Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktikum Permodelan dan Estimasi Sumber
Daya yang telah saya lakukan. Adapun tujuan dari laporan ini adalah untuk
memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Permodelan dan Estimasi Sumber Daya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Herman, S.Si., MT selaku


Dosen mata kuliah Permodelan dan Estimasi Sumber Daya yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya ditekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini. Saya menyadari, laporan ini masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu saya selalu terbuka terhadap segala macam
komentar, kritik, saran, dan juga pertanyaan-pertanyaan yang berguna untuk lebih
menyempurnakan laporan ini.

Ketapang, 14 Agustus 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dialam ada dua jenis bijih nikel, yaitu nikel sulfida dan nikel oksida yang
lajim disebut laterit. Pada umumnya nikel sulfida berada dibelahan bumi
subtropis sedangkan laterit berada dikhatulistiwa, dan jumlah sumber daya
alam laterit lebih besar d/p nikel sulfida. Berdasarkan data yang dipublikasi
1988, Indonesia menempati posisi nomor dua didunia untuk sumber daya nikel.
Adapun lokasi sumber daya laterit di Indonesia berada di Kawasan Timur
Indonesia (KTI) terutama di Sulawesi Tenggara, Halmahera Maluku Utara, dan
pulau Gag kepulauan Waigeo Papua. Menurut Badan Geologi DJMB
(Direktorat Jenderal Mineral Batubara) 2013, sumber daya laterit di Indonesia
mencapai 3.565 juta ton bijih (lebih dari 3,5 milyar ton) atau setara dengan 52,2
juta ton logam Ni. Sedangkan jumlah cadangan laterit mencapai 1.168 juta ton
bijih (lebih dari 1,1 milyar ton) atau setara dengan 22 juta ton logam Ni.
Berdasarkan hasil eksplorasi oleh BUMN PT Aneka Tambang di wilayah
kerja PT Aneka Tambang sampai 2012, jumlah saprolit (silikat) ± 361,3 (‘000
wmt) dan limonit ± 464,0 (‘000 wmt).3) Berdasarkan data yang dipublikasi
Januari 2015 oleh US Geological Survey, secara global sumber daya alam nikel
sekitar 60 % berupa laterit. Sampai 2013/2014 Indonesia termasuk negara
dengan produksi tambang terbesar dunia. Dimana produksi tambang nikel
Indonesia berasal dari penambangan laterit untuk mengambil limonit dan
saprolit. Penambangan laterit tersebut terutama berada di Pomalaa Sulawesi
Tenggara dan Teluk Buli Halmahera Maluku Utara. Selanjutnya limonit dengan
persyaratan tertentu diekspor ke Australia, saprolit kadar tinggi (Ni ≥ 1,8 %) ke
Jepang, dan saprolit kadar rendah dengan kandungan Ni ≥ 1,5 % diekspor ke
China. Selain ke China, Jepang, dan Australia, Indonesia juga mengekspor
laterit ke Ukraina, Yunani, dan negara negara lain. Indonesia melakukan ekspor
besar besaran laterit sebelum 2014.

1
Selain diekspor, saprolit dengan kandungan Ni ≥ 1,8 % juga diolah di
Sulawesi Tenggara untuk memproduksi FeNi dan Ni matte. FeNi diproduksi
oleh BUMN PT Aneka Tambang di Pomalaa sejak 1973/1974, dan Ni matte
diproduksi oleh PT Vale Indonesia di Soroako sejak 1977/1978. Dengan
terbitnya UU Minerba 2009 yang mulai berlaku Januari 2014 menunjukkan
kepedulian Indonesia akan kekayaan mineral dan batu bara ditanah air. Dalam
UU tersebut ekspor bahan baku mineral dilarang, dan wajib untuk mengolah
mineral didalam negeri mulai Januari 2014. UU tersebut tidak menimbulkan
masalah untuk laterit yang sudah diolah didalam negeri khususnya untuk laterit
kadar tinggi saprolit dengan kandungan Ni ≥ 1,8 %. Serta laterit kadar rendah
yang diolah oleh PT INDOFERRO untuk memproduksi NPI (Nickel Pig Iron)
di Cilegon Banten sejak 2012. Untuk larangan ekspor laterit dan laterit kadar
rendah yang belum diolah di tanah air, UU tersebut akan menimbulkan masalah
yang tidak sederhana.
Dengan menghentikan ekspor laterit mulai Januari 2014, Indonesia akan
menghadapi masalah hukum dagang. internasional yang tidak sederhana.
Untuk laterit kadar rendah yang terdiri dari limonit dan saprolit dengan
kandungan Ni < 1,8 %, juga akan timbul masalah bagaimana harus
mengolahnya. Karena untuk bisa mengolah laterit khususnya laterit kadar
rendah sangat dibutuhkan pasar yang siap menyerap produk, penguasaan
teknologi, dan modal yang tidak sedikit. Sehingga yang bisa menggarap laterit
dari eksplorasi, penambangan sampai pengolahan adalah BUMN seperti PT
Aneka Tambang (Antam), kerja sama PT Antam dengan asing, dan PMA
(penaman Modal Asing) seperti PT Vale Indonesia.

1.2 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :
• Untuk membuat block model mineral nikel laterit menggunakan software
Geovia Surpac.

2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
• Untuk mengolah data, membuat model cadangan estimasi, perhitungan
volume, dan system grade control menggunakan software Geovia Surpac.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori


Nikel laterit merupakan material dari regolit (lapisan yang merupakan hasil
dari pelapukan batuan yang menyelimuti suatu batuan dasar) yang berasal dari
batuan ultrabasa yang mengandung unsur Ni dan Co. Nikel laterit akan sangat
baik terbentuk pada daerah yang terletak zona perubahan muka air tanah.
Terjadinya perubahan dari musim kering ke musim hujan akan mempengaruhi
pergerakan muka air tanah sehingga sesuai untuk terjadinya pembentukan
laterit. Air hujan yang mengandung 𝐶𝑂2 dari udara meresap hingga permukaan
air tanah sambil melindi mineral primer yang tidak stabil seperti olivin dan
piroksen. Air tanah meresap secara perlahan sampai batas antara zona limonit
dan saprolit, kemudian mengalir secara lateral dan selanjutnya didominasi
transportasi larutan secara horizontal (Valeton, 1967).

Gambar 2.1 Penampang Skematik Pembentukan Endapan Nikel Laterit New


Caledonia (de Chetelat, dalam Boldt, 1967)
Batuan asal ultramafik pada zona saprolit diimpregnasi oleh nikel melalui
larutan yang mengandung nikel, sehingga kadar nikel dapat naik hingga 7%
berat. Nikel sendiri dapat mensubstitusi magnesium dalam serperntin atau
mengendap pada rekahan bersama dengan larutan yang mengandung
magnesium dan silikon sebagai garnierite [(𝑁𝑖, 𝑀𝑔)6 𝑆𝑖4 𝑂10(𝑂𝐻)6 ].

4
Apabila dilihat secara vertikal, horizon-horizon utama dari endapan nikel
laterit adalah sebagai berikut:
• Lapisan paling atas merupakan zona top soil yang merupakan tanah hasil
pelapukan zona-zona di bawahnya yang memiliki kandungan Ni sangat
rendah. Selain top soil biasanya juga terdapat iron cap yaitu lapisan yang
memiliki kadar Fe cukup tinggi. Iron cap ini memiliki kandungan nikel
yang relatif sedikit akibat terjadinya mobilisasi unsur nikel dan
pengkayaan Fe.
• Dibawah zona top soil terdapat lapisan yang kaya akan oksida besi yang
disebut dengan limonit. Limonit memiliki kandungan unsur Ni yang lebih
tinggi dibandingkan dengan zona top soil tetapi kandungan unsur Fe
semakin berkurang. Zona ini didominasi oleh mineral goethit [FeO(OH)]
dan juga terdapat mineral lain seperti magnetit [𝐹𝑒3 𝑂4], hematit [𝐹𝑒2 𝑂3 ],
kromit [𝐶𝑟2 𝑂4 ], serta kuarsa sekunder.
• Lapisan yang terbentuk pada tahap awal proses pelapukan yang disebut
dengan saprolite. Berdasarkan kenampakan megaskopis, zona saprolit
dapat di kelompokkan menjadi 2, yaitu low saprolite ore zone (LSOZ) dan
high saprolite ore zone (HSOZ). Yang membedakan keduanya adalah
kandungan Fe yang masih tinggi pada zona LSOZ, sedangksn pada zona
HSOZ masih dijumpai fragmen-fragmen batuan. Zona saprolit ini
didominasi oleh mineral-mineral seperti serpentin, kuarsa sekunder, Ni-
kalsedon, garnierit, dan pada beberapa bagian terdapat limonit. Batas
antara zona saprolit dengan zona dibawahnya, yaitu zona protolith,
umumnya bergradasi dan tidak beraturan akibat tidak meratanya tingkat
pelapukan yang dialami oleh batuan.

5
Gambar 2.2 Penampang Vertikal Zona Endapan Nikel Lateri
(Guilbert,1986)
• Bagian terbawah dari penampang vertikal atau bedrock dari endapan nikel
laterit adalah protolith. Protolith merupakan batuan asal yang berupa
batuan ultramafik, umumnya berupa harzburgite (peridotit yang kaya akan
orthopiroksen), peridotit atau dunit.

6
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tahapan – Tahapan Display DTM (DTM Surface)


1. Siapkan data yang akan digunakan, pastikan data tersebut dalam bentuk
format STR.

2. Buka aplikasi Geovia Surpac, kemudian klik folder data tersebut, klik kanan
dan pilih Set as work directory. Agar data yang dihasilkan satu folder dengan
folder yang dipilih.

3. Kemudian masukkan data tersebut dengan cara dispaly data yang telah
disiapkan. Klik display topo. Klik topo str difolder klik tahan kemudian
letakkan dilayar hitam tersebut. Kemudian muncul lah topografi tersebut.

7
4. Kemudian diubah menjadi DTM agar solid, klik kanan topo str, kemudian
klik Create DTM. Kemudian save layer agar data DTM tersimpan.

5. Jika ingin memunculkan interval contour bisa klik menu Surfaces -


Contouring - Contour DTM File.

6. Klik apply. Contour yang diminta akan tersave. Kemudian jika ingin
memunculkan contour, klik 2 kali contour yang tersave.

8
3.2 Tahapan Geodatabase
1. Klik menu Database – Database – OpenNew.

• Database Name : geodatabase_nikel

• Klik Apply – Apply - Apply


• Kemudian masukkan data yang belum ada karna surpac hanya muncul
data Assay, Collar dan Survey. Klik kanan di nomor 1 – Add. Masukan
Litologi. Klik Apply.

• Sesuaikan data yang ada di excel jika tidak ada data tersebut maka klik
centang, agar data tersebut dihilangkan.

9
• Jika ada data yang tidak termasuk di Mandatory Fields, maka
masukkan data di Optional Fields.

• Klik Apply.
2. Klik Database – Database – Import Data

• Format file name dan Report file name samakan saja nama datanya
seperti diatas.

• Klik Apply – Apply.


• Hilangkan tanda centang di include untuk data yang tidak ada atau
tidak dipakai. Dan hilangkan tanda centang di Space Fill untuk data
yang digunakan. Klik apply.

10
• Kemudian samakan column dengan kolom data yang digunakan pada
excel. Hilangkan tanda centang di include jika data tersebut tidak ada.

• Jika sudah selesai semua klik apply.


• Kemudian Insert CSV nya. Jika sudah klik Apply.

• Kita tunggu surpac membaca datanya. Jika sudah maka akan muncul
seperti dibawah ini.

• Jika ingin mendispay klik kanan geodatabase_nikel dibawah – klik


Drillhole display styles. Jika sudah selesai klik apply. Kemudian klik
kembali geodatabes_nikel dibawah – klik Display drillholes. Jika
sudah selesai klik apply.

11
• Hasil nya seperti dibawah ini.

3.3 Tahapan Model Geologi


1. Klik Database – Extract – Zone thickness and depth.

1). Sap bawah :


- Di Zone thickness and depth diisi :
• Location : sap_bawah
• ID number :0
• String :1
• No zone string :2
• Report file name : sap_bawah
• Format : .not – Surpac Note File
• Which zone selection method : MULTIPLE ZONES

12
• Use true thickness : hilangkan centang
• Required co-ordinate position : bottom

Kemudian klik apply.

- Define the geology zones diisi :


• Table : litologi
• Field : litologi
• Specification : SAP
• Intercept from :1
• Intercept to : 999

Klik Apply – apply.

13
2). Lim atas :
- Di Zone thickness and depth diisi :
• Location : lim_atas
• ID number :0
• String :1
• No zone string :2
• Report file name : lim_atas
• Format : .not – Surpac Note File
• Which zone selection method : MULTIPLE ZONES
• Use true thickness : hilangkan centang
• Required co-ordinate position : top

Kemudian klik apply.

- Define the geology zones diisi :


• Table : litologi
• Field : litologi
• Specification : LIM
• Intercept from :1
• Intercept to : 999

Klik Apply – apply.

14
2. Jika ingin membuat DTM dari 2 data diatas maka klik kanan file di kiri
bawah – create DTM. Hilangkan tanda centang di Perform break line test.
Klik apply. Jangan lupa save DTM dengan klik Save layer.
3. Jika ingin membuat agar solid DTMnya maka klik menu Surface – Clip or
intersect DTMs – Create solid by intersecting 2 DTMs.

- Dtm/dtm intersect results storage :


• Graphics layer name : solid_ore
• Object number :3
Kemudian klik apply.

15
- Kemudian ada keterangan Select upper trisolation. Select upper yang
atas berwarna biru. Dan Select lower trisolation pilih yang warna
coklat yang bawah.
- Maka hasilnya dibawah ini. Kemudian save layer.

3.4 Tahapan Block Model


1. Klik menu block model – New open.

2. Beri nama block_ore. Kemudian apply.

16
3. Pada menu ini kita centang Get extents from string file.
• Kemudian untuk locationnya kita isi topo.str.
• Kemudian untuk block size nya kita isi: y=5, x=5, z=5.
• Untuk sub blocking kita pilih standard.
• Kemudian kita apply.

4. Setelah block modelnya kita bikin kemudian kita display block model
tersebut. Lalu klik apply. Hasilnya seperti dibawah ini.

5. Selanjurnya kita membuat batasan sub block.


• Pada menu block model kita pilih constrain – New constraint file.

• Constraint type kita isi DTM untuk membatasi data DTM.


• DTM file kita isi lim_atas kemudian add.
• Untuk DTM file yg kedua kita isi sap_bawah lalu add.

17
• Kemudian kita beri nama batas_ore.
• Lalu apply.

6. Maka tampilan batas ore batas limonitnya sebagai berikut.

• KESIMPULAN
Aplikasi surpac dapat mempermudah dalam pembuatan block model
mineral nikel laretil menggunakan sofware surfac

18

Anda mungkin juga menyukai