Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang
telah dilimpahakan, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Kertas Kerja
Wajib (KKW) dengan judul “Dimensi Jenjang Pit Batu Hijau PT Newmont Nusa
Tenggara Kabupaten Sumbawa Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat”.
Terwujudnya proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendorong dan membimbing penulis, baik berupa tenaga, maupun pemikiran. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mungucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan kebaikan
dari-Nya dan tercatat sebagai amal ibadah, Amiin.
Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis mengharap kritik, koreksi, dan saran dari berbagai pihak untuk
perbaikan-perbaikan ke depan.
Penulis
SURAHMAN
NIM.14361017/A
1
INTISARI
Mineral yang akan ditambang dengan cara teknik tambang terbuka sangat
dipengaruhi oleh beberapa aspek meliputi ukuran, bentuk, orientasi dan faktor
kedalaman dari permukaan cadangan mineral tersebut. Keadaan topografi mencakup
daerah pegunungan sampai daerah dasar lembah. Oleh karena itu terdapat beberapa
pertimbangan dimensi yang harus diperhatikan diantaranya adalah mengenai dimensi
jenjang.
Dimensi jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng jenjang tunggal, dan
lebar dari jenjang penangkap (catch bench). Rancangan geoteknik jenjang biasanya
dinyatakan dalam bentuk parameter-parameter untuk ketiga aspek ini.Ukuran
panjang dan lebar jenjang ditentukan oleh metode pembongkaran
materialmenggunakan alat mekanis atau pun peledakan, kemampuan alat muat, pola
gerak alat muat dan alat angkut, maupun letak alat muat dan alat angkut yang
digunakan dalam waktu yang bersamaan pada saat penambangan serta sasaran
produksi dan rencana pemanfaatan lahan bekas tambang. Dimensi jenjang akan
mempengaruhi jumlah bahan galian yang dapat di tambang, dan berpengaruh pada
kestabilan lereng dan keamanan penambangan.
Kata kunci: lebar jenjang, tinggi jenjang, sudut lereng, dan jenjang penangkap
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
INTISARI.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Masalah......................................................................................................2
1.3. Maksud dan Tujuan....................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................2
1.5. Sistematika Penulisan................................................................................3
1.6. Lokasi dan Kesampaian Daerah................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................6
2.1. Kajian Pustaka...........................................................................................6
2.1.1 Dimensi Jenjang.........................................................................................6
2.1.2 Rancangan Dimensi Jenjang......................................................................7
2.1.3 Sudut Lereng Inter-ramp dan Overall.....................................................12
2.1.4 Perhitungan Dimensi Jenjang..................................................................17
2.1.5 Regulasi yang Mengatur Dimensi Jenjang..............................................21
2.1.6 Peledakan.................................................................................................23
2.1.7 Rancangan Peledakan..............................................................................24
2.2. Kerangka Pemikiran................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................35
3.1. Studi Literatur..........................................................................................35
3.2. Observasi Lapangan.................................................................................35
3.3. Pengambilan Data....................................................................................35
3.4. Pengolahan Data......................................................................................36
3.5. Penyajian Data.........................................................................................36
BAB IV RENCANA KEGIATAN............................................................................37
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................36
3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
4
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
tambang bijih tembaga dengan mineral ikutan emas dan perak yang berlokasi di
Batu Hijau, Sumbawa Barat. Aktivitas penambangan pada pit “Batu Hijau”
dilakukan dengan sistem tambang terbuka. Karena letak bijih berada dilapisan bawah
dari permukaan dan tertutup oleh lapisan tanah penutup maka untuk mencapai
pergerakan alat-alat mekanis pada saat aktivitas pengupasan tanah penutup dan
pengambilan bijih, untuk itu diperlukan suatu perencanaan dan perhitungan yang
akurat agar jenjang tersebut aman dari longsor. Dimensi suatu jenjang dapat
yang digunakan, material yang digali, jenis pembongkaran dan penggalian yang
dipergunakan dan batas kedalaman penggalian atau tebalnya lapisan bijih, serta data
Karena dimensi jenjang akan mempengaruhi jumlah bahan galian yang dapat
maka diperlukan perencanaan dan perhitungan yang matang. Sehingga penulis sangat
1
2
I.2. Masalah
Maksud
lereng tunggal (single slope) dan lereng keseluruhan (overall slope) yang
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untukmengetahui apakah jenjang yang telah dibuat
sudah sesuai dengan dimensi jenjang menurut Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi No. 555 Pasal 241. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui potensi longsor
yang terjadi pada hasil rancangan dimensi lereng pada pit “Batu Hijau”.
desain jenjang.
2. Memberikan rekomendasi lereng tunggal dan lereng keseluruhan yang aman
Kertas Kerja Wajib ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai
berikut :
Bab I. Pendahuluan
yang dibahas, maksud dan tujuan, sistematika penulisan, lokasi dan kesampaian
daerah.
Bab V. Penutup.
Lokasi penambangan bijih tembaga dan emas Batu Hijau PT. Newmont
Sedangkan secara administratif terletak di sebelah barat daya Pulau Sumbawa yang
4
berjarak sekitar 15 km dari pantai barat dan 10 km dari pantai selatan, tepatnya
sebagai berikut :
Perjalanan diawali dari kota Cepu menuju Bandar Udara Internasional Juanda
pesawat terbang tujuan Kota Praya, NTB (Bandar Udara Internasional Lombok)
menuju Benete Port Maluk yang memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit.
pertambangan PT. NNT Batu Hijau berjarak 25 km yang memakan waktu sekitar
menyebabkan perubahan rona atau bentuk topografi suatu daerah menjadi sebuah
front penambangan. Secara umum tambang terbuka terdiri dari beberapa jenjang
1. Produksi
Salah satu tujuan penentuan dimensi jenjang adalah harus dapat menghasilkan
produksi yang diinginkan, maka jenjang yang akan dibuat perlu mempertimbangkan
dimensi jenjang yang akan dibuat, artinya akuratnya ukuran jenjang tergantung
jumlah produksi.
2. Kondisi Material
digunakan sehingga kegiatan yang sesuai untuk produksi yang dikerjakan dapat
ditentukan. Kondisi batuan yang lebih dominan antara lain kekuatan batuan, faktor
6
7
permukaan material (permukaan kerja), maka jarak dan ketinggian penggalian perlu
3. Peralatan Produksi
dengan kapasitas produksi yang diinginkan dan sesuai material yang akan dikerjakan.
Dengan pertimbangan tersebut, dimensi jenjang mempunyai kondisi kerja yang baik,
sudut kemiringan jenjang. Ukuran panjang dan lebar jenjang ditentukan oleh metode
alat muat, pola gerak alat muat dan alat angkut, maupun letak alat muat dan alat
angkut yang digunakan dalam waktu yang bersamaan pada saat penambangan serta
sasaran produksi dan rencana pemanfaatan lahan bekas tambang. Dimensi jenjang
akan mempengaruhi jumlah bahan galian yang dapat di tambang, dan berpengaruh
diterapkan dan jangkauan alat muatnya. Tinggi jenjang adalah jarak yang diukur
8
tegak lurus dari lantai jenjang (toe) hingga ujung jenjang bagian atas (crest). Tinggi
jenjang yang dibuat sangat dipengaruhi oleh sifat fisik, dan mekanik batuan, rencana
lokasi penambangan. Lebar jenjang adalah jarak horisontal yang diukur dari ujung
lantai jenjang sampai batas belakang lantai jenjang. Lebar minimum yang akan
yang digunakan
memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Penggalian oleh alat gali mekanis seperti
loader atau shovel dipermukaan jenjang pada umumnya akan menghasilkan sudut
lereng antara 60-65 derajat. Sudut lereng yang lebih curam biasanya memerlukan
peledakan pre-splitting.
biasanya dilakukan dengan menandai lokasi pucuk jenjang (crest) sesuai dengan
desain yang telah dibuat menggunakan bendera kecil. Operator alat mekanis
diharapkan dapat menggali sampai batas lokasi bendera tersebut. Lokasi lobang
tembak dapat pula menjadi pedoman. Penggalian sebaliknya dilakukan dari bagian
Dimensi jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng jenjang tunggal, dan
Tinggi jenjang; biasanya alat muat yang digunakan harus mampu pula
mencapai pucuk atau bagian atas jenjang. Jika tingkat produksi atau faktor lain
mengharuskan ketingggian jenjang tertentu, maka alat muat yang digunakan harus
Sudut lereng jenjang; penggalian oleh alat gali mekanis seperti loader atau
shovel dipermukaan jenjang pada umumnya akan menghasilkan sudut lereng antara
60-65 derajat. Sudut lereng yang lebih curam biasanya memerlukan peledakan pre-
splitting.
Tujuannya adalah menangkap batu-batuan yang jatuh, perlu bulldozer kecil atau
grader untuk membersihkan catch bench ini secara berkala. Di beberapa tambang
umumnya untuk jenjang yang tingginya 5-8 meter. Dalam hal ini jenjang dibuat
setiap dua atau tiga jenjang dengan tujuan untuk menerjalkan sudut lereng
keseluruhan. Jenjang penangkap ini biasanya dibuat lebih lebar dibandingkan untuk
jenjang tunggal.
menandai lokasi pucuk jenjang (crest) yang diinginkan menggunakan bendera kecil.
10
Crest adalah bagian paling atas dari satu jenjang dan biasa disebut sebagai
puncak suatu jenjang), sedangkan toe adalah batas paling bawah dari satu jenjang
2. Jenjang kerja
Jenjang kerja merupakan bagian dari jenjang yang berfungsi sebagai tempat
bekerja bagi peralatan tambang seperti: power shovel dan back hoe(Gambar 2.2)
11
yang dibuat guna menangkap material yang jatuh atau runtuh dari jenjang
sebelumnya. Ukuran dari jenjang ini biasanya relatif kecil dari jenjang utamanya
(Gambar 2.3)
Pit slop geometry disebut juga dimensi kemiringan dari front penambangan.
Sudut lereng antar jalan (inter-ramp slope angle) adalah sudut lereng
gabungan beberapa jenjang di antara dua jalan angkut. Inilah yang dihasilkan oleh
ahli-ahli geoteknik sewaktu menetapkan sudut lereng jenjang tunggal (face angle)
dan lebar jenjang penangkap (catch bench). Sudut lereng keseluruhan (overall slope
13
angle) adalah sudut yang sebenarnya dari dinding pit keseluruhan, dengan
memperhitungkan jalan angkut, jenjang penangkap dan semua profil lain di pit wall.
Berikut ini adalah definisi overall slope dan interramp slope angle:
yang dibuat pada front penambangan. Kemiringan ini diukur dari crest paling atas
Pada bagian pertengahan Overall slope diberisalah satu jenjang yang dimensi
Interramp slope angle merupakan sudut yang berada di antara ramp yang
sebagai working bench.Kemiringan sudut diukur dari crest paling atas sampai toe
paling bawah dari jenjang yang ada (Gambar 2.11).
16
Gambar 2.10 Overall slope angle dengan working bench dan ramp
Tidak ada rumus baku untuk menentukan ukuran dari dimensi jenjang, namun
ada beberapa pihak yang mengeluarkan pendapat mengenai dimensi jenjang, antara
lain :
dimana :
130 m.
Untuk Open-cut antara 12 ft – 75 ft; yang baik 30 ft. Sedangkan untuk
tambang bijih dapat mencapai 225 ft. Lebar jenjang disesuaikan dengan loading
track, daerah operasi power shovel serta untuk peledakan. Lebarnya antara 20–75ft,
Lebar jenjang tergantung pada metode penggalian dan kekerasan bahan galian
yang ditambang.
dimana :
B = N + L + L1 + L2………………………………………………………….... 2.3
dimana :
Disini tidak disediakan lebar untuk alat gali / muat, karena dianggap alat muat
B = 2R + C + C1 + L…………………………………………………………… 2.4
dimana :
C : Jarak sisi jenjang atau broken material ke garis tengah rel (m)
truck (m)
B = a + C + C1 + L + A………………………………………………………… 2.5
dimana :
1. Kemiringan jenjang tergantung pada kandung air pada bahan galian; bila relatif
Vr = A + C + C1 + L + B………………………………………………………. 2.6
dimana :
Tinggi jenjang
L = Lm + SF x………………………………………………………………….. 2.7
dimana :
1. Kemiringan, tinggi dan lebar teras harus dibuat dengan baik dan aman untuk
keselamatan para pekerja agar terhindar dari material atau benda jatuh.
2. Tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yang
mengandung pasir, tanah liat, kerikil, dan material lepas lainnya harus :
chamsell, dragline, bucket whell excavator atau alat sejenis kecuali mendapat
3. Tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada material kompak tidak
dilengkapi dengan kabin pengaman yang kuat, maka tinggi jenjang maksimum
Inspeksi Tambang.
15 m, dan
6. Lebar lantai teras kerja sekurang-kurangnya 1.5 kali tinggi jenjang atau
aman dan harus dilengkapi dengan tanggul pengaman (safety berm) pada tebing
terbuka dan diperiksa pada setiap gilir kerja dari kemungkinan adanya rekahan-
2.1.6 Peledakan
bantuan, maka akan digunakan cara peledakan. Secara umum tujuan dari peledakan
c. Memindahkan batuan
maka terdapat 3 parameter yang harus di ketahui, yaitu sifat-sifat batuan yang akan
23
yang diterapkan.
a. Sifat Batuan
Bahan peledak adalah suatu rakitan yang terdiri dari bahan-bahan berbentuk
padat atau cair atau campuran dari keduanya, yang apabila terkena suatu aksi
misalnya panas, benturan, gesekan dan sebagainya, dapat bereaksi dengan kecepatan
tinggi, membentuk gas dan menimbulkan efek panas serta tekanan yang sangat
tinggi.
kekuatan, kecepatan, kepekaan, bobot isi, tekanan detonasi, ketahanan terhadap air,
c. Rancangan Peledakan
tersebut terdiri dari dimensi pemboran, dimensi peledakan, arah peledakan , powder
a. Dimensi pemboran
24
b. Dimensi peledakan
c. Pola peledakan
d. Arah peledakan
e. Powder factor
A. Dimensi pemboran
ledak terlalu besar, maka fragmentasi yang dihasilkan akan kurang baik, terutama
gelombang tekan yang dipantulkan oleh bidang bebas lebih sempit, sehingga
kehilangan gelombang tekan akan cukup besar pada lantai jenjang bagian bawah, hal
ini dapat menyebabkan timbulnya tonjolan pada lantai jenjang. Sedangkan pada
peledakan dengan lubang ledak miring akan membentuk bidang bebas yang lebih
sebagai berikut:
Fragmentasi dari tumpukan hasil peledakan yang dihasilkan lebih baik, karena
pergerakanburden.
Mengurangi terjadinya pecah berlebihan pada batas baris lubang ledak bagian
Powder factor lebih rendah, ketika gelombang kejut yang dipantulkan untuk
Produktifitas alat muat tinggi karena tumpukan hasil peledakan (muckpile) lebih
Pada pemboran lubang ledak dalam, sudut deviasi yang dibentuk semakin besar.
lubang–lubang ledak secara sistematis. Pola pemboran ada 2 macam, yaitu : pola
pattern)(gambar 2.13).
Pola pemboran sejajar adalah pola pemboran dengan penempatan lubang ledak
dengan baris (row) yang berurutan dan sejajar dengan burden. Sedangkan pola
pemboran sejajar. Hal ini disebabkan karena pada pola pemboran selang–seling,
B. Dimensi Peledakan
kedalaman lubang bor, tinggi jenjang, dan panjang kolom bahan peledak (Gambar
2.14).
a. Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak terhadap bidang bebas
(free face) yang terdekat dan merupakan arah pemindahan batuan (displacement)
28
akan terjadi. Burden yang terlalu kecil akan menghasilkan bongkaran yang terlalu
hancur dan terjadinya batu terbang (fly rock). Sedangkan jika terlalu besar akan
B = Kb.d/12…………………………………………………………………….. 2.8
dimana :
B = burden (ft)
Kb = burden ratio ≈ 30
b. Spacing (S)
29
Spacing adalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang berdekatan di
dalam satu baris (row). Apabila spacing terlalu kecil akan menyebabkan batuan
hancur menjadi halus diikuti suara bising (noise) , disebabkan karena energi yang
menekan terlalu kuat, sedangkan bila spacing terlalu besar akan menghasilkan
boulder atau bahkan batuan hanya mengalami retakan dan menimbulkan tonjolan
Dimana :
S = spacing (m)
B = burden (ft)
c. Stemming (T)
30
letaknya di atas kolom isian bahan peledak. Fungsi stemming adalah agar terjadi
menekan batuan dengan energi yang maksimal. Disamping itu stemming juga
dimana :
T = stemming (ft)
B = burden (ft)
d. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah panjang lubang ledak yang berada dibawah lantai jenjang
dimana :
J =subdrilling (ft)
B = burden (ft)
e. Tinggi Jenjang(L)
bor dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang berpengaruh terhadap hasil peledakan
seperti fragmentasi batuan, ledakanudara, batu terbang dan getaran tanah. Hal ini
dipengaruhi oleh jarak burden. Berdasarkan perbandingan tinggi jenjang dan jarak
31
burdenyang diterapkan (stiffness ratio), maka akan diketahui hasil dari peledakan
tersebut.
sebagai berikut :
L = 5 x De ............................................................................................................. 2.16
dimana :
Kedalaman lubang ledak harus lebih besar daripada tinggi jenjang (bench
K = 5 x d................................................................................................................ 2.17
dimana :
Kedalaman lubang ledak tidak boleh lebih kecil dari burden, yang
H = K + J............................................................................................................... 2.18
dimana :
J = subdrilling(ft)
Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang akan diisi
bahan peledak. Panjang kolom ini merupakan kedalaman lubang ledak dikurangi
PC = H – T ............................................................................................................ 2.19
Di mana :
T = stemming(meter)
1. Produksi
33
Salah satu tujuan penentuan dimensi jenjang adalah harus dapat menghasilkan
produksi yang diinginkan, maka jenjang yang akan dibuat perlu suatu perencanaan
dan pertimbangan yang matang agar target jumlah produksi yang diinginkan bisa
tercapai. Dalam penentuan jumlah produksi juga sangat dipengaruhi olehsifat dan
2. Dimensi peledakan
bantuan, maka akan digunakan cara peledakan. Dalam kegiatan peledakan, hal-hal
yang harus diperhatikan antara lain adalah mengenai pengeboran dan bahan peledak
yang digunakan.
Dalam merencanakan desain jenjang, hal-hal yang harus ketahui antara lain:
rencana produksi yang diinginkan, peralatan mekanis yang digunakan, material yang
digali, jenis pembongkaran dan penggalian yang akan dilaksanakan, batas kedalaman
penggalian atau tebalnya lapisan bijih, serta sifat mekanik dan sifat fisik batuan
Yang meliputi tinggi, lebar, panjang, dan kemiringan jenjang. Pada tahapan
dilakukan desain ulang untuk mendapatkan dimensi jenjang yang benar-benar aman
dari kelongsoran.
5. Hasil
BAB III METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
perhitungan secara langsung terhadap jenjang yang ada dan mencari informasi
Data yang diambil adalah data yang sudah ada, dalam hal ini adalah data
yangberkaitan dengan praktik kerja lapangan yang berasal dari buku referensi,
35
36
pengambilankesimpulan.
Hasil yang didapat dari analisis data kemudian disajikan dalam bentuk
TANGGAL
No KEGIATAN 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
MARET APRIL
LI B UR
4
Lapangan
5 Pengumpulan Data
6 Analisis Pengamatan
Penulisan dan
7
Konsultasi KKW
9 Pamitan Pulang
Mengetahui,Pembimbing Penulis
S URAH MAN
37
DAFTAR PUSTAKA
Pt. Riau Bara Harum Desa Kelesa,Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau,
Riau
Tembaga Batu HijauPT Newmont Nusa Tenggara, Kab. Sumbawa Barat, Staf