KERJA PRAKTEK
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kerja
Praktek Pada Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Oleh
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Sriwijaya
2
1.3. Permasalahan
1. Bagaimana perbandingan geometri peledakan secara teoritis dan aktual
terhadap efisiensi bahan peledak dan efektivitas peledakan.
2. Bagaimana pengaruh geometri peledakan terhadap Powder Factor yang
dihasilkan.
Universitas sriwijaya
3
Universitas sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN UMUM
4 Universitas Sriwijaya
5
PT. Trimegah Perkasa Utama terletak di sisi Barat Pulau Karimun dan
secara geografis terletak pada koordinat 1o3’2” - 1o3’39” Lintang Utara dan
103o18’44” - 103o20’10” Bujur Timur dengan koordinat IUP yang dapat dilihat
pada Lampiran A. PT. Trimegah Perkasa Utama berjarak sekitar 50 mil laut dari
Singapura dan sekitar 70 mil laut dari Batam. Hal ini memberikan keuntungan
dalam proses pemasaran.
Bagian utara area tambang merupakan kawasan hutan dan semak belukar
serta terdapat kawasan pengapalan bahan galian C perusahaan lain, bagian selatan
terdapat jalan raya beraspal berjarak lebih kurang 300 m dari area tambang,
bagian barat berupa garis pantai berjarak lebih dari 500 m dari area tambang dan
bagian timur merupakan area pertambangan bahan galian C dari perusahaan lain.
PT. Trimegah Perkasa Utama berjarak 22 km dari pelabuhan Tanjung
Balai dan berjarak 19 km ke arah barat dari pusat kota Tanjung Balai. Lokasi
Universitas Sriwijaya
6
ini dapat ditempuh selama 40 menit dari pusat kota dengan kendaraan roda
empat melalui jalan yang beraspal dan jalan yang diperkeras dengan batu, secara
umum lokasi wilayah penambangan PT. Trimegah Perkasa Utama mudah
dijangkau. Sementara transportasi dari dan keluar pulau Karimun dapat dijangkau
dengan menggunakan dua jalur transportasi yaitu jalur laut dan udara, untuk jalur
transportasi laut melalui pulau Batam, Jambi (Kuala Tungkal), Riau (Buton),
Malaysia (Kukup), Medan (Pelalawan) dan Singapura. Sedangkan jalur
transportasi udara melalui Riau (Pekanbaru).
Universitas Sriwijaya
7
2.4.1. Stratigrafi
Busur Kepulauan (Sunda Platform), yang merupakan penerusan arah
tenggara lempeng benua Eurasia, merupakan hasil dari proses tektonik
mesozoikum. Batuan tertua yang membentuk daerah ini adalah formasi malang
yang terdiri kelompok batuan gunung api riodasitik, serpih hornfels, batu pasir,
rijang, konglomerat dan batugamping. Batuan dalam keadaan segar, kompak,
masif, keras dan pejal, umumnya mempunyai permeabilitas dan porositas rendah
hingga kedap air. Lapisan pembawa air di satuan batuan ini hadir pada zona-zona
pelapukan dan rekahan, sehingga tingkat peresapan dan akumulasi air tanah relatif
kecil.
Material endapan di atas batuan granit adalah endapan alluvium tua dan
alluvium muda, berumur kuarter hingga resen berupa material-material bersifat
lepas hingga semi padu dari hasil lapukan dan rombakan batuan yang lebih tua
(granit karimun), dominan berupa pasir kuarsa. Litologi penyusun lainnya terdiri
dari lempung, lanau, kerikil, terumbu koral, gambut dan sisa-sisa tumbuhan. Pada
endapan alluvium ini terkandung pula bijih timah, menempati daerah dataran
pantai yang sempit. Dari segi hidrogeologi, material pasir berbutir kasar-halus
hasil lapukan granit tersebut bersifat lolos air (Permeable).
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
dengan kemiringan dasar sungai yang landai, dan sungai-sungai bersifat musiman.
Satuan Morfologi ini terdiri dari endapan-endapan Alluvium muda dan tua, berupa
pasir kuarsa dan material terumbu koral.
Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Lemah-Terjal (25-437 m)
merupakan bentang alam perbukitan bergelombang lemah - sedang yang memiliki
pelamparan cukup luas, yaitu pada bagian Barat dan Timur pulau. Batuan
penyusun Morfologi ini terutama material-material hasil lapukan dan rombakan
dari granit yang terakumulasi pada lembah antar bukit dan dataran pantai.
Sedangkan morfologi bergelombang sedang - terjal umumnya dijumpai pada
bagian utara pulau. Kenampakannya dicirikan dengan tonjolan-tonjolan yang
memiliki ketinggian yang kontras dengan daerah di sekitarnya, sebagai contoh
Bukit Masjid, Gunung Jantan dan Gunung Betina. Aliran sungai yang pendek dan
bersifat musiman banyak dijumpai pada daerah ini. Batuan penyusun Morfologi
seperti ini sebagian besar adalah granit padu.
Geomorfologi daerah penambangan PT. Trimegah Perkasa Utama berupa
daerah perbukitan rendah sebagai sisa proses erosi di Pulau Karimun. Daerah
penambangan PT. Trimegah Perkasa Utama terdiri dari dua rangkaian perbukitan
yang dipisahkan oleh sebuah lembah. Rangkaian perbukitan pertama terdiri atas
Bukit Potot A, Bukit Potot B dan Bukit Potot C, yang membentang dari barat -
barat laut dan timur - tenggara, dengan elevasi tertinggi terletak pada Bukit Potot
C yaitu 98 m dari permukaan laut sebelum dilakukannya tahapan penambangan.
Rangkaian perbukitan kedua terdiri atas Bukit Acai dan Bukit Mansur, yang
membentang dengan arah barat - barat laut dan timur - tenggara dengan elevasi
tertinggi terletak pada Bukit Acai yaitu 75 m dari permukaan laut. Lembah di
antara dua rangkaian tersebut merupakan dataran yang relatif rendah, pada
permukaannya mengalir sungai yang bermuara ke laut yang berada di barat.
Universitas Sriwijaya
10
Gravity batu granit yaitu 2,6 ton/m3) dengan jumlah yang dapat ditambang
sebanyak 25.903.921 m3 atau sebesar 67.350.194,6 ton (Lampiran B).
Universitas Sriwijaya
11
3. Safety Shoes
4. Safety Gloves
5. Safety Glasses
Universitas Sriwijaya
BAB 3
DASAR TEORI
3.1. Batuan
Batuan adalah massa yang terdiri atas satu mineral atau lebih yang
membentuk kerak bumi, baik dalam keadaan terikat (Massive) atau lepas (Loose),
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi dan Mineral, 1997). Batuan bisa
mengandung satu atau beberapa mineral yang bergabung menjadi satu. Ada yang
disebut sebagai Monomineral Rocks (batuan yang hanya mengandung satu jenis
mineral), misalnya marmer, yang hanya mengandung Kalsit dalam bentuk
Granular, Kuarsit, yang hanya mengandung mineral Kuarsa. Di samping itu di
alam ini paling banyak dijumpai batuan yang disebut Polymineral Rocks (batuan
yang mengandung lebih dari satu jenis mineral), seperti granit atau Monzonit
Kuarsa yang mengandung mineral Kuarsa, Feldspar, dan Biotit.
Berdasarkan cara terbentuknya batuan di bumi, batuan dapat dibedakan
menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Batuan Beku : sebagai hasil proses pembekuan atau kristalisasi magma
2. Batuan Sedimen : sebagai hasil proses sedimentasi
3. Batuan Metamorf : sebagai hasil proses Metamorfisme
Keadaan batuan di alam dapat ditemukan dalam berbagai jenis, tergantung
proses geologi yang terjadi pada batuan tersebut. Selain itu tempat terbentuk, jenis
batuan, struktur dan tekstur juga memberikan pengaruh pada keadaan suatu
12 Universitas Sriwijaya
13
Universitas Sriwijaya
14
3.3. Pemboran
Kegiatan pemboran bertujuan untuk membuat lubang-lubang yang mana
akan diisi oleh bahan peledak dengan memperhitungkan geometrinya (L.J. Carlos
and L.J. Emilio, 1995). Dalam kegiatan pemboran, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan yaitu :
a. Jenis batuan yang akan diledakkan menentukan pemilihan dari jenis alat bor
yang akan digunakan, antara lain batuan dipecahkan oleh tumbukan
(Percussive) atau batuan dipecahkan oleh kekuatan baji dari daya tekan yang
terus-menerus.
b. Ukuran lubang bor, faktor penting dalam menentukan ukuran (diameter)
lubang ledak adalah besarnya produksi yang diinginkan. Diamater yang lebih
besar akan memberikan laju produksi yang tinggi namun tetap harus
memperhatikan batasan getaran yang diizinkan.
c. Kondisi lapangan, sangat mempengaruhi pemilihan peralatan yang dipakai.
Pada tambang terbuka lebih memungkinkan untuk memilih peralatan bor yang
besar dan berat karena cukup mudah untuk dioperasikan.
d. Peraturan atau Undang-Undang setempat, pekerjaan di daerah kota dekat
gedung atau bangunan serta pada tambang bawah tanah akan dipengaruhi oleh
batasan spesifik tentang getaran akibat peledakan yang diizinkan. Hal ini akan
membatasi pula jumlah muatan per lubang ledak. Untuk memenuhi ketentuan
di atas maka dipakai lubang bor berdiameter lebih kecil.
e. Tinggi jenjang adalah parameter yang dihubungkan dengan ukuran-ukuran
lainnya. Tinggi jenjang dapat ditentukan lebih dahulu dan parameter lainnya
disesuaikan atau tinggi jenjang ditentukan setelah mempertimbangkan aspek-
aspek lainnya.
3.3.1. Pola Pemboran (Drill Pattern)
Pola pemboran adalah pengaturan letak-letak lubang tembak atau rangkaian-
rangkaian lubang bor pada permukaan tanah (William Hustrulid, 1999). Ada
beberapa macam pola pemboran yang sering dipakai pada tambang tebuka yaitu :
a. Pola pemboran parallel (Paraller Pattern)
Terdapat beberapa jenis pola peledakan parallel antara lain pola bujur sangkar
(Square Pattern) dan pola persegi panjang (Rectangular Pattern) (gambar 3.1)
Universitas Sriwijaya
15
Universitas Sriwijaya
16
Keuntungannya :
a. Bidang bebas yang terbentuk semakin besar.
b. Fragmentasi yang dihasilkan lebih bagus.
c. Dapat mengurangi terjadinya Backbreak dan permukaan jenjang yang
dihasilkan lebih rata.
d. Dapat mengurangi bahaya kelongsoran pada jenjang.
e. Hasil tumpukan (Much Pile Shape) yang lebih bagus.
Kerugiannya :
a. Kesulitan untuk menempatkan sudut kemiringan yang sama antar lubang.
b. Biaya operasi semakin meningkat.
c. Sulit melakukan pemboran secara akurat (Human Error) khususnya bila
membor yang lebih dalam.
3.4. Peledakan
Urutan pekerjaan peledakan adalah pemboran, pemuatan atau pengisian
bahan peledak, penyambungan rangkaian peledakan dan penyalaan atau
peledakan. Dalam melaksanakan kegiatan peledakan maka perlu dipahami hal- hal
berikut ini.
3.4.1. Peralatan dan Perlengkapan Peledakan
Kegiatan peledakan membutuhkan beberapa peralatan dan perlengkapan
peledakan dalam prosesnya, peralatan dan perlengkapan tersebut meliputi :
Universitas Sriwijaya
17
a. Peralatan Peledakan
Adalah semua bahan atau alat-alat yang dapat digunakan lebih dari satu
kali pemakaian dalam operasional peledakan, antara lain :
1) Mesin Bor dan Kompresor
Sumber energi penghasil gaya adalah udara bertekanan tinggi
(Pneumatic) yang dihasilkan dari kompresor dan sekaligus sebagai tenaga
penggerak unit alat bor untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya,
(Gambar 3.4). Konsumsi udara yang diperlukan tergantung pada ukuran
mesin bor, makin besar ukuran mesin akan diperlukan konsumsi udara
yang besar pula.
Universitas Sriwijaya
18
Universitas Sriwijaya
19
Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
Universitas Sriwijaya
22
ketahanan terhadap air yang baik, ringan dan Fleksible, serta memiliki kuat
tarik yang baik. Sumbu ledak lebih dikenal dengan sebutan Cordtex
(Gambar 3.12).
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
Universitas Sriwijaya
25
Universitas Sriwijaya
26
bahan peledak yang memiliki nilai RWS 110 maka bahan peledak tersebut
diindikasikan memiliki energi 10% lebih besar dari ANFO.
b. Kecepatan Detonasi (Velocity of Detonation)
Kecepatan detonasi merupakan kecepatan gelombang detonasi yang
berada sepanjang kolom isian bahan peledak, dan dapat dinyatakan dalam m/s.
Kecepatan detonasi suatu handak tergantung pada beberapa faktor, yaitu bobot
isi bahan peledak, diameter bahan peledak, derajat pengurungan, ukuran
partikel dari bahan penyusunnya dan bahan-bahan yang terkandung dalam
bahan peledak. Untuk peledakan pada batuan yang sangat keras dapat
menggunakan bahan peledak yang mempunyai kecepatan detonasi yang tinggi,
sedangkan pada batuan yang lunak dapat menggunakan handak dengan
kecepatan detonasi yang rendah. Kecepatan detonasi bahan peledak yang
komersial adalah antara 1500 - 8000 m/s.
c. Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan merupakan ukuran besarnya suatu Impuls yang diperlukan
oleh suatu bahan peledak untuk memulai beraksi dan menyebarkan reaksi
peledakan ke seluruh isian. Kepekaan handak tergantung pada komposisi
kimia, ukuran butir, bobot isi, pengaruh kandungan air, dan temperatur. Bahan
peledak yang sensitif belum tentu bagus, namun bahan peledak yang mudah
penyebaran reaksinya dan tidak peka adalah lebih menguntungkan dan lebih
aman.
d. Bobot Isi Bahan Peledak
Bobot isi bahan peledak merupakan perbandingan antara berat dan
Volume bahan peledak, dinyatakan dalam gr/cm3. Bobot isi biasanya juga
dinyatakan dengan istilah Specific Gravity (SG).
e. Tekanan Detonasi
Tekanan detonasi merupakan penyebaran tekanan golombang ledakan di
dalam kolom isian bahan peledak, dan dinyatakan dengan kilobar (kb).
Tekanan diakibatkan oleh ledakan di sekitar dinding lubang ledak dan
intensitasnya tergantung pada jenis bahan peledak (kekuatan, bobot isi, VOD),
derajat pengurungan, jumlah dan temperatur gas hasil ledakan.
Universitas Sriwijaya
27
B= ................................................................................(3.1)
Universitas Sriwijaya
28
Dimana :
B = Burden (m)
Kb = Burden Ratio
D = Diameter lubang tembak
Kb = Kb std x AF1 x AF2
Menghitung nilai AF1 dengan persamaan (3.2) :
1
BJ .std 3
AF2 =
BJ .batuan
......................................................................(3.3)
Dimana :
Kb std = Burden Ratio Standard
AF1 = Adjusment Factor terhadap bahan peledak
AF2 = Adjusment Factor terhadap densitas batuan
SG ANFO = Specific Gravity bahan peledak
SG std = Specific Gravity Standard
Ve ANFO = Kecepatan ledak bahan peledak
Ve std = Kecepatan ledak Standard
BJ std = Densitas Standard
BJ batuan = Densitas batuan
b. Spacing (S)
Spacing dapat diartikan sebagai jarak terdekat antara dua lubang tembak
yang berdekatan dalam satu baris. Yang perlu diperhatikan dalam
memperkirakan Spacing adalah apakah ada interaksi diantara yang berdekatan.
Besarnya dapat ditentukan dengan persamaan (3.4) :
.................................................................................(3.4)
Dimana :
S = Spacing (m)
B = Burden (m)
Ks = Spacing Ratio yang mempunyai nilai antara 1-2
Universitas Sriwijaya
29
.................................................................................(3.5)
Dimana :
T = Stemming (m)
Universitas Sriwijaya
30
B = Burden (m)
Kt = Stemming Ratio (0,75-1,00)
Ukuran material Stemming sangat berpengaruh terhadap hasil peledakan,
apabila bahan Stemming terdiri dari butiran-butiran halus hasil pemboran,
kurang memiliki gaya gesek terhadap lubang tembak sehingga udara yang
bertekanan tinggi akan dengan mudah mendorong material Stemming tersebut,
sehingga energi yang seharusnya untuk menghancurkan batuan, banyak yang
hilang keluar melalui lubang Stemming.
d. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah tambahan kedalaman dari lubang bor di bawah lantai
jenjang yang dibuat agar jenjang yang dihasilkan sebatas dengan lantainya dan
lantai yang dihasilkan rata. Bila jarak Subdrilling terlalu besar maka akan
menghasilkan efek getaran tanah, sebaliknya bila Subdrilling terlalu kecil maka
akan mengakibatkan problem tonjolan pada lantai jenjang (Toe) karena batuan
tidak akan terpotong sebatas lantai jenjangnya. Panjang Subdrilling dapat
ditentukan dengan persamaan (3.6) :
..................................................................................(3.6)
Dimana :
J = Subdrilling (m)
B = Burden (m)
Kj = Subdrilling Ratio (0,2-0,3)
e. Kedalaman Lubang Tembak (H)
Kedalaman lubang tembak biasanya ditentukan berdasarkan kapasitas
produksi yang diinginkan dan kapasitas dari alat muat. Sedangkan untuk
menentukan kedalaman lubang tembak digunakan persamaan (3.7) :
................................................................................(3.7)
Dimana :
H = Kedalaman lubang tembak (m)
B = Burden (m)
Kh = Hole Depth Ratio (1,5-4,0)
3.4.4. Distribusi Bahan Peledak
Agar sedapat mungkin seluruh energi bahan peledak pada saat peledakan
dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk sejumlah massa batuan yang
Universitas Sriwijaya
31
diledakkan, maka distribusi bahan peledak di dalam lubang bor merupakan faktor
penting dalam keberhasilan suatu peledakan. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam distribusi bahan peledak adalah:
a. Berat Bahan Peledak dalam Lubang Tembak
Berat bahan peledak dalam kolom isian merupakan fungsi dari densitas
pengisian (Loading Density) bahan peledak, diameter bahan peledak dan
panjang kolom isian lubang tembak. Densitas pengisian bahan peledak
ditentukan dengan cara perhitungan Volume silinder, densitas bahan peledak
dan panjang kolom isian bahan peledak di dalam lubang tembak (Primary
Charge). Perhitungan tersebut membutuhkan waktu dan tidak praktis bila
diterapkan di lapangan, oleh karena itu dibuat tabel yang menunjukkan densitas
pengisian dengan variasi diameter lubang ledak dan densitas bahan peledak.
Densitas bahan peledak dinyatakan dalam satuan gr/cc dan densitas pengisian
dinyatakan dalam satuan kg/m (Tabel 3.1).
Diameter
Lubang
Ledak Densitas Bahan Peledak, gr/cc
89 31/2 3.35 4.98 5.29 5.6 6.22 7.15 7.47 7.78 8.09
102 4 5.72 6.54 6.95 7.35 8.17 9.4 9.81 10.21 10.62
108 41/4 6.41 7.33 7.79 8.24 9.16 10.54 10.99 11.45 11.91
114 41/2 7.14 8.17 8.68 9.19 10.21 11.74 12.25 12.76 13.27
121 43/4 8.05 9.2 9.77 10.35 11.5 13.22 13.8 14.37 14.95
127 5 8.87 10.13 10.77 11.4 12.67 14.57 15.2 15.83 16.47
130 51/8 9.29 10.62 11.28 11.95 13.27 15.26 15.93 16.59 17.26
140 51/2 10.78 12.32 13.03 13.85 15.39 17.7 18.47 19.24 20.01
152 6 12.7 14.52 15.42 16.33 18.15 20.87 21.78 22.68 23.59
159 61/4 13.9 15.88 16.88 17.87 19.86 22.83 23.83 24.82 25.81
165 61/2 14.97 17.11 18.18 19.24 21.38 24.59 25.66 26.73 27.8
Universitas Sriwijaya
32
178 7 17.42 19.91 21.15 22.4 24.88 28.62 29.86 31.11 32.35
187 73/8 19.23 21.97 23.34 24.72 27.46 31.58 32.96 34.33 35.7
203 8 22.65 25.8 27.34 29.13 32.37 37.22 38.84 40.46 42.08
210 81/4 24.25 27.71 29.44 31.17 34.64 39.83 41.56 43.3 45.03
229 9 28.83 32.95 35.01 37.07 41.19 47.37 49.42 51.48 53.54
251 97/8 34.64 39.58 42.05 44.53 49.48 56.9 59.38 61.85 64.33
270 105/8 40.08 45.8 48.07 51.53 57.26 65.84 68.71 71.57 74.33
279 11 42.8 48.91 51.97 55.02 61.14 70.31 73.36 76.42 79.48
286 111/4 44.97 51.39 54.61 57.32 64.24 73.88 77.09 80.3 83.52
311 121/4 53.18 60.77 64.57 68.37 75.96 87.36 91.16 94.96 98.75
349 133/4 66.96 76.53 81.31 86.1 95.66 110.01 114.79 119.56 124.36
381 5 79.81 91.21 96.91 102.61 114.01 131.11 136.81 142.51 148.21
432 17 102.6 117.26 124.59 131.92 146.57 168.56 175.89 183.22 190.55
Universitas Sriwijaya
33
.......................................................(3.9)
Menghitung nilai tonase dapat menggunakan persamaan (3.10) :
.............................................(3.10)
Dimana:
V = Volume batuan (m3)
T = Tonase batuan (ton)
B = Burden (m)
S = Spacing (m)
Hjenjang = Tinggi Jenjang (m)
N = Jumlah lubang ledak
ρr = Berat jenis batuan (ton/m3)
c. Penentuan Jumlah Lubang Ledak dengan Pola Peledakan V-Cut
Dalam menghitung Volume batuan pada peledakan V-Cut digunakan
persamaan (3.11) :
P= ............................................(3.11)
Dimana:
P = Panjang jenjang (m)
W = Sasaran produksi yang direncanakan (ton)
R = Jumlah baris
B = Burden (m)
Hjenjang = Tinggi jenjang (m)
BJ = Densitas batu granit 2,6 ton/m3
Dalam menentukan jumlah lubang tembak untuk V-Cut menggunakan
persamaan (3.12) :
N=R .............................................................................(3.12)
Dimana:
N = Jumlah lubang tembak
P = Panjang Jenjang (m)
R = Jumlah baris
S = Spacing (m)
Universitas Sriwijaya
34
d. Powder Factor
Powder Factor adalah suatu bilangan untuk menyatakan jumlah material
yang diledakkan atau dibongkar oleh sejumlah tertentu bahan peledak. Istilah
lain dari Powder Factor adalah Specific Charge Weight. Perhitungan Powder
Factor menurut R.L. Ash dalam buku “The Mechanics of Rock Breakage“
dengan persamaan (3.13) :
PF = .....................................................................................(3.13)
Dimana :
PF = Powder Factor (kg/ton)
W = Jumlah batuan atau material yang diledakkan (ton)
E = Berat bahan peledak (kg)
E = De x PC x N
Dimana :
De = Loading Density (kg/m)
PC = Panjang kolom isian bahan peledak dari sebuah lubang tembak (m)
N = Jumlah lubang bor
Secara umum Powder Factor dapat dihubungkan dengan unit hasil
produksi pada suatu operasi peledakan. Dengan Powder Factor dapat diketahui
jumlah konsumsi bahan peledak yang dipakai untuk menghasilkan sejumlah
batuan.
3.4.5. Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang-lubang
bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara
lubang bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini dapat
ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang
diharapkan (Calvin J. Konya, Edward J. Walter, 1991). Berdasarkan arah runtuhan
batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Box Cut, Yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk kotak (Gambar 3.17).
b. Corner Cut, Yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu
sudut dari bidang bebasnya (Gambar 3.18).
Universitas Sriwijaya
35
c. “V” Cut, Yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk huruf V (Gambar 3.19).
Berdasarkan urutan waktu peledakan, maka pola peledakan diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Pola peledakan serempak,
Yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan secara serentak untuk
semua lubang tembak.
b. Pola peledakan beruntun,
Yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan dengan waktu tunda antara
baris yang satu dengan baris yang lainnya. Adapun keuntungan yang diperoleh
dengan menerapkan waktu tunda pada sistem peledakan antara lain adalah :
1) Mengurangi getaran
2) Mengurangi batu terbang (Fly Rock)
3) Mengurangi getaran akibat Air Blast dan suara (Noise)
4) Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan
Universitas Sriwijaya
36
Universitas Sriwijaya
37
dengan lubang ledak yang lain (rangkaian peledakan). Detonator Nonel yang telah
dipasang dengan Booster atau Dynamite di dalam lubang dihubungkan dengan
Relay Connector yang berada di permukaan. Relay Connector tersebut
dihubungkan tiap lubang dengan pola peledakan berdasarkan arah runtuhnya
batuan yang diinginkan, misalnya perencanaan rangkaian pola peledakan V-Cut
(Gambar 3.20). Kemudian kabel dari lubang yang merupakan Initiation Point
dihubungkan dengan Relay Connector lainnya atau bisa juga dengan Nonel atau
sumbu ledak Cordtex dan pada ujungnya dihubungkan dengan Plain Detonator
sebagai pemicu ledakan dan juga sumbu api (Safety Fuse).
Universitas Sriwijaya
38
Universitas Sriwijaya
BAB 4
PEMBAHASAN
39 Universitas Sriwijaya
40
(a) (b)
Gambar 4.1. (a) Total Station HTS-325 (b) Mistar Ukur
4.1.2.Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Pembersihan lahan bertujuan untuk membersihkan area penambangan
sebelum dilakukan proses pengambilan endapan. Pembersihan lahan meliputi
kegiatan pembabatan pepohonan dan tanaman yang berada di permukaan, serta
perataan lapangan kerja. Lahan yang dibersihkan adalah lahan seluas 19 ha
didaerah penambangan Bukit Potot. Alat yang digunakan untuk Land Clearing di
PT. Trimegah Perkasa Utama adalah Bulldozer CAT D7G (Gambar 4.2).
Bulldozer berfungsi untuk membersihkan pohon-pohon dan tanaman-tanaman liar
di area penambangan. Berdasarkan pengamatan, pohon-pohon yang berada di area
penambangan memiliki ketinggian rata-rata 10 meter dan diameter pohon rata-rata
70 cm. Pohon-pohon yang telah tumbang akan dikumpulkan dan didorong ke
bawah lembah. Pohon-pohon yang berada di bawah lembah penanganannya akan
diserahkan kepada masyarakat sekitar.
41
Bongkah batu granit dari Dump Truck dituangkan ke Hopper pada Primary
Crusher kemudian granit berukuran kurang dari 150 mm akan lolos kedalam
lobang yang terdapat pada Grizzly menuju Belt Conveyor dan dibawa menuju
Vibrating Screen yang memiliki Wire Mesh berukuran 40 mm, granit dan tanah
yang terbawa yang memiliki ukuran lebih kecil dari 40 mm akan melewati
saringan dan dipisahkan sebagai Quarry Waste, sedangkan yang memiliki ukuran
diatas 40 mm akan di bawa menuju Surge Pile dengan menggunakan Primary
Conveyor. Batuan yang berukuran lebih besar yang tidak lolos pada Grizzly
dilakukan proses pengecilan dengan menggunakan Jaw Crusher dengan hasil
fragmen antara 40 – 450 mm yang lalu dipindahkan dengan Belt Conveyor
sebagai umpan menuju alat Secondary Crusher dan Tertiary Crusher yang
menghasilkan produk yang terbentuk setelah melalui tahapan Crushing dan
Screening.
Produk dari hasil penambangan oleh PT. Trimegah Perkasa Utama terdiri
dari empat jenis, yaitu batu Splid ukuran ¼” - ¾” atau 5 - 20 mm, Chipping
ukuran 5/8” atau 5 - 14 mm, Dust ukuran 3/16’’ atau 0 - 5 mm, dan Quarry Waste
ukuran 5/16’’ – 2’’ atau 0 - 40 mm. Produk-produk tersebut siap dipasarkan dengan
pengapalan (Shipping). Produk-produk tersebut sebagian besar akan diekspor ke
Singapura.
51
Kb x D
1. Burden (B) = (ft)
12
2. Spacing (S) = B x Ks
3. Kedalaman lubang tembak (H) = B x Kh
4. Subdrilling (J) = B x Kj
5. Stemming (T) = B x Kt
Di mana :
Kb = Burden Ratio
Ks = Spacing Ratio
Kh = Hole Depth Ratio
Kj = Subdrilling Ratio
Kt = Stemming Ratio
D = Diameter lubang bor (Inch)
Sehingga :
Kb = Kbstandard x AF1 x AF2
= 25 x 1.3083 x 0.9952
= 32,5526
Dimana :
Kb std = Burden Ratio Standard (25)
AF1 = Faktor koreksi terhadap bahan peledak
AF2 = Faktor koreksi terhadap densitas batuan
BJ std = Bobot isi batuan Standard (160 lb/cuft)
BJ batuan = Bobot isi batuan yang akan diledakkan (lb/cuft)
SG std = Berat jenis bahan peledak Standard (1,20)
SG ANFO = Berat jenis bahan peledak yang akan digunakan
Ve std = Kecepatan detonasi dari bahan peledak Standard (12.000 fps)
Ve ANFO = Kecepatan detonasi bahan peledak yang digunakan (fps).
Diameter lubang bor yang digunakan adalah 5 Inch, sehingga geometri
peledakan dapat dihitung sebagai berikut :
1) Burden (B)
Burden (menurut R.L. Ash) adalah jarak antar lubang bor atau lubang
tembak yang relatif tegak lurus terhadap Free Face atau dapat dikatakan jarak
antar lubang tembak dalam suatu kolom dengan perhitungan dalam persamaan.
Kb x D
B=
12
32,5526 x 5”
B= = 13,5636 ft
12
B = 4,1 m
2) Spacing (S)
Besar dari Spacing ditentukan oleh harga Ks, yang secara teori ditentukan
berdasarkan pada cara peledakannya. Sistem peledakan yang diterapkan pada
PT. Trimegah Perkasa Utama adalah sistem Delay (tidak serentak antar lubang),
maka nilai Spasing dengan Burden. Jarak spasi yaitu :
S = B x Ks
56
= 4,1 m x 1
= 4,1 m
3) Stemming (T)
Kedalaman Stemming tergantung dari harga Kt yang besarnya 0,5 - 1. Pada
perhitungan Kt yang digunakan adalah 0,70 karena nilai tersebut diperkirakan
telah dapat mengontrol Air Blast. Stemming berperan penting dalam pengendalian
Fly Rock oleh karenanya pemilihan kedalaman Stemming perlu pengkajian yang
mendalam dan perlu dilakukan percobaan berulang-ulang. Perhitungan kedalaman
Stemming menurut R. L Ash adalah sebagai berikut.
T = B x Kt
= 4,1 m x 0,70
= 2,87 m
4) Subdrilling (J)
Besar Subdrilling tergantung dari harga Kj yang digunakan. Harga Kj
(Subdrilling Ratio) adalah ≥ 2. Harga Kj yang pada perhitungan ini adalah 0,3
karena batuan yang diledakkan adalah batuan beku yang sifatnya Massive,
sehingga besarnya Subdrilling adalah :
J = B x Kj
= 4,1 m x 0,3
= 1,23 m
5) Kedalaman Lubang Tembak (H)
Kedalaman lubang tembak bergantung dari nilai Kh yang digunakan. Nilai
Kh berkisar antara 1,5-4,0. Pada perhitungan ini nilai Kh yang diambil adalah
sebesar 3,75 didasarkan pada penyesuaian dengan ketinggian Bench yang telah
direncanakan oleh PT. Trimegah Perkasa Utama yaitu rata-rata berkisar 14 meter.
H = B x Kh
= 4,1 m x 3,75
= 15,375 m
6) Ketinggian Jenjang (Hjenjang)
Ketinggian jenjang merupakan hasil pengurangan antara kedalaman lubang
tembak dan Subdrilling. Kedalaman jenjang dipakai dalam mencari Volume
batuan yang terbongkar dari proses peledakan.
57
Hjenjang = H - J
= 15,375 m - 1,23 m
= 14,145 m
7) Panjang Kolom Isian (PC)
Panjang kolom isian adalah panjang atau kedalaman lubang ledak yang akan
diisi dengan bahan peledak.
PC = H - T
= 15,375 m - 2,87 m
= 12,505 m
8) Loading Density (De)
Loading Density atau densitas pengisian adalah jumlah bahan peledak per
meter kolom isian.
De = ¼ π x (D)2 x (SG) x 1000
= ¼ x 22/7 x (0,127m)2 x 1,28 ton/m3 x 1000 kg/ton
= 16,22 kg/m
9) Kebutuhan Bahan Peledak untuk Setiap Lubang
E = PC x De
= 12,505 m x 16,22 kg/m
= 202, 84 kg/lubang
Setelah geometri peledakan diketahui, maka untuk menghitung Volume
batuan yang akan peledakan dan kebutuhan lubang tembak, menggunakan rumus
berikut :
W
P=
R x B x Hjenjang x BJ
Dimana :
P = Panjang jenjang (meter)
W = Sasaran produksi yang direncanakan
R = Jumlah baris
B = Burden (meter)
Hjenjang = Tinggi jenjang (meter)
BJ = Densitas batu granit (2,6 ton/m3)
sehingga :
58
Diketahui bahwa target produksi perbulan adalah 280.000 ton, sementara proses
peledakan dilakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu sehingga target produksi
setiap peledakan adalah 23.333 ton. Mengacu pada lebar Bench yang ada pada
lokasi Quarry PT. Trimegah Perkasa Utama maka jumlah baris diasumsikan
sebanyak 3 baris.
23.333
P =
3 x 4,1 x 14,145 x 2,6
= 51,58 m
Jadi panjang jenjang untuk setiap peledakan adalah 62,29 meter. Penentuan
jumlah lubang tembak untuk V-cut adalah :
P
N= R
S
51,58
N= 3
4,1
= 38 lubang
Maka jumlah lubang tembak untuk setiap baris adalah
38
= 12 lubang
3
Jadi jumlah lubang dalam satu baris adalah 14 lubang tembak dan total lubang
tembak yang diperlukan adalah 42 lubang.
Volume batuan yang terbongkar = B x S x Hjenjang x N
= 4,1 m x 4,1 m x 14,145 m x 38
= 9110,89 m3
Tonase batuan yang terbongkar = B x S x Hjenjang x N x BJ
= 4,1 m x 4,1 m x 14,145 m x 38 x 2,6 ton/m3
= 23688,32 ton
Berat bahan peledak yang digunakan untuk setiap kali peledakan (Etotal) adalah :
Etotal = PC x De x N
= 12,505 m x 16,22 kg/m x 38
59
= 7707,58 kg
Sedangkan Powder Factor yang akan diperoleh adalah sebagai berikut :
7707,58
Powder Factor ( PF )
9110,89
0,8459 kg / m 3
7707,58
Powder Faktor ( PF )
23688,32
0,3253 kg / ton
Perhitungan-perhitungan di atas dapat dilihat dibawah ini (Tabel 4.1).
Tabel 4.1. Geometri Peledakan Menurut R.L. Ash
12711,44 kg
=
12480 m3
= 1,019 kg/m3
Total Explosive
20. Powder Factor (PF) =
Tonnage Batuan Terbongkar
12711,44 kg
=
32448 ton
= 0,3917 kg/ton
b. Peledakan Tanggal 07 Agustus 2015
62
= 7433,34 kg
17. Volume Batuan = B x S x Hjenjang x N
= 3 m x 4 m x 12,5 m x 49
= 7350 m3
18. Tonnage Batuan = B x S x Hjenjang x N x 2,6
= 3 m x 4 m x 12,5 m x 49 x 2,6 ton/m3
= 19110 ton
Total Explosive
19. Powder Factor (PF) =
Volume Batuan Terbongkar
7433,34 kg
=
7350 m3
= 1,011 kg/m3
Total Explosive
20. Powder Factor (PF) =
Tonnage Batuan Terbongkar
7433,34 kg
=
19110 ton
= 0,39 kg/ton
c. Peledakan Tanggal 10 Agustus 2015
Lokasi : RL + 18
Diameter Mata Bor : 5”
Geometri Peledakan
1. Burden (B) =3m
2. Spacing (S) =4m
3. Kedalaman (H) = 15 m
4. Sub Drilling (J) =1m
5. Tinggi Jenjang (Hjenjang) = H - J
= 15 m - 1 m
= 14 m
6. Jumlah Lubang (N) = 61 lubang
7. Stemming (T) = 2,75 m
8. Charge (PC) =H-T
64
= 15 m - 2,75 m
= 12,25 m
9. Ammonium Nitrate (AN) = 3150 kg
10. Dynamite = 60 kg
11. Loading Density (De) = 15,2 kg/m
12. Emultion Blend/Lubang = PC x De
[FO(6%)+AN+Emultion] = 12,25 m x 15,2 kg/m
= 186,2 kg/lubang
13. (AN+Emultion)/Lubang = 94% x Emultion Blend/Lubang
= 0,94 x 186,2 kg/lubang
= 175,028 kg/lubang
14. Total AN+Emultion = (AN+Emultion/Lubang) x N
[AN(30%)+Emultion(70%)]= 175,028 kg/lubang x 61 lubang
= 10676,708 kg
15. Emultion = 70% x (Total AN+Emultion)
= 0,7 x 10676,708 kg
= 7473,696 kg
16. Total Explosive = AN + Dynamite + Emultion
= 3150 kg + 60 kg + 7473,696 kg
= 10683,696 kg
17. Volume Batuan = B x S x Hjenjang x N
= 3 m x 4 m x 14 m x 61
= 10248 m3
18. Tonnage Batuan = B x S x Hjenjang x N x 2,6
= 3 m x 4 m x 14 m x 61 x 2,6 ton/m3
= 26644,8 ton
Total Explosive
19. Powder Factor (PF) =
Volume Batuan Terbongkar
10683,696 kg
=
10248 m3
= 1,043 kg/m3
Total Explosive
65
10683,969 kg
=
26644,8 ton
= 0,401 kg/ton
d. Peledakan Tanggal 12 Agustus 2015
Lokasi : RL -50
Diameter Mata Bor : 5”
Geometri Peledakan
1. Burden (B) =3m
2. Spacing (S) =4m
3. Kedalaman (H) =6m
4. Sub Drilling (J) =1m
5. Tinggi Jenjang (Hjenjang) = H - J
=6m-1m
=5m
6. Jumlah Lubang (N) = 58 lubang
7. Stemming (T) = 2,75 m
8. Charge (PC) =H-T
= 6 m - 2,75 m
= 3,25 m
9. Ammonium Nitrate (AN) = 775 kg
10. Dynamite = 20 kg
11. Loading Density (De) = 15,2 kg/m
12. Emultion Blend/Lubang = PC x De
[FO(6%)+AN+Emultion] = 3,25 m x 15,2 kg/m
= 49,4 kg/lubang
13. (AN+Emultion)/Lubang = 94% x Emultion Blend/Lubang
= 0,94 x 49,4 kg/lubang
= 46,436 kg/lubang
14. Total AN+Emultion = (AN+Emultion/Lubang) x N
[AN(30%)+Emultion(70%)] = 46,436 kg/lubang x 58 lubang
66
= 2693,288 kg
15. Emultion = 70% x (Total AN+Emultion)
= 0,7 x 2693,288 kg
= 1885,302 kg
16. Total Explosive = AN + Dynamite + Emultion
= 775 kg + 20 kg + 1885,302 kg
= 2680,302 kg
17. Volume Batuan = B x S x Hjenjang x N
= 3 m x 4 m x 5 m x 58
= 3480 m3
18. Tonnage Batuan = B x S x Hjenjang x N x 2,6
= 3 m x 4 m x 5 m x 58 x 2,6 ton/m3
= 9048 ton
Total Explosive
19. Powder Factor (PF) =
Volume Batuan Terbongkar
2680,302 kg
=
3480 m3
= 0,77 kg/m3
Total Explosive
20. Powder Factor (PF) =
Tonnage Batuan Terbongkar
2680,302 kg
=
9048 ton
= 0,296 kg/ton
4.2.3. Perbandingan Geometri Peledakan Secara Teori dan Aktual
Perbandingan perhitungan peledakan secara teori dan aktual menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan pada jumlah bahan peledak yang digunakan
dan juga batuan hasil peledakan yang diperoleh. Pada perhitungan secara teori
didapatkan batuan hasil peledakan yang diperoleh jauh lebih banyak dibandingkan
dengan yang terjadi secara aktual di lapangan begitu pula dengan jumlah bahan
peledak yang digunakan.
67
5.1. Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil
beberapa kesimpulan antara lain:
1. Tahapan kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. Trimegah Perkasa
Utama meliputi Survey dan pemetaan, Land Clearing, pengupasan tanah
penutup (Stripping Of Overburden), pemuatan tanah penutup (Overburden
Loading), pengangkutan tanah penutup (Overburden Hauling), penimbunan
(Disposal), pengeboran (Drilling), peledakan (Blasting), pemuatan dan
pengangkutan batu granit, dan pengontrolan air dari penambangan batu granit.
Sementara kegiatan pembebasan lahan dilakukan oleh PT. Riaualam Anugerah
Indonesia.
2. Tahapan pengolahan yang dilakukan oleh PT. Trimegah Perkasa Utama
meliputi proses Primary Crushing menggunakan Jaw Crusher dan Secondary
Crushing menggunakan Gyratory Crusher dan Cone Crusher
3. Kegiatan peledakan batuan dilakukan dengan cara peledakan pada jenjang
(Bench Blasting). Terdiri dari dua jenis peledakan yaitu Primary Blasting dan
Secondary Blasting dengan sistem penyalaan Non-electric (Nonel). Bahan
peledak yang digunakan berbasis emulsi dan sistem pengisian Primer adalah
Bottom Priming dan juga Double Deck.
4. Perhitungan geometri peledakan secara aktual di lapangan pada kenyataannya
berbeda dengan perhitungan geometri peledakan secara teori, ini dikarenakan
adanya pengaruh faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol di lapangan, yakni
struktur geologi, sifat batuan, cuaca, sisipan batuan dan aliran air sehingga
geometri peledakan secara aktual di lapangan akan membutuhkan penggunaan
bahan peledak yang lebih banyak dibandingkan dengan geometri peledakan
secara teoritis.
5. Geometri peledakan secara teoritis menurut R.L. Ash menghasilkan volume
dan tonase batuan yang lebih besar dengan penggunaan bahan peledak yang
68 Universitas Sriwijaya
69
lebih sedikit. Sehingga Powder Factor yang diperoleh dari geometri peledakan
secara teoritis lebih kecil dibandingkan dengan nilai Powder Factor dari
geometri peledakan secara aktual.
5.2. Saran
Dari pengamatan di lapangan dan uraian serta pembahasan yang dilakukan
pada bab-bab sebelumnya, secara umum saran yang dapat diberikan adalah :
1. Harus melakukan pengontrolan data di lapangan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan geometri peledakan yakni ukuran Burden, Spacing,
Stemming, kedalaman lubang bor, dan pengisian Emultion Blend, agar hasil
akhir proses Blasting seperti ukuran fragmentasi dapat tercapai sesuai target
dan meminimalisir terjadinya Missfire, Air Blast maupun Flying Rock.
2. Untuk mencapai target produksi dan mengoptimalkan aktivitas penambangan,
pihak PT. Trimegah Perkasa Utama harus melakukan perawatan yang rutin
terhadap alat yang digunakan seperti mesin bor, alat gali, alat muat, alat
angkut, dan alat peremuk (Crusher) karena semakin lama waktu pemakaian
alat mekanis tersebut maka semakin berkurang tingkat efisiensi kerjanya.
Universitas Sriwijaya