Anda di halaman 1dari 35

AKTIVITAS PELEDAKAN BATUBARA DI PT.

BUKIT ASAM
TBK, KELUARAHAN TANJUNG ENIM, KECAMATAN
LAWANG KIDUL, KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI
SUMATERA SELATAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktik (TTA-300)
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2020/2021

Disusun Oleh :
Frisca Vitria Perkasa (10070118006)
Nabil Zulfa Maulana (10070118052)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1442 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum. Wr. Wb.


Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya dalam menyusun Proposal Kegiatan Kerja Praktik yang
dilakukan di DI PT. BUKIT ASAM TBK, KELURAHAN TANJUNG ENIM,
KECAMATAN LAWANG KIDUL, KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI
SUMATRA SELATAN. Proposal kegiatan kerja Praktik ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah membantu
dan membimbing kami dalam pembuatan laporan ini, diantaranya Ibu Elfida
Moralista, S.SI., M.T. selaku koordinator Kerja Praktik serta ibu Sri Widayati,
S.T., M.T. dan Bapak Rully Nurhasan Ramadani, S.T., M.T. selaku wali dosen
yang telah mendukung kegiatan kerja praktik ini.
Dalam pembuatan laporan ini kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dalam pembuatannya. Kami selaku penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar kedepannya dapat membuat laporan dengan lebih
baik lagi. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kami selaku penulis dan seluruh
mahasiswa Teknik Pertambangan.
Wassalamu‘alaikum. Wr. Wb.

Bandung, 03 April 2021

Penulis
PROPOSAL KERJA PRAKTIK
(TTA – 300)

I. JUDUL
Dalam rencana kegiatan Kerja Praktik ini, penulis akan mengambil judul :
“AKTIVITAS PELEDAKAN BATUBARA DI PT. BUKIT ASAM TBK,
KELURAHAN TANJUNG ENIM, KECAMATAN LAWANG KIDUL,
KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATRA SELATAN, ”. Adapun
judul yang penulis ajukan di atas pada saat pelaksanaan Kerja Praktik nantinya
dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di lapangan.

II. LATAR BELAKANG


Pada umumnya, Indonesia sebagai salah satu negara yang beragam
jenis bahan galiannya. bahan galian ini belum sepenuhnya dilakukan
penambangan. Hal tersebut naiknya tingkat permintaan terhadap bahan galian
yang cukup tinggi, dilakukanlah proses penambangan di Indonesia. Dalam suatu
sistem pertambangan tahapan penambangan merupakan tahapan kegiatan yang
cukup penting dimana kegiatan penambangan itu suatu kegiatan yang berawal
dari kegiatan pemberaian, pengangkutan material bahan galian sehingga bahan
galian tersebut dilakukan ke tahap produksi dimana saat proses pemberaian
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara mekanis atau peledakan.
Metode peledakan digunakan agar batuan lebih mudah digaru dan digali
dengan alat mekanis, yang kemudian dilakukan muat dan angkut menuju
tahapan berikutnya. Untuk dapat mencapai kegiatan pemberaian bahan galian
yang baik, dibutuhkan operasi peledakan yang mengikuti kaidah yang telah
ditentukan. Hal ini supaya mencegah adanya kerugian kerja perusahaan baik itu
secara ekonomi maupun keselamatan kerja.
Maka dari itu secara teori belum tentu cukup dalam mempelajari metode
peledakan. maka dilakukanlah kegiatan kerja praktik yang akan dilakukan di PT
Bukit Asam yang dapat memberikan pengetahuan lebih serta kegiatan
dilapangan khususnya mengenai metode peledakan batubara. Dengan demikian,
dapat diketahui parameter dasar yang harus dikaji dalam melaksanakan operasi
peledakan andesit yang baik untuk mencapai target produksinya.

III. MAKSUD DAN TUJUAN


III.1 Maksud
Maksud dari pembuatan proposal Kerja Praktik ini, untuk memenuhi
persyaratan dalam memenuhi mata kuliah Kerja Praktik (TTA – 300) di Program
Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung,
dengan melakukan pengamatan dan pengambilan data mengenai kegiatan
peledakan tambang batubara.

III.2 Tujuan
Berikut tujuan kegiatan kerja praktik ini untuk mengetahui proses
penambangan dalam kegitan peledakan di PT Bukit Asam TBK meliputi:
1. Mengetahui arah dan pola pengeboran yang diterapkan.
2. Mengetahui peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan.
3. Mengetahui geometri peledakan yang diterapkan.
4. Mengetahui pola peledakan yang diterapkan.
5. Mengetahui pola perangkaian yang diterapkan.
6. Mengetahui fragmentasi yang didapatkan.
7. Mengetahui target produksi yang akan dicapai oleh perusahaan.

IV. BATASAN MASALAH


Dalam kegiatan Kerja Praktik ini, masalah yang harus diselesaikan yaitu
mengamati kegiatan aktivitas peledakan batubara dengan menerapkan
rancangan geometri peledakan yang optimal untuk meningkatkan efisiensi
peledakan di PT Bukit Asam TBK.
V. METODOLOGI PENELITIAN
Adapun beberapa metodologi penelitian yang digunakan dalam
pembuatan laporan seperti:
1. Metode primer
Metode primer merupakan data hasil pengamatan yang diperoleh secara
langsung di lapangan yang akan dilakukan di PT Bukit Asam TBK.
2. Metode sekunder
Metode sekunder merupakan data yang sudah ada sebelumnya dan
dapat diperoleh melalui secara tidak langsung. Metode ini dapat dilakukan
dengan membaca literatur yang terdapat pada buku, dan berbagai
macam literatur yang ada pada internet.

VI. LANDASAN TEORI


6.1 Peledakan Dalam Industri Pertambangan
Peledakan merupakan bagian dari aktivitas pertambangan yang bekerja
untuk melakukan pemberaian pada batuan atau material tambang dengan cara
meledakkan area batuan yang akan diambilnya tersebut. Dalam proses
peledakan menggunakan bahan kimia yang dapat menciptakan suatu ledakan
dengan tekanan yang sangat tinggi, sehingga pemanasan yang terjadi pada
proses peledakan dapat menghancurkan batuan. Kegiatan ini bukan semata
mata dapat dilakukan pada semua bahan galian, namun kegiatan peledakan ini
dilakukan hanya untuk batuan yang sulit untuk dihancurkan atau diberaikan
walaupun dengan bantuan alat.
Kegiatan peledakan ini akan mencapai hasil yang maksimal jika material
yang diledakkan terberai dengan baik. Hal itu tentunya perlu didukung dengan
perlengkapan dan peralatan yang sesuai sebagai alat pembongkar batuan
ataupun pembongkar lapisan penutup dalam industri pertambangan. Selain itu
juga perlu pemilihan bahan peledak yang tepat dengan jenis metode peledakan
dan jenis bahan galian yang akan diledakkan.

6.2 Bahan Peledak


Bahan peledak yaitu bahan kimia yang berasal dari senyawa tunggal
maupun campuran baik itu berbentuk padat, cair dan gas yang apabila dikenai
suatu aksi panas maupun gesekan akan mengalami reaksi kimia eksotermis
sangat cepat dengan gas yang disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang
secara kimia lebih stabil. Bahan peledak dalam hal ini termasuk mesiu,
nitrogliserin, dinamit, gelatin, sumbu ledak, sumbu bakar, detonator, ammonium
nitrat, apabila dicampur dengan hydrokarbon dan bahan ramuan lainnya.
(Kepmen ESDM 555,1995).
Bahan peledak ini secara umum diklasifikasikan berdasarkan kecepatan
reaksi dan sifat reaksinya menjadi bahan peledak kuat (high explosive) dan
bahan peledak lemah (low explosives). Adapun menurut J.J. Manon, 1978 bahan
peledak diklasifikasikan berdasarkan sumber energinya menjadi bahan peledak
mekanik, kimia dan nuklir. Karena pemakaian bahan peledak dari sumber kimia
lebih luas dibanding dari sumber energi lainnya, maka pengklasifikasian bahan
peledak kimia lebih intensif diperkenalkan. Pertimbangan pemakaiannya antara
lain, harga relatif murah, penanganan teknis lebih mudah, lebih banyak variasi
waktu tunda (delay time) dan dibanding nuklir tingkat bahayanya lebih rendah.
Oleh sebab itu modul ini hanya akan memaparkan bahan peledak kimia.

Sumber : J.J Manon, 1978


Gambar 6.1
Klasifikasi Bahan Peledak Menurut J.J Manon (1978)
Selain J.J Manon (1978) beberapa ahli lainnya juga membuat klasifikasi
bahan peledak salah satunya yaitu Mike Smith (1988) yang mana klasifikasinya
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Sumber : Mike Smith, 1988
Gambar 6.2
Klasifikasi Bahan Peledak Menurut Mike Smith (1988)
Agen peledakan yang terdapat pada klasifikasi bahan peledak Mike Smith
(1988) ini adalah campuran bahan-bahan kimia yang tidak diklasifikasikan
sebagai bahan peledak, di mana campuran tersebut terdiri dari bahan bakar
(fuel) dan oksida. Agen peledakan disebut juga dengan nama nitrocarbonitrate,
karena kandungan utamanya nitrat sebagai oksidator yang diambil dari
ammonium nitrat (NH4NO3) dan karbon sebagai bahan bakar. Kadang-kadang
ditambah bahan kimia lain, baik yang bukan bahan peledak, misalnya alumunium
atau ferrosilicon, maupun sebagai bahan peledak, yaitu TNT, dan membentuk
bahan peledak baru.
Bahan peledak ini akan menimbulkan reaksi dan juga produk peledakan,
panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia pembentuk
bahan peledak yang menimbulkan pembakaran, dilanjutkan dengan deflragrasi
dan terakhir detonasi, seperti :
1. Pembakaran
Pembakaran merupakan reaksi permukaan yang eksotermis dan dijaga
oleh panas dan produknya yaitu adanya pelepasan gas-gas.
2. Deflagrasi
Deflagrasi merupakan proses kimia eksotermis dari reaksi dekomposisi
didasarkan pada konduktivitas panas.
3. Ledakan
Ledakan merupakan ekspansi yang cepat dari gas menjadi bervolume
lebih besar dan adanya suara keras dan juga efek mekanis yang dapat
merusak.
4. Detonasi
Detonasi merupakan hasil dari suatu proses kimia fisika yang
berkecepatan sangat tinggi hingga menimbulkan gas dan juga temperatur
yang sangat besar.

6.3 Peralatan dan Perlengkapan Peledakan

6.3.1 Peralatan Peledakan


Peralatan peledakan ini merupakan semua bahan atau alat - alat yang
dapat digunakan lebih dari satu kali pemakaian dalam operasional peledakan.
Peralatan tersebut diantaranya yaitu :
1. Blasting Machine
Alat ini biasa disebut sebagai pemicu peledakan atau exploder karena
sebagai sumber energi yang menghantarkan listrik menuju detonator.
Secara umum prinsip kerja detonator ini adalah menyimpan arus pada
kapasito yanng kemudian untuk dilepaskan pada saat waktu yang
ditentukan. Arus yang akan dilepaskan ini dapat mengatasi permasalahan
pada tahanan listrik pada rangkaian peledakan.

Sumber : duniatambang.co.id
Gambar 6.3
Blasting Machine
2. Shotgun
Shotgun ini merupakan salah satu dari peralatan pengoperasian
peledakan yang digunakan untuk memicu arus listrik menuju detonator.
Sumber : Susman Doddy, 2018
Foto 6.4
Shotgun
3. Bench Box
Ini merupakan alat yang digunakan untuk mengetes kerja dari rangkaian
detonator secara keseluruhan. Sehingga dapat menginisiasi peledakan
karena bench box yang dilakukan pengetesan disambungkan dengan
konektor blok dan red smart key.

Sumber : dynonobel.com
Foto 6.5
Bench Box
4. Kabel Listrik Utama (Lead Wire)
Ini digunakan sebagai penghubung rangkaian pada peralatan maupun
perlengkapan peledakan.

Sumber : Blastertol.com
Foto 6.6
Lead Wire
5. Base Station adalah alat untuk pemulaan dalam peledakan yang
dihubungkan dengan bench box yang mana menggunakan remote firing.
6. Multimeter Peledakan
7. Pelacak Kilat
8. Meteran dan Tongkat Bambu

6.3.1 Perlengkapan Peledakan


Pada kegiatan peledakan tentunya memerlukan beberapa perlengkapan
untuk menunjang kegiatan peledakan berhasil dan aman. Perlengkapan
peledakan ini juga disebut alat alat sekunder yang mana dijadikan sebagai
penunjang kegiatan peledakan dan hanya dapat digunakan satu kali dalam satu
kali kegiatan penambangan. Adapun yang dimaksud dengan peralatan peralatan
peledakan, diantaranya yaitu penghantar nyala/panas, penggalak awal, dan
penggalak utama.
1. Penghantar Nyala/Panas atau Arus Listrik
Perlengkapan yang terdapat atau menjadi bagian dalam penghantar
nyala panas atau arus litrik ini ada dua yaitu sumbu bakar dan kabel
listrik.
a. Sumbu Bakar, bakar ini merupakan sumbu yang digunakan untuk
merambatkan api atau panas ke dalam detonator dengan kecepatan
tetap. Perambatan api tersebut dapat menyalakan ramuan pembakar
yanng ada pada detonator sehingga dapat meledakkan bahan
peledak atau isian yang ada di dalamnya.
b. Kabel Listrik, ini merupakan kumpulan kabel listrik yang digunakan
untuk menyalurkan arus listrik dari sumber arus ke setiap ujung
legwire yang ada di permukaan tanah. Dilihat berdasarkan fungsinya
kabel listrik ini dibagi menjadi dua yaitu kabel utama dan kabel
pembantu. Kabel utama ini sebagai penghubung dari kedua rangkaian
peledak dengan sumbu arus.
c. Kabel Penyambung, ini biasanya digunakan sebagai penyambung
atau penghubung kabel kabel dengan kawat peledak atau kabel yang
digunakan sebagai rangkaian peledakan antara dua legwire dalam
rangkaian seri. Untuk memenuhi persyaratan menjadi kabel
penyambung adalah pembungkus kabel harus tahan gores dan
tahanan listriknya tidak lebih dari 6,5 ohm dalam 100 meter.
2. Penggalak Awal
Pada penggalak awal, perlengkapan yang digunakan yaitu detonator,
dimana detonator ini adalah alat yang dapat menimbulkan pemulaan
dalam bentuk ledakan kecil. Hal itu memberikan dampak terhadap bahan
peledak. Dalam kegiatan peledakan terdapat banyak jenis detonator yang
digunakan . Pembagian jenis deonator itu berdasarkan cara
menghiduoakan dan fungsinya, yaitu :
a. Detonator Biasa, biasa ini merupakan detonator yang dijadikan
sebagai pemicu awal dalam proses peledakan. Secara fisik detonator
biasa ini biasanya memiliki diameter 6,40 mm dan panjang 42 mm
dengan isian adalah Tri Nitro Toluena. Selain itu biasanya detonator
jenis ini sering dikombinasika dengan sumbu api. Detonator biasa ini
memiliki kelemahan dan terjadi miss fire (gagal meledak ) ada
sesuatu yang menghalangi cara kerja detonator, seperti diantaranya
adalah terkena air atau energi.
b. Detonator Listrik, mekanisme peledakan dari detonator jenis ini
adalah setelah listrik mengalir melalui legwire, bagian fusehead di
dalam detonator akan memijar. Setelah pijar dari kawat terbentuk,
maka ramuan pembakar langsung terbakar dan timbul energi panas
dalam ruang detonator yang akan menginisiasi ruang utama. Untuk
menginisiasi detonator listrik harus digunakan alat pemicu seperti
blasting machine. Kelebihan dari detonator listrik adalah jumlah
lubang yang dapat diledakkan secara bersamaan relatif lebih banyak,
pola ledakan dapat bervariasi serta penanganan lebih mudah dan
praktis. Sedangkan kelemahannya adalah detonator jenis ini tidak
dapat digunakan dalam cuaca mendung apalagi disertai kilat yang
dapat mengaktifkan aliran listrik sehingga dapat terjadi ledakan
premature.
c. Detonator Non Electric, ini digunakan untuk mengatasi kegagalan
atau kerusakan yang ada pada detonator listrik. Detonator ini
biasanya dalam bentuk satuan dengan panjang 18 meter dan waktu
berhentinya 500 ms. Detonator jenis ini banyak digunakan dalam
kegiatan blasting di suatu tambang. Kelebihannya adalah jumlah
lubang yang dapat diledakkan cukup banyak, bisa mencapai ratusan.
Adanya waktu tunda pada detonator ini dapat menghasilkan arah
lemparan fragmentasi lebih presisi, butiran fragmentasi lebih baik dan
getaran dapat lebih dikurangi. Sedangkan kelemahannya adalah
harus berhati-hati dalam mengatur waktu tunda baik di permukaan
maupun di dalam lubang ledak agar tidak gagal ledak.
d. Sumbu Ledak, ini memiliki fungsi yang sama dengan pembahasan
sumbu – sumbu sebelumnya yaitu untuk meledakkan bahan peledak
lain atau merambatkan gelomban detonasi. Sumbu ledak ini memiliki
isina berupa bahan peledak yang sangat kuat untuk mendapatkan
hasil ledakan yang maksimal. Untuk memiliki bahan peldak yang
sangat kuat ini perlu memperhatikan dalam proses pembeliannya atau
penyimpanannya. Sumbu ledak ini biasanya di terapkan pada
detonator listrik ataupun detonator biasa.
3. Penggalak Utama (Primer Booster)
Penggalak utama ini memiliki fungsi untuk menghentakkan bahan
peledak hingga menghasilkan kejut ataupun lainnya. Penggalak primer
ini biasanya dihubungkan dengan detonator atau sumbu ledak sehingga
yang akan menghentakkan penggalak utama ini adalah detonator
tersebut. Dalam pembuatannya ini, penggalak primer ini dapat dibuat
langsung secara sendiri dengan menggunakan dinamit.
6.4 Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu yang dilakukan pada saat
peledakan, dimana setiap lubangnya dalam satu baris ke lubang bor berikutnya
Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan dengan urutan waktu meledak dan
jenis runtuhan materialnya. Terdapat dua macam pola peledakan berdasarkan
jenis runtuha batuannya dan waktu peledakannya yaitu :

6.4.1 Pola Peledakan Box Cut


Pola Peledakan Box cut ini merupakan jenis pola peledakan yang diawali
dengan bagian tengah jenjang yang mempunyai dua bidang bebas. Arah
runtuhannya ke depan dan membentuk kotak.
Sumber : Aphiin, 2012
Gambar 6.7
Pola Peledakan Box Cut

6.4.2 Pola Peledakan V Cut


Pola peledakan V cut ini adalah pola peledakan yang runtuhan batuannya
ke depan sama denga pola sebelumnya, namun berbetuk huruf V.

Sumber : Aphiin, 2012


Gambar 6.8
Pola Peledakan V Cut

6.4.3 Pola Peledakan Corner Cut


Pola peledakan Corner cut adalah pola peledakan yanng diawali dengan
jenjang yangn memiliki tiga bidang bebas dan arah runtuhannya ke salah satu
sudut.

Sumber : Aphiin, 2012


Gambar 6.9
Pola Peledakan Corner Cut
6.5 Pola Pengeboran
Pola pengeboran adalah suatu rancangan pola yang dilakukan dalam
kegiatan pengeboran yang bertujuan untuk menempatkan lubang lubang yang
akan dibuat dengan pola yang sistematis. Dalam pengaturan jarak lubang lubang
bor tersebut baik itu sejajar maupun tidak sejajar pada bidang bebas yang mana
aka berkaitan dengan burden dan spacing. Burden merupakan jarak tegas lurus
dari titik bor terhadap bidang bebas yang terdekat. Sedangkan spacing ini adlaah
jarak dari titik bborke lubang tembak dalam baris yang sejajar, dimana tegak
lurus terhadap burden. Pola pemboran ini akan saling berkaitan dengan pola
peledakan yang digunakan yang mana pola peledakan ini diperlukan untuk
mendapatkan ukuran fragment dan ara lemparan batu yanng diinginkan.
Pola pemboran ini dibagi menjadi dua jenis yaitu pola bujur sangkar dan
pola stanggered atau dikenal dengan istilah zigzag. Kedua pola pemboran ini
digunakan dalam kegiatan tambang terbuka dengan pola pemboran yang teratur.
Berikut ini penjelasan secara lengkapnya mengenai kedua pola tersebut.

6.5.1 Pola Bujur Sangkar


Pola bujur sangkar ini merupakan pola pemboran dimana letak atau
posisi penempatan dari lubang lubang bor yanng dibuat tersebut berada diantara
baris satu dengan baris setelahnya yang masih sejajar sehingga membentuk segi
empat. Pada pola bujur sangkar ini dibagi menjadi dua jenis pola bujur yaitu
square dan rectangular. Pembagian dua jenis pola bujur sangkar tersebut
didasarkan atas kedudukan jarak spacing dengan bagian tanah penutup atau
biasa disebut burden.
1. Pola Bujur Sangkar Square
Pola bujur sangkar square ini adalah pola, dimana kedudukan spacing
nya ini memiliki jarak yang sama dengan burden.

Sumber : Vostro, 2015


Gambar 6.10
Pola Bujur Sangkar Square
2. Pola bujur sangkar rectangular
Pola bujur sangkar rectangular merupakan jenis pola yang dimana
kedudukannya ini kebalikannya dengan pola bujur sangkar square .
artinya pola dengan rectangular ini memiliki kedudukan dimana spacing
dan burdennya ini memilki jarak yang berbeda.

Sumber : Vostro, 2015


Gambar 6.11
Pola Bujur Sangkar Rectangular

6.5.2 Pola Staggered (Zig Zag)


Pola pemboran jenis ini merupakan pola pemboran yang setiap
lubangnya ditempatkan diantara dua lubang pada baris sebelumnya. Pola ini
sangat baik dalam mendistribusikan bahan peledak atau handak yang
dimasukkan kedalam lubang ledak. Sama halnya dengan pola bujur sebelumnya
pada pola stanggered ini juga diklasifikasikan menjadi dua jenis.
1. Pola Staggered Square
Pola stanggered square, ini kedudukan lubang bor memiliki jarak yang
sama antar spacing dan burden. Sama hal nya dengan pola bujur square
yang kedudukan titik sama dengan spacing dan burden, yang
membedakan adalah pola ini memiliki titik bor dengan pola zig zag.

Sumber : Vostro, 2015


Gambar 6.11
Pola Stanggered Square
2. Pola Staggered Rectangular
Pola Stanggered Rectangular ini merupaka pola pemboran dimana
kedudukan lubang bor dari jarak spacing terhadap burden tidak sama.

Sumber : Vostro, 2015


Gambar 6.12
Pola Stanggered Rectangular

6.6 Arah Pengeboran Lubang Ledak


Arah pengeboran merupakan arah yang digunakan pada parameter
pembuatan lubang bor dalam kegiatan peledakan. Dalam penentuan arah
pemboran ini dibagi menjadi dua cara dalam pembuatan lubang bor, yaitu :

6.6.1 Arah Pengeboran Tegak


Pemboran tegak ini merupakan metode pembuatan lubang bor dengan
cara tegak lurus pada bidang horizontal. Pada pemboran tegak ini bagian lantai
dasar akan mendapatkan tekanan yang lebih besar dikarenakan adanya
gelombang tekan yang besar hingga dapat dipantulkan pada bidang bebas dan
ada juga yang diteruskan sampai dengan dasar lantai. Dalam kegiatan pemboran
tegak ini tentunya memiliki beberapa keuntungan dan kerugian, berikut ini uraian
mengenai keuntungan dan kerugian menggunakan metode pemboran tegak.
1. Keuntungan Arah Pengeboran Tegak, yaitu :
a. Antara lubang bor dengan jenjang memilki ketinggian yang sama
serta lubang yang lebih pendek.
b. Lebih mudah menggerakan alat bor
c. Waktu pemboran lebih cepat
2. Kerugian Arah Pengeboran Tegak, yaitu :
a. Adanya kemungkinan lebih besar terjadinya bongkahan - bongkahan
b. Gelombang tekan yang dipantulkan lebih kecil
c. Kemungkinannya lebih besar untuk terjadinya tonjolan pada batuan di
permukaan.

6.6.2 Arah Pengeboran Miring


Arah pengeboran ini merupakan metode pengeboran pada lubang bor
yang dilakukan secara miring dengan sudut tertentu terhadap bidang horizontal.
Bidang bebas pada pola ini akan menerima gelombang yang dapat di
pantulkandari lantai dasar jenjang yang lebih besar, sedangkan untuk gelombang
yang menuju ke lantai jenjang akan semakin kecil. Dalam penerapan metode ini
juga tentunya ada kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Berikut ini uraian
mengenai keuntungan dan kekurangan dalam metode ini.
1. Keuntungan Arah Pengeboran Miring, yaitu :
a. Fragmentasi seragam dan tumpukan hasil peledakan lebih baik, hal
tersebut adlaah untuk meminimalisir terjadinya bongkahan besar.
b. Meinimialisir terjadinya tonjolan pada jenjang
c. Meminimalisir terjadinya back break
d. Memperkecil subdrilling sehingga dapat mengurangi terjadinya
cekungan.
2. Kerugian Arah Pengeboran Miring ini, yaitu :
a. Tinggi dari jenjang sama dengan lubang bor tegak, sehingga adanya
kedlaman yang lebih panjang
b. Waktu pemboran lebih lama
c. Kemungkinan pelemparan batuan lebih besar dan banyak
d. Daya ledak pada metode pemboran miring ini tersalurkan
sepenuhnya, namun untuk pengerjaannya aka mengalami kesulitan
dalam pengisian bahan peledak karema adanya struktur geologi
berupa kekar.
Sumber : Vostro, 2015
Gambar 6.13
Arah Pengeboran Tegak dan Pengeboran Miring

6.7 Geometri Peledakan


Geometri peledakan merupakan suatu perancangan desain pada suatu
tambang berguna untuk mengontrol hasil suatu kegiatan peledakan. Rancangan
geometri peledakan yang baik akan menghasilkan efek peledakan yang baik
pula, selain itu juga akan didapatkan fragmen batuan yang sesuai dengan
standar produk yang dikehendaki. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi
bentuk desain, sehingga faktor – faktor ini menjadi pertimbangan dalam
perancangan desai geometri peledakan, yaitu :

6.7.1 Diameter Lubang Bor


Untuk pemilihan lubang bor ini sangat bergantung terhadap tingakt
produksi yang dinginkan. Jika suatu lubang bor lebih besar, maka tingkat
produksi yang dihasilkan pun lebih banyak karena lubang bor yang besar artinya
memperbesar peluang meningkatnya produksi. Pengontrolan desain dari hasil
fragmentasi dan mendapatkan fragmentasi yang baik ini diperkirakan memiliki
diameter kurang lebih 0,5 – 10 dari tinggi jenjang.

6.7.3 Tinggi Jenjang dan Kedalaman Lubang Bor


Ketinggian dari suatu jenjang ini ditentukan oleh peralatan dari lubang bor
dan alat muat yang ada serta disesuaikan dengan kemampuan peralatan yang
akan digunakan, sehingga semakin rendah tinggi jenjang makan diameter lubang
bor yang digunakan juga semakin kecil dan semakin basar tinggi jenjangcmaka
lubang bor yang digunakan juga semakin besar.
6.7.4 Burden dan Spacing
Burden adalah jarak terdekat antara lubang ledak dengan bidang bebas.
Jika dilakukan kegiatan peledakan dengan jumlah lubang bor yang banyak maka
true burden akan tergantung dengan penggunaan dari pola peledakan tersebut.
Burden ini meupakan hal yang sangat penting karena berpengaruh terhadap
desain peledakanya itu sendiri
Spasi merupakan jarak antara satu lubang dengan lubang yang lainnya
yang saling sejajar dengan bidang bebas. Secara teoritis, spasi ptimum berkisar
antara 1,1 - 1,8 dari burden. Subdrilling merupakan tambahan kedalam dari
lubang bor di bawah lantai jenjang. Subdrilling dibuat untuk menghindari masalah
tonjolan pada lantai hasil peledakan.

6.7.5 Subdrilling
Subdrilling merupakan kelebihan panjang lubang ledak pada bagian
bawah lantai jenjang. Subdrilling dimaksudkan agar jenjang terbongkar tepat
pada batas lantai jenjang sehingga didapat lantai jenjang yang rata setelah
peledakan.

6.7.6 Kedalaman lubang ledak


Dalam penentuan kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan
tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik. Pada
prinsipnya kedalaman lubang ledak merupakan jumlah total antara tinggi jenjang
dengan besarnya subdrilling.

6.7.7 Panjang kolom isian (PC)


Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang akan
diisi bahan peledak. Agar energi yang terjadi pada saat peledakan menyebar
atau terdistribusi dengan baik merupakan suatu keberhasilan dalam kegiatan
peledakan

VII. MANAJEMEN DATA


Setelah melaksanakan kegiatan Kerja Praktik ini, hal yang harus
dilakukan yaitu melakukan pencatatan mengenai informasi yang didapatkan
selama kegiatan berlangsung dilapangan. Maka digunakan suatu metodologi
yang sesuai dengan kondisi aktual dilapangan serta data dari hasil pengamatan
yang diperoleh. Data yang telah diperoleh disusun dengan sistematis sehingga
pelaporannya lebih jelas.

VIII. RENCANA JADWAL KEGIATAN KERJA PRAKTIK


Rencana pelaksaanaan Kerja Praktik ini mulai berlangsung pada tanggal
03 Agustus 2020 hingga 03 September 2020 atau sekitar satu bulan di PT.
BUKIT ASAM TBK, KELURAHAN TANJUNG ENIM, KECAMATAN LAWANG
KIDUL, KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATRA SELATAN.
Adapun tahapan kegiatan Kerja Praktik ini dapat dilihat melalui tabel
silabus di bawah ini.
Tabel 8.1
Silabus Kegiatan Kerja Praktik
Waktu (Minggu)
No. Kegiatan Kerja Praktik
1 2 3 4
1 Orientasi Lapangan
2 Kegiatan Lapangan, Penelitian & Pengambilan Data
4 Pembuatan Laporan
5 Lain-Lain
Keterangan : : Kegiatan yang dilakukan
: Kegiatan yang tidak dilakukan
: Minggu ke-

IX PERMOHONAN FASILITAS
Agar kegiatan Kerja Praktik ini dapat berjalan dengan lancar dan tepat
pada waktunya, maka penulis mengharapkan beberapa permohonan dari pihak
perusahaan untuk dapat menyediakan fasilitas berupa:
1. Pembimbing Lapangan selama kegiatan Kerja Praktik berlangsung.
2. Tempat tinggal (mess) untuk 2 (dua) orang selama kegiatan Kerja Praktik
berlangsung.
3. Konsumsi untuk 2 (dua) orang selama kegiatan berlangsung.
4. Penyediaan alat-alat penting untuk lapangan seperti Alat Pelindung Diri
(APD), dan lain-lain selama kegiatan Kerja Praktik berlangsung (apabila
diperlukan).
5. Transportasi selama kegiatan Kerja Praktik berlangsung.
X. PESERTA KERJA PRAKTIK
Peserta Kerja Praktik yang akan dilaksanakan di PT Buana Nur Barokah
adalah sebagai berikut :

XI. PENUTUP
Demikian proposal yang telah kami buat untuk melaksanakan Kerja
Praktik di PT Bukit Asam Tbk. Untuk kelancaran serta terlaksananya kegiatan
ini maka besar harapan kami akan bantuan dan support dari seluruh pihak PT
Bukit Asam Tbk. Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.

XII. DAFTAR PUSTAKA


1. Jayabuana, Nuriman, 2017, “Bahan Peledak” Ramadan.bisnis.com
diakses tanggal 21 April 2021 pukul 15:24 WIB.

2. Makmur, Ari, 2018. “Total Explosives Solution” docplayer.info diakses


tanggal 21 April 2021 pukul 20:18 WIB

3. Anggara, Rochsyid, 2018. “Teknik Peledakan” bdtbt.esdm.go.id diakses


tanggal 21 April 2021 pukul 19:22 WIB

4. Calvin J. Konya, 1990. “Surface Blast Design” Environmental Science


LAMPIRAN I
LEMBAR PENGESAHAN
LAMPIRAN II
SURAT PERMOHONAN KAMPUS
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
LAMPIRAN III
CURRICULUM VITAE
LAMPIRAN IV
KARTU TANDA MAHASISWA
LAMPIRAN V
TRANSKRIP NILAI
LAMPIRAN VI
KALENDER AKADEMIK
PERKULIAHAN

Anda mungkin juga menyukai