Anda di halaman 1dari 13

Endapan Placer

April 7, 2013 by trueboyplaza


Yang dimaksud placer adalah endapan bahan galian atau batuan yang
telah mengalami proses pelapukan dan transportasi kemudian
terendapkan ditempat yang lebih rendah. Endapan placer termasuk
endapan sekunder dan endapan ini terdiri dari endapan eluvial dan
alluvial. Endapan bijih aluvial dibagi menjadi dua :

Endapan Bijih Kaksa ( Timah )

Terjadi akibat proses erosi selektif dimana mineral yang berat ( kasiterit
) terendapkan sedangkan mineral yang ringan terbawa jauh. Endapan
ini dicirikan lokasi terdapatnya dilembah lembah dan di atas bed rock
serta butirannya tidak semua besar atau kasar.

Endapan bijih Meincan

Terjadi akibat adanya proses erosi kembali terhadap bentuk morfologi


dari bijih yang tadinya tersebar luas. Ciri-ciri endapan ini yaitu terdapat
dilembah endapannya tipis dan butirannya hampir bulat.

Perlu kita ketahui perbedaan pengertian antara placer dan aluvial yaitu
perbedaan mengenai terjadinya pengendapan bahan galian, akan
tetapi di Indonesia sebagian besar dari placer itu berupa aluvial
sehingga tambang placer tersebut juga kita namakan tambang aluvial
Menurut bentuk dan tempat pengendapannya placer dapat
digolongkan menjadi :

Residual Placer

Sering pula disebut eluvial karena terbentuk langsung diatas batuan


induknya atau sedikit pada lerengnya, batuannya kasar dan tepinya
masih jelas kasar.

Hill Silk Placer

Terjadinya pada tebing-tebing lembah dan cirinya masih kasar.

Creet Placer

Endapan ini terdapat di sungai-sungai kecil di bukit merupakan


endapan yang dangkal dan letaknya sejajar dengan permukaan aliran
air, bentuknya sudah agak bulat.

Bech Placer

Terdapat pada teras teras sungai dalam bentuk halus dan agak
berongga.

River Bar Placer

Terdapat di samping atau tepat di muka muara sungai bentuknya halus


sekali.

Gravel Plain Placer

Terdapat pada daerah pantai yaitu pada daerah pasang surut air laut.

Beach Placer

Terbentuk oleh aliran gelombang air laut biasa terdapat pada lerenglereng pasir pantai dan tak jauh dari daratan.

Di Indonesia sendiri endapan placernya masih tergolong muda karena


saat diketemukan kebanyakan tidak lebih dari lima puluh meter.
Sehingga masih bisa diusahakan dengan system tambang terbuka.

Endapan Mineral Placer

ENDAPAN SEDIMENTER ( PLACER )

Gambar : Endapan placer dengan batuan induk urat (vein)

1. PENGERTIAN ENDAPAN SEKUNDER


Endapan sekunder (secara umum) adalah :
a) Endapan yang terbentuk akibat konsentrasi mineral berharga (bijih),
b) Yang berasal dari perombakan batuan asal,
c) Mengalami pengendapan kembali melalui proses - proses eksogen.
d) Pelapukan (kimia atau mekanis),
e) Transportasi,
f) Sorting (pelindian/leaching), dan
g) Pengkonsentrasian (pengkayaan).
2. Kategori Utama Endapan Sekunder
Endapan Sedimenter (Placer) :
1. Pelapukan mekanis,

2. Memiliki perbedaan berat jenis,


3. Transportasi mekanis (air, angin, laut),
4. Konsentrasi gravitasi.Endapan Residual/Laterit
5. Pelapukan mekanis dan kimiawi,
6. Memiliki perbedaan mobilitas,
7. Pengalami pelindian (leaching),
8. Konsentrasi (residual maupun supergene enrichment

3. ENDAPAN SEDIMENTER
Merupakan endapan-endapan yang terbentuk(terkonsentrasi) oleh
proses-proses mekanis,terutama yang terjadi pada mineral-mineral
berat (heavy minerals) yang memiliki ketahanan (resistensi) terhadap
pelapukan. Contoh endapan Placer adalah : Kasiterit (SnO2), kromit
(FeCr2O4),
intan,
emas,ilmenit
(FeTiO3),
magnetit
(Fe3O4),
monazite[(Ce,La,Nd,Th)PO4], platinum, rutil (TiO2), xenotim[Y(PO4)]
dan zirkon (ZrSiO4), serta batu mulia(garnet, ruby, sappire, dll).

Endapan Placer Residual adalah Endapan ini terbentuk di atas batuan


asal.Akibat penguraian dan penghancuran secara mekanisbatuan asal
mengalami perombakan ukuranbutir yang lebih kecil atau halus.
Fragmen yang relatif lebih ringan dan mudah larutakan tertransportasi
5

konsentrasi mineral berat.Morfologi atau topografi yang relatif


datar.Pada topografi miring , terjadi perpindahan konsentrasi mineral
berat (residual) endapaneluvial (collovial).
Faktor pengontrol :
1. Ketahanan terhadap pelapukan secara kimia
2. Tidak mengalami penguraian (deformasi) komposisi kimia,
3. Ketahanan terhadap pelapukan secara mekanis (fisik)tidak
mengalami kerusakan secara fisik,
4. Konsentrasi gravitasi secara alamiah (perbedaan beratjenis)
memungkinkan pengendapan kembali
untukmencapai
konsentrasi yang ekonomis.
5. Media transportasi (solid, air, dan gas/udara) mediautama,
6. Perangkap atau lingkungan pengendapannya

Gambar : Laterite

Gambar : Profil laterite

4. Stream atau Endapan Placer Alluvial


Endapan placer aluvial merupakan tipe endapan yangsangat penting
untuk emas dan intan.Fraksiukuran butir pada mineral-mineral berat
relatiflebih halus daripada mineral-mineral ringan.Mineral-mineral berat
akan terkonsentrasi pada lokasidimana terjadi suatu gangguan pada
aliran (irregularflow) atau pengurangan energi, seperti natural
riffle,lubang pada dasar sungai atau air terjun, pada tubrukan arus
sungai (pay streak), meander sungai, dll.
SEDIMENTER (PLACER)
Hal - Hal yang mempengaruhi deposit endapan placer :
1. Lubang (perangkap) di dasar sungai/air terjun
2. Arah Aliran
3. Jebakan Alamiah
4. Batuan Dasar
5. Sungai.

5. Endapan pantai
(offshoreplacer)

(beach

placer)

dan

Endapan

Lepas

Pantai

Pada endapan pantai, endapan yang ekonomis akan terkonsentrasi di


sepanjang garis pantai,atau pada muara sungai, atau reworking
padaendapan yang lebih tua.Dalam hal ini, pergerakan muka air laut
dan ombak memegang peranan penting. Sedangkan endapan lepas
pantai (offshore placer) merupakan kemenerusan dari endapan endapan pantai, dimana keberadaan arus bawah menjadi penentu
utama.

Endapan Porfiri adalah endapan mineral yang terjadi akibat suatu intrusi yang
bersifat intermedier-asam, yang kemudian terjadi kontak dengan batuan samping
yang mengakibatkan terjadinya mineralisasi. Porfiri bersifat epigenetik. Produk
utama dari Porfiri adalah Cu-Au atau Cu-Mo.
Porfiri terbentuk dari beberapa aktifitas intrusi, terdiri dari kumpulan dike dan
breksi intrusi. Mineralisasi terjadi akibat alterasi batuan samping, disseminated
dan stockwork mineralization. Alterasi yang terjadi pada host rock intensif dan
ektensif akibat dari fluida hidrotermal yang terbentuk. Pada dasarnya endapan
porfiri mempunyai tonnase yang besar dan grade yang kecil.

Endapan Porfiri adalah endapan penghasil tembaga (Cu) terbesar, lebih dari 50 %.
Endapan porfiri umumnya terbentuk pada jalur orogenik, contohnya pada lingkar
Pasifik. Contoh endapan ini di Indonesia, terdapat di Grassberg, SelogiriWonosari
Lowell-Guibert membagi endapan porfiri menjadi beberapa zona bedasarkan
asosiasi mineralnya, yaitu

Potassic Zone selalu hadir dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: Kfelspar sekunder, biotit, dan atau klorit yang menggantikan K-felspar.

Phyllic Zone tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh:
vein quartz, sericite and pyrite and minor chlorite, illite dan rutile
menggantikan K-spar and biotite.

Argillic Zone tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh:
mineral lempung kaolinite dan montmorillonite dengan sedikit
disseminated pirit. Plagioclase teralterasi kuat, K-spar tidak terpengaruh,
dan biotit mengalami kloritisasi.

Propylitic Zone selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: klorit,
kalsit dan minor epidote. Mineral mafik terubah sangat kuat sedangkan
plagioklas sedikt terubah.

Sedangkan berdasarkan mineral bijihnya, endapan porfiri dibagi menjadi beberapa


zona, yaitu:
Inner Zone bersamaan dengan zona alterasi potasik. Mengandung sedikit
sulfida, tapi paling banyak mengandung Molybdenum. Pyrite 2-5% dan rasio
py/cp sekitar 3:1. Mineralisasi lebih banyak disseminated daripada stockwork.
Ore Zone berada pada perbatasan zona potasik dan filik. Pyrite 5-10% dan
rasio py/cp sekitar 2.5:1. Mineral bijih utama: chalcopyrite yang hadir sebagai
stockwork veinlet. Mineral bijih lainnya: bornite, enargite and chalcocite.
Pyrite Zone lebih banyak terdapat pada zona filik dan argilik. Kandungan pirit
tinggi (10-15%) dan rasio py/cp sekitar 15:1. Mineralisasi hadir sebagai urat dan
disseminasi.
Outer Zone hadir bersamaan dengan propylitic zone. Pyrite minor, dan
mineralisasi copper sangat jarang. Sphalerite dan galena sangat umum dijumpai,
tapi biasanya sub-ore grade. Mineralisasi hadir berupa vein sebenarnya (mirip
vein epithermal).

Gambar dari : http://geosphere.gsapubs.org/content/2/3/161/F1.expansion.html


Alterasi hidrotermal sangat luas baik untuk ukuran cebakan dan berada di sekitar
urat-urat dan rekahan. Pada beberapa cebakan porfiri, zona alterasi pada cebakan
terdiri dari bagian dalam zona potasik dicirikan oleh biotite dan / atau K-feldspar
( amphibole magnetit anhydrite) dan zona luar alterasi propilitik yang terdiri
dari kuarsa, klorit, epidote, kalsit, dan lokal albite berasosiasi dengan pirit. Zona
alterasi filik (kuarsa + sericite + pirit) dan alterasi argillik (kuarsa + illite +
kaolinit pirit smectite montmorillonite kalsit) bisa menjadi zona antara
zona potasik dan propilitik, bisa juga tak beraturan dan tabular, zona yang lebih
muda menindih alterasi dan kumpulan mineral yang lebih tua (misalnya,
Ladolam; Moyle et al., 1990).
Zona sulfida ekonomis sangat erat berkaitan dengan alterasi potasik, seperti
ditunjukkan oleh Carson dan Jambor (1974) pada sejumlah cebakan porfiri Cu
dan Cu-Mo. Alterasi sodic (utamanya albite sekunder) berasosiasi alterasi potasik
pada beberapa cebakan porfiri Cu-Au seperti pada Copper Mountain dan Ajax,
British Columbia (Preto, 1972; Barr et al., 1976; Ross et al., 1995).
Sebagian alterasi albitik tumpang tindih dengan alterasi potasik dan Cu di bagian
utara cebakan Ingerbelle di Copper Mountain; pada cebakan Ajax, Cu kadar tinggi
terbentuk dekat, tapi bukan di dalam, batuan alterasi albitik yang intens. Eaton dan
Setterfield (1993) menunjukkan bahwa cebakan porfiri Cu Nasivi 3 porphyry di
tengah-tengah kaldera shoshonitik Tavua bersebelahan dengan tambang epitermal
Emperor Au di Fiji, berisi albitik, inti Cu berada di sekitar tepian alterasi propilitik
dan menempati alterasi filik yang lebih muda. Alterasi sodic-calcic (oligoclase +
kuarsa + sphene + apatit actinolite epidote) yang berada di bagian bawah zona
di bawah alterasi seperti potasik pada cebakan porfiri Cu Yerington dan Ann-

10

Mason, Nevada (Carten, 1986; Dilles dan Einaudi, 1992).


Alterasi mineralogi dikontrol oleh sebagian komposisi batuan induk. Pada batuan
yang mafic dengan besi dan magnesium yang signifikan, biotite, hornblende
adalah mineral alterasi yang dominan pada zona alterasi potasik, sedangkan
K.feldsfar dominan di batuan yang lebih felsic. Pada batuan yang karbonatan,
mineral calc-silikat seperti garnet dan diopside berlimpah.
Alterasi mineralogi juga dikontrol oleh sistem komposisi mineralisasi. Pada
lingkungan yang lebih oksida, mineral seperti pirit, magnetit ( bijih besi) dan
anhydrite sangat umum, sedangkan pyrrhotite hadir dalam lingkungan yang
kurang oksida. Sistem kaya-fluorine seperti yang berhubungan dengan banyak
cebakan porfiri Sn dan W Mo, beberapa cebakan porfiri Mo, umumnya
mengandung mineral-mineral pembawa fluorine sebagai bagian dari kumpulan
alterasi.
Pada Mount Pleasant, sebagai contoh, alterasi potasik jarang dan laterasi utama
berasosiasi dengan cebakan W-Mo yang terdiri dari kuarsa, topaz, fluorit dan
sericite, dan di sekitar alterasi propilitik terdiri dari klorit + sericite (Kooiman et
al., 1986). Seperti halnya alterasi pada cebakan Sn kadar rendah di Australia
(misalnya, Ardlethan) nilai kadar keluar dari zona tengah kuarsa + topaz ke zona
klorit sericite dan karbonat (Scott, 1981). Siems (1989) berpendapat bahwa
alterasi lithium silicate (mis. mica kaya-lithium dan tourmaline) yang menyertai
Sn, W dan Mo pada beberapa granit yang terkait dengan cebakan, adalah analogi
perubahan potasik pada cebakan porfiri Cu dan Au.
Alterasi pilik tidak hadir pada semua cebakan porfiri. Pada banyak cebakan
dimana mereka hadir, bagaimanapun alterasi pilik berada di atas kumpulan
alterasi potasik awal (Carson dan Jambor, 1979). Pada Chuquicamata di Chili,
misalnya, zona yang intens alterasi pilik meluas sampai ke dalam inti cebakan dan
menindih alterasi potasik awal dan sejumlah kecil asosiasi sulfida Cu dengan
kadar Cu rendah. Zona plik ini mengandung kadar lebih tinggi daripada rata-rata
kadar Cu dan berasosiasi dengan arsen-pembawa Cu dan Molybdenite.
Endapan porfiri adalah suatu endapan primer (hipogen) yang berukuran relatif
besar dengan kadar rendah sampai medium, Pada umumnya dikontrol oleh
struktur geologi, Secara spasial dan genetik berhubungan dengan intrusi porfiritik
felsik sampai dengan intermediet.
1. Sub-tipe endapan porfiri
a) Endapan Porfiri Cu ( Au, Mo, Ag, Re, PGE)
b) Endapan Porfiri Cu-Mo ( Au, Ag)
c) Endapan Porfiri Cu-Mo-Au ( Ag)
d) Endapan Porfiri Cu-Au ( Ag, Mo)
e) Endapan Porfiri Mo ( W, Sn)
f) Endapan Porfiri Sn ( W, Mo, Ag, Bi, Cu, Zn, In)
2. Jenis mineral
a) Porfiri tembaga
Chalcopyrite, Pyrite, Chalcocite, Bornite, Molybdenite, Galena, Magnetite, Gold,
Copper
b) Porfiri timahArsenopyrite, Frankeite, Pyrrhotite, Sphalerite, Chalcopyrite,
Galena, Stannite,FluoriteTetrahedrite-Tennantite, Sheelite

11

3. Tipe alterasi
a) Porfiri tembaga
- Propylitic
- Argillic
- Phyllic/Sericitization
- Potassic
b) Porfiri timah
- Propylitic
- Argillic
- Phyllic/Sericitization
- Tourmalinization
4. Tectonic setting
Metallogenic Province yang relatif memanjang dan dangkal yang berasosiasi
dengan sabuk (jalur) orogenik.
a. Endapan tembaga porfiri
Andesitic stratovolcanoes yang berhubungan dengan subduksi pada
tatanantektonik busur kepulauan dan busur benua.
b. Endapan molibdenum porfiri
An-orogenic batuan granit yang terbentuk pada kerak benua, khususnya pada zona
regangan.
c. Beberapa endapan Porfiri Mo, Porfiri W-Mo dan Porfiri Sn terbentuk pada
kerak benua yang sangat tebal yang berhubungan dengan collosion.
5. Fluida Bijih
a. Fluid inclusion
Kisaran: 250-750C dengan salinitas 15-70 wt.% pada sistem orthomagmatik,
jenis airnya adalah air magmatik dan air meteoric
b. Sumber metal
Produk sampingan dari kristalisasi magmatic (incompability element). Metal dan
sulfur berasal dari batuan samping.
6. Kontrol Mineralisasi
Endapan porfiri terbentuk dan berhubungan erat dengan intrusi-intrusi epizonal
dan mesozonal. Pada intrusi felsik dicirikan dengan keberadaan tekstur-tekstur
tertentu, seperti comb-quartz. Hubungan yang erat antara aktivitas magma dan
mineralisasi hidrothermal dicirikan dengan keberadaan mineral-mineral pada
intrusi dan breksi hydrothermal.
7. Karakteristik Mineralisasi
Dalam skala endapan bijih (ore deposits), beberapa tipe mineralisasi berupa veins,
vein sets, stockworks, fractures, 'crackled zones' and breccia pipes pada umumnya
berasosiasi dengan struktur. Secara regional, suatu kompleks endapan porfiri yang
memiliki nilai ekonomis biasanya dicirikan oleh tingginya tingkat kerapatan
mineralized veins and fractures. Jumlah/konsentrasi veinlets tersebut akan
semakin besar dengan bertambahnya permeabilitas batuan induk (host rock)

12

sepanjang berlangsungnya proses mineralisasi.


Komposisi mineralogi suatu endapan porfiri secara umum cukup bervariasi.
Kehadiran pirit (FeS2) sebagai mineral sulfida yang dominan dapat mencirikan
endapan porfiri Cu, Cu-Mo dan Cu-Au (Ag), yang menunjukkan tingginya porsi
sulfur yang terdapat dalam endapan. Sebaliknya, pada endapan porfiri Sn, W dan
Mo akan memperlihatkan kandungan sulfur dan mineral-mineral sulfida yang
rendah, dimana kehadiran mineral-mineral oksida akan lebih dominan.
8. Zona Alterasi
Sisi terdalam (inner zone)
Umumnya zona potassic yang dicirikan oleh kehadiran biotite and/or K-feldspar
( amphibole magnetite anhydrite).
Sisi terluar (outer zone)
Umumnya merupakan propylitic alteration yang mengandung quartz, chlorite,
epidote, calcite and, locally, albite berasosiasi dengan pyrite. Zona-zona phyllic
alteration (quartz +sericite + pyrite) dan argillic alteration (quartz + illite + pyrite
kaolinite smectite montmorillonite calcite) dapat terbentuk sebagai zonazona yang erletak diantara zona potassic and propyli.

13

Anda mungkin juga menyukai