Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
Kuliah Kerja Lapangan sangat berguna pagi kepentingan mahasiswa itu
sendiri. Selain untuk menambah wawasan, juga dapat menjalin hubungan baik
antara mahasisiwa dan perusahaan tersebut. Pengalaman yang didapat juga
memberikan motivasi yang besar dan positif di kalangan mahasiswa untuk giat
belajar dan mampu bersaing secara global.
Dengan tujuan lokasi yang berbeda beda, semua aspek mata kuliah yang
ditempuh di kelas dapat mewakili tujuannya. Seperti dalam bidang pengolahan
bahan galian, geologi eksplorasi minyak dan gas, teknik perminyakan, teknik
metalurgi, pertambangan mineral dan batu bara, semuanya masuk ke kategori
kunjungan KKL 2014.
Hari pertama, peserta KKL 2014 Jurusan Teknik Pertambangan
mengadakan acara pelepasan yang idampingi oleh Wakil Dekan Fakultas Teknik,
Pak Wahri Sunanda, S.T., M.Eng., Ketua Jurusan Teknik Pertambangan, Ibu
Mardiah, S.T., M.T., Dosen pembimbing dan seluruh peserta KKL 2014. Kegiatan
berlangsung pada pukul 07.00 07.30 WIB di depan gedung Jurursan Teknik
Pertambangan.
Setelah pelepasan, peserta KKL berangkat menuju Unit Metalurgi PT.
Timah (Pesero) Tbk. Muntok.
2.1. Unit Metalurgi PT. Timah (Persero) Tbk. Muntok, Bangka Barat
Kegiatan di hari pertama KKL 2014 adalah mengunjungi Unit Metalurgi
PT. Timah (Persero) Tbk. yang berada di Muntok, Bangka Barat. Peserta KKL
tiba di Unmet pada pukul 10.30 WIB. Para peserta disambut oleh pihak PT. Timah
dan ditempatkan di aula Unmet.
Acara dimulai dengan hikmat, dibuka oleh Kepala Unit Metalurgi Muntok.
Lalu setelah acara tukar cenderamata, dilanjutkan dengan pengarahan K3 dan
disambung dengan pemberian materi yang berkaitan dengan proses metalurgi
timah dan disampaikan oleh Pak Hilman.
Materi yang didapat dari ruangan kemudian peserta mencoba melihat
materi tersebut secara nyata di lapangan. Untuk itu peserta akan mengunjungi 3
tempat, yaitu : 1) Pusat Pengolahan Bijih Timah. 2) Pusat Peleburan dan
Pemurnian serta Pencetakan Timah dan 3) Museum Timah Indonesia Muntok.
2.1.1. Pusat Pengolahan Bijih Timah
Setelah mendapatkan teori dan ISHOMA, peserta KKL langsung menuju
ke PPBT di lapangan dan dibimbing oleh Ibu Linda, asalah Pulau Belitung.
Pengolahan timah bertujuan untuk menigkatkan kadar kandungan timah
yan didapat dari tambang darat maupun tambang laut. Bijih timah hasil dari
pengerukan (tambang laut) biasanya mengandung 20 30 % timah. Setelah
dilakukan proses pengolahan mineral maka kadar kandungan timah menjadi lebih
dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil penambangan darat biasanya mengandung
kadar timah yang sudah cukup tinggi > 60%.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu
:
a. Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore
bin yang berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian
105

15 ton bijh per jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan
air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.
b. Pemisahan Berdasarkan Berat Jenis
Jig Harz adalah alat yang digunakan. Bijih timah yang mempunyai berat
jenis lebih berat akan mengalir ke bawah yang berarti kadar timah yang
diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang
juga berarti mengandung pengotor atau gangue lainya seperti quarsa ,
zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung dan dialirkan ke
dalam Jig Yuba.
c. Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam alat bernama Rotary Dryer. Prinsip
kerjanya adalah dengan memanaskan pipa besi yang ada di tengah
tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari
pembakaran dengan menggunakan solar.
d. Tahap Klasifikasi
Bijih bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses proses
pemisahan/klasifikasi lanjutan yakni: 1) Klasifikasi berdasarkan sifat
konduktivitasnya dengan High Tension Separator. 2) Klasifikasi
berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic Separator. 3)
Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti
Shaking Table , Air Table dan Multi Gravity Separator (untuk pengolahan
terak/tailing).
2.1.2. Pusat Peleburan, Pemurnian dan Pencetakan Timah
Setelah dari PPBT, peserta KKL menuju ke pusat peleburan, pemurnian, dan
pencetakan milik Unmet Muntok dan peserta KKL dibimbing oleh Pak Arif.
a. Proses Peleburan
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
1. Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag I.
2. Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead
dan slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian kurang dari 24 jam dalam tanur
guna menghindari kerusakan pada tanur/refraktori. Tahap awal peleburan
baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku bijih
timah atau slag I dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace.
Bahan baku dalam pencampuran adalah Cassiterite, Anthrasite dan Batu
Gamping. Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu 1100 1500 C.
b. Proses Refining ( Pemurnian )
Pyrorefining
Proses pemurnian ini adalah dengan menggunakan panas di atas titik
lebur sehingga material yang akan direfining cair, ditambahkan
mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau impurities sehingga
logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau
hanya memiliki impurities yang amat sedikit.
- Eutectic Refining
Proses pemurnian ini adalah dengan menggunakan crystallizer dengan
105

bantuan agar parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh


kualitas produk yang stabil. Proses pemurnian ini bertujuan
mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai
pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan
dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada saat eutectic temperature lead
pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun bersamaan
dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya.
Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan temperatur yang
mendekati titik solidifikasi timah.
- Electrolitic Refining
Proses pemurnian ini adalah dengan pemurnian logam timah sehingga
dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi dari pyrorefining yakni 99,99%.
Proses ini melakukan prinsip elektrolisis atau dikenal elektrorefining.
Proses elektrorefining menggunakan larutan elektrolit yang
menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi
dengan dua komponen utama yaitu dua buah elektroda anoda dan
katoda yang tercelup ke dalam bak elektrolisis. Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine
(timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheet sebagai
katodanya, berbentuk plat tipis sedangkan anodanya adalah ingot
timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya H
2
SO
4
.
Proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi
dari anoda menuju katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik
yang mengalir dengan voltase tertentu dan tidak terlalu besar

Pengolahan dan Peleburan

105

Pengolahan dan peleburan bijih timah yang


dihasilkan tambang laut dan tambang darat dengan kadar Sn yang berkisar antara
20-30% diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah untuk dipisahkan dari mineral
ikutan lainnya dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai 72- 74% sebagai
syarat utama peleburan. Proses peningkatan kadar bijih timah yang berasal dari
penambangan di laut maupun di darat diperlukan untuk mendapatkan produk
akhir berupa logam timah berkualitas dengan kadar Sn yang tinggi dengan
kandungan pengotor (impurities) yang rendah. Setelah bijih timah ditingkatkan
kadar Sn nya, bijih timah siap dilebur menjadi logam timah. Untuk mendapatkan
logam timah dengan kualitas tinggi dan kadar timbal (Pb) yang rendah maka harus
dilakukan pemurnian dengan menggunakan crystallizer dan electrolytic refining.
Dalam proses peleburan, perusahaan mengoperasikan 12 tanur, dimana 1 tanur
berada di daerah Kundur, Kepri dan 11 tanur berada di daerah Mentok, Bangka.
Produk akhir yang dihasilkan berupa logam timah dalam bentuk balok atau
batangan dengan skala berat berkisar antara 16 kg sampai dengan 30 kg per
batang. Selain itu logam timah juga dapat dibentuk sesuai dengan permintaan
pelanggan (customize form) dan mempunyai merek dagang yang terdaftar di
Bursa Logam London (LME).
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Sn
(bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Timah memiliki dua kemungkinan
bilangan oksidasi, +2 dan +4 yang sedikit lebih stabil. Timah memiliki 10 isotop
stabil, jumlah terbesar dalam tabel periodik.
Unsur ini merupakan logam miskin (logam post-transisi) keperakan, dapat
ditempa (malleable), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat,
ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk
mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral kasiterit yang terbentuk
sebagai oksida.
Daftar isi

1 Tahap Proses Pemurnian Refinery Pengolahan Bijih Timah


105

1.1 Karakterisasi Bijih Timah

1.2 Pengolahan Bijih Timah

1.3 Tahap Konsentrasi

1.4 Tahap Smelting

1.5 Tahap Refining

2 Catatan

3 Referensi

4 Pranla luar

5 Lihat pula

Tahap Proses Pemurnian Refinery Pengolahan Bijih Timah


Karakterisasi Bijih Timah

Bijih timah yang ditambang di Indonesia umumnya adalah dari jenis endapan
timah aluvial dan sering disebut sebagai endapan timah sekunder atau disebut
timah placer. Jenis bijih timah ini sudah terlepas dari endapan induknya yaitu
timah primer, dan oleh air diendapkan kembali di tempat lain yang lebih rendah.
Secara ekonomis, mineral penghasil timah putih adalah kasiterit dengan rumus
kimia SnO2, walaupun ada sebagian kecil timah yang dihasilkan dari sulfida
seperti stanit, silindrit, frankeit, kanfieldit dan tealit. Mineral utama yang
terkandung di dalam bijih timah adalah kasiterit, sedangkan mineral ikutannya
adalah pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit,
xenotim, dan monasit.
Pengolahan Bijih Timah

Secara garis besar, pengolahan bijih timah menjadi logam timah terdiri dari
operasi konsentrasi/mineral dressing, dan ekstraksi yaitu peleburan atau smelting
dan pemurnian atau refining.
Tahap Konsentrasi

105

SnO2powder

Tahap konsentrasi bijih timah merupakan operasi peningkatan kadar timah dengan
menggunakan peralatan seperti Jig Concentrator, palong dan meja goyang. Bijih
timah yang diolah memiliki kadar awal sekitar 30 sampai 65 persen Sn. Setelah
melalui operasi pemisahan, kadar timah minimum yang harus tercapai supaya
dapat dipergunakan sebagai umpan peleburan tahap pertama adalah sebesar 70
persen Sn.
Tahap Smelting

Proses smelting merupakan proses reduksi dari konsentrat bijih timah pada
temparatur tinggi menjadi logam timah. Prinsip reduksi adalah melepas ikatan
oksigen yang terdapat mineral kasiterit. Reduktor yang digunakan sebagai
pereduksi adalah gas CO. Reaksi yang terjadi selama proses smelting adalah:
SnO2 + CO = SnO + CO2
SnO + CO = Sn + CO2
Pada proses smelting akan terbentuk lelehan terak dan timah yang tidak saling
larut. Slag akan mengikat pengotor-pengotor yang terdapat di dalam konsentrat.
Pengotor yang paling banyak terdapat di dalam konsentrat timah adalah unsur Fe.
Proses smelting ini terdiri dari dua tahapan. Peleburan tahap pertama adalah
peleburan konsentrat timah yang menghasilkan timah kasar atau crude tin dan
terak I (slag). Kadar timah dalam terak I ini adalah sekitar 20 persen. Tahap ini
juga dikenal dengan sebutan peleburan konsentrat timah karena umpan yang
dilebur adalah konsentrat bijih timah.
Terak I kemudian dilebur kembali di peleburan tahap kedua. Peleburan pada tahap
dua ini menghasilkan senyawa Fe-Sn yang disebut hardhead dan terak II dengan
kadar Sn kurang daripada satu persen. Hardhead menjadi bahan baku untuk
peleburan tahap satu.
Tahap Refining

Crude tin dari proses peleburan tahap satu kemudian dibawa ke proses selanjutnya
yaitu proses pemurnian. Kandungan timah dalam crude tin adalah Sn >90 persen
dan sisanya adalah pengotor seperti As, Pb, Ag, Fe, Cu, dan Sb.
Pemurnian timah dari pengotornya dapat dilakukan dengan kettle refining,
eutectic refining, serta electrolytic refining. Pemilihan teknologi untuk proses
pemurnian adalah berdasarkan tingkat kemurnian logam timah yang diinginkan.

105

Setelah melewati tahap refining ini, kemurnian logam timah dapat mencapai 99,93
persen.
Catatan
Jumlah kecil timah dalam makanan kaleng tidak berbahaya bagi
manusia. Senyawa timah trialkil dan triaril berbahaya bagi makhluk
hidup dan harus ditangani secara hati-hati. Timah juga digunakan
dalam pembuatan grenjeng rokok (timah putih), pada longsongan
peluru (timah hitam).

105

Anda mungkin juga menyukai