DISUSUN OLEH :
JOHAN
17 306 013
II-1
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR
DisusunOleh :
JOHAN
17 306 013
DisetujuiOleh :
II-2
BAB I. PENDAHULUAN
Salah satu kegiatan yang dapat mempengaruhi tercapainya produksi adalah proses
pengangkutan (hauling). Pada proses pengangkutan ini terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi pengangkutan produksi salah satunya adalah faktor kondisi
geometri jalan yang tidak dibuat dalam kondisi ideal, hal ini menyebabkan tidak
optimalnya kinerja dari alat angkut ,pada beberapa segmen geometri jalan angkut
meliputi lebar jalan, kemiringan jalan (grade), jari jari tikungan dan superelevasi,
dan belum memenuhi syarat lebar minimum, hal tersebut bisa menjadi hambatan
tidak tercapainya target produksi overburden, maka karena itu perlu dilakukan
analisa teknis kondisi geometri jalan angkut dari front ke disposal area agar
proses pengangkutan berjalan lancar dan aman.
Analisa teknis geometri jalan angkut tambang diharapkan dapat mengontrol dan
membantu mengatasi permasalahan proses pengangkutan overburden sehingga
produktivitas alat angkut meningkat dan produktivitas overburden tercapai.
II-3
1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk merumuskan bagaimana geometri jalan
yang ideal di PT Wira Alam Dharmawangsa.
Ruang lingkup pembatasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini, penulis
hanya melakukan analisa pada geometri jalan angkut dari front ke disposal yang
II-4
dikaitkan dengan produktivitas overburden yang diangkut oleh alat angkut HD
465 pada bulan november 2020. Penulis tidak menghitung biaya produksi serta
biaya bahan bakar yang dikeluarkan oleh alat angkut ADT.
II-5
BAB II . DASAR TEORI
Produksi dari alat muat dan alat angkut adalah kemampuan optimal yang dapat
dicapai oleh alat tersebut setelah memperhitungkan faktor-faktor yang ikut
mempengaruhi pencapaian tersebut.
Dalam suatu sistem produksi pada tambang terbuka yang menerapkan sistem
shovel-dump truck sebagai alat tambang utama, unjuk kerja dump truck sebagai
alat angkutnya sangat berperan dalam pencapaian target produksi. Dapat juga
dikatakan, dump truck adalah komponen yang fleksibel yang mana jumlah dan
kapasitasnya disesuaikan dengan alat gali-muat yang melayaninya.
Produktivitas dump truck dipengaruhi oleh cycle time-nya, dimana cycle time
dump truck tergantung pada jumlah dump truck yang dilayani oleh satu unit
shovel. Secara umum, menurut Partanto, cycle time dump truck terdiri dari empat
segmen besar, yaitu :
Cycle time untuk alat angkut secara teori dapat dirumuskan sebagai berikut :
II-6
D D
Ctm = n x cms + + t1 + + t2
V1 V2
Ket :
Cms = waktu untuk mengisi satu bucket
D = Jarak pengangkutan
t1 = Waktu dumping
Menurut Peurifoy, cycle time dump truck terdiri dari lima segmen, yaitu ditambah
spot at the shovel yang terdiri dari waktu manuver di daerah penggalian dan
penimbunan serta waktu tunggu sebelum diisi shovel.
Menurut Rochmanhadi, cycle time shovel terdiri dari land bucket (waktu mengisi
bucket), swing loaded (waktu manuver untuk mengisi bak dump truck), dump
bucket (waktu menumpahkan galian ke bak dump truck), swing empty (waktu
manuver untuk mengisi kembali bucket). Shovel yang berfungsi sebagai alat
gali-muat dalam unjuk kerjanya mengalami digging resistance, yaitu tahanan
yang dialami waktu menggali tanah. Tahanan ini disebabkan oleh :
a. Gesekan antara alat gali dan tanah, dimana semakin besar kelembaban dan
kekerasan butiran tanah, semakin besar pula gesekan yang terjadi.
b. Kekerasan tanah yang umumnya bersifat menahan masuknya alat gali ke
dalam tanah.
c. Roughness (kekasaran) dan ukuran butiran tanah.
d. Adhesi antara tanah dengan alat gali dan kohesi antar butiran tanah.
e. Berat jenis tanah.
II-7
2.1.2. Rolling Resistance (Tahanan Gulir/gelinding)
Arah Tahanan Gulir Besarnya tergantung pada kondisi permukaan tanah yang
dilewati (kekerasan dan kehalusan), tipe roda, dan berat dari kendaraan tersebut.
Secara teoritis nilai dari tahanan gelinding dapat ditentukan dengan persamaan
berikut :
Dimana :
P
RR=
W
II-8
Untuk menentukan nilai tahanan gulir adalah sulit untuk dilakukan karena
sebenarnya jenis dan tekanan ban serta kecepatan kendaraan ikut mempengaruhi
harga rolling resistance. jadi nilai rolling resistance ditentukan dalam persen berat
Untuk menentukan harga RR yang tepat bagi setiap macam jalan sulit dilakukan,
karena ukuran ban, tekanan ban, dan kecepatan gerak kendaraan pun sebenarnya
dapat mempengaruhi. Oleh karena itu cara untuk menyatakan RR dengan
menggunakan persentase berat kendaraan (Tabel 2.1).
r
Tipe dan Keadaan Landasan
Roda besi Roda ban
Tabel 2.2 Angka Rata-rata Rolling Resistance untuk Berbagai Kondisi Jalan
II-9
(lb/ton)
Grade resistance (GR) adalah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu
gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya. Pengaruh
kemiringan terhadap harga GR adalah naik untuk kemiringan positif
(memperbesar rimpull) dan menurun untuk kemiringan negatif (memperkecil
rimpull). Besarnya GR tergantung pada dua faktor, yaitu besarnya kemiringan
jalan (%) dan berat kendaraan tersebut (gross ton). Besarnya GR rata-rata
dinyatakan dalam “20 lbs” dari rimpull untuk tiap gross berat kendaraan beserta
isinya pada setiap kemiringan satu persen (Tabel 4.3).
Kemiringan GR Kemiringan GR
II-10
(%)
1 20 12 238,4
2 40 13 257,8
3 60 14 277,4
4 80 15 296,6
5 100 20 392,3
6 119,8 25 485,2
7 139,8 30 574,7
8 159,2 35 660,6
9 179,2 40 742,8
10 199 45 820,8
11 218 50 894,4
Coefficien of traction (CT) adalah suatu faktor yang menunjukan berapa bagian
dari seluruh kendaraan itu pada ban atau track yang dapat dipakai untuk menarik
atau mendorong kendaraan. Dengan kata lain, CT adalah suatu faktor dimana
jumlah berat kendaraan pada ban/track penggerak harus dikalikan dengan
permukaan jalan sebelum roda selip. Besarnya harga CT tergantung pada :
a. Keadaan ban atau track, yaitu keadaan dan bentuk kembangan ban.
b. Keadaan jalan (basah/kering, keras/lunak, bergelombang/rata).
c. Berat kendaraan yang diterima roda.
II-11
CT untuk ban
(%)
2.1.5. Rimpull
Rimpull (RP) adalah besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan
mesin atau suatu alat pada permukaan roda atau ban penggeraknya yang
menyentuh permukaan jalur jalan. Bila CT cukup tinggi untuk menghindari
terjadinya selip, maka RP maksimum adalah fungsi dari horse power (tenaga
mesin) dan versnelling (gear ratio) antara mesin dan roda-rodanya. Tetapi jika
selip, maka RP maksimum akan sama dengan besarnya tenaga pada roda
penggerak dikalikan CT. Besarnya harga RP dapat dihitung dengan rumus :
Apabila RP tiap segmen jalan angkut diketahui, maka waktu tempuh alat angkut
dapat dihitung dengan rumus :
Jarak (feet )
t angkut ( menit)=
Kecepa tan( mph)
II-12
Waktu yang diperlukan untuk mempercepat kendaraan dengan memakai
kelebihan rimpull yang tidak dipergunakan untuk menggerakkan kendaraan pada
jalur tertentu.
Perubahan kadar oksigen dalam udara akan berpengaruh terhadap horse power
mesin dari suatu alat yang beroperasi pada suatu daerah dengan ketinggian
tertentu. Semakin tinggi suatu daerah kerja semakin berkurang persentase oksigen,
maka tenaga alat yang tersedia akan berkurang (perlu adanya koreksi) untuk
kenaikan 100 feet yang kedua. Besarnya penurunan tenaga tergantung dari sistem
pengisapan udara dari segi mesin alat tersebut.
Nilai keberhasilan suatu pekerjaan sangat sulit ditentukan secara tepat karena
mencakup beberapa faktor seperti faktor manusia, mesin dan kondisi kerja.
Efisiensi waktu, efisiensi kerja, efisiensi operator, dan kesediaan alat sangat
mempengaruhi keberhasilan dari suatu operasi.
II-13
V insitu
SwellFactor = .100 %
V loose
V compacted
Shrinkage Factor = 1−
( V loose )
. 100 %
Apabila angka dari shrinkage factor tidak ada, biasanya dianggap sama dengan
percent swelln yang dihitung dengan rumus :
V loose
Percent Swell =
( V insitu )
−1 . 100 %
Untuk perhitungan swell factor ini dapat juga digunakan rumus hubungan antara
swell factor dengan percent swell, yaitu :
Density of material yang akan digali, dimuat, dan diangkut oleh alat-alat mekanis
dapat mempengaruhi :
II-14
b. Kemampuan kendaraan untuk mengatasi rolling resistance dan grade
resistance dari jalur yang dilaluinya.
c. Membatasi volume material yang dapat diangkut.
Untuk memperkirakan produksi alat-alat berat dan alat angkut secara teoritis
dengan cara tanpa dikalikan dengan faktor koreksi sedangkan untuk memperoleh
kemampuan produksi secara nyata dikalikan dengan faktor koreksi, hal ini
bertujuan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang terjadi akibat beberapa
faktor, seperti efisiensi waktu, efisiensi kerja atau kesediaan alat untuk
dioperasikan dan efisiensi operator.
3600
Q = Cx xE
Ctm
C = n x q1 x k
Dimana,
C = Produktivitas persiklus
E = Efesiensi kerja
II-15
ctm = Cycle time
2.2.2. Excavator
3600
Q=q x xE
ctm
q = q1 x K
Dimana :
Q = Produktivitas/jam
q = Produktivitas/cycle time
E = Efesiensi kerja
II-16
2.3.1.1. Lebar Jalan Pada Keadaan Lurus
Penentuan lebar jalan minimum untuk jalan lurus didasarkan pada rule of thumb
yang dikemukakan oleh AASHTO Manual Rural Hihgway Design (1990), yaitu
jumlah jalur kali lebar truck ditambah setengah lebar truck untuk tepi kiri dan
kanan jalan, juga jarak antara dua truck yang sedang bersilangan. Lebar jalan
minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau lebih pada jalan lurus adalah
sebagai berikut :
Lm=n . Wt + ( n+ 1 ) (1 2 . Wt )
dimana :
n = jumlah jalur
Lebar jalan untuk keadaan lurus dapat juga langsung menggunakan tabel estimasi
lebar jalan (Tabel 2.5).
II-17
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari pada jalan lurus.
Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan lebar alat
angkut yang disebabkan oleh sudut yang dibentuk oleh roda depan dengan badan
truk saat melintasi tikungan (Gambar 2.3). Untuk jalur ganda, lebar jalan
minimum pada tikungan dihitung berdasarkan pada :
Lebar truck (m) 1 jalur (m) 2 jalur (m) 3 jalur (m) 4 jalur (m)
II-18
3,7 7,3 12,8 18,3 23,8
dimana :
n = jumlah jalur
Superelevasi maksimum yang dapat dipergunakan pada suatu dan komposisi jenis
kendaraan. Rumus-rumus umum untuk superelevasi adalah :
II-19
2
V 11913 .53 ( emaks + f maks )
( e maks +f maks ) = 127 R min Dmaks= 2
atau V
dimana :
II-20
Tabel 2.6 Rekomendasi AASHTO Untuk Koefisien Gesekan Samping
Untuk menghindari agar disaat hujan, air tidak tergenang pada jalan, maka
pembuatan kmiringan melintang (cross slope) dilakukan dengan cara membuat
bagian tengah jalan lebih tinggi dari bagian tepi jalan. Nilai yang umum dari
kemiringan melintang (cross slope) yang direkomendasikan adalah sebesar 40
mm/m jarak ketinggian bagian tepi jalan ke bagian tengah/pusat jalan
(sukirman,1994). Berikut merupakan perhitungan cross slope :
p = ½ x lebar jalan
q = p x 40 mm/m
Grade jalan produksi merupakan salah satu faktor penting yang harus diamati
secara detil dalam kajian teknis geometri jalan produksi. Hal ini karena grade
jalan produksi berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dalam
mengatasi tanjakan maupun melakukan pengereman.
Grade jalan biasanya dinyatakan dalam persentase (%). Grade satu persen adalah
kemiringan permukaan yang menanjak atau menurun satu meter atau satu feet
secara verikal dalam jarak horizontal 100 meter atau 100 feet. Grade dihitung
menggunakan rumus (Gambar 4.4) sebagai berikut :
Δh
Grade ( α ) = . 100 %
Δx
dimana :
II-21
∆x = jarak antara dua titik yang diukur (m)
h
Di lapangan, konstruksi jalan tambang hanya terdiri dari material subgrade atau
lapisan tanah dasar yang dipadatkan dengan menggunakan peralatan compactor.
Kekuatan jalan produksi terhadap dump truck yang melaluinya ditentukan oleh
daya dukung jalan dan beban kendaraan terhadap permukaan jalan. Kekuatan
jalan angkut dapat diupayakan agar mampu mengatasi beban kendaraan dengan
II-22
cara perkerasan. Perkerasan jalan angkut harus cukup kuat untuk memenuhi dua
syarat, yaitu :
a. Secara keseluruhan harus mampu untuk menahan berat kendaraan dan muatan
yang melaluinya.
b. Permukaan jalan harus dapat menahan gesekan roda kendaraan, pengaruh air
dan hujan.
Bila syarat pertama tidak terpenuhi, maka jalan tersebut akan mengalami
penurunan dan pergeseran baik pada permukaan maupun tanah dasarnya. Hal ini
akan menyebabkan jalan menjadi bergelombang atau berlubang. Sedangkan bila
syarat kedua tidak terpenuhi maka permukaan jalan akan mengalami kerusakan
akibat adanya lubang-lubang.
Untuk dapat mengetahui kemampuan atau kekuatan jalan produksi terhadap berat
beban kendaraan dan muatan yang melaluinya perlu diketahui daya dukung tanah
dan beban kendaraan yang akan diteruskan roda terhadap permukaan jalan
produksi.
Daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan tanah,
kadar air, kondisi drainase, dan lain-lain. Tanah dengan tingkat kepadatan tinggi
akan mengalami perubahan volume yang kecil jika terjadi perubahan kadar air dan
mempunyai daya dukung yang lebih besar jika dibandingkan dengan tanah sejenis
yang tingkat kepadatannya lebih rendah.
Untuk mengetahui besarnya tekanan alat angkut terhadap tanah atau ground
pressure (GP), dapat digunakan persamaan berikut :
Berat kendaraan ( kosong + bermuatan ) ( kg )
GP= . Wp
n x Luas permukaan ban yang menyentuh permukaan tanah ( cm2 )
dimana :
n = Jumlah roda belakang dump truck
Wp = Distribusi berat kendaraan, depan 40 % dan belakang 60 %
II-23
Tabel 2.7 Nilai Kekuatan Tanah Dasar
Kekuatan
Tanah Dasar
No Klasifikasi
Jenis Tanah yang
. Tanah Dasar
Diperbolehkan
(Kg/Cm2)
Tanah pasir, berbatu atau
1 Tanah baik sekali 9
berkerikil
2 Tanah baik Tanah pasir 2.75
3 Tanah sedang Tanah liat atau silt 1.75
Tanah liat mengandung
4 Tanah jelek 1.25
tanah organik
Tanah rawa
5 Tanah jelek sekali -
Tanah berlumpur
Sumber : Silvia Sukirman, 1992
II-24
Gambar 3.1 peta kesampaian daerah (sumber: satker eksplorasi rinci
PT.Bukit Asam)
3.2.1.Studi literatur
Mempelajari literatur literatur yang ada baik berupa text book, maupun refrensi
laporan penelitian yang berhubungan dengan produktivitas alat berat, seperti alat
gali muat, alat angkut dan geometri jalan angkut tambang. data yang digunakan
dalam pembuatan laporan adalah, seperti data data curah hujan, spesifikasi alat
berat, cycle time dan jam kerja alat.
II-25
3.2.2. Pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang diteliti, maka
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1.Data primer
2.Data Sekunder
Data sekuder yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan refrensi dari
perusahaan dan buku buku handbook atau laporan perusahaan yang
mendukung :
a. Data curah hujan, daerah tangkapan hujan, dan peta sekuen
penambangan, data curah huja yang diambil adalah data curah hujan
bulan november 2020 yang diperoleh dari satuan kerja rencana sipil
dan hidrologi. Dan peta sekuen diperoleh dari kontraktror yaitu PT
Satria Bahana Sarana (PT SBS).
b. Data spesifikasi alat
II-26
Data spesifikasi ini berupa data lebar alat, tenaga penggerak, berat alat
kosong, kapasitas bahan bakar, jarak antar roda dan sebagainya, data
ini didapatkan dari handbook alat.
Data yang didapatkan setelah tahapan pengumpulan data, selanjutnya diolah agar
sesuai dengan kriteria data yang diperlukan. Pengolahan data yang dilakukan
meliputi:
II-27
3.2.4. Analisis data
Setelah dilakukan pengolahan dari data primer dari hasil pengamatan dilapangan
dan data sekunder dari berbagai pihak, maka akan dianalisis terhadap data
pengolahan sebagai berikut:
a) Lebar jalan yang ideal, grade jalan, cross slope, superelevasi Jalan angkut
di PT Wira Alam Dharmawangsa.
b) Perbandingan produksi nyata dengan target produksi.
c) Pengaruh geometri jalan terhadap produktivitas HD 465.
Studi Pustaka
Pengamatan Lapangan
II-28
Pengambilan Data
Selesai
II-29