Oleh :
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2017
KAJIAN TEKNIS DAN PERHITUNGAN BIAYA PADA KEGIATAN
PENGEBORAN PELEDAKAN BATUKAPUR DI PT. BAKAPINDO
JORONG DURIAN, KENAGARIAN KAMANG MUDIAK,
KECAMATAN KAMANG MAGEK, KABUPATEN
AGAM, PROVINSI SUMATERA BARAT
SKRIPSI
Oleh :
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2017
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
RINGKASAN
ABSTRACT
PT. Bakapindo its a company enganged in the field of limestone mining
with production targets 15.000 ton/month, located in Jorong Durian, comfort
Kamang Mudiak, districs Kamang Magek, ditric Agam, West Sumatera Province.
Mestone reverse that exist in the mining business area PT. Bakapindo mined with
an open quarry system with a quarry method.
Blasting is an effort to collect rocks using explosives. Blasting geometry
consist of burden, space, stemming, filling lenght and depth of the bursting hole.
The explosive geometry of the field has not been measured with certainty so that
the explosion is not optimal, for example the resulting fragmetation has not
reached the desired targe company (30-40 cm) so it needs to be rebooted. On
blasting activity at PT. Bakapindo there are still many problems such as drill
holes inundated fly rock, and missfire. Rock excavation by blasting methode
requires proper geometry planning so that in addition to getting good
fragmentation result can also optimize the cost. One of the most important
indicators is the powder factor that can be the reference cost in the blasting
process.
Based on the actual geometry calculation, fragmentation of rock size 40 cm
the resulting amount is 71,45 % and geometry by equation RL Ash sized 40 cm is
as amount 80,67 %. For actual operational costs of drilling and blasting Rp.
83.847.650.- /month. While the operational cost of drilling and blasting according
to equation RL Ash is Rp. 81.041.420.- /month.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun laporan Penelitian yang
berjudul “Kajian Teknis dan Perhitungan Biaya Pada Kegiatan Pengeboran serta
Peledakan Batukapur di PT. Bakapindo Jorong Durian, Kenagarian Kamang
Mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera
Barat”.
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu kewajiban seluruh mahasiswa
setelah melakukan kegiatan penelitian, Dengan tersusunnya laporan ini diucapkan
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan Doa dan dukungan
baik moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak H. Riko Ervil, MT. selaku ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
3. Bapak Dr. Murad, MS, MT. selaku ketua Prodi Teknik Pertambangan
sekaligus pembimbing II dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dian Hadiyansyah, MT selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi
ini.
5. Bapak Ardinal selaku Kepala Teknik Tambang PT. Bakapindo.
6. Seluruh dosen dan karyawan/karyawati Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
7. Teman-teman Mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang, khususnya Mahasiswa/Mahasiswi dari jurusan Teknik
Pertambangan.
Atas segala bantuan yang telah diberikan, hanya Doa yang dapat dipanjatkan
semoga Allah SWT memberikan balasan dan menjadikan amal ibadah yang
mulia. Selanjutnya segala kritik dan saran yang membangun akan sangat
membantu dalam penyempurnaan penyusunan selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
2.1.7. Peledakan.................................................................... 20
RL Ash……………………………………………… 76
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
RL Ash (1962).............................................................................. 75
PENDAHULUAN
tanah air merupakan modal dasar yang sangat berharga untuk dimanfaatkan
bidang pertambangan.
Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Cadangan batukapur yang ada pada
atau berbentuk bukit. Cara ini diterapkan apabila seluruh lereng bukit yang akan
operasi peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang
ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan.
dipengaruhi oleh kinerja alat bor dan sifat-sifat batuan yang akan dibor.
Produktiitas mesin bor yang tidak optimal disebabkan areal pengeboran yang
geometri yang tepat sehingga selain mendapatkan hasil fragmentasi yang baik
juga dapat mengoptimalkan biaya. Salah satu indikator yang sangat diperhatikan
adalah powder factor yang dapat menjadi acuan biaya dalam proses peledakan.
belum diukur dengan pasti sehingga hasil ledakan tidak optimal, sebagai contoh
(30 – 40 cm) sehingga perlu di breaker ulang. Pada kegiatan peledakan di PT.
kapasitas crusher.
optimal dan perlu biaya tambahan. Masalah ini terjadi karena beberapa aspek
yaitu aspek teknis dan aspek ekonomis. Aspek teknis dalam kegiatan pengeboran
dan peledakan seperti pola pengeboran, kedalaman lubang ledak, faktor pengisian
bahan peledak dan pola peledakan. Aspek ekonomisnya, perlu dihitung biaya
Sedangkan pada PT. Bakapindo belum adanya rincian biaya perlengkapan dan
1. Masih banyak terjadi masalah pada saat peledakan seperti lubang bor masih
terdapat genangan air, fly rock, missfire dan belum ada rambu-rambu pada
5. Produktifitas mesin bor yang tidak optimal disebabkan areal pengeboran tidak
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan mengenai keadaan dunia usaha yang ada sekarang
ini serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan terutama teknik peledakan yang telah
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan
dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan
melakukan penelitian.
3. Bagi Perusahaan
kegiatan penambangan lebih efisien dari segi biaya dengan hasil yang seoptimal
mungkin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
CV. Bukit Raya didirikan pada tanggal 5 Oktober 1981 berdasarkan Akta
No. 9 oleh Notaris Achtar Iljas, SH di Kota Bukittinggi Propinsi Sumatera Barat,
Barat. Luas areal Bukit Batukapur yang dikuasai saat ini adalah 60 Ha, dan 15 Ha
diantaranya telah mendapat Surat Izin Usaha Pertambangan Daerah (SIPD) dari
303.545/10/DTB- 92 tanggal 19 Mei 1992. Pada tahun 1995 nama CV. Bukit
Raya diganti dengan nama PT. Bakapindo yang dipakai hingga saat ini.
Pada saat ini sumber daya PT. Bakapindo menguasai lahan tambang
baku batukapur (CaCO3) PT. Bakapindo saat ini sebesar 12 juta m3 dan deposit
bahan baku dolomit 18 juta m3. Batukapur PT. Bakapindo memiliki kadar CaCO3
> 97% dan CaO > 50%. Batukapur PT. Bakapindo memiliki kadar MgO >18%.
Untuk menjalankan kegiatan produksi, PT. Bakapindo mempekerjakan 89 orang
sejak tahun 1981, dimana pada saat itu proses pekerjaan penambangan dikerjakan
secara langsung oleh PT. Bakapindo. Produk-produk PT. Bakapindo sampai saat
ini telah digunakan oleh berbagai macam konsumen baik perorangan maupun
koperasi dengan skala kecil sampai besar. Konsumen PT. Bakapindo terutama
berasal dari wilayah Sumatera antara lain Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara,
bagian Jorong Durian itu sendiri, Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat. Dan
secara geografis terletak antara 100° 22’ 42,51” BT sampai 100° 23’ 21,92” BT
dan 0° 12’ 5,36” sampai 0° 12’ 28,99”. Akses yang tersedia ke lokasi usaha
tambang batukapur PT. Bakapindo sebagian besar adalah Jalan lintas menuju
(Jam Gadang), untuk lebih jelasnya hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 di
bawah ini.
Gambar 2.1 Peta Kesampaian Daerah PT. Bakapindo
2.1.1.3. Geologi Regional
Jenis batuan yang terdapat di wilayah penelitian dapat kita lihat pada
Dari peta diatas dapat kita lihat jenis batuan yang terdapat pada wilayah
penelitian, diantaranya:
Umumnya pejal dan berongga, satu atau lebih kumpulan kekar-kekar mungkin
Terdapat lapisan-lapisan pasir yang kaya akan kuarsa, juga lapisan-lapisan kerikil
yang terdiri dari komponen kuarsa, batuan gunung api dan batugamping.
mineral karbonat lain yang dapat hadir adalah dolomit (Ca Mg (CO3)2), aragonit
(CaCO3), kalsit yang kaya akan magnesit, magnesit (MgCO3) dan siderit (FeCO3).
Mineral lain dapat juga hadir sebagai mineral pengotor yang terbentuk pada
batukapur banyak dikotori oleh magnesit, maka disebut dolomit, bila pengotor
disebut batukapur kuarsa. Warna dari batukapur sangat dikontrol oleh persentasi
berwarna putih susu dominan disusun oleh mineral kalsit, berwarna abu-abu muda
banyak kegunaanya dalam berbagai sektor industri, baik sebagai bahan baku
industri semen dan bahan bangunan (agregat dan ornamen), diikuti oleh energi
lain seperti industri kertas, cat, plastik, karet, bahan penjernih, pembuatan gas
kehadiran unsur pengotor (Mg, Al, Fe, P, S, Na, K dan F), mineral pengotor
(kuarsa, pirit, dan markasit) dan sifat fisiknya (kecerahan, ukuran butir, luas
a. CaO antara 40 – 55 %
A. Industri Semen
tiga jenis semen yang menggunakan kalsium karbonat (batukapur) sebagai bahan
mentahnya, yaitu semen portland, semen puzolan dan semen alam. Komponen
umum untuk satu ton semen diperlukan lebih kurang satu ton batukapur.
0,95 % dan kekentalan luluhan 3200 centipoise (40 % H2O). Pendapat lain
mengatakan, bahwa batukapur yang baik untuk bahan semen adalah batukapur
jenis semen yang paling banyak menggunakan bahan baku batukapur dan
silika, pasir besi dan gips sekitar 5 %. Menurut Prajartoro, (1992) bahan-bahan
material batukapur sedangkan SiO2, Al2O3 dan FeO3 dari lempung dan
batupasir.
komponen utama yang kurang (misal CaO high grade limestone), Al2O3
(bauksit).
a. Faktor kejenuhan kapur tidak lebih dari 1,02 dan tidak kurang dari 0,66.
e. Awal pengerasan tidak lebih dari 45 menit, sedang akhir pengerasan tidak lebih
dari 10 jam.
Tabel 2.2
Syarat dan Mutu Pupuk Dolomite
C. Pembuatan Karbit
Batukapur yang digunakan untuk bahan ini adalah jenis batukapur tohor
sebesar 60 % dan merupakan bahan baku utama, bahan lainnya adalah kokas 40
%, antrasit, petroleum coke (carbon black). Spesifikasi kapur tohor untuk bahan
karbit adalah:
c. SiO2 maksimum 2 %
bahan imbuh pada tanur tinggi. Disamping itu batukapur berperan sebagai
pengikat gas-gas seperti SO2, H2S dan HF sehingga diperlukan batukapur yang
mempunyai kadar CaO yang tinggi, dimana batuan tersebut harus sarang dan
maksimum 0,1 %.
Fe2O3 maksimum3 %.
2.1.4. Pengeboran
faktor-faktor sifat batuan yang dibor, rock drillability, geometri pengeboran, umur
serta kondisi mesin bor, dan keterampilan operator serta beberapa faktor lainnya:
1. Sifat Batuan
Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada
tembak, kemiringan lubang tembak, tinggi jenjang dan juga pola pengeboran.
Ada dua cara penentuan arah dalam membuat lubang bor pada tambang
terbuka, yaitu dengan membor dengan lubang miring atau lubang bor tegak lurus
yaitu :
b. Kelurusan lubang bor yang seragam dapat terkontrol, karena merupakan faktor
c. Penyimpangan burden dan spasi pada bagian bawah lubang dapat terkontrol.
b. Pada bagian atas jenjang kurang bagus karena ada back break.
c. Fragmentasi kurang dari pada bagian lantai dasar daya ledak tidak biasa
sepenuhnya tersalurkan.
kecepatan pengeboran. Umur mata bor dan batang bor ditentukan oleh meter
5. Metode Pengeboran
ini disangga diatas rigs dan menggunakan roda atau ban rantai. Komponen utama
drilling.
untuk melakukan penetrasi terhadap batuan. Pada metode ini ada dua jenis mata
bor, yaitu tricone bit dengan hasil penetrasinya berupa gerusan dan drag bit
bor dan mata bor dalam bentuk gelombang kejut yang bergerak sepanjang batang
bor maka pola pengeboran pada umumnya dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Square pattern, pola ini besarnya jarak burden dan spacing adalah sama.
b. Rectangular pattern, pada pola ini jarak spacing dalam satu baris lebih
besar dari pada jarak burden yang membentuk pola persegi panjang. Untuk
mendapatkan fragmentasi yang baik, pola ini kurang tepat karena daerah
yang tidak terkena pengaruh peledakan cukup besar. (lihat gambar 2.5)
Pattern) adalah pola pengeboran yang penempatan lubang ledak pada baris yang
adalah pola yang umum, karena lebih mudah dalam pengerjaannya tetapi kurang
bagus untuk meningkatkan mutu fragmentasi yang dinginkan, maka penggunaan
pola pengeboran selang seling lebih efektif. Seperti yang terlihat pada gambar 2.6
di bawah ini.
2.1.7. Peledakan
pembuatan parit.
membuat rongga udara antara bahan peledak dan sumbat ledak atau
membuat lubang tembak yang lebih besar dari diameter dodol sehingga
1. Jenis Batuan
Secara umum, jenis batuan dibedakan atas 3 bagian yaitu batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf. Jenis batuan perlu diketahui terlebih
dahulu, agar dapat ditentukan jenis bahan peledak apa yang sesuai, dan metode
mana yang akan diterapkan sehingga hasilnya cocok dengan perencanaan.
Misalnya batuan beku umumnya lebih keras jika dibanding dengan batuan
sedimen atau batuan metamorf, sehingga untuk peledakan batuan beku akan
menggunakan bahan peledak dengan detonasi tinggi dalam hal ini menggunakan
jenis bahan peledak High Explosive, sedangkan untuk batuan sedimen biasa hanya
2. Density Batuan
batuan dengan berat jenis yang lebih tinggi biasanya memerlukan faktor energi
yang lebih tinggi untuk menghasilkan fragmentasi yang optimum kecuali jika
batuan tersebut dalam keadaan berlapis – lapis dan bersambung dengan baik.
3. Kekuatan Batuan
Kekuatan batuan adalah sifat mekanik dari batuan, yaitu kemampuan batuan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peledakan karena semakin besar
kekuatan batuan, maka untuk memecahkan atau membongkar batuan tersebut juga
akan membutuhkan tekanan yang besar pula, dalam hal ini harus disesuaikan
4. Struktur Batuan
serta rongga-rongga yang terdapat pada batuan. Struktur batuan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi peledakan, misalnya pada batuan berlapis dengan
kohesi terbatas dapat bergeser sehingga menyebabkan patahnya bahan peledak.
peledakan yang relative lebih sedikit untuk mendapatkan fragmentasi yang baik,
terjadinya flyrock (batuan melayang), ledakan udara (air blast) serta getaran yang
hebat.
adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair,
gas atau campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan, atau
ledakan awal akan breaksi dengan sangat cepat dan bersifat panas yang hasil
reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas bertekanan sangat tinggi dan
Menurut Singgih Saptono, (2006) pemilihan jenis bahan peledak yang akan
digunakan untuk suatu pekerjaan didasarkan pada dua kriteria dasar. Bahan
peledak harus mempunyai fungsi aman dan dapat menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan sekitarnya, dan bahan peledak harus ekonomis pada saat digunakan
dan pada akhirnya memperoleh hasil yang baik. Sebelum beberapa pengguna
memilih suatu bahan peledak yang akan digunakan untuk suatu pekerjaan, harus
lingkungan dan karakteristik yang akan sesuai dengan kondisi pekerjaannya. Lima
1. Kepekaan
peledak. Istilah diameter kritis terutama digunakan pada industri untuk membatasi
juga suatu ukuran kemampuan bahan peledak untuk meledakan dari isian bahan
peledak ke isian yang lain, dengan anggapan diatas diameter kritisnya. Hal ini
bahan peledak yang meledak dahulu terhadap bahan peledak yang segera meledak
gangguan air. Bahan peledak mempunyai dua bentuk ketahanan terhadap air,
terhadap air yang dikenakan pada komposisi bahan peledak itu sendiri. Sebagai
contoh, jenis emulsi dan water gel dapat dipompakan secara langsung menuju
lubang ledak yang terisi air. Bahan peledak ditempatkan pada kondisi berair,
tetapi tidak dimasuki oleh air dan memperlihatkan tidak mempengaruhi pada saat
tetapi jika ditempatkan pada suatu lubang atau cartridge di lubang ledak yang
akan menyebabkan selalu kering akan menghasilkan suatu pengaruh yang baik.
3. Asap (Fumes)
Menurut Singgih Saptono, (2006) klasifikasi asap dari bahan peledak diukur
dari jumlah gas berbahaya (toxin) yang dihasilkan pada saat meledak. Karbon
monoksida dan nitrogen oksida adalah dasar untuk menentukan bobot klas.
meminimalkan asap dan mengoptimalkan energi, asap dapat terjadi dan juru ledak
harus tanggap terhadap hasilnya. Peledakan yang kurang dapat menghasilkan asap
bahkan ketika bahan peledak dalam keadaan seimbang. Beberapa kondisi yang
mengakibatkan menghasilkan asap adalah diameter isian yang kurang, tidak tahan
percikan api. Beberapa komposisi bahan peledak akan meledak akibat percikan
api sementara yang lain dapat dibakar dan tidak meledak. Sifat pembakaran ini
pembakaran.
mempengaruhi pada unjuk kerja jika disimpan dibawah keadaan yang panas diatas
32,2°c, beberapa komposisi dapat berubah atau perubahan sifat dan dengan
kimia dan nuklir. Karena pemakaian bahan peledak dari sumber kimia lebih luas
relatif murah, penanganan teknis lebih mudah, lebih banyak variasi waktu tunda
batukapur bawah tanah dan jenisnya adalah blasting agent yang tergolong bahan
peledak kuat.
Menurut R.L. Ash (1962), bahan peledak kimia dibagi menjadi bahan
peledak kuat (high explosive) bila memiliki sifat detonasi atau meledak dengan
kecepatan reaksi antara 5.000 – 24.000 fps (1.650 – 8.000 m/s) dan bahan peledak
lemah (low explosive) bila memiliki sifat deflagrasi atau terbakar kecepatan reaksi
Bahan peledak industri adalah bahan peledak yang dirancang dan dibuat
industri lainnya, di luar keperluan militer. Dengan perkataan sifat dan karakter
bahan peledak industri tidak jauh berbeda dengan bahan peledak militer, bahkan
saat ini bahan peledak industri lebih banyak terbuat dari bahan peledak yang
batuan pada titik kontak antara bahan peledak dengan bongkahan. Ketika
menjalar hanya terbuang keudara. Hal ini akan diperlihatkan dengan suara
pada kondisi terkurung dilubang ledak. Pertama dan terbesar pada mekanisme
pecah, hasil tekanan gas yang berkelanjutan dilubang ledak, mekanisme pecahnya
batuan yang ketiga terjadi setelah pecahan radial telah terbentuk penuh.
3. Kekuatan jenjang
ketika bidang terhempas maju mendekati pusat. Dengan kata lain, bagian pusat
dari bidang adalah pergerakan semakin cepat dibandingkan daerah bawah atau
4. Proses pemecahan
kejut dari bahan peledak, gelombang tegangan yang menjalar dimassa batuan,
keseragaman semua arah pada sekeliling isian. Pecahan radial selanjut akan
mengawali pergerakan menuju bidang bebas. Setelah pecahan radial berakhir, gas
bertekanan tinggi akan menetrasi pecahan radiasi mendekati 2/3 jarak dari lubang
ledak ke bidang bebas melalui pecahan radial. Hanya beberapa waktu gas
menetrasi pecah radial tegangan pada bidang yang cukup besar menyebabkan
depan, pecahan dibentuk pada ketiga dimensi sebagai hasil pecahan lengkung
Suatu batuan yang pecah akibat dari bahan peledak akan mengalami
tingkat, yaitu:
Ketika bahan peledak yang berada di dalam lubang ledak meledak, maka
akan menimbulkan tekanan yang tinggi di sekitar lubang ledak. Gelombang kejut
yang dihasilkan dari peledakan tersebut akan merambat dengan kecepatan 3000-
5000 m/s, sehingga akan mengakibatkan tegangan yang memiliki arah tegak lurus
dengan dinding lubang ledak. Dari tegangan tersebut maka akan menimbulkan
rekahan radial yang merambat di sekitar lubang tembak. Rekah menjari pertama
menimbulkan gelombang kejut dan akan bernilai positif. Bila gelombang kejut
tersebut akan mencapai bidang bebas, maka akan dipantulkan kembali sehingga
tekanan akan turun dan bernilai negatif kemudian akan menimbulkan gelombang
tarik. Gelombang tarik yang tejadi ini akan merambat kembali ke dalam batuan.
Suatu batuan akan memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap tekanan daripada
tarikan, sehingga dari gelombang tarik tersebut akan menimbulkan suatu rekahan-
Dalam proses pemecahan tahap I dan II fungsi dari energi yang ditimbulkan
Akibat tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas hasil peledakan tersebut
maka rekahan-rekahan yang telah terbentuk pada tingkat I dan II akan semakin
cepat melebar. Apabila suatu massa batuan di depan lubang ledak gagal dalam
berada di dalam batuan akan dilepas. Efek dari terlepasnya batuan tersebut akan
menimbulkan tegangan tarik tinggi sebagai kelanjutan dari proses tingkat II.
peledakan.
Oil merupakan salah satu elemen dasar bahan peledak. ANFO terbuat dari
campuran Amonium Nitrate Fuel Oil, yang dalam hal ini adalah solar. Campuran
ANFO dibuat dengan perbandingan 94,5 % Amonium Nitrat dan 5,5 % Fuel Oil,
2. Detonator listrik
Kandungan isian pada detonator listrik sama dengan detonator biasa yang
detonator listrik akan selalu dilengkapi dengan kawat yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dengan detonator tersebut. Nama kawat tersebut adalah leg wire.
Ujung kedua kawat didalam detonator listrik dihubungkan dengan kawat halus
(bridge wire) yang akan memijar setelah ada hantaran listrik. Adapun keuntungan
a. Untuk daerah yang banyak kilat, pemakaian detonator listrik sangat tidak aman
harus dipertimbangkan
test lainnya
adanya sambugan kawat di dalam lubang ledak. Detonator listrik terlihat pada
Primer adalah suatu istilah yang diberikan pada bahan peledak peka
detonator yaitu bahan peledak berbentuk cartridge berupa pasta atau keras, yang
sudah dipasang detonator yang di letakkan didalam kolom lubang ledak. Menurt
Diklat Teknik Pemberaian Batuan (2013) proses peledakan didalam kolom lubang
ledak.
Peralatan peledakan adalah alat yang digunakan untuk dipakai lebih dari
1. Blasting Machine
Menurut Diklat Teknik Pemberaian Batuan (2013) cara kerja BM pada umumnya
didasarkan atas penyimpanan atau pengumpulan arus pada kapasitor dan arus
tersebut dilepaskan seketika pada saat yang dikehendaki. seperti yang terlihat pada
kawat listrik untuk keperluan peledakan dibuat khusus untuk pekerjaan peledakan
dan tidak disarankan digunakan untuk keperluan lain. Sebaliknya, alat pengukur
tahanan yang biasa dipakai oleh operator listrik umum, yaitu multitester, dilarang
digunakan untuk mengukur kawat pada peledakan listrik. Ruas kawat yang harus
digunakan, connecting wire, bus wire, dan kawat utama. Dengan demikian jumlah
tahanan seluruh rangkaian dapat dihitung dan Voltage Blasting Machine dapat
ditentukan setelah arus dihitung. Seperti yang terlihat pada gambar 2.14 di bawah
ini.
4. Temper
Temper adalah stik pemadat stemming. Stik ini digunakan agar material
stemming menjadi padat dan menghindari terjadinya stemming ejection. Stik ini
ledak. Stik ini terbuat dari kayu atau bahan yang tidak dapat dilalui arus listrik.
5. Shelter
jarak aman dari areal peledakan. Shelter juga harus terbuat dari bahan yang kuat
relatif kecil. Seperti yang terlihat pada gambar 2.15 di bawah ini.
Connecting wire merupakan kabel listrik yang ada di permukaan tanah yang
(blasting circuit). Connecting wire yang baik jika isolasi pembungkus tidak
mudah terluka akibat goresan atau gesekan. Seperti yang terlihat pada gambar
bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara
lubang bor satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan
1. Box Cut
Pola peledakan ini diterapkan untuk peledakan yang hanya mempunyai satu
bidang bebas. Pola ini bertujuan untuk menghasilkan bongkahan awal seperti
kotak.
dengan waktu tunda singkat antar baris. Bidang bebas yang dimiliki oleh sistem
lemparan ke sudut bidang bebas. Bidang bebas yang dimiliki pada sistem
penyalaan ini sebanyak dua buah. Berdasarkan urutan waktu peledakan, maka
a. Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan secara
dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris yang lain.
Dengan memahami sejumlah rumus baik yang diberikan oleh para ahli
mendapatkan geometri peledakan yang tepat pada suatu lokasi perlu dilakukan
karena berbagai rumus yang diperkenalkan oleh para ahli tersebut merupakan
rumus empiris yang berdasarkan pendekatan suatu model. Seperti yang terdapat
Keterangan :
B T B = Burden
S = Spasi
T = Steming
L Pc = Kolom Isian
P = Primer
Pc H J = Subdrilling
H = Kedalaman Lubang Bor
L = Tinggi Jenjang
J P
Burden dapat didefinisikan sebagai jarak tegak lurus dari lubang tembak
(kolom isian bahan peledak) terhadap bidang bebas (free face) yang terdekat
sangat penting dan krisis dalam rancangan peledakan. Dengan jenis peledakan
yang dipakai dan menghadapi batuan yang akan dibongkar, burden memiliki jarak
2. Spacing (S)
terangkai dalam satu baris (row), diukur sejajar dengan jenjang (pit wall) dan
tegak lurus burden. Spacing merupakan fungsi dari burden dan dihitung setelah
Menurut Supervisory (1996) jika ukuran spacing lebih kecil dari burden
maka cenderung mengakibatkan stemming ejection lebih dini, gas hasil ledakan
disemburkan ke udara bebas (atmosfer) bersamaan dengan noise dan air blast.
3. Stemming (T)
Stemming adalah bagian lubang tembak yang tidak diisi bahan peledak
tetapi diisi oleh material pemampat seperti pasir, cutting hasil pemboran dan tanah
liat. Menurut Supervisory (1996) stemming berfungsi untuk mengurung gas yang
terbentuk akibat reaksi detonasi bahan peledak didalam lubang tembak dan untuk
ledak, material dan panjang stemming yang tepat diperlukan untuk membuat
4. Subdrilling (J)
lubang tembak dibawah rencana lantai jenjang. Pengeboran lubang tembak sampai
batas bawah dari lantai bertujuan agar seluruh permukaan jenjang bisa secara full
face setelah dilakukan peledakan, jadi untuk menghindari agar pada lantai jenjang
dari dimensi tinggi isian vahan peledak, stemming dan subdrilling. Jika arah
dari tinggi jenjang dan subdrilling. Lubang ledak tidak hanya vertikal, tetapi dapat
Kemiringan lubang ledak akan memberikan hasil berbeda, baik dilihat dari
B α B
T T
B
H H
L
L PC
PC
J J
dipengaruhi oleh kemampuan alat bor dan ukuran mangkok (bucket) serta tinggi
sampai runtuh, baik karena daya dukungnya lemah atau akibat getaran peledakan.
memerlukan diameter lubang yang kecil, sementara untuk diameter lubang besar
7. Jenjang
Kondisi batuan dari suatu tempat ketempat lain akan berbeda walaupun
mungkin jenisnya sama. Hal ini disebabkan oleh proses genesa batuan yang akan
yang relative kompak dan tanpa didominasi struktur geologi. Jumlah bahan
peledak yang diperlukan lebih banyak untuk jumlah produksi tertentu disbanding
Volume peledakan dan penentuan nilai powder factor (PF). Untuk mencari
Loading density adalah jumlah pemakaian bahan peledak dalam satu meter.
Satuan yang digunakan adalah kg/meter. Loading density dicari untuk mengetahui
berapa jumlah bahan peledak yang digunakan dalam satu lubang tembak.
Powder column / primary charge adalah panjang lubang isian pada lubang
Q = PC × de × n (2.1)
4. Volume peledakan
V = B × S × (H – J) × n (2.2)
c) Perbandingan berat penggunaan bahan peledak dengan tonase batuan yang akan
diledakkan (kg/ton).
d) Perbandingan tonase batuan yang akan diledakkan dengan berat bahan peledak
pemboran dan peledakan secara umum. Ukuran lubang bor yang lebih kecil akan
yang direncanakan. Makin besar diameter lubang akan diperoleh laju produksi
yang besar pula dengan persyaratan alat bor dan kondisi batuan yang sama.
b) Isian bahan peledak utama harus dikurangi atau labih kecil dari perhitungan
L
dari 60. Oleh sebab itu, upayakan hasil perbandingan tersebut melebihi 60 atau
d
60.
biaya secondary blasting untuk mengecilkan ukuran yang dapat ditangani secara
ekonomi, aman dan efisien dengan alat muat angkut. Produksi yang hilang dari
material bawah ukuran atau halus tidak dapat dimanfaatkan yang merupakan
indikasi dari peledakan yang sia-sia, reduksi ukuran dapat dicapai dengan
dari peledakan)
1. ShotPlus
pola peledakan untuk hasil yang optimal, dan memaksimalkan efisiensi proses
desain peledakan.
1. Pengertian Biaya
diukur dengan uang, baik yang telah, sedang maupun yang akan dikeluarkan
suatu produk baik barang maupun jasa merupakan salah satu unsur terpenting
dari banyak komponen biaya yang merupakan akibat dari masing-masing tahap
teknis sistem penambangan, jenis dan jumlah alat yang digunakan. Pada tambang
b. Biaya stripping of over burden adalah biaya yang digunakan untuk mengupas
Yang dihitung dalam biaya operasional pengeboran seperti bahan bakar, oli,
pada jenis dan ukuran mesin, kegunaan peralatan dan efisiensi pengoperasian.
Pemakaian bahan bakar per jam juga dipengaruhi oleh kondisi medan kerja
dimana alat tersebut akan dioperasikan. Makin berat kondisi medan kerja maka
Kebutuhan pelumas, grease dan filter juga berbeda untuk setiap alat.
Pemakaian untuk per jamnya juga dipengaruhi oleh kondisi medan kerja dimana
peralatan yang dimiliki selama alat tersebut digunakan. Biaya ini dicari
4) Upah operator
Upah operator per jam bervariasi sesuai dengan keadan wilayah dan negara.
Upah operator ini meliputi gaji, tunjangan hari tua, asuransi kesehatan, dan
Beberapa bagian mesin pada peralatan yang digunakan mungkin lebih cepat
haus dari pada yang lainnya, bagian-bagian tersebut tidak termasuk dalam
kategori perbaikan, namun berada dalam hal-hal lain seperti mata bor, batang bor,
3. Biaya Peledakan
aktivitas peledakan, mencakup biaya operasi peledakan, harga bahan peledak serta
sebagai berikut:
a. Biaya bahan peledak
Pada biaya bahan peledak perlu diketahui dahulu volume dari batuan yang
ledak x density. Untuk mencari jumlah biaya bahan peledak per tahun dapat
dipakai formula = jumlah biaya bahan peledak Rp per ton x jumlah lubang bor per
tahun. Menurut Diklat Teknik Pemberaian Batuan (2013), biaya bahan peledak ini
mencakup harga amonium nitrat, detonator, biaya pembelian fuel oil serta harga
1) Tenaga kasar
berkurangnya efisiensi biaya, dan tidak tercapainya target produksi yang telah
ini untuk burden 3,5 meter dan Spacing 4 meter, di lapangan ternyata masih
burden 3 meter dan Spacing 4,2 meter sehingga didapat fragmentasi batuan
didapatkan lebih baik dibandingkan dengan umlah boulder aktual yang masih
>5% . Dengan adanya perbaikan ini maka kegiatan produksi akan berjalan
subdrilling 0,75 m . Dimana terjadi over size karena hasil fragmentasi yang
dihasilkan 54,47 cm. Hal tersebut sangat mempengaruhi oleh perbedaaan yang
sangat besar antara kedalaman lubang tembak yang diterapkan sebesar 5,30
4. Jurnal Geomine Vol 03 Desember 2015, Afandi Ahmad, dkk “ Studi Pengaruh
5. Jurnal Skripsi, Hadi Alex Al dan Toha taufik, “Redesign Geometri Peledakan
Bukit Asam (Persero) Tbk”, UNSRI Palembang. Dari hasil penelitian jurnal
adalah Burden (B) = 4,6 meter Spacing (S) = 6,5 meter Stemming(T) = 3,68
meter Subdrilling( J) = 0 meter Bench High (H) = 7,5 meter Coloumn Charge
(Pc) = 3,52 meter Powder factor (PF) = 0,290 kg/m3. Dari perhitungan
yang berukurun lebih 100 cm, untuk geometri usulan pada batuan sandstone
dan untuk geometri peledakan usulan pada lapisan transisi ada penurunan dari
persen.
Peledakan Pada Tambang Batugamping Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen
geometri peledakan aktual untuk burden 3,2 m dan spasi 3,7 m, stemming 6
lubang 10 m, jumlah lubang ledak 46, volume peledakan sebesar 5.520 bcm
atau 14.352 ton/hari, powder faktor 0,7 kg/bcm. Fragmentasi batuan tertahan
UMI Makasar 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
geometri secara teoritis menurut (R.L. Ash, 1963) dan (C.J. Konya, 1995)
11,5 m untuk bahan peledak ANFO, sedangkan untuk bahan peledak emulsi
burden 9 m, spasi 10 m, stemming 5,5 m, subdrilling 0,5 m, dan kedalaman
lapangan akan menghasilkan ukuran fragmentasi yang lebih besar dari 1 meter
rata-rata 14,5 % untuk peledakan yang pada daerah high wall, sedangkan
untuk daerah low wall akan menghasilkan fragmentasi yang lebih dari 1 meter
8. Jurnal HIMASAPTA, Vol 1, No.2, Agustus 2016: 31-34, Saismana Uyu, dkk,
sesuai dengan lebar bukaan feeder crusher (80 cm) dan nilai Powder Factor ≤
0,14 kg/ton. Semakin besar nilai powder factor yang digunakan maka akan
8,94 m, menghasilkan powder factor 0,16 kg/ton, dengan total cost peledakan
menghasilkan powder factor 0,16 kg/ton, dengan total cost peledakan Rp.
327,029.92/lubang.
9. Jurnal Geomine, Vol 03, Desember 2015, Fauzy Muhammad, dkk, “ Analisis
produksi dari suatu kegiatan peledakan tidak saja ditinjau dari aspek teknis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar biaya peledakan pada
dari data harga peralatan dan perlengkapan peledakan dan data harga bahan
yaitu sebesar Rp. 507.389.850 dengan jumlah lubang ledak sebanyak 2.011
lubang dan jumlah batuan yang terbongkar yaitu 275.447 ton. Rata-rata biaya
yang diterapkan perusahaan yaitu 12.000 ton, tetapi dari hasil perhitungan
1. Input, yaitu proses pengumpulan data, baik data dari lapangan maupun data
dari perusahaan.
Pengumpulan data dalam penelitin ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Yang mana data primer dalam penelitian ini adalah data geometri
peledakan. Data sekunder terdiri dari data gaji operator, data biaya bahan peledak,
perbandingan yaitu geometri aktual dan menggunakan rumus RL Ash, dan yang
terakhir menghitung biaya pengeboran dan peledakan batukapur per bulan. Hasil
yang diperoleh dari penelitian ini adalah desain pengeboran serta peledakan
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,
variabel dan data yang diperlukan, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat terapan
(applied research), yaitu penelitian yang hati-hati, sistematik dan terus menerus
terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk
Hasil dari penelitian yang dilakukan tidak perlu sebagai suatu penemuan
baru, akan tetapi merupakan aplikasi yang baru dari penelitian yang telah ada.
oleh PT. Bakapindo yang terletak di Jorong Durian Nagari Kamang Mudiak,
Waktu yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu
fragmentasi batuan dan perhitungan biaya pengeboran serta peledakan per bulan.
lubang ledak, panjang isian, stemming, dan subdrilling) dan data waktu kerja
pengeboran serta peledakan. Sedangkan data sekunder yaitu data yang didapatkan
dari perusahaan terdiri dari data gaji operator, data harga bahan peledak, dan data
yang sudah ditetapkan. Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
PT. Bakapindo.
a. Volume Peledakan
V=BxSxL (3.1)
a) Burden
Keterangan:
𝑆𝐺 . 𝑉𝑒 2
AF2 = (𝑆𝐺 𝑠𝑡𝑑 . 𝑉𝑒 𝑠𝑡𝑑 2
)1/3
KB ×De
B = (3.4)
39,30
b) Spacing
S = KS × B (3.5)
c) Stemming
d) Subdrilling
J = KJ × B (3.7)
berikut:
H = KH × B (3.8)
f) Tinggi jenjang
L =H - J (3.9)
Untuk mencari isian bahan peledak dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
PC = H×T (3.10)
0.8
Vo
19 / 30
115
X = A’ Q1/6 (3.11)
q E
Keterangan:
X = ukuran rata-rata fragmentasi (cm)
A’ = Faktor Batuan
1 : Lunak
7 : Agak Lunak
10 : Keras dengan banyak rekahan
13 : Keras dengan sedikit rekahan
V = Volume batuan (B×S×(H-J))
Q = Massa bahan peledak
E = RWS bahan peledak, ANFO=100, TNT= 15
3. Menghitung biaya yang dikeluarkan untuk pengeboran serta peledakan
batukapur
Biaya BBM (Fuel)= Keb.Bhn. Bakar per Jam x Harga Bhn.Bakar per Liter
b) Perbaikan (Reparasi)
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
Perlengkapan peledakan = 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka
biaya yang dikeluarkan untuk pengeboran serta peledakan batukapur per bulan.
Identifikasi Masalah:
1. Masih banyak terjadi masalah pada saat peledakan
2. Fragmentasi hasil ledakan yang dihasilkan belum mencapai target
yang diinginkan perusahaan yaitu 30-40 cm, sehingga perlu di breaker
ulang
3. Geometri peledakan di lapangan belum di ukur dengan pasti sehingga
hasil ledakan tidak optimal.
4. Belum adanya rincian biaya peralatan, biaya perlengkapan, dan upah
tenaga kerja.
5. Produktifitas mesin bor yang tidak optimal disebabkan areal pengeboran
tidak rata sehingga memperlambat waktu edar.
Tujuan Penelitian:
1. Menganalisis desain pengeboran dan peledakan batukapur di
PT.Bakapindo
2. Menentukan cara untuk mencapai fragmentasi hasil ledakan
yang optimal
3. Menghitung berapa biaya yang dikeluarkan untuk pengeboran
dan peledakan batukapur di PT. Bakapindo
Pengumpulan Data
A
A
PENGOLAHAN DATA
Software ShotPlus untuk desain pengeboran dan peledakan,
METODE R.L. ASH dan Kusnetsov (1973)
Gambar 3.1 Diagram MenghitungAlir
: Penelitian
a. Geometri Peledakan
b. Fragmentasi Batuan
c. Biaya Pengeboran serta Peledakan
Dalam bab ini berisikan data-data yang diperlukan dalam penelitian Kajian
berupa pengamatan data geometri peledakan dan data waktu kerja pengeboran
serta peledakan.
Tabel 4.1
Geometri Peledakan Aktual
Total D
No Tanggal B (m) S (m) J (m) H(m) L (m) T (m) PC(m)
Lbg (inch)
1 16/10/2017 20 3 2,5 2 0 6 6 1,73 4,27
2 17/10/2017 16 3 2,5 3 0 6 6 1,73 4,27
3 19/10/2017 21 3 2,5 3 0 6 6 1,73 4,27
4 20/10/2017 16 3 2 3 0 6 6 1,73 4,27
5 22/10/2017 25 3 2,5 3 0 6 6 1,73 4,27
6 24/10/2017 20 3 2,5 3 0 6 6 1,73 4,27
7 25/10/2017 21 3 3,5 3 0 6 6 1,73 4,27
8 27/10/2017 27 3 3 3 0 6 6 1,73 4,27
Total 166 24 21 23 0 48 48 13,84 43,16
Rata-rata 20 3 2,6 2,9 0 6 6 1,73 4,27
peledakan aktual dengan burden 2,6 m, spacing 2,9 m dan kedalaman lubang
ledak 6 m didapat powder factor 0,42 kg/m3. Geometri peledakan aktual ini
2,3 ton/m3. Dari geometri aktual ini diperoleh rata-rata fragmentasi peledakan
Tabel 4.2
Jadwal Kerja Alat Bor Furukawa PC 200
Lama Kerja
No Kegiatan Waktu Kerja
(menit)
1 Masuk Kerja 08.00
2 Berangkat ke pos kerja 08.00 - 08.15 15
3 Persiapan kerja 08.15 - 08.20 5
4 Berangkat ke lokasi penambangan 08.20 - 08.25 5
5 Cek alat dan pemanasan mesin 08.25 – 08.35 10
6 Pengeboran pertama 08.35 – 12.00 205
7 Istirahat 12.00 – 12.30 30
8 Pengeboran kedua 12.30 – 15.45 195
9 Istirahat 15.45 – 16.00 15
10 Pengeboran Ketiga 16.00 - 17.45 105
11 Persiapan Pulang 17.45 – 18.00 15
JUMLAH 600
Tabel 4.3
Jadwal Kerja Crew Peledakan
Lama Kerja
No Kegiatan Waktu Kerja
(menit)
1 Masuk Kerja 08.00
2 Berangkat ke pos kerja 08.00 - 08.15 15
3 Persiapan kerja (Pengambilan Handak) 08.15 - 08.30 15
4 Berangkat ke lokasi penambangan 08.30 - 08.45 15
5 Pengisian Handak 08.45 – 12.00 195
7 Istirahat 12.00 – 12.30 30
8 Melanjutkan Pengisian Handak 12.30 – 14.30 120
9 Merangkai Peledakan 14.30 – 15.00 30
10 Peledakan 15.00 – 15.15 15
11 Persiapan Pulang 16.00 – 16.30 30
JUMLAH 465
4.1.2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah ada pada PT. Bakapindo untuk
Desain pola peledakan yang di terapkan pada PT. Bakapindo adalah desain
lubang ledak baris perbaris (row by row) dengan diameter lubang ledak 3 inchi,
gambaran tentang arah lemparan, burden relief, dan nilai rangkaian dapat lihat
pada lampiran IV .
Gambar 4.1 Desain Lubang Ledak Row By Row
meter, spasi 2,9 meter, subdrilling 0, kedalaman lubang ledak 6 meter , panjang
isian 4,27 meter, stemming 1,73 meter, dan volume peledakan perlubang 45,37
Tabel 4.4
Geometri Peledakan Aktual
Total D V
No Tanggal B (m) S (m) J (m) H(m) L (m) T (m) PC(m)
Lbg (inch) (Bcm)
1 16/10/2017 20 3 2,5 2 0 6 6 1,73 4,27 30
2 17/10/2017 16 3 2,5 3 0 6 6 1,73 4,27 45
3 19/10/2017 21 3 2,5 3 0 6 6 1,73 4,27 45
4 20/10/2017 16 3 2 3 0 6 6 1,73 4,27 36
5 22/10/2017 25 3 2,5 3 0 6 6 1,73 4,27 45
6 24/10/2017 20 3 2,5 3 0 6 6 1,73 4,27 45
7 25/10/2017 21 3 3,5 3 0 6 6 1,73 4,27 63
8 27/10/2017 27 3 3 3 0 6 6 1,73 4,27 54
Total 166 24 21 23 0 48 48 13,84 43,16 363
Rata-rata 20 3 2,6 2,9 0 6 6 1,73 4,27 45,37
4.2.3. Fragmentasi Peledakan Aktual
didapatkan persentase batuan hasil peledakan dengan ukuran yang diharapkan saat
ini rata-rata sebesar 71,45 % (berukuran ≥ 40 cm). Hal ini berarti sebanyak 28,55
Tabel 4.5
Perkiraan Ukuran Batuan Berdasarkan Perhitungan Aktual
1 10 19,88 80,12
2 20 40,96 59,04
3 30 58,31 41,69
4 40 71,45 28,55
5 50 80,98 19,02
6 60 87,52 12,48
bawah ini.
1. Biaya operasional alat bor (harga solar, pelumas, grease, biaya reparasi dan
upah operator). Terlihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Biaya Operasional Alat Bor
Tabel 4.7
Biaya Operasional Peledakan Aktual
Untuk total biaya operasional pengeboran dan operasional peledakan per bulan
fragmentasi peledakan yang optimum dan sesuai kebutuhan crusher, maka akan
Tabel 4.10
Perbandingan Antara Geometri Aktual dengan Geometri RL Ash (1962)
peledakan dengan ukuran yang diharapkan saat ini rata-rata sebesar 80,67 %
(berukuran ≥ 40 cm). Hal ini berarti sebanyak 19,63 % material batuan masih
2 20 45,2 54,80
3 30 66,14 33,86
4 40 80,67 19,33
5 50 89,63 10,37
6 60 94,81 5,19
1. Biaya operasional alat bor (harga solar, pelumas, grease, biaya reparasi dan
upah operator). Terlihat pada tabel 4.12
Tabel 4.12
Biaya Operasional Alat Bor
peledakan Menurut Persamaan RL Ash per bulan dapat dilihat dalam tabel 4.14
dibawah ini
Tabel 4.14
Total Biaya Operasional Pengeboran dan Operasional Peledakan Menurut
Persamaan RL Ash Per Bulan
Produksi batukapur hasil peledakan sangat dipengaruhi oleh cycle time alat
bor, efisiensi kerja alat dan geometri peledakan. Produksi batukapur yang
Alat bor yang beroperasi adalah Furukawa PC 200, untuk mengetahui hasil
produksi alat bor yang perlu diketahui terlebih dahulu yaitu cycle time dari alat
bor. Adapun cycle time rata-rata dari alat bor Furukawa PC 200 adalah 72,4395
detik. Salah satu parameter yang menentukan untuk melakukan desain waktu
tersebut. Dari hal tersebut dapat diketahui bagaimana keadaan perusahaan saat ini.
pada PT. Bakapindo, dan kemudian dilanjutkan desain pola pengeboran dan
peledakan dengan software shotplus. Pola lubang ledak yang digunakan Row By
Row dan pola peledakan seri-paralel dengan 4-5 row yang bisa diterapkan di PT.
Bakapindo.
disamping itu juga bisa mengetahui hasil peledakan sebelum kegiatan peledakan
dengan diameter lubang ledak, dimana dengan diameter yang berbeda maka akan
tingkat laju produksi dari perusahaan. Dan dapat disimpulkan bahwa dengan
lebih sedikit.
peledakan selalu terjadi batuan terbang (fly rock) ke arah vertikal. Penyebabnya
adalah stemming yang terlalu pendek yaitu sebesar 1,73 meter, nilai Kt (T/B) =
persamaan RL Ash salah satu penyebab terjadinya fly rock adalah tidak cukupnya
aktual air blast yang dihasilkan cukup besar secara fisik menyakitkan telinga. Hal
ini dikarenakan ukuran stemming terlalu pendek sehingga suara ledakan ke luar
terjadinya air blast ialah ukuran stemming yang terlalu pendek sehingga suara
(boulder) hal ini mempengaruhi semua bidang operasi sebuah tambang terutama
fragmentasi yang lebih baik yaitu fragmentasi batuan hasil geometri peledakan
Biaya pengeboran terdiri dari biaya kepemilikan alat dan biaya operasional.
Biaya operasional adalah penjualan dari biaya bahan bakar, pelumas, perbaikan,
tenaga kerja. Bahan peledak utama yang digunakan adalah ANFO. Jumlah lubang
ledak yang dihasilkan sebanyak 166 lubang per bulan dengan menghasilkan
dan perlengkapan peledakan pada tiap lubang adalah power gell 83 batang,
ammonium nitrat 2.573 kg, detonator 166 batang ditambah upah tenaga kerja
meliputi upah juru ledak dan crew peledakan, dengan total biaya peledakan Rp.
66.970.150,- /bulan. Jadi total biaya pengeboran dan peledakan aktual yang
Biaya pengeboran terdiri dari biaya kepemilikan alat dan biaya operasional.
Biaya operasional adalah penjualan dari biaya bahan bakar, pelumas, perbaikan,
Biaya peledakan ini meliputi biaya bahan peledak, perlengkapan serta upah
tenaga kerja. Bahan peledak utama yang di gunakan adalah ANFO. Jumlah lubang
ledak yang dihasilkan sebanyak 166 lubang per bulan dengan menghasilkan
volume peledakan usulan sebesar 672 Bcm/hari. Kebutuhan bahan peledak dan
ammonium nitrat 2.410 kg, detonator 166 batang ditambah upah tenaga kerja
meliputi upah juru ledak dan crew peledakan dengan total biaya peledakan adalah
Rp. 64.163.920,- /bulan. Jadi total biaya pengeboran dan peledakan aktual yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. PT. Bakapindo menerapkan pola lubang ledak Row By Row dan pola
1. Diperlukan pengawasan khusus terhadap jam kerja alat bor dan perawatan
Herdy Adi Saputra, dkk, “Analisis Pengaruh Powder Factor Terhadap Hasil
UNSRI Palembang.
2015.
2016.
Gambar LD.1
e. Untuk membuat project baru, Pilih File Pilih New
f. Maka akan keluar Kotak dialog seperti berikut ini:
Gambar LD.2
a. Untuk Bagian Title silahkan isikan dengan judul roject yag kita
inginkan, namun pada umumnya diisi dengan tanggal proses
perencanaan peledakan seperti “29122014” untuk peledakan yang
direncanakan pada tanggal 29 Desember 2014
b. Untuk Desainer diisi dengan nama pembuat desain peledakan tersebut
c. Untuk Mine diisi dengan nama perusahaan tempat peledakan
dilakukan
d. Untuk Location diisi dengan nama Front kerja yang akan
diledakkanSebagai contoh:
Gambar LD.3
g. Lalu tekan ok, maka akan diperoleh Halaman kerja sebagai berikut:
Gambar LD.4
h. Pada bagian kiri ada tool yang dapat digunakan untuk membuat desain
peledakan sebagi berikut:
Gambar LD.5
i. Buatlah desain yang kita inginkan pada desain window dengan
memanfaatkan tool-tool yang ada, seperti menggunakan tool Pattern
tool, maka akan keluar kotak dialog sebagai berikut:
Gambar LD.6
a. Tentukan jumlah row dan hole pada bagian yang disediakan
b. Isi kedalaman lubang tembak pada kotak isian Lenght (m)
c. Tentukan besarnya nilai spacing dan burden
j. Gambar desainnya pada desain window,Contoh tampilan:
Gambar LD. 7
Untuk Jumlah Row 4, Jumlah Hole 9, Spacing 5 m dan Burden 4 m
Gambar LD. 9
o. Klik Kanan pada salah satunya Lalu klik select product, maka akan
keluar kotak dialog sebagi berikut:
Gambar LD. 10
p. Pilih Signal Tube, dan pilih delay yang diinginkan pada bagian Delay (
dibawah )
q. Jika delay yang di inginkan tidak ada, pilih “User defined delay” dan
ketik waktu delay yang kita inginkan, lalu tekan OK. Maka akan
menghasilkan tampilan sebagai berikut:
Gambar LD. 11
r. Pilih Salah satu delay, dari delay yang ada dan hubungkan dengan
lubang-lubang yang kita inginkan. Contoh Tampilan:
Gambar LD. 12
s. Untuk Melihat Perbedaan waktu maka klik Calculation pada menu Bar
lalu klik “Time Envelope “ maka akan meghasilkan Tampilan
sebagai berikut:
Gambar LD. 13
t. Untuk Melihat Arah Lemparan maka klik Calculation pada Menu bar
Lalu Klik “First Movement”, maka akan meghasilkan tampilan
sebagai berikut:
Gambar LD. 14
u. Utuk Melihat Burden Relief, maka klik Calculation Lalu Klik “
Burden Relief”, maka akan dihasilkan tampilan sebagai berikut:
Gambar LD. 15
v. Untuk melihat angle of inisiasi Klik Calculation lalu klik “Angle of
Initiation”, maka akan ditampilkan sebagai berikut:
Gambar LD. 16
w. Untuk pola-pola yang lain akan ditemukan berbagai variasi dalam hal
arah lemparan, angle of inisiasi, first moement, dll.
x. Jadi keberhasilan simulasi peledakan dengan shotplus v 4.88 dan
keseuaian dilapangan apbila kondisi atau posisi lubang dilapangan
sama dengan desain yang kita buat pada shotplus.
LAMPIRAN XI
SPESIFIKASI ALAT BOR
y.
Lampiran XIV
Gambar AN
B. Dayagel
Diameter : 30 mm
Panjang : 200 mm
Gambar Primer
LAMPIRAN VI
Perhitungan Geometri Aktual dan Geometri Menurut Persamaan RL Ash
1. Geometri Aktual
Subdrilling (J) =0
a. Volume Peledakan
V=BxSxL
= 45,24 Bcm
= 904,8 Bcm
Keterangan:
= 3, 63 kg/m
E = de x Pc
Keterangan:
= 3,63kg/m x 4,27 m
15,42
= 𝑥 94,5%
100
= 14,57 Kg/lubang
15,42
= 𝑥 5,5%
100
= 0,8 Kg
BeratFO
=
BJFO
0,8
= 0,8
Setiap Lubang
5) Power Gell
= 4 kg
6) Powder Faktor
dihasilkan
15,42kg + 4kg
𝑃𝐹 =
45,24 m3
= 0,42 kg/m3
2. Fragmentasi Batuan Aktual
bucket excavator dan kapasitas angkut dump truck dalam pekerjaan loading
𝑉 0,8 𝐸 −0,63
X = Ao × × Q0,17 ×
𝑄 115
Keterangan:
= 28,93 cm
digunakan rumus index keseragaman (n) dan karakteristik ukuran (Xc), dengan
𝐵 1+𝑆/𝐵 0,5 𝑊 𝑃𝐶
n = 2,2 − 14 × × 1− ×
𝐷𝑒 2 𝐵 𝐿
= 1,25
Perhitungan nilai karakteristik ukuran (Xc) menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝑋
Xc = 1
(0,693) 𝑛
28,93 cm
= 1
(0,693) 1,25
= 33,39 cm
Keterangan:
= 80,12 %
= 59,04 %
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui tingkat fragmentasi batuan
= 41,69 %
= 28,55 %
= 19,02 %
= 12,48 %
a. Burden
Keterangan:
Maka:
= (160
149
) 1/3
= 30,68
𝑆𝐺 . 𝑉𝑒 2
AF2 = ( 𝑆𝐺 𝑠𝑡𝑑 . 𝑉𝑒 𝑠𝑡𝑑 2
) 1/3
Keterangan:
= ( 0,81,2. 117,15
. 144
)1/3
= 0,817
= 30 × 30,68 × 0,817
= 751,96
𝐾𝑏 × 𝐷𝑒
Burden (B) = 12
751,96 ×3
= 12
= 187,99 ft ≈ 2 meter
b. Spacing (S)
S = Ks × B
Harga nisbah spacing (Ks) berkisar antara 1,0 – 2,0 untuk penentuan nilai
Tabel 4.9
Perhitungan Spasing
c. Stemming (T)
T = Kt × B
Harga nisbah stemming (Kt) adalah berkisar antara 0,7 – 1. Nilai Kt yang
dipakai adalah 1 sesuai dengan yang direkomendasikan karena nilai ini sudah
cukup untuk mengontrol air blast dan fly rock yang terjadi masih dalam batas
normal.
T=1×2
=2m
d. Subdrilling (J)
J = Kj × B
Harga nisbah subdrilling (Kj) berkisar antara 0,2 – 0,4. Nilai yang
J = 0,2 × 2 m
= 0,4 m
H = Kh × B
Harga nisbah adalah berkisar 1,5 – 4,0. Nilai (Kh) yang dipakai adalah 3
L=3×2m
= 6m
L=H–J
= 6 m – 0,4 m
= 5,6 m
PC = H - T
=6–2m
=4m
1. Volume Peledakan
V=B×S×L
= 2 m × 3 m × 5,6 m
= 33,6 Bcm
V = B × S × L × Jumlah Lubang
= 3, 63 kg/m
E = de × Pc
= 3,63 kg/m × 4 m
peledakan)
14,52
= 𝑥 94,5
100
= 13,72 Kg
14,52
= 𝑥 5,5
100
= 0,7 Kg
BeratFO
= BJFO
0,7
= 0,8
e. Power Gell
= 4 kg
dihasilkan.
290,4 kg + 4 𝑘𝑔
= 672 𝑚3
= 0,43 kg/m3
= 22,4 cm
Untuk mengetahui besarnya persentase bongkah pada hasil peledakan
𝐵 1+𝑆/𝐵 0,5 𝑊 𝑃𝐶
n = 2,2 − 14 × × 1− ×
𝐷𝑒 2 𝐵 𝐿
2 1+1,5 0,5 0 4
= 2,2 − 14 × × 1− ×
76 2 2 5,6
= 1,45
berikut :
𝑋
Xc = 1
(0,693) 𝑛
22,4 𝑐𝑚
= 1
(0,693) 1,45
= 28,74 cm
= 80,24 %
= 54,80 %
= 33,86 %
= 19,33 %
= 10,37 %
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui tingkat fragmentasi batuan
= 5,19 %
Dengan Hormat,
Dalam rangka memenuhi tugas akhir saya pada Sekolah Tinggi Teknologi
kerendahan hati saya sangat menghargai tanggapan bapak/ Ibu terhadap beberapa
pertanyaan yang tersedia dalam wawancara ini mengenai “Kajian Teknis dan
bantuan dan kesedian Bapak/ Ibu yang telah meluangkan waktunya dalam
Hormat Saya
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : Ardinal
2. Pendidikan Terakhir :
5. Umur : 40 tahun
No DAFTAR PERTANYAAN
Jawaban: 30-40cm
Jawaban: Rp 38.700,-
4.000.000,-
14. Apa jenis detonatornya?
Responden
LEMBARAN KONSULTASI
Nama : Debby Taufia Shales
NPM : 1310024427023
Program Studi : TeknikPertambangan
Judul Penelitian : Kajian Teknis dan Perhitungan Biaya Kegiatan Pengeboran
serta Peledakan Batukapur di PT. Bakapindo Jorong Durian
Kenagarian Kamang Mudiak Kecamatan Kamang Magek
Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat
2. 18 Juli 2017
Pembimbing II
NPM : 1310024427023
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul :
Barat”
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari
Skripsi orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan
gelar kesarjanaanya).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Pembuat Pernyataan,
NPM:1310024427023
BIODATA WISUDAWATI
No. Urut : 15
Nama : Debby Taufia Shales
Jenis Kelamin : Perempuan
BIODAT
Tempat/ Tanggal Lahir : Batusangkar, 04 Maret 1994
A
NPM : 1310024427023 WISUD
AWATI
Program Studi : Teknik Pertambangan
Tanggal Lulus : 04 Desember 2017
IPK : 3,44
Predikat Lulus : Sangat Memuaskan
1. Dian Hadiyansyah, MT
Dosen Pembimbing :
2. Dr. Murad, MS, MT
Asal SMA : SMAN 1 SUNGAI TARAB
Nama Ortu : Taufik Hidayat
Jl. Adinegoro Rt II/ Rw 02 Lubuk
Alamat/ Tlp / Hp : Buaya, Kota Padang
082390319277
Email : debbytaufia@gmail.com