Anda di halaman 1dari 69

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Diskripsi Perusahaan

1. Sejarah Perusahaan

PT. Muara Alam Sejahtera yang disingkat PT. MAS didirikan

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia, Nomor : C-326HT.03.01 Tahun 2002, tanggal 19 Maret

2002 dengan Akte Pendirian Perusahaan Nomor : 1, tanggal 19 Februari 2004,

serta Akte Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas PT.Muara Alam

Sejahtera (MAS) Nomor : 2, tanggal 6 Mei 2004 dan Perubahan Anggaran Dasar

Perseroan Terbatas PT.Muara Alam Sejahtera (MAS) Nomor : 1, tanggal 3

Agustus 2004 dan berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa

Para Pemegang Saham Perseroan Terbatas PT.Muara Alam Sejahtera (MAS)

Nomor : 8, tanggal 29 Mei 2007.

PT Muarah Alam Sejatra (MAS) adalah salah satu perusahaan swasta nasional

yang bergerak dibidang pertambangan batubara dengan izin usaha pertambangan

(IUP) seluas 1745 Ha. Kegiatan pertambangan batubara berlangsung di Muarah

Maung, Desa Merapi, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provensi

Sumatra Selatan.

PT.Muara Alam Sejahtera (MAS) telah mendapatkan izin dari :

1. Kuasa Pertambangan Eksplorasi Batubara .

5
6

2. Nomor : 540/64/KEP/PERTAMBEN/2005, berdasarkan Keputusan Bupati

Lahat tanggal 01 Februari 2005.

3. Persetujuan AMDAL oleh Bupati Lahat.

Nomor : 469/KEP/BAPEDALDA/2007 tanggal 31 juli 2007,

4. Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi Batubara

Nomor : 503/456/KEP/PERTAMBANGAN, berdasarkan Keputusan Bupati

Lahat tanggal 24 November 2008.

5. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi

Nomor :503/159/KEP/PERTAMBEN/2010, berdasarkan Keputusan Bupati

Lahat tanggal 27 April 2009.

6. Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan Batubara Keputusan

Bupati Lahat:

Nomor : 503/323/KEP/PERTAMBEN/2008, tanggal 01 September 2008

(Untuk jangka waktu 10 tahun berturut-turut).

a. Data umum perusahaan

Nama Perusahaan : PT. Muara Alam Sejahtera (MAS)

Direktur Utam : Sugiyanto

Alamat Kantor : Jl. Lintas Sumatera Desa Muara Maung

Kec, Merapi Barat, Kab, Lahat-Smatera

Selatan

Jenis Perizinan : IUP Operasi Produksi


7

No. SK : 503/159/KEP/PERTAMBANGAN/2010

Tanggal Berlaku : Jangka Waktu 12 tahun sejak tanggal 12-

04 2010

Wilayah : Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten

Lahat, Sumatera Selatan

Kode Wilayah : KW.04.3.P.LHT.2008

Luas Wilayah : 1745 Ha

NPWP : 02.121.448.1-390.001

TDP : 060417000004

SIUP : 503.2/02/SIUP/PM/BPPT&PMD/III/2014

HO : 503.3/86.3/B/HO/BPPT &PMD/2014

b. Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi

Untuk menjadi perusahaan tambang batubara yang profesional dan

bertanggung jawab, atas lingkungan dengan pertumbuhan yang

berkesinambungan.

b. Misi

Melaksanakan praktek penambangan yang baik dan tata kelola

perusahaan yang baik dalam setiap aktivitas kegiatan untuk

memberikan lebih banyak bagi pemangku kepentingan.


8

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : Departemen Mining and Engineering PT Muara Alam Sejahtera (MAS)


Gamabar 1. Struktur Organisasi PT.Muara Alam Sejahtera

3. Jam Kerja

PT.Muara Alam Sejahtera telah merencanakan jam kerja untuk kegiatan

penambangan yaitu terdiri dari 2 shif dimana 10 jam shif 1 (pagi) dan 10 jam

shif II.

Dimanan : shif I dari jam 07:00 -17:00.

: shir II dari jam 18:00-05:00

: Over Shif 1 17:00 – 18:00

: Over Shif 2 05:00-6:00

4. Fasilitas Perusahaan

Fasilitas perusahaan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan

perusahaan atau dengan segala kegitan segala penambangan. Hal ini akan
9

berpegaruh dengan segala kegiatan penambangan itu sendiri dan kinerja

karyawan. Adapun fasitlias utama perusahan dan fasilitas penunjang

perusahaan.

a. Fasilitas Utama perusahaan

Adapun fasilitas utama yang digunakan perusahaan yaitu:

1) Area penambangan

2) Stockpile

3) Disposal Area

b. Fasilitas Penunjang perusahaan:

1) Jalan Tambang

2) Kantor (office)

3) Pos satpam

4) Kantin

5) WorkShop

6) Mess

7) Sarana.

5. Iklim dan Cura Hujan

a. Iklim

Iklim yang dimiliki oleh PT.Muara Alam Sejahtera (MAS) sama

dengan iklim yang ada di Indonesia pada umumnya. Untuk daerah


10

Tambang Blok Timur ini memiliki iklim tropis basah dengan kelembaban

dan temperatur tinggi, yaitu berkisar antara 180 C sampai dengan 36,50C.

Meterologi untuk Tambang Blok Timur adalah sebagai berikut :

1) Suhu Udara

a) Suhu Udara Maksimum : 36,50C Pada siang hari

b) Suhu Udara Minimum : 180C

c) Suhu Udara Rata-rata : 270C

2) Kelembaban Nisbi

a) Kelembaban Minimum : 100 % Pada pagi hari

b) Kelembaban Minimum : 12-30 %

c) Kelembaban Rata-rata : 75 %

3) Tekanan Udara

a) Tekanan Udara Maksimum : 1015 milibar

b) Tekanan Udara Minimum : 1005 milibar

c) Tekanan Udara Rata-rata : 1010 milibar

b. Cura Hujan

Adapun cura hujan pada bulan November di PT. Muara Alam Sejahtera

(MAS). Cura hujan dapat diliat pada Table 1.


11

Table 1. Curah Hujan Januari-Juli 2018

Curah Hujan
600

400

Curah Hujan
200

Sumber : Departemen Mining and Engineering PT Muara Alam Sejahtera (MAS)

6. Lokasi dan Kesampaian Daerah

a. Lokasi PT.Muara Alam Sejahtera (MAS)

PT.Muara Alam Sejahtera (MAS) terletak di Muara Maung, Desa

Merapi, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera

Selatan. Batas wilayah tersebut berada pada posisi 103039’30’’ -

105044’18,14” BT dan 3044’30” - 5046’40” LS. PT.Muara Alam Sejahtera

(MAS) berjarak ± 190 km dari Kota Palembang, dengan luas wilayah Izin

Usaha Pertambangan seluas 1.7745 Ha. Sebagian besar daerah untuk

penambangan merupakan hutan sekunder/bekas ladang yang telah

ditinggalkan, sebagian lagi berupa ladang atau kebun berupa ladang karet

dan kopi. Untuk fasilitas penunjang, seperti jalan angkut batubara dan

fasilitas penumpukan batubara berada dalam wilayah pertambangan

mempunyai luas sekitar 20 Ha.


12

Wilayah penambangan terbagi atas 2 blok, yaitu Blok Barat yang

terletak di sebelah Barat dengan luas ± 34,41 Ha, dan Blok Timur di

sebelah utara dengan luas ± 30,51 Ha.

PT.Muara Alam Sejahtera (MAS) memiliki 3 (tiga) subkontraktor

yang dibagi pada masing-masing blok. Untuk Blok Barat dikelola oleh

Kontraktor UN (Ulima Nitra) yang sejak tahun 2010 sudah bergabung

dengan perjanjian yang telah disepakati oleh PT.Muara Alam Sejahtera

(MAS) dan PT.Bina Sarana Sukses (BSS) Blok timur dimana BSS

dimulai sejak tahun 2016 , Untuk Blok Timur dikeloka oleh konsorsium

antara Indominertama dan Waspada Karsa, sehingga menjadi IMWK

(Indominertama Waspada Karasa).

b. Kesampaian Daerah

Lokasi PT.Muara Alam Sejahtera (MAS) dapat dijangkau melalui

jalan darat dari Palembang yang dapat ditempuh dalam waktu 5-6 jam.

Untuk kegiatan pengangkutan batubara, jarak angkutan dari Lahat ke

terminal batubara Kertapati ± 200 km dengan menggunakan rangakaian

kereta api yang diberi nama Batubara Rangkaian Panjang (Babaranjang).

Rangkaian kereta api PT.Muara Alam Sejahtera (MAS) terdiri dari 32

troli dan 64 kontainer, untuk 1 kontainer dapat mengangkut batubara

sebanyak 18-20 ton, sehingga untuk sekali angkut rangakaian kereta api

dapat mengangkut batubara sebanyak ± 1280 ton. Karena PT.Muara Alam


13

Sejahtera (MAS) Sejahtera memiliki 2 rangkaian kereta api maka per hari

nya kereta api dapat mengangkut batubara ± 2500 ton. Stockpile untuk

mengangkut batubara berada di Stasiun Suka Cinta, di Muara Maung,

Merapi Barat. Peta kesampaian daerah PT. Muara Alam Sejahtera (MAS)

dapat dilihat pada Gambar 2.

PT MUARA ALAM SEJAHTERA

Sumber : Departemen Mining and Engineering PT Muara Alam Sejahtera (MAS).


Gambar 2. Peta Kesampaian Daerah PT.Muara Alam Sejahtera (MAS).

7. Kondisi Geologi Regional dan Stratigrafi

a. Geologi

Di tambang PT. Muara Alam Sejahtera (MAS) terdapat geologi

diantaranya adalah sinklin, sesar mendatar dan joint. Menurut pengamatan


14

langsung di lapangan tampak jelas sekali adanya struktur sinklin dimana

lapisan-lapisan batuan menyebar membentuk seperti melengkung ke

bawah sehingga menurut geologist PT.Muara Alam Sejahtera (MAS)

kenampakan ini merupakan gambaran dari struktur sinklin.

Struktur geologi pada lapisan batubara yang terdapat di daerah ini

tidak mendatar melaikan miring dengan kemiringa batubara berkisar 20-

40˚ ke Arah selatan denga strike atau penyebaran kerah timur (east)-Barat

(west), hal ini tampak sangat jelas dilapangan. Jumlah seam batubara

utama ada 6 (Enam) yak ni seam A1,A2,B,B1,B2, dan C.

Pada lapisan batubara ini juga tampak adanya struktur fault yang

tampak terutama di block timur sehingga memotong lapisan batubara

pada seam A1. Pada seam batubara juga dijumpai adanya peak atau

disebut silicified coal, dimana peak ini tidak diambil karena struktur

batuan yang sangat keras dan berbahaya jika masuk di alat crusher.

Sisipan batubara terdiri dari lempung dan juga terdapat laminasi

sepanjang seam batubara.

Lapisan batubara di daerah Kuasa Pertambangan PT.Muara Alam

Sejahtera (MAS) di Lahat merupakan bagian dari Cekungan Sumatera

Selatan yang ditutupi oleh 2 (dua) kelompok batuan yaitu Batuan Kuarter

dan Batuan Tersier.(Eddy RS, 2001).

1) Kelompok Batuan Kuarter


15

Kelompok ini diwakili oleh Formasi Kasai pada umur pilosen

dan umur holosen terbentuk formasi Alluvium.

2) Kelompok Batuan Tersier

Kelompok Batuan Tersier terbentuk pada umur miosen

memiliki 3 bagian yaitu, miosen awal, miosen tengah, miosen akhir.

Pada miosen awal terbentuk formasi Gumai, formasi tengah terbentuk

formasi air benakat yang mengandung batuan karbonat (cangkang,

moluska, foraminifera) artinya pada miosen tengah terdapat laut dan

juga terbentuk formasi muara ini, sedangkan pada miosen akhir semua

lapisan berasal dari formasi Muara Enim yang merupakan formasi

pembawa batubara.

Adapun penyebaran batuan yang ada pada daerah tambang PT.

Muara Alam Sejahtera (MAS) yang terdiri dari tiga formasi batuan,

yaitu :

1) Formasi Muara Enim

a) Formasi Gumai

Formasi terdiri dari atas perselingan serpih, napal, dan

batu lempung gampingan, napal setempat mengandung pirit.

b) Formasi Air Benakat


16

Formasi ini terdiri atas batu lempung abu-abu

kekuningan, galukonita, mengandung cangkang moluska dan

foraminifera.

c) Formasi Muara Enim

Menurut Spruyt (1956), formasi ini selaras diatas

Formasi Air Benakat. Formasi ini dapat dibagi menjadi 3

bagian, yaitu :

(1) Formasi Muara Enim Miosen Tengah

Formasi ini terdiri atas batu pasir hijau-biru, batu

lempung hijau, dan sisipan batu lanau, tebal 100 – 150 m

dan terbentuk lapisan batubara merapi dan batubara keladi

(2) Formasi Muara Enim Miosen Akhir (bagian awal)

Formasi ini terdiri atas perselingan batu lempung

coklat dan batu pasir abu-abu kehijauan, lapisan batubara

dan kandungan tuff biotit terpudarkan, dengan ketebalan 45-

100 serta pada formasi ini terbentuk lapisan batubara

mangis, batubara suban, dan batubara petai.

(3) Formasi Muara Enim Miosen Akhir (bagian tengah)

Formasi ini terdiri atas perselingan batu pasir abu-

abu muda dan batu lempung abu-abu serta sisipan lapisan

batubara, batu lempung dan batu pasir memiliki nodul


17

ironstone dengan rongga-rongga gas tebal 115-365 serta

pada formasi ini terbentuk lapisan batubara benuang dan

batubara burung.

(4) Formasi Muara Enim Miosen Akhir (bagian akhir)

Formasi ini terdiri atas lempung hijau-biru, abu-abu,

kaya material vulkanik, sisipan batu pasir, abu-abu hijau dan

putih, bebearapa lapisan bautubara dengan ketebalan 100-

240 m, serta pada formasi ini terbentuk lapisan batubara

niru, batubara babat, batubara enim, dan batubara kebon.

(5) Formasi Kasai

Formasi terdiri atas batu pasir tufaan, batu lempung

tufaan, warna terang, pasir, batu apung, lensa-lensa batubara

(Spruyt, 1956).

(6) Formasi Alluvial

Formasi terdiri atas batu lempung dan lanau, batu

pasir dan kerikil merupakan endapan pantai dan sungai.

Stratifigrafi Batuan PT. Muara Alam Sejahtera (MAS) dapat

dilihat pada Gambar 3.


18

Sumber : Departemen Mining and Engineering PT Muara Alam Sejahtera (MAS)


Gambar 3. Stratigrafi Batuan PT. Muara Alam Sejahtera (MAS)

b. Sratigrafi

1) Lapisan Top Soil

Terdapat top soil dengan ketebalan berkisar 0,5-1 meter, top

soil terdiri atas akar tumbuh-tumbuhan, unsur hara, dan tanah merah.

2) Lapisan Tanah Penutup (Overburden)


19

Overburden ini memiliki ketebalan bervariasi berkisar antara

±17 meter, terdiri atas sandstone, shalty coal, claystone, dan mud

stone, terdapat pada kedalaman ±3,5 m dari topsoil.

8. Kualitas dan Cadangan Batubara

a. Kualitas Batubara

Pengklasifkasian batubara bertujuan untuk mengetahui variasi mutu

atau kelas batubara. Klasifikasi batubara yang umum digunakan adalah

klasifikasi menurut ASTM (American Society for Testing Materials).

Klasifikasi ini didasarkan atas analisa proksimat batubara, yaitu

berdasarkan derajat perubahan selama proses pembatubaraan mulai dari

lignit sampai antrasit. Untuk itu diperlukan data karbon tertambat (fixed

carbon), zat terbang (volatil matter) dan nilai kalor. Kadar batubara dapat

dilihat pada Table 2.

Table 2. Kadar Batubara PT.Muara Alam Sejahtera

Lapisan VM CV
Nama Tebal TM % M% FC % ASH % TS %
No Batubara % Kcal/kg RD HGI
Stasiun (M) (ar) (adb) (adb) (adb) (adb)
A(seam) (adb) (adb)

SBC-
1 A1 8.7 29.7 16.06 41.42 41.06 1.46 5785 0.55 54
17 A
SAC
2 A2 16.2 30.09 17.49 40.04 40.22 2.25 5708 0.24 61
02-04
3 SRC-1 B1 11.8 28.37 17.27 40.42 39.88 2.43 5881 0.26 55
SAD
4 B1 11.8 28.09 16.61 41.19 39.57 2.63 5865 0.27 55
45
SBB
5 B2 29.46 15.57 40.5 41.61 2.32 5733 0.76 65
15 >6.5
SAE
6 C 11.6 25.12 15.11 41.16 41.38 2.35 6151 0.72 54
23
SAD
7 A2 9.1 29.6 19.11 39.47 39.98 1.44 5702 0.16 1.3 66
49
SAD
8 B1 11.8 28.78 16.93 40.22 40.7 2.15 5876 0.22 1.3 63
45
Sumber : Departemen Mining and Engineering PT Muara Alam Sejahtera (MAS)
20

b. Cadangan Batubara

Adapun cadangan batubara PT.Muara Alam Sejahtera (MAS) pada

saat ini 2018 sebesar ± 50 juta ton yang teridir dari blok Alam 1-3 dan

blok Alam 4. Cadangan batubara PT. Muara Alam Sejahtera (MAS) dapat

dilihat pada Table 3.

Table 3. Cadangan Batubara di PT. Muara Alam Sejahtera (MAS)


Cadangan Tahun 2018
Nama Blok/ Ketebalan
No. Seam Terkira Terbukti Total
Prospek (m)
(Juta Ton) (Juta Ton) (Juta Ton)
1 PIT ALAM 1-3
A1 4
Alam 1 A2 6
Alam 2 B1 16 13.65 9.67 23.32
Alam 3 B2 6
UP0 4
2 PIT ALAM 4
Alam 4 C 7 2.92 1.05 3.97
3 PIT ALAM 5-7
Alam 5
UP3 5
Alam 6 1.65 1.65
UP4 4
Alam 7
4 PIT ALAM 8-9
Alam 8 UP3 5
1.52 1.52
Alam 9 UP4 4

Total
19.74 10.72 30.46
Sumber : Departemen Geologi PT.Muara Alam Sejahtera (MAS)
21

B. Kajian Teoritis

1. Metode Tambang Terbuka

Tambang terbuka adalah metode penambangan yang segala

kegiatannya atau aktivitasnya dilakukan atau reatif dipermukan bumi, dan

tempat kerjanya berhubungan langsung dengan permukaan luar.

Adapun pengelompokan metode tambang terbuka berdasarkan jenis

endapannya yaitu:

a. Open Pit

Metode Penambangan dengan cara open pit adalah penambangan

terbuka yang dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih metal

seperti endapan bijih nikel, endapan bijih besi, endapan bijih tembaga,

dan sebagainya. Penambangan dengan cara open pit biasanya dilakukan

untuk endapan bijih atau mineral yang terdapat pada daerah datar atau

daerah lembah. Tanah akan digali ke bagian bawah sehingga akan

membentuk cekungan atau pit. Adapun cara pengangkutan pada metode

panambangan open pit, cara pengangkutan biasanya tergantung dengan

kedalaman endapan atau tofografinya. Metode penambangan open pit

dapat dilihat pada Gambar 4.

1) Cara konvesiaonal

Cara konvensional adalah cara langsung dimana hasil galian

atau peledakan diangkut oleh truck / belt conveyor / mine car dan
22

sebagainya, langsung dari tempat penggalian, ke tempat dumping dan

menelusuri tebing-tebing sepanjang bukit.

2) Cara Inkonvensional

Cara inkonvensional adalah cara tidak langsung dimana cara

pengakutan hasil penggalian atau peledakan ketempat dumping

dengan menggunakan cara kombinasi alat-alat angkut. Misalnya dari

front ke tamapat crusher digunakan truck, dan melalui ore pass ke

loading point: kemudian diangkut ke ore bin dengan memakai belt

conveyor, kemudian diangkut ke luar tambang dengan cage.

Sumber:http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/24968/mod_resource/conte
nt/1/Tambang%20Terbuka.pdf.
Gambar 4. Open Pit
23

b. Open Cast / Open Mine / Open Cut

Metode penambangan ini hampir sama dengan cara

penambangan open pit, yang membedakannya adalah teknik

penambangannya dimana teknik penambangan ini dilakukan untuk daerah

lereng bukit, medan yang digali dari bawah keatas atau sebaliknya (side

hill type). Bentuk penambangan ini dapat pula melingkari bukit,

tergantung dari letak endapan yang diinginkan. Metode Open Cast / Open

Mine / Open Cut dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber:http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/24968/mod_resource/content/1/
Tambang%20Terbuka.pdf.
Gambar 5. Open Cast / Open Mine / Open Cut

c. Quarry

Metode quarry adalah suatu metode tambang terbuka yang

dilakukan untuk menambang endapan-endapan bahan galian industri atau


24

mineral industri, seperti (seperti batu marmer, batu granit,dan lain-lain).

Berdasarkan letak endapan yang digali atau arah penambangannya secara

garis besar quarry dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1) Side hill type, diterapkan untuk menambang batuan atau endapan

mineral industri yang letaknya dilereng bukit atau endapannya

berbentuk bukit. Berdasarkan jalan masuk ke pemuka penambangan

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Jalan masuk berbentuk spiral

Jalan masuk berbentuk spiral ini dibuat bila seluruh lereng

bukit akan digali dari atas kebawah. Jalan masuk spiral dapat

dilihat pada Gambar 6.

Sumber:http://goestygenepho.blogspot.com/2013/11/sistem-penambangan.html
Gambar 6. Jalan Masuk Berbentuk Spiral

b) Jalan masuk memanjang

Jalan masuk memanjang dibuat bila hanya sebagian lereng

bukit saja yang akan ditambang atau bentuk bikit itu memanjang

dengan jalan masuk dari salah satu sisinya. Jalan masuk

memanjang dapat dilihat pada Gambar 7.


25

Sumber:http://goestygenepho.blogspot.com/2013/11/sistem-penambangan.html
Gambar 7. Jalan Masung Memanjang

2) Pit type, diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral

industri yang terletak pada suatu daerah yang relatif datar. Jadi tempat

kerjanya (front) digali kearah bawah sehingga membuat cekungan

(pit). Jalan masuk ke pemuka kerja, memiliki dua kemungkinan jalan

masuk, yaitu:

a) Jalan masuk spiral

Dimana endapannya berbentuk kurang lebih bulat atau

lonjong. Jalan masuk spiral dapat dilihat pada Gambar 8.

Sumber: http://mining09uncen.blogspot.com/2012/02/quarry.html
Gambar 8. Jalan Masuk Spiral
26

b) Jalan Masuk zig-zag

Jalan masuk zig-zag ini apa bila bentuk endapan yang akan

ditambang kurang lebih memanjang atau persegi, maka jalan

masuk ke front penambangan diuat bentuk zig-zag dari salah satu

sisi. Jalan masuk zig-zag dapat dilihat pada Gambar 9.

Sumber: http://mining09uncen.blogspot.com/2012/02/quarry.html
Gambar 9. Jalan Masuk Zig-zag

c) Jalan Masuk Switch Back

Dimana bentuk endapanya kurang lebih empat persegi

panjang atau bujur sangkar. Jalan masuk switch back dapat dilihat

pada Gambar 10.


27

Sumber: http://mining09uncen.blogspot.com/2012/02/quarry.html
Gambar 10. Jalan Masuk Switch Back

d. Strip Mine

Stip mine adalah sistem tambang terbuka yang diterapkan untuk

menambang endapan-endapan sedimenter yang letaknya kurang lebih

mendatar atau sedikit miring, misalnya tambang batubara atau endapan

garam-garam. Metode penambang strip mine dapat dilihat pada Gambar

11.
28

Sumber:http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/24968/mod_resource/cont
ent/1/Tambang%20Terbuka.pdf.
Gambar 11. Strip Mine

e. Alluvial Mine

Alluvial mine adalah tambang terbuka yang diterapkan untuk

menambang endapan-endapan alluvial, misal bijih tima, pasir besi, dan

lain-lain. Metode penambangan alluvial dapat dilihat pada Gambar 12.


29

Sumber:http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/24968/mod_resource/content/1/
Tambang%20Terbuka.pdf.
Gambar 12. Alluvial

Berdasarkan cara penggaliannya, aluvial dapat dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu:

1) Tambang Semprot (Hydraulicking)

Penggalian endapan pada tambang semprot dilakukan

menggunakan semprotan air yang bertekanan tinggi dengan

menggunakan alat penyemprot yang dinamakan monitor atau water

jet. Kekuatan tekanan air dapat disesuaikan dengan jenis material yang

digali. Tambang semprot (hydraulicking) dapat dilihat pada Gambar

13.
30

Sumber:https://gemileum.blogspot.com/2015/02/alluvial-mine-penambangan
alluvial.html
Gambar 13. Tambang Semprot (hydraulicking)

2) Penambangan Dengan Kapal Keruk (Dredging).

Penambangan ini digunakan bila endapan terletak dibawah

permukaan air, misalnya dilepas pantai, sungai, danau atau lembah

yang tersedia banyak. Penambangan dengan kapal keruk (dredging)

dapat dilihat pada Gambar 14.

Sumber:https://gemileum.blogspot.com/2015/02/alluvial-mine-penambangan
alluvial.html
Gambar 14. Tambang dengan Kapal Keruk (Dredging)
31

3) Manual Minig Method

Penambanga ini sangat sederhana dengan menggunakan

tenaga manusia hampir tidak memakai alat mekanis. Cara ini biasanya

dilakukan oleh rakyat setempat atau oleh kontraktor-kontraktor kecil.

Manual mining method dapat dilihat pada Gambar 15.

Bentuk endapan yang biasanya ditambang, yaitu:

a. Ukuran atau jumlah cadangannya kecil.

b. Letaknya tersebar dan terpencil.

c. Endapannya cukup kaya.

Sumber:https://gemileum.blogspot.com/2015/02/alluvial-mine-penambangan
alluvial.html
Gambar 15. Manual Minig Method
32

Alat penambangan yang biasanya digunakan, yaitu:

a.Pan/ Bate I Dulang

Penambangan dengan mengunakan pan atau pringan,

biasanya digunakan untuk manambang emas di sungai. Pan/ bate i

dulang dapat dilihat pada Gambar 16.

Sumber:https://gemileum.blogspot.com/2015/02/alluvial-mine-
penambangan alluvial.html
Gambar 16. Pan/ Bate I Dulang

b.Rocker (cradle)

Rocker alat ini biasanya digunakan untuk penambangan

emas, gunanya untuk menyaring material sesuai dengan ukurannya.

Rocker (cradle) dapat dilihat pada Gambar 17.


33

Sumber:https://gemileum.blogspot.com/2015/02/alluvial-mine-
penambangan alluvial.html
Gambar 17. Rocker (cradle)

c. Sluice Box

Alat konvesional mineral bijih berdasarkan perbedaan “specific

gravity”. Diharapkan dalam proses ini mineral mempunyai SG

tinggi akan mengendap yang nantinya akan diambil sebagai

konsentrat, dan mineral yang ringan akan terbawa oleh aliran air

sebagai tailing. Alat ini biasanya digunakan untuk penambangan

emas. Sluice box dapat dilihat pada Gambar 18.


34

Sumber:https://gemileum.blogspot.com/2015/02/alluvial-mine-
penambangan alluvial.html
Gambar 18. Sluice Box

2. Batubara

Batubara menurut badan standarisasi nasional dalam SNI (1997)

adalah endapan yang mengandung hasil akumulasi material organik yang

berasal dari sisasisa tumbuhan yang telah melalui proses lithifikasi untuk

membentuk lapisan batubara. Material tersebut telah mengalami kompaksi,

ubahan kimia dan proses metamorfosis oleh peningkatan panas dan tekanan

selama periode geologis. Bahanbahan organik yang terkandung dalam lapisan

batubara mempunyai berat > 50% volume bahan organik

3. Proses Terbentuknya Batubara

Proses pembentukan batu bara sangatlah kompleks dan membutuhkan

waktu hingga berjuta-juta tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa

tumbuhan purba yang kemudian mengendap selama berjuta-juta tahun dan

mengalami proses pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh fisika,


35

kimia, maupun geologi. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori

bahan bakar fosil. Secara ringkas ada 2 tahap proses pembatubaraan yang

terjadi, yakni:

a) Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman

terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam

proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan

biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan

kompaksi material organik serta membentuk gambut.

b) Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit

menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.

proses pembentukan batu bara dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap

pembusukan (decay) akibat adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri

ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen dan menghancurkan bagian yang

lunak dari tumbuhan seperti selulosa, protoplasma, dan pati.

b) Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan

terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini

biasanya terjadi pada lingkungan berair, misalnya rawa-rawa.

c) Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan

mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat


36

keluarnya air (H20) clan sebagian akan menghilang dalam bentuk

karbondioksida (C02), karbonmonoksida (CO), clan metana (CH4).

d) Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya

tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan

dan patahan. Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya

intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low grade

menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona

batubara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke

lingkungan darat.

e) Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik

berupa pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan batubara

yang ada menjadi terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara

inilah yang dieksploitasi pada saat ini. Tahapan pembentukan batubara

dapat dilihat pada Gambar 19.


37

Sumber:https://dinarproject.com/beranda/prosespembentukanbatubara/
Gambar 19. Proses Terbentuknya Batubara.

4. Tempat Terbentuknya Batubara

Tempat terbentuknya batubara di kenal dua macam teori

a) Teori insitu

Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan

batubara, terbentuknya di tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada,

dengan demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami

proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami


38

proses coalification. Jenis batu bara yang terbentuk dengan cara ini

mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena

kadar abunya relative kecil, batu bara yang tebentuk seperti ini di Indonesia

di dapatkan di lapangan batubara Muara Enim, Sumatra Selatan.

b) Teori drift

Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan

batubara terjadinya di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan

semula hidup dan berkembang, dengan demikian tubuhan yang telah mati

di angkut oleh media air dan berakumulasi di suatu tempat kemudian

mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara

ini mempunyai penyebaran tidak luas, dibeberapa tempat, kualitas kurang

baik karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut bersama

selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat

sedimentasi.

5. Lingkungan Pengendapan Batubara

Lingkungan pengendapan batubara eratkaitannya dengan fisiografi

cekungan pengendapan. Menurut (Teichimuller,1992:dalam Stachet la,

1982), berdasarkan posisi geografinya, lingkungan pengendapan batubara

dibedakan menjadi zona paralik (tepi pantai) dan limnik (daratan). Batubara

didunia lebih dari 90% terbentuk di lingkungan paralik yaitu rawa-rawa

yang berdekatan dengan pantai. Daerah seperti ini dapat dijumpai di daratan
39

pantai, laguna, delta atau juga fluvial. Selanjutnya pembahasan masing-

masing lingkungan pangendapan batubara lebih mengacu pada pembagian

yang dikemukakan oleh (Horne et la, 1978):

a) Lingkungan Pengendapan Barrier.

Barrier terbentuk selama delta mengalami progadasi, dan lalu

terjadi pengisian suplai sedimen dari darat dan laut hingga meluas ke

daerah rawah back barrier. Lingkungan barrier mempunyai peran

penting, yaitu menutup pengaruh oksidasi dari air laut dan mendukung

pembentukan gambut da bagian darat.

b) Lingkungan Pengendapan Back-Barrier.

Karakteristk batuan sedimen pada lingkungan back-barrier

adalah mengalami coarsening upward, terdapat serpih abu-abu gelap

yang kaya bahan organik, batu lanau dan mengandung batubara yang

tipis dengan penyebaran secara lateral yang tidak menerus, mangandung

banyak sulfur, dan sering kali juga disebut shale hitam atau bone coal.

c) Lingkungan Pengendapan Lower Delta Plain.

Lingkungan pengendapan lower delta plain didominasi oleh

sekuen coarsening upward yang terdiri dari batulumpur dan bautulanau,

memiliki ketebalan antara 15-55 m dan penyebaran leteral 8 hingga 10

km.

d) Lingkungan Pengendapan Upper Delta Plain-Fluvial.


40

Lingkungan pengendapan upper delta plain – fluvial :

merupakan daerah akumulasi gambut dalam jumlah yang tidak banyak,

namun lingkungannya relatif stabil. Endapannya didominasi oleh bentuk

linier, batupasir lentikuler yang memiliki ketebalan hingga 25 m dan

lebar 11 km. Tumbuhan pada sub-lingkungan upper delta plain akan

didominasi oleh pohon-pohon keras dan akan menghasilkan batubara

yang blocky, sedangkan tumbuhan pada lower delta plain didominasi

oleh tumbuhan nipah-nipah pohon yang menghasilkan batuabara

berlapis.

e) Lingkungan Pengendapan Tradisional Lower Delta Plain.

Tradisional Lower Delta Plain zona diantara lower dan upper

delta plain adalah zona transisi yang mengandung karakteristik litofasies

dari sekuen tersebut yang merupakan juga sekuen bay-fill yang dicirikan

oleh litologi yang berbutir halus dan lebih tipis (1,5-7,5 m) dari pada

sekuen lower delta plain. Perkembangan rawa pada lingkungan transisi

lower delta plain sangat intensif, karena adanya pengisian sedimen pada

daerah “interdistributary bay” sehingga dapat terbentuk lapisan batubara

yang tersebar luas dengan kecendrungan agak memanjang sejajar

dengan jurus perlapisan.


41

6. Klasifikasi Kadar Batubara

Batubara sebagai salah satu pilihan sumber energi alternatif,

menepati peringkat teratas dalam jumlah sumber daya yang terbesar

diseluruh dunia. Peringkat batubara ini didasarkan kriteria kalori per gram

batubara. Peringkat batubara di Indonesia dapat dilihat pada Table 4.

Tabel 4. Peringkat Batubara di Indonesia


Peringkat Kriteria (kkl/gr, adb)

Rendah < 5100

Menengah 5100-6100

Tinggi 6100-7100

Sangat Tinggi > 7100

7. Jenis Batubara

a. Antrasite

Antrasit adalah kelas batubara tertingi, dengan warna hitam

berkilau (luster) metalik, mengandung antara 86% - 90% unsur karbon (c)

dengan kadar air kurang dari 8%.

b. Bituminous

Bitumnous mengandung 68%-86% unsur karbon (c) dan berkadar

air 8-10% , dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang

di Australia.

c. Sub-bituminous
42

Sub-bituminous mengandung sedikit karbon (c) dan banyak air, dan

oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan

dengan bituminous.

d. Lignite

Lignite atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak

yang mengandung air 35-75% dari beratnya.

e. Gambut

Gambut berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai

kalori yang paling rendah.

8. Kelas Sumber Daya dan Cadangan

a. Sumber Daya Batubara Tertunjuk

Sumber daya batubara tertunjuk adalah jumlah batubara didaerah

penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung

berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk

tahap ekplorasi pendahuluan.

b. Sumber Daya Batubara Terukur

Sumber daya batubara terukur adalah jumlah batubara didaerah

penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung

berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk

tahap ekplorasi rinci.

c. Sumber Daya Batubara Terkira


43

Cadangan batubara terkira adalah subember daya batu bara

tertunjuk dan sebagai sumber daya batubara terukur, tetapi berdasarkan

kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil

kajiannya dinyatakan layak.

d. Sumber Daya Batubara Tereka

Sumber daya batubara tereka adalah jumlah batubara didaerah

penyelidikan atau bagian dari darah penyelidikan, yang dihitung

berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarta yang ditetapkan untuk

tahap ekplorasi pendahuluan.

e. Sumber Daya Batubara Hipotetik

Sumber daya batubara hipotetik adalah jumlah batubara didaerah

penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung

berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk

tahapan survey tinjau.

9. Peralatan Penambangan

a. Alat Utama Pertambangan

1) Excavator

Excavator adalah alat Gali muat untuk memuat bahan galian

batubara ataupun overburden adapun alat gali muat yang digunakan

oleh PT.Muara Alam Sejahtera (MAS) di pit Alam 4 yaitu Caterpilar

tipe 320D yang digunakan untuk merapikan Over burden dipinggir


44

jalan, Hitachi 470LC diguakan untuk pengupasan Over burden dan

Hitachi tipe zaxis 350 H untuk pemuatan batubara. Excavator Hitachi

tipe zaxis 350 H dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Excavator Hitachi 350H

2) Dump Truck

Dump truk adalah alat angkut untuk mengangkut meterial

ketempat penumpukan. PT.Muara Alam Sejahtera (MAS)

menggunakan dump truck dongfeng t-lift untuk mengangkut batubara

dengan kapasitas vesel ±25 − 30 ton dan jaran front ke stock pile 1,8

km. untuk pengangkutan overburden menggunakan dump truck

beibein 2464 dengan kapasitas vesel 12 bcm untuk mengangkut

Overburden dan jarak front ke disposa 2.5 km. Dump Truck Dongfeng
45

T-lift dan dump truck beibein 2464 dapat dilihat pada Gambar 21

dan 22.

Gambar 21. Dump Truck Dongfeng T-lift

Gambar 22. Dump Truck Beibein 2464


46

3) Bulldozer

Bulldozer adalah berat yang berfungsi sebagai alat untuk

pembersihan lahan, pengumpulan material yang berserakan, di area

disposal bulldozer juga sebagai alat meratakan dan merapikan

timbunan. Dalam kegiatan di pit Alam 4 pendorongan Overburden dan

land clearing menggunakan Dozer caterpillar tipe D85E-SS dan

caterpillar D375A. Dozer caterpillar tipe D85E-SS dapat dilihat pada

Gambar 23.

Gambar 23. Bulldozer D85-SE

b. Alat Penunjang Pertambangan

1) Motor Grader

Motor Grader merupakan alat yang berfungsi untuk meratakan

dan merapikan material yang berserakan dijalan akibat material yang


47

tumpah saat aktifitas pengangkutan dilakukan oleh (dump truck), jenis

Motor grader yang digunakan PT.Muara Alam Sejahtera (MAS) di Pit

BSS alam 4 adalah komatsu GD705. Bagian utama dari alat motor

grader ini terdiri dari bilah (blade) yang dihubungkan pada suatu

cincin baja (circle) sehingga dapat digerakan kearah mendatar dan

vertical. Bilah (blade) tersebut dapat pula diputar 180˚ sehingga pada

waktu grader mundur dapat meratakan tempat galian atau temat

kerjanya. Motor Grader komatsu GD705 dapat dilihat pada Gambar

24.

Gambar 24. Motor Greder komatsu GD705


48

2) Water Truck

Water truck adalah truck yang berisi air yang berfungsi sebagai

alat untuk menyirami jalan yang berdebu akibat dari aktivitas

penambangan material yang dilakukan oleh alat angkut, penyiraman

dilakukan sepanjang jalan yang sering dilewati oleh alat angkut yang

menuju stockpile dan disposal, air yang digunakan untuk penyiraman

adalah air yang berasal dari kolam pengendapan lumpur (KPL) yang

sudah dinetralkan keasamannya dan juga telah dijernihkan, lalu

diangkut oleh water truck untuk menyiram debu yang ada dijalan

tambang, water taruk yang digunakan oleh PT.Muara Alam Sejahtera

(MAS) di Pit BSS alam 4 ada dua yaitu water truck marcedez benz

actros-4843 K dengan kapasitas 32.000 L dan hino FM320TI dengan

kapasitas 20.000 L. water truck marcedez benz actros-4843K dan

Hino FM320TI dapat dilihat pada Gambar 25 dan Gambar 26.


49

Gambar 25. Water Truck Actros-4843 K.

Gambar 26. Water Truck Hino FM320TI


50

3) Fuel Truck
Fuel truck adalah alat yang digunakan atau menyediakan pengisian

bahan bakar untuk semuan peralatan mekanis yang ada ditambang, fuel

truck yang digunakan di PT.Muara Alam Sejahtera (MAS) adalah

Beibein 3331dengan kapasitas tank 20.000 L . Fuel truck Beibein

3331dapat dilihat pada Gambar 27.

Gambar 27. Fuel Truck Beibein 3331

4) Water Pump (pompa)

Merupaka peralatan yang digunakan untuk memindahkan zat

atau fluida yang berada dikolam arel penambangan menuju kolam

pengendapan, PT. Muara Alam Sejahtera (MAS) menggunakan water

pump KSB DND200 5H. Water Pump KSB DND200 5H dapat dilihat

pada Gambar 28.


51

Gambar 28. Water Pump KSB DND200 5H

5) Tower Lamp
Tower Lamp adalah sebagai alat bantu penerangan di area

pekerjaan penambangan pada malam hari, seperti di galian

overburden, galian batubara, stockpile, Disposal dan pekerjaan

pertambangan yang lainnya PT. Muara Alam Sejahtera (MAS)

menggunakan tower lamp atlas copco QLTM10 dengan kapisitas 500

watt. tower lamp atlas copco QLTM10 dapat dilihat pada Gambar

29.
52

Gambar 29. Tower Lamp

6) Stock pile

Stock pile adalah area penumpukan batubara yang telah

ditambang dari pit kemudian ditumpuk di Stock pile, dimana luas

stockpile untuk diproses lebih lanjut, luas area stockpile 11 Ha. stock

pile dapat dilihat pada Gambar 30.

Gambar 30. Stock pile


53

7) Disposal

Disposal area adalah tempat penumpukan bahan galian

overburden, dimana bahan galian overburden dari front akan ditumpuk

di disposal area dengan luas area 5 Ha disposal .disposal area dapat

dilihat pada Gambar 31.

Gambar 31. Disposal Area

10. Jenis-Jenis Dump Truck

Dump truck adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan

material pada jarak menengah samapai jarak jauh (500 m atau lebih ).

Berdasarkan pembokarannya terdapat tiga jenis dump truck.

a. Bottom Dump

Bottom Dump adalah semitrailer. Dimana material yang diangkut

oleh Bottom – Dump Tractor – Wagon dikeluarkan melalui bagian bawah

bak (pintu bak) yang dapat dibuka di tengah-tengahnya, pintu bak


54

digerakan secara hidrolis. Bottom dump ini umumnya mengangkut

material lepas, seperti pasir, krikil, batuan sedimen, lempung keras, dan

lain-lain. Bottom dump dapat dilihat pada Gambar 32.

Sumber: http://amtiss.com/id/5-biggest-truck-mine-in-the-world/
Gambar 32. Bottom Dump

b. Rear Dump

Rear dump truck adalah truck yang paling sering dipakai. Truck

ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan wagon karena truck lebih

kuat jika harus bergerak pada jalan menanjak. Cara pembokaran alat tipe

ini dibuka dengan cara menaikan bak bagian depan dengan sistem

hidrolis. Rear dump truck dapat dilihat pada Gambar 33.


55

Sumber:https://imgcop.com/img/Bak-L300-Berapa-Kubik-52660397/.
Gambar 33. Rear Dump

c. Side-Dump

Side-dump adalah jenis alat dump yang mempunyai cara

pembokaran atau mengosongkan muatannya dengan cara ditumpahkan

kesmaping. Side-dump dapat dilihat pada Gambar 34.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=Uxb-mYMmKHc.
Gambar 34. Side-dump
56

Dan berdasarkan ukuran muatannya:

a. Ukuran kecil, ukuran ini bisanya memiliki kapasitas vesel maksimum 25

ton.

b. Ukuran sedang, ukuran truck sedang memiliki kapisitas vesel 25 – 100

ton.

c. Ukuran besar, ukuran truck sedang memiliki kapisitas vesel lebih dari 100

ton.

11. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

a. Pola pemuatan dan Pengangkutan.

Tingkat ketercapaian produksi salah satunya dipengaruhi oleh pola

pemuatan dari alat angkut dan alat gali-muat, pola pemuatan merupakan

salah satu hal yang mempengaruhi waktu edar alat. Pola pemuatan yang

digunakan tergantung pada kondisi lapangan serta alat mekanis yang

digunakan, dengan harapan bahwa setiap alat angkut yang datang, maka

mangkuk (bucket) alat gali-muat sudah terisi penuh dan siap untuk

ditumpahkan ke bak alat angkut.

Cara pemuatan material oleh alat muat ke dalam alat angkut

ditentukan oleh kedudukan alat muat terhadap material dan alat angkut,

apakah kedudukan alat muat tersebut berada lebih tinggi atau kedudukan

kedua-duanya sama tinggi. Pola muat terdiri atas :


57

1) Top Loading

Kedudukan alat muat lebih tinggi dari alat angkut atau alat muat

berada di atas tumpukan material atau berada di atas jenjang. Cara ini

hanya dipakai pada alat muat back hoe. Selain itu operator lebih

leluasa untuk melihat bak alat angkut dan menempatkan material. Pola

pemuatan top loading dapat dilihat pada Gambar 35.

Gambar 35. Top Loading Batubara

2) Bottom Loading

Pola muatan dimana alat gali muat dan alat angkut terletak

pada satu ketinggian yang sama. Cara ini hanya dipakai pada alat muat

power Shovel. Pola pemuatan bottom loding bisa dilihat pada Gambar

36.
58

Gambar 36. Bottom Loading Batubara

Berdasarkan dari posisi alat muat terhadap front penggalian

dan posisi alat angkut terhadap alat muat, posisi pemuatan ini dapat

dibedakan menjadi tiga cara yaitu:

a) Frontal Cuts

Alat muat berhadapan dengan muka jenjang atau front

penggalian dan mulai menggali ke depan dan samping alat muat.

Dalam hal ini digunakan double spoting dalam penempatan posisi

truck. Alat muat memuat pertama kali pada truck sebelah kanan

sampai penuh dan berangkat, setelah itu dilajutkan pada truck

sebelah kiri. Pola pemuatan frontal cuts dapat dilihat pada

Gambar 37.
59

Sumber: Yanto Indonesianto 2014


Gambar 37. Pola Muat Frontal Cuts

b) Parralel Cut With Drive-by

Alat muat bergerak melintang dan sejajar dengan front

penggalian. Pada metode ini, akses untuk alat angkut harus

tersedia dari dua arah. Walaupun sudut putar rata-rata lebih besar

daripada frontal cut, truck tidak perlu membelakangi alat muat

dan spotting lebih mudah. Pola pemuatan Parralel Cut With

Drive-by ini dapat dilihat pada Gambar 38.

Sumber: Yanto Indonesianto 2014


Gambar 38. Pola Muatan Parralel Cut With Drive-by
60

c) Parralel Cut With Turn and Back

Parallel cut with turn and back terdiri dari dua metode,

yaitu:

(1) Single Spoting/ Single Truck Back Up

Pada cara ini truck kedua menunggu selagi alat muat

mengisi truck pertama, setelah truck pertama berangkat,

truck kedua diisi, truck ketiga datang melakukan manuver

dan seterusnya. Pola pemuatan Single Spoting dapat dilihat

pada Gambar 39.

Sumber: Yanto Indonesianto 2014


Gambar 39. Pola Muatan Single Spoting

(2) Double Spotting / Double Truck Back Up

Pada cara ini truck memutar dan mendur ke salah satu

sisi alat muat pada waktu alat muat mengisi truck pertama.

Setelah truck pertama berangkat, alat muat mengisi truck

kedua. Ketika truck kedua dimuati, truck ketiga datang dan


61

langsung berputar dan mundur kearah alat muat, begitu pula

seterusnya. Pola pemuatan Double Spotting dapat dilihat pada

Gambar 40.

Sumber: Yanto Indonesianto


Gambar 40. Pola Pemuatan Double Spotting

b. Efisiensi Kerja

Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu produktif degan

waktu kerja yang tersedia dinyatakan dalam bentuk persen (%), Efesiensi

kerja akan mempengaruhi kemampuan produksi suatu alat. Menurut

pengalaman dilapangan efeiensi kerja jarang dapat mencapai 83%.

(Ir.Partanto Prodjosumarto, 1991).


62

Nilai efesiensi juga diarahkan atau berpengaruh dengan operator,

yaitu orang yang mengendalikan alat mekanis, tapi apabila efesiensi

kerjanya rendah tidak semuanya salah operator, bisa juga kesalahan hal

lain seperti: kerusaka alat, jenis material , cuaca dan lain-lain.

Adapun persamaan untuk menghitung efisiensi kerja yaitu:

1) Efisiensi Kerja (Effective Utilization)

Yaitu menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang

tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif.

“effectif utilization” sebenarnya sama dengan pengertian

efesiensi kerja. Persamaannya adalah, (Ir.Partanto Prodjosumarto,

1991).

W
E. U = 𝑥 100%
W+R+S
Sumber : Partanto Prodjosumarto 1991

Keterangan :

EU = Effective Utilization atau efesiensi kerja

W = Working Hours atau jumlah kerja alat

R = Repair Hours atau jumlah jam untuk perbaikan

S = Jumlah jam standby

Efisiensi kerja sangat berpengaruh terhadap produksi di suatu

perusahaan, baik itu efisiensi kerja alat maupun pekerja, jika efisinsi
63

kerja terlalu rendah maka target produksi tidak akan tercapai, dan akan

mengakibatkan perusahaan rugi.

2) Penggunaan Ketersedian Alat (Use of Avaibility)

Menujkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu

alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan

(avaibility). Persamaannya adalah:

W
𝑈. 𝐴 = 𝑥 100%
W+S
Sumber : Partanto Prodjosumarto 1991

Keterangan :

UA = Use of Avaibility atau penggunaan ketersediaan

W = Working Hours atau jumlah kerja alat

S = Jumlah jam standby

Angka “Use of Avaibility” biasanya dapat memperlihatkan

seberapa efektif suatu alat yang sedang tidak rusak dapat

dimanfaatkan. Hal ini dapt menjadi ukuran seberapa baik pengolaan

(management) peralatan yang digunakan. (Ir.Partanto ProdjoSumarto

1991).

3) Ketersedian Mekanis (Mechanical Avainility)

Suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang

sesungguhnya dari alat yang sedang dipergunakan. Persamaan

“availability index” :
64

W
𝑀. 𝐴 = 𝑥 100%
W+R
Sumber : Partanto Prodjosumarto 1991

Keterangan :

MA = Mechanical Avaibility atau ketersediaan alat

W = Working Hours atau jumlah jam untuk perbaikan

R = Repair Hours atau jumlah jam untuk perbaikan

4) Keadaan Fisik Alat (Physical Avabiliti)

Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang

sedang dipergunakan. Persamaannya adalah:

W+S
𝑃. 𝐴 = 𝑥 100%
W+R+S

Sumber : Partanto Prodjosumarto 1991

Keterangan :

PA = Physical Avaibility

W = Working Hours atau jumlah kerja alat

R = Repair Hours atau jumlah jam untuk perbaikan

S = Jumlah jam standby

c. Swell Factor (SF)

“Swell” adalah pengembang volume suatu mineral setalah digali

dari tempatnya. Di alam, material didapati dalam keadaan padat dan

terkondisi dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian kosong


65

(Void) yang terisi udara di antara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-

butir itu halus sekali.

Apabila material digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi

pengembangan volume (swell). Untuk menyatakan berapa besarnya

pengembangan volume itu dikenal:

1) Swell factor

2) Percent swell

Pengembang volume suatu material perlu diketahui, karena yang

diperhitungkan pada penggalian selalu didasarkan pada “pay yard” atau

“bank yard” atau “bank volume” atau “in place volume”. Sedangakan

material yang ditangani (dimuat untuk mengangkut) selalu material yang

telah mengembang (loose volume). (Ir Yanto Indonesianto, M Sc.

Rumus untuk menghitung “swell factor” (SF) dan % “swell” ada dua,

yaitu :

1) Rumusan SF dan % “swell” berdasarkan volume

𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒−𝑏𝑎𝑛𝑘 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒


%”swell” = ( ) 𝑥 100%
𝑏𝑎𝑛𝑘 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

𝑏𝑎𝑛𝑘 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
SF =
𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

2) Rumus SF dan % “swell” berdasarkan densitas (keratapan)

𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑖𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑘−𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡


%”swell”= ( ) 𝑥100%
𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 𝑤𝑒𝑖𝑔𝑡
𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡
= 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑖𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑘
66

d. Faktor isian mangkok (Bucket Fill factor)

Besarnya nilai faktor isian mangkok tergantung dari jenis material

yang akan digali. Faktor isian mangkuk juga berpengaruh terhadap hasil

akhir atau target produksi yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, karena

jika isian bucket tidak menunjang maka kerja excavator tidak maksimal,

namun jika menunjang berarti kerja excavator sangat maksimal. Biasanya

muatan bucket tergantung dari material yang digali ataupun keahlian dari

operator alat tersebut.

Fill factor adalah angka perbandingan antara volume nyata atau

kapasitas nyata mangkuk alat muat dengan volume atau kapasitas teoritis

bucket alat muat sesuai dengan spesifikasi.Faktor pengisian bucket dapat

dilihat pada Table 5:

Tabel 5. Faktor Pengisian Bucket (Bucket Fill Factor)


Jenis Kondisi Kerja Faktor

Pekerjaan Bucket

Ringan Menggali dan memuat dari 1,0-0,8

stock room dan stockpile

atau material yang telah

dikeruk oleh excavator lain

yang tidak membutuhkan

daya gali dan dapat dimuat


67

munjung

Sedang Menggali dan memuat dari 0,8-0,6

stock room atau stockpile,

dengan kondisi tanah yang

sulit digali dan dikeruk akan

tetapi dapat dimuat hampir

munjung.

Agak Sulit Menggali dan memuat batu 0,6-0,5

pecah, tanah liat yang keras,

pasir dan kerikil yang telah

dikumpulkan, sulit mengisi

bucket dengan material

tersebut.

Sulit Bongkahan batu besar 0,5-0,4

dengan bentuk tidak teratur

dengan banyak rongga

diantaranya.

Sumber : Rochmanhadi

e. Waktu Edar (cycle time)

Cycle Time yaitu waktu yang diperlukan oleh alat berat untuk

melakukan satu siklus kerja. Waktu siklus terdiri dari dua jenis yaitu,
68

1) waktu tetap (fixed time), yang termasuk kedalam waktu tetap adalah

waktu pengisian atau pemuatan termasuk manuver dan menunggu,

waktu pengosongan muatan, waktu membelok dan mengganti gigi dan

percepatan.

2) variabel (variable time), adalah waktu mengangkut muatan dan

kembali kosong.

Dalam operasi alat berat produksi di lapangan, umumnya

semua berjalan pada sebuah siklus.

a) Siklus Excavator

(1) Digging, dimana gerakan memutar bucket untuk menggali

material.

(2) Swing isi, dimana gerakan memutar bucket berisi menuju alat

angkut.

(3) Dumping dimana gerakan menumpahkan isi bucket kedalam

vessel alat angkut.

(4) Swing kosong, dimana gerakan memutar buket kosong menuju

bahan galian.

b) Siklus Dump truck

(1) Manuver loading diamana gerakan dump truck mengambil

posisi untuk dimuat.


69

(2) Loading yaitu dimana dump truck menunggu waktu untuk

dimuat oleh excavator.

(3) hauling is yaitu dimana dump truck telah selesai loading dan

membawa material ke area disposal atau stockpile.

(4) Maneuver damping dimana dump truck mengabil posisi

sebelum melakukan dumping.

(5) Dumping diamana dump truck menggerakan vessel untuk

menumpahkan material.

(6) Back hauling kosong dimana gerakan dump truck

meninggalkan area disposal atau stockpile.

f. Manajemen Perusahaan

Manajemen Perusahaan, istilah dari manajemen lebih sering kita

dengar dari sebuah perusahaan. Seperti yang kita ketahui bahwa di dalam

perusahaan terdapat berbagai divisi yang menggunakan tingkatan dalam

kepemimpinannya. Adapun pengertian dari manajemen perusahaan

adalah proses memimpin, pengadministrasian dan mengarahkan

perusahaan. Di dalam proses manajemen perusahaan ini menggunakan

berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.

Pada umumnya manajemen perusahaan tidak jauh berbeda dari

manajemen-manajemen lainnya. Ada pun perbedaannya terletak dari

fungsi, tugas dari sistem manajemen itu sendiri. Istilah kata manajemen
70

berasal dari bahasa Inggris yakni manage atau yang diartikan dalam

bahasa Indonesia yaitu mengendalikan atau mengelola. Selain itu definisi

dari istilah manajemen adalah suatu seni mengarahkan orang lain untuk

mencapai tujuan utama dalam suatu organisasi melalui proses

perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), dan mengelola

(Controlling) sumber daya manusia dengan cara efektif dan efisien.

12. Produktivitas

a. Produktivitas Alat gali muat (excavator)

Produktivitas Alat gali muat adalah suatu bentuk perhitungan yang

berfungsi untuk mengukur kemampuan produktivitas suatu alat maupun

hubungan kerja selama waktu operasi yang tersedia dengan

mempertimbangkan faktor koreksi material, koreksi alat dan koreksi

waktu. Dalam hal ini produktivitas alat gali muat hydraulic excavator

dipengaruhi oleh kapasitas bucket, faktor pengisian, waktu edar, efisiensi

kerja alat dan jenis material. Rumus yang dipakai untuk mentukan

produtivitas hydraulic excavator (Yanto Indonesianto 2014).

kb x eff x fb x sf x 3600
𝑃= 𝑥 1,3
CT
Sumber: Yanto Indonesianto 2014

Keterangan: KB : Kapasitas Bucket

EFF: Efesiensi Excavator

FB : Factor Bucket
71

SF : Swell Factor

Ct : Cycle time

1,3 : Dencity Batubara

Ct = t1 + t3 + t3 + t4

Dimana : t1 : Waktu Digging (detik)

t2 : Waktu swing Muatan (detik)

t3 : Waktu Dumping (detik)

t4 : Waktu Swing kosong (detik)

b. Produksi Alat Angkut (Dump Truck)

Dalam hal ini produktifitas alat alat angkut juga dipengaruhi oleh

kapasitas bucket, faktor pengisian, waktu edar, efisiensi kerja alat dan

jenis material. Rumus yang dipakai untuk prodktivitas alat angkut (Yanto

Indonesianto 2014).

n x kb x Eff x Fb x Sf x 3600
𝑃= 𝑥 1,3%
CT

Sumber: Yanto Indonesianto 2014

Keterangan : n : jumlah bucket pengisian

Kb : kapasitas bucket

Eff : Efesiensi fill factor

Fb : Factor Bucket

Sf : Swell Factor

1,3 : Dencity Batubara


72

13. Matc Factor (Keserasian Kerja Alat berat)

Mact Factor adalah faktor yang digunakan dalam menentukan tingkat

keserasian alat-alat dalam kegiatan penambangan (Excavator dan Dump

truck). Untuk menentukan nilai mact factor tersebut, maka dapat digunakan

rumus seperti dibawah ini (Yanto Indonesianto 2014).

𝑁𝑎 𝑥 (𝐶𝑡𝑚 𝑥 𝑛)
𝑀𝐹 =
𝑁𝑚 𝑥 𝐶𝑡𝑎

Sumber: Yanto Indonesianto 2014

Keterangan: Mf : Matc Faktor

Na : Jumlah Alat Angkut

Ctm : Cycle Time Alat Muat

N : Jumlah Pegisian

Cta : Cycle Time Alat Angkut

Nm : Jumlah Alat Muat

Adapun keterangan dari nilai matc factor dimana:

a. Jika Mf = 1 berarti serasi antara alat gali muat 100% atau mendekati 100%

b. Jika Mf < 1 berarti alat angkut bekerja penuh, alat muat mempunyai waktu

tunggu.

c. Jika Mf >1 berarti alat muat bekerja penuh, alat angkut mempunyai waktu

tunggu.
73

14. Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual, dapat dilihat pada Table 6.

Table 6. Kerangka Konseptual

Input
Data Primer
1. Cycle Time
2. Standby Alat Muat dan Alat Angkut
3. Macth Factor

Data Skunder
1. Data produksi rencana dan aktual bulan November
2018
2. Data jam kerja rencana dan aktual
3. Spesifikasi alat tambang utaman dan pendukung

Proses

1. Menghitung efisiensi kerja alat


2. Menghitung produksi aktual alat gali-muat dan alat
angkut
3. Menghitung match factor
4. Menghitung produksi alat gali-muat dan angkut setelah
diperbaiki

Ouput

1. Mengetahui jam kerja alat


2. Mengetahui produksi perbulan dan pencapaian target
yang direncanakan
3. Keserasian alat mekanis
4. Upaya peningkatan produksi agar bisa tercapai sesuai
yang telah direncanakan

Anda mungkin juga menyukai