Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL SKRIPSI

PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG


BATUBARA DI PT. PETROSEA TBK, JOBSITE PT KIDECO JAYA
AGUNG, KABUPATEN PASER, KALIMANTAN TIMUR

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Permohonan Tugas Akhir


Pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh

M. Luthfi Fathurrahman

03021381621060

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN
TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul
PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG DI PT.
PETROSEA TBK, JOBSITE PT KIDECO JAYA AGUNG, KABUPATEN
PASER, KALIMANTAN TIMUR

2. Pengusul
a. Nama : M. Luthfi Fathurrahman
b. Jenis Kelamin : Laki - Laki
c. NIM : 03021381621060
d. Semester : VII (Tujuh)
e. Fak/Jurusan : Teknik/Pertambangan
f. Institusi : Universitas Sriwijaya
g. Nomor Telepon : 0821-8162-4234
h. Alamat Email : luthfifathur07@gmail.com

3. Waktu Pelaksanaan : 15 Juli – 15September 2019

4. Lokasi Penelitian : PT. Petrosea Tbk Jobsite PT. Kideco Jaya Agung,
Kabupaten Paser, Kalimantan Timur

Palembang, Juli 2019


Pembimbing Proposal, Pengusul

Ir. A. Taufik Arief, MS M. Luthfi Fathurrahman


NIP. 196309091989031001 NIM. 03021381621060

Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya,

Dr. Hj.Rr. Harminuke Eko Handayani, ST.,MT


NIP. 196902091997032001
A. JUDUL
Perencanaan Teknis Sistem Penyaliran Tambang Batubara di PT. Petrosea
Tbk, Jobsite PT. Kideco Jaya Agung, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

B. LOKASI
PT. Petrosea Tbk, Jobsite PT. Kideco Jaya Agung

C. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan

D. LATAR BELAKANG
Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktivitas untuk mengambil bahan
galian berharga dari lapisan bumi. Perkembangan dan peningkatan teknologi
cukup besar , baik dalam tambang terbuka maupun tambang bawah tanah.
Tujuannya merupakan optimalisasi dalam pertambangan melalui perencanaan
penambangan dan dilaksanakannya teknik penambangan yang baik. Seluruh aspek
dalam kegiatan penambangan perlu dikaji, direncanakan dan dilakukan dengan
baik, karena masing - masing aspek tersebut berkaitan dan saling mempengaruhi
satu sama lain.
Indonesia secara keseluruhan memiliki 166 miliyar ton sumberdaya batubara
serta 37 miliyar ton cadangan batubara dan menyebar di wilayah Indonesia Bagian
Barat dan Tengah, termasuk di dalamnya adalah Provinsi Kalimantan Timur
(Kementrian ESDM, 2018)
PT. Petrosea Tbk adalah salah satu perusahaan kontraktor pertambangan yang
ada di Indonesia. PT. Petrosea Tbk memiliki wilayah kerja yang cukup banyak
dan salah satunya berada di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, yang mana
pemilik Izin Usaha Pertambangan ini dimiliki oleh PT. Kideco Jaya Agung.
PT. Kideco Jaya Agung adalah perusahaan pertambangan batubara yang
terletak di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Didirikan pada tahun 1982 PT.
Kideco Jaya Agung memiliki luas konsesi sebesar 50,9 Hektare. Estimasi
cadangan batubara yang dimiliki adalah 422 juta ton. Target produksi di tahun
2019 sejumlah 34 juta ton dengan rata rata produksi perbulan nya mencapai 2,5
hingga 2,6 juta ton. PT. Petrosea Tbk sebagai kontraktor di PT. Kideco Jaya
Agung menerapkan sistem tambang terbuka (surface mining) dengan metode
open pit. Metode penambangan ini akan menyebabkan terbentuknya cekungan
yang luas sehingga sangat potensial untuk menjadi daerah tampungan air, baik
yang berasal dari air limpasan permukaan maupun air tanah. Pada saat kondisi
cuaca ekstrim berupa adanya curah hujan yang tinggi maka air yang berasal dari
limpasan permukaan dapat menggenangi lantai dasar dan menyebabkan
berlumpurnya front penambangan.
Apabila sistem penyaliran pada tambang tidak sesuai dengan kondisi yang
seharusnya maka akan menimbulkan permasalahan. Permasalahan tersebut akan
menghambat aktivitas penambangan yang mengakibatkan tidak tercapainya target
produksi. Diperlukan suatu bentuk upaya yang optimal untuk penanganan air yang
masuk ke pit melalui suatu bentuk kajian teknik sistem penyaliran tambang
dengan menganalisis semua aspek yang berpengaruh terhadap penanganan air
yang masuk ke pit.
Melalui upaya penanganan air yang masuk ke pit, maka diharapkan
permasalahan yang timbul akibat tidak terkontrolnya air yang masuk ke pit dapat
dihindari dan diminimalisir, sehingga aktivitas penambangan tetap dapat
dilakukan walaupun dalam cuaca yang ekstrim.
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
kajian penelitian mengenai perencanaan teknis sistem penyaliran tambang di PT.
Petrosea Tbk, jobsite PT. Kideco Jaya Agung, Kabupaten Paser, Kalimantan
Timur

E. PERUMUSAN PENELITIAN
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana besar debit air yang masuk ke dalam tambang ?
2. Apakah pompa yang digunakan pada saat ini sudah mencukupi kebutuhan
penyaliran?
3. Bagaimana rekomendasi teknis sistem penyaliran tambang yang sesuai
untuk mengatasi masalah yang terjadi?

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Dalam melakukan penelitian ini penulis membatasi masalah hanya pada
kajian teknis dan perancangan sistem penyaliran tambang yang meliputi curah
hujan rencana, intensitas hujan, debit total air yang masuk ke pit, dimensi sump
yang dibutuhkan untuk menampung debit total air yang masuk ke pit, jumlah
pompa yang akan direncanakan, dan waktu pemompaan agar sump tidak
mengalami peluapan dan mengakibatkan terganggunya kegiatan penambangan
di PT. Petrosea Tbk jobsite PT. Kideco Jaya Agung dan tidak mengkaji aspek
lingkungan dan memperhitungkan keekonomisan.

G. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui besar debit air yang masuk ke dalam tambang.
2. Mengetahui pompa yang digunakan pada saat ini sudah mencukupi
kebutuhan penyaliran.
3. Memberikan rekomendasi teknis sistem penyaliran tambang yang sesuai
untuk mengatasi masalah yang terjadi

H. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian tugas akhir ini adalah:
a. Akademis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang perencanaan
sistem penyaliran tambang.
b. Praktis
Sebagai masukan bagi perusahaan untuk merencanakan sistem penyaliran
tambang.

I. TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistem Penyaliran
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada
daerah penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air
yang masuk ke daerah penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah
terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang
berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu, sistem penyaliran tambang ini
juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta mempertahankan
kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada daerah
tersebut mempunyai umur yang lama. (Endriantho, 2013)
Penanganan mengenai masalah air tambang dalam jumlah besar pada
tambang terbuka dapat dibedakan menjadi beberapa metode, yaitu:
(Endriantho,2013)
1. Mengeluarkan Air Tambang (Mine Dewatering)
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke lokasi
penambangan. Beberapa metode penyaliran tambang (mine dewatering) adalah
sebagai berikut: (Endriantho,2013)
a. Membuat sump di dalam front tambang (Pit)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air tambang dari lokasi kerja. Air
tambang dikumpulkan pada sumuran (sump), kemudian dipompa keluar.
Pemasangan jumlah pompa tergantung pada kedalaman penggalian, dengan
kapasitas pompa menyesuaikan debit air yang masuk ke dalam lokasi
penambangan.
b. Membuat paritan
Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast
atau kuari. Parit dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju
kolam penampungan, langsung ke sungai atau diarahkan ke selokan (riool).
Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih dari satu.
Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang
gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur
berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan deras dengan
memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk standar melintang dari parit
umumnya trapesium.
2. Mine Drainage
Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah
penambangan. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air
yang berasal dari sumber air permukaan. Beberapa metode penyaliran Mine
drainage: (Endriantho, 2013)
a. Metode Siemens
Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor
kemudian ke dalam lubang bor dimaksukkan pipa dan disetiap bawah pipa
tersebut diberi lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer,
sehingga air tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan
dibuang ke luar daerah penambangan.
b. Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump).
Metode ini digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas
rendah dan jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian
dimasukkan pompa ke dalam lubang bor dan pompa akan bekerja secara otomatis
jika tercelup air. Kedalaman lubang bor 50 meter sampai 60 meter.
c. Metode Elektro Osmosis.
Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bilamana
elemen-elemen dialiri arus listrik maka air akan terurai, H+ pada katoda (disumur
besar) dinetralisir menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan
pompa.
d. Small Pipe With Vacuum Pump.
Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang inpermiabel (jumlah air
sedikit) dengan membuat lubang bor. Kemudian dimasukkan pipa yang ujung
bawahnya diberi lubang-lubang. Antara pipa isap dengan dinding lubang bor
diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi sebagai penyaring kotoran) dengan diameter
kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa dan lubang bor
di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga antara pipa lubang bor kedap
udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.
2. Siklus Hidrologi
Air yang berada di dalam maupun di permukaan bumi mengalami proses
yang membentuk daur. Secara umum daur hidrologi terjadi karena air yang
menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut akan terkondensasi dan kembali
jatuh ke bumi. (Soemarto, 1995). Kejadian ini disebut presipitasi yang dapat
berbentuk hujan, salju, atau embun. Peristiwa perubahan air menjadi uap air dan
bergerak dari permukaan tanah ke udara disebut evaporasi, sedangkan penguapan
air dari tanaman disebut transpirasi. Jika kedua proses ini terjadi secara bersama-
sama maka disebut evapotranspirasi.
Gambar 1. Siklus Hidrologi (Soemarto, 1995)

Tahapan daur hidrologi dimulai dari penguapan air dari samudera.


Perubahan bentuk air menjadi uap ini disebabkan oleh energi panas dari matahari.
Uap air ini dibawa ke udara oleh massa udara yang bergerak. Uap air ini akan
terkondensasi pada lapisan atmosfer bumi dan akan terjadi presipitasi. Presipitasi
ini dapat berbentuk hujan jika suhu kondensasi uap hanya mencapai wujud cair
maupun salju jika perubahan suhu mencapai di bawah titik beku (freezing point).
Air hujan akan memulai siklus baru dalam bentuk aliran di permukaan bumi (run-
off) maupun melalui media seperti vegetasi yang menahan butiran air
(interception). Beberapa bagian air akan mengalir ke daerah yang lebih rendah
dan akhirnya menuju ke laut, sebagian lagi akan mengalami penguapan baik
langsung (evaporation) dan melalui tumbuhan (transpiration) serta masuk ke
dalam tanah melalui rongga antar butiran tanah (infiltration). Adanya pengaruh
gaya gravitasi akan menarik air akibat kelebihan kelengasan tanah. Pada
kedalaman dan zona tertentu, pori-pori tanah dan batuan akan mengalami
kejenuhan. Batas atas zona jenuh air ini disebut muka air tanah. Air tanah ini akan
mengalir sebagai aliran air tanah, dan akhirnya sampai ke permukaan sebagai
mata air (spring) atau sebagai rembesan ke danau, waduk atau ke laut.

3. Presipitasi
Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan atmosfer ke permukaan bumi.
Presipitasi dapat terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
1. Hujan yang merupakan bentuk presipitasi yang paling umum.
2. Embun yang merupakan hasil kondensasi di permukaan tanah atau
tumbuhan.
3. Salju dan es
Faktor-faktor yang mempengaruhi presipitasi adalah:
1. Adanya uap air di atmosfer.
2. Faktor- factor meteorologis seperti suhu, air, suhu udara, kelembaban,
kecepatan angin, tekanan dan sinar matahari.
3. Rintangan yang disebabkan oleh gunung dan lain-lain.
4. Infiltrasi
Infiltrasi adalah peristiwa mengalirnya air ke dalam tanah melalui
permukaan tanah. Di dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran
antara (interflow) menuju mata air, danau, dan sungai, atau secara vertikal, yang
dikenal dengan perkolasi (percolation) menuju air tanah. Faktor yang
mempengaruhi infiltrasi, yaitu:
1. Kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh
2. Kelembaban tanah
3. Pemampatan oleh hujan
4. Penyumbatan oleh butir halus
5. Tanaman penutup
6. Topografi
7. Intensitas hujan
5. Limpasan (Run Off)
Limpasan adalah semua air yang mengalir di permukaan tanah akibat
hujan, yang bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah,
memperlihatkan asal atau jalan yang ditempuh sebelum mencapai saluran. (Rudy,
1999).
Koefisien limpasan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu faktor-
faktor tutupan tanah, kemiringan lahan, intensitas hujan dan lamanya hujan.
Koefisien ini merupakan suatu konstanta yang menggambarkan dampak proses
infiltrasi, penguapan dan intersepsi pada daerah tersebut. Pehitungan debit
limpasan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Rudy, 1999):

Q = C x I x A ..................................................................................................(1)
Keterangan:
Q = Debit Limpasan (m3/jam)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (m/jam)
A = Luas catchment area (m2)

Tabel 1. Koefisien Limpasan pada berbagai Kondisi (Rudy, 1999)


No Kemiringan Tataguna Lahan Nilai C

Sawah dan Rawa 0,2

1 Datar, < 3% Hutan dan Kebun 0,3

Pemukiman danTaman 0,4

Hutan dan Kebun 0,4


2 Menengah 3%- 5% Pemukiman 0,5
Tumbuhan yang jarang 0,6
Tanpa tumbuhan dan daerah pemukiman 0,7
Hutan 0,6
3 Curam >15% Pemukiman dan kebun 0,7
Tumbuhan yang jarang 0,8
Tanpa tumbuhan dan daerah tambang 0,9-1

6. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan


bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air
diubah menjadi uap air dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari
permukaan bidang penguapan ke atmosfer. Evaporasi terjadi pada berbagai jenis
permukaan seperti danau, sungai, lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi
yang basah. Transpirasi adalah proses penguapan melalui tumbuh-tumbuhan
(Allen et.al. 1998). Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi
lebih banyak dan lebih sulit dari faktor yang mempengaruhi evaporasi, maka
banyaknya evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti. Salah satu
rumus yang digunakan untuk menentukan evapotranspirasi adalah dengan
menggunakan rumus Turc Langbein Wundt sebagai berikut:

....................................................................................(2)

Keterangan:
ET = Evapotranspirasi
P = Curah hujan tahunan rata-rata (mm/tahun)
T = Temperatur rata-rata (oC)
L (T) = Fungsi suhu = 300 + 25T + 0,05T3
7.Air Tanah
Air tanah adalah air yang meresap ke dalam tanah lalu bergerak di
dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer (Sosrodarsono, 1993). Lapisan
yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan
yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air
tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung. Untuk
menentukan besarnya debit air tanah maka dapat dihitung dengan menggun
akan persamaan sebagai berikut (Sosrodarsono, 1993):

............................................................................................(3)

Keterangan :
Q = Debit air tanah (m3/jam)
t = Selisih waktu pompa dimatikan dan dihidupkan kembali (jam)
h = Kenaikan permukaan air sump (m)
L1 = Luas permukaan air pada saat pompadimatikan (m2)
L2 = Luas permukaan air pada saat pompa dihidupkan (m2)
8.Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada satu
satuan luas tertentu, dinyatakan dalam satuan mm. 1 mm berarti pada luasan 1
m 2 jumlah air hujan yang jatuh sebanyak 1 Liter (Rensiphid, 2004). Curah hujan
merupakan faktor yang sangat penting dalam perencanaan sistem penyaliran,
karena besar kecilnya curah hujan pada suatu daerah tambang akan
mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang harus ditanggulangi.
Analisa curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel
yang dilakukan dengan mengambil data curah hujan bulanan yang ada,
kemudian ambil curah hujan maksimum setiap bulannya dari data tersebut,
untuk sampel dapat dibatasi jumlahnya sebanyak n data (Soemarto, 1995).
Pengolahan data ini didasarkan atas distribusi normal (distribusi harga ekstrim).
Gumbel beranggapan bahwa distribusi variabel-variabel hidrologis tidak
terbatas, sehingga harus digunakan distribusi dari nilai terbesar.

9. Periode Ulang Hujan

Periode ulang hujan adalah hujan maksimum yang diharapkan terjadi


pada setiap n tahun. Jika suatu data curah hujan mencapai harga tertentu (x) yang
diperkirakan terjadi satu kali dalam n tahun, maka n tahun dapat dianggap
sebagai periode ulang dari x. Perhitungan periode ulang dapat dilakukan dengan
beberapa metode, tetapi metode yang lazim dipakai adalah Metode Gumbel.
Persamaan Gumbel untuk mendapatkan perkiraan curah hujan dapat dilihat pada
persamaan dibawah ini (Soemarto, 1995) adalah:

.................................................................................................................(4)

Keterangan:
Xt = Prediksi curah hujan
X = Curah hujan maksimum rata-rata selama tahun pengamatan
Yt = Reduced variate
Yn = Reduced mean
Sn = Reduced standard deviation
S = Standard deviation
Nilai curah hujan maksimum rata-rata (x) dihitung dengan rumus
(Soewarno, 1995):

..................................................................................................................................................... (5)

Keterangan:
Xi = Curah hujan maksimum pada tahun x
n = Lama tahun pengamatan

Dalam menentukan besarnya prediksi hujan maka harus diketahui terlebih


dahulu nilai Yt, Yn, dan Sn.
i. Yt (Reduced variate)
Untuk menghitung nilai reduce variate dapat menggunakan
persamaan berikut (CD. Soemarto. 1987):

.........................................................................................(6)

Keterangan:
Yt = Reduced variate
T = Periode ulang (tahun)

Tabel 2.2. Reduced Variate (Yt) sebagai Fungsi Periode Ulang (Soewarno, 1995)

Periode Ulang (T) Reduksi Variasi (Y)


2 0,3065

5 1,4999

10 2,2504

20 2,9702

50 3,9019

100 4,6001

ii. Yn atau Koreksi Rata-Rata (Reduced Mean)

Untuk menentukan nilai koreksi rata-rata dapat dilihat pada tabel 2.3,
nilai reduced tergantung atas banyak nya data curah hujan yang digunakan, data
curah hujan minimal digunakan dalam 10 tahun sebelumnya atau dapat dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut:

............................................................................(7)

Keterangan :
n = Jumlah data yang digunakan
m = Urutan data (m = ,2,3,…) dari terbesar ke terkecil

Tabel 2.3. Nilai Reduced Mean (Yn) (C.D Soemarto, 1995)

N Yn N Yn
10 0,4952 33 0,5388
11 0,4996 34 0,5396
12 0,5035 35 0,5402
13 0,5070 36 0,5410
14 0,5100 37 0,5418
15 0,5128 38 0,5425
16 0,5157 39 0,5430
17 0,5181 40 0,5436
18 0,5202 41 0,5442
19 0,5220 42 0,5448
20 0,5236 43 0,5453
21 1,0696 44 0,5458
22 1,0754 45 0,5463
23 1,0811 46 0,5468
24 0,5296 47 0,5473
25 0,5309 48 0,5477
26 0,5320 49 0,5481
27 0,5332 50 0,5485
28 0,5343 51 0,5489
29 0,5353 52 0,5493
30 0,5362 53 0,5497
31 0,5371 54 0,5502
32 0,5380 55 0,5504

iii. Sn atau Koreksi Simpangan (Reduced Standard Deviation)

Untuk menentukan nilai Reduce Standard Deviation dapat dilihat pada


tabel 2.4. atau dapat dihhitung dengan persamaan sebagai berikut :

..........................................................................................(8)

Keterangan :
Yni = Reduce Mean
Yn = Rata-rata Reduce Mean
N = Jumlah sampel
Sama halnya mencari nilai Reduced Mean untuk mendapatkan nilai Reduce
Standard Deviation dilihat dari banyaknya data curah hujan yang digunakan.
Jumlah data curah yang dibutuhkan untuk mengolah data pada persamaan
gumbel minimal 5 tahun.

Tabel 2.4. Nilai Koreksi Simpangan (Sn) (C.D Soemarto, 1995)

N Sn N Sn
10 0,9496 33 1,1226
11 0,9676 34 1,1255
12 0,9833 35 1,1285
13 0,9971 36 1,1313
14 1,0095 37 1,1339
15 1,0206 38 1,1363
16 1,0316 39 1,1388
17 1,0411 40 1,1413
18 1,0493 41 1,1436
19 1,0565 42 1,1458
20 1,0628 43 1,1480
21 1,0696 44 1,1499
22 1,0754 45 1,1519
23 1,0811 46 1,1538
24 1,0864 47 1,1557
25 1,0915 48 1,1574
26 1,0961 49 1,1590
27 1,1004 50 1,1607
28 1,1047 51 1,1623
29 1,1086 52 1,1638
30 1,1124 53 1,1658
31 1,1159 54 1,1667
32 1,1193 55 1,1681

Besarnya simpangan baku (S) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan


(Soewarno, 1995):

.....................................................................................................(9)

10. Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam
tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun
waktu air hujan terkonsentrasi (Soewarno, 1995). Sedangkan untuk menghitung
intensitas curah hujan per jam dapat digunakan persamaan monnonobe yaitu
sebagai berikut (Soewarno, 1995):

.....................................................................................................(10)

Keterangan :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm/hari)
t = Lama hujan (jam)
11. Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
Daerah tangkapan hujan (catchment area) adalah luasnya permukaan
yang apabila terjadinya hujan, maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah
yang lebih rendah menuju titik pengaliran (Soewarno, 1995). Air yang jatuh ke
permukaan sebagian akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian
ditahan oleh tumbuhan (intersepsi), dan sebagian lagi akan mengisi liku-liku
permukaan bumi dan akan mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yang dapat
mengakibatkan air limpasan permukaan (run off) mengalir ke suatu tempat
(daerah penambangan yang lebih rendah). Luas daerah tangkapan hujan ini dapat
ditentukan dengan peta topografi kemudian menggunakan software berupa
Minescape.

12. Pipa
Untuk menghitung aliran air pada pipa dapat menggunakan persamaan
Bernoulli sebagai berikut: (Olson dan Wright.1993)

...........................................................(11)

Dimana :
p = Tekanan (Pa)
v = Kecepatan aliran (m/s)

= Rapat berat (N/m3)


Z = Elevasi diukur dari bidang datar (m)
HL = Head loss (m)
HA = Head yang harus ditambahkan (m)

Pipa merupakan rangkaian instalasi pompa yang berfungsi untuk


mengalirkan air atau lumpur hasil pemompaan untuk dialirkan ke kolam
pengendap atau ke luar tambang. Pipa untuk keperluan pemompaan ditambang
biasanya terbuat dari baja, dapat juga menggunakan bahan PVC untuk tambang
yang tidak dalam. Pada dasarnya bahan apapun yang digunakan harus
memperhatikan kemampuan pipa untuk menahan tekanan cairan didalamnya.
Kendala lain dalam pemilihan pipa adalah kecepatan gerak dari cairan pada saat
pemompaan. Kecepatan cairan yang di ijinkan berkisar antara 1 - 5 m/detik, atas
pertimbangan kemungkinan terjadinya pengendapan, gerusan dan kehilangan
energi dalam pipa.
Dalam perhitungan ini diasumsikan bahwa di permukaan air danau
bidang Z1 = 0 dan v1 = v2. Head akibat perbedaan tekanan udara diabaikan
karena perbedaan nilai p2 = p1 terlalu kecil, dan ET = 0 atau tidak ada energi yang
terpakai. Dari uraian diatas persamaan Bernoulli dapat diubah menjadi (Olson
dan Wright.1993):

..........................................................................................(12)

Dimana :
HA = Head yang harus ditambahkan (m)
Z2 = Ketingian diukur dari bidang referensi (m)
v2 = Kecepatan aliran pada pipa keluar (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
HL = Head loss (m)

Tahanan yang ditimbulkan dari gesekan antara fluida dengan dinding


pipa sepanjang pipa tersebut. Rumus ini umumnya digunakan untuk
menghitung Head Gesekan pada pipa, dapat menggunakan persamaan Hazen-
Williams (Sularso, 2000).
............................................................................(13)

Keterangan :
HL = Julang kerugian (m)
Q = Laju aliran (m3/s)
D = Diameter pompa (m)
L = Panjang pipa (m)
Le = Panjang pipa ekivalen (m)
C = Koefesien

Untuk friction loss diberikan harga 100 per-meter panjang pipa, maka
harga friction lossnya diperoleh dengan mengalikan harga tersebut dengan
panjang pipa yang digunakan
Tabel 2.5. Kondisi Pipa dan Harga C (Olson & Wright,1993)
Jenis Pipa C

Pipa sangat mulus 140


Pipa baja atau besi tuang baru 130
Pipa kayu atau beton biasa 120
Pipa baja berkeling baru, pipa gerabah 110
Pipa besi tuang lama, pipa bata 100
Pipa baja berkeling lama 95
Pipa besi tua berkarat 80
Pipa besi atau baja sangat berkarat 60

Dalam praktek di lapangan, pemasangan pipa tidak terlepas dari


belokan, percabangan, katub dan perlengkapan aksesoris lainnya. Panjang
ekivalen merupakan penyetaraan head kerugian kondisi tertentu (misalkan
belokan) dengan head gesekan pada pipa. Tabel 2.6 berikut ini menunjukkan
panjang ekivalen tersebut
Tabel 2.6 Perhitungan Kehilangan Energi pada Assesoris Ekivalen dengan
Panjang Pipa Lurus (Tahara,2004)

No Asesoris Panjang Pipa Lurus Ekivalen


1 Belokan10° 10.67 D
2 Belokan 20° 13.3 D
3 Belokan 30° 16.5 D
4 Belokan 45° 20 D
5 Belokan 90° 32 D
6 Pipa U 75 D
7 Pipa T 60 D
8 Pipa Y 500 D
9 Flowmeter 300 D
10 Katup Sorong 7D
11 Katup Bola DN 150 60 D
12 Katup Bola DN 200 67 D

13. Pompa
Pompa merupakan alat angkut yang berfungsi memindahkan zat cair
dari suatu tempat ke tempat lain (Tahara, 2004). Pompa menghasilkan suatu
tekanan yang bersifat hanya mengalir dari suatu tempat ke tempat yang
bertekanan lebih rendah. Atas dasar kenyataan tersebut maka pompa harus mampu
membangkitkan tekanan fluida sehingga dapat mengalir atau berpindah. Fluida
yang dipindahkan adalah fluida incompresibel atau fluida yang tidak dapat
dimampatkan. Perhitungan daya untuk air, daya pompa, dan daya motor :

a. Daya untuk Air


Daya untuk air dapat ditulis sebagai berikut:
..........................................................................................(14)

Keterangan:
ρ = Massa jenis air (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Q = Debit pompa (m3/menit)
HA = Head yang harus ditambahkan (m)
b. Daya Pompa
Daya pompa merupakan daya yang dibutuhkan untuk mengalirkan
sejumlah zat cair, yang dapat ditulis sebagai :

...............................................................................................(15)

Keterangan :
Ppompa = Daya pompa (kw)
Pompa = Efisiensi Pompa

c. Daya Motor
Daya motor merupakan daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan
motor penggerak pompa. Daya ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

...............................................................................................(16)

Keterangan :
Pmotor = Daya motor (kW)
Ppompa = Daya pompa (kW)
Motor = Efisiensi Motor Penggerak

J. PENELITIAN TERDAHULU
Menurut Uyu Saismana dan Riswan (2016) dalam penelitiannya yang
berjudul “Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT.
Dewa, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan
Selatan”, menarik beberapa kesimpulan antara lain:
a. Curah hujan rencana sebesar 143,55 mm (periode ulang hujan 2
tahun),intensitas curah hujan 14,09 mm/jam, dan durasi hujan rencana 6,64
jam.
b. Luas catchment area untuk pit 4 Timur 0,21 km 2 dan pit 4 Barat 0,45 km 2.
Debit air limpasan pit 4 Timur 0,74 m 3 /dtk dan pit 4 Barat 1,59 m 3 /dtk.
c. Volume sump aktual pada pit 4 Barat sebesar 2.833,902 m 3 dan pada pit 4
Timur sebesar 3.692,8 m 3.
d. Kapasitas pompa dihitung menggunakan Metode Discharge, diperoleh
kapasitas pompa ratarata MF420 sebesar 642,75 m 3 /jam pada pit 4 Barat
dan MF420 sebesar 386,08 m 3 /jam pada pit 4 Timur.
e. Pada sump Pit 4 Barat hanya dapat menampung m 3, sedangkan volume air
yang masuk sebesar m 3 dan pada pit 4 Timur daya tamping m 3, padahal
volume air yang masuk sebesar m 3. Masing-masing sump memiliki satu
buah pompa jenis Multiflow 420.
f. Alternatif upaya perbaikan antara lain: menaikkan rpm pompa, menambah
pompa, dan memperbesar kapasitas volume sump untuk ketahanan sump
minimal 3 hari.

K. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam pelaksanaan penelitian, penulis menggabungkan antara teori
dengan data di lapangan sehingga di dapat pendekatan penyelesaian masalah. Dan
metodologi penelitian yang dilakukan adalah :
1. Studi Literatur
Dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang, yang
diperoleh dari instansi terkait, perpustakaan, dan informasi-informasi lainnya
yang berkaitan. informasi yang diperoleh dari studi literatur berupa literatur-
literatur yang berhubungan dengan aspek lingkungan.
2. Penelitian di lapangan
Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan ini akan dilakukan beberapa
tahap, yaitu:
a. Orientasi lapangan
Dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung serta mencari
informasi pendukung yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
b. Pengambilan data
Proses pengambilan data dilakukan dengan mengambil data yang berkaitan
dengan penelitian pada lokasi pengamatan. Data yang diambil berupa data primer
dan data sekunder sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer diukur langsung pada lokasi penelitian. Data primer yang
diambil meliputi:
1. Data Jumlah Pompa
Data ini didapat dari hasil pengamatan di lapangan secara langsung.
2. Data Panjang Pipa
Panjang pipa yang ada pada pompa didapatkan dengan menghitung
jumlah batang pada pipa yang digunakan dengan mengikuti jalur pemipaan dari
pompa sampai ke paritan yang kemudian mengalir ke KPL
3. Volume air pada sump
Data ini didapat dari satuan kerja mine plan PT. Petrosea Tbk dengan asumsi
jumlah volume air tiap elevasi kemudian dipastikan di lapangan elevasi air saat
ini.
4. Bentuk Kolam Pengendapanan Lumpur
Data bentuk kolam pengendapan lumpur (KPL) di dapat dari pengukuran di
lapangan.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan referensi dari
perusahaan dan buku-buku handbook atau laporan perusahaan yang
mendukung :
1. Data Curah Hujan, Daerah Tangkapan Hujan, Debit Pompa, Peta Situasi
Data tersebut diperoleh dari catatan laporan dewatering plan termasuk
didalamnya main sump, jam hujan, luas daerah tangkapan hujan dan
saluran keliling.
2. Data Spesifikasi Pipa Dan Pompa
Spesifikasi alat ini merupakan data berupa debit pompa, head pompa,
ketebalan pipa, tekanan dalam pipa, diameter dalam dan luar pipa dan
sebagainya. Data ini didapatkan dari handbook alat yang digunakan
maupun dari arsip departemen Engineering PT. Petrosea Tbk.
c. Pengolahan dan Analisis Data
Teknik yang dilakukan dalam analisis data yaitu dengan
menggabungkan antara teori dengan data-data lapangan, sehingga dari
keduanya didapat pendekatan penyelesaian masalah. Setelah data didapatkan
maka selanjutnya adalah pengelompokan dan pengolahan data, dikarenakan
penelitian terdiri dari beberapa variabel, maka data harus dikelompokkan
sesuai dengan tahapan pengerjaannya. Adapun yang dilakukan pada tahapan
ini adalah:
1. Menghitung Catchment Area menggunakan Minescape 5.7.
2. Menghitung curah hujan rencana dengan metode Gumbel.
3. Menghitung intensitas hujan menggunakan metode Mononobe.
4. Menghitung debit limpasan menggunakan metode rasional.
5. Menghitung Head total dan debit serta waktu pompa rencana.
6. Mendesain dimensi Sump dan menghitung volume rencana dengan
metode Trial and Error.

L. JADWAL PENELITIAN
Sesuai dengan surat permohonan yang kami ajukan, kami bermaksud
melaksanakan Tugas Akhir pada tanggal 15 Juli sampai 15 September 2019
dengan perincian kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

Minggu
No Uraian Kegiatan
1-2 3-4 5-6 7-8
1 Persiapan
2 Survei Pendahuluan
3 Pengumpulan Data
4 Analisa
5 Pengolahan Data
6 Penyusunan Laporan Akhir

M. PENUTUP
Demikianlah proposal permohonan penelitian Tugas Akhir yang
direncanakan dilakukan di PT. Petrosea Tbk, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
Besar harapan saya untuk dapat melakukan penelitian Tugas Akhir ini. Atas
perhatian dan bantuan yang diberikan, kami mengucapkan terima kasih.
N. DAFTAR PUSTAKA
Allen, R.G.; Pereira, L.S.; Raes, D.; Smith, M. 1998. Crop Evapotranspiration:
Guidelines for Computing Crop Water Requirements. FAO Irrigation
and drainage paper 56. Rome, Italy: Food and Agriculture Organization
of the United Nations. ISBN 92-5-104219-5.
Endrianto, M. dan Muhammad R. 2013. Perencanaan Sistem Penyaliran
Tambang Terbuka Geosains, 9, 1. Teknik Pertambangan Universitas
Hasanuddin.
Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2019. Jumlah Sumberdaya dan
Cadangan Batubara Indonesia. https://www.esdm.go.id/. (diakses 27
Juni)
Olson M Riben & Wright J Steven. 1993. Dasar-dasar Mekanika Fluida
Teknik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
PT. KSB Indonesia. 2018. Spesifikasi dan Grafik Pompa.
Saismana Uyu dan Riswan. 2016. Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan
Penirisan Tambang Pit 4 PT. Dewa, Tbk Site Asam-asam Kabupaten
Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan
https://docplayer.info/45476776-Kajian-teknis-sistem-penyaliran-dan-
penirisan-tambang-pit-4-pt-dewa-tbk-site-asam-asam-kabupaten-tanah-
laut-provinsi-kalimantan-selatan.html. (diakses 27 Juni)
Soemarto, CD. 1987 . Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional.
Soewarno. 1995 . Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data Jilid
1. Bandung: Nova.
Sularso dan Tahara, H. 2000. Pompa dan Kompesor (Pemilihan, Pemakaian
dan Pemeliharaan). Jakarta: Pramidya Paramita.
Syarifuddin. 2017. Kajian Sistem Penyaliran pada Tambang Terbuka. Vol 5
No.2.https://jurnal.teknologiindustriumi.ac.id/index.php/JG/article/view/1
32/114. (diakses 29 Juni)
Tahara, H. 2004. Pompa dan Kompresor. Jakarta: PT. Pradnya Paramitha.\
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang membuat daftar riwayat hidup ini :

1. Nama Lengkap : M. Luthfi Fathurrahman


2. Tempat / Tanggal Lahir : Palembang, 7 Desember 1997
3. Jenis Kelamin : Laki Laki
4. Kawin / Belum Kawin : Belum Kawin
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Mahasiswa
7. Alamat Rumah : Jalan DI.
Panjaitan Lr. Kolam No. 1608 RT. 27 RW
10 Kel. Tangga Takat Kec. SU2 Palembang
Sumatera Selatan Kode Pos: 30264
8. No. HP : 082181624234
9. Email : luthfifathur07@gmail.com
10. Nama Orang Tua : Drs. Syafri Yudha
11. Pendidikan
a. SD N 107 Palembang tahun 2003 - 2009
b. SMP Negeri 15 Palembang tahun 2009 - 2012
c. SMA Patra Mandiri 1 Palembang tahun 2012 - 2015
d. Universitas Sriwijaya tahun 2016 - sekarang

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sesungguh-


sungguhnya serta menurut keadaan yang sebenarnya.

Palembang, Juli 2019


Hormat Saya,

M. Luthfi Fathurrahman
NIM 03021381621060

Anda mungkin juga menyukai