TUGAS AKHIR
Oleh :
TUGAS AKHIR
Oleh :
ABSTRAK
Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. Bakapindo dilakukan
dengan sistem tambang terbuka dengan metode quary. Dalam pembongkaran
batuan kapur dengan menggunakan metoda ripping-dozzing tidaklah efektif dan
ekonomis kerena membutuhkan waktu yang lama, karena yang akan dibongkar
merupakan material yang cukup keras. Oleh karena itu kegiatan dilakukan dengan
metoda pemboran dan peledakan (drilling and blasting). Berdasarkan hasil
penemuan penulis di lapangan, masih banyak fragmentasi hasil peledakan yang
berukuran ≥ 60 cm (boulder) sekitar 11,79% hasil peledakan yang perlu
penanganan lebih lanjut, sehingga perlu dilakukan perhitungan geometri
peledakan dengan menggunakan beberapa metode, agar didapatkan geometri
peledakan yang tepat dan fragmentasi yang di hendaki. Berdasarkan hasil analisa
geometri peledakan mengunakan metode R. L. Ash sebesar 0,43 kg/m3
fragmentasi sebesar 0,02% dan CJ. Konya sebesar 0,61 kg/m3 fragmentasi
sebesar 5,36%. Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan kedua metode diatas,
geometri peledakan yang tepat digunakan adalah hasil analisa metode R.L. Ash
burden yang berkisar 2 m, spacing berkisar 3 m, dengan kedalaman lubang
tembak sebesar 6 m dimana lubang tersebut memiliki subdriling sebesar 0,4 m,
stemming 2 m, panjang muatan bahan peledak 4 m, dan tinggi jejang 5,6 m,
diameter 3 icnh.
ABSTRACT
Mining activities conducted by PT. Bakapindo performed with a system of
open mining quarry method. In the Cretaceous rocks of the demolition by using
method of ripping-dozzing is not effective and economical because it takes a long
time, because that would be dismantled is a material that is hard enough.
Therefore the activities done by the method of drilling and blasting (drilling and
blasting). Based on the results of the author's invention in the field, there are still
a lot of fragmentation results blasting size ≥ 60 cm (boulder) around 25.21% yield
detonation that need further handling, so that needs to be done the calculation of
geometry with blasting using several methods, so that it brings just the right
geometry blasting and fragmentation that are in should. Based on the results of
the analysis of the geometry of the explosion using the method of r. l. Ash of 0.43
kg/m3 the fragmentation of 0,02% and CJ. Konya of 0.61 kg/m3 the fragmentation
of 5,36%. Based on a comparison of the results of the calculations of the two
methods above, the geometry of the right use of blasting are the results of the
analysis method of R.L. Ash burden that range 2 m, spacing ranges from 3 m, with
a depth of hole 6 m where the hole have subdriling of 0.4 m, 2 m, stemming length
4 m explosives charges, and high ladder 5.6 m, diameter 3 icnh.
Keywords: geometry of the blasting, the result of the fragmentation, the value of
the powder factor, SHOTPlus-i.
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
pencipta seluruh alam semesta yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini yang
berjudul “Evaluasi geometri peledakan pada lokasi penambangan batu gamping
PT. Bakapindo di nagari kamang mudiak kabupaten agam sumatera barat” yang
dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Studi Teknik
Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Penulis tentunya sadar bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan dan masih sangat jauh seperti apa yang
diharapkan, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga nantinya dalam penyusunan laporan dapat menjadi lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
skripsi ini.
pembimbing lapangan.
5. Seluruh Staf pengajar/dosen mata kuliah dalam lingkup jurusan teknik
Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Tabel 2.4. Potensi Yang Terjadi Akibat Variasi Stifness Ratio ....................... 23
Tabel 4.5 Perkiraan ukuran batuan berdasar perhitungan CJ. Konya ............. 94
Tabel 4.6 Perbandingan antara geologi aktual dengan geometri usulan ......... 96
Lampiran F. Metode R.L Ash dengan mengunakan softwere SHOTPlus-i .... 113
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang baik itu dalam
bidang industri maupun pertanian, dan kebutuhan dengan bahan baku batu kapur
dan dolomite untuk industri pertanian dan industri menunjukan peningkatan yang
Indonesia sangat besar dan hampir tersebar merata diseluruh kepulauan Indonesia.
dalam bidang penambangan batu kapur dan dolomite yang berlokasi di jorong
Perusahan ini berdiri pada tanggal 5 Oktober 1981 yang pada saat itu bernama
CV. Bukit Raya dan pada pada tahun 1995 berganti nama PT. Bakapindo sampai
dengan sekarang. Luas area yang dikuasai oleh PT. Bakapindo 60 Ha, dan 15 Ha
ekonomis kerena membutuhkan waktu yang lama, karena yang akan dibongkar
merupakan material yang cukup keras. Oleh karena itu kegiatan dilakukan dengan
(flyrock) merupakan dua hal mendasar dari kegiatan peledakan yang harus
pada areal tambang adalah tercapainya fragmentasi batuan hasil peledakan yang
hasil peledakan yang dibutuhkan harus sesuai dengan alat muat dan alat angkut
hasil peledakan yang perlu penanganan lebih lanjut, hal ini menghambat
produktivitas alat muat kerena harus memisahkan batuan tersebut dan harus
berkurang kemudian pelemparan batuan dilapangan masih sangat tinggi (fly rock)
atas, maka dalam penulisan tugas akhir ini akan membahas dan meneliti tentang
perusahaan.
1. Bagi Perusahaan
perusahaan.
2. Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
CV. Bukit Raya didirikan pada tanggal 5 oktober 1981 berdasarkan Akta
No. 9 oleh Notaris Achtar Iljas, SH di Kota Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat,
berlokasi di Jorong Durian Nagari Kamang Mudiak, Agam, Sumatra Barat. Luas
areal Bukit Batu Kapur yang dikuasai saat ini adalah 60 Ha, dan 15 Ha
diantaranya telah mendapat Surat Izin Usaha Pertambangan Daerah (SIPD) dari
303.545/10/DTB- 92 tanggal 19 Mei 1992. Pada tahun 1995 nama CV. Bukit
Raya diganti dengan nama PT. Bakapindo yang dipakai hingga saat ini.
Pada saat ini sumber daya PT. Bakapindo menguasai lahan tambang batu
kapur (CaCO3) kurang lebih 9,6 Ha yang berada di Jorong Durian, Kenagarian
baku batu kapur (CaCO3) PT. Bakapindo saat ini sebesar 12 juta m3 dan deposit
bahan baku dolomit 18 juta m3. Batu kapur PT. Bakapindo memiliki kadar CaCO3
> 97% dan CaO > 50%. Batu kapur PT. Bakapindo memiliki kadar MgO >18%.
sejak tahun 1981, dimana pada saat itu proses pekerjaan penambangan dikerjakan
secara langsung oleh PT. Bakapindo. Produk-produk PT. Bakapindo sampai saat
ini telah digunakan oleh berbagai macam konsumen baik perorangan maupun
koperasi dengan skala kecil sampai besar. Konsumen PT. Bakapindo terutama
berasal dari wilayah Sumatera antara lain Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara,
hari tanpa hujan, artinya hujan jatuh sepanjang tahun. Dari data yang
dikumpulkan, curah hujan rata-rata per tahun di Kabupaten Agam adalah sebesar
5607,5 mm. Dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu
sebesar 1932,7 mm. Dari data ini berarti wilayah studi kecenderungan selalu
basah sepanjang tahun. Berdasarkan data curah hujan tersebut maka tipe curah
hujan berdasarkan klasifikasi Scmidt dan Fergusson maka tipe daerah penelitian
dengan tanpa bulan kering sepanjang tahun, sehingga nila Q adalah 0, dan dengan
demikian maka daerah penelitian memiliki tipe iklim golongan A (sangat basah)
Rata-rata curah hujan dan hari hujan bulanan dan tahunan di wilayah Kecamatan
pupuk batu kapur dan kapur pertanian, dan calcium carbonat. Proses produksi
Pada dasarnya proses produksi pupuk dolomite dan kapur pertanian adalah
sama, sebagai langkah awal proses pengolahan adalah pengambilan bahan baku
yang dilakukan excavator dan dilansir dengan truk yang jaraknya ± 50 m dari
sehingga kita dapatkan sirtu (pasir batu). Pasir batu tersebut langsung keluar
kehalusannya (mesh-nya) yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Hasil
timbangan dengan berat setiap karung adalah 50 kg, setelah itu karung langsung
Pupuk dolomite dan pupuk pertanian tersedia dalam ukuran mesh 80 dan
100 mesh. Dolomite adalah pupuk yang memiliki kandungan hara kalsium (CaO)
dan Magnesium (MgO) tinggi dan sangat bermanfaat untuk pengapuran tanah
asam dan juga sebagai pupuk bagi tanah dan tanaman yang berfungsi menyuplai
(CPO). Tersedia dalam ukuran mesh 200-800. Proses produksi dari calcium
carbonat sama halnya dengan pembuatan pupuk pada dasarnya, namun yang
membedakan adalah dari hasil penambangan menjadi powder halus, lalu disaring
sampai diperoleh ukuran powder yang diinginkan. Selanjutnya tepung calsium
carbonat hasil penyaringan disimpan dalam silo atau tempat penyimpanan yang
bawah ini.
Pada dasarnya proses dan pengolahan yang dilakukan sama saja, namun
yang membedakan hasil dan penggunaan adalah ukuran dan penambahan zat akhir
sebelum pengemasan/pengantongan.
3. Industri cat.
berbagai macam konsumen baik perorangan maupun koperasi dengan skala kecil
sampai besar. Konsumen PT. Bakapindo terutama berasal dari wilayah Sumatera
antara lain Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan,
Tabel 2.1
Konsumen Produk PT. Bakapindo
No Konsumen Produk Kuantitas Supply Periode
1 PT. Astra Agro Lestari Kaptan, Dolomit 2.000 Ton/Semester 2010-Sekarang
Tbk
2 PT. Indah Kiat Pulp & Limestone 7.000 Ton/bulan 1995-1999, 2012-
Paper sekarang
3 PT. LMKP Aggregate 8.000 M3 2011-2012
4 PT. Incasi Raya Kaptan 3.000 Ton 2009-2012
5 PT. Incasi Raya CaCO3 90 ton/bulan 2008-2009
6 PT. PP London Sumatra CaCO3 120 Ton/bulan 2009-2012
7 PT. Riau Andalan Pulp Limestone 8.000 Ton/Bulan 2007-2011
& Paper
Sumber PT. Bakapindo, 2017
yang digunakan di PT.Bakapindo dapat di lihat pada Tabel 2.2 seperti berikut:
Tabel 2.2
Peralatan dan Mesin PT.Bakapindo
No JenisMesin/Peralatan Jumlah KapasitasSaa MerekdanTi TahunPembuatan
tIni pe
1 Crushing Unit 2 80 ton/jam 2010
2 MTM 160 Trapezium 2 25 ton/jam MTM 160 2007 dan 2010
Mill Trapezium
Mill
3 Excavator 4 Bucket 0,8 CAT 320 D 2007,2009,2010
M3
4 Generator Set 1 500 KVA CAT C150 2010
5 Rock Drill 1 Drill hole 9m CRD 2010
Furukawa
PCR 200
6 Dump truck 5 12 M3 Mitsubishi 2008(2) , 2010
Fuso 220PS (1), 2012 (2)
7 Truck 2 20 ton Mitsubishi 2010
Fuso 220PS
8 Vertical ShaftImpactor 1 8ton/jam 2012
9 Travo PLN 2 555 KVA & 2013
1.100 KVA
Sumber PT.Bakapindo, 2017
Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Bakapindo belum terlaksana dengan baik dan
unsur pemerintah saja, tapi juga oleh pihak seperti pemerhati K3 dan
internasional. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila semua pihak yang terkait
FOB (Free On Board) atau penjualan dengan harga setelah di atas nya atau
terlebih dahulu dikirim ke stockpile PT. Bakapindo di Perawang dan Jawa dengan
jenis dump truck dan truck fuso yang menggunakan jasa pengangkutan dari luar
2.1.8 Pemboran
lubang ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk
Ada dua cara dalam membuat lubang bor degan lubang bor miring atau
B α B
T T
B
H H
L
L PC
PC
J J
biasanya untuk mengurangi masalah back break dan lebih dari itu lubang bor
miring mempunyai banyak keuntungan dari pada lubang bor tegak yaitu:
pantulkan dari dasar lantai jenjang yang lebih besar. Dengan pemboran tegak,
pada bagian atas jenjang kurang bagus karena ada back break, fragmentasi kurang
dan pada bagian lantai dasar daya ledak tidak seperti tersalurkan. Sebaliknya
terdapat beberapa kerugian atau kesulitan dalam membuat lubang bor miring
antara lain:
lebih dalam.
2) Untuk tinggi jenjang yang sama, kedalaman lubang ledak tegak akan
lebih.
besar.
2. Pola Pemboran
yang mencukupi, minimal dua bidang bebas yang harus ada. Peledakan dengan
satu bidang bebas, disebut crater blasting, akan menghasilkan kawah dengan
hal tersebut, maka pada tambang terbuka selalu dibuat minimal dua bidang bebas,
yaitu dinding bidang bebas dan puncak jenjang (top bench). Terdapat dua pola
pemboran yang dibuat secara teratur, seperti yang terlihat pada Gambar 4.2 di
bawah ini.
Sumber: PT. Bakapindo, 2017
Gambar 2.5 Pola Lubang Bor
3. Peledakan
dilakukan, ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pekerjaan peledakan
diantaranya adalah:
a. Aspek teknis, dalam hal ini tolak ukurnya adalah keberhasilan target
diperkenalkan oleh para ahli, antara lain: Anderson (1952), Pearse (1955), R.L.
Ash (1962), Langefors (1978), Konya (1972), Foldesi (1980), Olofsson (1990),
ukuran burden berdasarkan diameter lubang tembak, kondisi batuan setempat dan
jenis bahan peledak. Disamping itu produsen bahan peledak memberikan cara
Dengan memahami sejumlah rumus baik yang diberikan oleh para ahli
mendapatkan geometri peledakan yang tepat pada suatu lokasi perlu dilakukan
karena berbagai rumus yang diperkenalkan oleh para ahli tersebut merupakan
1. Burden (B)
Burden dapat didefinisikan sebagai jarak tegak lurus dari lubang tembak
(kolom isian bahan peledak) terhadap bidang bebas (free face) yang terdekat
sangat penting dan krisis dalam rancangan peledakan. Dengan jenis peledakan
yang dipakai dan menghadapi batuan yang akan dibongkar, Burden memiliki jarak
maksimum yang harus dibuat agar peledakan sukses dilaksanakan. Banyak rumus
yang dikemukakan oleh para ahli rock blasting, diantaranya oleh Richard L Ash
ratio” (KB).
Keterangan:
KB = Nisbah burden yang telah dikoreksi
KBstd = KB standar bernilai 30
AF1 = ( ) .............................................................................. (2.2)
B= ....................................................................................... (2.4)
(Singgih Saptono. 2006)
Keterangan:
B = Burden (m)
De = Diameter lubang ledak (m)
( ) ..................................................................... (2.5)
(Singgih Saptono. 2006)
Keterangan:
B = burden (ft)
De = diameter bahan peledak (inci)
SGe = berat jenis bahan peledak
SGr = berat jenis batuan
2. Spacing (S)
terangkai dalam satu baris (row), diukur sejajar dengan jenjang (pit wall) dan
tegak lurus burden. Spacing merupakan fungsi dari burden dan dihitung setelah
S = KS × B ................................................................................................... (2.6)
(Singgih Saptono. 2006)
Keterangan:
KS = Spacing Ratio (1.00-2.00)
B = Burden
kemungkinannya adalah:
Tabel 2.3
Persamaan Untuk Menentukan jarak Spacing
Tipe Detonator L/B < 4 L/B > 4
Instanteneous S = ( L + 2b)/3 S = 2B
Delay S = (L + 7B)/8 S = 1.4B
Sumber : Singgih Saptono, 2006
Keterangan:
L = Tinggi Jenjang
udara bebas (atmosfer) bersamaan dengan noise dan air blast. Sebaliknya, jika
jarak Spacing terlalu besar diantara lubang tembak maka fragmentasi yang
3. Stemming (T)
Stemming adalah bagian lubang tembak yang tidak diisi bahan peledak
tetapi diisi oleh material pemampat seperti pasir, cutting hasil pemboran dan tanah
liat. Stemming berfungsi untuk mengurung gas yang terbentuk akibat reaksi
detonasi bahan peledak didalam lubang tembak dan untuk menjaga keseimbangan
peledak optimal dari lubang ledak, material dan panjang stemming yang tepat
diperlukan untuk membuat energi horizontal dan vertikal bahan peledakan yang
sesuai.
Rancangan menurut Richard L Ash
T = KT × B ............................................................................................... (2.7)
(Singgih Saptono. 2006)
4. Subdrilling (J)
rencana lantai jenjang. Pemboran lubang tembak sampai batas bawah dari lantai
bertujuan agar seluruh permukaan jenjang bisa secara full face setelah dilakukan
peledakan, jadi untuk menghindari agar pada lantai jenjang tidak terbentuk
J = KJ × B ............................................................................................... (2.9)
(Singgih Saptono. 2006)
bahan peledak, stemming dan subdrilling. Jika arah lubang tembak vertikal maka
kedalaman lubang tembak merupakan penjumlahan dari tinggi jenjang dan
H = KH × B ............................................................................................ (2.11)
(Singgih Saptono. 2006)
Keterangan:
H = Kedalaman lubang ledak (m)
KH = Nisbah Kedalaman Lubang
KH = 1.50 – 4.00
H = L+ J.....................................................................................................(2.12)
(Singgih Saptono. 2006)
dengan:
H = Kedalaman lubang ledak (m)
L = Tinggi jenjang (m)
J = Subdrilling (m)
Menurut buku DTPB, lubang ledak tidak hanya vertikal, tetapi dapat juga
lubang ledak akan memberikan hasil berbeda, baik dilihat dari ukuran fragmentasi
T T
B
H H
L
L PC
PC
J J
dipengaruhi oleh kemampuan alat bor dan ukuran mangkok (bucket) serta tinggi
sampai runtuh, baik karena daya dukungnya lemah atau akibat getaran peledakan.
diameter lubang yang kecil, sementara untuk diameter lubang besar dapat
L = H - J ............................................................................................. (2.13)
(Singgih Saptono. 2006)
Keterangan:
L = Tinggi jenjang (m)
Berdasarkan perbandingan tinggi jenjang dan jarak burden yang
diterapkan (stiffness ratio), maka akan diketahui hasil dari peledakan tersebut
L = 5 x De ............................................................................................... (2.14)
(DTPB 2013)
Tabel 2.4.
Potensi yang terjadi akibat variasi stifness ratio
Sr Fragmentation Airblast Flyrock Vibration Komentar
1 Buruk Besar Besar Besar Banyak muncul back-
break di bagian toe.
Jangan dilakukan dan
rancang ulang
2 Sedang Sedang Sedang Sedang Bila memungkinkan
rancang ulang
3 Baik Kurang Kurang Kurang Control dan
fragmentasi baik
4 Memuaskan Sangat Sangat Sangat Tidak menambah
kurang kurang kurang keuntungan jika
Stifness ratio diatas 4.
Sumber: PT. Bakapindo, 2017
Powder column / primary charge adalah panjang lubang isian pada lubang
ladak yang akan diisi bahan peledak. Perhitungan besar powder colum n/ primary
charge adalah:
PC = H − T ............................................................................................... (2.15)
(Singgih Saptono. 2006)
Keterangan:
PC = Panjang kolom isian (m)
H = Kedalaman lubang ledak (m)
T = Stemming (m)
Rancangan menurut CJ. Konya
PC = H – T ..................................................................................................(2.16)
(Singgih Saptono. 2006)
Keterangan:
PC = Panjang kolom isian (meter)
H = Kedalaman lubang ledak (meter)
T = Stemming (meter)
diatas, dalam peledakan ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan seperti
jumlah pemakaian bahan peledak, volume peledakan dan penentuan nilai powder
factor (PF). Untuk mencari hal-hal tersebut digunakan rumus sebagai berikut:
meter. Satuan yang digunakan adalah kg/meter. Loading density dicari untuk
mengetahui berapa jumlah bahan peledak yang digunakan dalam satu lubang
tembak. Loading density dapat dicari dengan rumus oleh Richard L. Ash yaitu:
Keterangan:
de = Loading density (kg/mtr)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
SG = Berat jenis bahan peledak
9. Volume peledakan
V = B × S × L............................................................................................. (2.18)
(Singgih Saptono. 2006)
Keterangan:
V = Volume peledakan (m2)
B = Burden (m)
S = Spacing (m)
L = Tinggi jenjang (m)
perhitungan powder factor atau charge density ada empat cara yang digunakan
yaitu:
3. Perbandingan berat penggunaan bahan peledak dengan tonase batuan yang akan
diledakkan (kg/ton).
4. Perbandingan tonase batuan yang akan diledakkan dengan berat bahan peledak
yang akan diledakkan. Powder factor dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut:
...................................................................................... (2.19)
(Singgih Saptono. 2006)
Keterangan:
V = Volume batuan yang diledakkan (M3)
PC = Panjang lubang isian (m)
de = Loading density, kg/m
n = Jumlah Lubang ledak
PF = Powder factor, kg/ton
1. Diameter Lubang Ledak
pemboran dan peledakan secara umum. Ukuran lubang bor yang lebih kecil akan
yang direncanakan. Makin besar diameter lubang akan diperoleh laju produksi
yang besar pula dengan persyaratan alat bor dan kondisi batuan yang sama.
b. Isian bahan peledak utama harus dikurangi atau labih kecil dari perhitungan
L
dari 60. Oleh sebab itu, upayakan hasil perbandingan tersebut melebihi 60 atau
d
60.
2. Bidang Bebas
merupakan batas yang berhubungan langsung dengan udara dan merupakan arah
lemparan dari batuan. Keberadaan bidang bebas dan jaraknya dari lubang ledak
Saat suatu muatan bahan peledak didalam sebuah lubang bor diledakkan
pengaruhnya terhadap batuan sekitar seperti suatu tumbukan palu yang sangat
menyebabkan tekanan yang sangat besar pada suatu daerah yang luas di luar
lubang.
Konsep proses pecahnya batuan akibat peledakan yang dipakai disini
adalah proses pemecahan dan reaksi-reaksi mekanik dalam batuan homogen, yang
tembak merambat dengan kecepatan 2.000 sampai 5000 m/det, yang akan
2. Tekanan Shock Wave yang meninggalkan lubang tembak pada proses pertama
adalah positif, apabila Shock Wave mencapai bidang bebas maka akan
negative dan timbul Tension Wave. Tension Wave ini merambat kembali
didalam massa batuan, oleh karena batuan lebih kecil tahanannya terhadap
tarikan daripada tekanan maka akan terjadi primary failure cracks yang
disebabkan oleh tensile stress dari gelombang yang dipantulkan ini. apabila
tensile stress cukup kuat maka akan menyebabkan slabbing atau spalling pada
bidang bebas.
3. Dibawah pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas hasil peledakan
maka rekahan radial primer akan diperlebar dengan cepat oleh kombinasi efek
dari tensie stress dan pneumatic wedging. Apabila massa batuan didepan
compressive stress tinggi yang berada didalam massa batuan akan dilepas. Efek
dari terlepasnya massa batuan akan menyebabkan tension stress menjadi tinggi
Amonium Nitrate Fuel Oil merupakan salah satu elemen dasar bahan
peledak. ANFO terbuat dari campuran Amonium Nitrate Fuel Oil, yang dalam hal
ini adalah solar. Campuran ANFO dibuat dengan perbandingan 94,5 % Amonium
Nitrat dan 5,5 % Fuel Oil, seperti terlihat pada Gambar 2.14 di bawah ini.
2. Detonator listrik
listrik yang dihantarkan melalui kabel khusus.Untuk itu pada kedua ujung kabel
didalam tabung detonator listrik dilengkapi dengan jenis kawat halus telanjang
b. Dengan adanya elemen tunda dalam detonator, pola peledakan menjadi lebih
bervariasi dan arah serta fragmentasi peledakan dapat diatur dan diperbaiki
1) Pada daerah yang banyak kilat, pemakaian detonator listrik sangat tidak
aman.
detonator listrik adalah 1 sampai 1,5 Amper. Sehingga dengan demikian apabila
ada arus listrik yang tidak diinginkan masuk kedalam detonator melalui kabel
lebih kecil dari 1 ampere maka diharapkan detonator belum meledak, seperti yang
3. Primer
Primer adalah pemicu bagi bahan peledak yang dalam hal ini adalah
ANFO. Apabila Primer tidak cukup, ANFO akan meledak dengan VOD yang
rendah atau gagal meledak, jika hal ini terjadi hasil ledakan tidak akan
memberikan energi secara penuh dan akan menghasilkan gas-gas beracun dalam
bentuk fumes atau smokes. Jadi secara singkatnya, prinsip Primer adalah
4. Delay
bertujuan untuk memberi selang waktu tertentu agar dapat tercipta freeface yang
Delay:
a. Mengurangi getaran.
c. Mengurangi fragmentasi.
Peralatan peledakan adalah alat yang digunakan untuk dipakai lebih dari
Blasting Machine adalah alat yang digunakan untuk pemicu awal ledakan.
6. Ohmmeter
tersambung dengan baik dalam rangkaian peledakan. Cara penggunaan alat ini
sangat mudah, tinggal masukan kabel legwire dan leadwire kedalam lubang yang
ada disetiap sisi atas alat dan hitung tahanannya. Tahanan yang ideal apabila alat
7. Stik
padat dan menghindari terjadinya stemming ejection. Dapat pula digunakan untuk
mempermudah penuangan ANFO ke dalam lubang ledak. Stik ini harus terbuat
dari kayu atau bahan yang tidak dapat dilalui arus listrik. Seperti yang terlihat
listrik (Blasting machine) dengan Legwire detonator listrik. Leadwire dapat dilihat
Keterangan:
X = ukuran rata-rata fragmentasi (cm)
A = Faktor Batuan
1 : Lunak
7 : Agak Lunak
10 : Keras dengan banyak rekahan
13 : Keras dengan sedikit rekahan
V = Volume batuan (B×S×(H-J))
Q = massa bahan peledak
E = relative weight strenght (ANFO = 100)
Cunningham (1987) memodifikasi persamaan di atas untuk bahan peledak
ANFO menjadi:
0 , 63
115
Xm = A (PF)-0.8 . Q0.16 .................................................... (2.21)
E
(Sigih Saptono,2006)
Keterangan:
Xm = Ukuran rata-rata fragmentasi (cm)
A = Faktor batuan
Q = Massa bahan peledak per lubang (kg)
PF = Powder Factor (kg/m3)
harus ditempatkan pada tempat yang strategis dalam massa batuan. Energi
tersebut juga harus dilepaskan pada saat yang tepat sehingga interaksi murni dapat
terjadi.
tersebar dalam dua area yang berbeda. Pertama kita harus memiliki energi yang
bahan peledak. Bahan peledak juga harus ditempatkan dalam suatu susunan
Energi yang dilepaskan pada saat yang tidak tepat akan merubah hasil
akhir peledakan, meskipun sumber utama energi tersebut ditempatkan secara tepat
sepanjang massa batuan didalam pola utama peledakan. Jika saat peledakan
pertama tidak tepat, perbedaan bongkahan, getaran, air blast, fly rock dan back
digunakan rumus index keseragaman (n) dan karakteristik ukuran (Xc), dengan
(Sigih Saptono,2006)
Keterangan:
De : diameter bahan peledak atau lubang ledak (mm)
B : burden (m)
W : standar deviasi pemboran (m)
S : spacing (m)
A : nisbah spaci dan burden
L : tinggi jenjang (m)
PC : panjang isian bahan peledak (m)
Perhitungan karakteristik ukuran (Xc) mengunakan rumus sebagai berikut:
Xc = ⁄
..................................................................................... (2.23)
–
Rx = .................................................................. (2.24)
(Sigih Saptono,2006
Keterangan :
R : perbandingan material yang tertingal pada ayakan
x : ukuran ayakan (cm)
n : indeks keseragaman
batuan setelah peledakan. Hasil fragmentasi buruk, ukuran lebih (boulder) dalam
dapat ditangani secara ekonomi, aman dan efisien dengan alat muat angkut.
Produksi yang hilang dari material bawah ukuran atau halus tidak dapat
ukuran dapat dicapai dengan kegunaan yang tepat dari instalasi ayakan dan
peremuk.
ukuran:
peledakan).
evaluasi dan optimalisasi desain ledakan dengan produk Orica. Program desain
Mensimulasi urutan waktu peledakan secara aktual, sehingga setiap bagian yang
1) <file> Membuka, atau menyimpan file-file, print, keluar sistem dan lain-lain,
5) <Calculations> Edit mode, visualize, first movent, logger data dan lain-lain
Pada bagian kiri ada tool yang dapat digunakan untuk membuat design
peledakan, berikut ini adalah menu untuk memasukkan data yang akan dibuat
peledakan yang dilakukan dalam bentuk diagram, dengan software ini kita bisa
mengetahui arah ledakan, total delay, dan memeriksa apakah ada misfire atau
Setelah kita mengisi data-data pada kolom yang ada makan kita bisa
Yang Optimal.
Pit Tambang Air Laya PT. Bukit Asam (persero) Tbk, di pre-bench
terdiri dari dua jenis batuan yaitu claystone dengan ketebalan 10,5 meter dari
bobot isi (density)2,1 ton/m3 dan uniaxial compressive strength 7351,47 Kpa,
sandstone; bobot isi (density) 2,4 ton/m3 dan uniaxial compressive strength
excavator PC 1250 maupun PC 2000 karena digging force kedua alat tersebut
sebesar 579 Kpa dan 721 Kpa, sebenarnya dengan uniaxial compressive
strength batuan tersebut masih bisa dilakukan ripping, tetapi sudah dalam
R.L.Ash didapatkan tiga geometri peledakan yang optimum dengan nilai powder
factor 0,290 kg/m3 untuk geometri peledakan batuan claystone, 0,401 kg/m3
lebih 100 cm, untuk geometri usulan pada batuan sandstone dengan penurunan
logging ini bertujuan untuk melihat kondisi dan lapisan batuan secara
yang akan dipakai. Dimana letak serta kedalaman pipa saringan, pipa buta
dan lapisan yang harus digrouting atau tidak. Pemboran pilot hole mencapai
kedalaman 66,5 meter dan analisa cutting sampai Analisa cutting pemboran
yang bertindak sebagai lapisan pembawa air tanah (Iapisan akuifer) adalah:
sumur bor sebagai berikut: Pipajambang (pipa selubung) dan pipa casing
kedalaman 38-58 meter (20 meter}. Pipa casing yang muncul kepermukaan
lubang bor di pasang gravel pack dari dasar sumur sampai kedalaman sekitar
15m. Dari permukaan kedalaman 15 m dibuat grouting semen untuk
daerah ini.
3. Dita Listine (2015) Studi Teknis Penentuan Geometri Peledakan Dan Powder
oleh kontraktor yaitu PT Putera Bara Mitra, menggunakan metode pemboran dan
peledakan agar memenuhi target produksi dan memperlancar proses pemuatan dan
sesuai dengan lebar bukaan crusher dan nilai Powder Factor (PF) yang
tertampung diayakan dengan ukuran tertentu. Selain itu, program Split desktop
peledakan, hasilnya berupa grafik prosentase lolos material dan ukuran fragmen
persentase boulder (≥ 50cm) rata-rata sebanyak 45.36 % dan 36.6 % secara aktual
burden antara 2.22 m – 2.5 m serta spasi 2.5 m – 2.63 m, Powder Factor 0.8
peledakan, hal yang menjadi perhatian adalah kualitas dari peledakan. Salah satu
Geometri peledakan aktual saat ini untuk burden 4,4 meter dan Spacing 4,6 meter,
fragmentasi batuan yang berukuran > 1 m sebesar 10,42 % dan volume hasil
peledakan sebesar 13.468 ton/hari . Hal ini menunjukkan target belum tercapai.
geometri peledakan untuk burden 4,6 meter, spacing 6,9 meter, subdrilling 1,8
meter, stemming 3,2 meter, kedalaman lubang ledak 7,3 meter dan jumlah lubang
peledakan sebesar 17.745 ton dan Powder Factor 0,42 kg/m3 . Hal ini
menunjukkan bahwa fragmentasi batuan telah sesuai yang diinginkan dan target
perhitungan teorotis Kuz-Ram. Bahan peledak yang digunakan adalah ANFO dan
fragmentasi manakah yang lebih optimal dari bahan peledak tersebut. Perhitungan
aktual metode Kuz-Ram bahan peledak ANFO didapat fragmentasi dengan ukuran
100cm sebesar 25,34 %. Ukuran fragmentasi dengan bahan peledak ANFO pada
ukuran 100cm sebesar 18,45 %. Jadi, bahan peledak yang baik digunakan dari
perhitungan teoritis metode Kuz-Ram adalah bahan peledak bulk emulsion yang
menghasilkan persentase fragmentasi lebih kecil dari pada bahan peledak ANFO.
Hasil fragmentasi dari bahan peledak bulk emulsion dengan ukuran 100cm belum
memenuhi standar fragmentasi kurang dari 15% (koesnaryo,2001), oleh karena itu
untuk bahan peledak ANFO dengan nilai burden 5m, spasi 5,76m, powder charge
3,5m, subdrilling 1,5m dan kedalaman lubang ledak 7m. Ukuran fragmentasi
100cm sebesar 1,03 %. Persamaan Langefors untuk bahan peledak bulk emulsion
dengan nilai burden 5,5m, spasi 6,3m, powder charge 3,6m, subdrilling 1,63m
dikatakan baik.
Berdasarkan Analisa Blastability Dan Digging Rate Alat Gali Muat Di Pit MT-4.
karakteristik massa batuan dan kondisi geologi setempat agar dapat memperoleh
digging rate dan produktivitas alat gali muat dapat ditingkatkan. Percobaan
description, joint plane spacing, joint plane orientation, specific gravity influence,
dan hardness. Berdasarkan hasil pembobotan massa batuan yang akan diledakkan
sehingga geometri peledakan yang baik untuk diterapkan untuk lubang bor 6,75
inci adalah burden sebesar 5,5 m, spasi 8,0 m, kedalaman lubang ledak 8,2 meter,
subdrilling 0,3 m, tinggi jenjang 7,9 m, stemming 4,4 m, dan panjang kolom isian
3,8 m serta powder factor 0,20 kg/m3 sedangkan untuk lubang bor 7,875 inci
adalah burden sebesar 6,5 m, spasi 9,0 m, kedalaman lubang ledak 8,3 m,
subdrilling 0,3 m, tinggi jenjang 8,0 meter, stemming 4,6 m, dan panjang kolom
isian 3,7 m serta powder factor 0,20 kg/m3, dimana dari kedua geometri usulan
sedangkan target perolehan sebesar 95%. Powder factor yang diterapkan sebesar
≤ 0,28 kg/m3 dan tidak melebihi batas yang ditetapkan. Dilihat dari segi
Dimana untuk kedalaman pemboran lebih dari 8,5 m maka nilai perolehan yang
dihasilkan akan lebih kecil bila dibandingkan dengan kedalaman kurang dari 8,5
m. Di samping itu, nilai perolehan akan menurun apabila jumlah bongkah hasil
peledakan semakin besar, dan nilai perolehan akan tinggi apabila bongkah yang
metode kuz-ram, untuk memprediksi ukuran fragmentasi batuan, dan data yang
digunakan adalah data geometri peledakan, data geotek perusahaan yaitu faktor
rata memiliki ukuran kurang lebih 71,22 % lebih kecil dari 75 cm, karena yang
menjadi patokan dasar ukuran fragmentasi adalah 78 cm. stemming yang terlalu
panjang akan menyebabkan energi yang dihasilkan dari bahan peledak tidak
burden dan spacing juga mempengaruhi ukuran fragmentasi, jika burden sembilan
meter dan spacing 10 meter dipakai pada material yang keras dengan bahan
peledak yang digunakan sedikit, maka daya hancur untuk materialnya akan kurang
kegiatan pemboran dan peledakan terhambat, ini terlihat dari efektivitas alat bor
menit, di mana waktu normal pemboran yaitu 10 menit. Lalu ukuran boulder yang
keminringan bidang lemah, karna efek peledakan yang terjadi akibat fragmentasi
11.Stjepan Sterelec, Mario Gazdek, Josip Mesec (2014) Blasting Design For
oleh penulis. Ini juga berperan sebagai faktor yang membantu di dunia
pemboran dapat berubah untuk hasil yang di harapkan. Ini juga memudahkan
Input dalam kegiatan penelitian ini diperoleh dari dua sumber dimana
terdiri dari:
1. Data primer
Data primer adalah data yang didapat secara langsung di lapangan yaitu di
2. Data Sekunder
perusahaan.
2.2.2 Proses
2.2.3 Output
Output yang dihasilkan berdasarkan in put dan hasil analisa data yaitu
Geometri peledakan yang memiliki nilai “powder factor” yang lebih kecil
METODOLOGI PENELITIAN
sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan digunakan
September 2017 sampai tangal 21 Juli 2018 untuk lebih rinci dapat di lihat pada
lampiran.
bagian Jorong durian itu sendiri, Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.
Akses yang tersedia ke lokasi usaha tambang batu kapur PT. Bakapindo sebagian
besar adalah Jalan lintas menuju jalan lintas Bukittinggi Payakumbuh dengan
a. Geometri Peledakan
c. Rangkaian peledakan
d. Hasil peledakan
2. Data sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh dari data-data yang
sudah ada di PT. Bakapindo buku atau studi kepustakaan dan beberapa literatur
peledakan.
Sumber data yang didapatkan berasal dari pengamatan langsung pada saat
wawancara.
Masalah.
bor.
halaman (27)
ledak,
2) Pada menu tool bar pilih <file> klik newuntuk membuat lembar kerja
yang baru, isikan semua data-data yang ada pada kolom “new plan
3) Klik pattern tool ( ) untuk membuat desain yang kita inginkan pada
bagian kiri ada beberapa tool yang terdapat pada software SHOTPlus-i
sebagai berikut:
tool bar lalu klik “visualize” setelah itu klik play pada menu visualize
display.
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka
dilakukan analisa data dari pengolahan data yang didapat dengan menggunakan
persamaan R.L. Ash dan Persamaan CJ. Konya, distribusi fragmentasi serta
lunak SHOOTPlus-i.
Identifikasi Masalah
1. hasil fragmentasi yang masih menghasilkan
boulder.
2. geometri peledakan belum sesuai dengan SOP
peledakan dari perusahaan
3. sering terjadi flyingrock pada kegiatan peledakan.
Tujuan
1. Menentukan geometri peledakan dengan
menggunakan teori Richard L ash untuk
menghasilkan fragmentasi ukuran <60 cm.
2. Menentukan geometri peledakan dengan
menggunakan teori CJ. Konya untuk
menghasilkan fragmentasi ukuran <60 cm.
3. Menentukan Design peledakan dengan
mengunakan Softwere ShootPlus-i untuk
menghasilkan fragmentasi peledakan ukuran <60
cm.
Pengumpula
data
A
A
Data Sekunder
Data Primer a) Data bahan
a) Geometri peledak yang
Peledakan digunakan.
b) Metode b) Data alat bor
peledakan yang yang digunakan
di pakai dalam kegiatan
c) Rangkaian pemboran untuk
peledakan peledakan.
d) Hasil peledakan c) Proses kegiatan
penambangan,
serta keterangan
mengenai profil
perusahaan dan
wilayah
penambangan.
Pengolahan Data
Analisa Data
Geometri peledakan dengan mengunakan
metode R.L. Ash dan C.J. Konya.
Hasil
Model akhir peledakan yang ideal
dengan software SHOTPlus-I.
dilaksanakan pada jam 11.00 sampai 13.00 ketika semua karyawan sedang
lokasi penambangan.
1. Data pemboran
a. Pola pemboran yang dilakukan di PT. Bakapindo adalah pola persegi panjang
(rectangular pattern).
c. Alat bor yang digunakan dalam proses pemboran yaitu alat bor jenis CRD
Furukawa rock drill PCR 200 dengan diameter 3 inchi dan kedalaman lubang
bor 6 meter.
D V
(inch B S L T J H PC (Bcm
Tanggal Total ) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) )
Luban
g
20/4/201
7 20 3 2,5 2 6 1,73 0 6 4,27 30
22/4/201
7 16 3 2,5 3 6 1,73 0 6 4,27 45
27/4/201
7 21 3 2,5 3 6 1,73 0 6 4,27 45
29/4/201
7 16 3 2 3 6 1,73 0 6 4,27 36
4/5/2017 25 3 2,5 3 6 1,73 0 6 4,27 45
6/5/2017 20 3 2,5 3 6 1,73 0 6 4,27 45
11/5/201
7 21 3 3,5 3 6 1,73 0 6 4,27 63
13/5/201
7 27 3 3 3 6 1,73 0 6 4,27 54
13,8 43,1
jumlah 166 24 21 23 48 4 0 48 6 363
45,3
rata-rata 20 3 2,6 2,9 6 1,73 0 6 4,27 7
Subdrilling (J) =0
Tinggi Jenjang (H) = 6 meter
a. Volume Peledakan
V=BxSxL
= 45,24 Bcm
= 904,8 Bcm
= 7.509,84 Bcm
= 3, 63 kg/m
2) Pemakaian bahan peledak ANFO untuk setiap lubang (E)
E = de x Pc
E = de x Pc
= 3,63kg/m x 4,27 m
Berat AN = %
= %
= 14,64 kg/lubang
Berat FO = %
= 0,8 kg
BeratFO
=
BJFO
0,8
= 0,8
Lubang.
= 4 kg
6) Powder Facktor
dihasilkan.
,43 kg/m3
1) Fly rock
terbang (fly rock) kearah vertikel. Penyebabnya adalah stemming yang terlalu
pendek yaitu sebesar 1,73 meter, nilai Kt (T/B) = 0,6, sedangkan persyaratan
stemming menurut R.L Ash Kt (K/B) = 0,7 – 1, sehingga energi ledakan arahnya
ke atas.
2) Air blast
Air blast yang dihasilkan secara fisik menyakitkan telinga, hal ini di karena
komposisi steaming yang terlalu sedikit hingga suara ledakan yang keluar dari
dan kapasitas angkut dump truck dalam pekerjaan loading material. Ukuran rata-
X=A×* + × Q0,17 × * +
Keterangan :
X = Rata-rata ukuran fragmentasi
A = Faktor batuan (Rock Factor)
V = Volume batuan per lubang
Q = Jumlah bahan peledak ANFO tiap lubang
E = Relative Weight Srenght bahan Peledak, untuk ANFO = 100
Yaitu:
Subdrilling (J) =0
X=7×* + * +
= 27,95 cm
digunakan rumus index keseragaman (n) dan karakteristik ukuran (Xc), dengan
n=* + [( ) ] * + * +
n=* + [( ) ] * + * +
= 1,24
berikut:
Xc = ⁄
= ⁄
= 32,52 cm
–
Rx =
Xc = 32,52 cm
a) Untuk material batuan berukuran 10 cm
–
Rx =
–
=
= 79,31 %
–
Rx =
–
=
= 57,85 %
–
Rx =
–
=
= 40,46 %
–
Rx =
–
=
= 27,45 %
–
Rx =
–
=
= 18,18 %
–
Rx =
–
=
= 11,79 %
mendapatkan persentase batuan yang lolos dan tertahan dapat diketahui tingkat
88,20 %, hal ini sebanyak 11,79 % material batuan masih memerlukan penangan
1 10 79,31 20,68
2 20 57,85 42,14
3 30 40,46 59,53
4 40 27,45 72,54
5 50 18,18 81,81
6 60 11,79 88,20
Berdasarkan dari hasil data tabel 4.1 dapat dibuat grafik distribusi tingkat
fragtmentasi teoritis geometri aktual lapangan yang dapat di lihat pada gambar
Gambar 4.1
Grafik distribusi fragmentasi teoritis secara aktual
Dari grafik di atas dapat di simpulkan bahwa persetanse distribusi tingkat
fragmentasi teoritis secara aktual dapat disimpulkan yaitu batuan persentase yang
sebanyak 20,68%.
a. Burden
AF1 = √
Dimana :
Maka :
AF1= √
=√
= 0,81
AF2 = √
Diketahui :
D std = 160 lbs/ft3
D = 2,387 ton/m3 = 149 lbs/ft3
Maka :
AF2 √
=√
= 1,024
= 30 × 0,81 × 1,024
= 24,88
a. Burden (B) =
= 6,22 ft 2 meter
b. Spacing (S)
S = Ks × B
Harga nisbah spasing (Ks) berkisar antara 1,0 – 2,0 untuk penentuan nilai
Tabel 4.3.
Perhitungan spasing
Burden Spacing Ratio (Ks) Spacing
2 1 2
2 1,1 2,2
2 1,2 2,4
2 1,3 2,6
2 1,4 2,8
2 1,5 3
2 1,6 3,2
c. Stemming (T)
T = Kt × B
yang dipakai adalah 1 seseuai dengan yang direkomendasikan karena nilai ini
sudah cukup untuk mengontrol air blast dan fly rock yang terjadi masih dalam
batas normal.
T=1×2
= 2 m.
d. Subdrilling (J)
J = Kj × B
Harga nisbah subdrilling (Kj) berkisar antara 0,2 – 0,4. Nilai yang
J = 0,2 × 2 m
= 0,4 m
H = Kh × B
Harga nisbah adalah berkisar 1,5 – 4,0. Nilai (Kh) yang dipakai adalah 3
L=3×2m
= 6m
= 6 m – 0,4 m
= 5,6 m
PC = H - T
=6–2m
=4m
1. Volume Peledakan
V=B×S×L
= 2 m × 3 m × 5,6 m
= 33,6 Bcm
V = B × S × L × Jumlah Lubang
= 672 Bcm
= 3,63 kg/m × 4 m
peledakan)
Berat AN =
= 13,72 Kg
Berat FO =
= 0,7 Kg
BeratFO
=
BJFO
0,7
=
0,8
e. Power Gell
dihasilkan.
PF =
= 0,02 kg/m3
3. Analisa hasil peledakan
a. Fly rock
Salah satu penyebab terjadinya fly rock adalah tidak cukupnya ukuran
geometri peledakan dapat diusulkan nilai stemming adalah 2 meter. Ukuran ini
b. Air blast
Penyebab terjadinya air blast ialah ukuran stemming yang terlalu pendek
berkurang.
c. Fragmentasi
Fragmentasi batuan dengan goemetri peledakan berdasarkan R.L Ash.
Diketahui :
8) Faktor Batuan =7
Jadi :
X=7x * + * +
= 23,42 cm
= * + [( ) ] * + * +
= 1,71
berikut :
Xc = ⁄
= ⁄
= 19,76 cm
–
Rx =
–
Rx =
–
=
= 73,19 %
–
Rx =
–
=
= 36,02 %
–
Rx =
–
=
= 12,97 %
–
Rx =
–
=
= 3,54 %
–
Rx =
–
=
= 0,75 %
–
=
= 0,12 %
mendapatkan persentase batuan yang lolos dan tertahan dapat diketahui tingkat
99,87 %, hal ini sebanyak 0,12 % seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4.
Perkiraan Ukuran Batuan Berdasarkan perhitungan R.L Ash
No Ukuran ayakan (cm) Tertahan % Lolos %
1 10 73,19 26,80
2 20 36,02 63,97
3 30 12,97 87,02
4 40 3,54 96,45
5 50 0,75 99,24
6 60 0,12 99,87
Berdasarkan dari hasil data tabel 4.3 dapat dibuat grafik distribusi tingkat
fragtmentasi teoritis geometri aktual lapangan yang dapat di lihat pada gambar
sebanyak 26,80%.
sebagai berikut:
Keterangan: B = burden
Kr = faktor koreksi terhadap jumlah baris lubang ledak
Kd = faktor koreksi terhadap posisi lapisan btuan
Ks = faktor koreksi terhadap struktur geologi setempat
SGe = berat jenis bahan peledak yang di pakai= 0,85
SGr = berat jenis batu gamping= 2,50
Stv = relative bulk strength (ANFO= 100)
De = diameter lubang ledak= 3,50 inch= 0,0889m
a. burden (B)
B = 3,15 x De x( )
= 3,15 x 3,50 x ( )
= 7,72 ft x 0,3048
= 2,35 m
B = *( ) +
= *( ) +
= 7,63 ft x 0, 3048
= 2,33 m
B = 0,67 x De x ( )
= 0,67 x 3,50 ( )
= 7,92 ft x 0,3048
= 2,41 m
Bc = B x Kr x Kd x Ks
= 2,76 meter
b. Spacing (S)
karena memakai Delay Detonator dan L/B = 2,17 < 4 (lihat tabel 4.7), maka:
S = ( L + 7B )/8
= ( 5,54 + 7(2,76))/8
= 3,11 meter
c. Steamming (T)
T = 0,70 x B
= 0,70 x 2,76
= 1,93 meter
Steamming (T) = ( )
= 2.05 meter
d. Subdrilling (J)
J = 0,30 x B
= 0,30 x 2,76
= 0,83 meter
Subdrilling (J) = ( )
= 0,88 meter
adalah 6 m.
= 6,93 meter
g. Kolom isian
PC = H – T
= 6,93 – 2,05
= 4,88 meter
1. Volume Peledakan
V =B×S×L
= 2,76 m × 3,11 m × 6 m
= 51,50 Bcm
V = B × S × L × Jumlah Lubang
=1,03 Bcm
E = de × Pc
peledakan.
Berat AN =
= 25,98 Kg
Berat FO =
= 1,5 Kg
BeratFO
= BJFO
1,5
=
0,8
Berat = AN + FO
e. Power Gell
Power Gell yang digunakan di lapangan sebanyak 1 bijih per lubang.
= 4 kg
dihasilkan.
PF =
= 0,61 kg/m3
a. Fly rock
Salah satu penyebab terjadinya fly rock adalah tidak cukupnya ukuran
geometri peledakan dapat diusulkan nilai stemming adalah 2,05 meter. Ukuran ini
d. Air blast
Penyebab terjadinya air blast ialah ukuran stemming yang terlalu pendek
berkurang.
e. Fragmentasi
8) Faktor Batuan =7
Jadi :
X = 6,93 x * + * +
= 27,38 cm
n * + [( ) ] * + * +
= * + [( ) ] * + * +
= 1,78 × 1,26 × 1 × 0,63
= 1,41
berikut :
Xc = ⁄
= ⁄
= 28,02 cm
–
Rx =
–
Rx =
–
=
= 79,14 %
–
Rx =
–
=
= 53,70 %
–
=
= 33,25 %
–
Rx =
–
=
= 19,16 %
–
Rx =
–
=
= 10,40 %
–
Rx =
–
=
mendapatkan persentase batuan yang lolos dan tertahan dapat diketahui tingkat
fragmentasi batuan berukruran 60 cm yang dihasilkan adalah 100 % - 0,12% =
99,87 %, hal ini sebanyak 0,12 % seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5.
Perkiraan Ukuran Batuan Berdasarkan perhitungan Teoritis C J. Konya
No Ukuran ayakan (cm) Tertahan % Lolos %
1 10 79,14 20,85
2 20 53,70 46,29
3 30 33,25 66,74
4 40 19,16 80,83
5 50 10,40 89,59
6 60 5,36 94,63
Berdasarkan dari hasil data tabel 4.3 dapat dibuat grafik distribusi tingkat
fragtmentasi teoritis geometri aktual lapangan yang dapat di lihat pada gambar
Gambar 4.4
Grafik distribusi fragmentasi teoritis secara C J. Konya
sebanyak 20,85%
Tabel 4.6.
Perbandingan Antara Geometri Aktual dengan Geometri Usulan
No Parameter Geometri Geometri Geometri
Aktual Usulan R.L Usulan C.J
Ash Konya
1 Burden (B) 2,6 m 2m 2,76 m
10 Jumlah lubang 20 20 20
mengunakan metode R.L Ash dan C.J Konya maka di dapatkan perbandingan
seperti pada tabel 4.6. yang mana geometri usulan dengan mengunakan metode
R.L Ash lebih efisien dari pemakain jumlah ANFO yaitu sekitar 290,4 kg jumlah
ini lebih sedikit apabila mengunakan metode CJ. Konya yaitu sebesar 514,3 kg
Pada bab ini akan dikaji secara teknis geometri peledakan agar didapat
Tabel 5.1
Rancangan Geometri Peledakan Aktual
B S T J H L PC PF V
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (kg/m3) (m3)
Berdasarkan pada tabel 5.1 maka nilai burden sebesar 2,6 m, spacing
Tabel 5.2
Rancangan Geometri Peledakan R.L Ash
B S T J H L PC PF V
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (kg/m3) (m3)
sebesar 5,6 m, panjang isian sebesar 4 m, powder factor sebesar 0,02 kg/m3 dan
Tabel 5.3
Rancangan Geometri Peledakan C.J Konya
B S T J H L PC PF V
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (kg/m3) (m3)
Berdasarkan pada tabel 5.3 maka nilai burden sebesar 2,76 m, spacing
jenjang sebesar 6 m, panjang isian sebesar 3 m, powder factor sebesar 0,61 kg/m3
Model akhir peledakan pada perangkat lunak ini agar dapat dilihat pada
software SHOTPlus-i ini arah peledakan, burden relief, move firstment. Adapun
arah yang dihasilkan peledakan adalah serentak mengarah ke bidang bebas (Free
Face), kemudian disamping itu kita dapat mengetahui lubang ledak yang meledak
bersamaan atau sekaligus pada lubang ledak, sehingga getaran yang dihasilkan
cukup kuat, Burden relief yang dihasil dkan memiliki warna yang seragam yang
arti tidak adanya variasi dalam fragmentasi, first movement yaitu rangakain
peledakan yang akan menentukan bentuk dari peledakan tersebut apabila terdapat
lebih dari dua lubang ledak yang meledak bersamaan maka peledakan tersebut
tidak efisien.
lubang, maka akan dilakukan 1 kali tembak, namun secara bertahap supaya
tingkat getaran tanah pada kegiatan peledakan tidak kuat, pada saat peledakan
menggunakan detonator listrik yang memiliki 3 macam delay, dimana delay ini
fungsinya untuk memberi jeda waktu pada setiap lubang ledak dan memberi arah
peledakan pada tiap barisnya. Yang mana dapat di lihat pada lampiran IV dan V.
Tabel 5.5
Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data
Aktual R.L Ash C.J Konya Satuan
Diameter lubang ledak 3 3 3 Inchi
Burden 2,6 2 2,76 m
Spasi 2,8 3 3,11 m
Stemming 1,73 2 2,05 m
Subdrilling 0 0,4 0,93 m
Panjang Isian 4,27 4 3,88 m
Kedalaman 6 6 6,93 m
Tinggi Jenjang 6 5,6 6 m
Volume 45,24 33,6 47,5 m3
Powder factor 0,43 0,02 0,61 kg/m3
Fragmentasi 11,79 0,12 5,36 cm
Distribusi Frag < 60 cm 88,20 99,87 94,63 %
sebanyak 99,87% dan pada C J. Konya sebanyak 94,63, dapat di lihat bahwa
persentase kelolosan pada metode R L. Ash lebih banyak yaitu sebesar 99,87%.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
yang mana data yang digunakan adalah perhitungan dari metode R.L Ash lebih
efisien, di mana proses peledakannya secara beruntun tiap lubang dan arah
6.2. Saran
Heri Agus Setiawan. Kajian Teknis Geometri Peledakan Batu Kapur Bukit
Karang Putih, Jurusan Teknik Perrtambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya Palembang, 2012.
Riski Lestari Handayani, Jamal Rauf Husain, Agus Ardianto Budiman. Pengaruh
geometri peledakan terhadap fragmentasi, jurusan teknik pertambangan
universitas muslim indonesia, program studi teknik goelogi universitas
hasanuddin, 2015.
Sterelec Stjepan, Mario Gazdek, Josip Mesec. Blasting design for obtaining
desired fragmentation, ISSN 1330-3651, technical gazette, 2014.
Crawler Traction
gradeability = 22°
Hydraulic Unitc
piston stroke = 80 mm
Gambar A
B. Dayagel
Diameter : 30 mm
Panjang : 200 mm
Gambar Primer
Lampiran D
Gmbar L 3.2. Juru Ledak Memasukan Bahan Peledak Yang Telah di Rakit
Gambar L 3.2. Hasil fragmentasi Batuan Setelah di Ledakan
Struktur Organisasi
Lampiran F
Design ShootPlus-i
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 2.
Gambar 4.
Lampiran G
Pembimbing II
NPM : 1210024427016
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya susun dengan judul :
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari
Skripsi orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan
gelar kesarjanaannya).
Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
No. Urut : -
Nama : BIMA REKSA RAFALDO
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat / Tgl Lahir : Surantih / 24 Maret 1994
NPM : 1210024427016
Program Studi : Teknik Pertambangan
Tanggal Lulus : 30 Juli 2018
IPK : 3,24
Predikat Lulus : Memuaskan
Judul Skripsi : “Evaluasi Geometri
Peledakan Batu Gamping PT.
Bakapindo di Nagari Kamang
Mudiak Kabupaten Agam
Sumatera Barat”
Dosen : 1. Dr.Murad MS, MT
Pembimbing 2. Refky Adi Nata, ST, MT
Asal SMTA : SMA Negeri 2 Painan
Nama Orang Tua : OKNEDI
Alamat / Tlp / Hp : Jln. Payakumbuh 4 nanggalo
siteba / 082283019794