Anda di halaman 1dari 23

Endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem hidrotermal

yang terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya pada busur vulkanik yang
dekat dengan permukaan (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008). Penggolongan
tersebut berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi geologi yang dicirikan
oleh kandungan mineralnya. Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada
kedalaman dangkal hingga 1000 meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif
rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak lebih dari 100 atm dari cairan meteorik
dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena jarang
terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure vein.
Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan (cockade structure).
Asosiasi pada endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral
penyertanya berupa mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama
dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan
terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan
mineraloginya.
Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe-seperti zona dimana
batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga
ditemukan, khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai
tipe tidak menerus (discontinuous).
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali mencapai
permukaan, terutama ketika fluida hydrothermal muncul (erupt) sebagai geyser dan
fumaroles. Banyak endapan mineral epithermal tua menampilkan fossil roots dari
sistem fumaroles kuno. Karena mineral-mineral tersebut berada dekat permukaan,
proses erosi sering mencabutnya secara cepat, hal inilah mengapa endapan mineral
epithermal tua relatif tidak umum secara global. Kebanyakan dari endapan mineral
epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda.
Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik
quartz, kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah
satu ciri dari endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg,
Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu. Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal termasuk
tipe pengisian ruang terbuka (karakteristik dari lingkungan yang bertekanan rendah),
krustifikasi, colloform banding dan struktur sisir. Endapan yang terbentuk dekat
permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan ini juga memiliki tipe berupa tipe vein,
stockwork dan diseminasi.
Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang
dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada
alterasi dan mineraloginya (Hedenquist et al., 1996:2000 dalam Chandra,2009).
Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam
Sibarani,2008)):

Suhu relatif rendah (50-250C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%

Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)

Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan beku,
terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusif,
biasanya disertai oleh sesar turun dan kekar.

Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan stockwork.
Jarang
terbentuk
sepanjang
permukaan
lapisan,
dan
sedikit
kenampakan replacement (penggantian).

Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U

Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit, sfalerit,
galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers,
argentite, selenides, tellurides.

Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe,
epidot, karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit

Ubahan batuan samping terdiri dari chertification (silisifikasi), kaolinisasi,


piritisasi, dolomitisasi, kloritisasi

Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding) yang sangat
umum, sering sebagai fine banding, vugs, urat terbreksikan.
Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008)
adalah:

Jenis air berupa air meteorik dengan sedikit air magmatik

Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada umumnya


memiliki batuan induk berupa batuan vulkanik.

Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol dan
litologi dimana biasanya merefleksikan kondisi paleo-permeability pada kedalaman
yang dangkal dari sistem hidrotermal.

Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang terjal yang
terbentuk sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat bidang sesar utama,
tetapi biasanya pada sesar-sesar minor.

Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.

Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras dan
realtif tahan terhadap pelapukan.

Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1 s/d 20%).

2.1.3 Klasifikasi Endapan Epithermal

Pada lingkungan epitermal terdapat 2 (dua) kondisi sistem hidrotermal (Gambar 2.4)
yang dapat dibedakan berdasarkan reaksi yang terjadi dan keterdapatan mineral-mineral
alterasi dan mineral bijihnya yaitu epitermal low sulfidasi dan high sulfidasi
(Hedenquist et al .,1996; 2000 dalam Sibarani, 2008). Pengklasifikasian endapan
epitermal masih merupakan perdebatan hingga saat ini, akan tetapi sebagian besar
mengacu kepada aspek mineralogi dan gangue mineral, dimana aspek tersebut
merefleksikan aspek kimia fluida maupun aspek perbandingan karakteristik mineralogi,
alterasi (ubahan) dan bentuk endapan pada lingkungan epitermal. Aspek kimia dari
fluida yang termineralisasi adalah salah satu faktor yang terpenting dalam penentuan
kapan mineralisasi tersebut terjadi dalam sistem hidrotermal.

1. Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah / Tipe Adularia-Serisit


(Epithermal Low Sulfidation )
a.

Tinjauan Umum

Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang bersifat
netral dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi kuarsaadularia, karbonat, serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya perbandingan
perak dan emas relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh terbentuknya elektrum, perak
sulfida, garam sulfat, dan logam dasar sulfida. Batuan induk pada deposit logam mulia
sulfidasi rendah adalah andesit alkali, dasit, riodasit atau riolit. Secara genesa sistem
epitermal sulfidasi rendah berasosiasi dengan vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh
struktur-struktur pergeseran (dilatational jog).

b. Genesa dan Karakteristik


Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan sisa magma
yang berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air meteorik di dekat
permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah, dipengaruhi oleh
sistem boiling sebagai
mekanisme
pengendapan
mineral-mineral
bijih.
Proses boiling disertai pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk pengendapan
emas sebagai respon atas turunnya tekanan. Perulangan proses boiling akan tercermin
dari tekstur crusstiform banding dari silika dalam urat kuarsa. Pembentukan jebakan
urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan pelepasan tekanan secara tiba-tiba dari cairan
hidrotermal untuk memungkinkan proses boiling. Sistem ini terbentuk pada tektonik
lempeng subduksi, kolisi dan pemekaran (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan salinitas.
Proses boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan pH, sehingga
terjadi perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia. Terlepasnya CO2
menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya dijumpai adularia dan bladed
calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat bijih sistem sulfidasi
rendah

Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsaadularia,


karbonat dan serisit pada lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari sistem sulfidasi
rendah variasinya bersifat alkali hingga netral (pH 7) dengan kadar garam rendah (0-6
wt)% NaCl, mengandung CO2 dan CH4 yang bervariasi. Mineral-mineral sulfur
biasanya dalam bentuk H2S dan sulfida kompleks dengan temperatur sedang (150-300
C) dan didominasi oleh air permukaan
Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah andesit
alkali, riodasit, dasit, riolit ataupun batuan batuan alkali. Riolit sering hadir pada
sistem sulfidasi rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai tinggi. Bentuk endapan
didominasi oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka (open space), tersebar
(disseminated), dan umumnya terdiri dari urat-urat breksi (Hedenquist dkk., 1996).
Struktur yang berkembang pada sistem sulfidasi rendah berupa urat, cavity filling, urat
breksi, tekstur colloform, dan sedikit vuggy (Corbett dan Leach, 1996), lihat Tabel 2.1
Tabel 2.1 Karakteristik endapan epitermal sulfidasi rendah
(Corbett dan Leach, 1996).
Tipe endapan

Sinter breccia, stockwork

Posisi tektonik

Subduction, collision, dan rift

Tekstur

Colloform atau crusstiform

Asosiasi mineral

Stibnit, sinnabar, adularia, metal sulfida

Mineral bijih

Pirit, elektrum, emas, sfalerit, arsenopirit

Contoh endapan

Pongkor, Hishikari dan Golden Cross

c. Interaksi Fluida
Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geotermal yang didominasi
oleh air klorit dengan pH netral dan terdapat kontribusi dominan dari sirkulasi air
meteorik yang dalam dan mengandung CO2, NaCl, and H2S

d. Model Konseptual Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Rendah

Gambar.2.9 Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah


(Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008).

Gambar diatas merupakan model konseptual dari endapan emas sulfidasi rendah. Dari
gambar tersebut dapat dilihat bahwa endapan ephitermal sulfidasi rendah berasosiasi
dengan lingkungan volkanik, tempat pembentukan yang relatif dekat permukaan serta
larutan yang berperan dalam proses pembentukannya berasal dari campuran air
magmatik dengan air meteorit

2. Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi (Epithermal High Sulfidation)


atau Acid Sulfate
a.

Tinjauan Umum

Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan vulkanik
bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara regional
atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter dan
temperatur 1000C-3200C. Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh sistem
dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini
bergerak secara vertikal dan horizontal menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan
suhu yang relatif tinggi (200-3000C), fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan
kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).

Gambar 2.10 Keberadaan sistem sulfidasi tinggi

Gambar 2.11 Penampang Ideal Endapan Epitermal Menurut Buchanan (1981)

a.

Genesa dan Karakteristik

Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan fluida
magma asam yang panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona alterasi (ubahan)
yang akhirnya membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih menunjukkan kontrol
permeabilitas yang tergantung oleh faktor litologi, struktur, alterasi di batuan samping,
mineralogi bijih dan kedalaman formasi.High sulphidation berhubungan dengan pH
asam, timbul dari bercampurnya fluida yang mendekati pH asam dengan larutan sisa
magma yang bersifat encer sebagai hasil dari diferensiasi magma, di kedalaman yang
dekat dengan tipe endapan porfiri dan dicirikan oleh jenis sulfur yang dioksidasi
menjadi SO.
b. Interaksi Fluida

Epithermal High Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem magmatic-hydrothermal


yang didominasi oleh fluida hidrothermal yang asam, dimana terdapat fluks larutan
magmatik dan vapor yang mengandung H2O, CO2, HCl, H2S, and SO2, dengan
variabel input dari air meteorik lokal.

2.2 Potensi Dan Keberadaan Endapan Epithermal


Jenis endapan epitermal yang terletak 500 m bagian atas dari suatu sistem hidrotermal
ini merupakan zone yang menarik dan terpenting. Disini terjadi perubahan-perubahan
suhu dan tekanan yang maksimum serta mengalami fluktuasi-fluktuasi yang paling
cepat. Fluktuasi-fluktuasi tekanan ini menyebabkan perekahan hidraulik (hydraulic
fracturing), pendidihan (boiling), dan perubahan-perubahan hidrologi sistem yang
mendadak. Proses-proses fisika ini secara langsung berhubungan dengan proses-proses
kimiawi yang menyebabkan mineralisasi (www.terrasia.tripod.com)
Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan mineralisasi
epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam sistem epitermal.
Asosiasi klasik unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag), arsen (As), antimon (Sb),
mercury (Hg), thallium (Tl), dan belerang (S) (www.terrasia.tripod.com) .
Dalam endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen
dan belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak (Berger,
1983), beserta dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo),
mercury (Hg), thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan
barium (Ba) yang secara setempat terkayakan. Dalam endapan yang batuan
penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits) akan terdapat pengayaan unsur-unsur
arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl); serta logam-logam mulia
(precious metals) dalam daerah-daerah saluran fluida utama, sebagaimana asosiasinya
dengan zone-zone alterasi lempung. Menurut Buchanan (1981), logam-logam dasar
(base metals) karakteristiknya rendah dalam asosiasinya dengan emas-perak, meskipun
demikian dapat tinggi pada level di bawah logam-logam berharga (precious metals) atau
dalam asosiasi-nya dengan endapan-endapan yang kaya perak dimana unsur mangan
juga terjadi. Cadmium (Cd), selenium (Se) dapat berasosiasi dengan logam-logam dasar;
sedangkan fluor (F), bismuth (Bi), tellurium (Te), dan tungsten (W) dapat bervariasi
tinggi kandungannya dari satu endapan ke endapan yang lainnya; serta boron (B) dan
barium (Ba) terkadang terkayakan. (www.terrasia.tripod.com).
Mineral-mineral ekonomis yang dihasilkan dari epitermal antara lain Au, Ag, Pb, Zn,
Sb, Hg, arsenopirit, pirit, garnet, kalkopirit, wolframit, siderit, tembaga, spalerite,
timbal, stibnit, katmiun, galena, markasit, bornit, augit, dan topaz. Berikut ini adalah
beberapa contoh logam hasil dari endapan epitermal yang memiliki nilai ekonomi yang
tinggi, antara lain: Emas (Au) dan Perak (Ag).

2.2.1 Emas

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin:
'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang
lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi
dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini
banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan dideposit alluvial dan salah
satu logam coinage. Kode ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada
suhu sekitar 1000 derajat celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan
logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi
dengan mineral ikutan
(gangue
minerals).
Mineral
ikutan
tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi.
Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah
paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium.
Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya
>20% (Sutarto, 2004).
Sebagian besar endapan emas di Indonesia dihasilkan jenis endapan epitermal. Endapan
emas tipe ini umumnya didapatkan dalam bentuk urat, baik dalam urat kuarsa maupun
dlam urat bentuk karbonat yang terbentuk dalam suhu 150-300 0C dengan pH sedikit
asam atau mendekati netral Urat-urat tersebut terbentuk oleh hasil aktifitas hidrotermal
yang berada di sekitar endapan porfiri. Dimana emas, perak, tembaga, wolfram, dan
timah terdapat dalam endapan ini (Sukandarrumidi, 2007).
Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan Alterasi
Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati
netral (Fluida-fluida Khlorida Netral) Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis
fluida ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan
stockwork atau stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline)
Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi
sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi dan
mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika
masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan.
Proses terbentuknya emas endapan epitermal dapat diuraikan sebagai berikut: emas
diangkut oleh larutan hidrotermal yang kaya akan ligand HS- dan OH-. Ligan ini
mengangkut emas hingga ke tempat pengendapannya. Kehadiran breksi hidrotermal
merupakan salah satu cirri adanya proses pendidihan pada larutan hidrotermal.
Pendidihan terjadi karena ada pertemuan antara larutan yang bersuhu tinggi
(hidrotermal) dengan larutan yang bersuhu rendah (larutan meteoric). Selama proses
pendidihan ini tekanan menjadi semakin besar sehingga mengancurkan dinding batuan
yang dilalui larutan hidrotermal. Akibat proses pendidihan tersebut, yaitu hilangnya gas
H2S, terjadi peningkatan pH dan penurunan suhu. Ketiga proses tersebut dapat

mengantarkan emas pada batuan sehingga kadar emas primer tinggi biasanya dijumpai
di breksi hidrotermal (Sukandarrumidi, 2007).
Dibawah ini contoh endapan emas epitermal dari sistem low sulfidation danhigh
sulfidation.
Tabel 2.2 Contoh endapan emas epitermal (high sulfidation)
(Wayan dalam . www.osun.org)

Endapan

Au (ton)

Umur

Yanacocha/Peru

820

M/P

Pueblo Viejo

680

Cret

Pascua

640

M/P

Pienina/Peru

250

M/P

Lepanto

210

Quat

El Indio

190

M/P

Chinquashih

150

Quat

Summitville

20

M/P

Rodalquilar

10

N/P

Tabel 2.3 Contoh endapan emas epitermal (Low Sulphidation)


(Wayan dalam www.osun.org)

Endapan

Au (ton)

Umur

Lihir

924

Quat

Porgera

600

M/P

Round Mountain

443

M/P

Baguio District

300

Quat

Hishikari

250

Quat

Kelian

180

M/P

Gunung Pongkor

175

M/P

Dukat

150

Cret

Cerro Korikollo

147

M/P

2.2.2 Perak
Dijumpai sebagai unsur (perak murni) atau sebagai senyawa. Sebagai perak murni (Ag)
mempunyai sifat; Kristal-kristal berkelompok tersusun sejajar, menjarum, atau
menjaring, kadang berupa sisik, kilap logam. Dalam bentuk mineral didapatkan sebagai
argentite, cerrargirit, miagirit, dan proustit (Sukandarrumidi, 2007). Perak biasanya
berasosiasi dengan pirit, tembaga, emas, kalsit, dan nikel. Perak terbentuk dari reduksi
sulfide pada bagian bawah endapan Ag, Zn, dan Pb. Terkadang juga terbentuk sebagai
endapan primer urat epitermal berasosiasi dengan kalsit (temperature rendah) (Sutarto,
2004). Kandungan perak pada beberapa mineral dapat mencapai perak murni (100%),
argentite (87%), prousite (65%), miagrite (36%), dan dalam kandungan emas (28%).
Endapan perak yang dihasilkan dari endapan emas kurang lebih 75% didapatkan sebagai
hasil samping dari pengolahan bijih emas, nikel dan tembaga. Endapan perak dapat
berupa endapan pengisian dan endapan penggantian, serta pengayaan sulfide.
Kebanyakan endapan perak didunia dihasilkan dari dari hidrotermal tipe fissure
filling (Sukandarrumidi, 2007).

2.3 Pemanfaatan Hasil Endapan Epitermal


2.3.1 Emas
Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan
sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan
keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai
mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga
emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas dalam
bidang moneter lazimnya berupa bulion atau batangan emas dalam berbagai satuan berat
gram sampai kilogram.

2.3.2 Sfalerit (ZnS)


Unsur ini biasanya ditemukan bersama dengan logam-logam lain seperti tembaga dan
timbal dalam bijih logam. Seng diklasifikasikan sebagai kalkofil, yang berarti bahwa

unsur ini memiliki afinitas yang rendah terhadap oksigen dan lebih suka berikatan
dengan belerang. Kalkofil terbentuk ketika kerak bumi memadat di bawah kondisi
atmosfer bumi awal yang mendukung reaksi reduksi. Sfalerit, yang merupakan salah
satu bentuk kristal seng sulfida, merupakan bijih logam yang paling banyak ditambang
untuk mendapatkan seng karena mengandung sekitar 60-62% seng.
Pelapisan seng pada baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi utama seng.
Aplikasi-aplikasi lainnya meliputi penggunaannya pada baterai dan campuan logam.

2.3.2 Timbal (Pb)


Timbal tersebut juga memberikan berbagai manfaat, salah satunya adalah pelumasan
pada dudukan katup dalam proses pembakaran khususnya bagi mesin-mesin kendaraan
bermotor keluaran lama (dekade 1980-an dan sebelumnya). Adanya fungsi pelumasan
dari Timbal pada dudukan katup tersebut, akan mengakibatkan dudukan katup terjaga
dari keausan dan resesi (recession valve) sehingga lebih tahan lama/awet. Dengan kata
lain perawatan untuk dudukan katup tersebut menjadi lebih murah.
sifat timbal ini yang tahan terhadap korosi (karatan), timbal ini biasanya digunakan
untuk bahan perpipaan, bahan aditif untuk bensin, baterai, pigmen dan amunisi. Selain
itu dalam dunia permesinan terutama kendaraan bermotor timbal ini juga bermanfaat
buat menambah nilai oktan pada bensin (premium) sehingga efekknocking (ketukan)
pada mesin dapat dihindari. Residu timbal ini berfungsi untuk melapisi katup. Karena
ada lapisan ini, maka ketika katup menutup ada semacam bantalan/pelindung antara
bahan metal katup dengan dudukan katup(valve seat) di cylinder head mesin sehingga
terhindar terjaga dari keausan dan resesi (recessionvalve) sehingga lebih tahan
lama/awet. (www.superpedia.rumahilmuindonesia.net)
Endapan Mineral Hipotermal
Pengertian
Beberapa endapan mineral terbentuk pada larutan hidrotermal. Berdasarkan temperatur,
tekanan dan kondisi geologi pada saat pembentukannya endapan hidrotermal dapat
dibagi menjadi 3 jenis yaitu: endapan hipotermal, endapan mesotermal dan endapan
epitermal. Pada tulisan ini pembahasan terhadap proses pembentukan endapan mineral
lebih dikhususkan pada pembentukan endapan hipotermal.
Mineralisasi hipotermal adalah proses pembentukan mineral pada suhu tinggi (300C5000C) yang berada pada lingkungan jauh dengan permukaan pada kedalaman kurang
dari 4-6 km. prosesnya hamper sama dengan epithermal dan endapan mesothermal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi secara umum pada lingkungan ini, yang
mencirikan karakteristik dari proses mineralisasi, temasuk kondisi geologi lokal
(permeabilitas dan reaktivitas dari host-rocks) dan tekanan beserta temperatur dari fluida
hydrothermal (air pada temperatur 100C dapat tetap menjadi cairan dibawah tekanan

yang tinggi tetapi ketika berada lingkungan tekanan yang rendah dapat mendidih secara
tiba-tiba bahkan meledak secara explosive). Fluida hydrothermal mungkin dari residu
magma asli, tetapi umumnya terbentuk ketika airtanah terpanaskan oleh tubuh batuan
yang meleleh, contohnya sebuah sub-volcanic magma-chamber.

A. Keberadaan
Endapan hipotermal terbentuk pada magma chamber pada kedalaman 4.000 6.000
meter. Pada endapan ini, biasa terdapat mineral logam yang berupa bornit, kovelit,
kalkosit, kalkopirit, pirit, tembaga, emas, wolfram, molibdenit, seng dan perak. Mineral
logam tersebut berasosiasi dengan mineral - mineral pengotor seperti piroksen, amfibol,
garnet, ilmenit, spekularit, turmalin, topaz, mika hijau dan mika cokelat (Warmada,
2009).
Keberadaan dari endapan hipotermal terkait dengan pembentukannya yang dipengaruhi
oleh aktivitas magmatisme yang berada pada lokasi di bawah permukaan, yaitu pada
kedalaman 4.000 6.000 meter. Selain itu, dengan adanya sistem hidrotermal yang
membutuhkan adanya aktivitas magmatisme, maka endapan hipotermal akan dapat
ditemukan pada daerah-daerah yang terdapat aktivitas magmatisme seperti sepanjang
zona subduksi ataupun ring of fire.

B. Potensi
Menurut M. Bateman, terdapat beberapa proses pembentukan mineral yang dari
proses-proses tersebut akan menghasilkan mineral dengan karakteristik yang khusus.
Proses-proses pembentukan mineral menurut Bateman antara lain proses magmatisme,
pegmatisme, pneumotalisis, dan hidrotermal. Dalam tulisan ini, telah dipersempit objek
studi yaitu berupa endapan mineral hipothermal yang merupakan salah satu bentukan
dari proses pembentukan mineral secara hidrotermal.
Endapan hipotermal terbentuk pada temperatur dan tekanan yang tinggi, dan pada
umumnya terbentuk kedalaman 4.000 6.000 meter, dimana tidak ada perantara yang
bisa menghubungakan dengan permukaan. Tekstur dan strukutur pada endapan
hipotermal menunjukan bahwa endapan ini merupakan endapan hasil replacement, dan
pengisian mineral pada rekahan (vein), sehingga karakter dari endapan dangkal tidak
terlihat lagi. Batuan pada endapan hipotermal dapat terlapiskan atau tergeruskan,
terkadang mengandung fragmen-fragmen dari batuan dinding.
Pada umumnya, endapan hipotermal berupa perlapisan endapan yang tersusun oleh
butiran yang kasar. Endapan mineral yang terdapat pada zona hipotermal antara lain
emas, wolframite, scheelite, pyrrhotite, pentlandite, pyrite, arsenopyrite, chalcopyrite,
sphalerite, galena, uranite, dan cobalt. Flourite, barite, magnetite, dan ilmenite, dalam
jumlah kecil juga mungkin terdapat pada zona ini. Selain mineral-mineral tersebut,
terdapat juga mineral mineral lain yang merupakan penyusun dari batuan beku dan

metamorf yang juga dapat dimungkinkan terdapat pada zona hipotermal, biasanya
ditemukan bersamaan dengan urat hipotermal.
Berdasarkan data-data eksperimen dan pemodelan memperlihatkan bahwa logam-logam
pada umumnya termobilisasi (berasosiasi) dengan magma. Berdasarkan pengukuranpengukuran pada material hasil letusan gunung api memperlihatkan bahwa gas-gas yang
terlepas dari magma (degassing magma) dapat membawa logam-logam. Berdasarkan
studi terhadap beberapa tipe endapan, memperlihatkan adanya hubungan antara jenis
(komposisi) magma yang berasosiasi dengan kandungan unsur-unsur logam tertentu,
antara lain :
Magma (batuan beku) dengan kandungan K2O dan Na2O yang tinggi dapat menjadi
host untuk unsur-unsur lithophile seperti Zr, Nb dan Lanthanides.
Magma dengan komposisi aluminous yang kaya dengan F secara spesifik berasosiasi
dengan Sn, Mo, dan B.
Timah (Sn) dan tungsten (W) memperlihatkan kecenderungan berasosiasi dengan
reduced magma (dicirikan dengan absen-nya magnetite).
Tembaga (Cu) dan Molibdenum (Mo) memperlihatkan kecenderungan berasosiasi
dengan oxided magma (dicirikan dengan kehadiran magnetite).
Berdasarkan pemetaan terhadap keberadaan (sebaran) endapan-endapan pada
lingkungan hydrothermal memperlihatkan korelasi antara lingkungan tektonik (busur
magmatik) dengan distrik (komplek) bijih.

C. Penggunaan/Manfaat
Endapan hipotermal, seperti yang telah dibahas pada poin sebelumnya, memiliki
berbagai macam asosiasi dengan mineral lain. Dari masing-masing endapan hipotermal
tersebut, akan dapat bernilai ekonomis jika dalam jumlah tertentu. Berikut ini adalah
beberapa contoh penggunaan dari macam-macam endapan hipotermal.
1. Emas
Emas termasuk golongan native element, dengan sedikit kandungan perak, tembaga,
atau besi. Warnanya kuning keemasan dengan kekerasan 2,5-3 skala Mohs. Bentuk
kristal isometric octahedron atau dodecahedron. Specific gravity 15,5-19,3 pada emas
murni. Makin besar kandungan perak, makin berwarna keputih-putihan. Dengan kondisi
fisik dari emas yang berwarna menarik dan termasuk dalam golongan logam mulia,
sehingga endapan ini menjadi komoditas yang memiliki harga tinggi. Dengan kestabilan
harganya, maka dibeberapa negara sejak dulu emas dijadikan sebagai standar keuangan.
Selain itu, dengan warnanya yang menarik, emas dijadikan sebagai perhiasan dan
benda-benda yang memiliki estetika.
2. Wolframite

Wolframite merupakan mineral series yang biasanya dapat ditemukan pada urat kuarsa
dan pegmatite yang merupakan asosiasi dengan intrusi granit. Wolframite merupakan
sumber utama dari metal tungsten yang merupakan logam dengan kekuatan yang tinggi
dan massanya yang rendah (ringan) sehingga digunakan sebagai bahan alat-alat militer.
3. Galena
Galena merupakan mineral sulfida, yang pembentukannya masuk dalam kategori
pembentukan hipothermal. Endapan dari mineral ini mengandung sejumlah besar perak
yang menyatu pada struktur yang ada. Galena merupakan mineral semikonduktor yang
digunakan dalam peralatan komunikasiwireless. Selain endapan dari mineral-mineral
hipotermal di atas, masih ada beberapa macam endapan mineral hipotermal lain dengan
kegunaan masing-masing. Secara umum, endapan hipotermal memiliki kegunaan yang
hampir sama sebagai mineral logam hasil altrasi pada sistem hipotermal.
ENDAPAN MINERAL MESOTHERMAL
1.
a.

PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN MINERAL MESOTHERMAL


Pembentukan Mineral Primer

Sebelum membahas mengenai proses pembentukan endapan mineral mesothermal,


terlebih dahulu harus diketahui tentang pembentukan endapan mineral menurut proses
pembentukannya, adalah sebagai berikut :
Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis
endapan, yaitu :
a.

Fase Magmatik Cair

b.

Fase Pegmatitil

c.

Fase Pneumatolitik

d.

Fase Hidrothermal

e.

Fase Vulkanik

Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang
berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan :
a.

Kristalisasimagmanya

b.

Jarak endapan mineral dengan asal magma

intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah atuan beku

peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku

crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas

apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku

tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku

Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)


Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral
terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara
gravitational settling. Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit,
titamagnetit, dan petlandit.
Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat
kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual
yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill,
dan stockwork.
Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam
lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontakmetamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma
yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur
tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak
yang terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet,
vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.
Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil
differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan
merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan.
Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)
Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih secara
primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
1.

Lava flow

2.

Ekshalasi

3.

Mata air panas

b.

Proses Hidrotermal

Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat aqueos sebagai hasil
diferensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relative ringan, dan
merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan deposit mineral.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hydrothermal
yaitu Cavity Filling atau mengisi lubang-lubang yang sudah ada dalam batuan,
dan Metasomatisme, dengan mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan
dengan unsur baru larutan hydrothermal.

Berdasarkan cara pembentukannya, maka dikenal beberapa jenis endapan hidrotermal,


antara lain :

Endapan mineral Ephitermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu < 200

Endapan mineral Mesothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu
antara 200-300C dengan tekanan moderat

Endapan mineral Hipothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu 300500C dengan tekanan yang tinggi.

Gbr. Proses hydrothermal dalam mineralisasi batuan

c.

Pembentukan Endapan Mineral Mesothermal

Endapan mineral mesothermal merupakan endapan mineral yang terbentuk pada


temperature dan tekanan menengah. Bijih endapan mineral ini terbentuk pada suhu
sekitar 200-300C dengan kedalaman sekitar 1200-3600m dibawah permukaan bumi.
Pada dasarnya pembentukannya tidak jauh berbeda dengan pembentukan endapan
mineral epitermal dan hipotermal, yang membedakan hanya suhu dan tekanan pada saat
pembentukannya.
Magma mengalami diferensiasi seiring penurunan suhu secara bertahap, mineral yang
pertama kali terbentuk adalah mineral yang terbentuk secara pegmatitic yang sarat akan
unsur logam, selanjutnya pada tingkat diatasnya kandungan unsur logam mulai
berkurang seiring pembentukan mineral secara pneumolitik, sehingga tahapan
pembentukan mineral yang selanjutnya adalah melalui proses hidrotermal akibat
kandungan unsur mineral logam yang sudah mulai berkurang. Dalam proses
pembentukan endapan mineral hidrotermal ini diawali dengan endapan mineral
hypothermal pada suhu sekitar 300-500C dengan tekanan yang masih sangat tinggi,
kemudian terbentuk endapan mineral mesothermal pada suhu 200-300C pada tekanan

moderat, dan yang terakhir adalah endapan mineral epitermal pada suhu sekitar 150200C dengan tekanan rendah dekat dengan permukaan.
Semakin mendekati permukaan, maka mineral-mineral yang terbentuk cenderung
kepada mineral yang bersifat acid(asam) seiring berkurangnya kandungan unsur logam
sehingga kandungan silikanya secara otomatis akan mendominasi.

2.
a.

KEBERADAAN ENDAPAN MINERAL MESOTHERMAL


Macam Endapan Mineral Mesothermal

Endapan mineral mesothermal terdiri dari beberapa beberapa mineral logam yang
beberapa diantaranya adalah timbal, seng, perak, dan emas. Mineral-mineral logam
tersebut dapat terendapkan bersama dengan mineral-mineral lain seperti kuarsa, pirit,
dan juga mineral karbonat. Zona altrasi yang luas mengeliilingi endapan mineral
mesothermal tersebut. Produk dari altrasi itu antara lain, sericite, kuarsa, kalsit, pirit,
dolomit, piroklas, klorit , dan mineral lempung. Ortoklas sekunder dan mineral lempung
dijumpai pada endapan tembaga yang tersebar dalam zona tersebut. Beberapa mineral
tersebut seperti klorit dan lempung lebih memiliki karakteristik seperti endapan
epithermal, akan tetapi biasanya endapan tersebut terdapat pada bagian luar dari
endapan mesothermal.
Berikut merupakan ciri-ciri umum dari endapan mesothermal
Pada endapan ini tekanan temperaturnya medium(300o - 200oC),
Karena bertemperaturnya medium maka proses pengendapan hanya mengisi celacela(cavity filling) pada batuan yang dibentuk oleh tekanan dan juga kadang-kadang
mengalami replacement karena temperature yang masih medium.
Asosiasi mineral yang ada berupah berupah sulfide Ag, As, Au, Sb dan oksida (Sn)
yang berasosiasi dengan batuan beku asam yang didekat permukaan bumi oleh karena
itu, mineral Au, Cu dapat dijumapi pada mineral kuarsa dan kalsit pada batuan beku
asam dan batuan sedimen.
Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu
(spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi
minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa(SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida
hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal. Sedangkan alterasi yang
ditimbulkan untuk tipe endapan mesothermal khususnya pada dapat dilihat pada Tabel
di bawah ini.

Batuan dinding

Hasil Alterasi

batuan gamping

silisifikasi

serpih, lava

selisifikasi, mineral-mineral lempung

batuan beku asam

sebagian besar serisit, kwarsa, beberapa


mineral lempung

batuan beku basa

serpentin, epidot dan klorit

Tabel 1. Alterasi-alterasi yang terjadi pada tipe endapan Mesothermal

Paragenesis dari endapan mesothermal dan mineral gangue antara lain stanite (Sn, Cu)
sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit
(Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit
(CuFeS2), dengan mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Lindgren (1933) menyatakan bahwa endapan mesothermal tidak mengandung mineral
garnet, topas, piroksen, amphibole, dan tourmaline yang merupakan mineral dengan
suhu pembentukan yang tergolong tinggi. sedangkan endapan mesothermal juga tidak
mengandung zeolite yang proses pembentukannya pada suhu yang tergolong rendah.
Endapan mineral mesothermal berhubungan erat dengan batuan beku secara spasial
ataupun secara genetic (genesa), sedangkan dalam hal lain, tidak ada asosiasi genetic
yang bisa dijabarkan.
b.

Lokasi Pembentukan Endapan Mineral Mesothermal

Lokasi Pembentukan dari Endapan Mineral Mesothermal adalah pada Urat-urat


polimetalikpada batuan yang berumur paleozoikum bawah, dengan contoh batuan yang
telah diketahui dari Pembrokeshire, melewati Wales tengah ke Snowdonia dan pada
Anglesey.
Secara khusus, urat-urat polimetalik terdapat pada patahan, rekahan-rekahan batuan dan
zona patahan. Proses mineralisasi dimungkinkan terdapat pada struktur, atau
berkembang dengan pola minim (jarang). Gerakan perulangan dan proses aktivitas
mineralisasi adalah hal yang khusus. Dip-dip sangat dimungkinkan untuk berubah-ubah
dan dip-dip curam merupakan hal yang lazim pada batuan-batuan yang berkompeten
(contoh batupasir, dolerite sills) dan dip-dip yang kurang curam terdapat pada batuanbatuan yang tidak berkompeten (contoh serpih, batulempung). Wallrock biasanya
teralterasi, dengan kenampakkan yang agak memudar.
Di dalam Urat-urat polimetalik terkandung tembaga, timbal, seng, perak, dan emas
(sangat ekonomis), arsenic, dan logam putih, selalu didapatkan sufida langka, arsenide
atau telluride,. Material material ini terbentuk dari sejumlah proses, yang berada di
Wales,

Ketika sekuen sedimen tebal dan batuan vulkanik terkubur sangat dalam, hal ini
digunakan untuk penambahan tekanan dan suhu, menghasilkan produk dalam
metamorfisme tingkat rendah. Jumlah kebebasan air yang signifikan ini berasal dari
mineral yang terhidrasi, seperti lanau, sebagai rekristalisasinya. Unsur yang
mengandung air ini lalu pindah sebagai fluida hidrotermal sepanjang jalan yang dapat
dilewati air pada batuan, seperti patahan dan zona rekahan, dimana mineral-mineral
terdepositkan.
Beberapa sampel terbaik yang berasal dari Welsh, sama seperti urat-urat yang berada di
sabuk emas Dolgellau, diisi oleh batuan sedimen berumur tengah sampai atas kambrian,
dan intrusi, dan terbentuk lebih dahulu dari deformasi Caledonian yang terangkat
menjadi cekungan Welsh pada masa Devonian. Urat-urat tersebut mengisi rekahan
patahan dengan panjang strikehingga beberapa kilometer dan khususnya terungkap
menyerupai struktur pita sebagai contoh ilustrasi diatas.
Reaksi metamorfisme menyebabkan pengisian air berskala luas pada batuan yang
terkubur sangat dalam, dipercaya telah mengalami proses mekanisme yang memicu
fluida hidrotermal.

3.
a.

POTENSI
Nilai ekonomis mineral mesothermal

Produk atau hasil dari endapan mineral mesothermal beberapa diantaranya adalah
timbal, tembaga, seng, perak, dan emas yang terendapkan bersama dengan mineralmineral seperti mineral kuarsa, pirit, dan juga mineral karbonat. Mineral-mineral
tersebut merupakan mineral yang memilki nilai ekonomis yang sangat tinggi.
Endapan mineral emas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi diantaranya
adalah, native gold, calaverite, dan sylvanite. Dari macam-macam endapan mineral
tersebut, native gold merupakan jenis endapan mineral emas yang paling ekonomis. Hal
tersebut dikarenakan kandungan atau komposisi dari unsur Au yang lebih besar daripada
jenis endapan mineral emas,calaverite, dan sylvanite.
Endapan mineral perak dibagi menjadi beberapa jenis mineral berdasarkan komposisi
atau kandungan dari unsur Ag. Endapan mineral yang paling banyak kandungan unsur
Ag adalah mineral native silver, kemudian dibawah mineral native silver yang mana
kandungan Ag nya lebih sedikit yakni 25%-50% adalah mineral argentite dan
cerargirite.
Endapan Mineral Tembaga merupakan salah satu dari beberapa mineral bijih yang
cukup potensial. Tembaga terbagi menjadi beberapa kelas berdasarkan kandungan unsur
Cu, urutan kelas tersebut antara lain Native Cooper, Bornite, Chalcosite, Chalcopyrite,
Covellite, Cuprite, Enargite, Malachite, Azurite.
Endapan mineral lain adalah mineral timbal yang diklasifikasikan berdasarkan
kandungan Pb nya. Nilai kandungan Pb yang besar adalah Galena. Sementara

kandungan unsur Pb yang lebih kecil dari mineral Galena adalah Cerussite dan
Anglesite. Semakin tinggi kandungan Pb nya, maka semakin tinggi nilai ekonomis dari
mineral tersebut.
Seng adalah endapan mineral yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Mineral
ini dibagi menjadi beberapa kelas. Yaitu Sphaleite, Smitshsonite, Hemimorphite, dan
Zincite. Nilai kandungan unsur Zn yang besar akan mempengaruhi nilai ekonomis dari
mineral tersebut. Kelas endapan mineral ini yang memilki nilai Zn terbesar adalah
Sphaleite.
Endapan mineral lain yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi adalah timah.
Kandungan Sn yang besar pada mineral ini akan mempengaruhi nilai ekonomis suatu
mineral. Mineral Timah yang mengandung Sn terbesar adalah Cassiterite dan Stannite.
b.

Persebaran endapan mineral mesothermal di Indonesia

Endapan mineral mesothermal banyak tersebar di berbagai wilayah di Indonesia,


misalnya
1.

Timah

Daerah-daerah penghasil timah di Indonesia adalah Pulau Bangka, Belitung,dan


Singkep yang menghasilkan lebih dari 20% produksi timah putih dunia. Di Muntok
terdapat pabrik peleburan timah.
2.

Nikel

Nikel terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti, dan di Kolaka (Sulawesi
Selatan).
3. Tembaga
Tembaga terdapat di Tirtomoyo dan wonogiri (Jawa Tengah), Muara Sipeng (Sulawesi)
dan Tembagapura (Papua/Irian Jaya).
4. Emas dan perak
Emas dan Perak merupakan logam mulia. Pusat tambang emas dan perak terdapat di
daerah-daerah berikut:
Tembagapura di Papua (Irian Jaya)
Batu hijau di Nusa Tenggara Barat
Tasikmalaya dan Jampang di Jawa Barat
Simao di Bengkulu
Logos di Riau
Meulaboh di Naggroe Aceh Darusalam

4.
1.

PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN


Galena

Mineral sulfida yang alami


Mineral bijih yang paling utama
Mempunyai rumus bahan kimia (PbS) Sulfida
System kristalnya isometric hexoctahedral, mempunyai belahan yang sempurna,
dengan kekerasn 2,5 2,75 dan berat jenis 7,58, kilap logam, dengan warna abu abu
timah
Mineral galena sekali kali di gunakan sebagai semikonduktor (yaitu kristalnya) di
dalam pesawat radio. kristal galena menjadi bagian dari suatu titik- dioda kontak
digunakan untuk mendeteksi isyarat/sinyal radio.
Batuan galena merupakan bahan baku dari logam timah hitam (Pb).

2.

Kalkopirit

suatu mineral besi sulfide tembaga yang mengeristal sistem bersudut empat
mempunyai komposisi kimia yaitu (CuFeS2)
mempunyai warna kuning keemasan, dan mempunyai skala kekerasan 3,5 4,
Lapisan nya adalah diagnostik seperti sedikit warna hijau kehitam.
saat kalkopirit berada di udara terbuka maka kalkopirit akan beroksidasi dengan
berbagai oksida, hidroksid dan sulfatesRekanan Mineral Tembaga meliputi sulfida
bornite ( Cu5FeS4), chalcocite ( Cu2S), covellite ( CuS), digenite ( Cu9S5); karbonat
seperti perunggu dan azurit, dan oksida jarang seperti cuprite ( Cu2O).
Warna kalkopirit kuning gelap dengan sedikit warna kehijau hijauan dan kilap
berminyak diagnostic. Dalam kaitan dengan warna nya dan isi tembaga tinggi,
kalkopirit telah sering dikenal sebagai tembaga kuningan.
digunakan di dalam pembuatan asam belerang dan belerang dioksida, butir dari
pyrite debu telah digunakan untuk memulihkan besi, emas, tembaga, unsur kimia/kobalt,
nikel, dll.
3.

Emas

Logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 3
(skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang
berpadu dengannya.
Mempunyai kandungan unsur Au

Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue


minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan
sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi.
Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa, dll.
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau
Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, dan Papua.
4.

Perak

Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam
emas, yang mempunyai warna putih.
Mempunyai kandungan unsur Ag
Kegunaannya adalah untuk perhiasan, cindera mata, logam campuran, dll. Potensinya
selalu berasosiasi dengan logam lainnya seperti emas dan tembaga
5.

Seng

Merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik.


Beberapa aspek kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion
kedua unsur ini berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan
oksidasi+2.
Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan
bersifatdiamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak berkilau.
Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal heksagonal
Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak Bumi dan memiliki
lima isotopstabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah sfalerit (seng
sulfida).
Pelapisan seng pada baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi utama seng.
Aplikasi-aplikasi lainnya meliputi penggunaannya pada baterai dan aloi. Selain itu juga
seng dapat digunakan dalam pembuatan konstruksi bangunan dan juga merupakan
mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Pada anak-anak, defisiensi ini
menyebabkan gangguan pertumbuhan, mempengaruhi pematangan seksual, mudah
terkena infeksi, diare, dan setiap tahunnya menyebabkan kematian sekitar 800.000 anakanak di seluruh dunia. Kongersumsi seng yang berlebihan dapat menyebabkan ataksia,
lemah lesu, dan defisiensi tembaga.

http://thegoldenjubilee.blogspot.co.id/2012/03/endapan-mineral-mesothermal.html

http://geosjepara.blogspot.co.id/2014/02/endapan-mineral-hipotermal.html

Anda mungkin juga menyukai