Anda di halaman 1dari 11

OIL FILTRASI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan praktikum kami diharapkan dapat :
1. Memahami proses filtrasi (pembersihan partikel padat dari suatu fluida) dengan
menggunakan media penyaring yang berupa karbon aktif.
2. Mengoperasikan alat oil filtration yang ada di laboratorium Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya.

II. ALAT YANG DIGUNAKAN


a. Seperangkat alat Oil Filtrasi 1 buah
b. Piknometer 1 buah
c. Gelas kimia 2 liter 1 buah
d. Gelas kimia 350 ml 1 buah
e. Ember 1 buah
f. Spatula 1 buah
g. Pengaduk 1 buah

III. GAMBAR ALAT (Terlampir)

IV. BAHAN YANG DIGUNAKAN


- Aquadest 2 Liter
- FeSO4.7H2O 5,561 gram
- Karbon Aktif Secukupnya
- Bentonite Secukupnya

V. DASAR TEORI
Filtrasi adalah pemisahan partikel padatan dari suatu fluida dengan
menggunakannya pada medium penyaringan atau septum yang diatasnya padatan akan
terendapkan. Range filtrasi pada industri mulai dari penyaringan sederhana hingga
pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan atau gas, aliran
yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan atau keduanya. Suatu saat justru
limbah padatnyalah yang harus dipisahkan dari limbah cair sebelum dibuang. Di dalam
industri, kandungan padatan suatu umpan mempunyai range dari hanya sekedar jejak
sampai persentasi yang besar. Seringkali umpan dimodifikasi melalui beberapa
pengolahan awal untuk meningkatkan laju filtrasi, misalnya dengan pemanasan,
kristalisasi atau memasang peralatan tambahan pada penyaring seperti selulosa atau
tanah diatomae. Oleh karena varietas dan material harus disaring beragam dan kondisi
proses yang berbeda, banyak jenis penyaring telah dikembangkan, beberapa jenis akan
dijelaskan dibawah ini. Fluida mengalir melalui media penyaring karena perbedaan
tekanan yang melalui media tersebut. Penyaring dapat beroperasi pada :
1. Tekanan diatas atmosfer pada bagian atas media penyaring
2. Tekanan operasi pada bagian atas media penyaring
3. Vakum pada bagian bawah
Tekanan diatas atmosfer dapat dilaksanakan dengan gaya grafitasi pada cairan
dalam suatu kolom dengan menggunakan pompa atau blower, atau dengan gaya
sentrifugal. Dalam suatu media penyaring biasa tidak lebih baik dari pada saringan
(screen) kasar atau dengan unggun partikel kasar seperti pasir. Penyaring gravitasi
dibatasi penggunaanya dalam industri untuk suatu aliran cairan kristal pasir,
penjernihan air minum dan pengolahan limbah cair.
Penyaring dibagi ke dalam tiga golongan utama yaitu penyaring kue (cake),
penyaring penjernihan (clarifying) dan penyaringan aliran silang (cross flow).
Penyaring kue memisahkan cairan dan padatan sebelum dengan jumlah relative besar
sebagai suatu kue kristal atau lumpur. Seringkali penyaring ini dilengkapi peralatan
untuk membersihkan kue dan untuk membersihkan cairan dan padatan sebelum
dibuang. Penyaring penjernihan membersihkan sejumlah kecil padatan dan suatu gas
atau medium penyaring atau percikan cairan jenuh semisal minuman. Partikel padatan
ditangkap di dalam medium penyaring atau di atas permukaan luarnya. Penyaring
penjernihan berbeda dengan saringan biasa, yaitu memiliki diameter pori medium
penyaring lebih besar dan partikel yang akan disingkirkan.
Di dalam penyaringan aliran silang, umpan suspensi mengalir dengan tekanan
tertentu diatas medium penyaring. Lapisan tipis dan padatan dapat terbentuk diatas
medium permukaan tetapi kecepatan cairan yang tinggi mencegah terbntuknya lapisan.
Medium penyaring adalah membrane keramik, logam, atau polimer dengan pori yang
cukup kecil untuk menahan sebagian besar partikel tersuspensi. Sebagian cairan
mengalir melalui mdium sebagai filtrate yang jernih, meninggalkan suspensi pekatnya.
Jenis-jenis Penyaring :
1. Penyaring Vakum Kontinyu
Dalam setiap penyaring vakum kontinyu, cairan dihisap melalui septum yang
bergerak untuk mengendapkan padatan kue. Kue kemudin dipindahkan dan tempat
penyaringan dicuci, dihisap, dikeringkan,dan dikeluarkan dan lumpur dimasukkan
kembali. Beberapa bagian dan septum terletak pada zona penyaringan, sebagian
didalam zona pencuci sementara sebagian lagi pembebasan dari bebannya.
Sehingga buangan padatan dan cairan dan penyaring tidak dapat dihentikan.

2. Penyaring Vakum Diskontinyu


Penyaring bertekanan biasanya beroperasi secara diskontinyu. Suatu penyaring
vakum diskontinyu, kadang-kadang sangat berguna. Suatu nutsch vakuin
mempunyai ukuran sedikit lebih kecil dari pada corong buchner, berdiameter 1 s.d 3
m (3 s.d 10 ft) dan membentuk lapisan padatan dengan tebal 100 s.d 300 mm (4 s.d
12 in). Untuk mempermudah suatu nutch dapat langsung dibuat dari material tahan
korosi dan menjadi berharga karena dicoba disaring batch varietas material yang
korosif. Nutch biasanya tidak umum dilakukan untuk proses berskala besar oleh
karena batch yang terlibat di dalam membersihkan tumpukan kue, namun demikian
nutch tetap berguna sebagai penyaring bertekanan yang dikombinasikan dengan
pengeringan bersaring untuk keperluan tertentu dalam operasi batch.

3. Penyaring Drum Berputar (Rotary Drum Filter)


Jenis yng paling umum dari penyaring vakum kontinyu adalah penyaring drum
berputar. Suatu drum berputar dengan arah horizontal pada kecepatan 0,1 s.d 2
r/min mengaduk lumpur yang melaluinya. Medium penyaring seperti kanvas,
melingkupi permukaan dan drum sebagian dibenamkan dalam cairan.
Dibawah drum utama yang berputar terdpat drum yang lebih kecil dengan
permukaan padat. Diantara dua drum tersebut ada ruang tipis berbentuk radial
membagi ruang anular ke dalam kompartmen-kompartmen. Setiap kompartmen
tersambung dengan pipa internal ke suatu lubang dalam plat berputar pada rotary
valve. Vakum dan udara secara bergantian dimasukkan pada tiap-tiap kompartmen
dalam drum berputar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses filtrasi :


1. Debit Filtrasi
Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara
efisien. Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna, akibat adanya
aliran air yang terlalu cepat dalam melewati rongga diantara butiran media pasir.
Hal ini menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran media
penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat
melewati rongga antar butiran menyebabkan partikel–partikel yang terlalu halus
yang tersaring akan lolos.

2. Konsentrasi Kekeruhan
Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi.
Konsentrasi kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan menyebabkan tersumbatnya
lubang pori dari media atau akan terjadi clogging. Sehingga dalam melakukan
filtrasi sering dibatasi seberapa besar konsentrasi kekeruhan dari air baku
(konsentrasi air influen) yang boleh masuk. Jika konsentrasi kekeruhan yang terlalu
tinggi, harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu, seperti misalnya dilakukan
proses koagulasi – flokulasi dan sedimentasi.

3. Temperatur
Adanya perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan difiltrasi,
menyebabkan massa jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis dari
air akan mengalami perubahan. Selain itu juga akan mempengaruhi daya tarik
menarik diantara partikel halus penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan
dalam ukuan besar partikel yang akan disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi
daya adsorpsi. Akibat dari keduanya ini, akan mempengaruhi terhadap efisiensi
daya saring filter.

4. Kedalaman media, Ukuran, dan Material


Pemilihan media dan ukuran merupakan keputusan penting dalam
perencanaan bangunan filter. Tebal tipisnya media akan menentukan lamanya
pengaliran dan daya saring. Media yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya
saring yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan waktu pengaliran yang lama.
Lagipula ditinjau daris segi biaya, media yang terlalu tebal tidaklah
menguntungkan dari segi ekonomis. Sebaliknya media yang terlalu tipis selain
memiliki waktu pengaliran yang pendek, kemungkinan juga memiliki daya saring
yang rendah. Demikian pula dengan ukuran besar kecilnya diameter butiran media
filtrasi berpengaruh pada porositas, laju filtrasi, dan juga kemampuan daya saring,
baik itu komposisisnya, proporsinya, maupun bentuk susunan dari diameter butiran
media.
Keadaan media yang terlalu kasar atau terlalu halus akan menimbulkan variasi
dalam ukuran rongga antar butir. Ukuran pori sendiri menentukan besarnya tingkat
porositas dan kemampuan menyaring partikel halus yang terdapat dalam air baku.
Lubang pori yang terlalu besar akan meningkatkan rate dari filtrasi dan juga akan
menyebabkan lolosnya partikel halus yang akan disaring. Sebaliknya lubang pori
yang terlalu halus akan meningkatkan kemampuan menyaring partikel dan juga
dapat menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh partikel halus yang
tertahan)terlalu cepat.

5. Tinggi Muka Air Di Atas Media dan Kehilangan Tekanan


Keadaan tinggi muka air di atas media berpengaruh terhadap besarnya debit
atau laju filtrasi dalam media. Tersedianya muka air yang cukup tinggi diatas media
akan meningkatkan daya tekan air untuk masuk kedalam pori. Dengan muka air
yang tinggi akan meningkatkan laju filtrasi (bila filter dalam keadaan bersih). Muka
air diatas media akan naik bila lubang pori tersumbat (terjadi clogging) terjadi pada
saat filter kotor.
Untuk melewati lubang pori, dibutuhkan aliran yang memiliki tekanan yang
cukup. Besarnya tekanan air yang ada diatas media dengan yang ada didasar media
akan berbeda di saat proses filtrasi berlangsung. Perbedaan inilah yang sering
disebut dengan kehilangan tekanan (headloss). Kehilangan tekanan akan meningkat
atau bertambah besar pada saat filter semakin kotor atau telah dioperasikan selama
beberapa waktu. Friksi akan semakin besar bila kehilangan tekanan bertambah
besar, hal ini dapat diakibatkan karena semakin kecilnya lubang pori (tersumbat)
sehingga terjadi clogging.
Filtrasi adalah proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung
cairan dan partikel-partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya
meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat.
VI. LANGKAH KERJA
1. Mencuci tabung berisi yang berisi karbon aktif
2. Mengeringkannya sampai dengan sempurna
3. Memasukkan sampel yang akan dianalisa ke dalam tabung F, dan menutupnya
dengan rapat.
4. Menghubungkannya dengan sumber listrik.
5. Mengoperasikan Filtrasi 2 (Fe2)
- Membuka katup-katup V1, V3, V9, dan V10 secara sendiri-sendiri
- Menutup katup V2, V4, V5, V7 dan V8
- Memutar knop pompa G1pada posisi 1
- Mengatur kecepatan feding flow dengan menggunakan potensiometer.
6. Melakukan penyaringan sebanyak 5-7 kali sampai angkanya konstan.

VII. DATA PENGAMATAN

Pada Minggu Pertama (Menggunakan Karbon Aktif)

A. Pengamatan Awal
Bahan pH Densitas (gr/ml) Sifat
Limbah Artifisial FeSO4.7H2O 5 0,8747 Kuning Keruh

B. Pengamatan Setelah Proses Filtrasi


Proses ke- pH Densitas (gr/ml) Waktu Sifat Fisik
1 5 0,8666 02.02 Tidak berwarna, keruh
2 5 0,8597 02.30 Tidak berwarna, sedikit keruh
3 6 0,8581 02.22 Tidak berwarna, sedikit keruh
4 6 0,8464 02.33 Tidak berwarna, semakin keruh
5 6 0,8193 02.26 Tidak berwarna, keruh

Pada Percobaan Kedua ( Menggunakan Bantonite )

A. Pengamatan Awal

Bahan pH Densitas Sifat


Limbah artifisial FeSO4 7H2 O 5 1,1622 gr/mL Kekuningan, sedikit keruh
B. Pengamatan Setelah Proses Filtrasi

Proses ke- pH Densitas Waktu Sifat Fisik


1 5 0,9946 gr/mL 05.54 Bening
2 5 0,9921 gr/mL 07.31 Bening

VIII. DATA PERHITUNGAN

A. Pada Minggu Pertama (Menggunakan Karbon Aktif)


Pengukuran Densitas
- Berat Piknometer Kosong (a) : 32,94 gr
- Berat Piknometer + Aquadest (b) : 57,57 gr
- Berat Piknometer + Limbah Artifisial (awal) (c) : 54,58 gr
- Berat Piknometer + Limbah Artifisial (proses 1) (d) : 54,38 gr
- Berat Piknometer + Limbah Artifisial (proses 2) (e) : 54,21 gr
- Berat Piknometer + Limbah Artifisial (proses 3) (f) : 54,17 gr
- Berat Piknometer + Limbah Artifisial (proses 4) (g) : 53,88 gr
- Berat Piknometer + Limbah Artifisial (proses 5) (h) : 53,21 gr

Berat Aquadest = (Berat piknometer + aquadest) – (Berat piknometer kosong)


= 57,67 gr – 32,94 gr
= 24,73 gr

Volume Aquadest = Volume Piknometer


gram air
Volume Piknometer = ρ air

24,73 gr
= 0,9996 gr/ml

= 24,7398 ml

Menghitung Densitas

a. Densitas Limbah Artifisial (awal)


(Berat piknometer+limbah artifisial awal)− (berat piknometer kosong)
ρ= Volume piknometer
54,58 gr−32,94 gr
= 24,7398 ml
= 0,8747 gr/ml

b.Densitas Limbah Artifisial (proses 1)


d−a
ρ = Volume piknometer
54,38 gr−32,94 gr
= 24,7398 ml
= 0,8666 gr/ml

c. Densitas Limbah Artifisial (proses 2)


e−a
ρ = Volume piknometer
54,21 gr−32,94 gr
= 24,7398 ml
= 0,8597 gr/ml

d.Densitas Limbah Artifisial (proses 3)


f−a
ρ = Volume piknometer
57,17 gr−32,94 gr
= 24,7398 ml
= 0,8581 gr/ml

e. Densitas Limbah Artifisial (proses 4)


g−a
ρ = Volume piknometer
53,88 gr−32,94 gr
= 24,7398 ml
= 0,8464 gr/ml

f. Densitas Limbah Artifisial (proses 5)


h−a
ρ = Volume piknometer
53,21 gr−32,94 gr
= 24,7398 ml
= 0,8193 gr/ml

Perhitungan pembuatan limbah artificial FeSO4.7H2O 0,01 M 2 Liter

Gr = M x V x BM
= 0,01 mol/L x 2 L x 278,05 gr/mol
= 5,561 gr

B. Percobaan Kedua ( Menggunakan Bantonite)

Pengukuran Densitas

 Berat piknometer kosong : 36,90 gr (a)


 Berat piknometer + aquadest : 60,93 gr (b)
 Berat piknometer + limbah artifisial ( awal ) : 60,84 gr (c)
 Berat piknometer + limbah artifisial ( proses 1) : 60,81 gr (d)
 Berat piknometer + limbah artifisial ( proses 2) : 60,75 gr (e)

Menghitung Berat Aquadest

Berat aquadest = (Berat piknometer + aquadest) – (Berat piknometer kosong)

= 60,93 gr - 36,90 gr
= 24,03
Volume aquadest = volume piknometer
gram air
Volume piknometer = ρ air
24,03 gr
= 0,9996 gr/ml
= 24,0396 ml

Menghitung Densitas

Densitas Limbah Artifisial (awal)


(Berat piknometer + limbah artifisial awal)−(Berat piknometer kosong)
ρ = Volume piknometer

60,84 gr −36,90 gr
= 24,0396 ml

= 1,1622 gr/ml

Densitas Limbah Artifisial (Proses 1)


d−a
ρ = Volume piknometer

60,81 gr− 36,90 gr


= 24,0396 ml

= 0,9946 gr/ml

Densitas Limbah Artifisial (Proses 2)


e−a
ρ = Volume piknometer

60,75 gr− 36,90 gr


= 24,0396 ml

= 0,9921 gr/ml
IX. ANALISA PERCOBAAN

Pada percobaan kali ini, yakni praktikum oil filtrasi yang bertujuan untuk
memahami proses filtrasi dengan menggunakan media penyaring serta dapat
mengoperasikan alat oil filtrasi dengan baik.
Pada percobaan pertama, media penyaring yang digunakan berupa karbon aktif,
sedangkan pada percobaan kedua kami menggunakan bantonite. Pengolahan limbah
dapat dilakukan dengan menggunakan bantonite atau karbon aktif, karena pori-pori
dari media penyaring tersebut dapat menyerap senyawa-senyawa organic yang
terdapat pada sampel yang difiltrasi. Sedangkan pada kedua praktikum ini, kami
menggunakan sampel limbah artifisial atau limbah buatan yang mengandung ion Fe,
yaitu larutan 𝐹𝑒𝑆𝑂4 7𝐻2 𝑂.
Pada proses yang berlangsung, penyaringan pada percobaan pertama dilakukan
sebanyak 5 kali (penyaringan 1 sampai 5), sedangkan pada percobaan kedua hanya
sampai 2 kali filtrasi. Hal tersebut dapat terjadi, karena berdasarkan sifat/penampilan
fisik yang dianalisa, filtrasi yang dilakukan dengan karbon aktif pada awalnya tingkat
kekeruhannya menurun, namun semakin disaring pada proses filtrasi selanjutnya
malah menjadi semakin keruh, berbeda dengan percobaan kedua yang menggunakan
bantontite. Semakin disaring larutan langsung berubah menjadi bening dan semakin
bening. Kejadian tersebut dapat terjadi, mungkin dikarenakan masih terdapatnya sisa-
sisa limbah dalam karbon aktif atau dikarenakan kondisi karbon aktif yang harusnya
diganti. Walaupun sebelumnya telah dibersihkan dengan melakukan penyiraman pada
karbon aktif dengan menggunakan air. Karbon aktif sebagai media penyaring harus
diregenerasi melalui pencucian dengan air panas, agar pori-pori yang terdapat pada
karbon dapat berfungsi dengan baik lagi, karena jika penggunaan secara terus
menerus maka pori-pori akan tersumbat, sehingga tidak efisien lagi jika digunakan
untuk filtrasi.
Berdasarkan data pengamatan, laju alir pada proses pengaliran air pada saat
pencucian filter dan limbah artifisial 𝐹𝑒𝑆𝑂4 7𝐻2 𝑂 berbeda. Hal tersebut dapat terjadi,
karena viskositas limbah artifisial lebih besar, sehingga laju alirnya menjadi lebih
kecil. Selain itu, jika semakin rendah kualitas sampel air yang difilter, maka akan
semakin memerlukan pengolahan yang sempurna atau kompleks.
X. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
a. Filtrasi merupakan pemisahan partikel padat dari suatu fluida dan melewatkannya
pada medium penyaring atau septum yang diatasnya padatan akan diendapkan.
b. Percobaan pertama dengan karbon aktif mendapatkan hasil yang lebih keruh berbeda
dengan percobaan kedua dengan bantonite yang memiliki hasil yang bening.
c. Penyebab hasil filtrate pada karbon aktif lebih keruh, dikarenakan ada kemungkinan
masih terdapatnya sisa-sisa limbah dalam karbon aktif atau kondisi karbon aktif yang
memang harus diganti

XI. DAFTAR PUSTAKA


- Penuntun Praktikum “Satuan Operasi”. Polsri. 2016.
- www.wikipedia.org
- googleweblight.com

Anda mungkin juga menyukai