Anda di halaman 1dari 31

ESTIMASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN

MENGGUNAKAN METODE INVERSE DISTANCE WEIGHTED (IDW),


NEAREST NEIGHBOUR POINT (NNP), DAN ORDINARY KRIGING (OK)

LAPORAN MINGGUAN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN
MELULUSI MATA KULIAH PERENCANAAN TAMBANG

DIAJUKAN OLEH:
KELOMPOK 1

1 NANDA FEBRILIA A.T


2 TRI ELSA OKTOVIA
3 WA ODE YULIASTRI
4 MUTIA FATIKA DEWI

PROGRAM TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
lengkap mata kuliah Metode Perhitungan Cadangan yang berjudul “Estimasi Sumberdaya
dan Cadangan Menggunakan Metode Inverse Distance Weighted (IDW), Nearest
Neighbour Point (NNP), Dan Ordinary Kriging (OK)” dengan baik. Penyusunan laporan
ini untuk memenuhi syarat melulusi mata kuliah Metode Perhitungan Cadangan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna karena
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak
khususnya dalam bidang pertambangan.

Kendari, oktober 2022


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bijih Nikel laterit merupakan salah satu sumber daya mineral yang melimpah di
Indonesia.Banyak bahan paduan yang dibuat berbasis bahan nikel karena memiliki
kekuatan struktur terhadap proses creep, fatigue dan kestabilan permukaan (oksidasi dan
korosi) pada suhu tinggi seperti digunakan pada mesin pesawat dan turbin gas pembangkit
listrik.
Estimasi sumberdaya adalah estimasi potensi dari endapan mineral bijih yang
terletak di permukan bumi untuk mengetahui apakah endapan tersebut layak untuk
dilanjutkan ke proses penambangan selanjutnya yaitu perhitungan cadangan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi sumberdaya dari endapan bijih nikel laterit
serta mengetahui keteba. D lan endapan mineral, kedalaman titik bor dan topografi dari
area yang diestimasi tersebutata yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data assay,
collar, litologi dan survey yang mana data ini akan dihitung dengan menggunakan metode
Inverse Distance Weighted menggunakan Software Surpac 6.5 . Dari data yang ada maka
diperoleh hasil yaitu ketebalan endapan mineral bijih 5 – 21m, dengan topografi perbukitan
ketinggian 250 – 311mdpl, kedalaman titik bor 9 – 26m, potensi sumberdayanya dengan
tonase sebesar 5.646.563 ton.
Estimasi sumberdaya ini dilakukan untuk mengetahui berapa sumberdaya yang ada
di lokasi yang akan ditambang dan mengetahui berapa kadar yang ada di daerah yang akan
ditambang itu. Dari tujuan tersebut dilakukan penyusunan laporan ini.

1.2 Batasan Masalah


Adapun Batasan masalah dari laporaan ini yaitu hanya mengestimasi
sumberdaya dan cadangan dengan menggunakan metode IDW.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan ini yaitu:
1.Metode estimasi apa yang akan di gunakan
2.Berapa estimasi sumberdaya dan cadangan menggunakan metode IDW

1.4 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum dari laporan ini adalah untuk mengetahui berapa estimasi
sumberdaya menggunakan metode Nearest Neigbour Point, Inverse Distance Weighting
dan Orniary Kriging.

1.5 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat praktikum pada laporan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
melakukan estimasi sumberdaya dengan menggunakan metode Nearest Neigbour Point,
Inverse Distance Weighting dan Orniary Kriging.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nikel Laterit

Nikel laterit merupakan salah satu mineral logam hasil dari proses pelapukan
kimia batuan ultramafik yang mengakibatkan pengkayaan unsur Ni, Fe, Mn, dan
Co secara residual dan sekunder. Nikel laterit dicirikan oleh adanya logam oksida
yang berwarna coklat kemerahan mengandung Ni dan Fe. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pembentukan endapan nikel laterit adalah morfologi, batuan asal
dan tingkat pelapukan. Tingkat pelapukan yang tinggi sangat berperan terhadap
proses lateritisasi. Proses terbentuknya nikel laterit dimulai dari proses pelapukan
yang intensif pada batuan peridotit, selanjutnya infiltrasi air hujan masuk ke dalam
zona retakan batuan dan akan melarutkan mineral yang mudah larut pada batuan
dasar. Mineral dengan berat jenis tinggi akan tertinggal di permukaan sehingga
mengalami pengkayaan residu seperti unsur Ca, Mg, dan Si. Mineral lain yang
bersifat mobile akan terlarutkan ke bawah dan membentuk suatu zona akumulasi
dengan pengkayaan (supergen) seperti Ni, Mn, dan Co (Gautama et al., 2021).

2.1.1 Faktor-faktor Pembentukan Endapan Nikel Laterit

Faktor pembentukan endapan nikel laterit terdiri dari 6 faktor sebagai berikut:

1. Batuan asal

Batuan induk merupakan tempat terbentuknya endapan nikel laterit dan


umumnya terdapat pada batuan ultrabasa yang diantaranya adalah peridotit.
Topografi setempat sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain.
Pada daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan
mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam. Akumulasi
endapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan
sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk
topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run
off) lebih banyak daripada air yang meresap, sehingga dapat menyebabkan
pelapukan kurang intensif (Informatika et al., 2004)

2. Iklim

Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi


kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya
proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup
besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-
rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada
batuan.
3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi

Reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang


membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2
memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus
menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-asam
humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah.
4. Struktur

Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah penelitian adalah struktur
kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan
beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi
air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih
memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.
5. Topografi

Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta


reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-
lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih
dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan
umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal
ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada
daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak
daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.

6. Waktu

Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi (Bombang, Harold, 2020)
Nikel adalah logam putih yang cukup keras dan berkilau yang ditemukan di kerak
bumi dalam konsentrasi hingga 0,02%. Nikel ditemukan di batuan ultrabasa seperti
dunit dan peridotit, yang dibatasi dan lapuk untuk membentuk bijih nikel garnierit
sekunder. Sampai saat ini, dua jenis endapan nikel telah dikenal [8]. Profil nikel
laterit global mencakup empat taksa sebagai berikut: [9] Kerak Besi Ini adalah
bagian atas dari profil laterit. Komposisinya meliputi akar tanaman, humus, oksida
besi dan residu organik lainnya, warna khasnya adalah coklat tua - hitam dan cair.
Kandungan nikel sangat rendah sehingga tidak digunakan di pertambangan.
Ketebalan rata-rata lapisan beban berlebih adalah dari 0,3 hingga 6 m. merah tua,
adalah kumpulan besar goetit dan limonit. Iron capping memiliki kandungan besi
yang tinggi tetapi kandungan nikel yang rendah. Terkadang ada mineral hematit,
kromium. Lapisan limonit merupakan hasil pelapukan lanjutan dari batuan beku
ultrabasa. Komposisi terutama meliputi oksida besi, goetit dan magnetit. Ketebalan
rata-rata lapisan ini adalah 815 m. Di limonit, akar tanaman dapat ditemukan,
meskipun dalam proporsi yang sangat kecil. Keberadaan batuan beku ultrabasa di
zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, pada umumnya mineral batuan beku
ultrabasa telah terkonversi menjadi serpentin akibat pelapukan yang tidak
sempurna. berbutir halus, coklat kemerahan atau kuning, lapisan limonit kaya besi
menutupi seluruh area (Thamsi & Suriyani, n.d.)
2.2 Sumberdaya dan Cadangan
2.2.1 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan
Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah salah satunya
sumberdaya mineral yang dapat dimanfaatkan oleh negara untuk kepentingan
masyarakat. Pulau jawa bagian timur yang diwakili oleh Provinsi Jawa Timur
mempunyai potensi komoditas mineral sejumlah tiga puluh satu mineral. Potensi
sumberdaya mineral suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan neraca
sumberdaya mineral. Pengklasifikasian sumberdaya mineral adalah menjadi empat
sumberdaya hipotetik, sumberdaya tereka, sumberdaya terindikasi, dan sumberdaya
terukur. Acuan yang digunakan untuk menghitung neraca sumberdaya mineral
suatu daerah adalah SNI 6728.4:2015. Cadangan diklasifikasikan menjadi dua yaitu
cadangan terbukti dan cadangan terkira. Sumberdaya mineral paling besar di Jawa
Timur adalah batu gamping sebesar 2.567.292.867 ton dengan cadangan terkira
sebesar 1.794.000.000 ton dan terbukti 773.292.867 ton. Tiga besar komoditas yang
paling produktif adalah Sirtu, Andesit dan Batu Gamping. Sisa cadangan terbesar
di tahun 2019 sebesar 2.566.060.071 komoditas Batu Gamping. Potensi beberapa
komoditas sumberdaya mineral di provinsi jawa timur pada tahun 2018 sangat besar
sehingga diperlukan pengelolaan yang bijaksana. Sisa cadangan yang besar
beberapa komoditas dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Komoditas yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat merupakan komoditas yang
digunakan untuk pembangunan infrastruktur di berbagai daerah. Pengelolaan
potensi sumberdaya mineral dapat memberikan keuntungan bagi daerah dan
masyarakat berupa pajak mineral dan batuan yang wajib dibayarkan oleh
perusahaan. Sumberdaya mineral dan cadangan memiliki dua kriteria yaitu tingkat
keyakinan gelogi dan pengkajian layak tambang. Sumberdaya mineral tereka
yaitu Sumberdaya yang tonase, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi
dengan tingkat keyakinan rendah. Kadar atau/dan kemenerusan geologi tidak
dapat diverifikasi karena hal ini direka dan diasumsikan dari adanya bukti geologi.
Informasi yang diperoleh melalui teknik yang memadai dari lokasi
mineralisasi seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji, danlobang bor
tetapi kualitas dan tingkat keyakinannya terbatas atau tidak jelas. Sedangkan
sumberdaya mineral terukur yaitu sumberdaya yang mempunyai tingkat
keyakinan tinggi pada estimasi tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik,
kadar, dan kandungan mineral sumberdaya. Memerlukan tingkat keyakinan
yang tinggi dalam pemahaman geologi dan pengontrol cebakan mineral (Wahyu
Widayati, 2013)

2.2.2 Aspek Geologi


Menurut Andersom, Sweeney, dan Williams (2011) statistic adalah suatu
ilmu dan seni mengumpulkan data, menyajikan, menginterpretasikan untuk
menguji teori dan membuat simpulan tentang seluuruh fenomena.

Fungsi analisis statistic dalam dunia pertambangan adalah untuk menjelaskan


korelasi dan kecenderungan data sebelum memilih metode penaksiran yang sesuai
terutama untuk cebakan dengan variabilitas dengan kadar yang tinggi sehingga
diharapkan dapat diperoleh pola penyebaran suatu data mineralisasi. Statistik
digunakan untuk menggambarkan suatu distribusi matematik untuk mengetahui
nilai rata-rata (mean) dan perbedaan masing-masing nilai terhadap mean.

1. Mean, merupakan nilai rata-rata suatu distribusi dan persamaannya adalah


sebagai berikut:
1
𝑥̅ = 𝑛 ∑𝑛 𝑥i (2.1)
i=1

Keterangan:
𝑥̅ = rata-rata
n = banyaknya sampel
xi = jumlah sampel

2. Variansi, diartikan sebagai variabilitas distribusi dari data yang tersebar.


Variansi sangat penting untuk mengetahui seberapa besar kesalahan dalam
taksiran yang dibuat dan persamaannya adalah sebagai berikut:
1
𝑆 2 = 𝑛−1 ∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2 (2.2)

Keterangan:
𝑆2 = variansi sampel
𝑥̅ = rata-rata
n = banyaknya sampel
xi = jumlah sampel
3. Simpangan baku (standard deviation), adalah akar dari variansi dengan
persamaan sebagai berikut:

S=√S2 (2.3)
Keterangan:
S = simpangan baku
𝑆2 = variansi sampel
4. Koefisien variasi (coefficient of variation) dalam statistik digunakan sebagai
alternatif untuk menggambarkan bentuk distribusi. Coefficient of variation
dengan angka lebih dari 1,0 menunjukkan nilai sampel sangat eratik sehingga
dapat mempengaruhi hasil penaksiran akhir. Adapun persamaannya adalah
sebagai berikut:
𝑆
CV= 𝑥̅ (2.4)

Keterangan:
CV = koefisien variasi
𝑆 = simpangan baku
𝑥̅ = rata-rata
Nilai coeffisient of variation akan menentukan analisis selanjutnya antara lain akan
dilakukannya metode top cut atau tidak, dimana top cut akan dilakukan jika nilai
coeffisient of variation diatas 1,0.

2.3 Metode Estimasi Cadangan


2.3.1 Metode Estimasi Dengan Inverse Distance Weighting (IDW)
Inverse Distance Weighting (IDW) adalah salah satu metode interpolasi
untuk menaksir suatu nilai pada lokasi yang tidak tersampel berdasarkan data
disekitarnya. Metode ini sering digunakan dalam kegiatan eksplorasi karena dalam
proses perhitungannya lebih sederhana dan mudah dipahami. Data yang
dikumpulkan dalam penyusunannya yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dari lokasi penelitian kemudian
diolah serta dianalisis agar lebih mudah dalam pemecahan masalah dalam
penelitian ini. Adapun pengolahan data yang dilakukan dalam estimasi sumberdaya
yaitu menggunakan metode Inverse Distance weighting (IDW) dengan bantuan
software surpac dan MS. excel untuk membuat database awal dan kemudian data
tersebut diimpor ke surpac, untuk selanjutnya agar dapat mengetahui sumberdaya
nikel laterit (Purnomo, 2018).
Pengolahan data manual dengan menggunakan metode IDW dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut (Mustika, dkk., 2015):
1
∑𝑛
𝑖=1 x 𝑍𝑖
∗ di𝑘
𝑍 = 1 (2.5)
∑𝑛
𝑖=1 di𝑘

Keterangan:
Z*= kadar yang ditaksir
i = kadar ke-i (i=1…,n)
di = jarak antar titik yang ditaksir dengan titik ke-i yang menaksir (m)
K = pangkat
Z = kadar asli
n = jumlah data

2.3.2 Metode Estimasi Dengan Nearest Neigbour Point (NNP)


Metode Nearest Neighbour Point (NNP) adalah metode estimasi sumberdaya
yang memperhitungkan nilai di suatu blok didasari oleh nilai titik yang paling dekat
dengan blok tersebut. Dalam kerangka model blok, dikenal jenis penaksiran poligon
dengan jarak titik terdekat (rule of nearest point), yaitu nilai hasil penaksiran hanya
dipengaruhi oleh nilai conto yang terdekat, atau dengan kata lain titik (blok)
terdekat memberikan nilai pembobotan satu untuk titik yang ditaksir, sedangkan
titik (blok) yang lebih jauh memberikan nilai pembobotan nol (tidak mempunyai
pengaruh) (Haris, 2005). Metode ini dikenal juga sebagai interpolasi Sibson atau
“Area-Stealing”. Sifat dasar metode interpolasi ini adalah lokal, dimana hanya
menggunakan sampel yang berada di sekitar titik yang ingin diinterpolasi, dan hasil
yang diperoleh akan mirip dengan ketinggian titik sampel yang digunakan sebagai
nilai masukan proses interpolasi (Pasaribu, 2012).

Tidak bias : ∑ 𝑊𝑖 𝑁 𝑖 = 1
Bias : ∑ 𝑊𝑖 𝑁 𝑖 = > 1
Hasil taksiran : 𝑍𝑜̂ = ∑ 𝑊𝑖. 𝑍𝑖 𝑁 𝑖 (2.6)
Keterangan :
N = Banyaknya data
Zi = Titik data
Wi = Faktor pembobotan

Metode Nearest Neighbor Point (NNP) merupakan metode yang


mempertimbangkan 1 titik yang paling dekat titik yang ditaksir. Prinsip metode
Nearest Neighbor Point (NNP) yaitu sampel yang paling dekat memiliki bobot
bernilai 1 sedangkan titik yang jauh akan memiliki bobot bernilai 0.

2.3.2 Metode Estimasi Dengan Ordinary Kriging (OK)


Metode Ordinary Kriging dapat diaplikasikan terhadap suatu data, dengan
syarat data tersebut tidak memiliki pencila. Setelah diolah menggunakan metode
spatial statistics Z test didapat bahwa data ke 3 dan 25 merupakan pencilan sehingga
tidak diikutsertakan dalam penelitian. Metode Ordinary Kriging dapat
diaplikasikan pada data yang tidak mengandung trend. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data konsentrasi NO2 di udara, maka dapat dikatakan bahwa
data menyebar, sehingga data tidak mengandung trend. Jumlah data yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 26 data. Maka banyak interval kelas yang
akan terbentuk untuk menghitung nilai semivariogram eksperimental adalah
sebanyak 6 kelas berdasarkan persamaan. Untuk menentukan pasangan data mana
saja yang akan masuk kedalam satu kelas, terlebih dahulu dihitung interval jarak
dalam satu kelas dengan cara jarak terjauh antar pos dibagi 6, sehingga didapat
interval dalam satu kelas sebesar 0,031787. Langkah seanjutnya menghitung nilai
semivariogram eksperimental untuk tiap kelas.

2.4 Root Mean Square Error (RMSE)


Root Mean Square Error (RMSE) adalah metode pengukuran dengan
mengukur perbedaan nilai dari prediksi sebuah model sebagai estimasi atas nilai
yang diobservasi. Root Mean Square Error adalah hasil dari akar kuadrat Mean
Square Error. Keakuratan metode estimasi kesalahan pengukuran ditandai dengan
adanya nilai RMSE yang kecil. Metode estimasi yang mempunyai Root Mean
Square Error (RMSE) lebih kecil dikatakan lebih akurat daripada metode estimasi
yang mempunyai Root Mean Square Error (RMSE) lebih besar.

Metode Root Mean Square Error (RMSE) diterapkan di Meteorologi untuk melihat
seberapa efektif model perkiraan matematis tentang lingkungan di Atmosfer.
Metode Root Mean Square Error (RMSE) diterapkan di ekonomi untuk mengukur
apakah model ekonomi sesuai dengan indikator ekonomi, pada Ilmu hidrologi Root
Mean Square Error (RMSE) digunakan untuk mengevaluasi kalibrasi (pengukuran
standar) pada model bawah laut. Di dunia Industri, Metode Root Mean Square Error
(RMSE) digunakan untuk menilai akurasi metode peramalan, apakah metode
peramalan tersebut sesuai atau tidak digunakan untuk memperkirakan permintaan
di masa mendatang.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini bertempat di PT Ifsu Jaya. Secara administrasi PT Ifsu Jaya
terletak di kecamatan Kabaena Timur kabupaten Bombana provinsi Sulawesi
Tenggara yang berjarak 147 km dari kota Kendari dan memiliki waktu tempuh ± 3
jam 26 menit bila menggunakan kendaraan roda empat yang kemudian dapat
dilanjutkan dengan menggunakan transportasi kapal laut sekitar 2 jam 30 menit,
hingga kemudia sampai pada lokasi penelitian. Adapun lokasi penelitian yang
dimaksud dapat dilihat pada gambar 3.1sebagai berikut

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian


3.2 Instrumen Penelitian
Adapun instrument yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dapat dilihat
pada table 3.1 sebagai berikut.

Tabel 3.1 Intrumen penelitian


No Nama Alat Kegunaan
1. Software Netpromine Untuk pengolahan data
2. Software Microsoft Office Untuk menyusun laporan
3. Software Arcgis Untuk membuat peta

3.3 Bahan dan Material Studi Praktikum


Adapun bahan dan material yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Studi literatur

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan literatur-


literatur terkait dengan estimasi sumberdaya dan cadangan beserta metode
estimasi cadangan dan pemilihan metode estimasi cadangan. Literatur-literatur
tersebut dapat berupa buku-buku yang menyangkut judul penelitian, jurnal-
jurnal, laporan penelitian yang membahas masalah yang sama, wawancara dan
sumber lainnya.
2. Data sekunder

Data yang di kumpulkan dari data yang sudah ada baik yang bersumber dari
studi literatur, hasil penelitian sebelumnya ataupun instansi yang memberikan
penjelasan atau gambaran umum mengenai lokasi penelitian dan informasi-
informasi yang terkait. Data sekunder yang diberikan yaitu data spreadsheet
logging bor,data topografi lokasi studi, data citra satelit lokasi studi, nilai
densitas lokasi studi, dan nilai COG lokasi studi.
3.3.1 Pengambilan dan Pengumpulan Data
Dalam praktikum ini data yang dibutuhkan adalah data sekunder yang
berupa data topografi dan data titikbor PT Ifsu Jaya dan data pemboran.

3.3.2 Pengolahan dan Analisi Data


Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan estimasi cadangan bijih nikel
dengan menggunakan metode Invers Distance Weighting (IDW) dengan bantuan
software netpromine. Dalam pengolahan data tersebut, diperlukan data diantaranya
yaitu:
1. Data bor yang sudah ada dipisahkan menjadi 4, yang terdiri dari data collar, data
survey, data geologi, dan data assay. Hal ini dilakukan untuk membuat database
lubang bor.
2. Mengolah data bor dan data topografi menggunakan bantuan software
pemodelan. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui blok model endapan dan
menghitung sumberdayanya.
3.3.3 Diagram Alir Praktikum

Studi Literatur

Rumusan Masalah
Bagaimana menghirung sumberdaya dan
cadangan menggunakan netpromine

Pengumpulan Data

Data Primer:
-
Data Sekunder:
1. Data Topografi
2. Data Titik bor
• Assay
• Collar
• Geologi
• survey

Pengolahan Data
1. Mengimput data topografi dan data pemboran (assay, collar, geologi,
dan survey) sehingga menjadi database dan menampilkan drill hole
2. Membuat geologi modelling menggunakan software netpromine
3. Menganalisis statistic dasar berupa garfik histogram nikel laterit
4. Membuat blok model menggunakan software netpromine
5. Mengestimasi sumber daya bijih nikel menggunakan software surpac
metode
IDW (Inverse Distance Weighting)
6. Mengestimasi cadangan yang akan di tambang
A

Mine Design
Pembuatan blok model dan model estimasi cadangan

Hasil
Blok Model dan Model Estimasi Cadangan

Selesai

Gambar 3.2 Bagan Alir Praktikum


BAB V1

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sumberdaya dan Cadangan

Sumberdaya suatu bahan galian merupakan hal yang paling vital dalam kegiatan
eksplorasi. Perhitungan yang dimaksud di sini dimulai dari sumber daya sampai
pada cadangan tertambang yang merupakan tahapan akhir dari proses eksplorasi.
Hasil perhitungan cadangan tertambang kemudian akan digunakan untuk
mengevaluasi apakah sebuah kegiatan penambangan yang direncanakan layak atau
tidak. Dalam hal ini mineable coal merupakan kapasitas (jumlah) cadangan
batubara yang dapat ditambang (tertambang) pada kondisi teknologi penambangan
sekarang, dengan telah mempertimbangkan faktor lingkungan, hukum dan
perundang-undangan serta peraturan yang berlaku (legalitas), serta kebijakan
pemerintah yang diterapkan. Dari perhitungan tersebut pula dibuat batas-batas
kegiatan penambangan (pit limit). Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya mineral
tidak saja berarti dapat menggali sebanyak mungkin dengan tetap memperhatikan
batasan-batasan lingkungan dan keselamatan kerja sejalan dengan prinsip
konservasi, tetapi juga mengandung arti bahwa manfaat ekonomi yang diperoleh
haruslah maksimal.

Secara umum dapat diketahui bahwa lokasi praktikum masuk kedalam kategori
satuan morfologi pedataran dan perbukitan landai. Berdasarkan kondisi topografi
dapat diketahui bahwa disekitar lokasi titik bor berada pada ketinggian titik bor
225-330 mdpl. Terbentuknya pola kelerengan tersebut memiliki kaitan erat
terhadap kondisi materian dan struktur geologi daerah penelitian. Sehingga pola
kelerengan yang dihasilkan akan mencerminkan intensitas dan proses suatu
pembentukan nikel laterit. Kenampakan bentuk bentang alam dicirikan oleh daerah
pedataran dan perbukitan. Pada hasil pengamatan dapat diketahui kemiringan
lereng terbagi dari datar (0 derajat) sampai sangat curam (30 derajat) dengan
interval kontur 5 m.
Peta topografi adalah peta yang memiliki informasi tentang ketinggian
permukaan tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut, yang digambarkan
dengan garis-garis kontur. Informasi topografi yang terdapat pada peta topografi
dapat digunakan untuk membuat model tiga dimensi dari permukaan tanah pada
peta tersebut. Dengan model tiga dimensi maka objek pada peta dilihat lebih hidup
seperti pada keadaan sesungguhnya di alam, sehingga untuk menganalisa suatu peta
topografi dapat lebih mudah dilakukan.

Gambar 4.1 Peta Topografi Daerah Studi

Berdasarkan peta topografi diatas dapat diketahui bahwa disekitar lokasi titik bor
berada pada ketinggian 225-330 Mdpl,dengan interval konturnya 5 m. Pada lokasi
titik bor banyak terdapat di daerah kontur renggang serta berada dipuncak.
Gambar 4.2 Peta Kemiringan Daerah Studi

Berdasarkan peta kemiringan lereng daerah studi terbagi dari datar (0 derajat)
sampai sangat curam (>30 derajat ) dengan terdapat daerah datar yang berada di
puncak .
Geologi regional merupakan informasi tentang tatanan geologi suatu daerah
dengan cakupan dan skala yang relative luas.

Gambar 4.3 Peta Geologi Regional Daerah Studi

Berdasarkan peta geologi regional daerah studi dapat diketahui keadaan geologi
regional daerah studi fokus pada titik bor yang berada pada formasi ultramefik
dengan litologi yaitu Harzburgit, dunit, wherlit, serpentinit, gabro, basal, dolerit,
diorit, mafik meta, amphibolit, magnesit & setempat rodingi
Gambar 4.4 Peta Analisa Struktur Daerah Studi

Berdasarkan peta Analisa struktur daerah studi dapat diketahui struktur geologi
yang terdapat di daerah studi yaitu kelurusan dan sesar sungkup. Tidak terdapat
struktur dibagian titik bor tetapi terdapat di daerah sekitarnya.
4.2 Block Model 3D dan Sumberdaya
Metode block modelling merupakan metode permodelan suatu cadangan ke
dalam bentuk penampang block by block yang dituangkan dalam model 3 dimensi
atau model 2 dimensi. Metode block modelling dimanfaatkan untuk menganalisis
dan melihat penyebaran jumlah cadangan batubara dan overburden secara block
by block, section by section, dan elevation by elevation, sehingga dapat terlihat
estimasi jumlah batubara yang didapat pada setiap range elevasinya. Block model
ini akan menjadi salah satu landasan dalam melakukan perencanaan produksi
terutama dalam melakukan simulasi scheduling untuk menentukan waktu mulai
diproduksinya batubara hingga mine out, selanjutnya hal ini akan berpengaruh
kepada laju aliran dana (cash flow) penambangan suatu pit.

Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pemodelan 3D adalah metode


estimasi serta metode model blok (block model). Metode estimasi berupa estimasi
langsung dan IDW (Inverse Distance Weighted).

Gambar 4.5 Blok Model Limonit

Pada blok model limonit dapat diketahui block geomeri x dengan minimum
coordinate 389.600.000 dan maximum coordinate 390.305.000 kemudian pada
block geometri y dapat diketahui minimum coordinate 9.427.001.000 dan
maximum coordinate 9.427.551.000 sedangkan pada block model z dapat
diketahui minimum coordinatenya yaitu 224.831 dan maximum coordinatenya
yaitu 330.831 dengan total block number berkisar 61337 dan total black model
volume (m3) yaitu 1.161.469.000 (%99.02)

Gambar 4.6 Blok Model Saprolit

Pada blok model limonit dapat diketahui block geomeri x dengan minimum
coordinate 389.600.000 dan maximum coordinate 390.305.000 kemudian pada
block geometri y dapat diketahui minimum coordinate 9.427.001.000 dan
maximum coordinate 9.427.551.000 sedangkan pada block model z dapat
diketahui minimum coordinatenya yaitu 222.684 dan maximum coordinatenya
yaitu 329.684
Gambar 4.7 Blok Model Sumberdaya Zona Limonit

Gambar 4.8 Blok Model Sumberdaya Zona Saprolit


Gambar 4.9 Blok Model Sumberdaya Zona Limonit & Saprolit

Gambar 4.10 Blok Model Cadangan Zona Limonit


Gambar 4.11 Blok Model Cadangan Zona Saprolit

Gambar 4.12 Blok Model Cadangan Zona Limonit % Saprolit


Gambar 4.13 Report Estimasi Sumberdaya Zona Limonit & Saprolit
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan ini adalah
1. Nikel laterit merupakan salah satu mineral logam hasil dari proses
pelapukan kimia batuan ultramafik yang mengakibatkan pengkayaan unsur
Ni, Fe, Mn, dan Co secara residual dan sekunder. Nikel laterit dicirikan oleh
adanya logam oksida yang berwarna coklat kemerahan mengandung Ni dan
Fe. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan nikel laterit
adalah morfologi, batuan asal dan tingkat pelapukan. Tingkat pelapukan
yang tinggi sangat berperan terhadap proses lateritisasi.
2. Estimasi sumberdaya adalah estimasi potensi dari endapan mineral bijih yang
terletak di permukan bumi untuk mengetahui apakah endapan tersebut layak untuk
dilanjutkan ke proses penambangan selanjutnya yaitu perhitungan cadangan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi sumberdaya dari
endapan bijih nikel laterit serta mengetahui keteba. D lan endapan mineral,
kedalaman titik bor dan topografi dari area yang diestimasi tersebutata.
3. Estimasi sumberdaya ini dilakukan untuk mengetahui berapa sumberdaya yang ada
di lokasi yang akan ditambang dan mengetahui berapa kadar yang ada di daerah
yang akan ditambang itu.

5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan penulis adalah agar dapat dilakukan
perhitungan dengan menggunakan metode yang lain atau dengan menggunakan
metode estimasi yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bombang, Harold, D. (2020). Estimasi Cadangan Batubara Tertambang Dengan


Menggunakan Metode Triangular Grouping Pada Pit 6 Pt Arini Kabupaten
Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Teknologi Mineral FT
UNMUL, 8(1), 23–30.
Gautama, G. A., Novianto, D., & Suhardono, A. (2021). {Sumberdaya},
{Cadangan}, {Produksi} {Mineral} {Dan} {Batuan} {Provinsi} {Jawa}
{Timur} {Tahun} 2018. Jurnal Qua Teknika, 11(1), 52–66.
https://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/qua/article/view/1452
Ichsan, M., Mukita, & Bochori. (2016). Penerapan Block Modelling Dalam
Perencanaan Tingkat Produksi Batubara Di Pit Kuskus Departemen Hatari
Pt. Kaltim Prima Coal Provinsi Kalimantan Timur. Teknik Pertambangan,
2(1), 1–10.
Informatika, J. T., Industri, F. T., Petra, U. K., Fakultas, A., Industri, T.,
Informatika, J. T., & Petra, U. K. (2004). PEMODELAN PETA TOPOGRAFI
KE OBJEK TIGA DIMENSI Silvia Rostianingsih , Kartika Gunadi Ivan
Handoyo. 5(1), 14–21.
Thamsi, A. B., & Suriyani. (n.d.). Karakteristik Profil Tanah Laterit Daerah
Konawe Utara Sulawesi Tenggara. https://osf.io/2dmrx/
Wahyu Widayati, C. S. (2013). Komparasi Beberapa Metode Estimasi Kesalahan
Pengukuran. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 13(2), 182–197.
https://doi.org/10.21831/pep.v13i2.1409

Anda mungkin juga menyukai