubungan dengan penambangan bawah laut adalah gumpalan
sedimen. Setelah sedimen kembali ke bawah laut itu dapat membuat air keruh dan mengurangi
jumlah cahaya yang tersedia untuk organisme laut berfotosintesis. Sedimen juga dapat
mengirimkan logam berat yang larut dalam air yang terakumulasi dalam rantai makanan yang
membuat rugi hewan laut.

Ketika lahan mineral menjadi semakin langka popularitas penambangan bawah laut
meningkat. Meskipun sebagian besar mineral laut masih tidak dapat diakses, kemajuan
teknologi terus menunjukkan bahwa manusia akan segera dapat mengekstraksi sumber daya
tambahan dari bawah laut. Dari sudut pandang konservasi laut, kita harus memastikan bahwa
pembangunan tersebut tidak merugikan kehidupan biota lut yang bergantung pada ekosistem
laut yang bersih dan sehat untuk keberlangsungan hidup.

2.4 Tinjauan PT. Timah Indonesia


PT. Timah sebagai Perusahaan Perseroan milik negara yang dibangun pada tanggal 2
Agustus 1976, dimana perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan timah dan telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1995. Namun, sejarah pendirian Perseroan
telah dimulai sejak pengelolaan di bawah pemerintahaan Belanda yaitu pertambangan
mineral timah di Indonesia, yang ditemukan tersebar di daratan dan di perairan disekitar
Pulau Bangka, Belitung, Singkep, Karimun, dan Kundur. Pada saat itu, penambangan timah
di Bangka dikelola oleh perusahaan milik pemerintah kolonial, Banka Tin winning Bedrijf
(BTW). Sedangkan di belitung dan Singkep, pengoperasiannya dilakukan oleh perusahaan
swasta Belanda, Gemeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Billiton (GMB) di Belitung
dan NV Singkep Tin Exploitatie Maaschappij (NV SITEM) di kawasan Singkep.
Antara tahun 1953-1958 ketiga perusahaan tersebut dinasionalisasikan menjadi tiga
Perusahaan Negara. Tahun 1961, Pemerintah membentuk Badan Pimpinan Umum (BPU)
perusahaan-perusahaan pertambangan timah negara. Tahun 1968 ketiga entitas perusahaan
bersama dengan BPU dikonsolidasikan menjadi Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah.
Sesuai Undang-undang No.9 tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 1969, pada
tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah Mentok diubah
menjadi Perusahaan Persero, di mana seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah dan
namanya diubah menjadi PT Tambang Timah (Persero) dengan Akta No.1 Tahun 1976
oleh Notaris Imas Fatimah, SH tertanggal 2 Agustus 1976.
PT. Timah adalah produsen dan pengekspor logam timah yang memiliki kegiatan usaha
pertambangan timah yang terintegritas mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan,
pengolahan, hingga pemasaran. Ruang lingkup kegiatan perusahaan mencakup
pertambangan, industri, perdagangan, pengangkutan, dan jasa. Kegiatan utama perusahaan
ialah sebagai perusahaan induk yang melakukan kegiatan penambangan timah dan
memberikan jasa pemasaran kepada kelompok usahanya. Perusahaan memiliki sejumlah
anak perusahaan yang bergerak di bidang perbengkelan dan galangan kapal, jasa rekayasa
teknis, pertambangan timah, jasa konsultasi dan penelitian pertambangan juga
pertambangan non timah.
PT. Timah memproduksi logam timah dan turunannya, sebagai produk utama, yaitu:
• Banka Tin (kadar (Sn) 99,9%)
• Kundur Tin
• Banka Low Lead atau Banka LL
• Banka Four Nine (kadar (Sn) 99,9%)
• Tin solder
• Tin Chemical

Selain itu, produk lain yang diproduksi adalah batubara ( s/d 2013).

PT. Timah memasarkan produk utama logam timah ke pasar global melalui Bursa
Timah Indonesia, yakni Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Pangsa pasar
timah Perseroan di pasar Indonesia diperkirakan sekitar 40%. Pengguna timah adalah
industri elektronik di negara Eropa, Amerika dan Afrika.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Irwandi. 2016. Geoteknik Tambang. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Suprapto, Sabtanto Joko. 2010. Potensi, Prospek, dan Pengusahaan Timah Putih di Indonesia.
Makalah Ilmiah Tidak Diterbitkan. Tersedia secara online juga di
http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul, diakses pada 16 Desember 2021

PT. Timah. 2014. Profil PT. Timah, diakses dari https://timah.com/, diakses pada 16 Desember
2021

Tikolik. 2018. Proses Penambangan Timah di Bangka Belitung, diakses dari


https://www.scribd.com/document/334622724/Proses-Penambangan-Timah-Di-
Bangka-Belitung, pada 17 Desember 2021

Assadat, Julian. 2018. Tambang Bawah Air (Under Water Mine), diakses dari
https://www.scribd.com/document/378097395/Tugas-2-Tambang-Bawah-Air-Under-
Water-Mine, pada 17 Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai