GEODESAIN 1
Oleh:
META AGRIPA MANULLANG
2009086036
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Potensi sumberdaya nikel laterit Indonesia yang cukup banyak, tersebar hampir di
seluruh nusantara, salah satunya berada di daerah Tanjung Buli kabupaten
Halmahera Timur dan merupakan salah satu modal untuk kegiatan
pembangunan, terbukti di bidang pertambangan indonesia yang kaya karena
sumberdaya mineral ini menghasilkan pemasukan yang cukup besar bagi negara
melalui pajak dan royalti setiap tahunnya.
BAB II
DASAR TEORI
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur. (Mason, 1959)
Nikel merupakan bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggikarena
pada masa sekarang dan masa yang akan datang kebutuhan nikel
semakinmeningkat disamping dari kebutuhan lainnya yang persediaannya
semakin terbatas,sehingga mendorong minat pengusaha untuk membuka
pertambangan nikel (Anonim,2008).
Laterisasi adalah proses pelapukan kimia pada kondisi iklim yang lembab(tropis)
yang berlangsung pada waktu yang lama dengan kondisi tektonik yang
relatifstabil, membentuk formasi lapisan regolit yang tebal dengan karakteristik
yangkhas(Golightly, 1979):
Pengubahan mineral utama dan pelepasan beberapa komponen kimia. b.
Pencucian komponen-komponen mobile.c.
Pengumpulan residual komponen-komponen tidak mobile atau tidaklarut.d.
Pembentukan formasi mineral baru yang lebih stabil dalam lingkungan
pengendapan.
Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy
yang sangat berharga. Laterit adalah nama umum mineral yang berupa tanah
merah sebagai akibat dari pelapukan batuan asal (induk) di daerah tropis atau sub
tropis. Laterit kaya akan kaonilit, goethite, dan kwarsa, sehingga komposisi dari
laterit sangat kompleks. Secara kimia, laterit dicirikan oleh adanya besi, nikel, dan
silica sebagai sisa-sisa proses pelapukan batuan induk (Firdiyono dkk:
1983)Mineral yang dimaksud kebanyakan berada dalam kerak bumi yang keras
dan memiliki ketebalan mulai 6 meter hingga 20 meter dari permukaan tanah.
Laterit jenis tersebut memungkinkan untuk digunakan sebagai sumber besi dan
nikel. Dengan komposisi nikel sebesar 25 % dan kandungan besi dibawah 10 %.
Nikel mempunyai sifat tahan karat. Istilah “laterite” bisa diartikan sebagai
endapan yang kaya oksida besi, miskin unsur silika dan secara intensif ditemukan
pada endapan lapukan pada iklim tropis. Ada juga yang mengartikan nikel laterit
sebagai endapan lapukan yang mengandung nikel dan secara ekonomis dapat
ditambang. Batuan induk endapan Nikel laterit adalah batuan ultrabasa; umumnya
dari jenis harzburgit (peridotit yang kaya unsur ortopiroksen), dunite dan
jenis peridotite yang lain. Endapan nikel laterit ini ditemukan di daerah Indonesia
bagian timur seperti Pulau Sulawesi, pulau-pulau di Maluku Utara maupun di
daerah Papua. Di daerah Maba, Pulau Halmahera, Maluku Utara dijumpai
deposit nikel laterit dengan sebaran yang cukup luas. (Isjudarto, 2013)
Bijih nikel laterit banyak ditemukan di belahan bumi yang memiliki iklim tropis
atau subtropis yang terdiri dari pelapukan batuan ultramafik yang mengandung zat
besi dan magnesium kadar tinggi. Deposit sulfida nikel biasanya lebih kecil dari
deposit laterit. Deposit laterit berkadar antara 1,0 - 1,5% Ni dengan ratarata kadar
nikel 0,6 - 1,5% dengan tonase yang jauh lebih besar (Yildirim dkk., 2012)
Nikel laterit adalah mineral logam hasil dari proses pelapukan dan pengayaan
mineral pada batuan ultramafik. Geologi di daerah Palangga, Provinsi Sulawesi
Tenggara, disusun oleh batugamping dari Formasi Eimoko dan Formasi
Langkolawa yang memiliki hubungan ketidakselarasan dengan batuan ultramafik
di bawahnya sebagai pembawa endapan nikel laterit. Proses pelapukan pada
batuan ultramafik menghasilkan karakter dan profil nikel laterit yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakterisasi nikel laterit
berdasarkan pada mineralogi dan profil dari Zona lateritisasi. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa jenis batuan pembawa nikel laterit di Daerah Palangga
adalah harsburgit. Nikel laterit memiliki ketebalan sekitar 15 meter. Zona Limonit
memiliki komposisi mineral lempung berupa kaolinit, mineral oksida berupa
mineral magnetit, hematit, kromit dan mineral hidroksida berupa gutit. Kedalaman
Zona Limonit yaitu sekitar 0 - 3 meter dengan kandungan Ni sekitar 0,76 –
1,78%, Fe sekitar 34,10 – 48,31%, dan SiO2 sekitar 9,42 – 18,02%. Zona Saprolit
memiliki komposisi mineral silikat berupa kuarsa, garnierit
Nikel laterit adalah mineral logam hasil dari proses pelapukan dan pengayaan
mineral pada batuan ultramafik. Geologi di daerah Palangga, Provinsi Sulawesi
Tenggara, disusun oleh batugamping dari Formasi Eimoko dan Formasi
Langkolawa yang memiliki hubungan ketidakselarasan dengan batuan ultramafik
di bawahnya sebagai pembawa endapan nikel laterit. Proses pelapukan pada
batuan ultramafik menghasilkan karakter dan profil nikel laterit yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakterisasi nikel laterit
berdasarkan pada mineralogi dan profil dari Zona lateritisasi. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa jenis batuan pembawa nikel laterit di Daerah Palangga
adalah harsburgit. Nikel laterit memiliki ketebalan sekitar 15 meter. Zona Limonit
memiliki komposisi mineral lempung berupa kaolinit, mineral oksida berupa
mineral magnetit, hematit, kromit dan mineral hidroksida berupa gutit. Kedalaman
Zona Limonit yaitu sekitar 0 - 3 meter dengan kandungan Ni sekitar 0,76 –
1,78%, Fe sekitar 34,10 – 48,31%, dan SiO2 sekitar 9,42 – 18,02%. Zona Saprolit
memiliki komposisi mineral silikat berupa kuarsa, garnierit
Kegiatan pertambangan
merupakan serangkaian
kegiatan yang diawali
dengan kegiatan
penyelidakan umum
sampai berakhir pada
kegiatan pasca tambang,
pertambangan dicirikan
dengan modal yang
besar, teknologi yang
digunakan canggih serta
resiko yang tinggi, untuk
mengurangi resiko yang
akan terjadi pada
kegiatan pertambangan
maka perusahaan harus
melakukan kegiatan
eksplorasi, tahap-tahap
kegiatan eksplorasi ini
terbagi atas empat
tahapan
yaitu survey tinjau,
prospeksi, eksplorasi
pendahuluan dan
eksplorasi rinci (Badan
standarisi
nasional-BSN, 2011).
Sistem penambangan
terbuka yang berada di
permukaan tanah banyak
mengubah
bentang lahan dan
keseimbangan ekosistem
permukaan tanah, maka
berdasarkan UU
No.41/1999,
Pasal 38, Ayat 4, sistem
penambangan terbuka ini
dilarang dilakukan di
kawasan hutan lindung.
Hermawan et al. (2009)
menyatakan bahwa
kegiatan penambangan
timah di Provinsi
BangkaBelitung yang
dilakukan dengan cara
terbuka telah menimbulkan
perubahan lingkungan
dengan menurunkan
produktivitas tanah dan
mutu lingkungan. Di lain
pihak kolong-kolong air
akibat kegiatan
penambangan timah
terbuka di Perlang,
Bangka-Belitung dapat
dimanfaatkan
sebagai kantong sumber air
irigasi untuk pencetakan
sawah baru disekitarnya
(Subardja et al.,
2010).
Kegiatan pertambangan
merupakan serangkaian
kegiatan yang diawali
dengan kegiatan
penyelidakan umum
sampai berakhir pada
kegiatan pasca tambang,
pertambangan dicirikan
dengan modal yang
besar, teknologi yang
digunakan canggih serta
resiko yang tinggi, untuk
mengurangi resiko yang
akan terjadi pada
kegiatan pertambangan
maka perusahaan harus
melakukan kegiatan
eksplorasi, tahap-tahap
kegiatan eksplorasi ini
terbagi atas empat
tahapan
yaitu survey tinjau,
prospeksi, eksplorasi
pendahuluan dan
eksplorasi rinci (Badan
standarisi
nasional-BSN, 2011).
Sistem penambangan
terbuka yang berada di
permukaan tanah banyak
mengubah
bentang lahan dan
keseimbangan ekosistem
permukaan tanah, maka
berdasarkan UU
No.41/1999,
Pasal 38, Ayat 4, sistem
penambangan terbuka ini
dilarang dilakukan di
kawasan hutan lindung.
Hermawan et al. (2009)
menyatakan bahwa
kegiatan penambangan
timah di Provinsi
BangkaBelitung yang
dilakukan dengan cara
terbuka telah menimbulkan
perubahan lingkungan
dengan menurunkan
produktivitas tanah dan
mutu lingkungan. Di lain
pihak kolong-kolong air
akibat kegiatan
penambangan timah
terbuka di Perlang,
Bangka-Belitung dapat
dimanfaatkan
sebagai kantong sumber air
irigasi untuk pencetakan
sawah baru disekitarnya
(Subardja et al.,
2010).
Kegiatan pertambangan
merupakan serangkaian
kegiatan yang diawali
dengan kegiatan
penyelidakan umum
sampai berakhir pada
kegiatan pasca tambang,
pertambangan dicirikan
dengan modal yang
besar, teknologi yang
digunakan canggih serta
resiko yang tinggi, untuk
mengurangi resiko yang
akan terjadi pada
kegiatan pertambangan
maka perusahaan harus
melakukan kegiatan
eksplorasi, tahap-tahap
kegiatan eksplorasi ini
terbagi atas empat
tahapan
yaitu survey tinjau,
prospeksi, eksplorasi
pendahuluan dan
eksplorasi rinci (Badan
standarisi
nasional-BSN, 2011).
Sistem penambangan
terbuka yang berada di
permukaan tanah banyak
mengubah
bentang lahan dan
keseimbangan ekosistem
permukaan tanah, maka
berdasarkan UU
No.41/1999,
Pasal 38, Ayat 4, sistem
penambangan terbuka ini
dilarang dilakukan di
kawasan hutan lindung.
Hermawan et al. (2009)
menyatakan bahwa
kegiatan penambangan
timah di Provinsi
BangkaBelitung yang
dilakukan dengan cara
terbuka telah menimbulkan
perubahan lingkungan
dengan menurunkan
produktivitas tanah dan
mutu lingkungan. Di lain
pihak kolong-kolong air
akibat kegiatan
penambangan timah
terbuka di Perlang,
Bangka-Belitung dapat
dimanfaatkan
sebagai kantong sumber air
irigasi untuk pencetakan
sawah baru disekitarnya
(Subardja et al.,
2010).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mineralogi endapan nikel laterit pada Zona Limonit memiliki komposisi mineral
lempung berupa kaolinit, mineral oksida berupa mineral magnetit (Fe3O4),
hematit (Fe2O3), kromit (FeCr2O4) dan mineral hidroksida berupa gutit
(FeO(OH)). Kedalaman Zona Limonit yaitu sekitar 0 - 3 meter dengan kandungan
Ni sekitar 0,76 – 1,78%, Fe sekitar 34,10 – 48,31%, dan SiO2 sekitar 9,42 –
18,02%. Zona Saprolit memiliki komposisi mineral silikat berupa kuarsa (SiO2),
garnierit (Ni,Mg)SiO3nH2O), antigorit (Mg,Fe)3Si2O5(OH)4, enstatit
(Mg2Si2O6), lisardit ((Mg,Fe)2SiO4). Kedalaman saprolit sekitar 3 – 9 meter
dengan kandungan Ni sekitar 1,79 – 2,98%, Fe sekitar 10,27 – 34,52%, SiO2
sekitar 22,0 – 49,63%. Batuan dasar (Bedrock) memiliki komposisi mineral silikat
antigorit (Mg,Fe)3Si2O5(OH)4, enstatit (Mg2Si2O6), lisardit ((Mg,Fe)2SiO4),
olivin ((Mg, Fe)2SiO4), dan augit ((Ca,Na)(Mg,Fe,Al,Ti)(Si,Al)2O6). Kedalaman
batuan dasar (bedrock) sekitar 9 – 10 meter dengan kandungan Ni sekitar 0,95 –
1,28%, Fe sekitar 7,62 – 8,29%, SiO2 sekitar 42,81 – 45,85%. Lapisan yang
paling banyak mengandung nikel laterit dijumpai pada Zona Saprolit
Pembuatan database
berfungsi untuk membuat
suatu bentuk sistem
database dari
data pemboran (drilling),
sekaligus mempermudah
dalam mengelola input
data, up date
data, proses data, ouput
data dan layout-nya
untuk mengetahui potensi
bahan galian
tersebut. Pembuatan
database digunakan untuk
mengoreksi
pengelompokkan serta
kebenaran data eksplorasi
yang akan menghasilkan
penyebaran titik bor yang
merupakan
data dasar dalam
melakukan estimasi
sumberdaya.
Database dibuat
berdasarkan beberapa
variabel seperti hole id
(lubang bor),
koordinat titik bor
(easting, northing,
elevation/x, y, dan z),
litologi nikel laterit yaitu
limonit (L), saprolit (S)
dan bedrock (BDR),
kedalaman lubang bor
(eoh/end of hole),
ketebalan setiap lapisan
nikel laterit (depth from –
depth to), dan data kadar
Ni. Hasil yang
Pembuatan database berfungsi untuk membuat suatu bentuk sistem database dari
data pemboran (drilling), sekaligus mempermudah dalam mengelola input data,
up date data, proses data, ouput data dan layout-nya untuk mengetahui
potensi bahan galian tersebut. Pembuatan database digunakan untuk
mengoreksi pengelompokkan serta kebenaran data eksplorasi yang akan
menghasilkan penyebaran titik bor yang merupakan data dasar dalam melakukan
estimasi sumberdaya. Database dibuat berdasarkan beberapa variabel seperti
hole id (lubang bor), koordinat titik bor (easting, northing, elevation/x, y,
dan z), litologi nikel laterit yaitu limonit (L), saprolit (S) dan bedrock
(BDR), kedalaman lubang bor (eoh/end of hole), ketebalan setiap lapisan nikel
laterit (depth from – depth to), dan data kadar Ni. Hasil yang akan diperoleh dari
pengolahan data yang telah di import kedalam software Surpac 6.3.2 yaitu berupa
sebaran titik bor.
Model blok merupakan bentuk atau media untuk menampilkan data-data
yang dihasilkan dari geological database dengan tujuan dapat mengetahui hasil,
nilai atau model yang akan dibuat nantinya untuk menaksir besar sumberdaya
dari kadar yang telah ditentukan.
Kemudian dari data bor ersebut dapat dihasilkan peta penyebaran endapan bijih
nikel. Tahap selanjutnya adalah membuat model DTM (Digital Terrain
Model) untuk topografi dan model wireframe (Wireframe Modelling) untuk
badan bijih yang selanjutnya di-overlay dengan data bor/sumur uji yang telah
dikompositkan. Setelah itu membuat blok model, yaitu mengisi wireframe
badan bijih dengan blok-blok pada ukuran tertentu berdasarkan karakteristik
mineral nikel.
Untuk volume waste total didapati 1.039.567 dan tonnase 1.356.981 dengan nilai
Ni 1.25% yang didapati dari volume dikali dengan specific gravity. Pada volume
untuk ore diketahui 515.810 dan nilai tonnase 655.999 dengan nilai Ni 1.69%.
Sehingga nilai total dari volume ialah 1.555.377 dan tonnase total adalah
10.806.625 dengan Ni rata-rata 1.39%. Selanjutnya adalah penentuan dari
kadar Ni dan Fe menggunakan data bor. Penaksiran kadar dengan
menggunakan metode IDW dilakukan dengan melihat jarak rata-rata pada titik bor
yaitu sebesar 25meter lalu dikalikan 2 sebagai data yang akan diinput pada saat
melakukan penaksiran kadar menggunakan metode IDW pada software geovia
surpac. Berikut ini adalah kadar dari Ni dan Fe :
Berdasarkan hasil report dari software dapat diketahui bahwa total volume
1.555.377 dan total sumberdaya nikel laterit yang didapat dari hasil pengolahan
data sebanyak 2.012.980 to n dengan kadar rata-rata Ni 1.39%.
Bagian bawah top soil dijumpai adanya lapisan overburden dengan komposisi
utama berupa Fe, Cr, Mn, dan Co. Bagian bawah overburden dijumpai adanya
Zona Limonit dan Zona Saprolit dijumpai pada bagian bawah Zona Limonit
sedangkan zona paling bawah berupa bedrock yang merupakan batuan segar yang
belum mengalami proses pelapukkan (Sufriadin, 2013). Perbedaan karakteristik
suatu daerah endapan nikel laterit berhubungan dengan adanya perbedaan
komposisi mineralogi batuan asalnya dan zona lateritisasi. endapan nikel laterit
terbentuk oleh pelapukan intensif pada daerah tropis khususnya batuan yang
mengandung unsur Ni seperti peridotit dan serpentinit, yang dipengaruhi oleh
batuan asal, iklim, reagen-reagen kimia dan vegetasi, struktur geologi, topografi,
serta waktu.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan yaitu
melakukan estimasi nikel
laterit dengan
metode IDW dimana data
pendukung berupa 125
titik bor dimana data
tersebut selanjutnya diolah
dengan menggunakan
software Surpac 6.6.2
dengan pembuatan
database, blockmodel lalu
akan
dihasilkan estimasi nikel
laterit dengan total
sumberdaya nikel laterit
sebanyak 2.012.980 ton
dengan kadar Ni 1.39
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan yaitu
melakukan estimasi nikel
laterit dengan
metode IDW dimana data
pendukung berupa 125
titik bor dimana data
tersebut selanjutnya diolah
dengan menggunakan
software Surpac 6.6.2
dengan pembuatan
database, blockmodel lalu
akan
dihasilkan estimasi nikel
laterit dengan total
sumberdaya nikel laterit
sebanyak 2.012.980 ton
dengan kadar Ni 1.39
5.1 Kesimpulan
Maka dari hasil penelitian didapatkan pemodelan adalah kegiatan
merepresentasikan kondisi lapangan berdasarkan data hasil pengukuran dan
pengujian, dengan menggunakan prosedur dan metode tertentu agar mendekati
kondisi yang sebenarnya. Dalam studi ini akan dimodelkan bentuk bijih
nikel laterit serta mengestimasi kadar antartitik pemercontohan (titik bor, sumur
uji dan sebagainya) dan di zona pengaruh, sehingga dapat dihitung jumlah sumber
daya dan cadangan.Data-data yang diperlukan dalam proses pemodelan geologi
ini adalah data rekapitulasi lubang bor, berupa nama titik bor, elevasi titik bor,
kedalaman lubang bor.
Estimasi nikel laterit dengan metode IDW dimana data pendukung berupa 125
titik bor dimana data tersebut selanjutnya diolah dengan menggunakan software
Surpac 6.6.2 dengan pembuatan database, blockmodel lalu akan dihasilkan
estimasi nikel laterit dengan total sumberdaya nikel laterit sebanyak
2.012.980 ton dengan kadar Ni 1.39
DAFTAR PUSTAKA