Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR

EVALUASI KONDISI JALAN ANGKUT BATU KAPUR TERHADAP


PRODUKTIVITAS DUMP TRUCK KOMATSU HD 785 DI PT. SEMEN
PADANG (PERSERO) TAHUN 2017

Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa


pada Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya

Oleh:
Andra Fareza
03021181320081

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017

1 Universitas Sriwijaya
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN
TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul : Evaluasi Kondisi Jalan Angkut Batu Kapur Terhadap Produktivitas Dump
Truck Komatsu HD 785 di PT. Semen Padang (Persero) Tahun 2017

2. Pengusul
a. Nama : Andra Fareza
b. Jenis Kelamin : Pria
c. NIM : 03021181320081
d. Semester : VIII (Delapan)
e. Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Pertambangan
f. No. HP : 0822-6811-5279
g. Alamat e-mail : andrafareza@yandex.com

3. Lokasi Penelitian : PT. Semen Padang (Persero), Sumatera Barat

4. Waktu Pelaksanaan : 1 April – 30 Mei 2017

Indralaya, Februari 2017


Pengusul,

Andra Fareza
NIM. 03021181320081

Menyetujui :
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Pembimbing Proposal,

Dr. Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani , ST., MT. Dr. Ir. H. Maulana Yusuf, MS., MT.
NIP. 196902091997032001 NIP. 195909251988111001

2 Universitas Sriwijaya
A. JUDUL
Evaluasi Kondisi Jalan Angkut Batu Kapur Terhadap Produktivitas Dump Truck
Komatsu HD 785 di PT. Semen Padang (Persero) Tahun 2017

B. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan

C. LATAR BELAKANG
Percepatan pembangunan yang digagas oleh pemerintah sekarang ini
menuntut berbagai perusahaan yang bergerak disektor bahan baku pembangunan
untuk meningkatkan produktifitasnya. Salah satunya adalah semen sebagai
bahan baku untuk pembangunan jalan tol.
Sebagai salah satu perusahaan produsen semen tertua di Indonesia, PT.
Semen Padang terus berupaya memenuhi permintaan pasar yang begitu besar
seiring dengan perkembangan pembangunan dan ekonomi. Upaya yang
dilakukan antara lain dengan meningkatkan kapasitas produksi.
Untuk mencapai target produksi yang telah ditetapkan perusahaan, banyak
komponen yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah sistem pengangkutan
dari quarry ke crusher. Ada berbagai macam alat angkut yang bisa digunakan
untuk mengangkut batu kapur, salah satu contohnya adalah dump truck.
Banyak faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya proses pengangkutan
batu kapur oleh dump truck. Salah satu faktor utama adalah kondisi jalan angkut
yang dilaluinya. Yang dimaksud dengan kondisi jalan angkut yaitu geometri jalan
(lebar, radius tikungan, dan kemiringan jalan), dan nilai pembebanan jalan.
Sehingga apabila kondisi jalan angkut yang dilalui oleh dump truck tersebut tidak
baik, maka secara otomatis akan mengurangi tingkat produktifitas dari dump
truck tersebut. Hal ini akan menyebabkan tidak terpenuhinya target produksi
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Dengan baiknya kondisi jalan angkut maka akan dapat menigkatkan
produktifitas alat angkut itu sendiri. Untuk menunjang proses penambangan guna

3 Universitas Sriwijaya
mencapai target produksi, dalam hal ini PT. Semen Padang menggunakan alat
angkut berupa dump truck Komatsu HD 785.

D. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi jalan dalam sistem pengangkutan
batu kapur oleh dump truck Komatsu 785 HD di PT. Semen Padang?
2. Berapa geometri jalan (lebar, radius tikungan dan kemiringan jalan) serta
waktu edar (cycle time) yang optimal untuk pengangkutan batu kapur oleh
dump truck Komatsu 785 HD di PT. Semen Padang?
3. Berapa nilai pembebanan jalan maksimun untuk pengangkutan batu kapur
oleh dump truck Komatsu 785 HD di PT. Semen Padang?

E. PEMBATASAN MASALAH
1. Pembatasan Penelitian
Ruang lingkup batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini yaitu mengenai evaluasi kondisi jalan angkut terhadap produktivitas dump
truck Komatsu 785 HD dalam pengangkutan batu kapur di PT. Semen Padang
(Persero).
2. Pembatasan Pembahasan
Pada penelitian ini akan dihitung nilai geometri jalan (lebar, radius
tikungan dan kemiringan jalan) dan waktu edar (cycle time) yang optimal serta
nilai pembebanan jalan maksimum untuk pengangkutan batu kapur oleh dump
truck Komatsu 785 HD di PT. Semen Padang (Persero).

F. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi jalan dalam sistem
pengangkutan batu kapur oleh dump truck Komatsu 785 HD di PT. Semen
Padang (Persero).

4 Universitas Sriwijaya
2. Menghitung berapa geometri jalan (lebar, radius tikungan dan kemiringan
jalan) serta waktu edar (cycle time) yang optimal untuk pengangkutan batu
kapur oleh dump truck Komatsu 785 HD di PT. Semen Padang (Persero).
3. Menghitung berapa nilai pembebanan jalan maksimun untuk pengangkutan
batu kapur oleh dump truck Komatsu 785 HD di PT. Semen Padang (Persero).

G. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui geometri jalan angkut
produksi yang terdiri dari lebar, radius tikungan, kemiringan jalan dan waktu
edar yang optimal serta nilai pembebanan jalan maksimum, sehingga transportasi
dari alat angkut Komatsu HD 785 dapat bekerja seoptimal mungkin agar
didapatkan target produksi yang telah ditetapkan perusahaan.

H. METODOLOGI PENELITIAN
Di dalam menyelesaikan permasalahan ini, penulis menggabungkan antara
teori dengan data-data lapangan. Sehingga dari keduanya didapat pendekatan
penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu:
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Dimana bahan-bahan pustaka
tersebut dapat diperoleh dari:
a. Instansi yang terkait
b. Perpustakaan
c. Jurnal-jurnal ilmiah

2. Penelitian di lapangan
Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan yang akan dilakukan akan
melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Orientasi lapangan dengan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap pengaruh kondisi jalan terhadap aktivitas pengangkutan batu

5 Universitas Sriwijaya
kapur oleh dump truck Komatsu 785 HD dan mencari informasi pendukung
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
b. Pengambilan data
Proses pengambilan data yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan
data lebar jalan, radius tikungan, kemiringan jalan, cycle time alat, dan nilai
pembebanan maksimum jalan serta pengaruhnya terhadap produktivitas
dump truck Komatsu HD 785.
c. Pengolahan data
Setelah data hasil penelitian diperoleh maka akan dilakukan proses
pengolahan data dengan menganalisis data-data tersebut sehingga didapat
hasil berupa geometri jalan (lebar, radius tikungan, kemiringan jalan dan
cycle time) yang optimal untuk pengangkutan batu kapur oleh dump truck
Komatsu HD 785 agar target produksi yang telah ditetapkan oleh
perusahaan dapat tercapai.

I. DASAR TEORI
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi alat
Produksi dari alat berat dan alat angkut adalah kemampuan yang paling
optimum yang dapat dicapai oleh alat-alat tersebut dengan memperhitungkan
faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti faktor alam, faktor alat mekanis
maupun faktor manusia.
A. Korelasi cycle time shovel - dump truck
Menurut Darmansyah Nabar (1998), dalam suatu sistem produksi
pada tambang terbuka yang menerapkan sistem shovel-dump truck sebagai
alat tambang utama. Kerja dump truck sebagai alat angkut sangat berperan
dalam pencapaian target produksi. Dump truck adalah alat yang digunakan
sebagai alat angkut jarak jauh.
Menurut Partanto Projosumarto (1995), waktu edar dump truck
adalah terdiri dari 4 segmen besar, yaitu loading time (waktu memuat),

6 Universitas Sriwijaya
hauling time (waktu mengangkut), dumping time (waktu pembongkaran)
dan return time (waktu kembali). Produktivitas dump truck dipengaruhi
oleh waktu edar dimana cycle time dump truck tergantung pada jumlah
dump truck yang dapat dilayani oleh satu buah shovel.
Sedangkan waktu edar shovel menurut Partanto Projosumarto
(1995), terdiri dari fill dipper (waktu pada saat shovel mengisi bucket),
swing (waktu manuever bucket untuk mengisi bak dump truck), dump
(waktu saat bucket menumpahkan galiannya ke bak dump truck), return
(waktu shovel kembali mengisi bucket) dan delay (waktu tunggu shovel
sebelum mengisi bak dump truck). Shovel yang berfungsi sebagai alat gali
muat daam kerjanya mengalami digging resistance, yaitu tahanan yang
dialami oleh alat gali pada waktu melakukan penggalian tanah. Tahanan
ini disebabkan oleh :
1. Gesekan antara alat gali dan tanah, dimana semakin besar kelembaban
dan kekerasan butiran tanah semakin besar pula gesekan yang terjadi.
2. Kekerasan tanah yang umumnya bersifat menahan masuknya alat gali
ke dalam tanah.
3. Roughness (kekerasan) dan ukuran butiran tanah.
4. Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali dan kohesi antara butiran-
butiran tanah itu sendiri.
5. Berat jenis tanah.

B. Rolling resistance (Tahanan Gelinding)


Rolling resistance (RR) yaitu daya hambat yang terjadi antara roda
dan permukaan jalan (Darmansyah Nabar, 1998). Atau dengan kata lain
tahanan gelinding merupakan tahanan roda yang menggelinding akibat
adanya gesekan antara roda dengan permukaan tanah yang arahnya selalu
melawan gerakan roda kendaraan, keadaan ini dapat dilihat pada Gambar
1.

7 Universitas Sriwijaya
Gambar 1. Arah Tahanan Gelinding

Besarnya tahanan gelinding tergantung pada keadaan permukaan


tanah yang dilewati (kekerasan dan kehalusan), roda alat berat, dan berat
kendaraan tersebut. Secara teoritis tahanan gelinding dapat ditentukan
dengan persamaan berikut:

RR = W x r (lb/ton)................................................................................(1)

Keterangan:
W = Berat kendaraan
r = Koefisien tahanan gelinding
Untuk menentukan harga tahanan gelinding yang tepat bagi setiap
macam jalan sulit dilakukan, karena ukuran ban, tekanan ban dan
kecepatan gerak kendaraan pun sebenarnya dapat mempengaruhi tahanan
gelinding. Oleh karena itu cara untuk menyatakan tahanan gelinding
dengan menggunakan persentase berat kendaraan dapat dilihat pada Tabel
1:

Tabel 1. Angka rata-rata tahanan gelinding pada berbagai kondisi jalan (Darmansyah
Nabar, 1998)

Kondisi jalan RR untuk ban karet (lb/ton)

8 Universitas Sriwijaya
Jalan keras dan licin 40

Jalan yang diaspal 45-60

Jalan keras dengan permukaan terpelihara baik 45-70

Jalan yang sedang diperbaiki dan terpelihara 85-100

Jalan yang kurang terpelihara 85-100

Jalan berlumpur dan tidak terpelihara 165-210

Jalan berpasir dan berkerikil 240-275

Jalan Berlumpur dan sangat lunak 290-370

C. Grade Resistance (Tahanan kemiringan)


Berdasarkan Darmansyah Nabar (1998), Grade Resistance (GR)
adalah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak kendaraan
karena kemiringan jalur yang dilaluinya. Pengaruh kemiringan terhadap harga
GR adalah naik untuk kemiringan positif (memperbesar tractive effort atau
rimpull) dan menurun untuk kemiringan negatif (memperkecil rimpull).
Besarnya GR tergantung pada dua faktor, yaitu besarnya kemiringan jalan (%)
dan berat kendaraan itu sendiri (gross ton). Besarnya GR rata-rata dinyatakan
dalam 20 pounds (lbs) dari rimpull untuk tiap gross berat kendaran beserta
isinya pada setiap kemiringan 1%. Besarnya pengaruh kemiringan terhadap
tractive effort dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Kemiringan jalan dan tahanan kemiringan (Darmansyah Nabar, 1998)

Kemiringan (%) GR (lb/ton) Kemiringan (%) GR (lb/ton)

1 20 12 238.4

2 40 13 257.8

3 60 14 277.4

9 Universitas Sriwijaya
4 80 15 296.6

5 100 20 392.3

6 119.8 25 485.2

7 139.8 30 574.7

8 159.2 35 660.6

9 179.2 40 742.8

10 199 45 820.8

11 218 50 894.4

D. Coefficien of traction
Coefficien of traction (CT) adalah suatu faktor yang menunjukan
berapa bagian dari seluruh berat kendaraan itu pada ban atau track yang
dapat dipakai untuk menarik atau mendorong kendaraan (Partanto
Prodjosumarto,1995). Dengan kata lain CT adalah suatu faktor dimana
jumlah berat kendaraan pada ban atau track penggerak harus dikalikan
dengan permukaan jalan sebelum roda selip. Besarnya harga CT
tergantung pada:
1. Keadaan ban atau track, yaitu keadaan dan bentuk kembangan ban.
2. Keadaan jalan (basah/kering, keras/lunak, bergelombang/rata).
3. Berat kendaraan yang diterima roda.
Harga CT adalah 1,0 untuk kondisi jalan kering dan keras. Besarnya
harga CT untuk macam-macam keadaan jalan dapat dilihat pada Tabel 3:

Tabel 3. Coefficient of Traction untuk berbagai kondisi jalan (Partanto Prodjosumarto,


1995)

Kondisi Jalan Ban Karet (%)

Jalan kering dan keras 80-100

Jalan tanah liat kering 50-70

10 Universitas Sriwijaya
Jalan tanah liat basah 40-50

Jalan berpasir basah dan berkerikil 30-40

Jalan berpasir kering yang terpisah/ terpencar 20-30

E. Rimpul
Rimpull (RP)/tractive pull/tractive effort/draw bar pull adalah
besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh mesin
atau suatu alat kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang
menyentuh permukaan jalur jalan (Partanto Prodjosumarto,1995).. Bila
CT cukup tinggi untuk menghindari selip, maka RP maksimum adalah
fungsi dari horse power (tenaga mesin) dan versnelling (gear ratio) antara
mesin dan roda-rodanya. Tetapi jika selip, maka RP maksimum akan sama
dengan besarnya tenaga pada roda penggerak dikalikan CT. Besarnya
harga rimpull ini dapat dihitung dengan rumus berikut :

Rimpull (lb) = HP kendaraaan x 375 x eff mekanis (%) ........................(2)


Kecepatan (mph)

Apabila RP tiap segmen jalan angkut diketahui, maka waktu tempuh alat
angkut dapat dihitung dengan rumus:

W angkut (menit)= ..................................................(3)

F. Acceleration (Percepatan)
Acceleration adalah waktu yang diperlukan kendaraan untuk
mempercepat kendaraan dengan memakai kelebihan rimpull yang tidak
dipergunakan untuk menggerakan kendaraan pada jalur tertentu (Silvia,
Sukirman, 1994). Lamanya waktu yang diperlukan untuk mempercepat
kendaraan tergantung dari berbagai faktor, yaitu :

11 Universitas Sriwijaya
1. Berat kendaraan, semakin berat kendaraan semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk mempercepat kendaraan.
2. Kelebihan rimpull yang ada, semakin besar rimpull yang berlebihan
semakin cepat kendaraan itu dipercepat.
3. Gradeability (kemiringan jalan).

G. Altitude of elevation (Ketinggian daerah dari permukaan air laut)


Menurut Silvia Sukirman (1994), perubahan kadar oksigen dalam
udara akan berpengaruh terhadap Horse Power (HP) mesin dari suatu alat
yang beroperasi pada suatu daerah dengan ketinggian tertentu. Makin
tinggi suatu daerah kerja semakin berkurang persentase oksigen, maka
tenaga alat yang tersedia semakin berkurang (harus dikoreksi) untuk
kenaikan 1000 feet yang kedua. Besarnya penurunan tenaga tergantung
dari sistem pengipasan udara dari segi mesin alat tersebut.

H. Faktor effisiensi
Menurut Darmansyah Nabar (1998), nilai keberhasilan suatu
pekerjaan sangat sulit ditentukan secara tepat, karena mencakup beberapa
faktor seperti faktor manusia, mesin dan kondisi kerja. Nilai keberhasilan
suatu pekerjaan dipengaruhi oleh effisiensi waktu, effisiensi kerja atau
kesediaan alat untuk dioperasikan dan effisiensi operator.

I. Swell factor
Menurut Darmansyah Nabar (1998), swell factor (faktor
pengembangan) material merupakan perbandingan material dalam
keadaan insitu (belum digali) dengan material dalam keadaan loose
(setelah digali). Besarnya swell factor dihitung dengan persamaan:

Sweel factor = ................................................................(4)

12 Universitas Sriwijaya
Sebaliknya, apabila material tersebut dipindahkan dan dipadatkan
dengan compactor (alat pemadat) maka volumenya akan berkurang, yang
disebut dengan shrinkage factor (faktor penyusutan) formulasinya yaitu:

Percent Shrinkage = ...................................(5)

Apabila angka dari shrinkage factor tidak ada maka biasanya


dianggap sama dengan percent swell, formulasinya yaitu:

Percent Sweel = ...................................................(6)

J. Density of material (berat jenis material)


Menurut Silvia Sukirman (1994), berat isi material yang akan digali,
dimuat dan diangkut oleh alat-alat mekanis dapat mempengaruhi:
1. Kecepatan kendaraan dengan HP mesin yang dimilikinya.
2. Kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan

tahanan gilir dari jalur jalan yang dilaluinya.


3. Membatasi volume material yang dapat diangkut.

2. Produktivitas Alat Mekanis


Untuk memperkirakan produktivitas alat berat dan alat angkut secara
teoritis, harus dikalikan dengan faktor koreksi. Sebaliknya untuk memperoleh
kemampuan produksi alat secara nyata, tidak dikalikan dengan faktor koreksi.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan yang terjadi akibat faktor
teknis seperti faktor effisiensi waktu, effisiensi kerja alat, dan effisiensi
operator. Untuk menghitung produktivitas beberapa alat berat dapat digunakan
persamaan:
A. Produktivitas Excavator
Menurut Darmansyah Nabar (1998), alat gali muat excavator
berfungsi sebagai alat penggali material dan sekaligus memuatkannya ke

13 Universitas Sriwijaya
vessel alat angkut. Kemapuan produksi excavator di hitung berdasarkan
rumus:

P = Kb x Fb x eff x 60 x Sf x � (ton/jam) ...............................................(7)


CT
Keterangan:
P = Produktivitas alat gali-muat (ton/jam)
Kb = Kapasitas bucket (m3)
Fb = Fill bucket (%)
Sf = Sweel factor (faktor pengembangan batu kapur) (%)
� = Densitas batu kapur (ton/jam)
Ct = Cycle time (menit)

B. Produktivitas Dump truck


Dump truck digunakan untuk mengangkut material hasil
penambangan. Produktivitas alat angkut dapat ditung dengan rumus:

P = 60 x BC x eff ton/jam ........................................................................(8)


CT

Keterangan:
P = Produktivitas dump truck (ton/jam)
BC = Kapasitas vessel (ton)
Eff = effisiensi kerja (%)
CT = Cycle time (menit)

3. Perencanaan Geometri Jalan Produksi


Perencanaan geometri jalan merupakan bagian dari perencanaan yang
dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik, sehingga dapat memenuhi
fungsi dasar jalan yaitu memberikan pelayanan optimal pada arus lalu lintas
yang berperasi diatasnya. Karenanya tujuan dari perencanaan geometri jalan

14 Universitas Sriwijaya
adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, effisiensi pelayanan arus lalu
lintas dan memaksimalkan rasio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan.
A. Lebar jalan angkut pada keadaan lurus.
Menurut Silvia Sukirman (1994), penentuan lebar jalan minimum
untuk jalan lurus didasarkan pada rule of thumb yang dikemukakan oleh
AASHTO Manual Rural Highway Design, yaitu jumlah jalur kali lebar
dump truck ditambah setengah lebar dump truck untuk tepi kiri, kanan
jalan dan jarak antara dua dump truck yang sedang bersilangan (Gambar
2). Lebar jalan minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau lebih pada
jalan lurus adalah sebagai berikut:
Lm = n x Wt + (n+1) x (1/2 x Wt)...........................................................(9)

Keterangan:
Lm = Lebar jalan minimum (m)
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut (m)

Gambar 2. Lebar Jalan Angkut pada Keadaan Lurus


B. Lebar jalan angkut pada belokan (tikungan)
Menurut Yanto Indonesianto (2005), penentuan lebar jalan pada saat
dump truck membelok berbeda dengan keadaan jalan lurus, karena pada
belokan terjadi pelebaran jalan (Gambar 3) yang sangat tergantung dari

15 Universitas Sriwijaya
jari-jari tikungan dan kecepatan rencana. Pelebaran jalan ini dapat
dihitung dengan persamaan:

W = n(U + Fa + Fb + Z) + C .................................................................(10)
C = Z = 0,5 (U + Fa + Fb) .....................................................................(11)
Keterangan:
W = Lebar jalan angkut pada tikungan (m)
N = Jumlah jalur
Fa = Lebar juntai (over hang) depan (m)
Fb = Lebar juntai (over hang) belakang (m)
U = Lebar jejak roda (center to center tyre)(m)
C = Jarak antara dua dump truck yang akan bersimpangan (m)
Z = Jarak sisi luar dump truck ke tepi jalan (m)

Gambar 3. Lebar Jalan Angkut pada Keadaan Tikungan

D. Kemiringan jalan produksi


Menurut Silvia Sukirman (1994), grade/kemiringan jalan produksi
merupakan salah satu faktor penting yang harus diamati secara detail
dalam kajian teknis jalan produksi. Hal ini disebabkan karena kemiringan
jalan produksi berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut,
baik dalam mengatasi tanjakan maupun melakukan pengereman.
Berdasarkan kemiringan suatu jalan biasanya dinyatakan dalam

16 Universitas Sriwijaya
persentase, kemiringan 1 % adalah kemiringan permukaan menanjak atau
menurun 1 meter atau 1 feet secara vertical dalam jarak horizontal 100
meter atau 100 feet (Gambar 4). Grade dihitung dengan persamaan
berikut:

Grade (α) = Δh x 100% ...........................................................................(14)


Δx

Keterangan:
∆h = Beda tinggi antara dua titik yang diukur (m)
∆x = Jarak datar antara dua titik yang diukur (m)

Gambar 4. Perhitungan Kemiringan Jalan

Secara umum kemiringan jalan yang dapat atau masih diperbolehkan


untuk dilalui alat angkut berkisar antara 10% - 18%, tetapi tanjakan yang
baik adalah sekitar 9% atau 5,20. Kemiringan jalan angkut tambang dapat
disesuaikan dengan kemampuan alat-alat angkut yang berdasarkan
spesifikasi teknis mampu mengatasi tanjakan sebesar 35% melewati jalan
tersebut agar diperoleh efisiensi kerja yang optimal.

4. Kostruksi Perkerasan Jalan

17 Universitas Sriwijaya
Menurut Silvia Sukirman (1999), jalan angkut yang baik merupakan
salah satu kunci dalam kegiatan pengangkutan pada tambang terbuka.
Rancangan, pembuatan dan perawatan konstruksi jalan yang kurang baik
merupakan salah satu penyebab timbulnya hal-hal yang berbahaya bagi
keselamatan kerja dan tingginya biaya pengangkutan. Secara umum beban
jalan terdiri dari empat lapisan yang berbeda, yaitu:
a. Subgrade ( lapisan tanah dasar/fondasi).
b. Subbase (lapisan diatas subgrade).
c. Base (lapisan dengan stabilitas dan densitas tinggi).
d. Wearing surface (lapisan permukaan jalan).
Tetapi pada kenyataannya dilapangan banyak konstruksi jalan tambang
yang hanya terdiri dari material subgrade dan lapisan tanah dasar yang
dipadatkan melalui compactor. Kekuatan jalan angkut terhadap alat mekanis
yang dilaluinya ditentukan oleh daya dukung jalan dan beban kendaraan
terhadap permukaan jalan. Kekuatan jalan angkut dapat diupayakan agar
mampu mengatasi beban kendaraan dengan cara perkerasan. Perkerasan jalan
angkut harus cukup kuat untuk memenuhi dua syarat, yaitu :
a.Secara keseluruhan mampu menahan beban kendaraan dan muatan yang

melaluinya.
b. Permukaan jalan harus dapat menhan gesekan roda kendaraan, dan
pengaruh air hujan atau air permukaan.
Untuk dapat mengetahui kemampuan atau kekuatan jalan angkut
mengatasi berat kendaraan dan muatan yang ada diatasnya perlu diketahui
daya dukung material dan berat alat angkut.

a. Daya dukung material


Sebelum menentukan macam material pengeras jalan yang sesuai untuk
menhan beban kendaraan yang akan melaluinya, terlebih dahulu perlu
diketahui daya dukung material tersebut terhadap beban kendaraan
padapermukaan jalan angkut. besarnya daya dukung terhadap bermacam-
macam jenis tranah dapat diketahui dari nilai kekuatan tanah dasar.
b. Berat beban alat angkut terhadap jalan

18 Universitas Sriwijaya
Distribusi beban pada roda dipengaruhi oleh bebarapa faktor antara lain
jumlah ban, ukuran ban, tekanan ban serta berat total kendaraan. Beban
pada roda untuk setiap kendaraan dapat diketahui berdasarkan spesifikasi
dari pabrik pembuatnya, sudah tentu jika semakin besar dimensi kendaraan
tersebut maka semakin besar daya dukung yang dibutuhkan.
Beban kendaraan yang yang dilimpahkan ke lapisan perkerasan jalan
melalui roda-roda kendaraan selanjutnya disebarkan ke lapisan-lapisan
yang berada dibawahnya dan akhirnya diterima oleh lapisan tanah dasar
atau fondasi (subgrade). Bidang kontak antara roda kendaraan dengan
permukaan jalan tidak berbentuk lingkaran. Tapi untuk memudahkan
perhitungan bidang kontak antara permukaan ban dengan permukaan jalan
atau jejak roda ini dianggap suatu lingkaran dengan jari-jari (r) yang
luasnya sama dengan jejak roda. Persamaan untuk mengetahui besarnya
tekanan alat angkut (dump truck) dapat digunakan persamaan:
GP = Berat kendaraan (kosong+muatan) (kg) ..................................................(15)
N x luas permukaan ban yang menyentuh permukaan tanah (cm2)

Keterangan:
N = jumlah roda belakang dump truck

5. Fasilitas-fasilitas Pendukung Jalan Angkut


A. Rambu-rambu pada jalan angkut
Untuk lebih menjamin keamanan sehubungan dengan dioperasikan
suatu jalan angkut produksi tambang, maka perlu kiranya dipasang rambu-
rambu sepanjang jalan angkut produksi tersebut terutama pada tempat-
tempat yang berbahaya dan juga bahaya terhadap :
1. Pengemudi dan kendaraan itu sendiri
2. Hewan yang ada disekitar jalan angkut
3. Orang
4. Kendaraan lain yang mungkin lewat jalan tersebut
5. Tanda adanya perempatan, pertigaan, persilangan dengan jalan umum
misalnya rel kereta api dan sebagainya.

19 Universitas Sriwijaya
B. Lampu penerangan
Lampu penerangan perlu dipasang apabila jalan angkut produksi
tambang akan digunakan pada malam hari. Pemasangan lampu
penerangan ini bisa dilakukan berdasarkan jarak maupun tingkat
bahayanya, Lampu-lampu penerangan tersebut dipasang antara lain pada
daerah-daerah seperti pada belokan (tikungan), Perempatan/ pertigaan
jalan angkut, jembatan dan tanjakan maupun turunan yang cukup tajam.

C Jalur pengelak untuk menghindari kecelakaan


Untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi karena selip,
rem blong ataupun sebab lain maka alur jalan angkut tersebut perlu dibuat
jalur pengelak (runway precaution).

D. Penirisan (Drainase) dan gorong-gorong (culvert)


Jalan angkut harus diberi penirisan ataupun gorong-gorong, karena
air yang mengalir pada permukaan (run of water) dapat mempengaruhi
keadaan permukaan jalan angkut seperti menyebabkan becek, berlumpur
atau licin. Ukuran system penirisan tergantung pada besarnya curah hujan,
luasnya daerah pengaruh hujan, keadaan atau sifat fisik dan mekanik
material dan tempat membuang air. Penirisan di kiri kanan jalan angkut
sebaiknya dilengkapi dengan saluran penirisan dengan ukuran yang sesuai
dengan jumlah curah hujan.

E. Perawatan dan pemeliharaan jalan produksi


Perawatan dan pemeliharaan jalan merupakan suatu pekerjaan yang
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk menunjang kelancaran
produksi. Pada prinsipnya pemeliharaan jalan produksi yang selalu
ditekankan pada kondisi jalan tanah dan pemeliharaan saluran drainase.
Pemeliharaan jalan yang baik, tapi pemeliharaan drainase yang kurang

20 Universitas Sriwijaya
baik tidak akan berhasil. Hambatan yang sering timbul saat operasi
pengangkutan yaitu pada saat musim kemarau. Lapisan permukaan jalan
berubah menjadi debu yang sangat menganggu kenyamanan dan
kesehatan pekerja, sedangkan pada musim penghujan debu tersebut
menjadi Lumpur yang mengenang dan licin. Kondisi demikian menjadi
faktor penghambat laju alat angkut karena alat angkut yang berjalan pada
kondisi tersebut akan mengurangi kecepatannya. Adapun ciri-ciri jalan
angkut yang baik yaitu :
1. Kondisi pemukaan jalan kasar dan rata.
2. Kemiringan permukaan jalan ± 4%, hal ini untuk mengantisipasi
adanya genangan air pada waktu hujan.
3. Elevasi badan jalan harus lebih tinggi dari bahu jalan, untuk
menghindari masuknya air ke badan jalan.
4. Saluran air (selokan) harus lancar sesuai dengan debit dan kemiringan
jalan.

J. JADWAL PELAKSANAAN
Rencana pelaksanaan penelitian ini mulai tanggal 1 April 2017 sampai
dengan 30 Mei 2017 dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan Minggu Ke -
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Orientasi Lapangan
2. Pengumpulan Referensi dan Data
3. Pengolahan Data
4. Konsultasi dan Bimbingan
5. Penyusunan Laporan dan Persentasi

K. PENUTUP

21 Universitas Sriwijaya
Demikianlah proposal ini dibuat sebagai bahan pertimbangan bagi Bapak
agar dapat menerima saya untuk melaksanakan penelitian Tugas Akhir di PT.
Semen Padang (Persero) dan juga saya mohon bimbingan dan arahan dari Bapak
dalam pelaksanaannya nanti.

L. DAFTAR PUSTAKA
Indonesianto, Yanto. (2005). Pemindahan Tanah Mekanis. Jogjakarta : UPN
Jogjakarta.

Nabar, Darmansyah. (1998). Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat.


Palembang : Universitas Sriwijaya

Projosumarto, Partanto. (1995). Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung : Institut


Teknologi Bandung.

Sukirman, Silvia. (1994). Dasar-dasar Perencanaan Geometri Jalan. Bandung :


Nova.

Sukirman, Silvia. (1999). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung : Nova.

22 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai