Anda di halaman 1dari 33

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki potensi sumber daya

mineral yang cukup banyak.Dengan perkembangan dinamika pembangunan dan

pertumbuhan penduduk membuat semakin meningkat kebutuhan sumber daya

alam tersebut.Membuat sektor pertambangan menjadi salah satu sektor utama

pengolahan sumber daya alam tersebut.

Bumi Indonesia juga dikenal mengandung kekayaan sumberdaya mineral

yang besar yang tersebar di sebagian besar di kepulauan Nusantar. Sumberdaya

alam yang sifatnya tidak terbaharukan yang memiliki nilai ekonomis yang

digunakan sebagai bahan baku dalam industri untuk kesejahteraan rakyat di dalam

memenuhi kebutuhannya.Pada wilayah Indonesia Timur khususnya pada Daerah

Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi sumberdaya nikel.

Pertambangan merupakan suatu kegiatan pengambilan endapan mineral dari

dalam kulit bumi,baik penggaliannya dilakukan diatas permukaan maupun

dibawah permukaan.Di atas permukaan dilakukan tambang terbuka dan dia bawah

permukaan dilakukan tambang tertutup.Bahan galian yang diambil merupakan

kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui karena terjadinya suatu endapan

bahan galian yang memerlukan waktu yang cukup lama, maka dalam

pemanfaatannya di usahakan semaksimal mungkin.

Di sektor pertambangan pengolahan sumberdaya alam membutuhkan

tenaga-tenaga terampil dan handal, khususnya disiplin ilmu yang berhubungan

langsung. Oleh karena itu, sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia
2

pertambangan dituntut untuk menyiapkan diri berperan langsung dalam

pengolahan sumberdaya alam. Dalam hal ini yang dibutuhkan bukan hanya

pengetahuan secara teori, melainkan juga dibutuhkan keterampilan di lapangan.

PT. INDRABAKTI MUSTIKA melakukan kegiatan penambangan

menggunakan teknis dan metode yang baik dan benar. Berdasarkan pertimbangan

teknis, bentuk dan karakteristik endapan nikel laterit serta lapisan penutup dan

keselamatan kerja, maka metode penambangan yang sesuai untuk diterapkan yaitu

metode tambang terbuka dengan sistem tambang terbuka” open pit” dimana

lapisan penutup dan mineral nikel laterit akan digali dengan menggunakan

excavator dan di angkut dengan menggunakan dump truck.

Preparasi sampel merupkan suatu kegiatan penambangan dengan tujuan

untuk mengetahui berapa nilai kadar ore yang ada pada lokasi stock pile atau yang

sudah tertambang. Kegiatan preparasi sampel ini untuk mengetahui kepastian

serta kualitas cadangan, sebagaimana merupakan dasar dalam perencanaan

aktivitas pada industri pertambangan, sehingga peranan kegiatan preparasi sampel

menjadi hal yang sangat penting sebagai langkah awal keputusan apakah lokasi

tersebut layak untuk di tambang atau tidak.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dilakukan Kerja Pratek (KP) yang

mengenai Sistem Penambangan PT. INDRABAKTI MUSTIKA Kecamatan

Langgikima Kepulauan Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara.

B. Maksud Pelaksanaan Kerja Pratek

Maksud pelaksanaan kerja pratatek adalah untuk mengetahui kegiatan-

kegiatan penambangan di PT. INDRABAKTI MUSTIKA Kegiatan selama


3

penelitian adalah melakukan observasi lapangan dan melakukan wawancara

sambil mengambil data lapangan, dan dokumentasi.

C. Tujuan Pelaksaan Kerja Pratek

Tujuan pelaksaan kerja pratek untuk mengetahui tahap – tahap kegiatan

penambangan pada PT. INDRABAKTI MUSTIKA

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Mahasiswa

1. Membentuk pribadi yang mandiri dan mampu mengaktualisasikan diri

dalam sejumlah aktivitasnya dengan dunia kerjanya.

2. Mengetahui secara mendalam tentang kenyataan yang ada pada dunia

industri pertambangan sehingga nantinya dharapkan mampu menerapkan

ilmu untuk melakukan evaluasi kinerja pekerjaan penambangan.

b. Bagi Perguruan Tinggi

1. Menjalin kerjasama yang baik dalam bidang pengembangan teknologi

antara pihak perusahaan dalam hal ini PT. INDRABAKTI MUSTIKA,

dengan pihak perguruan tinggi dalam hal ini Universitas Halu Oleo.

2. Dapat memperoleh gambaran nyata tentang perusahaan,sebagai bahan

informasi untuk mengembangkan kurikulum yang ada.

3. Memperoleh referensi sebagai bahan penelitian.

c. Bagi Perusahaan

1. Hasil analisi data dari penelitian yang dilakukan dapat menjadi bahan

masukan dan referensi perusahaan untuk melakukan evaluasi mengenai


4

operasi penambangan saat ini serta menentukan kebijakan terkait dengan

metode pelaksanaan penambangan agar lebih efektif.

2. Memperkenalkan perusahaan pada masyarakat umum melalui kerjasama

antara perusahaan dengan perguruan-perguruan tinggi, dan merupakan

pewujudan nyata peran perusahaan dalam mengembangkan bidang

pendidikan

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Nikel Lateri

Nikel laterit merupakan salah satu sumber nikel dan feronikel yang penting,

dimana endapan ini merupakan hasil dari pelapukan insentif batuan ultrabasa

pembawa Ni-Silika, dan pada umumnya terdapat pada daerah sekitas khatulistiwa.

Pada batuan ultrabasa misalnya peridotit sebagian besar terdiri dari mineral olivin

dan piroksin, yang mengandung kurang lebih dari 45 % berat silika dan

mengandung magnesium yang tinggi dengan kadar besi yang cukup besar. Pada

batuan beku peridotit merupakan kelompok batuan yang paling banyak

mengandung nikel. Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Batuan

ultrabasa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel

tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil

substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan

Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan

diantara unsur-unsur tersebut.

Laterit nikel adalah endapan yang terbentuk akibat pelapukan biasanya

terdapat di bagian bawah batuan ultrabasa. Pada umumnya beberapa fosil laterit
5

deposit banyak terdapat di area tropis dan mempunyai ketebalan yang sangat

rendah. Sebagian besar endapan laterit mempunyai kandungan logam yang tinggi

dan dapat bernilai ekonomis tinggi, sebagai contoh endapan besi, nikel, mangan

dan bauksit.

Dari beberapa pengertian bahwa laterit dapat disimpulkan merupakan suatu

material dengan kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil proses

pelapukan yang terjadi pada iklim tropis dengan intensitas pelapukan tinggi.

Laterit yang dibentuk dari pelapukan serpentin biasanya kaya akan kandungan

besi (45% – 55%) dan mengandung nikel sekitar 1%. Endapan ini disebut

Nickelferous Iron Laterite. Sedangkan tipe kedua dari nickelferous laterite adalah

nikel silikat (Golightly, 1978).

Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama

larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral

akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk

membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau

hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap

pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan

krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang

disebut saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya

seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai

batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa

mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk.


6

Endapan nikel laterit merupakan endapan hasil proses pelapukan lateritik

batuan induk ultramafik (peridotit, dunit dan serpentinit) yang mengandung Ni

dengan kadar tinggi, agen pelapukan tersebut berupa air hujan, suhu, kelembaban,

topografi, dan lainlain. Umumnya pembentukan endapan nikel laterit terjadi pada

daerah tropis atau subtropis (Anonim, 1985).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentuk bijih nikel laterit ini adalah:

1. Batuan Asal. Batuan asal sebagai syarat pembentukan nikel laterit, macam

batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra.

2. Iklim. Adanya pergantian musim hujan dan kemarau dimana terjadi

kenaikan dan penurun permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadi proses

pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar

akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-

rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada

batuan.

3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-reagen

kimia adalah unsur unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat

proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting

didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi

batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya

dengan vegetasi daerah.

4. Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah penelitian

adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti

diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali
7

sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut

akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih

intensif.

5. Topografi. Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi

sirkulasi air beserta reagenreagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan

bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk

mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan.

Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai

sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan

mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air

yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat

menyebabkan pelapukan kurang intensif.

6. Waktu. Dalam proses pembentukan bijih nikel membutuhkan jangka

waktu yang relatif lama. Waktu merupakan faktor yang sangat penting dalam

proses pelapukan, transportasi, dan konsentrasi endapan pada suatu tempat. Untuk

terbentuknya endapan nikel laterit membutuhkan waktu yang lama, mungkin

ribuan atau jutaan tahun (Hardiansyah 2008).

B. Genesa Pembentukan Nikel Laterit

Proses terbentuknya bijih nikel sekunder atau laterit dimulai dengan proses

pelapukan pada batuan peridotit, dimana batuan ini banyak mengandung olivin,

magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya mengandung 0,3 % nikel.

Batuan peridotit sangat mudah terpengaruh oleh proses pelapukan dimana air

tanah yang kaya CO2 yang berasal dari udara luar dan tumbuh-tumbuhan akan
8

menghancurkan olivin. Proses laterisasi menyebabkan terbentuknya endapan

laterit yaitu endapan residu dari hasil pelapukan batuan yang terjadi di daerah

yang mempunyai iklim tropis hingga sub tropis dengan curah hujan yang relatif

tinggi.

Mineralisasi terjadi melalui rekahan pada strata ini, sebagai akibat

pencucian dan penggumpalan pada lapisan saprolit yang disebut pengkayaan

maka tertahan pada batuan induk (batuan dasar).

Pembentukan nikel dari proses kimia terbentuk bersama mineral silikat kaya

akan unsur (Mg,Fe)2SiO4 (olivine). Olivin adalah jenis mineral yang tidak stabil

selama pelapukan berlangsung. Saprolite adalah produk pelapukan pertama,

meninggalkan sedikitnya 20% fabrik dari batuan aslinya (parent rock). Batas

antara batuan dasar, saprolite dan wathering front tidak jelas dan bahkan

perubahannya gradasional. Endapan nikel laterit dicirikan dengan adanya

spheroidal weathering sepanjang joints dan fractures (boulder saprolite). Selama

pelapukan berlangsung, (Mg,Fe)2SiO4 larut dan silikat larut bersama

groundwater. Ini menyebabkan fabrik dari batuan induknya mengalami

perubahan. Sebagai hasilnya, Fe-Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan

horizontal di atas saprolit yang sekarang kita kenal sebagai limonit. Benar bahwa

nikel berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis Geothite.


9

Gambar 1. Profil pembentukan nikel laterit (Boldt, 1967).

Nikel mempunyai sifat kurang kelarutannya dibandingkan dengan

magnesium. Perbandingan antara nikel dan magnesium didalam endapan lebih

besar dari pada larutan, karena adanya larutan silikat magnesium yang terbawa

oleh air tanah. Kadang-kadang olivin didalam batuan diubah menjadi serpentin

sebelum tersingkap dipermukaan, dimana serpentin terurai kedalam komponen-

komponen bersama-sama dengan terurainya olivin. Batuan-batuan yang

mengandung banyak mineral olivin akan lebih mudah lapuk dibandingkan dengan

batuan yang banyak mengandung kuarsa.

Bijih nikel laterit merupakan hasil proses pelapukan (weathering) batuan

ultrabasa peridotit yang terdapat di atas permukaan bumi. Proses pelapukan terjadi

karena pergantian musim panas dan dingin yang silih berganti, sehingga batuan

menjadi pecah-pecah dan mengalami pelapukan. Ion-ion yang mempunyai berat


10

jenis besar termasuk nikel, mengalami pengayaan di tempat. Sementara ion-ion

yang mempunyai berat jenis kecil dihanyutkan oleh air, angin dan media lain ke

dataran yang lebih rendah. Pada umumnya bijih nikel laterit mengandung unsur

besi, kobal dan chromium.

Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), Silika (Si), dan Nikel.

(Ni) akan tertinggal didalam larutan selama air masih bersifat asam. Tetapi jika

dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut

akan cenderung mengendap sebagai mineral hidrosilikat (Ni-magnesium

hidrosilicate) yang disebut mineral garnierit [(Ni,Mg)6Si4O10(OH)8] atau mineral

pembawa Ni. Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa

kekar, maka Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan

terkumpul di zona air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus

batuan dasar(bedrock). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H

akan membentuk mineral garnierit dengan rumus kimia (Ni, Mg) Si4O5(OH)4.

Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi adalah

proses pengkayaan supergen enrichment. Zona pengkayaan supergen ini terbentuk

di zona Saprolit.

Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah,

sedangkan magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan

bergerak turun selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung.

Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan dan leaching. Unsur Ni sendiri

merupakan unsur tambahan di dalam batuan ultrabasa. Sebelum proses pelindihan

berlangsung, unsur Ni berada dalam ikatan serpentine group. Rumus kimia dari
11

kelompok serpentin adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan

unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan

kombinasinya.

Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air,dalam hal berupa kekar,

maka Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah,lambat laun akan terkumpul di

zonaair sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat

menembus bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg,SiO

dan H akan membentuk mineral garnierit dengan rumus kimia

(Ni,Mg)Si4O5(OH)4.Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka yang

akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen (supergen enrichment). Zona

pengkayaan supergen ini terbentuk di zona saprolit. Dalam satu penampang

vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari satu,

hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-ubah,

terutama dari perubahan musim.

Dibawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer yang

tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut

sebagai zona Hipogen, terdapat sebagai batuan induk yaitu batuan Harzburgit

(Hardiansyah 2008).

C. Tahapan Kegiatan Penambangan

PT. INDRABAKTI MUSTIKA melakukan metode penambangan dengan

menggunakan tambang terbuka (Surface Mining) dengan metode open pit yaitu

dengan jalan memotong punggung bukit sehingga terbentuk bench (Hardiansyah

2008).
12

Tahapan-tahapan kegiatan penambangan di PT. INDRABAKTI MUSTIKA

Kec. Langgikima Kab. Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu :

a. Persiapan Penambangan

Kegiatan penambangan tujuannya agar kegiatan penambangan tidak

terhambat oleh kegiatan non produksi. Persiapan penambangan ini meliputi :

1. Pembersihan lahan (land clearing)

Clearing adalah kegiatan pembersihan pepohonan yang ada di atas bijih

yang akan ditambang dengan menggunakan Bulldozer dan Excavator. Agar kerja

Bulldozer lebih efekif, maka diusahakan memperpendek jarak dorong. Untuk

datar dan cukup luas, pembersihan dimulai dari tengah-tengah.

2. Pengupasan Lapisan Tanah Penutup (Stripping of Overburden)

Pengupasan tanah penutup merupakan suatu pekerjaan pembongkaran

tanah/batuan yang menutupi bijih nikel. PT. INDRABAKTI MUSTIKA, lapisan

tanah penutup yang akan dikupas adalah 0-6 meter yang terdiri atas Top Soil dan

lapisan bijih kadar rendah (Low Grade), sedangkan lapisan bijih nikel yang akan

di Ekspor adalah yang berkadar 1,7% - 2.0% Ni. Setiap front yang akan di

tambang terlebih dahulu diadakan pengupasan tanah penutup (Stripping of

Overburden). Tebal tanah penutup yang harus dikupas harus sesuai dengan data

eksplorasi.

Pengupasan dilakukan dengan memakai Buldozer, untuk memudahkan

pekerjaan ini maka pekerjaan dimulai dari tempat yang tertinggi ke arah tempat

yang lebih rendah guna memanfaatkan gaya berat (Down Hill Dozing). Tetapi

diupayakan sedemikian rupa agar lapisan atas yang berupa humus tidak terbuang
13

tetapi ditimbun pada tempat tertentu guna dikembalikan setelah proses

penambangan selesai (Reklamasi). Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya

dampak negatif akibat aktifitas penambangan. Setelah proses pengupasan tanah

penutup hingga kepermukaan bijih nikel barulah dilanjutkan dengan pembuatan

Bench.

3. Pembuatan Bench

Pekerjaan pembuatan berguna sebagai front penambangan dan untuk

mencegah terjadinya kelongsoran. Jumlah bench yang akan dibuat disesuaikan

dengan keadaan bukit dan cadangan bijih nikel. Tinggi bench dikontrol oleh

faktor-faktor kekerasan endapan (kekompakan materialnya) serta tinggi jangkauan

alat gali yang digunakan. Oleh karena itu, bench yang ada di PT. INDRABAKTI

MUSTIKA dibuat maksimal 5 meter dan lebar 2 meter untuk menghindari

kelongsoran.

4. Pembuatan Jalan Tambang

Untuk mencapai target produksi direncanakan salah satu upaya yang

dilakukan adalah membuat jalan tambang sebaik mungkin. Fungsi utama dari

pembuatan jalan tambang ini adalah sebagai sarana tranportasi untuk menunjang

kelancaran kegiatan penambangan terutama kegiatan pengangkutan.

b. Tahapan Produksi Penambangan Bijih Nikel

1. Penggalian atau Pembongkaran

Penggalian adalah kegiatan yang dilakukan untuk memisahkan bahan galian

dari batuan induknya, kegiatan pembongkaran/penggalian ini dilakukan dengan

alat Excavator. Bijih nikel yang akan ditambang ditetapkan berdasarkan Cut Of
14

Grade (COG) dengan sasaran produksi, karena penyebaran kadar bijih yang tidak

merata diketahui, maka dilakukan selective mining (Gambar 2).

Selective mining yaitu suatu cara penambangan yang diterapkan bila bijih

menyebar dengan kadar yang tidak merata, dimana pada tempat-tempat tertentu

terdapat bijih dengan kadar yang relatif tinggi atau di atas COG, dan pada tempat

lainnya terdapat bijih dengan kadar yang rendah atau dibawa COG.

Alasan untuk melakukan selective mining adalah bila seluruh material bijih

dengan kadar yang tidak merata ditambang maka kadar bijih tersebut akan berada

di bawah COG (Cut Of Grade).

Gambar 2. Penambangan Secara Selective Mining

2. Pemuatan (Loading)

Pemuatan (loading) bijih hasil penggalian yang terlihat pada (Gambar 2)

dilakukan dengan alat gali-muat yaitu Excavator. Bijih yang dimuat adalah bijih

yang telah ditumpuk di front penambangan. Excavator menggali bijih dan

langsung dimuat ke alat angkut (Gambar 2). Sistem pemuatan yang digunakan

adalah Single Side Loading yaitu sistem pemuatan dimana alat muat Excavator
15

HYUNDAI 220 melakukan pemuatan material bijih ke satu alat angkut Dump

Truck MITSUBISHI FUSO PS 220.

Loading yaitu sistem pemuatan dimana alat muat Excavator CUT 320

melakukan pemuatan material bijih ke satu alat angkut Dump Truck HYNO

FUSO PS 220, sedangkan pola dumping yang digunakan adalah Rear Dump yaitu

mengosongkan muatan kebelakang.

Gambar 3. Proses Pemuatan Material

3. Pengangkutan Bijih Nikel (Hailing)

Pengangkutan bijih yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan bijih

dari front. Ore yang dimuat yaitu saprolit dan limonit, kemudian diangkut oleh

dump truck HINO 500.


16

Gambar 4. Pengangkutan (Hauling)

D. Diagram Alir Kegiatan Penambangan

Kegiatan penambangn Nikel pada PT. INDRABAKTI MUSTIKA meliputi

Pioneering and Clearing, pengupasan lapisan tanah penutup, penggerusan,

penggalian serta pemuatan dan pengangkutan bijih Nikel sampai pada pengapalan.

Kegiatan Penambangan

Pembersihan lahan
(Land Clearing)

Pengupasan OB
(Stipping OB)

Sample Cek

Ore Getting
17

Pengecilan Ukuran
Pencampuran
Sample Mining
Matrix

Preparasi Drying
Penghalusan
Loading Pengemasan

Pengemasan
Hauling atau
Barging Analisis Data

Gambar 5. Diagram Alir Kegiatan penambangan

III. HASIL KERJA PRATEK

A. Waktu dan Tempat Kerja Pratek

Penelitian ini direncanakan pada tanggal 07 bulan Januari sampai

tanggal 06 bulan Februari 2019. Secara adminitratif PT. INDRABAKTI

MUSTIKA berlokasi di Desa Molore, Kecamatan Langgikima, Kabupaten

Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Lokasi penelitian ini dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi

darat dengan waktu tempuh dari ibu kota provinsi sampai kecamatan Langgikima

yaitu + 4 jam dengan jarak 135 Km.


18

B. Hasil Pelaksanaan Kerja Pratek

Kegiatan penambangan yang dilakukan di PT.INDRABAKTI MUSTIKA

adalah tambang terbuka dengan metode open pit. Hasil yang diperoleh dari

kegiatan kerja pratek ini adalah metode tambang terbuka (open pit) dengan

peralatan yang digunakan serta proses kegiatan penambangan pada

PT.INDRABAKTI MUSTIKA yaitu:

1. Peralatan

PT.INDRABAKTI MUSTIKA dalam kegiatan penambangan di lakukan

dengan metode tambang terbuka (sistem open cats mining). Alat yang di gunakan

dalam melaksanakan kegiatan penambangan yaitu alat dorong, gali, muat, dan

angkut.

1. Bulldozer

Bulldozer di gunakan sebagai alat dorong atau membersihkan lahan

tambang sebelum melakukan kegiatan penambangan. Bulldozer juga sebagai alat

untuk mengupas tanah pucuk (top soil) yang berada di atas OB (gambar 6).

Gambar 7. Bulldozer
19

2. Excavator

Ekskavator atau excavator (Mesin pengeruk) adalah salah satu alat berat

yang digunakan untuk menggali. Biasanya digunakan untuk menyelesaikan

pekerjaan berat berupa penggalian tanah yang tidak bisa dilakukan secara

langsung oleh tangan manusia.

Gambar 8. Excavator

2. Compactor

Compactor adalah Alat berat yang di gunakan untuk memadatkan jalan atau

area konstruksi sehingga memiliki tingkat kepadatan yang di inginkan.

Compakstor juga di gunakan untuk menghancurkan qurari pada jalan tambang,

compakstor juga meratakan atau memadatkan jalan tambang.


20

Gambar 9. Compactor

3. Motor Grader

Moto grade adalah alat yang digunakan untuk membuat jalan tambang.

Motor grader juga di gunakan sebagai alat membersihkan top soil.

Gambar 10. Motor Grader

4. Dump Truk

Dump truk adalah alat angkut yang di gunakan untuk mengangkut dan

mengantar bahan galian. Dump truck


21

Gambar 11. Dump Truk

C. Tahapan Kegiatan Penambangan

Kegiatan penambangan yang di lakukan pada PT.INDRABAKTI

MUSTIKA yaitu dengan menggunakan metode tambang terbuka (Opet pit).

Tahapan kegiatan ini dimulai dari tahapan persiapan, pembersihan lahan,

pengupasan tanah pucuk, pembuatan jalan tambang, pengupasan tanah penutup,

sampel cek, kegiatan ore getting, sampel mining, pemuatan, pengangkutan.

Tahapan kegiatan penambangan sebagai berikut:

1. Persiapan

Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap penambangan.

Kegiatan, ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan penambangan. Pada tahap

ini akan, dibangun jalan tambang (acces road), stockpile, dll.

2. Pembersihan Lahan Tambang ( Land Clearing )

Land Clearing adalah kegiatan pembersihan pepohonan yang ada di atas

bijih yang akan ditambang dengan menggunakan alat Bulldozer dan Excavator.
22

Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup

dimulai. Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan pohon yang

tumbuh pada permukaan daerah yang akan ditambang dengan tujuan untuk

membersihkan daerah tambang tersebut sehingga kegiatan penambangan dapat

dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu dengan adanya gangguan

tetumbuhan yang ada didaerah penambangan.

Kegiatan pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan Bulldozer dan

Excavator. Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang yang

mempunyai ketebalan overburden beberapa meter dengan menggunakan

Bulldozer dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan pengupasan lapisan tanah

penutup, agar kerja bulldozer lebih efektif maka diusahakan memperpendek jarak

dorong, untuk daerah datar dan cukup luas maka pembersihan dilakukan dimulai

dari tengah-tengah.

Gambar 12. Land Clearing

3. Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)


23

Pengupasan tanah pucuk (top soil ) merupakan kegiatan pemindahan tanah

pucuk untuk menyelamatkan tanah tersebut agar tidak rusak, sehingga mempunyai

unsur yang masih aslih, sehingga dapat di tanami kembali untuk kegiatan

reklamasi. Tanah pucuk yang di kupas akan di simpan di tempat penyimpanan

sementara atau bisa juga langsung ke timbunan. Hal tersebut bergantung pada

keputusan perusahaan.

Pembuangan lapisan tanah penutup dimaksudkan untuk membersihkan

endapan nikel laterit yang akan digali dari semua macam pengotor yang menutupi

permukaanya, sehingga akan mempermudah pekerjaan penggaliannya disamping

juga hasilnya akan relatif lebih bersih.

Lapisan tanah penutup pada daerah penambangan terdiri atas dua jenis yaitu

top soil dan lapisan overburden sehingga lapisan dilakukan terhadap lapisan top

soil terlebih dahulu dan ditempatkan pada suatu daerah tertentu untuk tujuan

reklamasi nantinya. Setelah lapisan top soil terkupas, selanjutnya dilakukan

pengupasan pada lapisan overburden lalu didorong dan ditempatkan pada daerah

tertentu dan sebagian lagi digunakan sebagai pengeras jalan. Kegiatan pengupasan

dilakukan secara bertahap dengan menggunakan Excavator.


24

Gambar 13. Pengupasan tanah pucuk

4. Pembuatan Jalan Tambang

Untuk mencapai target produksi direncanakan salah satu upaya yang

dilakukan adalah membuat jalan tambang sebaik mungkin.

Jalan rintasan berfungsi sebagai jalur lewatnya alat–alat berat ke lokasi

tambang, kemudian dikembangkan sebagai jalan angkut material dari front

penambangan ke lokasi pabrik peremukan. Pembuatan jalan digunakan dengan

memakai Bulldozer yang nantinya digunakan pula sebagai pengupasan lapisan

penutup.

Jalan tambang merupakan sarana transportasi alat berat agar target produksi

teroptimalisasikan dengan baik. Pembuatan jalan tambang menggunakan dengan 2

unit Bulldozer.
25

Gambar 14. Pembuatan Jalan Tambang

5. Pengupasan Tanah Penutup ( Stripping Over Burdern (OB))

Overburden (OB) merupakan lapisan tanah penutup sebelum lapisan

Saprolite, yang dianggap sebagai OB yaitu lapisan Limonite yang kadar nikelnya

rendah yaitu Ni < 1.4% yang dianggap kurang ekonomis, keduanya tidak

memenuhi spesifikasi standar pabrik, kemudian lapisan ini di tumpuk pada waste

dump untuk persiapan lahan rehabilitasi.

Pengupasan Tanah Penutup (stripping over burden) merupakan kegiatan

penambangan material lunak (soft rock) dimana tanah penutup tersebut akan

dilakukan penggalian bebas. Dalam kegiatan ini menggunakan 1 unit Excavator

yaitu CUT dengan kapasitas baket yang sama yaitu 1,6 ton dan 1 unit Bulldozer

type D85E-SS. OB yang dikupas akan dibawa di tempat penyimpana OB

sementara (Disposal), OB yang dibawa dengan menggunakan 1 unit dump truck

HGYNO FUSO PS 220.


26

Gambar 15. Kegiatan Stripping OB

6. Sample Cek

Sample cek merupakan salah satu kegiatan penambangan dengan

melakukan pengambilan sampel dari suatu titik bor pada pit penambangan untuk

dibawah ke preparasi sampel. Sampel cek biasa di lakukan pada saat lahan

tambang sudah di bersihkan.

PT.INDRABAKTI MUSTIKA melakukan sampel cek untuk mengetahui

kadar yang terdapat pada visual – visual yang terterbentuk.


27

Gambar 16. Pengambilan Sampel Cek

7. Eksploitasi

Lorite dan Logam nikel diambil dari endapan primer yaitu dari batuan ultra

basa dan endapan residu yaitu berupa tanah laterite nikel berupa mineral

garnierite, Ni-chlorite dan Nieeolite NiAs. Terlihat adanya perubahan Ekploitasi

dari bahan Galian Nikel. Eksploitasi adalah suatu kegiatan penambangan dengan

melakukan pengambilan material (ore). Dalam kegiatan pengambilan ore dengan

menggunakan 2 unit Excavator yaitu Caterpilar dengan kasitas baket 1,6 ton.
28

Gambar 17. Kegiatan eksploitasi (Ore Getting)

8. Sample Mining

Sample mining adalah untuk mengetahui kadar saat ore getting. Cara

pengambilan sample mining yaitu 1 incrument 8 baket. Untuk 1 lot sebanyak 160

baket 20 incrument.

Gambar 18. Sample Mining

9. Preparasi Sample

Preparasi sample adalah suatu kegiatan penambangan yang dilakukan untuk

mengolah conto dari lapangan yang masih heterogen dan kasar menjadi material

yang homogen dan halus sesuai dengan persyaratan laboratorium. Preparasi

sample merupakan suatu pekerjaan untuk mempersiapkan sample dikirim


29

kelaboratorium untuk dianalisis kadar nikelnya. Sebelum sample di analisis,

terlebih dahulu di lakukan preparasi. Kegiatan prepasari bertujuan untuk

menganilisis nilai kadar sample atau conto.

Gambar 19. Preparasi Sampel

10. Pemuatan (Loading Point)

Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau

mengisikan material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke dalam alat

angkut. Kegiatan pemuatan dilakukan setelah kegiatan penggusuran, pemuatan

dilakukan dengan menggunakan alat muat Excavator dan diisikan ke dalam alat

angkut.

Kegiatan pemuatan bertujuan untuk memindahkan bijih nikel hasil

pembongkaran kedalam alat angkut. Pengangkutan dilakukan dengan sistem

siklus, artinya truck yang telah dimuati langsung berangkat tanpa harus menunggu

truck yang lain dan setelah membongkar muatan langsung kembali ke lokasi

penambangan untuk dimuati kembali. Pemuatan (loading) bijih seperti pada

(Gambar 20).
30

Kegiatan loading pada PT.INDRABAKTI MUSTIKA menggunakan

Excavator tipe Komatsu PC 200, berdasarkan spesifikasi alat komatsu PC 200

adalah 0,9 m³ dengan rata-rata pengisian untuk satu Dump Truck adalah 8 bucket.

Dalam kegiatan ini menggunakan 6 unit Damp Truck dan 1 unit Excavator.

Gambar 20. Pemuatan (Loading Point)

11. Pengangkutan Bijih Nikel (Hauling atau Barging)

Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut atau

membawa material atau endapan bahan galian dari front penambangan dibawa ke

tempat pengolahan untuk proses lebih lanjut. Kegiatan pengangkutan

menggunakan Dump Truck yang kemudian dibawa ke tempat pengolahan untuk

dilakukan proses peremukan (crushing), jumlah truk yang akan digunakan

tergantung dari banyaknya material batugamping hasil peledakan yang akan

diangkut.

Hauling adalah proses kegiatan penambangan pengankutan material ke

stock pile. Sedangkan barging adalah proses kegiatan penambangan pengankutan

material langsung ke tongkang.


31

Kegiatan hauling atau barging PT.INDRABAKTI MUSTIKA

menggunakan Dump Truck Hino 500 TI dengan frekuensi bak Dump Truck adalah

12,5 MT (0,9 m³). Rute kegiatan hauling dimulai dari loading point kemudian

melakukan Dumping di Transito atau stock pile yang selanjutnya akan kembali

lagi ke front penambangan dalam menimbang kosong dan selanjutnya kembali

lagi ke Loading point.

Gambar 21. Kegiatan Hauling

Gambar 22. Barging


32

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di peroleh dari hasil pengamatan di

PT.INDRABAKTI MUSTIKA yaitu kegiatan penambangan yang dapat di

lakukan di PT.INDRABAKTI MUSTIKA dengan tambang terbuka (surface

mining) dengan menggunakan metode open pit.

Saran

Saran yang dapat saya berikan dalam kegiatan penambangan ini yaitu harus

di perhatikan hal-hal penting dalam keselamatan kerja seperti :

1. Pemakainan APD ( Alat Pelindung Diri ) untuk menjaga kesehatan dan

keselamatan kerja.

Karyawan dan kontraktor DT wajibkan memakai masker demi menjaga

kesehatan diri.

2. Pada waktu istrahat makan siang atau sudah memasuki waktu solat

pekerjaan di hentikan dulu sementara.


33

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1985. Study On Nickel, Buletin Khusus No. 2-85. Departemen

Pertambangan dan Energi, Dirjen Pertambangan Umum, Pusat

Pengembangan Teknologi Mineral. Bandung.

Ahmad, Waheed., 2005. Laterite : Fundamental of Chemistry, Mineralogy,

Weathering Processes and Laterit formation. PT. International Nickel

Indonesia : Sorowako, South Sulawesi.

Darijanto, .T, 1988, Endapan Bijih Nikel, Diktat Genesa bahan Galian, Institut

Teknologi Bandung.

Golightly, J.P., 1981, Nickeliferous Laterite Deposite Economic Geology, 75th

Anniversary Volume, p. 710-735

Hardiansyah. 2008, Analisis Kadar Nikel Laterit Pada PT Anugerah Sakti Utama.

Kecamatan Pagimana. Kabupaten Luwuk Banggai. Provinsi Sulawesi

Tengah.

Primanda, Alam. 2008. Sebaran Potensi Deposit Nikel Laterit Di Sorowako,

Sulawesi Selatan. Universitas Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai