SKRIPSI
Oleh
Dewi Anita
1410024427041
SKRIPSI
Oleh
Dewi Anita
1410024427041
NPM : 1410024427041
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
ABSTRAK
PT. Allied Indo Coal Jaya merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan
penambangan untuk mendapatkan batubara di Provinsi Sumatera Barat. Setelah dari
observasi lapangan ditemukan adanya rekahan-rakahan di sekitar lereng tambang
yang mengontrol terjadinya longsor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
kelas massa batuan dengan menggunakan metode rock mass rating, menganalisisi
kelas massa batuan dengan menggunakan metode slope mass rating dan menghitung
faktor keamanan dari lereng. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan rock
mass rating diketahui kondisi batuan dilokasi penelitian dalam kategori baik untuk
batulanau dengan bobot total 62 dan untuk batubara kondisi batuan sedang dengan
bobot total 44. Untuk analisis slope mass rating diketahui bahwa kondisi lereng stabil
untuk batulanau dengan bobot total 69,5 berada pada kelas II sedangkan batubara
diketahui bahwa kondisi lereng normal dengan bobot total 51,5 berada pada kelas III.
Setelah dilakukan analisis faktor keamanan menggunakan metode spencer dengan
bantuan software slide v.6.0 nilai faktor keamanan 4,014, hal ini mengindikasikan
bahwa lokasi tersebut dalam keadaan stabil. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan penulis menyarankan pemantauan rutin terhadap lereng terutama pada
musim penghujan.
Kata Kunci: Rock Mass Rating, Slope Mass Rating, Kestabilan Lereng, Metode
Spencer.
Analysis of Slope Stability Using Rock Mass Rating Method And Slope Mass
Rating In East Central Coal Mine PT Allied Indo Coal Jaya
Sawahlunto-West Sumatera
ABSTRACT
PT. Allied Indo Coal Jaya is a company that conducts mining activities to
obtain coal in West Sumatra Province. Based on field obsevation, landside on
research area controlled by structure geology (joints). The purpose of this research is
to analyze the rock mass class using the methode rock mass rating, analyze the rock
mass class using the methode slope mass rating and calculate the safety factor of the
slopes of an open pit. After analyzing using rock mass rating, rock conditions in the
research location are in good category for siltstone with a total value of 62 and for
coal with moderate rock conditions with a total value of 44. For slope mass rating
analysis, condition of the slope is stable for siltstone with a total value of 69,5 in
class II while coal slope conditions normal with a total value of 51,5 in class III.
After analyzing safety factors using the spencer method with the help of software
slide v.6.0, the safety factor value is 4,014, this indicates that the location is stable.
Based on the results of the analysis carried out the author recommends that a routine
monitoring of slopes, especially in the rainy season.
Kata Kunci: Rock Mass Rating, Slope Mass Rating, Slope Stability, Spencer Method
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Atas
berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sesuai waktu
yang ditentukan. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad
Tugas akhir penelitian ini berjudul Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Metode
Rock Mass Rating Dan Slope Mass Rating Di Central Timur Tambang Batubara PT.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini belum sempurna karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Penulisan tugas akhir
ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu
Padang.
(STTIND) Padang.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak
(Penulis)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………...........……………...ii
ABSTRAK………………………………………………………................. iii
ABSTRACT…………………………………………………………………... iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................v
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
2.1.2 Lereng................................………………………… 12
1981........................................................ 37
3.5.1 Data………………………………………………… 46
3.5.2 Sumber Data…………………………………………. 47
6.1 Kesimpulan........................................................................... 78
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6 (kiri) Deformasi pada cntoh batuan hasil uji UCS (Thuro
2002)................................................................................... 21
Gambar 2.8 tipe dan syarat contoh batuan uji Point Load Index……...... 22
1989)..................................................................................... 25
Gambar 2.11 Kondisi air tanah dalam lereng untuk circular failure
Gambar 2.12 Kondisi nomor 1air tanah, circular failure (Hoek & Bray,
1981)..................................................................................... 39
Gambar 2.13 Kondisi nomor 2 air tanah, circular failure (Hoek & Bray,
1981)..................................................................................... 40
Gambar 2.14 Kondisi nomor 3 air tanah, circular failure (Hoek &
Bray, 1981).......................................................................... 40
Gambar 2.15 Kondisi nomor 4 air tanah, circular failure (Hoek & Bray,
1981)..................................................................................... 41
Gambar 4.2 Sampel Batuan Hasil Pengujian Point Load Index (PLI).... 57
Tabel 2.4 RMR – C Kelas massa batuan menurut bobot total ............... 28
1985)........................................................................................ 35
1985)........................................................................................ 36
Tabel 5.2 Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total Untuk Batulanau 73
dan Batubara............................................................................
Lampiran 13 Peta situasi tambang PT. Allied Indo Coal Jaya…………… 119
Lampiran 14 Peta Izin Usaha Penambangan (IUP) PT. Allied Indo Coal 120
Jaya………………………………………………………….
Metode penambangan open pit dicirikan dengan bentuk tambang berupa corong
(kerucut terbalik), hal ini terjadi sebagai akibat dari aktifitas pengupasan dan
serta unjuk kerja atau performa suatu lereng. Metode yang secara umum banyak
menggunakan input properti batuan utuh, mengingat dari segi keekonomisan dan
batuan tambang terbuka secara garis besar dibagi menjadi tiga. Model kelongsoran
yang pertama dikontrol oleh keberadaan struktur geologi sebagai bidang lemah dan
ini banyak dijumpai pada skala single slope. Yang kedua adalah model longsor yang
dikontrol oleh kombinasi dari adanya keberadaan struktur geologi dan juga kondisi
massa batuan yang lemah. Selanjutnya yang terakhir adalah model kelongsoran yang
sepenuhnya dikontrol oleh kondisi massa batuan yang lemah. Model longsoran yang
1
2
kedua dan yang ketiga bisa terjadi pada skala inter-ramp hingga overall slope. Untuk
model longsoran yang dikontrol oleh kondisi massa batuan yang lemah diperlukan
suatu pendekatan berdasarkan kekuatan massa batuan dalam analisisnya (Mah, C.W
Bentuk dari permukaan bumi yang mempunyai bentuk sudut miring dengan
bidang horizontal disebut dengan lereng. Lereng terbagi menjadi dua yaitu lereng
alamiah dan lereng buatan, lereng alamiah adalah lereng yang terbentuk karena
adanya proses geologi, misalnya tebing sungai dan lereng bukit. Lereng buatan adalah
lereng yang terbentuk karena adanya proses timbunan dan galian. Didalam kegiatan
diperhatikan karena lereng yang stabil menyebabkan lereng menjadi aman dan kecil
kemungkinan terjadi longsor. Masalah stabilitas lereng menjadi hal yang penting
karena berhubungan dengan kegiatan penambangan. Jika terdapat longsor pada lereng
yang berdekatan dengan jalan angkut utama akan menyebabkan berbagai macam
gangguan pada proses penambangan dan hal itu tentu akan membahayakan jiwa dan
Keberadaan retakan pada batuan berupa kekar, sesar ataupun pada bidang kontak
massa batuan dapat tercermin melalui sistem klasifikasi massa batuan (rock mass
batuan, rock quality designation, karakter diskontinuitas dan kondisi airtanah (Liu &
Chen, 2007).
Klasifikasi massa batuan yang terdiri dari beberapa parameter sangat cocok untuk
mewakili karakteristik massa batuan, khususnya sifat-sifat bidang lemah atau kekar
dan derajad pelapukan massa batuan. Klasifikasi Rock Mass Rating diusulkan oleh
lima parameter, yakni kuat tekan batuan utuh (UCS), RQD (dengan melakukan
pengukuran atau estimasi), spasi bidang-bidang diskontiniu, dan kondisi air tanah
(Arif, 2016). Romana (1980) menyertakan bobot pengatur orientasi kekar untuk
memodifikasi Rock Mass Rating menjadi klasifikasi massa batuan yang baru yang
disebut Slope Mass Rating. Faktor keamanan dapat dinyatakan dengan FK yang
selinder.
PT. Allied Indo Coal Jaya merupakan salah satu perusahaan tambang batubara
yang menggunakan sistem tambang bawah tanah dengan metode room and pillar dan
tambang terbuka dengan metode open cut-backfilling. Pada tambang terbuka sangat
identik dengan lereng dan dapat memicu terjadinya kelongsoran. Pemicu ini biasanya
disebabkan oleh faktor dari luar maupun faktor dari dalam. Contohnya faktor dari luar
adalah aktifitas peledakan dan penggalian sedangkan faktor dari dalam adalah kondisi
geologi, joint (kekar) dan lain sebagainya. Oleh sebab itu perlu dilakukannya analisis
4
kestabilan lereng untuk melakukan kegiatan penambangan dengan aman, mulai dari
PT Allied Indo Coal Jaya pada area central timur memiliki masalah pada lereng
karena pada lereng tersebut sering terjadi keruntuhan kecil, sudut kemiringannya
diketahuinya faktor keamanan pada lereng tersebut. Sehingga penelitian ini sangat
penting untuk dilakukan untuk mengetahui faktor keamanan pada lereng tersebut.
Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan menggunakan metode rock mass rating
dan slope mass rating. Pengambilan data yang dilakukan yaitu pengamatan
kekar, kondisi air tanah, orientasi kekar dan melakukan pengujian pada sampel
batuan. Dengan menggunakan rock mass rating dan slope mass rating dapat
diketahui kelas massa batuan dan stabilitas batuan. Untuk analisis faktor keamanan
pada lereng menggunakan metode spencer dengan bantuan software Slide V.6.0.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dari itu penulis mengambil judul
Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating Dan Slope Mass
Rating Di Central Timur Tambang Batubara PT. Allied Indo Coal Jaya Sawahlunto-
Sumatera Barat.
1. Kemiringan pada lereng central timur berkisar antara 600 sampai 900.
4. Belum diketahuinya faktor keamanan pada lereng tambang terbuka PT. Allied
1. Berapa nilai kelas massa batuan menggunakan metode rock mass rating di
2. Berapa nilai kelas massa batuan menggunakan metode slope mass rating di
3. Berapa nilai faktor keamanan pada lereng di Central Timur PT Allied Indo
Coal Jaya?
6
Rating .
Rating.
1. Bagi penulis
lereng tambang.
2. Bagi Perusahaan
Dari penelitian ini dilakukan dapat menjadi masukan positif bagi perusahaan
berkaitan dengan keamanan lereng tambang agar menjadi tolak ukur dalam
3. Bagi Institusi
PT. Allied Indo Coal (PT. AIC) merupakan perusahaan umum yang
No.J2/Ji.Du/25/1985 dengan luas area 844 Ha. Awalnya perusahaan ini merupakan
perusahaan swasta yang didukung oleh penanamaan modal asing. Kerja sama antara
Allied Queesland Coalfleds (AQS) limited dari Australia dengan PT. Mitra Abadi
Sakti (PT. MAS) dari Indonesia dengan komposisi saham masing masing 80% saham
dan 20%. Pada tahun 1992 yang mengontrol seluruh manajemen perusahan.
pemerintahan Indonesia pada tahun 1975 dan 1983. Kegiatan eksplorasi di lanjutkan
oleh PT. AIC dalam tahun 1985 dan 1998 setelah kegiatan ekplorasi selesai
dilaksanakan, maka PT. AIC melakukan tambang terbuka yang bekerjasama dengan
devisi alat berat PT. United Traktor dalam pengembangan peralatan penambangan.
Pada tahun 1991 PT. AIC selaku pemilik kuasa penambangan (KP) bekerjasama
PT. Berkelindo Jaya Pratama dan PT. Pasura Bina Tambang. Namun pada tahun
7
8
permasalahan tambang rakyat. Di samping itu PT. Allied Indo Coal Jaya ( PT. AICJ)
dilaksanakan oleh kontraktor, yaitu PT. Telagabara Makmur Sejati. Agustus 2004,
seiring dengan membaiknya harga batubara pada pasaran intenasional, PT. Allied
Indo Coal Jaya melakukan kembali tambang terbuka dengan kontraktor PT. Cipta
Kridatama.
1. Geologi Umum
dipetakan oleh Silitonga, P.H., dan Kastowo, (1995). Dalam kerangka geologi
akibat pensesaran bongkah (blok) terhadap batuan dasar. Pensesaran tersebut terjadi
bagian-bagian graben ini pada awal tersier mulai diisi oleh endapan klastika kasar di
bagian pinggir, sedangkan di bagian tengah terbentuk semacam danau yang kemudian
secara luas berkat hasil eksplorasi batubara dan pemetaan geologi bersistem untuk
seluruh Pulau Sumatera. Cekungan ombilin terletak pada bagian tengah jalur
Pegunungan Barisan yang terbentuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan
9
P.H. Silitonga dan Kastowo, (1995) di dalam Peta Geologi Lembar Solok
membagi batuan Pra-Tersier yang menjadi batuan dasar cekungan ombilin menjadi
formasi kuantan, formasi silungkang, formasi tuhur, granit, diorit dan granodiorit,
sedangkan batuan tersier yang mengisinya dari bawah keatas dibedakan menjadi
anggota atas formasi ombilin dan kelompok volkanik. R.P. Koesoemadinata dan
Theo Matasak, (1981) menyusun stratigrafi batuan tersier di cekungan ombilin secara
berurutan dari bawah keatas adalah formasi brani yang menjemari dengan formasi
formasi ranau.
sangkarewang menurut P.H. Silitonga dan Kastowo adalah anggota bawah formasi
Matasak adalah formasi sawahlunto yang berumur eosen dan formasi sawah tambang
yang berumur oligosen. Formasi sawahlunto atau anggota bawah formasi ombilin
merupakan formasi pembawa batubara. Selaras di atasnya lagi menurut P.H. Silitonga
10
dan Kastowo adalah anggota atas formasi ombilin yang berumur miosen awal-tengah,
Secara tidak selaras diatasnya lagi diendapkan hasil produksi volkanik yang
menurut P.H. Silitonga dan Kastowo dinamakan Volkanik tak terpisahkan, Tuf
Batuapung dan Tuf Basal sedangkan oleh R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak
batuan yang arah jurusnya tidak sesuai dengan arah jurus yang umum. Hal ini
Stratigrafi cekungan ombilin yang terdiri dari satuan batu lanau, batubara dan
batu pasir termasuk dalam anggota formasi telisa yang terendapkan tidak selaras di
2. Sistem Penambangan
Sistem penambangan pada PT. Allied Indo Coal Jaya ada dua yaitu sistem
tambang terbuka dengan metode open pit dan metode tambang bawah tanah room
and pillar. Metode tambang terbuka dengan tata cara penambangan searah jurus
pada lapisan dan kedudukan batubara, dimana pada akhir penambangan akan
dilakukan sistem back filling terhadap lahan bekas tambang. Peralatan tambang yang
digunakan adalah kombinasi excavator dan dump truck dibantu degan bulldozer
sebagai alat garuk dorong dan grader untuk perawatan jalan. Arah penambangannya
menyesuaikan dengan arah dip dan strike batubara. Metode tambang bawah tanah
room and pillar adalah penambangan bawah tanah untuk endapan batubara, dengan
2.1.2 Lereng
Bentuk dari permukaan bumi yang mempunyai bentuk sudut miring dengan
bidang horizontal disebut dengan lereng. Lereng terbagi menjadi dua yaitu lereng
alamiah dan lereng buatan, lereng alamiah adalah lereng yang terbentuk karena
adanya proses geologi, misalnya tebing sungai dan lereng bukit. Lereng buatan adalah
lereng yang terbentuk karena adanya proses timbunan dan galian. Didalam kegiatan
diperhatikan karena lereng yang stabil menyebabkan lereng menjadi aman dan kecil
kemungkinan terjadi longsor. Masalah stabilitas lereng menjadi hal yang penting
karena berhubungan dengan kegiatan penambangan. Jika terdapat longsor pada lereng
13
yang berdekatan dengan jalan angkut utama akan menyebabkan berbagai macam
gangguan pada proses penambangan dan hal itu tentu akan membahayakan jiwa dan
lereng. Istilah kestabilan lereng dapat didefenisikan sebagai ketahanan blok diatas
suatu permukaan miring (diukur dari garis horizontal) terhadap runtuhan (collapsing)
dan gelinciran (sliding) (Kliche, 1999). Dalam hal ini setiap permukaan tanah yang
memiliki kemiringan terhadap garis horizontal disebut lereng, baik alami maupun
buatan manusia. Karena lereng tidak horizontal, melainkan membentuk sudut, akan
timbul suatu gaya penggerak menuruni lereng. Jika gaya penggerak akibat adanya
gravitas dan cenderung membuat blok diatas permukaan miring tersebut bergerak
menuruni lereng. Jika gaya penggerak tersebut sangat besar dan kekuatan geser dari
material penyusun lereng relatif kecil, dapat terjadi longsoran (Terzaghi and Peck,
1967).
Kestabilan lereng, baik lereng alami maupun lereng buatan (buatan manusia)
serta lereng timbunan, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dinyatakan secara
(terhadap longsoran) lebih besar dari gaya penggerak, lereng tersebut akan berada
dalam kondisi yang stabil (aman). Namun, apabila gaya penahan lebih kecil dari gaya
penggeraknya, lereng tersebut tidak stabil dan akan terjadi longsoran. Sebenarnya,
longsoran merupakan suatu proses alami yang terjadi untuk mendapatkan kondisi
14
kestabilan lereng yang baru (keseimbangan baru), di mana gaya penahan lebih besar
suatu lereng untuk mencegah bahaya longsoran di waktu-waktu yang akan datang.
Menurut Made Astawai Rai (1995 : 14 -16) secara umum pada tambang
a. Longsoran Bidang
sepanjang bidang lucur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa
bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan. Syarat – syarat
(maksimum berbeda 20 ).
batuannya.
15
4) Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.
Keterangan :
ψf = Kemiringan lereng
ψp = Kemiringan bidang luncur
= Sudut geser dalam
ψf ψp
For Sliding
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang
lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang
lemah tersebut lebih besar daripada sudut geser dalam batuannya. Longsoran baji
pembentuk baji.
muka lereng.
gesek dalam.
16
c. Longsoran guling
Longsoran guling terjadi pada batuan yang keras dan memiliki lereng terjal
dengan bidang lemah yang tegak atau hamper tegak dan arahnya berlawanan
dengan arah kemiringan lereng. Longsoran ini bisa berbentuk blok atau
bertingkat. Kondisi untuk menggelincir atau meluncur ditentukan oleh sudut geser
dalam ( ) dan kemiringan bidang luncurnya (ψ), tinggi balok ( h ) dan lebar balok
(b) terletak pada bidng miring bertingkat. Kondisi geometri yang dapat
.
17
d. Longsoran Busur
Longsoran busur dapat terjadi pada batuan yang lunak atau pada timbunan
batuan. Biasanya batuan yang longsor itu bergerak pada suatu bidang. Bidang ini
Bentuk bidang ini sering mendekati busur lingkaran. Pada batuan yang
keras longsoran busur dapat terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami
pelapukan dan mempunyai bidang lemah yang dapat dan dikenali kedudukannya.
kemiringan bidang lemah lebih besar dari sudut geser dalam batuan.
18
lantai lereng.
lereng.
Klasifikasi massa batuan yang terdiri dari beberapa parameter sangat cocok
untuk mewakili karakteristik massa batuan, khususnya sifat-sifat bidang lemah atau
kekar dan derajad pelapukan massa batuan. Berdasarkan parameter tersebut, sudah
banyak usulan atau modifikasi massa batuan yang dapat digunakan untuk merancang
parameter sudut kemantapan lereng dengan bobot klasifikasi massa batuan untuk
Klasifikasi Rock Mass Rating diusulkan oleh Bieniawski (1979) digunakan untuk
menentukan kualitas massa batuan berdasarkan lima parameter, yakni kuat tekan
batuan utuh (UCS), RQD (dengan melakukan pengukuran atau estimasi), spasi
Compressive Strength Test – UCS Test) dari sebuah contoh batuan berbentuk
silinder dalam satu arah (Uniaksial). Tujuan utama uji ini adalah untuk
mengklasifikasi kekuatan dan karakterisasi batuan utuh. Hasil uji ini berupa
modulus elastisitas, nisbah poisson, energi fraktur, dan energi fraktur spesifik.
tegangan didalam contoh batuan searah dengan gaya yang dikenakan pada
contoh tersebut. Akan tetapi, pada kenyataannya arah tegangan tidak searah
dengan gaya yang dikenakan pada contoh. Hal ini terjadi karena ada pengaruh
dari plat penekan pada mesin tekan yang berbentuk bidang pecah yang searah
20
dengan gaya, berbentuk cone. Contoh batuan yang akan digunakan dalam
pengujian kuat tekan harus memenuhi beberapa syarat. Kedua muka contoh
batuan uji harus mencapai kerataan hingga 0,02 mm dan tidak melenceng dari
sumbu tegak lurus lebih besar dari pada 0,001 radian (sekitar 3,5 min) atau
kuat tekan batuan. Sesuai dengan ISRM (1981), untuk pengujian kuat tekan
digunakan rasio (L/D) antara 2-2,5 dan sebaliknya diameter (D) contoh batu
uji paling tidak berukuran tidak kurang dari NX, atau kurang lebih 54 mm.
Semakin besar perbandingan antara tinggi dan diameter contoh batuan yang
dibawah ini:
Menurut Protodyakonov:
Gambar 2.6 (kiri) Deformasi Pada Contoh Batuan Hasil Uji UCS (Thuro dkk, 2001)
dan (kanan) Pola Failure Pada Berbagai Dimensi Contoh Batuan (Kim dan Yi, 2002)
Sumber: Irwandy Arif, 2016
atau tidak beraturan. Peralatan yang digunakan untuk uji point load, seperti
ditunjukkan pada gambar, mudah dibawa, tidak begitu besar dan cukup ringan
silinder ataupun bongkahan batuan, seperti terlihat pada gambar 2.8. Contoh
batuan untuk pengujian ini adalah yang berbentuk silinder dengan diameter =
Gambar 2.8 Tipe Dan Syarat Contoh Batuan Uji Point Load Index
Sumber: Irwandy Arif, 2016
23
Menurut Broch & Franklin (1972), indeks point load (Is) suatu contoh
Is = P/D2........................................................................................................(2.4)
Untuk diameter contoh batuan yang bukan 50 mm, maka diperlukan faktor
Made Astawa Rai (2011, hal 62), selang faktor koreksi tergantung besarnya
Is(50) = F (P/D2)...........................................................................................(2.5)
Dengan,
F = (d/50)0.45.................................................................................................(2.6)
F = (d/50)0.45 (P/D2)......................................................................................(2.7)
σc = 23 x Is....................................................................................................(2.8)
diameter ekivalen (De) dalam perhitungan Point Load Indeks yang diturunkan
Dengan,
F = (De2/50)0.45...........................................................................................(2.11)
Indeks RQD telah diperkenalkan lebih dari 20 tahun yang lalu sebagai
indeks dari kualitas batuan pada saat informasi kualitas batuan hanya tersedia
dari deskripsi ahli geologi dan persentase dari perolehan inti (core recovery).
RQD adalah modifikasi dari persentase perolehan inti yang utuh dengan
panjang 10 cm atau lebih. Ini adalah indeks kuantitatif yang telah digunakan
eksplorasi lainnya.
Bila bor inti tidak tersedia, dapat dihitung dengan pengukuran bidang
adalah jarak tegak lurus antara dua bidang diskontinu yang berurutan
Tabel 2.1
Klasifikasi Jarak Kekar (Attewell, 1993)
Muka lereng
Arah penggalian
Gambar 2.10 Prosedur Normal Untuk Garis Pengukuran Kekar (Kramadibrata, 1996)
Sumber: Irwandy Arif, 2016
27
Tabel 2.2
RMR - A Klasifikasi Parameter dan Pembobotan
Parameter Selang nilai
1 Kuat PLI >10 10-4 4-2 2-1 Untuk kuat tekan
tekan (MPa) rendah perlu
UCS
Batuan UCS >250 100-250 50-100 25-50 25-5 5-1 <1
utuh (MPa)
Bobot 15 12 7 4 2 1 0
2 RQD 90- 75-90 50-75 25-50 <25
(%) 100
Bobot 20 17 13 8 3
3 Jarak >2m 0.6- 0.2-0.6m 0.06-0.2m <0.06m
kekar 2m
Bobot 20 15 10 8 5
Parame Selang nilai
ter
4 Kondisi Sangat Agak kasar. Agak Slickensided Gouge lunak
kekar kasar, Pemisahan kasar. /tebal gouge tebal >5 mm,
tidak <1 mm, Pemisah <5 mm atau atau pemisahan
menerus, dinding an <1 pemisahan 1-5 mm,
tidak ada agak lapuk mm, 1-5 mm, menerus
pemisaha dinding menerus
n, sangat
dinding lapuk
batu
tidak
lapuk
Bobot 30 25 20 10 0
5 Air Aliran/1 None <10 25-10 25- >125
tanah 0 m 125
panjang
terowong
an
(lt/min)
Tekanan 0 <0.1 0.1-0.2 0.2- >0.5
air kekar 0.5
maks σ1
Kondisi Kering Lembab Basah Mene Mengal
umum tes ir
Bobot 15 10 7 4 0
28
Tabel 2.3
RMR – B Peubah Bobot Orientasi Kekar
Tabel 2.4
RMR – C Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total
Tabel 2.5
RMR – D Arti Kelas Massa Batuan
dari kualitas massa batuan dengan menggunakan enam parameter yang berbeda yaitu
rock quality designation, number of joint sets, roughness of the most unfavorable
joint or discontinuity, degree of alternation or filling a long the weakest joint, water
Keenam persamaan ini dikelompokkan kedalam tiga kelompok hasil bagi untuk
Kualitas batuan dapat berkisar dari Q = 0,001 sampai Q = 1000 pada skala
menyeluruh dari massa batuan, dan perbandingan kedua parameter ketiga dan
keempat adalah indikator dari kuat geser inter-block (dari kekarkekar). Parameter
kelima adalah ukuran untuk tekanan air, sedangkan parameter keenam adalah ukuran
untuk:
parameter ke lima dan keenam menggambarkan teganga aktif (active stress). Nilai Q
ekivalen dari galian. Dimensi ekivalen merupakan fungsi dari ukuran dan kegunaan
dari galian, didapat dengan membagi span, diameter atau tinggi dinding galian
Tiedemann dan Skinner pada tahun1972 di AS. Konsep ini merupakan metode
kuantitatif umtuk menggambarkan kualitas suatu massa batuan dan menentukan jenis
klasifikasi massa batuan yang komplit setelah diperkenalkan klasifikasi massa batuan
a. Parameter Geoteknik; jenis batuan, pola kekar, arah kekar, jenis bidang
lemah, sesar, geseran, dan lipatan, sifat material; pelapukan, dan alterasi.
penggalian.
32
set.
Tabel 2.7
Parameter B Pola Kekar Arah Penggalian
Strike To Axis Strike To Axis
Moderate To Blockly. 6- 30 32 36 25 28 30 28 24
2 Ft
Tabel 2.8
Parameter C Air Tanah Kondisi Kekar
Sum Of Parameters A+B
13-44 45-75
None 22 18 12 25 22 18
Moderate. 200-1000gpm 15 22 7 21 16 12
RSR= A+B+C........................................................................................................(2.15)
Tebal Shotcrete
t= D ((65-RSR)/100)..............................................................................................(2.16)
memodifikasi Rock Mass Rating menjadi klasifikasi massa batuan yang baru yang
disebut Slope Mass Rating. Klasifikasi SMR dibuat berdasarkan pengamatan dan data
aktual dari 87 lereng di Valencia dengan jenis kelongsoran bidang dan guling. Slope
Mass Rating dapat memberikan panduan awal dalam analisis kestabilan lereng dan
memberikan informasi yang berguna tentang tipe keruntuhan serta hal-hal yang
Nilai SMR diperoleh dari nilai RMR yang ditambahkan dengan faktor-faktor
koreksi. F1, F2, dan F3 merupakan faktor koreksi terhadap kondisi kekar (joints),
lereng. Faktor-faktor koreksi untuk kekar (joints), seperti pada tabel , merupakan
lereng alamiah, digali dengan peledakan presplit, peledakan smooth, peledakan buruk
Tabel 2.9
Bobot Pengatur Untuk Kekar, F1, F2 dan F3 (Romana, 1985)
Kasus Kriteria Sangat Menguntung Sedang Tak Sangat Tak
Faktor Menguntu kan Menguntung Menguntu
Koreksi ngkan kan ngkan
P ǀαj- αsǀ >300 300-200 200-100 100- 50 <50
T ǀαj- αs-
180ǀ
P/T F1 0.15 0.4 0.7 0.85 1
P ǀβjǀ <200 200-300 300-350 350-450 >450
P F2 0.15 0.4 0.7 0.85 1
T F3 1 1 1 1 1
Kuat tak Lemah
mudah mudah
longsor longsor
P βj – βs >100 100-00 00 00-(-100) <(-100)
T βj + βs <1100 1100-1200 >1200 - -
P/T F3 0 -6 -25 -50 -60
Metode Penggalian Lereng Peledakan Peledaka Peledakan Peledakan
alamiah Presplitting n Normal Buruk
Smooth
F4 15 10 8 0 -8
Sumber: Irwandy Arif, 2016
35
sebagai berikut:
1. Lereng alamiah lebih stabil karena terbentuk akibat proses erosi dalam waktu
yang lama dan ada mekanisme penahan (vegetasi, sedikit air, dsb) (F4 = 15).
5. Peledakan yang tidak efisien, sering terlalu banyak bahan peledakan, tidak
6. Penggalian lereng dengan peralatan gali, selalu dengan ripper, hanya dapat
dilakukan pada batuan lemah dan atau di batuan terkekarkan, dan sering
ini bisa bertambah atau berkurang tingkat kemantapan lereng (F4 = 0).
36
Tabel 2.10
Deskripsi Untuk Setiap Kelas SMR (Romana, 1985)
Kelas I II III IV V
Bobot 100-81 80-61 60-41 40-21 20-0
Deskripsi Sangat baik sedang buruk Sangat
baik buruk
Kestabilan lereng Sangat Stabil Sebagian Tidak Sangat tak
stabil tak stabil stabil stabitil
kelongsoran Tidak Berupa Dikontrol Bidang Bidang
terjadi blok oleh adanya atau baji atau busur
bidang
lemah
Sumber: Audah, 2016
antara lain bobot isi asli (natural density), bobot isi kering (dry density), bobot isi
jenuh (saturated densuty), berat jenis semu (apparent specific grafity), berat jenis
sejati (true specific grafity), kadar air asli (natural water content), kadar air jenuh
Uji sifat fisik berguna sebagai data pendukung dari batuan yang akan di uji.
Apabila hasil dari uji sifat fisik batuan yang di uji menunjukkan ketidakseragaman,
hal ini menjadi indikasi tidak meratanya kekuatan batuan, atau dengan kata lain
nilai suatu lereng dikategorikan dalam 3 jenis seperti pada tabel 1 (Bowles, 1989,
Tabel 2.11
Hubungan nilai faktor keamanan lereng dan intensitas longsor (Bowles, 1989)
Tabel 2.12
Hubungan antara nilai faktor keamanan dengan pergerakan tanah (Lubis, 2012,
dalam Wijayanti, 2015)
FK keterangan
< 1,2 Kerentanan tinggi, kemungkinan tinggi
untuk pergerakan tanah
1,2 Kerentanan sedang, gerakan tanah bisa
terjadi
1,7-2 Kerentanan rendah, gerakan tanah bisa
terjadi
>2 Kerentanan rendah, gerakan tanah
jarang atau hampir tidak pernah terjadi
Sumber: Teguh Samudera Paramesywara, 2014
1. Jenis tanah dan batuan, dalam hal ini tanah dan batuan dianggap homogen
dan kontinu.
lingkaran.
3. Tinggi permukaan air tanah pada lereng seperti gambar antara lain:
38
b. Kondisi air tanah nomor 2 yaitu air permukaan 8 kali dari ketinggian
c. Kondisi air tanah nomor 3 yaitu air permukaan 4 kali dari ketinggian
d. Kondisi air tanah nomor 4 yaitu air permukaan 2 kali dari ketinggian
Gambar 2.11 Diagram Cara Menghitung Kestabilan Lereng Untuk circular failure
(Hoek & Bray, 1981)
Sumber: Irwandy Arif, 2016
39
Gambar 2.12 Kondisi Air Tanah Dalam Lereng Untuk circular failure (Hoek & Bray,
1981)
Sumber: Irwandy Arif, 2016
40
Gambar 2.13 Kondisi nomor 1air tanah, circular failure (Hoek & Bray, 1981)
Sumber: Irwandy Arif, 2016
Gambar 2.14 Kondisi nomor 2 air tanah, circular failure (Hoek & Bray, 1981)
Sumber: Irwandy Arif, 2016
41
Gambar 2.15 Kondisi nomor 3 air tanah, circular failure (Hoek & Bray, 1981)
Sumber: Irwandy Arif, 2016
Gambar 2.16 Kondisi nomor 4 air tanah, circular failure (Hoek & Bray, 1981)
Sumber: Irwandy Arif, 2016
Gambar 2.15 Kondisi nomor 5 air tanah, circular failure (Hoek & Bray, 1981)
Sumber: Irwandy Arif, 2016
42
lereng melalui kegagalan pada gelinciran selinder. Analisis yang dibuat adalah
mengikuti langkung berbentuk silinder dan jisim tanah didalam lengkung ini
duanya itu daya hasil dan jumlah momen adalah sifar. Dengan lain perkataan,
sebarang daya atau momen dalaman yang wujud mesti seimbang dengan daya atau
momen luaran yang bertindak kepada tembok dan selalunya hasil daripada kedua –
duanya sifair. Ketetapan keputusan yang didapati melalui kebanyak kaedah analisis,
bergantung kepada cara bagaimana faktor keselamatan ditentukan dan juga kepada
anggapan yang dibuat terhadap daya-daya yang bertindak pada sempadan menegak
antara kepingan.
Dalam membina metode kestabilan, tanah yang membentuk tembok tersebut dan
yang terletak dibawahnya adalah diangap homogen seluruhnya (yaitu seragam dan
mempunyai ciri- ciri yang sama ). Tempat satah gelinciran genting ditentukan
berdasarkan kepada ketinggian dan kecondongan cerun serta ciri–ciri tanah dan
V.6.0
Pemograman ini dibutuhkan data-data mengenai sifat massa batuan secara umum
yang terdiri dari berat jenis, berat jenis jenuh, takanan pori, dan koefisien getaran
gempa. Selain itu, juga diperlukan data-data lainnya, tetapi bergantung pada kriteria
coulomb diperlukan data kohesi, sudut geser dalam dan bobot isi untuk mencari
sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan digunakan segera
untuk keperluan tertentu. Hasil penelitian yang dilakukan tidak perlu sebagai suatu
penemuan baru, akan tetapi merupakan aplikasi yang baru dari penelitian yang telah
ada.
Wilayah izin usaha pertambangan PT. Allied Indo Coal Jaya secara geografis
daerah penambangan tersebut terletak pada koordinat 1000 46’ 48” BT - 1000 48’ 47”
BT dan 00 35’ 34” LS – 00 36’ 59” LS dengan batas lokasi kegiatan sebagai berikut:
1. Sebelah utara: Wilayah desa Batu Tanjung dan Desa Tumpuak Tangah,
2. Sebelah timur: Wilayah Jorong Bukit Bua dan Koto Panjang Nagari V Koto,
Koto VII, Kabupaten Sijunjuang dan Wilayah Desa Salak, Talawi, Kota
Sawahlunto.
44
45
4. Sebelah barat: Wilayah Desa Salak dan Desa Sijantang Koto, Kecamatan
Waktu tempuh 3-4 jam dengan menggunakan roda dua dan roda empat.
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada 16 Juli 2018 sampai 20 Juli
Pada penelitian ini yang menjadi variabel penelitian ada dua yaitu variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kelas massa
batuan menggunakan metode rock mass rating dan slope mass rating dan
slide.
3.5.1 Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek
penambangan:
47
d. Geometri lereng.
e. Profil litologi.
2. Data Sekunder
Jenis data ini diperoleh dari profil perusahaan mengenai gambaran umum
a. Peta Geologi.
b. Peta Topografi.
c. Peta Hidrogeologi.
Sumber data yang penulis dapatkan berupa kuantitatif yang berasal dari
merupakan data informasi berupa simbol angka atau bilangan. Data ini didapatkan
a. Timbang massa batuan natural yang belum diberi perlakuan apapun (Wn).
ditimbang (Ww).
d. Contoh batuan jenuh dikeringkan di dalam oven selama 24 jam pada suhu
900 C.
kekar, jarak kekar, panjang kekar, kekasaran kekar, bukaan kekar (aperture),
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang sudah
ditetapkan. Pada pengolahan data ini ada beberapa hal yang akan dibahas yaitu:
49
1. Pengujian Point Load Indeks menggunakan persamaan (2.6 dan 2.5 hal.25)
hal 23).
hal. 25).
5. Kelas massa batuan menurut bobot total menggunakan (Tabel 2.4 hal 29).
6. Kohesi massa batuan dan sudut gesek dalam menggunakan (Tabel 2.5 hal
29).
(Tabel 2.9 hal. 34). Kemudian (Tabel 2.10 hal 36) untuk pembobotan kelas SMR.
3. Faktor Keamanan
data geometri lereng, litologi batuan, kohesi, sudut geser dalam dan bobot isi batuan.
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka
dilakukan analisa data dari pengolahan data yang didapat. Pada analisa data bertujuan
untuk:
rating.
rating.
4.
Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating Dan
Metode Slope Mass Rating Di Central Timur Tambang Batubara PT.
Allied Indo Coal Jaya Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat
Identifikasi Masalah
1. Kemiringan pada lereng central timur berkisar antara 600 sampai 900.
2. Seringnya terjadi runtuhan kecil pada lereng.
3. Terdapatnya rekahan-rekahan disekitar lereng tambang terbuka PT.
Allied Indo Coal Jaya.
4. Belum diketahuinya faktor keamanan pada lereng tambang terbuka PT.
Allied Indo Coal Jaya.
Tujuan
Pengumpulan Data
A
52
Pengolahan Data
1. Klasifiikasi massa batuan
a. Menggunakan tabel RMR untk mengetahui kelas massa batuan.
b. Menggunkan tabel SMR untuk mengetahui kelas massa batuan.
2. Menggunakan metode spencer dengan bantuan software slide V.6.0
untuk menghitung Faktor Keamanan lereng.
Analisa Data
1. Menganalisis kelas massa batuan menggunakan rock mass rating.
2. Menganalisis kelas massa batuan menggunakan slope mass rating.
3. Menganalisis faktor keamanan lereng menggunakan metode spencer
dengan bantuan software Slide V.6.0.
Bab ini berisikan pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian analisis
kestabilan lereng menggunakan metode rock mass rating dan slope mass rating di
central timur tambang batubara PT. Allied Indo Coal Jaya, kemudian dilanjutkan
pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
1. Data lapangan.
Data yang dikumpulkan melalui pengukuran di lapangan berupa data kekar yang
diukur pada scanline sepanjang 30 meter dan data geometri lereng terdiri dari:
a. Jarak kekar
Tabel 4.1
Data Jarak Kekar
52
53
Tabel 4.2
Data Strike dan dip batulanau
Tabel 4.3
Data Strike dan dip batubara
c. Kondisi kekar
Tabel 4.4
Kondisi Kekar
d. Geometri lereng.
Tabel 4.5
Geometri Lereng
Tinggi lereng 24,37 meter
Lebar lereng 21 meter
Panjang kemiringan lereng 27,123 meter
Sudut lereng 640
Dip lereng 80
Strike lereng 192
e. Profil Litologi.
2. Data Laboratorium
Data yang didapatkan pada pengujian laboratorium adalah data uji kuat tekan
batuan menggunakan alat pengujian Point Load Index (PLI). Sampel yang digunakan
berupa sampel batuan yang terdiri atas batulanau, batupasir dan batubara. Setiap
sampel terdiri dari 3 sampel batuan. Sampel diambil disekitar lereng tambang
Tabel 4.6
Data Sampel Batuan Beserta Ukurannya
No Sampel L d D W1 W2 W D/W
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 Pasir1 3 4 4,67 3 2,9 2,95 1,35
Berikut adalah gambar proses pengujian kuat tekan menggunakan alat uji PLI:
Gambar 4.3 Sampel Batuan Hasil Pengujian Point Load Index (PLI)
58
Data sekunder merupakan data yang telah ada di perusahaan, bersumber dari
selanjutnya adalah pengolahan data, dalam pengolahan data ini bertujuan untuk
59
mengetahui kelas massa batuan dan faktor keamanan lereng agar dapat diterapkan di
Uji kuat tekan batuan dilakukan dengan menggunakan alat point load index,
pengujian kuat tekan batuan dibutuhkan untuk menentukan kualitas dari massa
batuan. Dalam pengujian ini disediakan 3 sampel batuan yaitu batulanau, batubara
Dari data di atas dapat diketahui bahwa L adalah setengah dari panjang
sampel, D adalah diameter sampel batuan, W1 adalah lebar sampel bagian bawah,
W2 adalah lebar sampel bagian atas, W adalah rata-rata lebar sampel, D/W adalah
luas sampel sedangkan d adalah jarak antar konus atas dan konus bawahpada alat
PLI.
persamaan (2.6 hal.31), setelah faktor koreksi didapatkan, masukkan nilai faktor
koreksi ke persamaan point load index menggunakan rumus (2.5 hal.31). dari nilai
PLI yang telah didapatkan, maka dapat dicari nilai kuat tekan batuan berdasarkan
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, nilai UCS rata-rata dari 3
Tabel 4.7
Nilai UCS Sampel Batuan
Dari nilai rata-rata UCS yang sudah didapatkan, nilai UCS dari batupasir sebesar
6,99 kg/cm2 atau sebesar 0,68 Mpa, batubara sebesar 5,64 kg/cm2 atau 0,553 Mpa dan
batulanau 11,77 kg/cm2 atau 1,15 Mpa. Berdasarkan tabel pembobotan RMR nilai
UCS batulanau mempunyai bobot 1, sedangkan untuk batu pasir dan batubara
Dalam menentukan nilai RQD berdasarkan data kekar sepanjang scanline yang
sudah dibentangkan dapat digunakan persamaan (2.12 hal.25). Scanline penelitian ini
sepanjang 10 meter untuk batulanau dan 20 meter untuk batubara yang dibentangkan
pada lereng tambang terbuka. Berikut adalah tabel hasil perhitungan RQD pada
Tabel 4.8
Kualitas Dan Bobot Batuan Berdasarkan Nilai RQD
c. Jarak Diskontinuitas
Spasi bidang diskontinuitas atau kekar adalah jarak tegak lurus antar kekar yang
menggunakan alat ukur berupa meteran, didapatkan jarak kekar seperti tabel berikut:
Tabel 4.9
Jarak Kekar
d. Kondisi Kekar
permukaan atau celah kekar, kekasaran kekar, material pengisi dan tingkat
berikut:
63
Tabel 4.10
Kondisi Kekar
Untuk melihat kondisi keairan tanah digunakan peta hidrogeoogi dengan cara
peta hidrogeologi, dapat disimpulkan bahwa keairan pada lokasi penelitian pada
kondisi kering. Maka dari itu didapat rating/bobot untuk kondisi air tanah sebesar 15
f. Orientasi Kekar
diagram Rosette pada software Streonet, dengan hasil pengolahan seperti gambar di
bawah ini:
Strike lereng N 1920 E / 800
diagram Rosette pada software Streonet, dengan hasil pengolahan seperti gambar di
bawah ini:
dan kemiringan orientasi kekar pada batubara termasuk sedang dengan bobot -25
untuk lereng.
Untuk mengetahui kelas massa batuan meggunakan metode slope mass rating
perlu diketahui:
βj (dip diskontinuitas) = 77
βs (dip lereng) = 80
Tabel 4.11
Bobot Pengatur Untuk Kekar
= 62 + (0,15 x 1 x (-50)) + 0
= 62 +7,5
= 69,5
βj (dip diskontinuitas) = 74
βs (dip lereng) = 80
Tabel 4.12
Bobot Pengatur Untuk Kekar
= 44 + (0,15 x 1 x (-50) ) + 0
= 44 + 7,5
= 51,5
Metode Spencer dapat diketahui dengan perangkat lunak Slide V.6.0 dengan
kohesi (Tabel 5.2), sudut geser dalam (Tabel 5.2) dalam dan bobot isi (Lampian 3).
Dari hasil pengumpulan data dan analisa database dalam menggunakan software
Langkah awalnya buka software slide V.6.0, selanjutnya pilih new untuk
meteran, dimenson angle untuk membuat sudut, pencil untuk membuat garis
(Tabel 4.12), sudut geser dalam (Tabel 4.12) dan bobot isi (Lampiran 3)pada
3. Faktor keamanan
Langkah ketiga pilih analysis klik project setting pilih arah longsoran, pilih
methods klik spencer kemudian OK. Pilih auto grid, analysis, compute dan
dilakukan analisis kestabilan lereng agar kegiatan penambangan aman, untuk itu
lereng yaitu dengan pengklasfikasian massa batuan dan menghitung faktor keamanan
lereng dengan bantuan perangkat lunak slide v.6.0. dari pengumpulan dan pengolahan
data, maka didapatkan hasil yang digunakan dalam menganalisis data kestabilan
strength (UCS), rock quality designation (RQD), Jarak kekar, kondisi kekar
(pesistesi, aperture, kekasaran, isian dan pelapukan), kondisi air tanah dan orientasi
pada kekar. Setelah dilakukan penjumlahan tota dari enam parameter tersebut maka
didapatkan hasil seperti tabel 5.1 dengan bobot untuk batulanau 62 dan bobot
batubara 44.
72
73
Tabel 5.1
Total Bobot Dari 6 Parameter RMR
Tabel 5.2
Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total Untuk Batulanau dan Batubara
dimasukkan pada rumus SMR yaitu RMR ditambah dengan faktor koreksi maka
Tabel 5.3
Deskripsi Untuk Setiap Kelas SMR
Faktor keamanan lereng pada tambang terbuka PT. Allied Indo Coal Jaya
akan dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain. Parameter material yang
sangat mempengaruhi nilai faktor keamanan adalah karakteristik sifat fisik dan sifat
mekanik material penyusun lereng yang meliputi nilai bobot isi material atau density
(γ)dalam kN/m3, nilai kohesi (c) dalam kN/m3 dan sudut geser dalam derajat. Untuk
mendapatkan nilai dari parameter ini harus didapatkan dengan uji point load index
terhadap material yang akan dianalisis. Hasil pengujian sampel harus dilakukan
dengan baik agar dapat mewakili karakteristik material penyusun lereng yang
sebenarnya. Hasil yang didapatkan akan di inputkan ke dalam software slide v.6.0
Bobot isi material menyatakan perbandingan antar berat dengan volume material
tersebut. Semakin jenuh material maka nilai bobot isi semakin besar dan beban yang
ditanggung badan lereng semakin besar, sebaiknya material dalam kondisi kering,
bobot isinya akan semakin kecil sehingga bebannya akan semakin kecil. Pengaruh
terhadap faktor keamanan adalah jika nilai bobot isi material semakin besar maka
75
faktor keamanannya semakin kecil dan semakin kecil nilai bobot isi maka maka
dan propertis material yang lain seperti kohesi dan sudut geser dalam adalah sama.
Nilai bobot isi material yang digunakan untuk analisis kestabilan lereng adalah nilai
material yang didapat dari hasil pengujian sifat fisik batuan, untuk batuan lanau 35,1
2. Kohesi
Nilai kohesi didapatkan dari hasil perhitungan kualitas massa batuan (rock mass
rating). Dari hasil perhitungan tersebut (tabel 5.2) didapat nilai kohesi untuk
Sudut geser dalam merupakan sudut yang terbentuk dari hubungan tegangan
normal dan tegangan geser didalam material batuan. Sudut geser dalam adalah sudut
rekahan yang terbentuk jika suatu batuan dikenakan tegangan yang melebihi
tegangan gesernya. Semakin besar sudut geser dalam suatu material, maka material
tersebut akan lebih tahan manerima tegangan luar yang dikenakan dengan ketentuan
ketinggian dan kemiringan lereng dan propertis material yang lain seperti kohesi dan
tergantung pada daya ikat antar butirnya (kohesi) dan sudut geser dalam. Besarnya
nilai kohesi dan sudut geser dalam ini mempengaruhi besar kecilnya kekuatan geser
persamaan kekuatan geser Mohr Coulomb dimana semakin besar nilai kohesi dan
sudut geser dalam suatu material, maka semakin besar kekuatan geser material
tersebut untuk menahan longsor. Sebaliknya semakin kecil nilai kohesi dan sudut
geser dalam maka semakin kecil pula kekuatan geser material untuk menahan
longsoran.
Nilai sudut geser dalam dari material penyusun lereng dapat diketahui dari hasil
perhitungan kualitas massa batuan (rock mass rating) dari sebelumnya tabel 5.2
Tabel 5.1
Rekapitulasi Data Penelitian
Menurut standar Bieniawski bobot RMR 62 termasuk kelas massa batuan baik
dan bobot RMR 44 termasuk kelas massa batuan sedang. Menurut standar Romana
bobot SMR 69,5 termasuk kelas massa batuan baik dan bobot SMR 51,5 termasuk
77
kelas massa batuan normal serta diperolehnya faktor keamanan lereng menggunakan
metode spencer dengan bantuan software slide v.6.0 nilai faktor keamanan adalah
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan kelas massa batuan rock mass rating bobot 100-80 termasuk batuan
sangat baik, bobot 80-61 termasuk kelas batuan baik, bobot 60-41 termasuk
batuan sedang, bobot 40-21 termasuk batuan buruk dan <20 termasuk batuan
rating pada lokasi penelitian di dapatkan untuk batulanau tergolong batuan baik
dengan bobot 62 dan untuk batubara tergolong batuan sedang dengan bobot 44.
2. Berdasrkan kelas massa batuan slope mass rating bobot 100-81 termasuk sangat
baik sangat stabil dan jenis kelongsoran tidak terjadi, bobot 80-61 termasuk baik
stabil dan kelongsoran berupa blok, bobot 60-41 termasuk sedang sebagian tak
stabil dan kelongsoran dikontrol oleh adanya bidang lemah, bobot 40-21
termasuk buruk tidak stabil dan kelongsoran bidang atau baji dan bobot 20-0
termasuk sangat buruk sangat tidak stabil dan kelongsoran bidang atau busur.
batulanau tergolong batuan baik dengan bobot 69,5, kestabilan lereng stabil dan
78
jenis longsoran berupa blok dan untuk batubara tergolong batuan normal dengan
bobot 51,5, kestabilan lereng sebagian stabil dan jenis berkekar/ banyak baji.
rank 80-61 termasuk batuan baik, stabil dan kelongsoran berupa blok dan rank
60-41 termasuk batuan sedang, sebagian lereng stabil dan kelongsoran dikontrol
menurut Bowles nilai faktor keamanan <1,07 termasuk lonsor terjadi sering
(lereng labil), 1,07<FK<1,25 termasuk longsor pernah terjadi (lereng kritis) dan
> 1,25 longsor jarang terjadi (lereng relatif stabil). Menurut Wijayanti FK <1,2
kerentanan sedang, gerakan tanah bisa terjadi, FK 1,7-2 kerentanan rendah dan
gerakan tanah bisa terjadi, FK >2 kerentanan rendah dan gerakan tanah jarang
atau hampir tidak pernah terjadi. Faktor keamanan yang dianalisis menggunakan
keterangannya untuk Bowles adalah longsor jarang terjadi (lereng relatif stabil)
dan Wijayanti dengan keterangan kerentanan rendah, gerakan tanah jarang atau
Indo Coal Jaya secara berkala, dengan cara melakukan pemantauan pergerakan
kekar.
jenuh batuan semakin besar gaya penggerak ketika gaya penggerak lebih besar
penambangan.
5. Penelitian lanjutan pada lereng tambang terbuka area central timur PT. Allied
Indo Coal Jaya sangat dianjurkan untuk melengkapi data yang sudah ada.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arie Noor Rahkman, Nur Widi Astanto Agus Triheriyadi. Pengaruh Diskontinuitas
Massa Batuan Volkanik Terhadap Stabilitas Lereng Di Daerah Jelapan
Dan Sekitarnya, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta”, Jurusan Teknik Geologi, IST AKPRIND,
Yogyakarta, 2017.
Eko Santoso, Romla Noor Hakim, Adip Mustofa. Slope Stability Analisis Based On
Rock Mass Characterization In Open Pit Mine Method. Program Studi
Teknik Pertambangan, Universitas Lambung Mengkurat, 2016.
F = (d/50)0.45
Is(50) = F (P/D2)
σc = 23 x Is
Diketahui: W1 = 3 cm
W2 = 2,9 cm
P = 20 kg/cm2
D = 4,67 cm
d = 4 cm
Penyelesaian:
Syarat sampel D/W = 1.0 – 1.4
1. W = (W1 + W2) / (2)
= (3 + 2,9) / (2)
= 2,95
Jadi, D/W = 4/2,95 = 1.35
2. F = (d/50)0.45
= (4/50)0.45
= 0,32
3. Is(50) = F (P/D2)
= 0,32 (20/4,672)
= 0,29
4. σc = 23 x Is
= 23 x 0,29
= 6,67 kg/cm2 x 0,098
= 0,65 Mpa
b. Sampel 2
F = (d/50)0.45
Is(50) = F (P/D2)
σc = 23 x Is
Diketahui: W1 = 2,9 cm
W2 = 2,9 cm
P = 25 kg/cm2
D = 4,68 cm
d = 4 cm
Penyelesaian:
Syarat sampel D/W = 1.0 – 1.4
1. W = (W1 + W2) / (2)
= (4/50)0.45
= 0,32
3. Is(50) = F (P/D2)
= 0,32 (25/4,682)
= 0,365
4. σc = 23 x Is
= 23 x 3,65
= 8,4 kg/cm2 x 0,098
= 0,82 Mpa
c. Sampel 3
F = (d/50)0.45
Is(50) = F (P/D2)
σc = 23 x Is
Diketahui: W1 = 3,1 cm
W2 = 3,2 cm
P = 18 kg/cm2
D = 4,73 cm
d = 4 cm
Penyelesaian:
Syarat sampel D/W = 1.0 – 1.4
1. W = (W1 + W2) / (2)
= (4/50)0.45
= 0,32
3. Is(50) = F (P/D2)
= 0,32 (18/4,732)
= 0,25
4. σc = 23 x Is
= 23 x 0,25
= 5,92 kg/cm2 x 0,098
= 0,58 Mpa
Sampel Batubara
a. Sampel 1
F = (d/50)0.45
Is(50) = F (P/D2)
σc = 23 x Is
Diketahui: W1 = 2,9 cm
W2 = 2,9 cm
P = 14 kg/cm2
D = 4,74 cm
d = 4 cm
Penyelesaian:
Syarat sampel D/W = 1.0 – 1.4
1. W = (W1 + W2) / (2)
= (4/50)0.45
= 0,32
3. Is(50) = F (P/D2)
= 0,32 (14/4,742)
= 0,19
4. σc = 23 x Is
= 23 x 0,19
= 4,58 kg/cm2 x 0,098
= 0,449 Mpa
b. Sampel 2
F = (d/50)0.45
Is(50) = F (P/D2)
σc = 23 x Is
Diketahui: W1 = 2,8 cm
W2 = 2,9 cm
P = 15 kg/cm2
D = 4,5 cm
d = 4 cm
Penyelesaian:
Syarat sampel D/W = 1.0 – 1.4
1. W = (W1 + W2) / (2)
= (4/50)0.45
= 0,32
3. Is(50) = F (P/D2)
= 0,32 (15/4,52)
= 0,23
4. σc = 23 x Is
= 23 x 0,23
= 5,45 kg/cm2 x 0,098
= 0,53 Mpa
c. Sampel 3
F = (d/50)0.45
Is(50) = F (P/D2)
σc = 23 x Is
Diketahui: W1 = 2,9 cm
W2 = 2,9 cm
P = 18 kg/cm2
D = 4,355 cm
d = 4 cm
Penyelesaian:
Syarat sampel D/W = 1.0 – 1.4
1. W = (W1 + W2) / (2)
= (4/50)0.45
= 0,32
3. Is(50) = F (P/D2)
= 0,32 (18/4,3552)
= 0,3
4. σc = 23 x Is
= 23 x 0,3
= 6,9 kg/cm2 x 0,098
= 0,68 Mpa
F = (d/50)0.45
Is(50) = F (P/D2)
σc = 23 x Is
Diketahui: W1 = 3 cm
W2 = 2,9 cm
P = 60 kg/cm2
D = 4,395 cm
d = 4 cm
Penyelesaian:
Syarat sampel D/W = 1.0 – 1.4
1. W = (W1 + W2) / (2)
= (3 + 2,9) / (2)
= 2,95
Jadi, D/W = 4/2,95 = 1,35
2. F = (d/50)0.45
= (4/50)0.45
= 0,32
3. Is(50) = F (P/D2)
= 0,32 (60/4,3952)
= 0,99
4. σc = 23 x Is
= 23 x 0,99
= 22,86 kg/cm2 x 0,098
= 2,24 Mpa
b. Sampel 2
F = (d/50)0.45
Is(50) = F (P/D2)
σc = 23 x Is
Diketahui: W1 = 3,2 cm
W2 = 3 cm
P = 17 kg/cm2
D = 4,33 cm
d = 4 cm
Penyelesaian:
Syarat sampel D/W = 1.0 – 1.4
1. W = (W1 + W2) / (2)
= (3,2 + 3) / (2)
= 3,1
Jadi, D/W = 4/3,1 = 1,29
2. F = (d/50)0.45
= (4/50)0.45
= 0,32
3. Is(50) = F (P/D2)
= 0,32 (17/4,332)
= 0,29
4. σc = 23 x Is
= 23 x 0,29
= 6,67 kg/cm2 x 0,098
= 0,65 Mpa
c. Sampel 3
F = (d/50)0.45
Is(50) = F (P/D2)
σc = 23 x Is
Diketahui: W1 = 2,9 cm
W2 = 3 cm
P = 15 kg/cm2
D = 4,35 cm
d = 4 cm
Penyelesaian:
Syarat sampel D/W = 1.0 – 1.4
1. W = (W1 + W2) / (2)
= (2,9 + 3) / (2)
= 2,95
Jadi, D/W = 4/2,95 = 1,35
2. F = (d/50)0.45
= (4/50)0.45
= 0,32
3. Is(50) = F (P/D2)
= 0,32 (15/4,352)
= 0,25
4. σc = 23 x Is
= 23 x 0,25
= 5,8 kg/cm2 x 0,098
= 0,57 Mpa
Lampiran 2
Pengolahan Data Rock Quality Designation (RQD)
1. RQD = 100 (0,1 λ + 1) e-0,1λ
Penyelesaian:
Bobot isi asli (natural density) = Wn / (Ww-Ws)
= 151gr/cm3 / (155,1 gr/cm3 - 102gr/cm3)
= 2,84 = 28,4 kN/m3
bobot isi kering (dry density) = Wo / (Ww-Ws)
= 150,6 gr/cm3 / (155,1 gr/cm3-102 gr/cm3)
= 2,83= 28,3 kN/m3
bobot isi jenuh (saturated density) = Ww / (Ww-Ws)
= 155,1 gr/cm3 / (155,1 gr/cm3-102gr/cm3)
= 2,92 = 29,2 kN/m3
f. Sampel 3
Sampel Batubara
d. Sampel 1
f. Sampel 3
Lokasi Penambangan
Kondisi Lereng
Lampiran 9
Slide Analysis Information
Slide – An Interactive Slope Stability Program
BIODATA WISUDAWAN/TI
No. Urut :
Nama : Dewi Anita
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Surabaya/ 13 Desember 1995
NPM : 1410024427041
Program Studi : Teknik Pertambangan
Tanggal lulus : 03 November 2018
IPK : 3,42
Predikat lulus : Sangat Memuaskan
Judul skripsi : Analisis Kestabilan Lereng
Menggunakan Metode Rock
Mass Rating Dan Slope Mass
Rating Di Central Timur
Tambang Batubara Pt Allied
Indo Coal Jaya Sawahlunto-
Sumatera Barat
Dosen pembimbing : Dian Hadiyansyah, MT
Riam Marlina, MT
Asal SMA/SMK : SMAN 1 KINALI
Nama Orang Tua : Ven Marudo
Emsiah Apulan
Alamat/Tlp/Hp : Basecamp, Kinali, Pasaman
Barat.
Email/Gmail : Dewianitapdg123@gmail.com
Tlp/Hp : 085271837219