OLEH KELOMPOK 6 :
1. ANNISA TIARA SAPUTRI (R1A119004)
2. BESSE RISKA ARVIRA ( R1A119018)
3. ATIN SARANANI (R1A119040)
4. KHAIRUL ANWAR (
5. RAFLI (
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Geofisika Pertambangan tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Geofisika Pertambangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Geofisika Pertambangan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar isi..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 5
1.3 Tujuan...................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Daerah Penghasil Tambang Aspal Terbesar di Indonesia........................ 6
2.2 Penambangan Aspal dengan Metode Geofsika........................................ 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 13
3.2 Saran......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Prinsip kerja dari metode induksi polarisasi ini adalah mendeteksi terjadinya
polarisasi listrik pada permukaan mineral-mineral logam di bawah permukaan bumi,
dari hasil pengukuran lapangan didapatkan data berupa resistivitas semu.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Daerah mana saja di Indonesia yang menjadi penghasil Timah terbesar dan terbaik
di Indonesia ?
2. Metode Geofisika apa saja yang digunakan dalam eksplorasi, eksploitasi, dan
reklamasi tambang Timah di Indonesia ?
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Sungai Liat merupakan sebuah kecamatan yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung sekaligus menjadi ibukota dari Kabupaten Bangka. Keunikan timah yang
dihasilkan di daerah Sungai Liat adalah timah-timah tersebut didapat dari dalam
kandungan pasir, hal inilah yang membuat keunikan pada timah yang ditemukan
disungai Liat dibandingkan dengan timah yang ditemukan didaerah lainnya.
Sungai Liat Kepulauan Bangka Belitung ini terdapat kurang lebih 10 perusahaan
yang sudah mendapatkan izin untuk mengolah timah di daerah tersebut. Pada tahun
2016 menurut data dari Indonesia Corruption Watch (ICW) Sungai Liat berhasil
melakukan ekspor timah sebesar 389.678 ton ke beberapa negara
Masih dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kali ini ada Pulau Belitung yang
menjadi daerah dengan hasil timah terbesar nomor satu di Indonesia dan terbesar nomor
kedua di dunia setelah Negara Cina. Hasil timah dari Pulau Belitung ini bahkan sudah
diakui oleh Dunia, dan sering melakukan ekspor timah ke beberapa Negara Asia dan
Eropa.
Salah satu factor yang menjadikan Pulau Belitung begitu kaya akan timah karena
pada pulau tersebut ditemukan banyak sekali batuan dengan sifat asam. Bahkan pada
tahun 2019 Pulau Belitung berhasil menghasilkan 2.056.428 ton timah menurut data
dari ESDM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pada bulan Juli 2020 Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
mengatakan bahwa Pulau Belitung sudah menyumbang sekitar 10,05 miliar ton timah
dan masih memiliki cadangan timah sebesar 6,81 miliar ton. Hal ini cukup mengejutkan
karena tambang timah di Pulau Belitung sudah digaji atau diambil selama tiga abad
lebih namun masih memiliki cadangan timah yang sangat banyak.
6
3. Muntok Kepulauan Bangka Belitung (8.500 ton)
Daerah dengan hasil timah terbanyak di Indonesia selanjutnya adalah Dabo yang
berada di Provinsi Kepulauan Riau. Dabo sendiri sudah terkenal sebagai daerah
pengahasil timah terbesar di Indonesia sejak Indoensia masih dijajah oleh Belanda
hingga tahun 1992.
Luas tambang timah di Dabo Kepulauan Riau mencapai 45.000 hektar dan sudah
beroperasi selama PT. Timah. Namun pada tahun 1985 terjadi kemerosotan timah dan
akhirnya ditutup pada tahun 1992 secara resmi.
Awal mula ditutupnya tambang ini karena pada tahun 1985 terjadi kemerosotan
harga timah yang akhrinya membuat diikuti dengan terjadinya pemutusan kontrak
besar-besaran dari para diperkirakan Dabo menyumbang sekitar 5.948 ton timah
pertahunnya.
Selain Dabo Provinsi Kepulauan Riau juga mempunyai Bangkinang yang menjadi
salah satu daerah dengan hasil timah tersebar di Indonesia. Tambang timah di
Bangkinan sudah berjalan dari tahun 1972. Menurut data dari Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Kepulauan Riau cadangan timah yang ada di Bnagkinang mencapai
208.268 5on.
7
penerbangan liar demi untuk mendapatkan timah yang mereka inginkan. Diperkirakan
hasil tambang di Lubuk Besar memperoleh sekitar 3.690 ton timah per tahun.
Selain Dabo salah satu daerah penghasil timah terbesar di Indonesia yang
merasakan dampak kemerosotan harga timah pada tahun 1985 adalah Pulau Singkep
yang ada sama dengan Dabo yang akhirnya ditutup secara paksa setelah pemutusan
kontrak dengan para karyawannya. Diperkirakan sebelum resmi ditutup hasil timah di
Pulau Singkep mencapai 4.000 an ton per tahun
8
2.2 Penambangan Timah dengan Metode Geofisika
a. Eksplorasi
Metode geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki
keadaan bawah permukaan dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Menurut
(Sujoko. 2009) Berdasarkan hasil survei geologi yang telah dilakukan dan pengoprasian
pengeboran dan penambangan di dekat lokasi penyelidikan, diprakirakan masih luasnya
daerah yang memiliki prospek timah primer di kawasan bukit puyuh, Bangka Barat.
Keberadaan endapan tersebut ditunjukkan oleh hasil bor yang membuktikan adanya
endapan timah. Akan tetapi di daerah penyelidikan tidak memperlihatkan adanya
indikasi di permukaan yang cukup menarik sepertiurat(vein) maupun urat-urat
halus(veinlet) mineralisasi yang begitu jelas.
Dimana :
AB : elektroda arus r1 = AM = (n+1)a
MN : elektroda potensial r2 = BM = na
AB = MN = a (dalam satuan meter) r3 = AN = (n+2)a r4 = BN = (n+1)a
9
Dengan K merupakan faktor geometri yang nilainya bervariasi bergantung pada jarak
dari “a”. kemudian dengan mensubtitusi nilai K dengan persamaan di atas dapat
dihitung nilai resistivity tiap kedalaman adalah:
Pengukuran IP domain waktu digunakan untuk mengukur beda potensial setelah arus
dihentikan. Salah satu parameter pengukuran adalah chargeabilitas M, yang
didefinisikan sebagai suatu luasan A dibawah kurva penurunan sepanjang interval
waktu tertentu (t1-t2) yang dinormalisasikan oleh beda potensial .Chargeabilitas diukur
dari interval waktu tertentu ketika arus dihentikan (Kearey, 2002).
b. Eksploitasi
1. Cilacap
Eksploitasi penambangan timah yang terlama di Indonesia dan masih berproduksi
sampai kini terdapat di pulau Bangka, masuk dalam provinsi baru, Kepulauan Bangka-
Belitung. Eksploitasi timah di Bangka sudah dimulai sejak awal abad ke-18. Dalam
usianya yang lebih tiga abad itu, penambangan timah Bangka berada di bawah kontrol
negara yang berbeda, seringkali menjadi penyebab munculnya ”Perang Sumber” (War
Resources) meminjam istilah yang diberikan Chris Ballard dan Glenn Banks (2003:287-
313). Pada awalnya penambangan TI berada di bawah kontrol Sultan Palembang, baik
untuk proses produksi maupun pemasaran timah, sebab pulau Bangka berada di bawah
kontrol kekuasaannya. Antara tahun 1722-1799 Sultan Palembang membuat perjanjian
kontrak dengan VOC yang memonopoli perdagangan timah bersama dengan lada yang
dihasilkan oleh para petani lada Sumatera Selatan. Kontrol atas timah ini kemudian
beralih ke pemerintahan Inggris (1812-1816), didahului oleh perang dengan Belanda.
Inggris merancang dasar-dasar sistem kontrol atas produksi dan pemasaran timah yang
kemudian ditiru oleh Belanda yang mengambil-alih dan menguasai Bangka untuk
periode waktu yang begitu lama (1816-1942). Setelah Indonesia mencapai
kemerdekaannya, tambang timah dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia dan
10
menjadi PN.Timah (1945-1965) pada masa Orde Lama dan pada masa Orde Baru
(1966-1998) berubah namanya menjadi PT.Timah Bangka Tbk.
2. Reklamasi
Kegiatan reklamasi terdiri dari dua kegiatan yaitu : (1). Pemulihan lahan bekas
tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya, dan (2). Mempersiapkan
lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatannya
selanjutnya. Untuk melakukan reklamasi lahan bekas tambang diperlukan perencanaan
yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki.
Hal-hal yang harus diperhatikan didalam perencanaan reklamasi adalah sebagai berikut :
11
Setiap lokasi pertambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi
pelaksanaan reklamasi. Pelaksanaan reklamasi umumnya merupakan gabungan dari
pekerjaan Teknik sipil dan teknik vegetasi. Pelaksanaan reklamasi meliputi kegiatan
sebagai berikut :
Arah dari upaya rehabilitasi lahan bekas tambang ditinjau dari aspek teknis
adalah upaya untuk mengembalikan kondisi tanah agar stabil dan tidak rawan erosi
(Sujitno, 2007). Dari aspek ekonomis dan estetika lahan, kondisi tanah diperbaiki agar
nilai/potensi ekonomisnya dapat dikembalikan sekurang-kurangnya seperti keadaan
semula. Dari aspek ekosistem, upaya pengembalian kondisi ekosistem ke ekosistem
semula. Dalam hal ini revegetasi adalah upaya yang dapat dinilai mencakup kepada
kepentingan aspek-aspek tersebut. Reklamasi hampir selalu identik dengan revegetasi.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Timah di indonesia masih menjadi komoditas tambang penghasil devisa yang cukup
besar bagi negara. Hal tersebut dikarenakan penggunaan timah diberbagai sektor
industri di dunia semakin meningkat yang mengakibatkan nilai ekonomisnya yang
cukup tinggi dan membawa pengaruh terhadap perkembangan timah di Indonesia.
Potensi besar tersebut ditemukan salah satunya di pulau Bangka yang saat ini
mengembangkan eksplorasi timah primer. Endapan timah primer merupakan endapan
timah yang biasanya berkaitan dengan intrusi batuan beku granit dan terbentuk dalam
sistem endapan greisen. Greisen merupakan istilah yang didefinisikan sebagai suatu
agregat granoblastik kuarsa dan muscovit (atau lepidolit) dengan mineral pengikutnya
ialah topaz, tourmalin dan flourite yang dibentuk oleh post-magmatik alterasi
metasomatik dari granit (Stemprok, 2011). Eksplorasi mineral timah terdiri dari
beberapa tahap diantaranya metode geofisika, metodegeologi dan metode eksplorasi
pengeboran. Tahap bor eksplorasi ini ialah tahap akhir dari eksplorasi timah namun
untuk memastikan area pengeboran yang prospek dibutuhkan data geofisika dan data
geologi eksplorasi yang detail. Ada beberapa metode geofisika untuk memetakan bawah
permukaan. Namun yang paling tepat ialah metode polarisasi terinduksi (IP)
dikarenakan keakuratannya dalam memetakan persebaran mineralisasi dibawah
permukaan jika metode tahanan jenis (Resistivitas) tidak memberikan kontras yang
memadai. Dari nilai chargebilitas dan ditambah data penunjang seperti data resistivitas
maupun geologi, diharapkan mampu memberikan pola penyebaran endapan mineral
timah di daerah penelitian, yang nantinya dapat memberikan informasi keberadaan zona
mineralisasi yangbaru sehingga kelangsungan produksi perusahaan dapat terus
berlanjut.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai
metode geofisika yang dapat digunakan dalam eksplorasi tambang serta proses
reklamasinya khususnya untuk mahasiswa geofisika yang memiliki minat dalam bidang
tambang aspal.
13
DAFTAR PUSTAKA
Erman Erwiza. (2010). Aktor, Akses dan Politik Lingkungan di Pertambangan Timah
Bangka. Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia.
Harahap Ramdhani Fitri (2016). Restorasi Lahan Packa Tambang Timah di Pulau
Bangka. Jurnal Society, Volume VI, Nomor I.
Pratama Anoegrah. (2018). Identifikasi Potensi Sumber Daya Timah Primer Dengan
Menggunakan Induksi Polarisasi dan Resistivitas Daerah Bukit Puyuh Kec. Bngka
Barat, Bangka Belitung. Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA unhas.
Wahyudi dkk. (2018). Aplikasi Metode Polarisasi Terinduksi (IP) dan Resistivitas
Untuk Zona Mineralisasi Timah Di Area Bangka Barat.
14
15