Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL TUGAS AKHIR

“KAJIAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG DI TAMBANG


TERBUKA BATUBARA PADA BLOK X PT. SATRIA BAHANA SARANA
TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN”

Diajukan Untuk Penelitian Skripsi Mahasiswa


Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh:
ICHSANDHIYONI LISNA KURNIAWAN
NIM/BP: 18137057/2018

Program Studi : S1 – Teknik Pertambangan


Jurusan : Teknik Pertambangan

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PADANG
2019
A. Judul

Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang di Tambang Terbuka

Batubara Pada Blok X PT. Satria Bahana Sarana Tanjung Enim Mining

Operation, Sumatera Selatan

B. Latar Belakang

Pertambangan merupakan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan

dalam eksplorasi, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang

meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta

kegiatan pasca tambang (UU Minerba No. 4 Tahun 2009).

Industri pertambangan merupakan industri yang memiliki resiko

tinggi dalam bebagai aspek dan sangat dipengaruhi oleh harga pasar atau

harga jual batubara. Semakin buruknya kondisi pasar atau harga batubara

dunia maka akan memberikan dampak signifikan terhadap penjualan

batubara. Namun tidak membuat industri tambang mengecilkan kegiatannya

untuk tetap memenuhi kebutuhan pasar akan batubara, baik dari dalam

maupun luar negeri. Berbagai perusahaan tambang di Indonesia baik swasta

maupun milik negara terus ambil andil dalam penjualan batubara salah

satunya PT. Satria Bahana Sarana Jobsite Tanjung Enim Mining Operation,

selain juga fungsinya untuk meningkatkan devisa negara hal ini tentunya

menjaga eksistensi perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia untuk

bersaing di pasar International.

2
3

PT. Satria Bahana Sarana Jobsite Tanjung Enim Mining Operation

merupakan salah satu perusahaan kontraktor yang bergerak dibidang

pertambangan khususnya batubara. Perusahaan ini berada di K e c a m a t a n

Tanjung Enim, K a b u p a t e n M u a r a E n i m , Provinsi Sumatera Selatan.

Sistem penambangan yang diterapkan PT. Satria Bahana Sarana

Jobsite Tanjung Enim Mining Operation adalah sistem tambang terbuka yang

menggunakan metode open pit mining sehingga dalam melakukan

penambangan akan membentuk cekungan. Sebagai konsekuensi dari sistem

penambangan terbuka, aktivitas penambangannya sangat dipengaruhi oleh

keadaan cuaca terutama hujan. Air yang masuk ke lokasi penambangan yang

sebagian besar berasal dari air hujan dan rembesan air tanah, menyebabkan

air yang masuk ke lokasi akan terkonsentrasi di cekungan paling rendah.

Untuk mengurangi biaya dan resiko dari tergenangnya air pada cekungan

terendah tersebut diperlukan perhitungan yang matang, dalam menganalisa

sistem penyaliran yang baik, dan menganalisa unit pompa yang sudah ada

cukup untuk memompakan air pada sump, sehingga meminimalisir terjadinya

resiko air pada sump yang meluap.

Air yang melebihi kapasitas sump harus ditangani sehingga tidak

menghambat aktifitas penambangan. Maka dari itu sistem penyaliran sangat

berperan untuk mengendalikan air yang masuk ke daerah penambangan,

Pengendalian ini sangat diperlukan terutama pada saat musim penghujan.


4

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mendapatkan

rekomendasi dari perusahaan untuk melakukan penelitian mengenai Kajian

Teknis Sistem Penyaliran Tambang di Tambang Terbuka Batubara Pada

Blok X PT. Satria Bahana Sarana Tanjung Enim Mining Operation,

Sumatera Selatan

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan

masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:

1. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan debit limpasan semakin tinggi

pula

2. Banyaknya genangan air di front penambangan yang menghambat

kelancaran kegiatan penambangan sehingga diperlukan sistem penyaliran

yang baik.

3. Kapasitas pompa yang tidak sesuai dengan kapasitas air yang masuk.

D. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada perencanaan sistem penyaliran tambang

pada penambangan batubara blok X PT. Satria Bahana Sarana., meliputi :

1. Menghitung debit air total yang masuk ke sump

2. Menghitung kapasitas pompa yang sesuai dengan debit air yang masuk ke

kolam (sump).

3. Menghitung Kebutuhan jumlah unit pompa yang sesuai dengan kapasitas

pompa.
5

4. Menghitung dimensi sump rancangan yang dapat menampung air yang

masuk pada front penambangan

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah

diuraikan diatas, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Berapa debit air total yang masuk pada front penambangan batubara Blok

X PT. Satria Bahana Sarana ?

2. Berapa unit dengan spesifikasi apa pompa yang ideal digunakan untuk

mengeluarkan debit air yang masuk pada front penambangan batubara

Blok X PT. Satria Bahana Sarana ?

3. Berapa dimensi sump rancangan yang dapat menampung air yang masuk

pada front penambangan batubara Blok X PT. Satria Bahana Sarana ?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk Megetahui Debit Air yang masuk ke front Penambangan

2. Untuk Mengetahui dengan spesifikasi pompa apa yang ideal digunakan

untuk mengeluarkan debit air yang masuk ke front Penambangan

3. Untuk Mengetahui sump rancangan yang dapat menampung air yang

masuk ke front penambangan


6

G. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Dapat mengatasi masalah air yang masuk ke lokasi penambangan Blok X

PT. Satria Bahana Sarana. dengan merencanakan sistem penyaliran

tambang.

2. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai sistem penyaliran

tambang.

H. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum

a. Geologi dan Stratigrafi

1) Geologi

Secara geologi regional endapan batubara ditemukan dalam

suatu cekungan sedimen melalui proses pembatubaraan

(coalification). Endapan batubara biasanya hanya ditemukan dalam

cekungan - cekungan yang pada saat pengendapan material sedimen

muncul dipermukaan danau, delta, rawa dan bias juga laut pada

situasi sistem geologi tertentu. Sistem geologi tertentu tersebut

meliputi daerah yang sangat luas (regional) dengan beberapa

unsurnya seperti gunung, lautan, sungai, jalur sesar, gempa, dimana

semua unsur tersebut dapat saling mempengaruhi antara satu dengan

yang lainnya.
7

Pemahaman geologi regional dimaksudkan untuk dapat

menguraikan proses-proses geologi yang berpengaruh terhadap

keterdapatan batubara di daerah penelitian sehingga dapat membantu

analisis-analisis dalam eksplorasi awal sampai eksplorasi rinci,

antara lain :

a) Mendapatkan gambaran variasi dan susunan umur batuan.

b) Mendapatkan gambaran pola geometri (struktur geologi) tubuh

lapisan batubara.

c) Dasar pemikiran untuk korelasi lapisan batubara, baik lateral

maupun vertikal, kemana arah menipis atau menebal lapisan

batubara.

2) Stratigrafi

Batuan sedimen Tersier Awal Cekungan Sumatera Selatan

diendapkan selama periode genang laut yang menerus sampai

pertengahan Miosen disusul tahap susut Laut. Hal ini berhubungan

dengan dua satuan litostratigrafi utama, yaitu Kelompok Telisa dan

Kelompok Palembang (De Coster 1974, S. Gafoer dkk, 1986).

Satuan pertama terdiri dari Formasi Lahat, Formasi Talangakar,

Formasi Baturaja dan Formasi Gumai. Sedangkan yang kedua terdiri

dari Formasi Airbenakat, Formasi Muaraenim dan Formasi Kasai.

Formasi Airbenakat berumur Miosen Tengah – Akhir, terletak

secara selaras di atas Formasi Gumai (setempat tidak selaras). Formasi

airbenakat ini terdiri dari batupasir glaukonitan, napal dan batulanau


8

yang diendapkan di lingkungan laut dangkal yang menunjukkan susut

laut umum dari keadaan laut terbuka Formasi Gumai.

Formasi Muaraenim menindih secara selaras Formasi

Airbenakat dan menunjukkan bahwa susut laut dan pendangkalan

cekungan berlangsung menerus sampai Kala Pliosen. Batuannya terdiri

dari batupasir dan batulempung, sebagian tufaan, di sana-sini

mengandung horizon lignit, dan memperlihatkan pengendapan di

lingkungan laut dangkal sampai peralihan (ke darat). Berdasarkan posisi

stratigrafinya formasi ini berumur Miosen Akhir sampai Pliosen (De

Coster, 1974).

Di atas Formasi Muara Enim ditindih secara tidak selaras oleh

Formasi Kasai yang berumur Plio-Plistosen. Formasi ini terdiri dari

batupasir dan batulempung darat, berbatuapung dan tufaan.

Ketidakselarasan memperlihatkan pengangkatan setempat pada Pliosen

Akhir yang berkaitan dengan erosi terhadap Pegunungan Barisan, tetapi

tidak berkembang di seluruh wilayah dengan tingkat yang sama

(Nayoan & Martosono, 1974, Goafoer dkk, 1986). Endapan Rawa,

diendapkan tidak selaras di atas satuan batuan lainnya pada Kala

Holosen, terdiri dari kerikil, pasir, lanau dan lempung dengan sisa-sisa

tumbuhan.
9

b. Iklim dan Curah Hujan

Seperti kebanyakan daerah di Indonesia, Unit Pertambangan Satria

Bahana Sarana memiliki iklim tropis dengan kelembaban dan temperatur

rata – rata berkisar 28˚C, temperatur minimum lebih kurang 24˚C dan

temperatur maksimum lebih kurang 28˚C sedangkan kelembaban udara

rata – rata berkisar 57 % sampai dengan 85 % dengan kelembaban relatif

maksimum berkisar 98 % terjadi pada pagi hari dan kelembaban relatif

minimum berkisar 35 % terjadi pada siang hari. Pada umumnya daerah

ini terdiri atas dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Musim hujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan April

dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan

Oktober.

2. Kajian Teori

a. Penyaliran Tambang

Penyaliran tambang merupakan penanganan air yang masuk

kedalam daerah penambangan. Hal ini dilakukan untuk menjaga

kelangsungan aktifitas penambangan agar tidak terganggu oleh air yang

jumlahnya melebihi di front penambangan, apalagi ketika musim hujan

datang maka air semakin meningkat sehingga sangat mempengaruhi

aktifitas penambangan. Rudy (1999:4-1) menyatakan bahwa penanganan

masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua

jenis yaitu:
10

1) Mine drainage adalah suatu upaya untuk mencegah

masuk/mengalirnya air ke areal front kerja. Hal ini umum dilakukan

untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari sumber air

permukaan.

2) Mine dewatering merupakan usaha yang dilakukan untuk

mengeluarkan air yang telah masuk ke dalam areal penambangan,

terutama untuk penanganan air hujan.

b. Daur Hidrologi

Air yang berada di dalam maupun di permukaan bumi mengalami

proses yang membentuk daur. Secara umum daur hidrologi terjadi karena

air yang menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut akan

terkondensasi dan kembali jatuh ke bumi (Soemarto, 1995:25). Kejadian

ini disebut presipitasi yang dapat berbentuk hujan, salju, atau embun.

Peristiwa perubahan air menjadi uap air dan bergerak dari permukaan

tanah ke udara disebut evaporasi, sedangkan penguapan air dari tanaman

disebut transpirasi. Jika kedua proses ini terjadi secara bersama-sama

maka disebut evapotranspirasi. Untuk lebih jelasnya kita lihat daur

hidrologi pada di bawah ini.


11

Sumber: Bahan Kuliah Hidrogeologi (Rusli HAR)


Gambar 1. Skema Siklus Hidrologi

Air pada lokasi tambang dapat bersumber dari:

1) Air permukaan

Air permukaan yaitu air yang mengalir di permukaan tanah.

Jenis air ini meliputi air limpasan permukaan yang berasal dari air

hujan.

2) Airtanah

Airtanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau

bebatuan di bawah permukaan tanah. Airtanah merupakan salah satu

sumberdaya air selain air sungai dan air hujan.

Berdasarkan Gambar 1 ada beberapa persitiwa hidrologi

yang tejadi yaitu sebagai berikut:

a. Presipitasi

Presipitasi adalah nama umum dari uap yang

mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses siklus


12

hidrologi (Sosrodarsono dan Takeda, 1983). Presipitasi dapat

berbentuk dua wujud, yaitu:

(1) Presipitasi cair, seperti hujan dan embun.

(2) Presipitasi beku, seperti salju dan hujan es.

Faktor-faktor yang mempengaruhi presipitasi adalah:

(1) Adanya uap air di atmosfer.

(2) Faktor-faktor meteorologis seperti suhu, air, suhu udara,

kelembaban, kecepatan angin, tekanan dan sinar matahari.

(3) Rintangan yang disebabkan oleh gunung dan lain-lain.

b. Infiltrasi

Proses masuknya air hujan ke dalam lapisan permukaan

tanah dan turun ke permukaan air tanah disebut infiltrasi

(Sosrodarsono dan Takeda, 1983). Sosrodarsono dan Takeda

(1983) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

infiltrasi adalah:

1) Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan

yang jenuh.

2) Kelembapan tanah.

3) Pemampatan oleh curah hujan.

4) Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus.

5) Pemampatan oleh orang dan hewan.

6) Struktur tanah.

7) Tumbuh-tumbuhan.
13

8) Udara yang terdapat dalam tanah.

9) Lain-lain.

c. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi merupakan gabungan dari evaporasi dan

transpirasi. Evaporasi adalah proses pertukaran molekul air di

permukaan menjadi molekul uap air di atmosfer akibat panas.

Transpirasi adalah proses penguapan pada tumbuh-tumbuhan

melalui sel-sel stomata. Faktor yang mempengaruhi

evapotranspirasi adalah:

(1) Faktor-faktor meteorologis terutama matahari karena 95 %

evapotranspirasi terjadi pada siang hari.

(2) Jenis tumbuhan, karena evapotranspirasi dibatasi oleh

persediaan kelembaban air yang diperlukan oleh tumbuh-

tumbuhan serta ukuran stomata.

(3) Jenis tanah, karena kadar kelembaban tanah membatasi

persediaan air yang disediakan tumbuhan.

(4) Genangan air terbuka.

d. Limpasan (Run Off)

Limpasan adalah semua air yang mengalir di permukaan

tanah akibat hujan, yang bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke

tempat yang lebih rendah, memperlihatkan asal atau jalan yang

ditempuh sebelum mencapai saluran.


14

Koefisien limpasan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal

yaitu factor-faktor tutupan tanah, kemiringan lahan, intensitas

hujan dan lamanya hujan. Koefisien ini merupakan suatu

konstanta yang menggambarkan dampak proses infiltrasi,

penguapan dan intersepsi pada daerah tersebut. Menurut Gautama

(1999), Pehitungan debit limpasan, dengan menggunakan rumus

Rasional pada persamaan 1 berikut ini:

………………………………………………….(1)

Keterangan:

Q = Debit Limpasan (m3/jam)

C = Koefisien limpasan

I = Intensitas curah hujan (m/jam)

A = Luas catchment area (m2)

Setiap bentuk area limpasan mempunyai koefisien tersendiri

seperti yang terdapat pada Tabel 1.


15

Tabel 1. Koefisien Limpasan (C) Pada Kondisi Tertentu


(Gautama, 1999)
No Kemiringan Tata Guna Lahan Nilai C

a. sawah dan rawa 0,2


Datar,
1 b. hutan dan kebun 0,3
<3%
c. pemukiman dan taman 0,4

a. hutan dan kebun


0,4
b. pemukiman
Menengah, 0,5
2 c. tumbuhan yang jarang
3% - 5% 0,6
d. tanpa tumbuhan dan daerah
0,7
penimbunan

a. hutan
0,6
b. pemukiman dan kebun
Curam, 0,7
3 c. tumbuhan yang jarang
> 15 % 0,8
d. tanpa tumbuhan dan daerah
0,9 – 1
tambang

c. Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada

satu satuan luas tertentu, dinyatakan dalam satuan mm. 1 mm berarti

pada luasan 1 m2 jumlah air hujan yang jatuh sebanyak 1 Liter. Curah

hujan merupakan faktor yang sangat penting dalam perencanaan sistem

penirisan, karena besar kecilnya curah hujan pada suatu daerah tambang

akan mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang harus

ditanggulangi.

Angka–angka curah hujan yang diperoleh merupakan data yang

tidak dapat digunakan secara langsung untuk perencanaan pembuatan


16

sarana pengendalian air tambang, tetapi harus diolah terlebih dahulu

untuk mendapatkan nilai curah hujan yang lebih akurat. Curah hujan

merupakan data utama dalam perencanaan kegiatan penirisan tambang

terbuka.

Pengamatan curah hujan dilakukan dengan alat pengukur curah

hujan.Ada dua jenis alat pengukur curah hujan, yaitu alat ukur manual

dan otomatis.Alat ini biasanya diletakkan ditempat terbuka agar air

hujan yang jatuh tidak terhalang oleh bangunan atau pepohonan. Data

tersebut berguna pada saat penentuan hujan rencana.Analisa terhadap

data curah hujan ini dapat dilakukan dengan dua metode.yaitu :

1) Annual series, yaitu dengan mengambil satu data maksimum setiap

tahunnya yang berarti bahwa hanya besaran maksimum setiap tahun

saja yang dianggap berpengaruh dalam analisa data.

2) Partial Duration Series, yaitu dengan menentukan lebih dahulu batas

bawah tertentu dari curah hujan, selanjutnya data yang lebih besar

dari batas bawah tersebut diambil dan dijadikan data yang akan

dianalisa.

a) Curah Hujan Rancangan

Pengolahan data curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan

data curah hujan yang siap pakai untuk suatu perencanaan sistem

penyaliran. Pengolahan data ini dapat dilakukan dengan beberapa

metode, salah satunya adalah metode Gumbel, yaitu suatu metode

yang didasarkan atas distribusi normal (distribusi harga ekstrim).


17

Gumbel beranggapan bahwa distribusi variabel-variabel hidrologis

tidak terbatas, sehingga harus digunakan distribusi dari harga-harga

yang terbesar (harga maksimal). Persamaan Gumbel tersebut

terdapat pada persamaan 2 berikut ini:

………………………………………………..…….(2)

“Diktat Perencanaan Drainase Tambang Terbuka PT Bukit Asam”

Keterangan :

Xt = Curah hujan rencana (mm/hari) ;

k = Reduced variate factor

X = Curah hujan rata – rata (mm/hari) ;

Yt = Reduced variate

Yn = Reduced mean

S = Standart deviation

Sn = Reduced standart deviation

Dari perumusan distribusi Gumbel di atas, hanya harga curah

hujan rata-rata dan Standar deviasi nilai curah hujan yang diperoleh

dari hasil pengolahan data. Sedangkan harga-harga selain itu

diperoleh dari table tetapan, dalam hubunganya dengan jumlah data

dan periode ulang hujan.


18

b) Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan

dalam tinggi hujan atau volume hujan dalam satuan waktu. Nilai

intensitas hujan tergantung lama curah hujan dan frekuensi hujan dan

waktu konsentrasi. Menurut Gautama (1999), dalam menentukan

intensitas curah hujan dapat dicari dengan rumus berikut:

……………………………………………..….…..(3)

Harga tc dapat dicari dengan menggunakan rumus

(Gautama,1999),:

Keterangan:

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

R = Curah hujan rancangan (mm/hari)

tc = Lama waktu konsentrasi (jam)

L = Panjang aliran (km)

H = Beda elevasi (km)

S = Slop/kemiringan

Berdasarkan tinggi rendahnya nilai intensitas curah hujan,

hujan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tingkatan yang dapat

dilihat pada Tabel 2.


19

Tabel 2. Derajat dan Intensitas Curah Hujan (Gautama, 1999)

Intensitas Hujan
No Derajat Hujan Kondisi
(mm/jam)

Hujan sagat Tanah agak basah atau dibasahi


1 < 0,02
lemah sedikit

Tanah menjadi basah


2 Hujan lemah 0,02 – 0,05
semuanya

3 Hujan normal 0,05 – 0,25 Bunyi hujan terdengar

Air tergenang di seluruh


4 Hujan deras 0,25 – 1,00 permukaan tanah dan tedengar
bunyi dari genangan

Hujan sangat Hujan seperti ditumpahkan,


5 > 1,00
deras seluruh drainase meluap

c) Catchment Area

Catchment area merupakan suatu areal atau daerah tangkapan

hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-titik

elevasi tertinggi, sehingga akhirnya merupakan suatu poligon

tertutup yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi

dengan mengikuti kecendrungan arah gerak air. Air yang jatuh ke

permukaan sebagian akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi),

sebagian ditahan oleh tumbuhan (intersepsi), dan sebagian akan

mengisi liku-liku permukaan bumi dan akan mengalir ketempat yang

lebih rendah.

Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yang dapat

mengakibatkan air limpasan permukaan (run off) mengalir ke suatu

tempat (daerah penambangan yang lebih rendah).Dalam menentukan


20

batasan catchment areadapat dibatasi pada wilayah areal

penambangan saja, sedangkan daerah di luar areal penambangan bisa

saja termasuk kedalam catchment area jika elevasi diluar areal

penambangan lebih tinggi dari areal penambangan. Namun di luar

areal penambangan dalam penanggulangan air limpasan dapat dibuat

saluran pengelak (pengubah arah aliran air).

d) Saluran Terbuka

Pembuatan saluran terbuka dilakukan untuk mengalirkan air

limpasan permukaan pada suatu daerah ke tempat pengumpulan

(sumuran) atau tempat lainnya. Saluran ini juga digunakan untuk

mengalirkan air hasil pemompaan keluar areal penambangan

(sungai).

Menurut Gautama (1999), saluran terbuka harus memenuhi

persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

a. Dapat mengalirkan debit air yang direncanakan.

b. Kemiringan sedemikian sehingga tidak terjadi pengendapan/

sedimentasi

c. Kecepatan air sedemikian sehingga tidak merusak saluran (erosi)

d. Kemudahan dalam penggalian.

Bentuk penampang saluran air umumnya dapat dipilih

berdasarkan debit air, tipe material pembentuk saluran serta kemudahan

dalam pembuatannya. Saluran air dengan penampang segi empat atau

segi tiga umumnya untuk debit kecil sedangkan untuk penampang


21

trapesium untuk debit yang besar. Bentuk penampang yang paling

sering dan umum di pakai adalah bentuk trapesium, sebab mudah dalam

pembuatannya, murah, efisien dan mudah dalam perawatannya serta

stabilitas kemiringannya (z) dapat disesuaikan menurut keadaan

topografi dan geologi. Menurut Gautama (1999), perhitungan kapasitas

pengaliran suatu saluran air dilakukan dengan rumus Manning.

……………………………………………………….(4)

Keterangan:

Q = Debit aliran pada saluran (m3/detik)

R = Jari-jari hidrolik =

S = Kemiringan dasar saluran (%)

P = Keliling basah

A = Luas penampang

n = Koefisien Manning yang menunjukan kekerasan dinding saluran

Harga Koefisien Manning dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Harga Koefisien Manning (n) (Gautama, 1999)

No Tipe Elemen (n)


1. Semen 0,010 – 0,014
2. Beton 0,011 – 0,016
3. Bata 0,012 – 0,020
4. Besi 0,013 – 0,017
5. Tanah 0,020 – 0,030
6. Gravel 0,022 – 0,035
7. Tanah yang ditanami 0,025 – 0,040
22

Dimensi penampang yang dapat di katakan efisien, yaitu apabila

dapat mengalirkan debit aliran secara maksimum. Beberapa jenis

penampang efisien yang paling sering digunakan adalah sebagai

berikut:

1) Penampang Saluran Trapesium

Sumber: Bambang Triatmodjo, 2008

Gambar 2. Penampang Saluran Trapesium

Keterangan : B = Lebar dasar saluran

tg a = Kemiringan tebing

Y = Kedalaman saluran

2) Penampang Saluran Segi Empat

Sumber: Bambang Triatmodjo, 2008

Gambar 3. Penampang Saluran Segi Empat


23

Keterangan:

B = Lebar dasar saluran

y = Kedalaman saluran

3) Penampang Saluran Setengah Lingkaran

Sumber: Bambang Triatmodjo,2008

Gambar 4. Penampang Saluran Setengah Lingkaran

Keterangan:

r = Jari – jari lingkaran

Saluran dalam areal penambangan berfungsi untuk

mengeluarkan air limpasan ke luar tambang, selain itu saluran juga

terdapat di luar areal penambangan. Saluran yang berada di luar

areal penambanan ini dikatakan sebagai saluran pengelak. Saluran

pengelak merupakan saluran yang berfungsi untuk mencegah

masuknya air limpasan kedalam areal penambangan.

e. Sumuran (Sump)

Sumuran berfungsi sebagai penampung air sebelum dipompa ke

luar tambang. Dengan demikian, dimensi sumuran ini sangat tergantung

dari jumlah air yang masuk serta keluar dari sumuran (Rudy, 1999:4-4).
24

Jumlah air yang masuk ke dalam sump merupakan jumlah air yang

dialirkan oleh saluran-saluran, jumlah limpasan permukaan yang

langsung mengalir ke sumuran dan curah hujan yang jauh di sump.

Sedangkan jumlah air yang keluar dapat dianggap sebagai kapasitas

pompa, karena penguapan tidak terlalu berarti. Dengan adanya

masukan (input) dan keluaran (output) maka dapat ditentukan

dimensi sump.

1) Tata Letak Sumuran

Tata letak sumuran dipengaruhi oleh sistem penyaliran

tambang yang digunakan serta disesuaikan dengan letak geografis

daerah tambang dan kestabilan lereng tambang. Berdasarkan tata

letak sumuran (sump), sistem penyaliran tambang dapat dibedakan

menjadi:

a) Sistem Penyaliran Terpusat. Pada sistem ini sump ditempatkan

pada setiap jenjang atau bench. Sistem pengaliran dilakukan

dari jenjang paling atas menuju jenjang-jenjang yang berada

di bawahnya, sehingga airnya akan terpusat pada main

sump untuk kemudian dikeluarkan dari areal

penambangan.

b) Sistem Penyaliran Tidak Terpusat. Sistem ini diterapkan

untuk daerah tambang yang relatif dangkal dengan keadaan

geografis daerah luar tambang yang memungkinkan untuk

mengalirkan air secara langsung dari sump ke luar tambang.


25

2) Jenis Sumuran dan Penempatannya

Berdasarkan penempatannya, sump dapat dibedakan

menjadi beberapa jenis, yaitu:

a) Travelling Sump, Sump ini berada pada areal

penambangan. Tujuan dibuatnya sump ini adalah untuk

menanggulangi air permukaan. Jangka waktu penggunaan

sump ini relatif singkat dan selalu ditempatkan sesuai dengan

kemajuan tambang.

b) Sump Jenjang, Sump ini dibuat secara terencana baik dalam

pemilihan lokasi maupun volumenya. Penempatan sump ini

adalah pada jenjang tambang dan biasanya dibagian tepi

lereng tambang. Sump ini disebut sebagai sump permanen

karena dibuat untuk jangka waktu yang cukup lama dan

biasanya dari bahan kedap air dengan tujuan untuk mencegah

meresapnya air yang dapat menyebabkan longsornya jejang.

c) Main Sump, Sump ini dibuat sebagai tempat penampungan

air terakhir. Pada umumnya sump dibuat pada elevasi terendah

dari dasar tambang.

f. Pompa

1. Pengertian Pompa

Pompa adalah suatu peralatan mekanik yang digerakkan

oleh tenaga mesin yang digunakan untuk memindahkan dan

mensirkulasikan cairan (fluida) dari suatu tempat ke tempat


26

lainnya, dimana cairan tersebut hanya mengalir apabila terdapat

perbedaan tekanan.

Selain dapat memindahkan cairan, pompa juga dapat

berfungsi untuk meningkatkan kecepatan, tekanan dan

ketinggian suatu cairan. Dalam penggunaannya pompa dapat

dikelompokkan berdasarkan beberapa hal yaitu berdasarkan

pemakaian, prinsip kerja, cairan yang dialirkan serta

berdasarkan material atau bahan konstruksinya.

Dalam memilih sebuah pompa untuk suatu maksud

tertentu, terlebih dahulu harus diketahui kapasitas aliran serta

head yang diperlukan untuk mengalirkan zat cair yang akan

dipompa. Selain dari pada itu, agar pompa dapat bekerja tanpa

mengalami kavitasi, perlu di perkirakan berapa tekanan minimum

yang tersedia pada sisi masuk pompa yang terpasang pada

instalasi. Atas dasar tekanan isap yang ada maka putaran

pompa dapat ditentukan.

Kapasitas aliran, head dan putaran pompa dapat

ditentukan, apabila terjadi perubahan kondisi operasional, maka

putaran dan ukuran pompa yang akan dipilih harus

diperhitungkan kembali. Pada Tabel 4, terdapat rangkuman data -

data yang diperlukan untuk pemilihan sebuah pompa yaitu

sebagai berikut :
27

Tabel 4. Data Pemilihan Pompa (Sularso & Tahara, 2006)

Data yang
No Keterangan
diperlukan
Diperlukan keterangan tentang kapasitas
1 Kapasitas
minimum dan kapasitas maksimum
Tinggi isap dari permukaan air isap ke level
pompa.
Tinggi fluktuasi permukaan air isap. Tekanan
2 Kondisi isap
yang bekerja pada permukaan isap.
Kondisi isap pipa

Tinggi permukaan air keluar ke level pompa.


Tinggi fluktuasi permukaan air permukaan air
3 Kondisi keluar permukaan. Besarnya tekanan pada
permukaan air keluar. Kondisi pipa keluar

4 Head total pompa


Air tawar, air laut, minyak, dll. Berat jenis,
Jenis cairan yang
5 viskositas, kandungan padatan, temperatur,
dipompa
dll
6 Jumlah pompa
Kerja terus menerus, terputus - putus, jumlah
7 Kondisi kerja
jam kerja dalam setahun
Motor listrik, motor bakar torak, turbin uap
8 Penggerak
Poros tegak atau
9
mendatar
10 Tempat instalasi
11 Lain – lain

Sebagai langkah optimalisasi dalam penggunaan pompa

dapat dilakukan dengan melakukan pemilihan pompa yang

sesuai dengan keadaan atau kondisi yang ada. untuk menentukan

jenis pompa yang sesuai untuk keadaan atau kondisi yang ada

dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :


28

Tabel 5. Pompa - Pompa yang Sesuai untuk Kondisi


Pemakaian Tertentu (Sularso & Tahara, 2006)

No Kondisi pemakaian Pompa yang sesuai

1 Untuk luas ruangan yang terbatas Pompa tegak


Pompa tegak dengan motor di
2 Untuk sumur dalam
atas atau motor di bawah
Untuk fluktuasi yang besar pada
3 Pompa tegak
permukaan air hisap

Untuk ruang pompa yang dapat Pompa tegak dengan lantai


4
terendam air ganda

Pompa volut dengan jenis


Untuk memompa air limbah dan
sumuran kering (dry pit)
5 berlumpur untuk penguat (booster)
Pompa inline dengan ukuran
kecil

Pompa volut mendatar atau


Untuk mencegah pengotoran air
6 pompa tegak dengan pelumas
yang dipompa
air
Pompa dengan motor terendam,
7 Untuk mengurangi kebisingan pompa tegak jenis tromol
sumuran
Bila kebocoran keluar pompa
8 Pompa motor berselubung
tidak di izinkan

Dalam memilih sebuah pompa yang di digunakan perlu

diketahui beberapa hal sebagai berikut :

a) Sifat - sifat zat cair

Kemampuan sebuah pompa akan berubah - ubah

tergantung pada karakteristik zat cair yang akan dialirkan,

maka hal ini harus diperhatikan sebelum memilih suatu pompa

tertentu.
29

b) Tahanan ( Head) Pompa

Dalam pemompaan dikenal istilah julang (head), yaitu

energi yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada

kondisi tertentu. Semakin besar debit air yang dipompa, maka

head juga akan semakin besar. Menurut Sularso (2006), Head

total pada pompa merupakan penjumlahan dari head angkat

(statis) dan berapa kerugian dengan kondisi yang direncanakan

……………………………..(5)

Keterangan:

H = Head total pompa (m)

hs = Head statis merupakan perbedaan tinggi antara tinggi

air di sump dengan titik buangan (m)

∆hp = Perbedaan head tekan yang bekerja pada permukaan

air (m)

hf = kerugian pada jalur pipa yang sangat panjang (m)

hsv = kerugian akibat fiting-fiting (belokan) pada pipa (m)

hv = Head kecepatan pada ujung pipa keluar (m)

Untuk menentukan head total pompa terlebih dahulu

harus ditentukan kerugian yang terjadi pada instalasi pompa

yang digunakan.
30

(1) Head statis (hs)

Head statis merupakan perbedaan elevasi muka air

di sisi keluar dan di sisi isap (Gautama, 1999).

hs = elevasi sisi keluar - elevasi sisi isap


(2) Perbedaan tekanan atmosfir pada permukaan air (∆hp)

∆hp = hpa - hpb


(Sularso,2000: 26)

hpa = 10,33 (1-0,0065 x ha/288)5,256

hpb = 10,33 (1-0,0065 x hb/288)5,256

Keterangan:

∆hp = perbedaan tekanan pada permukaan air (m)

hpa = tekanan pada permukaan air yang akan

dipindahkan

hpb = tekanan pada permukaan air buangan

ha = elevasi sisi isap (m)

hb = elevasi sisi keluar (m)

10,33 = tekanan udara pada ketinggian 0 m

(3) Head Gesekan (hf)

Rumus ini umumnya digunakan untuk menghitung

Head Gesekan pada pipa, dapat menggunakan persamaan

Hazen-Williams dalam Gautama (1999).


31

Keterangan:

Hf = Julang kerugian (m)

Q = laju aliran (m3/s)

D = diameter pompa (m)

L = panjang pipa (m)

C = koefesien

(4) Kerugian head pada belokan (fiting-fiting) (hsv)

Menurut Sularso & Tahara (2006), rumus yang

digunakan untuk menghitung kerugian head pada belokan

(hsv) adalah:

Keterangan :

D = Diameter dalam Pipa (m)

R = Jari jari lengkung sumbu belokan (m) = Sudut

belokan (derajat)

(5) Kerugian head kecepatan ujung keluar (hv)

Menurut Sularso & Tahara (2006), rumus yang

digunakan untuk menghitung kerugian head kecepatan

ujung keluar (hv) adalah:


32

Keterangan:

g = percepatan gravitasi (9,8 m/s2)

v = kecepatan aliran rata-rata di dalam pipa (m/s)

c) Konstruksi Pompa

Konstruksi sebuah pompa agar dapat memindahkan

cairan adalah sebagai berikut :

(1) Mesin Penggerak ( Motor )

Penggerak yang pada prosesnya merubah energi listrik

menjadi energi mekanik yang diperlukan untuk

menggerakkan pompa.Energi ditransmisi ke pompa oleh

suatu belt ke pully penggerak pompa.

(2) Pompa

Penggerak energi mekanik untuk menggerakkan atau

mengalirkan cairan yang diproses melalui pompa pada

kapasitas cairan yang diperlukan serta untuk

memindahkan energi kedalam cairan yang di

proses,yang dapat dilihat dengan bertambahnya tekanan

cairan pada lubang keluar pompa.

(3) Sistem pipa masuk dan keluar

Sistem pipa ini berfungsi untuk memindahkan cairan

yang masuk dan keluar dari pompa.

d) Klasifikasi Pompa

Berdasarkan klasifikasi standar yang sering dipakai. Ada


33

tiga kelas yang digunakan sekarang ini, sentirifugal, rotari, dan

torak. Istilah ini hanyak berlaku pada mekanik fluida bukan

pada desain pompa itu sendiri, Ini penting karena banyak

pompa yang dijual untuk keperluan yang khusus, hanya

dengan melihat detail dan desain yang terbaik saja, sehingga

masalah yang berdasarkan kepada kelas dan jenis pompa

menjadi sejumlah yang berbeda - beda sesuai dengan pompa

tersebut. Untuk lebih jelas dapat dilihat klasifikasi pompa pada

Tabel 6 :

Tabel 6. Kelas dan Jenis Pompa (Sularso & Tahara 2006)

Kelas Jenis
Ikat. Difuser. Turbin-regeneratif.
Sentrifugal Turbin-vertikal. Aliran-campur.
Aliran aksial (Propeller)
Roda gigi. Baling-baling. Skrup.
Rotary Kuping. Kumparan blok
Aksi langsung. Tenaga. Diafragma.
Reciprocating
Piston rotary

g. Kolam Pengendapan Lumpur

Kolam pengendapan lumpur merupakan sarana untuk

menghindari pencemaran perairan umum oleh air limpasan limpasan

dari tambang yang mengandung material padat akibat erosi.

Dimana baku mutu air limbah kegiatan penambangan batubara

sudah di atur dalam KEPMEN Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003

untuk lebih jelas bisa dilihat pada table dibawah ini :


34

Tabel 7. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara

Parameter Satuan Kadar Maksimum


pH 6-9
Residu Tersuspensi Mg/l 400
Besi (Fe) Total Mg/l 7
Mangan (Mn) Total Mg/l 4

Kolam pengendapan lumpur ditempatkan pada ujung buangan

pipa yang berfungsi untuk mengendapkan air hasil pemompaan

sebelum akhirnya dialirkan ke perairan umum. Dimensi kolam

pengendap ini tergantung dari debit air tambang yang dipompa,

kecepatan partikel mengendap, jadwal pengurasan kolam pengendap.

Mengacu pada kecepatan pengendapan partikel lumpur yang terbawa,

kolam pengendap biasanya memerlukan area yang luas untuk

mendapatkan bentuk ideal, apalagi jika pada kolam tersebut tidak

dilakukan pengurasan. Pertimbangan untuk kolam pengendap tanpa

pengurasan ini adalah daya tampung kolam terhadap lumpur

sampai batas waktu digunakannya kolam pengendap ini. Jika area

untuk kolam pengendap ini tidak terlalu luas maka dibuatlah jadwal

pengurasan secara rutin pada kolan pengendap tersebut.

B. Kerangka Konseptual Penulisan

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas serta tujuan dari penelitian ini

maka kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada bagan

berikut:
35

INPUT

Data Primer : Luas catchment area, luas sump.

Data Sekunder : Data curah hujan harian maksimum, temperatur


rata- rata, spesifikasi pompa, kapasitas aktual pompa

PROSES

1. Perhitungan total air yang masuk


2. Perhitungan kapasitas aktual dan ideal pompa
3. Menghitung jumlah unit pompa yang dibutuhkan
4. Menghitung dimensi sump rancangan

OUTPUT

1. Debit total air yang masuk ke front penambangan batubara Blok X


PT.Satria Bahana Sarana
2. unit dengan spesifikasi pompa yang ideal digunakan untuk
mengeluarkan debit air yang masuk pada front penambangan
batubara Blok X PT.Satria Bahana Sarana
3. Dimensi sump rancangan yang sesuai untuk menampung air yang
masuk ke ke front penambangan batubara Blok X PT.Satria Bahana
Sarana
36

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

deskriptif. Menurut Sugiyono (2011) “penelitian desktiptif adalah sebuah

penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu

keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur

ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual”. Sedangkan, Sukmadinata

(2006) menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah sebuah

metode yang berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu,

misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang,

proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau

tentang kecenderungan yang sedang berlangsung.

Dari kedua pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa metode

penelitian deskriptif adalah suatu prosedur pemecahan masalah yang terjadi

di lapangan dengan menggambarkan fenomena/kejadian secara sistematis

dan aktual, menguji data statistik, membuat prediksi serta melihat

hubungan antar fenomena yang diselidiki.

2. Jenis Data

Pada penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer

dan data sekunder. Berikut penjelasan mengenai kedua jenis data yang

diperoleh dari penelitian di lapangan, yaitu sebagai berikut :


37

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

pengamatan di lapangan. Data primer hanya berupa data pengukuran

debit air tanah.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan penelitian

terdahulu dari perusahaan, dokumen perusahaan, data instansi yang

terkait dan juga dari literatur-literatur lainnya, seperti :

1) Data Topografi

2) Luas catchment area

3) Data curah hujan tahunan

4) Spesifikasi pompa

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan - bahan pustaka

yang menunjang, yang diperoleh dari instansi terkait (data perusahaan),

perpustakaan (literatur), jurnal penelitian dan brosur - brosur

(spesifikasi alat).

b. Orientasi Lapangan

Dilakukan dengan melakukan peninjauan lapangan untuk

melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi daerah penelitiaan

dan kegiatan penambangan di lokasi tersebut.


38

c. Pengambilan Data Lapangan

Menganilisis dan mengumpulkan data-data. Data yang diambil

harus benar, akurat dan lengkap serta relevan dengan permasalahan

yang ada.:

a. Data primer yang berupa debit air tanah.

b. Data sekunder yang berupa data topografi, luas catchment area,

data curah hujan tahunan, dan spesifikasi pompa dan pipa.

4. Teknik Pengolahan Data

Setelah data didapatkan maka selanjutnya adalah pengelompokan

dan pengolahan data, dikarenakan penelitian terdiri dari beberapa variabel,

maka data harus dikelompokkan sesuai dengan tahapan pengerjaannya.

Adapun yang dilakukan pada tahapan ini adalah :

a. Menghitung Luas catchment area

b. Menghitung Curah hujan rencana

c. Menghitung Intensitas Curah Hujan (I)

d. Perhitungan debit limpasan

e. Perhitungan kebutuhan pompa

f. Penghitungan dimensi sump

g. Perhitungan dimensi saluran terbuka

h. Perhitungan dimensi KPL

i. Rekomendasi kolam pengendapan lumpur


39

5. Hasil Pembahasan

Hasil dari data yang telah diolah akan dianalisa dan dibahas untuk

selanjutnya dapat dihasilkan rekomendasi.

6. Kesimpulan

Didapatkan setelah dilakukan analisis antara hasil pengolahan data

yang telah dilakukan dengan bahasan yang diteliti. Adapun kesimpulan ini

berkaitan dengan tujuan penelitian.


40

D. Bagan Alir Penilitian

Gambar.5 Bagan Alir Penelitian


41

E. JADWAL PELAKSANAAN

Waktu Dan Jadwal Kegiatan Penelitian Dilakukan Dalam Waktu 4

Minggu. Jadwal Kegiatan Dapat Dilihat Pada Tabel 8 Berikut:

Tabel 8. Jadwal kegiatan Penelitian


Minggu Ke-
No Kegiatan
I II III IV

1 Orientasi Lapangan

2 Pengumpulan Data

3 Pengolahan Dan Analisa Data

5 Penyusunan Laporan
42

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Hidrologi Mempelajari siklus air.” http://www.ilmusipil.com


/hidrologi-mempelajari-siklus air (diakses tanggal 24 Jui 2019)

Bambang, Triatmodjo. 1993. Hidraulika II. Yogyakarta, Beta Offset.

Cahyadi, Tedi Agung. 2007. Rancangan Teknik Sistem Penyaliran Tambang


Terbuka PT. Mykoindo Daya Gemilang di Kecamatan Kokap, Kabupaten
Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan penelitian ini tidak
diterbitkan. Yogyakarta: UPN

Rudi, Sayoga. 1999. Sistem Penyaliran Tambang. Jurusan Teknik Pertambangan,


FTM, ITB.

Rusli, HAR. 2012. Diktat Kuliah Hidrogeologi. Padang: Universitas Negeri


Padang

Sularso, Tahara. 2000. Pompa dan Kompresor. Pradnya Paramita, Jakarta.

Suyono, Sosrodarsono, Ir, Kensaku Takeda, 1978. Hidrologi Untuk Pengairan.


Jakarta, PT. Pradnya Paramita.

Tamrin, Kasim. 2010. Bahan Kuliah Penyaliran Tambang. Padang: Universitas


Negeri Padang

Yusuf, A.Muri. 2005.Metodologi Penelitian. UNP Press: Padang.

Anda mungkin juga menyukai