Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN

GEODESAIN 1

ESTIMASI NIKEL LATERIT

Oleh:
META AGRIPA MANULLANG
2009086036

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Potensi sumberdaya nikel laterit Indonesia yang cukup banyak, tersebar hampir di
seluruh nusantara, salah satunya berada di daerah Tanjung Buli kabupaten
Halmahera Timur dan merupakan salah satu modal untuk kegiatan
pembangunan, terbukti di bidang pertambangan indonesia yang kaya karena
sumberdaya mineral ini menghasilkan pemasukan yang cukup besar bagi negara
melalui pajak dan royalti setiap tahunnya.

Nikel laterit adalah produk


residual pelapukan kimia
pada batuan ultramafik.
Proses ini
berlangsung selama jutaan
tahun dimulai ketika
batuan ultramafik
tersingkap di permukaan
bumi,
Berdasarkan karakteristik
geologi dan tatanan
tektoniknya, terbentuk
beberapa lokasi endapan
nikel laterit yang
potensial untuk
ditambang. Nikel sebagai
salah satu sumberdaya
mineral
ekonomis di bumi ini perlu
ditemukan keberadaannya
untuk dapat memenuhi
kebutuhan dibidang
perindustrian. Nikel
mempunyai sifat tahan
karat. Dalam keadaan
murni nikel bersifat lunak,
tetapi
jika dipadukan dengan
besi, krom dan logam
lainnya dapat membentuk
baja tahan karat yang
keras. Perpaduan nikel,
krom dan besi
menghasilkan baja tahan
karat (stainless steel) yang
banyak
diaplikasikan pada
peralatan dapur (sendok,
dan peralatan memasak),
ornamen- ornamen rumah
dan gedung, serta
komponen industri.
Dalam penambangan
nikel laterit, diperlukan
estimasi untuk dapat
menghitung
sumberdaya sebelum
proses penambangan
berlangsung. Estimasi
sumberdaya berperan
penting
dalam menentukan
kuantitas dan kualitas dari
suatu endapan. Sebab dari
hasil estimasi yang baik
dan akurat yang sesuai
dengan keberadaannya di
lapangan dapat
menentukan investasi yang
akan
ditanam oleh investor
sebagai penanaman modal
dalam usaha penambangan,
cara penambangan
yang akan dilakukan,
bahkan dalam
memperkirakan waktu
yang akan dibutuhkan oleh
perusahaan
dalam melakukan usaha
penambangannya sehingga
dapat menekan jumlah cost
serta memberikan
keuntungan bagi
perusahaan itu sendiri.
Nikel laterit adalah produk
residual pelapukan kimia
pada batuan ultramafik.
Proses ini
berlangsung selama jutaan
tahun dimulai ketika
batuan ultramafik
tersingkap di permukaan
bumi,
Berdasarkan karakteristik
geologi dan tatanan
tektoniknya, terbentuk
beberapa lokasi endapan
nikel laterit yang
potensial untuk
ditambang. Nikel sebagai
salah satu sumberdaya
mineral
ekonomis di bumi ini perlu
ditemukan keberadaannya
untuk dapat memenuhi
kebutuhan dibidang
perindustrian. Nikel
mempunyai sifat tahan
karat. Dalam keadaan
murni nikel bersifat lunak,
tetapi
jika dipadukan dengan
besi, krom dan logam
lainnya dapat membentuk
baja tahan karat yang
keras. Perpaduan nikel,
krom dan besi
menghasilkan baja tahan
karat (stainless steel) yang
banyak
diaplikasikan pada
peralatan dapur (sendok,
dan peralatan memasak),
ornamen- ornamen rumah
dan gedung, serta
komponen industri.
Dalam penambangan
nikel laterit, diperlukan
estimasi untuk dapat
menghitung
sumberdaya sebelum
proses penambangan
berlangsung. Estimasi
sumberdaya berperan
penting
dalam menentukan
kuantitas dan kualitas dari
suatu endapan. Sebab dari
hasil estimasi yang baik
dan akurat yang sesuai
dengan keberadaannya di
lapangan dapat
menentukan investasi yang
akan
ditanam oleh investor
sebagai penanaman modal
dalam usaha penambangan,
cara penambangan
yang akan dilakukan,
bahkan dalam
memperkirakan waktu
yang akan dibutuhkan oleh
perusahaan
dalam melakukan usaha
penambangannya sehingga
dapat menekan jumlah cost
serta memberikan
keuntungan bagi
perusahaan itu sendiri.
Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik.
Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik
tersingkap di permukaan bumi, Berdasarkan karakteristik geologi dan tatanan
tektoniknya, terbentuk beberapa lokasi endapan nikel laterit yang potensial
untuk ditambang. Nikel sebagai salah satu sumberdaya mineral ekonomis di
bumi ini perlu ditemukan keberadaannya untuk dapat memenuhi kebutuhan
dibidang perindustrian. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni
nikel bersifat lunak, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom dan logam
lainnya dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom
dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan
pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen- ornamen rumah
dan gedung, serta komponen industri. Dalam penambangan nikel laterit,
diperlukan estimasi untuk dapat menghitung sumberdaya sebelum proses
penambangan berlangsung. Estimasi sumberdaya berperan penting dalam
menentukan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan. Sebab dari hasil estimasi
yang baik dan akurat yang sesuai dengan keberadaannya di lapangan dapat
menentukan investasi yang akan ditanam oleh investor sebagai penanaman modal
dalam usaha penambangan, cara penambangan yang akan dilakukan, bahkan
dalam memperkirakan waktu

BAB II
DASAR TEORI

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur. (Mason, 1959)

Nikel merupakan bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggikarena
pada masa sekarang dan masa yang akan datang kebutuhan nikel
semakinmeningkat disamping dari kebutuhan lainnya yang persediaannya
semakin terbatas,sehingga mendorong minat pengusaha untuk membuka
pertambangan nikel (Anonim,2008).

1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini


adalah:
1 Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk
terbentuknyaendapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan
ultra basa. Dalamhal ini pada batuan ultra basa tersebut: terdapat elemen
Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya mempunyai mineral-
mineral yang palingmudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan
piroksin mempunyaikomponen-komponen yang mudah larut dan
memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.2.
2. Iklim. Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan
dimanaterjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat
menyebabkanterjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur.
Perbedaantemperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya
pelapukan mekanis,dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan
yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.3.
3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-
reagenkimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang
membantumempercepat proses pelapukan Asam-
asam humusmenyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH
larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah.
Dalam hal ini,vegetasi akan mengakibatkan: penetrasi air dapat lebih
dalam dan lebihmudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan,
akumulasi air hujanakan lebih banyak, humus akan lebih tebal Keadaan ini
merupakan
suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan ter
dapatendapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain
itu,vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap
erosimekanis
4. Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa
iniadalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur
patahannya.Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan
permeabilitas yang

Laterisasi adalah proses pelapukan kimia pada kondisi iklim yang lembab(tropis)
yang berlangsung pada waktu yang lama dengan kondisi tektonik yang
relatifstabil, membentuk formasi lapisan regolit yang tebal dengan karakteristik
yangkhas(Golightly, 1979):
 Pengubahan mineral utama dan pelepasan beberapa komponen kimia. b.
 Pencucian komponen-komponen mobile.c.
 Pengumpulan residual komponen-komponen tidak mobile atau tidaklarut.d.
 Pembentukan formasi mineral baru yang lebih stabil dalam lingkungan
pengendapan.

1.2 Genesa endapan nikel


Batuan Ultrabasa rata-rata mengandung Nikel sebesar 0,2%. Unsur
Nitersebutterdapat pada kisi-kisi kristal Olivin dan Piroksen. Adapun proses awal
yang dialami oleh batuan induk ini adalah “Proses Serpentenisasi” dimana akibat
dari pengaruh larutan Hydrothermal yang terjadi pada masa akhir pembekuan
magma telah mengubah batuan beku ultrabasa tersebut ( Peridotit) menjadi
batuan-batuan yang Serpentinit atau “Peridotit Serpentinized ”batuan peridotit
terserpentinkansebagian.Unsur Ni tersebut hanya mengalami pemisahan dan
pengumpulan akibat proses Hydrothermal. Prosesini berlangsung dalam waktu
relatif lama sedang prosesselanjutnya adalah proses Laterisasi, ini condong
kepada pelapukan yang bercirikanadanya akumulasi dari Oksida besi dan
Alumina, sedangkan silika dan komponen lain mengalami “Leaching ”. Proses
kimia dan fisika dari udara,air dan pergantian panas dingin yang bekerja continue,
menyebabkan dekomposisi dan desintegrasi pada batuan menjadi tanah Laterit,
mineral Olivin dan Piroksen sebagai mineralutama pembentuk batuan Peridotit
sangat tidak stabilterhadap proses pelapukan.Pada pelapukan kimia khususnya, air
merupakan pelarut supergen yang baik, disebabkan karena strukutr molekul
“Dipol”. Air tanah kaya akan CO berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-
tumbuhan yang menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil( Piroksen,Olivin)
pada batuan Ultrabasa, menghasilkan Fe,Mg,Nikel yang larut. Didalam larutan Fe
teroksidasi dan mengendap sebagai Hydroksida akhirnya membentuk mineral-
mineral seperti Goetit,Limonit dan Hematit di dekat permukaaan (Golightly,
1979). Nikel merupakan mineral tambang yang keras tetapi bisa dibentuk. Mineral
ini pertama kali ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1971 dan diberi nama
kupfernickel (nikolit). Awalnya, nikel dianggap sebagai logam pengotor pada
tembaga.
Namun, kemajuan teknologi membuat para peneliti berhasil mengungkap manfaat
nikel sebagai logam berharga. Dalam kondisi murni, logam dengan lambang
kimia Ni ini bertekstur lembek. Sifat fisiknya tahan karat dan dapat bertahan dari
paparan suhu ekstrim. Meskipun teksturnya lembek, nikel yang dipadukan dengan
besi dan krom akan menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang kuat
tetapi ringan. Nikel bersifat liat dapat ditempa dan sangat kukuh. Logam ini
melebur pada 14550C. Selain itu, nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam
keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom dan
logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras, mudah ditempa,
sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas
dan listrik.

Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy
yang sangat berharga. Laterit adalah nama umum mineral yang berupa tanah
merah sebagai akibat dari pelapukan batuan asal (induk) di daerah tropis atau sub
tropis. Laterit kaya akan kaonilit, goethite, dan kwarsa, sehingga komposisi dari
laterit sangat kompleks. Secara kimia, laterit dicirikan oleh adanya besi, nikel, dan
silica sebagai sisa-sisa proses pelapukan batuan induk (Firdiyono dkk:
1983)Mineral yang dimaksud kebanyakan berada dalam kerak bumi yang keras
dan memiliki ketebalan mulai 6 meter hingga 20 meter dari permukaan tanah.
Laterit jenis tersebut memungkinkan untuk digunakan sebagai sumber besi dan
nikel. Dengan komposisi nikel sebesar 25 % dan kandungan besi dibawah 10 %.

Nikel memiliki beberapa manfaat, diantaranya yaitu:


1. Nikel tahan korosi dan digunakan untuk melapisi logam lain untuk
melindunginya. Terutama digunakan dalam pembuatan paduan seperti baja
tahan karat. Nichrome adalah paduan nikel dan kromium dengan sedikit
silikon, mangan dan besi yang tahan korosi, bahkan saat merah panas,
begitu juga digunakan dalam pemanggang roti dan oven listrik.
2. Paduan tembaga-nikel biasanya digunakan di pabrik desalinasi, yang
mengubah air laut menjadi air tawar.
3. Baja nikel digunakan untuk pelapisan baja. Paduan nikel lainnya
digunakan pada poros baling-baling kapal dan bilah turbin.
4. Nikel digunakan dalam baterai, termasuk baterai nikel-kadmium yang
dapat diisi ulang dan baterai nikel-logam hidrida yang digunakan pada
kendaraan hibrida.
5. Nikel memiliki sejarah panjang digunakan dalam pembuatan Potongan
lima sen AS (dikenal sebagai ‘nikel’) adalah 25% nikel dan 75% tembaga.
6. Nikel yang dibelah halus digunakan sebagai katalis untuk
menghidrogenasi minyak nabati. Menambahkan nikel ke kaca memberi
warna hijau.
7. Seperti yang digambarkan dalam infografik, nikel itu kuat, tahan korosi,
higienis dan 100% dapat didaur ulang. Sehingga penting untuk bangunan
dan infrastruktur, produksi bahan kimia, komunikasi, pasokan energi,
perlindungan lingkungan, dan persiapan makanan.
8. Nikel banyak digunakan dalam pembuatan paduan selain digunakan dalam
aplikasi transportasi, dirgantara, kelautan, arsitektur, dan konsumen.
Secara khusus digunakan untuk membuat perkakas, koin, magnet dan
logam lainnya.
9. Dengan berbagai paduan yang selanjutnya digunakan untuk membuat
pelapisan pelindung, paku, atau pipa.
Dari kebermanfaatan yang dikejlaskan perlu diketaui bahwa sekitar 69% nikel
yang diproduksi digunakan untuk pembuatan baja tahan karat. 15% lainnya
digunakan dalam baja dan paduan non-ferrous lainnya yang seringkali untuk
aplikasi industri, ruang angkasa dan militer yang sangat terspesialisasi.

Kegiatan pertambangan merupakan serangkaian kegiatan yang diawali dengan


kegiatan penyelidakan umum sampai berakhir pada kegiatan pasca tambang,
pertambangan dicirikan dengan modal yang besar, teknologi yang digunakan
canggih serta resiko yang tinggi, untuk mengurangi resiko yang akan terjadi
pada kegiatan pertambangan maka perusahaan harus melakukan kegiatan
eksplorasi, tahap-tahap kegiatan eksplorasi ini terbagi atas empat tahapan
yaitu survey tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi rinci
(Badan standarisi nasional-BSN, 2011).

Sistem penambangan terbuka yang berada di permukaan tanah banyak


mengubah bentang lahan dan keseimbangan ekosistem permukaan tanah, maka
berdasarkan UU No.41/1999, Pasal 38, Ayat 4, sistem penambangan terbuka ini
dilarang dilakukan di kawasan hutan lindung. Hermawan et al. (2009)
menyatakan bahwa kegiatan penambangan timah di Provinsi BangkaBelitung
yang dilakukan dengan cara terbuka telah menimbulkan perubahan lingkungan
dengan menurunkan produktivitas tanah dan mutu lingkungan. Di lain pihak
kolong-kolong air akibat kegiatan penambangan timah terbuka di Perlang,
Bangka-Belitung dapat dimanfaatkan sebagai kantong sumber air irigasi untuk
pencetakan sawah baru disekitarnya (Subardja et al., 2010).

Penambangan dengan sistem tambang terbuka (open pit mining) dilakukan


dengan cara pengupasan tanah penutup bahan tambang. Tanah penutup
dikeluarkan dari areal tambang dan bahan tambang digali dan diangkut keluar.
Setelah seluruh bahan tambang dikeluarkan, maka terjadi sisa lubang-lubang
galian berupa kolong-kolong. Pada perusahaan yang memiliki izin kuasa
penambangan (KP), kolong-kolong lubang galian ini ditimbun kembali dengan
tanah yang diambil dari tanah sekitar ataupun dari tanah penutup sebelumnya.
Apabila penutupan kembali ini dilakukan kurang tepat, maka tanah lapisan
atas yang memiliki kesuburan tinggi bercampur dengan tanah lainnya atau
tertimbun di bagian bawah. Sebaliknya tanah lapisan bawah (subsoil) yang belum
mengalami perkembangan (tidak subur) justru berada di lapisan atas. Daya
dukung
13 tanah bekas sistem penambangan terbuka konvensional ini menjadi rendah dan
bahkan dengan struktur tanah yang rusak, sehingga berpeluang mudah tererosi.
(Subowo, 2011)
ikel (Ni)
Nikel terbentuk
dari batuan yang
berkomposisi kimia basa
atau dikenal juga sebagai
batuan peridotit.
Berdasarkan teori
tektonik lempeng, daerah
yang banyak batuan
periodit
terutama di zona
tumbukan lempeng benua
dan samudera. Melalui
proses pelapukan, batuan
ultrabasa mengurai dalam
bentuk mineral yang
terlarut (koloid) seperti
(magnesium, besi, nikel,
kobalt, silikatdan
magnesium oksida) dan
tidak terlarut (residu)
seperti (besi, aluminium,
mangan,
sebagian nikel, sebagian
kobalt, berbagai oksida dan
senyawa nikel-kobalt).
(Sudrajat, 1999)
Nikel adalah logam putih
seperti perak yang bersifat
keras dan anti karat.
Logam ini
membantu dalam proses
pengubahan beberapa
logam olahan dalam
bentuk larutan yang
menghasilkan energi
panas. Selain itu Ni juga
berperan penting dalam
beberapa proses
pengendapan logam keras
dalam bentuk paduan
logam (alloy) seperti
Stainlestel yang
mengandung 18% Ni dan
8% Cr dan Nikhrome yang
mengandung 80% Ni dan
20% Cr disarankan
oleh Roberts (Rusmini:
2010
Nikel (Ni) Nikel terbentuk dari batuan yang berkomposisi kimia basa atau
dikenal juga sebagai batuan peridotit. Berdasarkan teori tektonik lempeng,
daerah yang banyak batuan periodit terutama di zona tumbukan lempeng
benua dan samudera. Melalui proses pelapukan, batuan ultrabasa mengurai
dalam bentuk mineral yang terlarut (koloid) seperti (magnesium, besi, nikel,
kobalt, silikatdan magnesium oksida) dan tidak terlarut (residu) seperti (besi,
aluminium, mangan, sebagian nikel, sebagian kobalt, berbagai oksida dan
senyawa nikel-kobalt). (Sudrajat, 1999) Nikel adalah logam putih seperti perak
yang bersifat keras dan anti karat. Logam ini membantu dalam proses
pengubahan beberapa logam olahan dalam bentuk larutan yang menghasilkan
energi panas. Selain itu Ni juga berperan penting dalam beberapa proses
pengendapan logam keras dalam bentuk paduan logam (alloy) seperti
Stainlestel yang mengandung 18% Ni dan 8% Cr dan Nikhrome yang
mengandung 80% Ni dan 20% Cr disarankan oleh Roberts (Rusmini: 2010)

Nikel mempunyai sifat tahan karat. Istilah “laterite” bisa diartikan sebagai
endapan yang kaya oksida besi, miskin unsur silika dan secara intensif ditemukan
pada endapan lapukan pada iklim tropis. Ada juga yang mengartikan nikel laterit
sebagai endapan lapukan yang mengandung nikel dan secara ekonomis dapat
ditambang. Batuan induk endapan Nikel laterit adalah batuan ultrabasa; umumnya
dari jenis harzburgit (peridotit yang kaya unsur ortopiroksen), dunite dan
jenis peridotite yang lain. Endapan nikel laterit ini ditemukan di daerah Indonesia
bagian timur seperti Pulau Sulawesi, pulau-pulau di Maluku Utara maupun di
daerah Papua. Di daerah Maba, Pulau Halmahera, Maluku Utara dijumpai
deposit nikel laterit dengan sebaran yang cukup luas. (Isjudarto, 2013)

Bijih nikel laterit banyak ditemukan di belahan bumi yang memiliki iklim tropis
atau subtropis yang terdiri dari pelapukan batuan ultramafik yang mengandung zat
besi dan magnesium kadar tinggi. Deposit sulfida nikel biasanya lebih kecil dari
deposit laterit. Deposit laterit berkadar antara 1,0 - 1,5% Ni dengan ratarata kadar
nikel 0,6 - 1,5% dengan tonase yang jauh lebih besar (Yildirim dkk., 2012)

Nikel laterit adalah mineral logam hasil dari proses pelapukan dan pengayaan
mineral pada batuan ultramafik. Geologi di daerah Palangga, Provinsi Sulawesi
Tenggara, disusun oleh batugamping dari Formasi Eimoko dan Formasi
Langkolawa yang memiliki hubungan ketidakselarasan dengan batuan ultramafik
di bawahnya sebagai pembawa endapan nikel laterit. Proses pelapukan pada
batuan ultramafik menghasilkan karakter dan profil nikel laterit yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakterisasi nikel laterit
berdasarkan pada mineralogi dan profil dari Zona lateritisasi. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa jenis batuan pembawa nikel laterit di Daerah Palangga
adalah harsburgit. Nikel laterit memiliki ketebalan sekitar 15 meter. Zona Limonit
memiliki komposisi mineral lempung berupa kaolinit, mineral oksida berupa
mineral magnetit, hematit, kromit dan mineral hidroksida berupa gutit. Kedalaman
Zona Limonit yaitu sekitar 0 - 3 meter dengan kandungan Ni sekitar 0,76 –
1,78%, Fe sekitar 34,10 – 48,31%, dan SiO2 sekitar 9,42 – 18,02%. Zona Saprolit
memiliki komposisi mineral silikat berupa kuarsa, garnierit
Nikel laterit adalah mineral logam hasil dari proses pelapukan dan pengayaan
mineral pada batuan ultramafik. Geologi di daerah Palangga, Provinsi Sulawesi
Tenggara, disusun oleh batugamping dari Formasi Eimoko dan Formasi
Langkolawa yang memiliki hubungan ketidakselarasan dengan batuan ultramafik
di bawahnya sebagai pembawa endapan nikel laterit. Proses pelapukan pada
batuan ultramafik menghasilkan karakter dan profil nikel laterit yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakterisasi nikel laterit
berdasarkan pada mineralogi dan profil dari Zona lateritisasi. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa jenis batuan pembawa nikel laterit di Daerah Palangga
adalah harsburgit. Nikel laterit memiliki ketebalan sekitar 15 meter. Zona Limonit
memiliki komposisi mineral lempung berupa kaolinit, mineral oksida berupa
mineral magnetit, hematit, kromit dan mineral hidroksida berupa gutit. Kedalaman
Zona Limonit yaitu sekitar 0 - 3 meter dengan kandungan Ni sekitar 0,76 –
1,78%, Fe sekitar 34,10 – 48,31%, dan SiO2 sekitar 9,42 – 18,02%. Zona Saprolit
memiliki komposisi mineral silikat berupa kuarsa, garnierit

Kegiatan pertambangan
merupakan serangkaian
kegiatan yang diawali
dengan kegiatan
penyelidakan umum
sampai berakhir pada
kegiatan pasca tambang,
pertambangan dicirikan
dengan modal yang
besar, teknologi yang
digunakan canggih serta
resiko yang tinggi, untuk
mengurangi resiko yang
akan terjadi pada
kegiatan pertambangan
maka perusahaan harus
melakukan kegiatan
eksplorasi, tahap-tahap
kegiatan eksplorasi ini
terbagi atas empat
tahapan
yaitu survey tinjau,
prospeksi, eksplorasi
pendahuluan dan
eksplorasi rinci (Badan
standarisi
nasional-BSN, 2011).
Sistem penambangan
terbuka yang berada di
permukaan tanah banyak
mengubah
bentang lahan dan
keseimbangan ekosistem
permukaan tanah, maka
berdasarkan UU
No.41/1999,
Pasal 38, Ayat 4, sistem
penambangan terbuka ini
dilarang dilakukan di
kawasan hutan lindung.
Hermawan et al. (2009)
menyatakan bahwa
kegiatan penambangan
timah di Provinsi
BangkaBelitung yang
dilakukan dengan cara
terbuka telah menimbulkan
perubahan lingkungan
dengan menurunkan
produktivitas tanah dan
mutu lingkungan. Di lain
pihak kolong-kolong air
akibat kegiatan
penambangan timah
terbuka di Perlang,
Bangka-Belitung dapat
dimanfaatkan
sebagai kantong sumber air
irigasi untuk pencetakan
sawah baru disekitarnya
(Subardja et al.,
2010).
Kegiatan pertambangan
merupakan serangkaian
kegiatan yang diawali
dengan kegiatan
penyelidakan umum
sampai berakhir pada
kegiatan pasca tambang,
pertambangan dicirikan
dengan modal yang
besar, teknologi yang
digunakan canggih serta
resiko yang tinggi, untuk
mengurangi resiko yang
akan terjadi pada
kegiatan pertambangan
maka perusahaan harus
melakukan kegiatan
eksplorasi, tahap-tahap
kegiatan eksplorasi ini
terbagi atas empat
tahapan
yaitu survey tinjau,
prospeksi, eksplorasi
pendahuluan dan
eksplorasi rinci (Badan
standarisi
nasional-BSN, 2011).
Sistem penambangan
terbuka yang berada di
permukaan tanah banyak
mengubah
bentang lahan dan
keseimbangan ekosistem
permukaan tanah, maka
berdasarkan UU
No.41/1999,
Pasal 38, Ayat 4, sistem
penambangan terbuka ini
dilarang dilakukan di
kawasan hutan lindung.
Hermawan et al. (2009)
menyatakan bahwa
kegiatan penambangan
timah di Provinsi
BangkaBelitung yang
dilakukan dengan cara
terbuka telah menimbulkan
perubahan lingkungan
dengan menurunkan
produktivitas tanah dan
mutu lingkungan. Di lain
pihak kolong-kolong air
akibat kegiatan
penambangan timah
terbuka di Perlang,
Bangka-Belitung dapat
dimanfaatkan
sebagai kantong sumber air
irigasi untuk pencetakan
sawah baru disekitarnya
(Subardja et al.,
2010).
Kegiatan pertambangan
merupakan serangkaian
kegiatan yang diawali
dengan kegiatan
penyelidakan umum
sampai berakhir pada
kegiatan pasca tambang,
pertambangan dicirikan
dengan modal yang
besar, teknologi yang
digunakan canggih serta
resiko yang tinggi, untuk
mengurangi resiko yang
akan terjadi pada
kegiatan pertambangan
maka perusahaan harus
melakukan kegiatan
eksplorasi, tahap-tahap
kegiatan eksplorasi ini
terbagi atas empat
tahapan
yaitu survey tinjau,
prospeksi, eksplorasi
pendahuluan dan
eksplorasi rinci (Badan
standarisi
nasional-BSN, 2011).
Sistem penambangan
terbuka yang berada di
permukaan tanah banyak
mengubah
bentang lahan dan
keseimbangan ekosistem
permukaan tanah, maka
berdasarkan UU
No.41/1999,
Pasal 38, Ayat 4, sistem
penambangan terbuka ini
dilarang dilakukan di
kawasan hutan lindung.
Hermawan et al. (2009)
menyatakan bahwa
kegiatan penambangan
timah di Provinsi
BangkaBelitung yang
dilakukan dengan cara
terbuka telah menimbulkan
perubahan lingkungan
dengan menurunkan
produktivitas tanah dan
mutu lingkungan. Di lain
pihak kolong-kolong air
akibat kegiatan
penambangan timah
terbuka di Perlang,
Bangka-Belitung dapat
dimanfaatkan
sebagai kantong sumber air
irigasi untuk pencetakan
sawah baru disekitarnya
(Subardja et al.,
2010).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Geologi


Kondisi geologi pada daerah penelitian dapat kita lihat dari Struktur geologi yang
terdapat di daerah penelitian berupa sesar geser dan sesar naik dengan arah sesar
yang tidak beraturan, Di daerah penelitian terdapat Sesar Sungkup yang berarah
hampir Barat-Timur mensesar sungkupkan Komplek Ultramafik ke atas Komplek
Pompangeo dan sedimen malih Kabaena, diduga terjadi pada Mesozoikum.

Pada kondisi geologi yang telah di


4.2 Sifat Karakteristik mineral Nikel laterit
Nikel adalah logam berwarna putih keperak–perakan sedikit semburat keemasan.
Nikel termasuk logam transisi, dan memiliki sifat keras serta ulet. Nikel juga
tergolong dalam grup logam besi-kobalt, yang dapat menghasilkan paduan yang
sangat berharga. ifat fisiknya tahan karat dan dapat bertahan dari paparan suhu
ekstrim. Meskipun teksturnya lembek, nikel yang dipadukan dengan besi dan
krom akan mehasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang kuat tetapi ringan.

Mineralogi endapan nikel laterit pada Zona Limonit memiliki komposisi mineral
lempung berupa kaolinit, mineral oksida berupa mineral magnetit (Fe3O4),
hematit (Fe2O3), kromit (FeCr2O4) dan mineral hidroksida berupa gutit
(FeO(OH)). Kedalaman Zona Limonit yaitu sekitar 0 - 3 meter dengan kandungan
Ni sekitar 0,76 – 1,78%, Fe sekitar 34,10 – 48,31%, dan SiO2 sekitar 9,42 –
18,02%. Zona Saprolit memiliki komposisi mineral silikat berupa kuarsa (SiO2),
garnierit (Ni,Mg)SiO3nH2O), antigorit (Mg,Fe)3Si2O5(OH)4, enstatit
(Mg2Si2O6), lisardit ((Mg,Fe)2SiO4). Kedalaman saprolit sekitar 3 – 9 meter
dengan kandungan Ni sekitar 1,79 – 2,98%, Fe sekitar 10,27 – 34,52%, SiO2
sekitar 22,0 – 49,63%. Batuan dasar (Bedrock) memiliki komposisi mineral silikat
antigorit (Mg,Fe)3Si2O5(OH)4, enstatit (Mg2Si2O6), lisardit ((Mg,Fe)2SiO4),
olivin ((Mg, Fe)2SiO4), dan augit ((Ca,Na)(Mg,Fe,Al,Ti)(Si,Al)2O6). Kedalaman
batuan dasar (bedrock) sekitar 9 – 10 meter dengan kandungan Ni sekitar 0,95 –
1,28%, Fe sekitar 7,62 – 8,29%, SiO2 sekitar 42,81 – 45,85%. Lapisan yang
paling banyak mengandung nikel laterit dijumpai pada Zona Saprolit

4.3 Model sumber daya mineral

Pembuatan database
berfungsi untuk membuat
suatu bentuk sistem
database dari
data pemboran (drilling),
sekaligus mempermudah
dalam mengelola input
data, up date
data, proses data, ouput
data dan layout-nya
untuk mengetahui potensi
bahan galian
tersebut. Pembuatan
database digunakan untuk
mengoreksi
pengelompokkan serta
kebenaran data eksplorasi
yang akan menghasilkan
penyebaran titik bor yang
merupakan
data dasar dalam
melakukan estimasi
sumberdaya.
Database dibuat
berdasarkan beberapa
variabel seperti hole id
(lubang bor),
koordinat titik bor
(easting, northing,
elevation/x, y, dan z),
litologi nikel laterit yaitu
limonit (L), saprolit (S)
dan bedrock (BDR),
kedalaman lubang bor
(eoh/end of hole),
ketebalan setiap lapisan
nikel laterit (depth from –
depth to), dan data kadar
Ni. Hasil yang
Pembuatan database berfungsi untuk membuat suatu bentuk sistem database dari
data pemboran (drilling), sekaligus mempermudah dalam mengelola input data,
up date data, proses data, ouput data dan layout-nya untuk mengetahui
potensi bahan galian tersebut. Pembuatan database digunakan untuk
mengoreksi pengelompokkan serta kebenaran data eksplorasi yang akan
menghasilkan penyebaran titik bor yang merupakan data dasar dalam melakukan
estimasi sumberdaya. Database dibuat berdasarkan beberapa variabel seperti
hole id (lubang bor), koordinat titik bor (easting, northing, elevation/x, y,
dan z), litologi nikel laterit yaitu limonit (L), saprolit (S) dan bedrock
(BDR), kedalaman lubang bor (eoh/end of hole), ketebalan setiap lapisan nikel
laterit (depth from – depth to), dan data kadar Ni. Hasil yang akan diperoleh dari
pengolahan data yang telah di import kedalam software Surpac 6.3.2 yaitu berupa
sebaran titik bor.
Model blok merupakan bentuk atau media untuk menampilkan data-data
yang dihasilkan dari geological database dengan tujuan dapat mengetahui hasil,
nilai atau model yang akan dibuat nantinya untuk menaksir besar sumberdaya
dari kadar yang telah ditentukan.

Estimasi nikel laterit dengan metode IDW

4.5 Jelaskan langkah-langkah dalam membuat model geologi


Pemodelan adalah kegiatan merepresentasikan kondisi lapangan berdasarkan data
hasil pengukuran dan pengujian, dengan menggunakan prosedur dan metode
tertentu agar mendekati kondisi yang sebenarnya. Dalam studi ini akan
dimodelkan bentuk bijih nikel laterit serta mengestimasi kadar antartitik
pemercontohan (titik bor, sumur uji dan sebagainya) dan di zona pengaruh,
sehingga dapat dihitung jumlah sumber daya dan cadangan.Data-data yang
diperlukan dalam proses pemodelan geologi ini adalah data rekapitulasi lubang
bor, berupa nama titik bor, elevasi titik bor, kedalaman lubang bor.

Pemodelan geologi bertujuan untuk mendapatkan data dalam penaksiran


cadangan endapan bijih nikel, sehingga memenuhi syarat dilakukan
penambangan. Pemodelan geologi ini juga bertujuan untuk mengetahui
bentuk penyebaran endapan bijih nikel, baik geometri secara umum,
letak/posisi, kedalaman, kemiringan, serta penyebaran dari tanah penutup.
Proses pemodelan geologi ini didapatkan dari data lubang bor yang diinput
kedalam software Surpac 6.6.2. Terdapat 125 titik lubang bor pada data yang akan
diolah. Data pemboran yang dibutuhkan untuk pemodelan diambil menjadi
dua yaitu data pemboran survey meliputi : nama titik bor, elevasi titik bor,
kedalaman lubang bor. Data survey ini berguna untuk memberikan informasi
tentang lokasi titik-titik bor, sehingga dapat digambarkan pada lokasi
penelitian. Data pemboran geologi meliputi : nama titik bor, batas
kedalaman lapisan atas dan batas kedalaman lapisan bawah, dan kode lithologi.

Kemudian dari data bor ersebut dapat dihasilkan peta penyebaran endapan bijih
nikel. Tahap selanjutnya adalah membuat model DTM (Digital Terrain
Model) untuk topografi dan model wireframe (Wireframe Modelling) untuk
badan bijih yang selanjutnya di-overlay dengan data bor/sumur uji yang telah
dikompositkan. Setelah itu membuat blok model, yaitu mengisi wireframe
badan bijih dengan blok-blok pada ukuran tertentu berdasarkan karakteristik
mineral nikel.

Tahap pembuatan pemodelan sumber daya

Pemodelan Endapan Bijih


Nikel Laterit
Pemodelan
adalah kegiatan
merepresentasikan kondisi
lapangan berdasarkan data
hasil
pengukuran dan pengujian,
dengan menggunakan
prosedur dan metode
tertentu agar mendekati
kondisi yang sebenarnya.
Dalam studi ini akan
dimodelkan bentuk bijih
nikel laterit serta
mengestimasi kadar
antartitik pemercontohan
(titik bor, sumur uji dan
sebagainya) dan di zona
pengaruh, sehingga dapat
dihitung jumlah sumber
daya dan cadangan.
Data-data yang
diperlukan dalam proses
pemodelan geologi ini
adalah data rekapitulasi
lubang bor, berupa nama
titik bor, elevasi titik bor,
kedalaman lubang bor.
Pemodelan geologi
bertujuan untuk
mendapatkan data dalam
penaksiran cadangan
endapan bijih nikel,
sehingga
memenuhi syarat
dilakukan penambangan.
Pemodelan geologi ini
juga bertujuan untuk
mengetahui bentuk
penyebaran endapan bijih
nikel, baik geometri
secara umum,
letak/posisi,
kedalaman, kemiringan,
serta penyebaran dari
tanah penutup. Proses
pemodelan geologi ini
didapatkan dari data
lubang bor yang diinput
kedalam software Surpac
6.6.2. Terdapat 125 titik
lubang bor pada data yang
akan diolah.
Data pemboran yang
dibutuhkan untuk
pemodelan diambil
menjadi dua yaitu data
pemboran survey
meliputi : nama titik bor,
elevasi titik bor,
kedalaman lubang bor.
Data survey
ini berguna untuk
memberikan informasi
tentang lokasi titik-titik
bor, sehingga dapat
digambarkan pada lokasi
penelitian. Data
pemboran geologi
meliputi : nama titik bor,
batas
kedalaman lapisan atas dan
batas kedalaman lapisan
bawah, dan kode lithologi.
Kemudian dari
data bor tersebut dapat
dihasilkan peta penyebaran
endapan bijih nikel.
Tahap selanjutnya
adalah membuat model
DTM (Digital Terrain
Model) untuk
topografi dan model
wireframe (Wireframe
Modelling) untuk badan
bijih yang selanjutnya di-
overlay dengan data
bor/sumur uji yang telah
dikompositkan. Setelah itu
membuat blok model,
yaitu mengisi wireframe
badan bijih dengan blok-
blok pada ukuran tertentu
berdasarkan
karakteristik mineral nikel
1. Data yang diperlukan pada perencanaan tambang terbuka adalah
pengolahan data. Dimana data – data tersebut diolah agar lebih
mudah dalam melalukan penelitian. Data yang dipakai dalam
perencanaan ini berupa data assay yang merupakan data hasil yang berisi
kadar Ni dan Fe. Lalu ada data collar yang terdiri dari data koordinat
titik baru beserta elevasinya.
2. Selanjutnya yaitu data Geology yang merupakan data susunan nikel laterit
titik bor. Lalu yang terakhir ada data survey yang terdiri dari total
kedalaman titik bor. Data data tersebut yang akan dihitung potensi
sumberdayanya dengan menggunakan metode block model Inverse
Distance Weighthing dengan menggunakan Software Geovia Surpac
6.6.2.
3. Langkah-langkah dalam menghitung potensi sumberdaya dapat
menggunakan Software Geovia Surpac 6.6.2. diawali dengan
pembuatan database yang akan menjadi dasar dalam proses
selanjutnya. Setelah dilakukan pembuatan database, langkah
selanjutnya adalah pembuatan grouping litologi and zone yang dimana
bertujuan untuk pembuatan perlapisan pada endapan nikel itu sendiri.
4. Dalam pembuatan grouping litologi and zone, langkah pertama yang
dilakukan adalah pembuatan string yang merupakan garis yang
menghubungkan top dari setiap perlapisan endapan. Setelah string dibuat
maka dilakukan pembuatan DTM (Digital Term Model) yang merupakan
bentuk kontur yang dibuat secara tiga dimensi.setelah terbentuk DTM
maka dibuatlah boundary drillholes yang berfungsi sebagai batas
terluar dari area yang diinginkan berdasarkan dari titik bor dan dilihat
dari jarak titik bor terdekat. Setelah pembuatan boundary, dilakukan
pemotongan terhadap DTM yang sebelumnya sudah dibuat pada setiap
perlapisan
5. Dalam pembuatan grouping litologi and zone, langkah pertama yang
dilakukan adalah pembuatan string yang merupakan garis yang
menghubungkan top dari setiap perlapisan endapan. Setelah string dibuat
maka dilakukan pembuatan DTM (Digital Term Model) yang merupakan
bentuk kontur yang dibuat secara tiga dimensi Setelah itu dilakukan
komposit untuk mensinkronisasi nilai kadar pada data bor kedalam blok
model. Lalu dilakukan Perhitungan estimasi sumberdaya menggunakan
metode Inverse Distance Weight (IDS) dan direport untuk mengetahui
nilai estimasi yang berupa tonase yang sudah dikelompokan sesuai
kadar.

4.6 Buat dan jelaskan perhitungan sumberdaya mineral


Dimana: z = nilai parameter yang ditraktir

wi = pembobotan titik data

zi = nilai parameter titik data

Dari pengolahan data


titik bor tersebut didapati
volume dari material
waste, ore dan total dari
material yang ada
seperti pada table berikut:
Dari pengolahan data titik bor tersebut didapati volume dari material waste, ore
dan total dari material yang ada seperti pada table berikut:

Untuk volume waste total didapati 1.039.567 dan tonnase 1.356.981 dengan nilai
Ni 1.25% yang didapati dari volume dikali dengan specific gravity. Pada volume
untuk ore diketahui 515.810 dan nilai tonnase 655.999 dengan nilai Ni 1.69%.
Sehingga nilai total dari volume ialah 1.555.377 dan tonnase total adalah
10.806.625 dengan Ni rata-rata 1.39%. Selanjutnya adalah penentuan dari
kadar Ni dan Fe menggunakan data bor. Penaksiran kadar dengan
menggunakan metode IDW dilakukan dengan melihat jarak rata-rata pada titik bor
yaitu sebesar 25meter lalu dikalikan 2 sebagai data yang akan diinput pada saat
melakukan penaksiran kadar menggunakan metode IDW pada software geovia
surpac. Berikut ini adalah kadar dari Ni dan Fe :

Selanjutnya dilakukan estimasi untuk sumberdaya nikel laterit berdasarkan hasil


analisis dan olah data bor pada software Surpac. Perhitungan volume dilakukan
dengan menghitung masing-masing ketebalan blok lapisan saprolit. Jumlah
volume tersebut kemudian dikalikan dengan densitas material untuk
mendapatkan nilai tonase dari endapan. Jumlah tonase inilah yang terhitung
sebagai sumberdaya. Dan untuk hasil estimasi Nikel Laterit didapati sebagai
berikut :

Berdasarkan hasil report dari software dapat diketahui bahwa total volume
1.555.377 dan total sumberdaya nikel laterit yang didapat dari hasil pengolahan
data sebanyak 2.012.980 to n dengan kadar rata-rata Ni 1.39%.

4.7 Endapan Nikel laterit


Keberadaan endapan nikel laterit, memiliki perbedaan karakteristik pada masing-
masing daerah. Perbedaan tersebut dapat diketahui dari sifat fisik yang nampak di
atas permukaan meliputi jenis laterit, litologi, vegetasi yang tumbuh, dan kondisi
morfologi (Mubdiana et al., 2015). beberapa daerah di Sulawesi seperti di daerah
Soroako dan Konawe Utara, tipe endapan nikel laterit sangat berbeda dengan
endapan nikel laterit di daerah penelitian yang sebagian besar ditutupi oleh
batugamping. Pada daerah Soroako batas antara zona lateritisasi terlihat sangat
jelas dan tidak dijumpai adanya batugamping sebagai lapisan paling atas dari
endapan nikel laterit. Pada bagian atas dijumpai adanya Top Soil yang terdiri dari
humus dan pepohonan.

Bagian bawah top soil dijumpai adanya lapisan overburden dengan komposisi
utama berupa Fe, Cr, Mn, dan Co. Bagian bawah overburden dijumpai adanya
Zona Limonit dan Zona Saprolit dijumpai pada bagian bawah Zona Limonit
sedangkan zona paling bawah berupa bedrock yang merupakan batuan segar yang
belum mengalami proses pelapukkan (Sufriadin, 2013). Perbedaan karakteristik
suatu daerah endapan nikel laterit berhubungan dengan adanya perbedaan
komposisi mineralogi batuan asalnya dan zona lateritisasi. endapan nikel laterit
terbentuk oleh pelapukan intensif pada daerah tropis khususnya batuan yang
mengandung unsur Ni seperti peridotit dan serpentinit, yang dipengaruhi oleh
batuan asal, iklim, reagen-reagen kimia dan vegetasi, struktur geologi, topografi,
serta waktu.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan yaitu
melakukan estimasi nikel
laterit dengan
metode IDW dimana data
pendukung berupa 125
titik bor dimana data
tersebut selanjutnya diolah
dengan menggunakan
software Surpac 6.6.2
dengan pembuatan
database, blockmodel lalu
akan
dihasilkan estimasi nikel
laterit dengan total
sumberdaya nikel laterit
sebanyak 2.012.980 ton
dengan kadar Ni 1.39
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan yaitu
melakukan estimasi nikel
laterit dengan
metode IDW dimana data
pendukung berupa 125
titik bor dimana data
tersebut selanjutnya diolah
dengan menggunakan
software Surpac 6.6.2
dengan pembuatan
database, blockmodel lalu
akan
dihasilkan estimasi nikel
laterit dengan total
sumberdaya nikel laterit
sebanyak 2.012.980 ton
dengan kadar Ni 1.39
5.1 Kesimpulan
Maka dari hasil penelitian didapatkan pemodelan adalah kegiatan
merepresentasikan kondisi lapangan berdasarkan data hasil pengukuran dan
pengujian, dengan menggunakan prosedur dan metode tertentu agar mendekati
kondisi yang sebenarnya. Dalam studi ini akan dimodelkan bentuk bijih
nikel laterit serta mengestimasi kadar antartitik pemercontohan (titik bor, sumur
uji dan sebagainya) dan di zona pengaruh, sehingga dapat dihitung jumlah sumber
daya dan cadangan.Data-data yang diperlukan dalam proses pemodelan geologi
ini adalah data rekapitulasi lubang bor, berupa nama titik bor, elevasi titik bor,
kedalaman lubang bor.

Estimasi nikel laterit dengan metode IDW dimana data pendukung berupa 125
titik bor dimana data tersebut selanjutnya diolah dengan menggunakan software
Surpac 6.6.2 dengan pembuatan database, blockmodel lalu akan dihasilkan
estimasi nikel laterit dengan total sumberdaya nikel laterit sebanyak
2.012.980 ton dengan kadar Ni 1.39

DAFTAR PUSTAKA

Nasyitha, 2022. Estimasi nikel laterit.teknik pertambangan,fakultas sains dan


teknologi.
Sianturi, Henry K, 2008. Deteksi Keberadaan Endapan Nikel Laterit dengan
Pemanfaatan Gelombang Radar . Universitas Indonesia, Jakarta (tidak
terbit).

Surono, 2010. Geologi Lengan Tenggara Sulawesi, Badan Geologi, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai