Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

ALTERASI HIDROTERMAL

OLEH :
ARJUN AGUNG PRATAMA
D061211048

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2023
1. Sebut dan jelaskan jenis jenis endapan hidrotermal

 Endapan Hipotermal
Endapan Hipotermal merupakan berasosiasi dengan dike (korok) atau vein (urat)
dengan kedalaman yang besar. Biasanya endapan hipotermal terdapat Wall Rock
Alteration, dicirikan oleh adanya replacement yang kuat dengan asosiasi mineral seperti
albit, biotit, kalsit, pirit, kalkopirit, kasiterit, emas, hornblende, plagioklas, dan kuarsa.
Endapan ini terdapat juga asosiasi mineral sulfida dan oksida pada intrusi granit sering
diikuti pembentukan mineral logam, yakni : Au, Pb, Sn, dan Zn. Endapan ini memiliki
tekanan dan temperatur relatif paling tinggi yakni 500°C – 600°C. Endapan hiotermal
adalah jebakan hidrotermal paling dalam.
 Endapan Mesotermal
Endapan mesotermal terletak diaras hipotermal berupa cavity filling dan terkadang
mengalami proses replacement dan pengayaan. Endapan ini merupakan asosiasi dari
mineral klorit, emas, serisit, kalsit, pirit dan kuarsa. Endapan ini juga memiliki asosiasi
mineral sulfida dan oksida batuan beku asam dan basa dekat permukaan. Ciri khasnya
yaitu memiliki tekanan dan temperatur medium 300°C–372°C.
 Endapan Epitermal
Endapan epitermal adalah endapan metalliferous yang terbentuk pada suhu 50°C-
300°C dan terletak paling jauh dari tubuh intrusi. Sumber panas utama yang membentuk
endapan ini merupakan fluida panas yang bergerak naik dari lokasi intrusi menuju lokasi
terbentuknya endapan ini. Terbentuknya endapan ini melewati zona endapan mesotermal
dan umumnya terbentuk pada batuan induk berupa batuan batuan vulkanik biasanya
berupa piroklastik subaerial dan batuan sedimen volkanik.
Batuan yang sering dijumpai adalah andesit, riolit, serta dasit yang mempunyai afinitas
kalk-alkali, dan sangat jarang dijumpai endapan ini berasosiasi dengan batuan beku yang
mempunyai afinitas alkalin maupun shosonit (White & Hedenquist, 1996). Menurut
Hedenquist (1986) membagi sistem epitermal menjadi dua tipe yang dibedakan
berdasarkan sifat kimia fluidanya yakni sulfida rendah (low sulphidation) dan sulfida
tinggi (high sulphidation). Pembagian lainnya juga berdasarkan alterasi dan
mineraloginya (Heald et al, 1997, dalam Hedenquist, 1986) yaitu tipe acid sulphate untuk
sulfida tinggi dan adularia sericite untuk sulfida rendah.
 Endapan Skarn
Endapan ini terbentuk ketika fluida hidrotermal berinteraksi dengan batuan beku,
seperti granit, dan menghasilkan endapan mineral yang mengandung berbagai logam
seperti tembaga, timah, dan besi.
 Endapan Porfiri
Endapan ini terkait dengan intrusi batuan beku yang membeku di dalam kerak bumi
dan menghasilkan konsentrasi mineral berharga seperti tembaga, emas, dan molibdenum.
 Endapan SEDEX (Sedimentary Exhalative)
Endapan ini terbentuk di dasar laut melalui pelepasan larutan hidrotermal yang kaya
mineral dari sumber di dasar laut. Mereka mengandung mineral seperti seng, timbal, dan
bijih besi.
 Endapan mangan hidrotermal
Jenis endapan ini terbentuk melalui proses hidrotermal dan mengandung mangan serta
unsur-unsur lain seperti besi, tembaga, dan kobalt. Mereka sering ditemukan di dasar laut.

2. Berikan masing-masing contoh lokasi dari endapan hidrotermal tersebut.


 Endapan Hipotermal terdapat di daerah jampang kabupaten sukabumi
 Endapan Mesotermal terdapat di Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan
 Endapan Epitermal terdapat di Kabupaten Garut, Jawa Barat
 Endapan Skarn dan Endapan Porfiri terdapat di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
 Endapan SEDEX (Sedimentary Exhalative) terdapat di Kabupaten Limahpuluh, Sumatera
 Endapan mangan hidrotermal terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa
Tenggara Timur

3. Jelaskan masing-masing jenis alterasi hidrotermal dan contoh kasus yang diambil dari Jurnal
Ilmiah baik internasional maupun nasional (Tuliskan sumber jurnalnya)
 Endapan Hipotermal
Endapan Hipotermal merupakan berasosiasi dengan dike (korok) atau vein (urat)
dengan kedalaman yang besar. Biasanya endapan hipotermal terdapat Wall Rock
Alteration, dicirikan oleh adanya replacement yang kuat dengan asosiasi mineral seperti
albit, biotit, kalsit, pirit, kalkopirit, kasiterit, emas, hornblende, plagioklas, dan kuarsa.
Endapan ini terdapat juga asosiasi mineral sulfida dan oksida pada intrusi granit sering
diikuti pembentukan mineral logam, yakni : Au, Pb, Sn, dan Zn. Endapan ini memiliki
tekanan dan temperatur relatif paling tinggi yakni 500°C – 600°C. Endapan hiotermal
adalah jebakan hidrotermal paling dalam.
Jurnal : Eksplorasi Endapan Hidrotermal di Daerah Kasihan, Pacitan, Jawa
Timur
Berdasarkan analisis dan interpretasi terhadap data eksplorasi geofisika dengan metode
geomagnet dan tinjauan geologi, dapat disimpulkan beberapa hal. Karakteristik endapan
mineral hidrotermal di daerah penelitian diindikasikan oleh keberadaan bijih besi yang
terkait dengan tipe endapan hidrotermal skarn atau endapan skarn. Mineral bijih yang
hadir berupa mineral sulfida (pirit, kalkopirit, sfalerit, dan kovelit) serta mineral oksida
(hematit).Kontras anomali geofisika yang menjadi respon zona endapan mineral
teridentifikasi dari perubahan kontras anomali magnetik yang signifikan ditunjukkan oleh
anomali medan magnetik lokal dengan nilai berkisar -62,49 nT hingga 42,45 nT. Korelasi
anomali geofisika terhadap penyebaran zona endapan mineral yang diperoleh bahwa
Zona endapan mineral berupa bijih logam dicirikan oleh kontras anomali magnetik yang
signifikan dengan intensitas medan magnet yang tinggi bernilai >110,31 nT pada anomali
medan magnet total dan bernilai >11,09 nT pada anomali medan magnet lokal, sebagai
respon dari adanya pengkayaan mineral bijih logam pada material batuan. Hasil estimasi
posisi dan kedalaman sumber anomali medan magnet menunjukkan zona endapan
mineral yang cukup luas berarah timurlaut-baratdaya.
 Endapan Mesotermal
Endapan mesotermal terletak diaras hipotermal berupa cavity filling dan terkadang
mengalami proses replacement dan pengayaan. Endapan ini merupakan asosiasi dari
mineral klorit, emas, serisit, kalsit, pirit dan kuarsa. Endapan ini juga memiliki asosiasi
mineral sulfida dan oksida batuan beku asam dan basa dekat permukaan. Ciri khasnya
yaitu memiliki tekanan dan temperatur medium 300°C – 372°C.
Jurnal : Karakteristik Mineralisasi Bijih, Alterasi dan Fluida Hidrotermal pada
Endapan Emas Mesotermal Awak Mas di Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi
Selatan
Tipe mineralisasi di Awak Mas terbentuk dalam urat kuarsa, terdapat tiga jenis urat
kuarsa yang terdapat di Awak Mas yaitu urat kuarsa lembar, stockwork, dan breksiasi,
terbentuk berupa open space filling dalam rekahan atau tersebar dalam batuan samping.
Emas di Awak Mas berasosiasi dengan fluida yang miskin sulfur dan kaya akan sodic.
Emas yang berada di Awak Mas dapat muncul sebagai inklusi dalam pirit atau berada di
sepanjang kontak antara butiran pirit. Mineral bijih yang dijumpai berupa pirit, kalkopirit,
hematit, goetit, magnetit, digenit, dan kovelit. Alterasi batuan samping pada Awak Mas
terdiri atas 3 tipe yaitu kuarsa - serisit - pirit (serisitisasi), albit - serisit + karbonat + klorit
(albitisasi), dan karbonat - kuarsa + klorit (karbonatisasi). Inklusi fluida terbentuk dalam
2 fase, liquid + rich, L + V dimana L > 50%, dengan temperatur urat kuarsa sekitar 194
derajat celcius hingga 320 derajat celcius, salinitas yang rendah, kedalaman pembentukan
minimum 390 meter di bawah paleosurface, inklusi kaya akan CO2. Tipe endapan emas
berupa endapan orogenik (mesotermal) yang terbentuk selama tahap akresi tektonik.
 Endapan Epitermal
Endapan epitermal adalah endapan metalliferous yang terbentuk pada suhu 50°C – 300°C
dan terletak paling jauh dari tubuh intrusi. Sumber panas utama yang membentuk
endapan ini merupakan fluida panas yang bergerak naik dari lokasi intrusi menuju lokasi
terbentuknya endapan ini. Terbentuknya endapan ini melewati zona endapan mesotermal
dan umumnya terbentuk pada batuan induk berupa batuan batuan vulkanik biasanya
berupa piroklastik subaerial dan batuan sedimen volkanik.
Batuan yang sering dijumpai adalah andesit, riolit, serta dasit yang mempunyai afinitas
kalk-alkali, dan sangat jarang dijumpai endapan ini berasosiasi dengan batuan beku yang
mempunyai afinitas alkalin maupun shosonit (White & Hedenquist, 1996). Menurut
Hedenquist (1986) membagi sistem epitermal menjadi dua tipe yang dibedakan
berdasarkan sifat kimia fluidanya yakni sulfida rendah (low sulphidation) dan sulfida
tinggi (high sulphidation). Pembagian lainnya juga berdasarkan alterasi dan
mineraloginya (Heald et al, 1997, dalam Hedenquist, 1986) yaitu tipe acid sulphate untuk
sulfida tinggi dan adularia sericite untuk sulfida rendah.
Jurnal : Karakteristik Mineralisasi Endapan Epitermal Pada Prospek Arinem Di
Kabupaten Garut, Jawa Barat
Alterasi hidrotermal merupakan proses ubahan pada batuan samping (wall rock)
maupun batuan pembawa (host rock) akibatkan pengaruh temperatur serta sifat kimia
(pH) larutan hidrotermal. Kedua faktor tersebut dianggap yang paling berpengaruh dalam
proses ubahan hidrotermal (Fadlin, Sulistyawan and Prasetyo, 2019). Berdasarkan
himpunan mineral tersebut, dapat dilakukan perkiraan temperatur untuk mengetahui
indikasi temperatur pembentukan dari tiap-tiap zona. Perkiraan indikasi temperatur
pembentukan tersebut, dengan mempertimbangkan juga hasil pengamatan tekstur untuk
mengetahui adanya proses overprinting atau tidak. Hasil analisis megaskopis, mineralogi
dan XRD, menunjukkan bahwa pada daerah penelitian alterasi hidrotermal yang
berkembang dapat dibagi menjadi dua zona tipe alterasi yaitu zona propolitik (kuarsa-
klorit-epidot-kalsit) dan zona argilik (kuarsa-kaolinit-illit).
 Endapan Skarn
Endapan ini terbentuk ketika fluida hidrotermal berinteraksi dengan batuan beku,
seperti granit, dan menghasilkan endapan mineral yang mengandung berbagai logam
seperti tembaga, timah, dan besi.
 Endapan Porfiri
Endapan ini terkait dengan intrusi batuan beku yang membeku di dalam kerak bumi
dan menghasilkan konsentrasi mineral berharga seperti tembaga, emas, dan molibdenum.
Jurnal: Analisis Potensi Endapan Skarn Berdasarkan Zona Dan Karakteristik
Batuan Kalk Silikat Pada Endapan Porfiri Cu-Au Batu Hijau, Sumbawa, Nusa
Tenggara Barat.
Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya mineral ekonomis yang
sangat melimpah, contohnya adalah Batu Hijau yang dikelola oleh PT Newmont Nusa
Tenggara (NNT). Produk Cu-Au Batu Hijau terkenal berasal dari endapan porfiri,
sementara endapan skarn terkenal berasosiasi dengan mayoritas batugamping. Fakta
lapangan menjelaskan bahwa Batu Hijau memiliki indikasi keterdapatan endapan skarn
pada sistem endapan porfiri dengan mayoritas litologi vulkaniklastik dan minoritas
batugamping. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik endapan porfiri, batuan
kalk silikat, tahap skarnifikasi, korelasi kedua sistem endapan dan potensi endapan skarn.
Metode dalam penelitian antara lain analisis data sekunder fisikokimia, deskripsi batuan
kalk silikat (pendataan batuan inti, petrografi dan mineragrafi), analisis tahapan
skarnifikasi korelasi batuan kalk silikat dengan endapan porfiri dan analisis jenis endapan
skarn serta kadar Cu, Au dan Ag batuan kalk silikat. Parameter sistem endapan porfiri
area penelitian terdiri dari asosiasi litologi breksi andesit vulkanik (Vxa), diorit kuarsa
(Qd), tonalit intermediet (It), tonalit muda (Yt) dan batuan kalk silikat (KS). Zona alterasi
yaitu zona potasik, zona filik, zona skarn, zona profilitik dan zona argilik. Mineralisasi
area penelitian dicirikan mineral sulfida tembaga (bornit, kalkopirit, pirit) dan oksida
(magnetit, hematit) dengan pola disseminated, vein/veinlet dan stockwork.
 Endapan mangan hidrotermal
Jenis endapan ini terbentuk melalui proses hidrotermal dan mengandung mangan serta
unsur-unsur lain seperti besi, tembaga, dan kobalt. Mereka sering ditemukan di dasar laut.
Jurnal: Studi Genesis Endapan Mangan Daerah Supul Kecamatan Kuatnana
Kabupaten Timor Tengah Selatan Propinsi Nusa Tenggara Timur
Mangan berlapis tipe sedimenter tersingkap di daerah Supul, Kabupaten Timor
Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Singkapan Mangan di daerah tersebut
berasosiasi dengan batuan endapan laut dalam dan menunjukkan perselingan dengan
Mangan dengan batulempung berwarna merah, hitam sampai cokelat kemerahan. Secara
fisik Mangan berlapis menunjukkan keadaannya yang kompak, keras, melensa dan
terdeformasi kuat dengan ketebalan yang bervariasi antara 1 mm sampai 5 cm. Secara
mineralogi tersusun atas mineral Manganit (MnO(OH)) sebagai mineral utama, Pirolusit
(MnO2), dengan mineral lain yang hadir adalah Hydrous Iron Oxides, Silika (SiO2) dan
Limonit (FeO(OH)). Endapan Mangan di lokasi penelitian dikelompokkan menjadi dua
jenis. Jenis yang pertama berupa Nodul yang jenis mineralnya adalah Manganit yang
berasosiasi dengan limonit. Kadar Mn nya adalah 44,10% sedangkan kadar yang
disajikan dalam bentuk oksida sebagai presentase berat MnO adalah 56,93%. Jenis kedua
adalah endapan Mangan berlapis dengan jenis mineralnya adalah Manganit dan pirolusit
yang berasosiasi dengan Hydrous Iron Oxides, Silika dan Limonit.

Anda mungkin juga menyukai