TUGAS AKHIR
Bayu Septriawan
TUGAS AKHIR
BAYU SEPTRIAWAN
1310024427017
ABSTRAK
Kata kunci: Curah hujan rancangan, intensitas curah hujan, debit limpasan,
dimensi saluran, pompa dan dimensi kolam pengendapan lumpur.
i
PLANNING OF THE DRAINAGE SYSTEM ON THE PROGRESS
OF THE WEST MINE PT. DAYA BAMBU SEJAHTERA
DESA MANGUPEH, KABUPATEN TEBO,
PROVINSI JAMBI
ABSTRACT
The mining operations conducted by PT. Daya Bambu Sejahtera use surface
mining system with the method of open pit. In the surface mining activities relate
directly to the outside air, as a result the mining activities are strongly influenced
by climate. One of the huge influence climate is rain. Rain is the main source of
water in sueface mining. The presence of water at the baseof the front is very
troubling activities mining, so that the water must be removed from the mining
location.
The drainage system of mine use PT. Daya Bambu Sejahtera on the western
front using channels and pumping. The water debit from the mining front is
pumped toward the channel, then flowed to the settling pond. The amount of
rainfall draft is 443,78 mm/day. Catchment area is divided into three that is CA-1
with run off discharge of 3,918 m³/sec, CA-2 with run off discharge of 1,399
m³/s and CA-3 with run off discharge of 2,322 m³/ sec.
In the CA-1 and CA-2 to draining water using pumping, the number of
pumps in CA-1 as much as 3 pieces of pumps at 2200 rpm and 10 pumps at 900
rpm, while the number of pumps used for CA-2 as much as 1 pieces of pumps at
2200 rpm and 4 pumps at 900 rpm. To remove water on CA-3 using mined
channels with dimensions base widht of channel 0,908 m, channel height 0,987 m,
wide water level 1,824 m, and with a slope 60o.
Total mud is 258.001,84 m3/year, dredging done 12 time in one year. The
volume of mud in one dredging is 21.500,15 m3, mud volume of 21.500,15 m3 is
divided into 6 pieces settling pond, so the volume for 1 settling pond is 5.375,02
m3. Thus the dimension of the settling pond to be planned is, long 30 m, wide 25
m, and high 8 m.
Key words: Rainfall plan, intensity of rainfall, run off, channel dimensions, pump
and the dimension of settling pond.
ii
KATA PENGANTAR
ﺒﺴﻢﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkah
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan
salah satu mata kuliah wajib. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini
Dalam proses ini penulis telah didorong dan dibantu oleh berbagai pihak,
oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan
(STTIND) Padang.
3. Bapak Refky Adi Nata ST, MT selaku dosen pembimbing I dalam penulisan
proposal penelitian.
proposal penelitian.
5. Bapak Chairil Nur selaku Kepala Teknik Tambang PT. Daya Bambu
Sejahtera.
iii
6. Teman-teman Mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(Bayu Septriawan)
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK.............................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................. x
v
2.1.2.1 Sistem Tambang Terbuka......................................... 6
2.1.4.2 Prespitasi................................................................... 10
2.1.8 Pompa.................................................................................... 22
2.1.9 Pipa........................................................................................ 25
vi
2.1.12 Penelitian Relevan............................................................... 31
vii
5.2.1 Penentuan Curah Hujan Rancangan.........................................57
viii
7.2 Saran .................................................................................................91
DAFTAR KEPUSTAKAAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
ketersediaan energi pada saat ini, baik digunakan sebagai pembangkit tenaga
listrik, industri pembuatan semen, peleburan bijih besi, dan lain-lain. Hal itu dapat
dilihat dari meningkatnya permintaan batubara, baik dari pasar domestik maupun
pasar batubara dunia. Dalam mencapai target produksi, kelancaran suatu kegiatan
Kendala air merupakan aspek vital yang tidak dapat dipisahkan dari sistem
banyak pula air yang masuk ke dalam tambang (Ramadandika & Putri, 2015).
Oleh karena itu perlu adanya rancangan sistem penyaliran yang baik untuk
PT. Daya Bambu Sejahtera seluas 3402 Ha. Sistem penambangan yang digunakan
oleh PT. Daya Bambu Sejahtera adalah tambang terbuka dengan metode open pit.
1
Metode penambangan ini akan menyebabkan terbentuknya cekungan
yang luas sehingga sangat potensial untuk menjadi daerah tampungan air,
baik yang berasal dari air limpasan permukaan maupun air tanah. Pada saat
kondisi cuaca ekstrim dengan adanya curah hujan yang tinggi, maka air yang
penambangan (Endriantho & Ramli, 2009), terlebih lagi daerah penambangan PT.
Daya Bambu Sejahtera memiliki intensitas hujan yang cukup tinggi, yaitu berkisar
250 mm pada tahun 2016 dan berdasarkan BMKG telah dikategorikan curah hujan
terdiri dari pit A dan pit D, yang kemudian dibagi menjadi beberapa blok. Pada
daerah tangkapan hujan pun menjadi lebih luas dari yang sudah direncanakan
sebelumnya sehingga debit yang dihasilkan air hujan juga semakin meningkat dan
menyebabkan meluapnya air yang terdapat pada sump dikarenakan jumlah pompa
yang digunakan tidak optimal lagi, terlebih lagi kolam pengendapan lumpur yang
digunakan telah penuh oleh lumpur yang mengeras, sehingga proses pengendapan
terbuka menyebabkan meluapnya air dan lumpur yang berasal dari tambang ke
perkebunan warga yang terletak di sekitar saluran terbuka. Oleh karena itu harus
2
direncanakan kembali sistem penyaliran tambang untuk daerah kemajuan tambang
di sebelah barat, yaitu pada pit D blok 3 dan 4. Agar kegiatan penambangan
berjalan dengan lancar dan front penambangan terbebas dari genangan air setelah
Dari hasil observasi yang dilakukan di PT. Daya Bambu Sejahtera, terdapat
1. Cukup tingginya intensitas curah hujan di PT. Daya Bambu Sejahtera, yaitu
3. Kolam pengendapan lumpur yang digunakan telah penuh oleh lumpur yang
Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai tujuannya, maka penelitian ini
3
antara 50m-100m dan berdasarkan tinjauan yang dilakukan di lapangan,
tidak terdapatnya rembesan atau mata air tanah yang mengalir ke front
2019) kedepan dan hanya pada lokasi penambanagn pit D blok 3 dan pit D
blok 4.
diantaranya:
1. Berapakah unit pompa yang dibutuhkan dan spesifikasi pompa yang sesuai
4
1.5. Tujuan Penelitian
1. Menentukan unit pompa yang dibutuhkan dan spesifikasi pompa yang sesuai
untuk menampung air serta mengendapkan lumpur yang berasal dari lokasi
memberi manfaat:
1. Bagi Perusahaan
Dapat menjadi bahan dan pertimbangan bagi PT. Daya Bambu Sejahtera
2. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan
dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bawah ini:
2.1.1.Pengertian tambang
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
2.1.2.Sistem Penambangan
penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi dan
tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar. Beberapa jenis metoda
2. Quarry
6
4. Auger mining
5. Borehole mining
6. Dredging
7. Leaching
2. Sublevel stoping
3. Longwall mining
4. Block caving
6. Shrinkage stoping
penambangan dilakukan di bawah permukaan air atau endapan bahan galian atau
keuntungan yang terbesar dan bukan pada kedalaman atau dangkal tidaknya letak
endapan bahan galian , serta perolehan tambang (mining recovery) yang terbaik.
7
Pemilihan berdasarkan keuntungan perlu dilakukan karena industri pertambangan
dalam usahanya dikenal sebagai wasting assets, dengan resiko tinggi, sedangkan
mineral atau endapan bahan galian tersebut tidak dapat diperbaharui (non
renewable resources).
waste dump, perhitungan kebutuhan alat, tenaga kerja, dan perkiraan biaya alat.
sebagai berikut:
1. Peta topografi dan peta geologi dengan skala 1 : 1000 atau 1 : 2000.
2. Data geologi dan ekplorasi rinci endapan bagan galian, letaknya, jenis bahan
galian, stratigrafi, dip (kemiringan) dan strike (Jurus), kadar bijih rata-rata,
3. Data geoteknik
5. Data kegempaan
6. Data keekonomian
8
2.1.4.Penyaliran Tambang
Penyaliran tambang adalah usaha atau kegiatan pengelolaan air yang masuk
masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu:
dalam lubang tambang. Hal ini umum dilakukan untuk penanganan air tanah
dan air yang berasal dari sumber air permukaan. Untuk itu dibuat system
penyaliran air parit terbuka (open ditch), parit ini dibuat untuk mengalirkan
beroperasi.
yang membentuk daur. Secara umum daur hidrologi terjadi karena air yang
menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut akan terkondensasi dan kembali
jatuh ke bumi. Kejadian ini disebut presipitasi yang dapat berbentuk hujan, salju,
atau embun. Peristiwa perubahan air menjadi uap air dan bergerak dari permukaan
tanah ke udara disebut evaporasi, sedangkan penguapan air dari tanaman disebut
9
transpirasi. Jika kedua proses ini terjadi secara bersama-sama maka disebut
evapotranspirasi.
Curah hujan yang jatuh di area tambang dipengaruhi oleh letak geografis
yang merupakan daerah tropis dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi.
Hujan yang terjadi erat kaitannya dengan adanya siklus air atau daur hidrologi,
untuk lebih jelasnya kita lihat daur hidrologi pada gambar 2.1 di bawah ini.
presipitasi adalah:
10
b. Faktor-faktor meteorologis seperti suhu air, suhu udara, kelembaban,
2.1.4.3.Infiltrasi
Proses infiltrasi terjadi karena hujan yang jatuh di atas permukaan tanah
sebagian dan seluruhnya akan mengisi pori-pori tanah. Curah hujan yang
mencapai permukaan tanah akan bergerak sebagai air limpasan permukaan atau
1. Faktor tanah, terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik tanah seperti
3. Faktor lain, seperti kemiringan tanah, kelembaban tanah, dan suhu air.
2.1.4.4.Evapotranspirasi
Evaporasi adalah proses penguapan dari permukaan air yang terbuka. Transpirasi
1. Radiasi matahari, karena proses perubahan air dari wujud cair menjadi gas
2. Angin yang berfungsi membawa uap air dari satu tempat ke tempat lain.
11
4. Jenis tumbuhan, karena evapotranspirasi dibatasi oleh persediaan
stomata.
5. Jenis tanah, karena kadar kelembaban tanah membatasi persediaan air yang
diperlukan tumbuhan.
berikut:
P
E = 0.5
(2.1)
P
2
0,9
L(T )
Dimana :
E = Evapotranspirasi
Limpasan (run off) adalah semua air yang mengalir akibat hujan yang
bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa
Q CIA (2.2)
Dimana:
12
Q = Debit limpasan (m3/detik)
C = Koefisien limpasan
Tabel 2.1
Koefisien Limpasan Pada Berbagai Kondisi
Curah Hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada satu
satuan luas, dinyatakan dalam satuan mm. Sumber utama air permukaan pada
suatu tambang terbuka adalah air hujan. Pengamatan curah hujan dilakukan
dengan alat pengukur curah hujan. Ada dua jenis alat pengukur curah hujan yaitu
alat ukur manual dan otomatis. Alat ini biasanya diletakan ditempat terbuka agar
air hujan yang jatuh tidak terhalangi oleh bangunan atau pepohonan. Data tersebut
berguna pada saat penentuan hujan rancangan.Analisa terhadap curah hujan ini
13
1. Annual Series yaitu metode dengan mengambil satu data maksimum setiap
tahunnya yang berarti bahwa hanya besaran maksimum setiap tahun saja
2. Partial Duration Series yaitu metode dengan menentukan lebih dahulu batas
awal tertentu curah hujan, selanjutnya data yang lebih besar dari batas
Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi
hujan atau volume hujan dalam satuan waktu. Berdasarkan tinggi rendahnya nilai
Tabel 2.2
Derajat dan Intensitas Curah Hujan
14
2/3
R 24 24
It (2.3)
24 tc
Dimana:
(meter)
Curah hujan biasanya terjadi menurut pola tertentu dimana curah hujan
biasanya akan berulang pada suatu periode tertentu, yang dikenal dengan periode
ulang hujan. Sebelum menganalisis data hujan dengan salah satu distribusi di atas,
X
Xi (2.5)
n
15
2. Penentuan deviasi standar (S)
S
( x xi) 2
(2.6)
n 1
S
Cv (2.7)
X
xi x
n 3
Cs i 1
(2.8)
n 1 n 2 S 3
5. Koefisien ketajaman (Ck)
n 2 i 1 xi x 4
n
Ck (2.9)
n 1 n 2 (n 3) S 3
Dimana:
S = Deviasi standar
Cv = Koefisien variasi
Cs = Koefisien skewness
Ck =Koefisien ketajaman
Tabel 2.3
Karakteristik Distribusi Frekuensi
16
Tabel 2.3 lanjutan
metoda Gumbel, metode distribusi Log Normal , metode Log Person III. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah metode distribusi Log Normal
YT Y K T S (2.10)
Dimana:
tahunan, YT = Log X
reduksi Gauss
Tabel 2.4
Nilai Variabel Reduksi Gauss
17
Tabel 2.4 lanjutan
apabila terjadinya hujan, maka air hujan tersbut akan mengalir ke daerah yang
lebih rendah menuju titik pengaliran. Air yang jatuh ke permukaan sebagian akan
dan sebagian lagi akan mengisi liku-liku permukaan bumi dan akan mengalir ke
tempat yang lebih rendah. Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yang
18
dapat mengakibatkan air limpasan permukaan (run off) mengalir ke suatu daerah
dapat dibatasi dari daerah pit limit penambangan, sedangkan daerah di luar areal
2.1.6.Saluran Tambang
alami (natural) dan saluran buatan (artificial). Bentuk penampang saluran air
umumnya dipilih berdasarkan debit air, tipe material pembentuk saluran serta
Saluran air dengan penampang segi empat atau segitiga umumnya untuk
debit kecil sedangkan untuk penampang trapesium untuk debit yang besar. Bentuk
penampang yang paling sering dan umum dipakai adalah bentuk trapesium, sebab
mudah dalam pembuatannya, murah, efisien dan mudah dalam perawatannya serta
geologi.
harga koefesien manning (n) dapat dilihat pada tabel 2.5 di halaman 20:
2 1
1
Q R3 S 2 A (2.11)
n
Dimana:
19
𝐴
R = Jari-jari hidrolik = 𝑃
P = Keliling basah
Tabel 2.5
Harga Koefisien Manning (n)
2. Kaca 0,010
Dimensi penampang yang paling efisien, yaitu dapat mengalirkan debit yang
maksimum untuk suatu luas penampang basah tertentu. Untuk bentuk saluran
yang akan dibuat ada beberapa macam bentuk dengan perhitungan geometrinya,
20
Sumber: Awang Suwandhi, 2004
Sump merupakan tempat yang dibuat untuk menampung air sebelum air
Pada sistem ini sump-sump akan ditempatkan pada setiap jenjang atau
bench. Sistem pengaliran dilakukan dari jenjang paling atas menuju jenjang-
jenjang yang berada di bawahnya, sehingga akhirnya air akan terpusat pada main
21
Sistem ini diterapkan untuk daerah tambang yang relatif dangkal dengan
jenis di antaranya:
1. Travelling sump
Sump ini dibuat pada daerah front tambang. Tujuan dibuat sump ini adalah
untuk menanggulangi air permukaan. penggunaan sump ini relatif singkat dan
2. Sump Jenjang
Penempatan sump ini adalah pada jenjang tambang dan biasanya dibagian
lereng tepi tambang. Sump ini disebut sebagai sump permanen karena dibuat
untuk jangka waktu yang cukup lama dan biasanya dibuat dari bahan kedap air
longsornya jenjang.
3. Main sump
Sump ini dibuat sebagai tempat penampungan air terakhir, pada umumnya
sump ini dibuat pada elevasi terendah dari dasar front tambang.
2.1.8. Pompa
cair dari suatu tempat ketempat lain. Berdasarkan prinsip kerjanya pompa
dibedakan atas:
22
1. Reciprocating Pump
dalam silinder. Keuntungan jenis ini adalah efisien untuk kapasitas kecil dan
adalah beban yang berat serta perlu perawatan yang teliti. Pompa jenis ini kurang
sesuai untuk air berlumpur karena katup pompa akan cepat rusak. Oleh karena itu
2. Centrifugal Pump
Pompa ini bekerja berdasarkan putaran impeller di dalam pompa. Air yang
masuk akan diputar oleh impeller, akibat gaya sentrifugal yang terjadi air akan
dilemparkan dengan kuat ke arah lubang pengeluaran pompa. Pompa jenis ini
3. Axial Pump
Pada pompa aksial, zat cair mengalir pada arah aksial (sejajar poros) melalui
2.1.8.1.Daya Pompa
Daya pompa merupakan usaha pompa tiap satuan waktu. Beberapa langkah
yang harus ditempuh untuk menghitung daya pompa adalah dengan menghitung
losses yang terjadi pada instalasi pompa yang akan direncanakan. Untuk
23
g Q H
Pp (2.12)
np
Dimana:
p =Efisiensi pompa(%)
Tabel 2.6
Efisiensi Standar Pompa
2.1.8.2.Kapasitas Pompa
Kapasitas pompa adalah jumlah fluida yang dialirkan oleh pompa per satuan
waktu. Kapasitas pompa ini tergantung pada kebutuhan yang harus dipenuhi
24
2.1.9. Pipa
Pipa adalah saluran tertutup yang digunakan untuk mengalirkan fluida. Pipa
untuk keperluan pemompaan biasanya terbuat dari baja, tetapi untuk tambang
yang tidak terlalu dalam dapat mengunakan pipa HDPE. Pada dasarnya bahan
cairan di dalamnya.
Sistem perpipaan tidak akan terlepas dari adanya gaya gesekan pada pipa,
belokan, pencabangan, bentuk katup, serta perlengkapan pipa lainnya. Hal ini
dalam pipa. Kerugian head yang terjadi pada sistem perpipaan adalah sebagai
berikut:
10,666 Q 1,85
Hf L (2.13)
C 1,85 D 4,85
Dimana:
25
Tabel 2.7
Kondisi Pipa dan Harga C
No Kondisi Pipa C
1. Pipa besi cor baru 130
2. Pipa besi cor tua 100
3. Pipa baja baru 120 - 130
4. Pipa baja tua 80 - 100
5. Pipa dengan lapisan semen 130 - 140
6. Pipa dengan terarang batu 140
Hc h2 h1 (2.14)
Dimana:
v2
Hl f n (2.15)
2 g
Dimana:
26
n = Jumlah belokan
f = Koefisien kerugian
Tabel 2.8
Koefesien Kerugian Belokan Pipa
θ° F
Halus Kasar
5 0.016 0.024
10 0.034 0.44
15 0.042 0.062
22.5 0.066 0.154
30 0.130 0.165
45 0.236 0.320
60 0.471 0.684
90 1.129 1.265
Sumber: Haruo Tahara Sularso, 2006
v2
Hv f v (2.16)
2 g
Dimana:
27
Hv = Kerugian head katup (m)
Tabel 2.9
Koefesien Kerugian Dari Berbagai Katup
Dari uraian diatas maka head total pompa dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
2
vd
H H f Hc Hi Hv (2.17)
2 g
Dimana:
2
vd
= Head kecepatan keluar (m)
2 g
28
Vd = Kecepatan rata-rata di penampang masuk katup (m/s)
2.1.10.Aliran fluida
Dalam ilmu fisika dinyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan tetapi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Karena itu
teorema bernoulli menyatakan bahwa energi total setiap partikel dari fluida sama
pada sisi masuk dan sisi keluar sistem pada suatu titik. Untuk mengetahui
kerapatan air dalam berbagai suhu dapat dilihat pada tabel 2.10.
Tabel 2.10
Sifat-Sifat Fisik Air (Air di Bawah 1 Atm, dan Air Jenuh di atas 100ºC)
29
Tabel 2.10 lanjutan.
bersama air dari lokasi penambangan. Kolam pengendapan akan berfungsi dengan
baik apabila rancangan kolam pengendapan yang akan dibuat sesuai dengan debit
air limpasan yang akan ditampung untuk pengendapan lumpur. Rancangan kolam
pengendapan dari segi geometri harus mampu untuk menampung debit air dari
lokasi penambangan.
limbah yang mengandung air asam tambang (pH < 6), dimana di dalam
sehingga bisa menjadi normal sesuai ambang batas baku mutu yang disyaratkan
30
2.1.12. Penelitian Relevan
kemajuan tambang.
ini, yaitu dengan cara menganalisa air permukaan, menganalisa data curah
rencana dimensi sump, rencana jumlah pompa dan pipa, dan rencana dimensi
31
2. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Rahmadianto Hermawan (2014).
infrastruktur drainase yang baik dan bisa mengakomodir limpasan pada pit,
Studi dilakukan di Section Sangatta Pit South Pinang PT. KPC, dengan
luas area pada kondisi aktual 330 ha, pada tahun 2014 seluas 342,063 ha,
pada 2015 seluas 365,154 ha, pada 2016 seluas 404,413 ha dan 2017 seluas
423,103 ha. Item desain yang diperhitungkan antara lain, desain hujan
pompa, perencanaan saluran drainase dan desain pola operasi outflow pada
setlling pond agar tidak mengganggu kebutuhan air rumah potong hewan
dibagian hilir.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Nauli, dkk. Dengan judul Rancangan
satu lokasi penambangan milik PT. Bukit Asam (persero) Tbk yang
32
Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kecamatan Muara Enim, Provinsi
pada bulan januari 2014. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menghitung
jumlah debit air yang ada pada sumuruan utama yang terkena kemajuan
tambang dimana sumuran utama di bagi menjadi dua bagian yaitu sumuran A
judul Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang Terbuka PT. Megumy Inti
Inti Anugerah jobsite PT. Rantau panjang Utama Bhakti. Pit ini berlokasi di
drainage. Sumber air berasal dari air hujan dan air limpasan dibiarkan
pemompaan. Saat musim hujan di PT. Megumy Inti Anugerah sering terjadi
genangan dan luapan air di lantai dasar tambang dikarenakan volume air
hujan dan air limpasan yang masuk kedalam lokasi tambang cukup besar
namun volume sumuran tidak cukup untuk menampung air yang masuk serta
33
untuk mengeringkan genangan air tersebut membutuhkan waktu yang cukup
lama. Oleh karena itu perlu adanya kajian terhadap sistem penyaliran
dibuat saluran terbuka disekitar bukaan tambang. Kemudian untuk air yang
sumuran.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni, dkk. Dengan judul Kajian Teknis
TSS < 300 Mg/l, Besi (Fe) < 4 Mg/l dan Mangan (Mn) < 7 Mg/l dengan
sebanyak 71 kg/jam.
Saat ini untuk parameter kualitas air yang belum memenuhi standar
baku mutu adalah pH dan TSS, koagulan yang digunakan terlalu banyak,
34
faktor yang mempengaruhi adalah dimensi kolam pengendapan yang terlalu
luas sehingga kurang efektif. Upaya agar parameter kualitas air memenuhi
baku mutu dan koagulan yang digunakan tidak terlalu banyak adalah
(treatment).
Hujan pada Pit B2a PT. Sebuku Batubai Coal Kalimantan Selatan. Untuk
pembuatan saluran terbuka agar debit air limpasan yang masuk kedalam Pit
penelitian ini, yaitu dengan cara menentukan luas daerah tangkapan hujan,
7. Penelitian yang dilakukan oleh Sari Uly Sibarani, dkk. Dengan judul
35
Penambangan PT. Muara Alam Sejahtera Sumatera Selatan. PT. Muara Alam
dari 20 mdpl mejadi 0 mdpl. Hal ini akan sangat potensial untuk terjadinya
banjir atau genangan air dikarenakan metode penambanganya yang open pit
ini, yaitu dengan cara menganalisa data curah hujan, menghitung curah hujan
software mine scape 4.118, menghitung intensitas curah hujan dengan rumus
Dengan judul Perencanaan Sump di Pit Selatan PT. Pama Persada Nusantara
36
Job Site BMTB Kalimantan Selatan. Hal yang terpenting dalam perencanaan
sump adalah curah hujan, erosi, sedimentasi dan air tanah. Dalam studi kali
ini digunakan uji RAPS untuk menguji konsistensi data. Untuk menghitung
debit air yang masuk ke tambang, dihitung curah hujan rancangan dengan
metode Log Person Tipe III dengan kala ulang 2 tahun, yang merupakan
tiap saluran yang masuk ke sump dan juga dimensi sump. Untuk
9. Penelitian yang di lakukan oleh Arie Saputra, dkk. Dengan judul Water
Management System Tambang pada Pit PT. Ulima Nitra Job Site PT.
Menambang Muara Enim. PT. Ulima Nitra merupakan salah satu kontraktor
37
digunakan oleh PT. Ulima Nitra adalah sistem penirisan terpusat. Penggunaan
metode ini menempatkan sebuah sump pada setiap jenjang atau bench. Sistem
berada di bawahnya, sehingga akhirnya air akan terpusat pada main sump
belum efektif. Penelitian ini mendesain sump dan saluran terbuka yang dapat
menampung air limpasan, agar debit air yang masuk ke dalam area
penambangan berkurang.
penelitian ini, yaitu dengan cara menghitung curah hujan rencana dengan
10. Penelitian yang dilakukan oleh Endra Setiawan, dkk. Dengan judul
mine. Sistem penyaliran yang digunakan adalah mine dewatering. Sumber air
38
berasal dari air hujan dan air limpasan dibiarkan mengalir masuk kedalam
di PT. Pipit Mutiara Jaya sering terjadi genangan dan luapan air di lantai
dasar tambang dikarenakan volume air hujan dan air limpasan yang masuk
kedalam lokasi tambang cukup besar namun volume sumuran tidak cukup
untuk menampung air yang masuk. Oleh karena itu perlu adanya kajian
menghitung debit limpasan yang berasal dari air hujan, mengevaluasi dimensi
1. Input
1. Data Primer
Adapun data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
39
b. Data beda ketinggian dilokasi penambangan PT. Daya Bambu Sejahtera.
2. Data Sekunder
sebagai berikut:
2. Proses
Pada bagian proses ini dilakukan pengolahan dan analisa dari data-data yang
40
3. Output
digunakan.
Input
Proses
Data primer:
a. Menentukan arah water divide dan
a. Data curah hujan yang luas catchment area pit D
langsung diambil di lokasi
penambangan PT. Daya berdasarkan peta situasi dan peta
Bambu Sejahtera. topografi.
b. Data beda ketinggian b. Menghitung curah hujan rencana.
dilokasi penambangan PT. c. Menghitung waktu konsentrasi air.
Daya Bambu Sejahtera. d. Menghitung intensitas curah hujan
c. Data debit actual pompa. e. Menghitung debit limpasan.
d. Data pengukuran panjang f. Menentukan jenis sump dan dimensi
dan jumlah belokan pipa. sump.
e. Data pengukuran dimensi g. Menghitung daya dan kebutuhan
saluran. pompa.
Data sekunder:
h. Menentukan dimensi saluran
1. Peta topografi areal
penambangan pit D. terbuka.
2. Data curah hujan tahunan. i. Menghitung luas kolam
3. Peta situasi tambang pengendapan lumpur (settling
terbaru. pond).
4. Spesifikasi Pompa yang
digunakan PT. Daya
Bambu Sejahtera.
Output
a. Debit air yang terkumpul di areal penambangan ketika
hujan.
b. Jumlah kebutuhan pompa yang akan digunakan di pit D.
c. Dimensi saluran terbuka, dan kolam pengendapan lumpur
yang akan digunakan di pit D.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat terapan
(applied research), yaitu penelitian yang hati-hati, sistematik dan terus menerus
terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk
Hasil dari penelitian yang dilakukan tidak perlu sebagai suatu penemuan
baru, akan tetapi merupakan aplikasi yang baru dari penelitian yang telah ada.
Lokasi penelitian berada pada pit sebelah barat PT. Daya Bambu Sejahtera
Provinsi Jambi.
Waktu yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu
mulai dari tanggal 1 Mei 2017 sampai dengan selesai pengambilan data. Adapun
diteliti yang mempunyai variasi satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut.
42
kegiatan penambangan pada wilayah izin usaha pertambangan batubara PT. Daya
Bambu Sejahtera.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Adapun data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
2. Data Sekunder
sebagai berikut:
43
Sumber data yang didapatkan berasal dari pengamatan dan dokumentasi
langsung pada lokasi, data-data dan arsip dari PT. Daya Bambu Sejahtera dan
studi kepustakaan.
1. Studi Lapangan
2. Studi Pustaka
buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan
1. Menghitung luas catchment area berdasarkan peta topografi dan peta situasi
tambang
Pada tahap ini yang akan dihitung adalah luas catchment area,
44
Untuk menghitung curah hujan rencana digunakan metode log
koefisien material, luas catchment area dan intensitas curah hujan rencana.
menentukan kebutuhan pompa terlebih dahulu di cari head dan daya pompa.
maka dilakukan analisis data dari pengolahan data yang didapat. Pada analisis
data ini dapat menentukan hasil akhir dari penelitian yang dilakukan, yaitu
45
3.7 Diagram Alir Penelitian
Identifikasi Masalah:
1. Cukup tingginya intensitas curah hujan di PT. Daya Bambu Sejahtera, yaitu
berkisar 250 mm pada tahun 2016.
2. Jumlah kebutuhan pompa tidak optimal sehingga mengakibatkan meluapnya
air yang terdapat pada sump ketika hujan
3. Kolam pengendapan lumpur yang digunakan telah penuh oleh lumpur yang
mengeras dan mengakibatkan banyak lumpur menggenangi perkebunan warga
pada saat hujan.
Tujuan Penelitian:
1. Menentukan unit pompa yang dibutuhkan dan spesifikasi pompa yang sesuai
untuk mengeluarkan air yang masuk ke lokasi penambangan batubara PT.
Daya Bambu Sejahtera.
2. Menentukan ukuran dimensi saluran terbuka yang dibutuhkan untuk
mengalirkan air yang di pompakan dari lokasi penambangan batubara pit D
blok 3 dan pit D blok 4 menuju ke kolam pengendapan lumpur.
3. Menentukan ukuran dimensi kolam pengendap lumpur yang dibutuhkan
untuk menampung air serta mengendapkan lumpur yang berasal dari lokasi
penambangan batubara PT. Daya Bambu Sejahtera.
46
A
Hasil:
d. Mendapatkan debit air yang terkumpul di areal
penambangan ketika hujan.
e. Mendapatkan design ukuran dimensi sump.
f. Mendapatkan design ukuran dimensi kolam pengendapan
lumpur.
g. Mendapatkan kebutuhan dan kapasitas pompa untuk
mengeluarkan air di areal tambang.
47
BAB IV
pembukaan lahan dan penggalian tanah dan batuan penutup pada permukaan
(overburden). Overburden yang telah digali dengan alat berat kemudian ditimbun
pada daerah timbunan (disposal area) atau ditimbun kembali ke lubang bekas
PT. Daya Bambu Sejahtera saat ini telah mendapatkan izin untuk
Sejahtera seluas 3402 Ha, dengan batas-batas wilayah dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Koordinat IUP PT. Daya Bambu sejahtera
48
Tabel 4.1 lanjutan.
11 102 40 46.49 -1 26 26.52
12 102 40 52.16 -1 26 26.53
13 102 40 52.16 -1 26 14.53
14 102 41 3.46 -1 26 14.54
15 102 41 3.46 -1 26 29.3
16 102 41 7.54 -1 26 29.31
17 102 41 7.54 -1 26 34.43
18 102 41 9.99 -1 26 34.44
19 102 41 9.99 -1 26 37.05
20 102 41 14.52 -1 26 37.06
21 102 41 14.52 -1 26 40.63
22 102 41 18.12 -1 26 40.64
23 102 41 18.12 -1 26 50.93
24 102 40 42.08 -1 26 50.94
25 102 40 42.08 -1 26 57.7
26 102 40 32.75 -1 26 57.71
27 102 40 32.75 -1 27 15.62
Sumber : SK Bupati Tebo No.3.402/ESDM/2010
4.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah
geografis Kecamatan Tengah Ilir terletak antara 1° 23' 44.52" – 1° 27' 26.64"
Lintang Selatan dan 102° 38' 8.52" – 102° 41' 47.67" Bujur Timur. Untuk
menggunakan kendaraan roda 2 atau roda 4 dengan waktu tempuh ± 8 jam dari
49
Sumber: PT. Daya Bambu Sejahtera, 2017
Gambar 4.1 Peta Kesampaian Daerah PT. Daya Bambu Sejahtera
Geologi daerah Kabupaten Tebo telah diteliti oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, dengan hasil berupa Peta Geologi Lembar Muaro Bungo
yang terdiri dari 2 Formasi, yakni Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim.
berlangsung dari Miosen Awal hingga Miosen Akhir dicirikan oleh litologi
50
perselingan batu lempung, batupasir sisipan konglomerat, gampingan, batu
pengendapan formasi ini adalah laut dangkal hingga transisi dicirikan oleh
batu lempung sisipan batubara. Di bagian atas Formasi Muara Enim terdapat
Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim. Lokasi penambangan PT. Daya
51
Sumber: PT. Daya Bambu Sejahtera, 2017
Gambar 4.3 Peta Geologi Regional Desa Mangupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab.
Tebo, Provinsi Jambi
4.3.2. Struktur dan Tektonika Regional
yang dijumpai berupa kekar (joint), lipatan (fold) dan sesar (fault) minor.
1. Kekar
batupasir, batu lempungan dan lain-lain, pola kekar pada umumnya memiliki
sumbu lipatan.
52
2. Struktur Perlipatan
3. Sesar Minor
perlipatan yang berulang-ulang. Lipatan tegak arah Barat Daya-Timur Laut secara
umum terdapat pada batuan Tersier dan Pra-Tersier. Pada batuan Pra-Tersier
dijumpai lipatan yang berarah Timur-Barat namun tidak dijumpai pada batuan
Tersier.
berada di bagian barat Sumatra dengan arah Barat Laut-Tenggara sedangkan arah
menghasilkan sejumlah sesar mendatar dekstral dengan arah umum Barat Laut-
Sumatera Selatan mempunyai tiga set sesar masing-masing berarah Barat Laut-
53
Utara-Selatan dan Timur Laut-Barat Daya diperkirakan berumur paleogen,
kelompok sesar ini berulang kali diaktifkan sepanjang tersier oleh tegasan
kompresi.
Pola sesar utama dapat dibedakan menjadi sesar-sesar dengan arah umum
Barat Laut-Tenggara, yang secara umum merupakan sesar besar berarah dextral
dan beberapa merupakan sesar normal. Sesar ini ditafsirkan berumur Pra-Tersier.
Struktur sesar yang terdapat pada beberapa bagian Formasi Air Benakat, Formasi
Muara Enim serta Formasi Kasai yang mengalami perlipatan membentuk antiklin
plunging yang berarah hampir Barat Laut-Tenggara dan diikuti struktur sesar
normal dimana pada sisi Timur. Pada tahapan berikutnya sesar mendatar
menggeser lapisan batubara hingga beberapa puluh meter dan gaya terakhir
54
BAB V
Pada bab ini berisikan data yang diperlukan dalam penelitian perencanaan
hujan, debit limpasan evapotranspirasi, ukuran saluran terbuka, dan daya pompa,
diperlukan dalam perhitungan penelitian ini adalah data curah hujan harian PT.
Daya Bambu Sejahtera 10 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2007–2016 yang dapat
dilihat pada lampiran B, data beda ketinggian inlet dan outlet pompa serta debit
aktual pompa yang dapat dilihat pada lampiran H, data jumlah belokan pada
pipa dapat dilihat pada lampiran F, data pengukuran dimensi saluran dapat
dilihat pada lampiran F, peta situasi tambang akhir September 2017 yang dapat
dilihat pada lampiran L, luas daerah tangkapan hujan (catchment area) yang
merupakan luasnya permukaan yang apabila terjadinya hujan, maka air hujan
tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju titik elevasi terendah
(sump) seperti terlihat pada lampiran M dan spesifikasi pompa yang digunakan
kondisi wilayah tambang sehingga bisa lebih dari satu. Pada wilayah bagian
55
barat PT. Daya Bambu Sejahtera terdapat dua front penambangan yang masih
aktif, yaitu pit D blok 3 dan pit D blok 4. Dimana kedua front tersebut sudah
membentuk sebuah pit dan apabila terjadi hujan air terkumpul di dasar pit,
sehingga untuk mengeluarkan air diperlukan pemompaan. Dari data curah hujan
harian PT. Daya Bambu Sejahtera periode 10 tahun terakhir, didapat curah
hujan harian maksimum setiap tahunnya yang mana dapat dilihat pada tabel 5.1
berikut ini:
Tabel 5.1
Curah Hujan HarianMaksimum Periode 10 Tahun
dan peta situasi PT. Daya Bambu Sejahtera dengan program (software)
56
minescape. Untuk pembagian daerah tangkapan curah hujan (catchment area)
Pembagian catchment area pada front barat dapat dilihat pada tabel 5.2
berikut ini:
Tabel 5.2
Daerah Tangkapan Curah Hujan
Dari data curah hujan harian maksimum dan daerah tangakapan curah hujan di
intensitas curah hujan dan debit limpasan serta dapat merencanakan berapa
Pengolahan data curah hujan ini dilakukan untuk mendapatkan nilai curah
hujan rancangan, dengan data curah hujan 10 tahun terakhir. Metode yang
digunakan adalah distribusi Log Normal, sedangkan penetapan data yang ada
dilakukan dengan cara annual series yaitu mengambil satu data curah hujan
X =
Xi
n
57
4437
10
= 443,7 mm/hari
Tabel 5.3
Deviasi Standar
Dimana:
S
( x xi) 2
n 1
106400,1
10 1
= 108.73
S
Cv
X
58
108,73
443,7
= 0.24
xi x
n 3
Cs i 1
n 1 n 2 S 3
10 (18190755,36
(10 1) (10 2) (108,73) 3
181907553,6
92550903
= 1,96
koefisien ketajaman (Ck) lebih mendekati nilai distribusi Log Normal, maka
dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan Tabel 2.3, persamaan distribusi yang
dipakai dalam analisis data curah hujan adalah metode distribusi Log Normal.
59
Selanjutnya hujan bulanan rata–rata yang diperoleh diurutkan dari yang
telah ditentukan untuk mendapatkan hujan dengan periode ulang tertentu. Nilai–
nilai pada persamaan distribusi Log Normal dapat dilihat pada tabel 5.4 sebagai
berikut:
Tabel 5.4
Nilai - Nilai Pada Persamaan Distribusi Log- Normal
𝐘 2.63727
Dimana:
Y
log Xi
n
26,37271
=
10
= 2,63727
60
2
Sy
(Y Y )
(n 1)
0,07842908
=
9
= 0,09335
2.4. Dengan demikian dapat dihitung curah hujan rancangan dengan periode
Y2 = Log X2 = Y K T S
Log X2 = 2,637
X2 = 433,78 mm/hari
61
5.2.2. Penentuan Intensitas Curah Hujan
Dikarenakan pada tambang terdiri dari dua front tambang yaitu pada pit D
blok 3 dan pit D blok 4 maka, nilai intensitas curah hujan sesuai dengan
kurun waktu tertentu dapat dihitung berdasarkan persamaan 2.3 dan persamaan
2.4.
Pada daerah front (tambang) pada bagian barat dibagi menjadi 2 (dua)
daerah tangkapan curah hujan. Untuk mengetahui intensitas curah hujan, terlebih
dahulu harus diketahui panjang aliran (L) yang diperoleh dari panjang aliran
dari titik tertinggi ke tempat berkumpulnya air, yang dapat diukur dari peta.
Kemudian juga harus diketahui beda elevasi (H) serta waktu konsentrasi (tc)
L = 262,105 m = 0,2621 km
H = 78 m - 37 m = 41 m = 0,041 km
0 , 385
L3
tc 0,871
H
0 , 385
0,26213
0,871
0,041
0,871 0,728
62
= 0,6340 jam
2/3
R 24 24
It
24 tc
2/3
433,78 24
24 0,6340
18,074 11,274
= 203,766 mm/jam
= 0,2037 m/jam
= 0,00005658 m/detik
L = 167,184 m = 0,1671 km
H = 83 m - 46 m = 37 m = 0,037 km
0 , 385
L3
tc 0,871
H
0 , 385
0,16713
0,871
0,037
0,871 0,450
= 0,391 jam
2/3
R 24 24
It
24 tc
63
2/3
433,78 24
24 0,391
18,074 15,560
= 281,231 mm/jam
= 0,2812 m/jam
= 0,00007811 m/detik
L = 285,496 m = 0,2854 km
H = 81 m - 64 m = 17 m = 0,017 km
0 , 385
L3
tc 0,871
H
0 , 385
0,2854 3
0,871
0,017
0,871 1,128
= 0,982 jam
2/3
R 24 24
It
24 tc
2/3
433,78 24
24 0,982
18,074 8,421
= 152,201 mm/jam
64
= 0,1522 m/jam
= 0,00004227 m/detik
Debit Limpasan adalah jumlah air yang mengalir akibat hujan yang
bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa
Besarnya debit limpasan yang harus dikeluarkan dari tambang dapat dihitung
oleh luasnya catchment area (A) dan koefisien limpasan (C). Nilai koefisien
limpasan yang digunakan tergantung keadaan tanah dan kemiringan lereng pada
catchment area yang dihitung, dalam perhitungan ini nilai koefesien yang
digunakan adalah 0.9 karena berada pada daerah tambang (Lihat Tabel 2.1).
Besarnya debit limpasan pada setiap pembagian daerah adalah sebagai berikut:
1. CA-1
CA-1 (Catchment Area pit D blok 4) pada daerah 1 ini adalah 76.943,9266
m² dan intensitas curah hujan adalah 0,00005658 m/detik, serta nilai koefesien
Q CIA
= 3,918 m³/detik
65
Besarnya debit limpasan pada daerah CA-1 adalah 3,918 m³/detik.
2. CA-2
CA-2 (Catchment Area pit D blok 3) pada daerah 2 ini adalah 19.913,9668
m² dan intensitas curah hujan adalah 0,00007811 m/detik, serta nilai koefesien
Q CIA
= 1,399 m³/detik
nilai koefesien limpasan adalah 0.9 sehingga debit limpasannya sebagai berikut:
Q CIA
= 2,322 m³/detik
dengan kondiai air yang akan di pompakan. Debit yang harus dikeluarkan oleh
1. CA-1
66
Debit dipompakan (Q) = 3,918 m³/detik
= 14.104,8 m3/jam
2. CA-2
= 5.036,4 m3/jam
5.2.4.1. Penentuan Head dan Daya Pompa Pada Pit D Blok 4 atau
CA-1
Diketahui:
1. Kapasitas pompa (Q) = 235 m3/ jam = 3,916 m3/menit = 0,065 m3/detik
10,666 Q 1,85
Hf L
C 1,85 D 4,85
10,666 0,0651,85
132
1401,85 0,102 4,85
0,067
= 132
0,145
= 60,993 m
67
Besarnya head friction (hf) adalah 60,993 m.
Hc h2 h1
= 72 37
= 35 m
Q
V
A
0,065
=
3,14
(0,102) 2
4
= 7,985 m/detik
Koefesien kerugian belokan pipa untuk diameter pipa 30º sebagai berikut
v2
Hl f n
2 g
7,985 2
= 0,130 1
2 9,8
8,288
=
19,6
= 0,422 m
68
4) Kerugian head pada katup (Hv )
Untuk diameter pada katup isap 4 inchi atau 102 mm, maka diperoleh
v2
Hv f v
2 g
2
= 1,97 7,985
2 9,8
= 6,40 m
vd
2
(7,985)2
= = 3,25 m
2 g 2.(9,8)
= 106,062 m
Jadi, besarnya head total pompa pada pit D blok 4 adalah 106,062 m.
Diketahui:
2) Q = 0,065 m3/s
3) g = 9.8 m/s2
4) H = 106,062 m
69
5) p = 77 % ( Lihat Tabel 2.6)
g Q H
Pp
np
= 87593.03 Watt
= 87,59 kW
Diketahui:
1) Kapasitas pompa yang digunakan yaitu 235 m3/ jam pada putaran 2200
Jika diasumsikan dalam 1 hari terjadi hujan selama 1 jam maka debit air
14.104,8
=
235 𝑥 18
14.104,8
=
4230
= 3,334 ≈ 3 buah.
70
14.104,8
=
79,2 𝑥 18
14.104,8
=
1425
= 9,898 ≈ 10 buah.
Jadi jumlah pompa yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dari front
putaran mesin 2200 rpm dan 10 buah pompa jika putaran mesin 900 rpm.
5.2.4.2. Penentuan Head dan Daya Pompa Pada Pit D blok 3 atau CA-2
Diketahui:
1. Kapasitas pompa (Q) = 235 m3/ jam = 3,916 m3/menit = 0,065 m3/detik
10,666 Q 1,85
Hf L
C 1,85 D 4,85
10,666 0,0651,85
66
1401,85 0,102 4,85
0,067
= 66
0,145
71
= 30,496 m
Hc h2 h1
= 72 37
= 18 m
Q
V
A
0,065
=
3,14
(0,102) 2
4
= 7,985 m/detik
Koefesien kerugian belokan pipa untuk diameter pipa 30º sebagai berikut
v2
Hl f n
2 g
7,985 2
= 0,130 2
2 9,8
16,577
=
19,6
= 0,845 m
72
Untuk diameter pada katup isap 4 inchi atau 102 mm, maka diperoleh
v2
Hv f v
2 g
2
= 1,97 7,985
2 9,8
= 6,40 m
vd
2
(7,985)2
= = 3,25 m
2 g 2.(9,8)
= 58,98 m
Jadi, besarnya head total pompa pada pit D blok 3 adalah 58,98 m.
b. Penentuan daya pompa
Diketahui:
2) Q = 0,065 m3/s
3) g = 9.8 m/s2
4) H = 58,98 m
73
g Q H
Pp
np
= 48.709,59 Watt
= 48,70 kW
Diketahui:
1) Kapasitas pompa yang digunakan yaitu 235 m3/ jam pada putaran 2200
Jika diasumsikan dalam 1 hari terjadi hujan selama 1 jam maka debit air
yang harus dipompakan adalah 5.036,4 m3/jam x 1 jam = 5.036,4 m3. Sehingga
dapat dihitung berapa jumlah pompa yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air
5.036,4
=
235 𝑥 18
5.036,4
=
4230
= 1,190 ≈ 1 buah.
74
5036,4
=
79,2 𝑥 18
5036,4
=
1425
= 3,534 ≈ 4 buah.
Jadi jumlah pompa yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dari front
putaran mesin 2500 rpm dan 4 buah pompa jika putaran mesin 900 rpm.
berikut:
penting dalam merancang sebuah sistim penyaliran tambang yang baik. Saluran
yang direncanakan dalam penelitian ini yaitu saluran buatan dengan tipe dinding
75
dinding saluran tanah berdasarkan tabel harga koefisien Manning dan diperoleh
nilai n = 0,03.
T
a :60º
m = 1/tg 60 = 0,58
𝐵 + 2𝑚𝑦 = 2𝑦 1 + 𝑚2
𝐵 + 2 × 0,58 × 𝑦 = 2 × 𝑦 1 + 0,582
𝐵 + 1,16𝑦 = 2,31𝑦
B = 1,15 y
persamaan berikut:
76
𝐴 = 𝑦 ( 𝐵 + 𝑚𝑦 )
= 𝑦 ( 1,15𝑦 + 0,58 𝑦 )
𝐴 = 1,73 𝑦2
𝑃 = 𝐵 + 2𝑦 1 + 𝑚2
= 1,15𝑦 + 2 × 𝑦 1 + 0,582
= 1,15𝑦 + 2,31𝑦
𝑃 = 3,46𝑦
A
R
P
1,73 y 2
3,46 y
R = 0,34𝑦
𝑇 = 2𝑦 1 + 𝑚2
= 2 × 𝑦 1 + 0,582
𝑇 = 2,31𝑦
Dimana:
P : Keliling basah
77
5.2.5.2. Dimensi Saluran
dan debit pemompaan dari CA-2 dan CA-3 menuju ke kolam pengendapan
1 2 1
Q A V atau Q R 3 S 2 A
n
Diketahui:
0,195 m3/detik
0,065 m3/detik
5. Kemiringan (S) dasar saluran air tambang pada daerah ini adalah:
Beda Elevasi ( H )
S
Panjang Saluran ( L)
78 62
=
467
16
=
467
= 0,034261
78
1 2 1 2
= (0,34 y 3 ) (0,034261 )
0,03
= 33,3 × 0,487y × 0,185
= 3,00016y
Qtotal = CA-1+CA-2+CA-3
= 0,195+0,065+2,322
Qtotal = 2,582 m3/detik
Qlimpasan =V×A
2,582 = 3,00016y × 1,73y2
5,190276 y3 = 2,582
2,582
y3 =
5,190276
y3 = 0,497
3
y = 0,497
y = 0,79
dibutuhkan:
= 1,15 × (0,79)
= 0,908 m
=1,73 × (0,79)2
= 1,07 m
79
= 2,46 × (0,79)
= 1,943 m
𝑦
5. Jari – jari hidrolis (R) =
2
0,79
= 2
= 0,39 m
=2,31 × (0,79)
= 1,824 m
= 0,25 × 0,79
= 0,197 m
T : 1,824 m
J : 0,197
m
y: 0,79 m
a :60º
B : 0,908 m
80
5.2.6. Rencana Dimensi Kolam Pengendapan Lumpur
lumpur yang terdapat pada air sebelum air dibuang ke sungai. Pada daerah
penelitian ini kadar lumpur yang masuk ke kolam pengendapan lumpur terdiri
Kadar lumpur yang terdapat pada air yang dipompakan adalah 0,1%,
sehingga:
= 125.592,12 m3/tahun
bulan × 12
= 132.409,72 m3/tahun
= 258.001,84 m3/tahun
81
Pengurasan kolam pengendapan lumpur dilakukan 12 kali dalam 1 tahun
atau pada saat volume lumpur mencapai dua pertiga dari volume kolam
258.001,84 m 3 / tahun
Vpengerukan =
12
= 21.500,15 m3
kolam pengendapan.
21.500,15m 3
Vlumpur 1 kpl=
6
= 3.583,35 m3
3.538,35
Vkpl = 3.538,35
2
= 5.375,02 m3
= 30 m × 25 m × 8 m
= 6.000 m3
82
Tabel 5.6
Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data
83
BAB VI
ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA
Bambu Sejahtera tidak terlepas dari perhitungan besarnya debit limpasan yang
penambangan sudah membentuk sebuah pit, maka untuk mengeluarkan air yang
kebutuhan atau daya tampung apabila terjadi debit maksimal agar air limpasan
bisa dikeluarkan dari lantai kerja sesuai dengan rencana. perencanaan drainase
Lokasi tambang PT. Daya Bambu Sejahtera berada pada daerah perbukitan,
pada lantai tambang semakin banyak. Debit air yang masuk ke lokasi tambang
Dari hasil pengolahan data didapat curah hujan rancangan, intensitas curah
84
6.1. Sistem Penyaliran Tambang Pada Front Barat
Pada front bagian barat terdapat satu saluran air yang berfungsi untuk
meminimalisir limpasan akibat dari air hujan agar air limpasan tersebut tidak
masuk ke dalam front tambang. Dengan dibuatnya saluran ini air limpasan akibat
dimensi saluran di lapangan maka didapat bentuk dan ukuran saluran air
front tambang ke luar tambang. Setelah dilakukan pengolahan data curah hujan
langsung mengalir menuju saluran dengan koefisien limpasan 0,9. Bentuk saluran
mengalirkan air tambang adalah saluran buatan pada tanah, maka berdasarkan
85
tabel harga koefisien manning diperoleh nilai n = 0,03, perencanaan drainase akan
Pada daerah CA-3 ini didapatkan intensitas curah hujan sebesar 152,201
adalah:
Pipa yang digunakan untuk memompakan air dari dasar front tambang
adalah pipa HDPE dengan diameter 4 inch dengan panjang pipa perbatang adalah
Jumlah pompa yang digunakan pada pit D blok 4 dan pit D blok 3 masing-
86
6.1.4. Perencanaan Sistem Pemompaan
Setelah dilakukan pengolahan data didapat debit air limpasan yang masuk
ke pit D blok 4 atau CA-1 adalah 14.104,8 m3/jam. Kapasitas pompa yang
digunakan adalah 235 m3/jam, pada sistem pemompaan didapat panjang pipa
keseluruhan 132 m dengan jumlah 1 belokan 30º dan diameter pipa 4 inchi.
oleh head friction sebesar 60,992 m, static head sebesar 35 m, shock loss head
sebesar 0,42 m dan kerugian head pada katup sebesar 6,40 m, head kecepatan
keluar 3,25 m jadi besarnya head total pada pompa di pit D blok 4 atau CA-1
Head total pompa hasil perhitungan masih di bawah head maksimum pada
spesifikasi pompa yaitu 127 m, dengan kapasitas 235 m3/jam maka pompa
tersebut masih mampu memompakan air ke saluran terbuka. Debit air yang harus
dipompakan di dalam front ini adalah 14.086,8 m3/jam dengan jam kerja pompa
18 jam. Jadi jumlah pompa yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dari front
tambang adalah 3 buah pompa jika putaran mesin 2200 rpm dan 10 buah pompa
Setelah dilakukan pengolahan data didapat debit air limpasan yang masuk
ke pit D blok 3 atau CA-2 adalah 5.036,4 m3/jam. Pada saat sistem pemompaan
sebesar 30,49 m, static head sebesar 18 m, shock loss head sebesar 0.84 m dan
kerugian head pada katup sebesar 6,40 m, head kecepatan keluar 3,25 m. jadi
87
besarnya head total pada pompa di pit D blok 3 atau CA-2 adalah 58,98 m,
Head total pompa hasil perhitungan masih di bawah head maksimum pada
spesifikasi pompa yaitu 127 m, dengan kapasitas 235 m3/jam maka pompa
tersebut masih sanggup memompakan air ke saluran terbuka. Debit air yang harus
dipompakan di dalam front ini adalah 5.029,2 m3/jam dengan jam kerja pompa 18
jam. Jadi jumlah pompa yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dari front
tambang adalah 1 buah pompa jika putaran mesin 2200 rpm dan 4 buah pompa
dari pemompaan serta untuk mengendapkan lumpur serta menjaga agar ph atau
tingkat keasaman air tersebut sesuai dengan standar yang telah ditentukan,
88
6.2.2. Perencanaan Kolam Pengendapan Lumpur
lumpur yang terbawa oleh air dan juga alat mekanis yang digunakan serta
dilakukan setiap 1 bulan sekali atau ketika volume lumpur mencapai 2/3 dari
volume kolam.
adalah sebesar 0,25 % dengan debit limpasan 8.359,2 m³/jam sehingga volume
pemompaan adalah 0.1% dengan debit yang akan pompakan 19.116 m3/jam
sehimgga volume lumpur dalam 1 tahun adalah 125.592,12 m3/tahun jadi total
terbagi dalam 6 buah kolam pengendapan, jadi volume lumpur untuk 1 kolam
yang dibutuhkan untuk menampung air dan lumpur sebesar 5.375,02 m3. Dengan
89
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
penambangan batubara PT. Daya Bambu Sejahtera maka dapat ditarik beberapa
1. Daya pompa pada CA-1 sebesar 87,59 kW dan unit pompa yang dibutuhkan
sebanyak 3 buah pompa jika putaran mesin 2200 rpm dan 10 buah pompa
jika putaran mesin 900 rpm, sedangkan daya pompa pada CA-2 sebesar
48,70 kW dan unit pompa yang digunakan sebanyak 1 buah pompa jika
putaran mesin 2200 rpm dan 4 buah pompa jika putaran mesin 900 rpm.
debit pemompaan pada CA-1 dan CA-2 beserta debit limpasan pada CA-3
adalah:
90
3. Dimensi kolam pengendap lumpur yang dibutuhkan adalah panjang 30 m,
7.2. Saran
secara teratur agar pompa dan saluran dapat berfungsi dengan baik
91
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim, Data-data dan Arsip laporan PT. Daya Bambu Sejahtera, PT. Daya
Bambu Sejahtera, Tebo, 2017.
Arie Saputra, dkk. Water Management System Tambang Pada Pit PT. Ulima
Nitra Jobsite PT. Menambang Muara Enim, Universitas Sriwijaya,
Palembang, 2014.
Chay Asdak, Buku Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah
Mada unervisity press, 1995
Haruo Tahara Sularso, Buku Pompa dan Kompresor, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta, 2006.
Mustika Ramadandika Ansari Putri, dkk. Perencanaan Sump di Pit Selatan PT.
Pamapersada Nusantara Jobsite BMTB Kalimantan Selatan,
Universitas Brawijaya, Malang, 2014.
Purwanto Sudadi, Air Tanah Provinsi Daerah Jambi, Jurnal Buletin Tata
Lingkungan, Bandung, 2003.
Rico Ervil, dkk. Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi STTIND
PADANG, Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang, Padang, 2015.
Rudi Sayoga, Diktat Sistem Penyaliran Tambang, Institut Teknologi Bandung
(ITB), Bandung, 1999.
Sari Uly Sibarani, dkk. Analisa Teknis Mine Dewatering Terhadap rencana
Tiga Tahun Penambangan Hingga Tahun 2016 di Pit Blok Barat PT.
Muara Alam Sejahtera Kabupaten Lahat, Universitas Sriwijaya,
Palembang, 2015.
No Bulan
Keterangan Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari
(2017) (2017) (2017) (2017) (2017) (2017) (2017) (2018)
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan tugas akhir
2. Pengajuan surat
Pembimbing proposal
3. Mengajukan surat izin
penelitian
4. Pengamatan di
Lapangan
5. Penyusunan Proposal
Penelitian
6. Bimbingan dan
Perbaikan Proposal
7. Seminar Proposal
8. Perbaikan
9. Pengambilan Data di
Lapangan
10 Pengolahan Data dan
Bimbingan
11 Seminar Hasil
12 Perbaikan
13 Ujian Koprehensif
92
LAMPIRAN B
Data Curah Hujan Tahunan
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Tahun (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
2007 197 141 310 258 353 137 42 150 151 341 329 282
2008 247 83 223 377 76 51 112 38 150 245 214 207
2009 163 255 457 183 91 5 84 237 74 153 220 280
2010 353 429 204 226 74 177 432 67 292 125 371 236
2011 244 318 166 304 76 64 65 290 27 319 329 345
2012 319 52 244 142 155 59 139 123 17 81 169 386
2013 304 173 256 151 96 65 98 118 177 206 254 520
2014 X X 130 96 266 143 149 272 119 319 715 466
2015 209 195 383 254 192 123 56 0 87 1 248 438
2016 317 273 414 219 170 90 70 202 200 275 369 X
Jumlah 2353 1919 2787 2210 1549 914 1247 1497 1294 2065 3218 3160
Rata- 261.44 213.22 278.7 221 154.9 91.4 124.7 149.7 129.4 206.5 321.8 351.11
rata
93
LAMPIRAN C
Data Curah Hujan Aktual Bulan Oktober
94
LAMPIRAN D
Alat Ukur Curah Hujan Sederhana
1. Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat alat curah hujan sederhana
d) Untuk gambar alat ukur curah hujan dapat dilihat pada lampiran K6.
a) Alat curah hujan harus dipasang di daerah terbuka dan jauh dari pohon.
lampiran G.
95
LAMPIRAN E
Data Hari Hujan Oktober 2017
Bulan
Oktober
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
(hari)
1 √ X √ X √ X √ X √ √ √ √ X X √ X X √ X X √ √ √ √ X X X X √ √ 30
Keterangan:
√ = terjadi hujan
X = tidak terjadi hujan
96
LAMPIRAN F
Legalitas Data Lapangan
Jenis Pipa
Pengukuran di Lapangan
Tinggi saluran :2m
Lebar dasar :1m
Lebar atas :3m
Panjang saluran : 234,125 m
Sudut kemiringan atau slop kemiringan saluran : 20º
Panjang : 10 m
Lebar : 7m
Kedalaman :5m
Banyak : 2 buah kolam
Jadwal Pemompaan
07.00-16.00 dan 19.00-04.00
97
LAMPIRAN G
Konversi Satuan Curah Hujan
Untuk menghitung ketinggian air hujan yang jatuh pada bidang dengan luasan
𝑉
𝐻 = 𝐿 x10
Dimana :
H = ketinggian curah hujan satuan mm
V = Volume air yang ditakar dengan satuan ml
L = luas bidang corong (cm2)
L = л X R2
Dimana :
Л = 3,14
R = jari-jari corong
98
LAMPIRAN H
Spesifikasi Pompa
Spesifikasi pompa
Mesin Pompa : Diesel/ Mitsubishi 6D16 220 PS
Pompa : Ebara Pump125x100 FS JCA
Kapasitas Pompa : 235 m3/jam @2200 rpm
: 79,2 m3/jam @900 rpm
Motor Power : 160 kW
Head : 127 m
Inlet pit D blok 3 : 46 m
Outlet pit D blok 3 : 64 m
Inlet pit D blok 4 : 37 m
Outlet pit D blok 4 : 72 m
99
LAMPIRAN I
Dokumentasi Lapangan
100
Gambar Lampiran I.3 Genangan Air di Pit D Blok 3
101
Gambar Lampiran I.5 Perhitungan Debit Aktual Pompa
102
Gambar Lampiran I.7 Pengukuran Curah Hujan Aktual
103
Gambar Lampiran I.9 Lumpur Meluap ke Perkebunan Warga
104
Gambar Lampiran I.11 Belokan Pada Pipa
105
106
107
LAMPIRAN L
Dimensi Saluran
108
LAMPIRAN M
109
LAMPIRAN N
Peta Catchment Area
110
LAMPIRAN O
Peta Perencanaan Sistem Penyaliran
111
BIODATA WISUDAWAN
No. Urut : -
:
Nama Bayu Septriawan
Jenis Kelamin : Laki-Laki