cvv
gunung itu, yakni Soputan di daerah sekitar Minahasa Sulawesi Utara, Gunung
Lokon di Tomohon Sulawesi Utara, Gunung Karangetang di Kepulauan Siau
Sulawesi Utara dan Gunung Sinabung di Tanah Karo Sumatera Utara.
(HEN/LIN)
PENGERTIAN SIRKUM PASIFIK DAN SIRKUM MEDITERANIA
Pegunungan
Daerah pegunungan merupakan daerah yang terdiri atas bukit-bukit dan gununggunung sehingga tampak membentuk suatu rangkaian. Ada dua system
pegunungan lipatan muda di permukaan bumi, yaitu Sirkum Mediterania dan
Sirkum Pasifik.
Di sepanjang dua jalur ini membentang gunung api aktif yang siap mengeluarkan
muntahan abu vulkanik kapan saja. Hampir seluruh wilayah di Indonesia dilalui
kedua jalur ini, hanya Pulau Kalimantan yang tidak. Itu sebabnya tidak ada
gunung api di Pulau ini dan wilayah ini aman dari gempa.
BAB V
TIPE EPITHERMAL
5.1.
Asosiasi Geokimia
vulkanik yang dekat dengan permukaan (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani,
2008). Penggolongan tersebut berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan
kondisi geologi yang dicirikan oleh kandungan mineralnya. Secara lebih detailnya
endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000 meter dibawah
permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0 C dengan tekanan tidak
lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena
jarang terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau
berupa fissure vein. Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur
pembungkusan (cockade structure). Asosiasi pada endapan ini berupa mineral
emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral penyertanya berupa mineral kalsit,
mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low
sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada
sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali
mencapai permukaan, terutama ketika fluida hydrothermal muncul (erupt) sebagai
geyser dan fumaroles. Banyak endapan mineral epithermal tua menampilkan fossil
roots dari sistem fumaroles kuno. Karena mineral-mineral tersebut berada dekat
permukaan, proses erosi sering mencabutnya secara cepat, hal inilah mengapa
endapan mineral epithermal tua relatif tidak umum secara global. Kebanyakan
dari endapan mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda.
Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan
mineralisasi epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam
sistem epitermal. Asosiasi klasik unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag),
arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), thallium (Tl), dan belerang (S). Dalam
endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen dan
belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak
(Berger, 1983), beserta dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram
,
molybdenum (Mo), mercury (Hg), thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te);
serta juga fluor (F) dan barium (Ba) yang secara setempat terkayakan.
Dalam endapan yang batuan penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits)
akan terdapat pengayaan unsur-unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan
thallium (Tl); serta logam-logam mulia (precious metals) dalam daerah-daerah
saluran fluida utama, sebagaimana asosiasinya dengan zona-zona alterasi
lempung. Menurut Buchanan (1981), logam-logam dasar (base metals)
karakteristiknya rendah dalam asosiasinya dengan emas-perak, meskipun
demikian dapat tinggi pada level di bawah logam-logam berharga (precious
metals) atau dalam asosiasi-nya dengan endapan-endapan yang kaya perak dimana
unsur mangan juga terjadi. Cadmium (Cd), selenium (Se) dapat berasosiasi
dengan logam-logam dasar; sedangkan fluor (F), bismuth (Bi), tellurium (Te), dan
tungsten
endapan yang lainnya; serta boron (B) dan barium (Ba) terkadang terkayakan.
Suhu relatif rendah (50-250C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%
Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan
stockwork. Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit
kenampakan replacement(penggantian).
Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit,
sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar,
orpiment, ruby silvers, argentite, selenides, tellurides.
Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani,
2008) adalah:
Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol
dan litologi dimana biasanya merefleksikan kondisi paleopermeabilitypada kedalaman yang dangkal dari sistem hidrotermal.
Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang
terjal yang terbentuk sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya
terdapat bidang sesar utama, tetapi biasanya pada sesar-sesar minor.
Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.
Magmatic
Magmatic-meteoric
Meteoric
1. Magmatic
endapan ini didominasi dari magmatic fluida( dimana yang kita ketahui bahwa
magma juga terdiri dari air) yang berasal dari dalam bumi.
2. Magmatic-Meteoric
Endapan ini terbentuk dari fluida yang merupakan campuran dari Magmatic fluida
dan Meteoric fluida.
3. Meteoric
Endapan ini terbentuk karena dominasi dari Meteoric fluida yang berasal dari
permukaan bumi.
Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan
sisa magma yang berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air
meteorik di dekat permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah,
dipengaruhi oleh sistem boiling sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral
bijih. Proses boiling disertai pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk
pengendapan emas sebagai respon atas turunnya tekanan. Perulangan proses
boiling akan tercermin dari tekstur crusstiform banding dari silika dalam urat
kuarsa. Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan pelepasan
tekanan secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk memungkinkan proses
boiling. Sistem ini terbentuk pada tektonik lempeng subduksi, kolisi dan
pemekaran (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan
salinitas. Proses boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan
pH, sehingga terjadi perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia.
Terlepasnya CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya dijumpai
adularia dan bladed calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat
bijih sistem sulfidasi rendah.
Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsa
adularia, karbonat dan serisit pada lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari
sistem sulfidasi rendah variasinya bersifat alkali hingga netral (pH 7) dengan
kadar garam rendah (0-6 wt)% NaCl, mengandung CO2 dan CH4 yang bervariasi.
Mineral-mineral sulfur biasanya dalam bentuk H2S dan sulfida kompleks dengan
temperatur sedang (150-300 C) dan didominasi oleh air permukaan.
Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah
andesit alkali, riodasit, dasit, riolit ataupun batuan batuan alkali. Riolit sering
hadir pada sistem sulfidasi rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai
tinggi. Bentuk endapan didominasi oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang
terbuka (open space), tersebar (disseminated), dan umumnya terdiri dari urat-urat
breksi (Hedenquist dkk., 1996). Struktur yang berkembang pada sistem sulfidasi
rendah berupa urat, cavity filling, urat breksi, tekstur colloform, dan sedikit vuggy
(Corbett dan Leach, 1996).
induk berupa batuan intrusi. Sillitoe, 1993a (dalam Corbett dan Leach, 1996)
mengemukakan bahwa endapan porfiri mempunyai diameter 1 sampai > 2 km dan
bentuknya silinder.
Tipe mesotermal terbentuk pada temperatur dan tekanan menengah, dan
bertemperatur > 300oC (Lindgren, 1922 dalam Corbett dan Leach, 1996).
Kandungan sulfida bijih terdiri dari kalkopirit, spalerit, galena, tertahidrit, bornit,
dan kalkosit. Mineral penyerta terdiri dari kuarsa, karbonat (kalsit, siderit,
rodokrosit), dan pirit. Mineral alterasi terdiri dari serisit, kuarsa, kalsit, dolomit,
pirit, ortoklas, dan lempung.
Tipe epitermal terbentuk di lingkungan dangkal dengan temperatur < 300oC, dan
fluida hidrotermal diinterpretasikan bersumber dari fluida meteorik. Endapan tipe
ini merupakan kelanjutan dari sistem hidrotermal tipe porfiri, dan terbentuk pada
busur magmatik bagian dalam di lingkungan gunungapi kalk-alkali atau batuan
dasar sedimen (Heyba et al., 1985 dalam Corbett dan Leach, 1996). Sistem ini
umumnya mempunyai variasi endapan sulfida rendah dan sulfida tinggi (gambar
4). Mineral bijih terdiri dari timonidsulfat, arsenidsulfat, emas dan perak, stibnite,
argentit, cinabar, elektrum, emas murni, perak murni, selenid, dan mengandung
sedikit galena, spalerit, dan galena. Mineral penyerta terdiri dari kuarsa, ametis,
adularia, kalsit, rodokrosit, barit, flourit, dan hematit. Mineral alterasi terdiri dari
klorit, serisit, alunit, zeolit, adularia, silika, pirit, dan kalsit.
(Corbett, 2002)
Gambar 4: Model fluida sulfida tinggi dan rendah (Corbett dan Leach, 1996)
Morrison, 1997, mengemukakan beberapa asosiasi mineral petunjuk sistem
hipogen dalam proses magmatik yang berhubungan dengan mineralisasi
epigenetik sebagai berikut:
Tabel 1: Asosiasi mineral petunjuk sistem hipogen dalam proses magmatik yang
berhubungan dengan mineralisasi epigenetik (Morrison, 1997).
Zonasi alterasi dapat mempunyai bentuk geometri yang berbeda-beda, mulai dari
bentuk konsentris, linier, sampai tidak teratur dan komplek. Zonasi alterasi
endapan Porfiri Cu mempunyai bentuk konsentris. Bagian inti/tengah terdiri dari
alterasi potasik, berkomposisi potasium feldspar dan biotit. Bagian tengah
merupakan zonasi alterasi philik tersusun oleh kuarsa-serisit-pirit. Bagian paling
luar mempuyai alterasi propilitik, mineraloginya tersusun oleh kuarsa-kloritkarbonat, dan setempat-setempat terdapat epidot, albit atau adularia. Endapan
epitermal berbentuk urat/vein yang berasosiasi dengan struktur mayor mempunyai
pola linier dan paralel dengan arah struktur. Urut-urutan zonasi alterasi dari
temperatur tinggi ke temperatur rendah adalah argilik sempurna, serisit, argilik,
dan propilitik.
Mineralisasi/alterasi endapan urat yang berasosiasi dengan endapan logam dasar
dicirikan oleh zonasi pembentukan mineral dari temperatur tinggi sampai rendah.
Urat/vein di daerah proksimal kaya kandungan tembaga dan rasio logam
dibanding sulfur tinggi. Daerah ini dicirikan oleh hadirnya alterasi argillik
sempurna di bagian dalam dan ke arah luar berubah menjadi alterasi serisitik.
Daerah distal kaya kandungan timbal dan zeng, dan terdiri dari mineral sulfida
dengan rasio logam dibanding sulfur rendah. Alterasi yang berkembang di daerah
ini berupa alterasi propilitik, semakin ke arah jauh dari urat tersusun oleh batuan
tidak teralterasi (Panteleyev, 1994; Corbett, 2002).
Tabel 2: Dominasi komposisi mineralisasi/alterasi pada temperatur tinggi dan
rendah
(disederhanakan dari Corbett, 2002)
TEMPERATUR TINGGI
Kalkopirit
Kuarsa kristalin (comb stucture)
Kuarsa butir kasar
Serisit
Philik
TEMPERATUR RENDAH
Galena, spalerit
Kalsedon-opal
Kuarsa butir halus
Smektit-illit
Propilitik
Gambar 5: Zonasi proksimal distal tipe endapan urat logam dasar yang
berasosiasi dengan endapan porfiri tembaga/molibdenum (Panteleyev, 1994)
GuilbertdanPark, 1986, mengemukakan model hubungan antara mineralisasi dan
alterasi dalam sistem epitermal (gambar 6). Beberapa asosiasi mineral bijih
maupun mineral skunder erat hubungannya dengan besar temperatur larutan
hidrotermal pada waktu mineralisasi. Mineral bijih galena, sfalerit dan kalkopirit
terbentuk pada horison logam dasar bagian bawah dengan temperatur 350 oC.
Pada horison ini alterasi bertipe argilik sempurna dan terbentuk mineral alterasi
temperatur tinggi seperti adularia, albit dan feldspar. Fluida hidrotermal di horison
logam dasar (bagian tengah) bertemperatur antara 200 o 400oC. Mineral bijih
terdiri dari argentit, elektrum, pirargirit dan proustit. Mineral ubahan terdiri dari
serisit, adularia, ametis, sedikit mengandung albit. Horison bagian atas terbentuk
pada temperatur < 200oC. Mineral bijih terdiri dari emas di dalam pirit, Aggaramsulfo dan pirit. Mineral ubahan berupa zeolit, kalsit, agat.
Larutan
hidrotermal
yang
melewati
batuan,
ketika
Tipe
alterasi
tertentu
biasanya
akan
menunjukan
zonasi
Menurut
Bateman
(1981)
Secara
umum
proses
2.
mineral.
Zona lemah yang berfungsi sebagai saluran untuk lewat larutan
3.
4.
hidrotermal.
Tersedianya ruang untuk pengendapan larutan hidrotermal.
Terjadinya reaksi kimia dari batuan induk/host rock dengan larutan
hidrotermal yang memungkinkan terjadinya pengendapan mineral bijih
5.
(ore).
Adanya konsentrasi larutan yang cukup tinggi untuk mengendapkan
mineral bijih (ore).
Menurut
Lindgren,
1933
faktor
yang
mengontrol
(fractional
berat
crystalization),
pertama
kali
yaitu
dan
pemisahan
mengakibatkan
mineralterjadinya
dekat
permukaan
dan
membentuk
urat
hidrotermal atau
terendapkan
sebagai
hasil
penggantian
batuan beku.
Tabel dominasi komposisi mineralisasi di dalam alterasi
hidrotermal pada temperatur tinggi dan rendah (disederhanakan dari
Corbett, 2002)
TEMPERATUR TINGGI
TEMPERATUR RENDAH
Kalkopirit
Galena, spalerit
Kalsedon-opal
Serisit
Smektit-illit
Philik
Propilitik
Gambar zonasi proksimal distal tipe endapan urat logam dasar yang
berasosiasi dengan endapan porfiri tembaga/molibdenum (Panteleyev,
1994)
Guilbert dan Park, 1986, mengemukakan model hubungan
antara mineralisasi dan alterasi dalam sistem epitermal. Beberapa
asosiasi mineral bijih maupun mineral skunder erat hubungannya
dengan besar temperatur larutan hidrotermal pada waktu mineralisasi.
Mineral bijih galena, sfalerit dan kalkopirit terbentuk pada horison
logam dasar bagian bawah dengan temperatur 350 oC. Pada horison
ini alterasi bertipe argilik sempurna dan terbentuk mineral alterasi
temperatur
tinggi
seperti
adularia,
albit
dan
feldspar.
Fluida
Contoh Aplikasi
Pengetahuan Alterasi
Hidrotermal
Mineralisasi tembaga pada endapan porfiri sangat berkaitan
erat dengan proses alterasi hidrotermal, maka pemahaman mengenai
proses alterasi hidrotermal menjadi amat penting dalam kegiatan
eksplorasi.
Alterasi
hidrotermal
menyebabkan
perubahan
pada
emas
primer)
tersendiri
mineral
yang
tertentu.
sering
dicirikan
Keberadaan
dengan
zona
adanya
alterasi
dan
yang
berkembang
merupakan
jalan
bagi
larutan
sisa
dengan
alterasi
Quartz-Illite
yang
menunjukkan
pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati netral (fluidafluida khlorida netral). Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis
fluida ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosif atau breksi
hidrotermal, dan stockwork atau stringer Pyrite + Quartz yang
berbentuk seperti rambut (hairline).
Emas epitermal juga terdapat dalam alterasi AdvancedArgillic dan alterasi-alterasi sehubungan yang terbentuk dari fluidafluida asam sulfat. Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida
ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika masif, atau
dalam
rekahan-rekahan
atau
breksi-breksi
dalam
batuan
yang
Referensi:
Artadana, I Putu E., & Purwanto, Heru S., 2011, Geologi, Alterasi dan
Mineralisasi Daerah Nyrengseng dan Sekitarnya, Kecamatan Cisewu,
Kabupaten Garut, Propinsi Jawa barat, Yogyakarta: Jurusan Teknik
Geologi FTM UPN Veteran Yogyakarta
Evans, A,M., Ore geology and Industrial Minerals, Blackwell scientific
publication.
Guilbert, G.M & Park, C.F., 1986, The Geology of Ore Deposits, W.H. Freeman
and Company, New York.
Hedenquist,J.W., 1998,
and
Telah sejak lama Indonesia diminati para ahli geologi. Hal ini tak lepas dari
keindahan Nusantara sebagai gugusan kepulauan di wilayah khatulistiwa, seperti
kata Multatuli (1860) : een gordel van smaragd die zich slingert rond de
evenaar (sabuk zamrud yang berjajar sepanjang Khatulistiwa)
Kita bisa kutip di sini pendapat-pendapat para ahli geologi yang pernah menekuni
geologi Indonesia dan telah menghasilkan karya-karya yang patut menjadi
referensi yang baik.
van Bemmelen (1949) : The East Indian Archipelago is the most intricate part of
the earths surfaceThe East Indies are an important touchstone for conceptions
on the fundamental problems of geological evolution of our planet
Katili (1973) : Differences in the geological environment of the various arctrench systems in Indonesia are responsile for the complexity and discrepancies in
the geology between the numerous islands
Hamilton (1979) : Indonesia represents an ideal level of complexity for analysis
within the framework of available concepts of plate tectonics
Simandjuntak dan Barber (1996) : The Indonesian archipelago represents an
immensely complicated triple junction, involving a complex pattern of small
marginal ocean basins and microcontinental blocks bounded by subduction zone,
extensional margins, and major transcurrent faults
Hall dan Blundell (1996) : Indonesia is probably the finest natural geological
laboratory in the worldIt is a spectacular region in which the manifestations and
processes of plate collision can be observed at present and in which their history is
recorded
Sukamto (2000) : Indonesian Regionhas proved to be very attractive to the
earth scientistsMany earth scientists have attempted to explain the various
unique geological phenomena by theories, hypotheses and models
Dari segi ilmu kebumian, Indonesia benar-benar merupakan daerah yang sangat
menarik. Kepentingannya terletak pada rupabuminya, jenis dan sebaran endapan
mineral serta energi yang terkandung di dalamnya, keterhuniannya, dan
ketektonikaannya. Oleh sebab itulah, berbagai konsep geologi mulai berkembang
di sini, atau mendapatkan tempat untuk mengujinya (Sukamto dan PurboHadiwidjoyo, 1993).
Inilah wilayah yang memiliki salah satu paparan benua yang terluas di dunia
(Paparan Sunda dan Paparan Sahul), dengan satu-satunya pegunungan lipatan
tertinggi di daerah tropika sehingga bersalju abadi (Pegunungan Tengah Papua),
dan di sini pulalah satu-satunya di dunia terdapat laut antarpulau yang terdalam (5000 meter) (Laut Banda), dan laut sangat dalam antara dua busur kepulauan (7500 meter) (Dalaman Weber). Dua jalur gunungapi besar dunia (Mediterania dan
Sirkum Pasifik) bertemu membelit Nusantara. Beberapa jalur pegunungan lipatan
dunia pun saling bertemu di Indonesia.
Dinamika tektonik Indonesia termasuk yang paling aktif di dunia, yang dicirikan
oleh aktivitas gunungapi dan kegempaan. Erupsi besar gunungapi skala dunia
pernah terjadi di Indonesia, misalnya Toba (sekitar 74.000 tahun yang lalu),
Tambora (1815), dan Krakatau (1883). Erupsi ketiga gunungapi ini pada masanya
telah mengubah lingkungan fisik geosfer, hidrosfer, atmosfer dan biosfer secara
global. Gempa dahsyat setara dengan 9.0 skala Richter juga belum lama ini terjadi
di Indonesia (Aceh, Desember 2004) menyebabkan tsunami dahsyat di sepanjang
sisi utara Samudera Hindia yang merenggut nyawa sekitar seperempat juta
penduduk dunia.
Laut yang luas di wilayah tropika, yang hangat sepanjang tahun, telah membuat
Indonesia menjadi kawasan perkembangan terumbu karang terkaya di dunia.
Kawasan Indonesia memiliki spesies hewan karang (scleractinian coral) paling
banyak di antara laut-laut tropis di seluruh dunia yang melingkar equator sejak
Afrika-Indonesia-Pasifik baratdaya sampai Karibia. Dasar laut di Nusantara juga
sangat kompleks, mencerminkan kompleksitas geologinya. Tak ada negara lain di
dunia yang mempunyai relief dasar laut yang begitu beragam seperti di Nusantara
(Nontji, 2002). Hampir semua bentuk topografi dasar laut ada di Nusantara :
palung laut dalam, cekungan atau pasu dalam yang terkurung, lereng yang curam,
rangkaian pegunungan bawahlaut, gunungapi bawah laut, dan paparan dangkal.
Begitupun kekayaan biota laut Nusantara, tak ada duanya di dunia (Nontji, 2000).
Indonesia juga karena aktivitas geologinya, kaya akan berbagai mineral dan
sumber energi yang sangat dibutuhkan manusia. Salah satu jalur timah terkaya di
dunia menjulur sampai di Nusantara di wilayah-wilayah Riau Kepulauan sampai
Bangka-Belitung, berbagai jalur mineralisasi emas, perak, dan tembaga membelit
Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua. Tambang emas
dan tembaga di Pegunungan Tengah Papua yang diusahakan Freeport termasuk
deposit emas terkaya di dunia. Indonesia juga kaya akan mineralisasi nikel dan
kromit berkat tersingkapnya beberapa massa kerak samudera di wilayah Indonesia
Timur (Sulawesi Timur, Kepulauan Maluku, utara Papua).
subur, pemineralan yang kaya dan khas, pengendapan sumber energi yang
melimpah, rupabumi yang dahsyat, dan aneka kehidupan yang menakjubkan.
Mari kita cintai alam Nusantara yang luar biasa ini, Indonesia, Tanah Air kita
sendiri !
fOKUSJabar.com: Negara Indonesia merupakan wilayah pertemuan tiga
lempeng, yakni Indo-australia, Eurasia dan Lempeng Pasifik . Tidak hanya itu,
Indonesia pun dilalui jalur pegunungan aktif dunia, yakni Sirkum Pasifik dan
Sirkum Mediterania.
Kondisi tersebut lah yang menyebabkan Indonesia masuk pada jalur Ring of Fire
atau cincin api pasifik dunia, dan merupakan jalur pegunungan aktif . Tidak heran
jika Indonesia sering mengalami bencana alam berupa gempa bumi baik tektonik
maupun vulkanik.
Informasi dari Badan Geologi, di Indonesia terdapat empat gunung berapi dengan
status siaga level III, yakni di wilayah Sumatera, Maluku dan Sulawesi. Empat
gunung itu, yakni Soputan di daerah sekitar Minahasa Sulawesi Utara, Gunung
Lokon di Tomohon Sulawesi Utara, Gunung Karangetang di Kepulauan Siau
Sulawesi Utara dan Gunung Sinabung di Tanah Karo Sumatera Utara.
(HEN/LIN)
PENGERTIAN SIRKUM PASIFIK DAN SIRKUM MEDITERANIA
Pegunungan
Daerah pegunungan merupakan daerah yang terdiri atas bukit-bukit dan gununggunung sehingga tampak membentuk suatu rangkaian. Ada dua system
pegunungan lipatan muda di permukaan bumi, yaitu Sirkum Mediterania dan
Sirkum Pasifik.
Di sepanjang dua jalur ini membentang gunung api aktif yang siap mengeluarkan
muntahan abu vulkanik kapan saja. Hampir seluruh wilayah di Indonesia dilalui
kedua jalur ini, hanya Pulau Kalimantan yang tidak. Itu sebabnya tidak ada
gunung api di Pulau ini dan wilayah ini aman dari gempa.
Sirkum pasifik