Anda di halaman 1dari 19

EVALUASI PENERAPAN PELAKSANAAN KESELAMATAN

KESEHATAN KERJA DALAM KEGIATAN PELEDAKAN TAMBANG


TERBUKA DI PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK
PENAMBANGAN BATU KAPUR BATURAJA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Permohonan


Tugas Akhir pada Semester VI

Oleh :
Masayu Meilina Wulandari : NPM 1404053

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN BATUBARA


POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
TAHUN 2017
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN BATUBARA
POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL


Identitas Peneliti
1. Nama : Masayu Meilina Wulandari
NPM : 1404053
Program Studi : Teknik Pertambangan Batubara
Jurusan : Teknik Pertambangan
Perguruan Tinggi : Politeknik Akamigas Palembang
2. Tempat dan Waktu :
a. Tempat Pelaksanaan : PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
b. Waktu Pelaksanaan : 01 Mei s.d. 01 Juni 2017
3. Judul TA :Evaluasi Penerapan Pelaksanaan
Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Kegiatan Peledakan Tambang
Bawah Terbuka Di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk Penambangan
Batu Kapur Baturaja.
Mengetahui,
Palembang, April 2017
Pembimbing Proposal Hormat kami,

Jihan Farhan Lubis , S.T. Masayu Meilina Wulandari


NPM 1404053

Mengetahui, Menyetujui,
Plt. Wakil Direktur Bidang Akademik Ka. Program Studi
Teknik Pertambangan Batubara

M. Ikbal Aziz, S.E. Lina Rianti, S.T., M.T.


KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Tugas Akhir ini.
Yang disusun untuk memenuhi syarat kurikulum pada program Studi Teknik
Pertambangan Batubara Politeknik Akamigas Palembang.
Pada kesempatan ini Penulis secara khusus mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Amiliza Miarti, S.T., M.Si. selaku Direktur Politeknik Akamigas
Palembang
2. Lina Rianti, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
Batubara Politeknik Akamigas Palembang
3. Jihan Farhan Lubis, S.T Selaku Pembimbing Proposal Tugas Akhir Pada
Program Studi Teknik Pertambangan Batubara Politeknik Akamigas
Palembang
Semoga amal baik yang diberikan mendapatkan imbalan yang sesuai dari
Allah SWT, Penulis menyadari Proposal Tugas Akhir ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan Proposal
Tugas Akhir ini.

Palembang, April 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri pertambangan merupakan suatu industri yang berperan penting
dalam menyediakan berbagai jenis bahan baku. Dimana industri ini sngat dalam
bergantung pada keterdapatan bahan galian berharga yang dibutuhkan oleh
berbagai industri. Keberadaan bahan galian di Indonesia masih sangat beragam
jenisnya, baik itu berupa bahan galian batuan hingga logam mulia. Batu
kapur/kapur tidak bisa lepas dari pertambangan di Indonesia. Kapur/ Batu kapur
juga digunakan untuk dan banyak lagi fungsi dari kapur dalam kehidupan seperti,
sebagai pembuat bahan penstabilan jalan, sebagai pembasmi hama, bahan pupuk,
dan bahan bagunan. Batu kapur ini juga terdapat dibagian sumatera selatan yang
berlokasi dibaturaja, batu kapur ini diprosuksi untuk membuat bahan bagunan
yang dipergunakan untuk pembuatan semen. Untuk bisa mengambil bahan galian
batu kapur ini dibutuhkan suatu cara atau teknik yang benar, salah satunya
dengan sistem tambang terbuka . Seperti halnya yang dilakukan oleh PT SEMEN
BATURAJA (PERSERO) TBK Baturaja .
Kegiatan peledakan mineral maupun logam merupakan kegiatan yang
harus dilakukan dengan penuh kehati hatian, karena bila tidak hati hati
akan berdampak terhadap pekerja maupun lingkungan di sekitarnya. Peledakan
ini merupakan salah satu proses awal dari suatu kegiatan industri pertambangan
yang cukup berbahaya sehingga dibutuhkan tenaga yang cukup terampil (telah
mempunyai sertifikat juru ledak) serta mempunyai kartu ijin meledakkan
(KIM), dengan demikian dalam pelaksanaan ada pekerja dan pengawas.
Dari pengertian bahan peledak adalah suatu campuran bahan-bahan yang
sengaja dibuat agar dapat meledak untuk tujuan tertentu. Termasuk kegiatan
peledakan minerba pada industri pertambangan. Untuk itu pada setiap
kegiatan pengangkutan, penyimpanan, merangkai, persiapan peledakan
sampai setelah peledakan dibutuhkan kecermatan dan kehati- hatian. Peranan
K3 sangat diperlukan dalam kegiatan ini.
Pada PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK Baturaja terdapat lokasi
penambangan batu kapur yang terdapat difront produksi di PT SEMEN
BATURAJA (PERSERO) TBK Baturaja. Adapun untuk melakukan peledakan
dibutuhkan kecermatan dan kehati-hatian untuk melakukan peledakan dari
awal pengambilan bahan peledak, pemboran dan pada pengisian bahan peledak
dilubang ledak. Hal diatas yang melatar belakangi keinginan saya untuk
melakukan pengamatan dan penelitian lebih lanjut mengenai keselamatan
kesehatan kerja pada saat kegiatan peledakan, dengan judul Evaluasi
Penerapan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Kegiatan Peledakan Tambang
Terbuka di PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK Baturaja.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji dalam pengamatan yang dilakukan
yaitu :
1. Apa saja potensi bahaya yang terjadi dalam kegiatan peledakan yang dilakukan di
PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK Baturaja.?
2. Apa Saja Faktor-Faktor yang dapat menyebabkan bahaya atau terjadinya
kecelakaan pada saat melakukan peledakan di PT SEMEN BATURAJA
(PERSERO) TBK Baturaja.?
3. Bagaimana penanggulangan kecelakan atau potensi bahaya pada saat peledakan
yang dilaksanakan di PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK Baturaja.?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari Penelitian Tugas Akhir ini adalah :
1. Mengetahui apa saja potensi bahaya yang terjadi pada kegiatan peledakan yang
dilakukan di PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK Baturaja.?
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan bahaya atau terjadinya
kecelakaan pada saat peledakan di PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK
Baturaja?
3. Mengetahui cara penanggulangan kecelakan atau potensi bahaya pada saat
melakukan kegiatan peledakan di PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK
Baturaja?
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mempelajari kondisi lapangan yang sebenarnya dan hasil dari
penulisan Tugas Akhir ini diharapkan dapat menjadi literatur yang dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan tentang evaluasi penerapan keselamatan
kesehatan kerja dalam kegiatan peledakan tambang terbuka.
2. Dapat menganalisa terjadinya kecelakan dan potensi bahaya pada saat
melakukan peledakan dan meminimalisir kecelakan dan potensi bahaya dalam
kegiatan peledakan pada tambang terbuka, yang dapat bermanfaat bagi
perusahan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN PELEDAKAN
Peledakan adalah suatu kegiatan pemecahan material (batuan) dengan
menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya suatu ledakan. Suatu operasi
ledakan batuan akan mencapai optimal apabila perlengkapan dan peralatan yang
dipakai sesuai metode yang diterapkan.
Kegiatan peledakan biasanya dilakukan pada saat material yang bersifat
keras dan material yang tidak bisa digali menggnakan alat mekanis. Biasanya
kegiatan peledakan dilakukan di perusahaan yang besar dan perusahaan yang
memiliki izin untuk melakukan aktivitas peledakan, jika perusahaan tidak
memiliki izin dari pemerintah pusat dan pemerintah setempat maka aktivitas
peledak tidak dapat dilaksanakan. Aktivitas peledakan pada kegiatan
penambangan berdasarkan lokasi peledakannya dibagi menjadi dua yaitu
peledakan Tambang bawah tanah dan peledakan tambang terbuka. Kegiatan
peledakan mineral merupakan kegiatan yang harus dilakukan dengan penuh
kehati hatian, karena bila tidak hati hati akan berdampak terhadap pekerja
maupun lingkungan di sekitarnya. Peledakan ini merupakan salah satu proses
awal dari suatu kegiatan industry pertambangan yang cukup berbahaya
sehingga dibutuhkan tenaga yang cukup terampil (telah mempunyai sertifikat
juru ledak) serta mempunyai kartu ijin meledakkan (KIM), dengan demikian
dalam pelaksanaan ada pekerja dan pengawas.
Salah satu kegiatan pada industry pertambangan adalah
pembongkaran. Kegiatan pembongkaran batuan yang bertujuan untuk
melepaskan atau membongkar batuan dari batuan induknya (asalnya),
dilakukan dalam dua tahap yaitu :
1). Pemboran dimaksudkan untuk menyediakan lubang tembak guna
keperluan peledakan.
2) peledakan dengan peralatan blasting machine, blasting ohm meter,
ANFO mixer, serta peralatan pendukung seperti tamper, pisau (cutter).
Sedangkan perlengkapan peledakan meliputi bahan peledak, powergell,
detonator.
Dalam kegiatan pembongkaran dan peledakan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi hasil peledakan, yang bisa dibedakan :
1) Faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia
Karakteristik masa batuan
Struktur Geologi
Pengaruh Air Tanah
Kondisi Cuaca
2) Faktor yang dapat dikendalikan oleh manusia
Arah dan Kemiringan lubang tembak
Pola pengeboran
Diameter lubang tembak
Geometri peledakan
Pola peledakan
Arah peledakan
Sifat bahan peledak
Waktu tunda
Ketelitian pemboran

2.2 Kegiatan Pemboran


Pemboran dalam hal ini bertujuan untuk memperoleh lubang ledak agar
peledakan dapat dilakukan. Peralatan pemboran yang digunakan saat ini adalah
satu buah Crawlair Rock Drill (CRD) merek Furukawa tipe PCR-200 sebanyak
satu unit.Crawlair Rock Drill (CRD) tersebut digerakkan oleh kompresor merek
Atlas Copco tipe XA 350 CC.
2.2.1 Arah Pemboran
Arah lubang ledak yang diterapkan saat ini adalah lubang bor vertikal,
dengan arah kemiringan 80o sehingga didapatkan lubang ledak dengan pemboran
miring.
2.2.2 Pola Pemboran
Pola pemboran yang dilakukan adalah pola lubang ledak selang seling atau
staggeret drill pattern. Tujuan dilakukannya pemboran seperti ini agar saat
peledakan berlangsung akan memberikan distribusi energi bahan peledak terhadap
batuan yang diledakkan. Sehingga pola pemboran ini akan menunjang terhadap
pola peledakan yang diterapkan.

2.3 Kegiatan Peledakan


2.3.1 Tahap Parsiapan Sebelum Peledakan
Persiapan sebelum peledakan dilakukan dengan cara mempersiapkan
dahulu semua bahan dan peralatan yang diperlukan, yang akan dipakai dalam
proses peledakan. Kemudian bahan peledak tersebut dibawa ke lokasi peledakan
yang telah di amankan sebelumnya.
2.3.2 Tahap Pembuatan Primer
Pembuatan primer dilakukan langsung di lokasi yang akan diledakkan oleh juru
ledak. Adapun tahap kegiatannya adalah : mula-mula power gel dilubangi dengan
kayu atau pensil, tapi kadang-kadang dengan menggunakan jari (kebiasaan di
lapangan agar lebih praktis). Kemudian detonator dimasukkan dengan cara
dittekan kuat kedalam power gel yang telah dilubangi tadi, agar tidak mudah lepas
kabel detonator dililitkan pada power gel.
2.3.3 Tahap Pengisian Bahan Peledak
Sebelum primer dimasukkan lubang ledak diperiksa terlebih dahulu
apakah mengandung air atau tidak, selain itu juga dilakukan pemeriksaan kedalam
lubang ledak karena kedalaman lubang ledak dapat berubah akibat runtuhan
batuan. Apabila lubang ledak tersebut mengandung air maka harus dikeringkan
terlebih dahulu dengan menggunakan kayu yang ujungnya dibalut dengan kain.
Kemudian primer dimasukkan kedalam lubang ledak dengan hati-hati agar
detonator tidak lepas dari power gel. Setelah primer berada di dalam lubang ledak,
ANFO dituangkan perlahan-lahan.

2.3.4Tahap Penentuan Lubang Ledak (Stemming)


Di lapangan tahap ini dilakukan dengan menggunakan material yang ada
di lokasi (tanah atau material hancuran hasil pemboran). Pambuatan stemming
dilakukan setelah pemadatan isian bahan peledak.
2.2.5Tahap Penyambungan Rangkaian
Penyambungan rangkaian yang dilakukan adalah secara seri. Di lapangan
sambungan leg wire (kabel detonator) pada tiap detonator hanya berukuran sama
dangan kedalaman lubang ledak, maka diperlukan kabel pembantu (connecting
wire) untuk menghubungkan tiap-tiap leg wire sebelum disambung dengan kabel
utama (leg wire). Setelah itu dilakukan pengetesan tahanan terhadap rangkaian
dengan menggunakan om meter, lalu rangkaian tersebut disambungkan ke
exploder (blasting machine)
2.2.6 Tahap Persiapan Sebelum Pelaksanaan Peledakan (Mencari Tempat
Berlindung)
Tahap Persiapan sebelum peledakan dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan pada pemegang blasting machine (juru ledak) khususnya dan orang
sekitar area yan akan diledakkan. Untuk tambang terbuka dalam menentukan
tempat berlindung harus dipertimbangkan arah dan jarak pelemparan dari batuan
hasil peledakan tersebut. Jika sudah diketahui arah dan jarak pelemparannya,
maka harus diambil arah yang berlawanan dari arah pelemparan tersebut.
2.2.7 Tahap Peringatan Sebelum Peledakan
Sebelum pelaksanaa peledakan perlu diberi aba-aba kepada orang-orang
yang berada di sekitar lokasi yang akan diledakkan agar segera berlindung, begitu
pula dengan peralatan yang ada di sekitar lokasi peledakan di amankan. Aba-aba
yang dimaksud berupa teriakan atau memakai alat seperti sirine atau peluit.
Adapun tenggang waktu antara aba-aba pertama dengan peledakan haruslah cukup
untuk memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk berlindung dan
mengamankan peralatan yang ada disekitar lokasi peledakan.

2.2.8 Tahap Peledakan


Setelah semua persiapan peledakan dikerjakan, mulai dari pembuatan
primer, pengisian bahan peledak, sampai penutupan kolom isian bahan peledak
dan penyambungan rangkaian maka peledakan dapat dilakukan.
2.2.9 Pemeriksaan Setelah Peledakan
Pemeriksaan setelah peledakan dilakukan setelah 15 menit atau setelah
asap dari hasil peledakan hilang. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh juru
ledak dengan tujuan untuk mengetahui apakah dijumpai peledakan yang gagal
(misfire), jika semua telah meledak dengan baik dan kawasan peledakan aman dari
runtuhan batuan, maka akan diberi aba-aba lagi bahwa peledakan telah berakhir
dan operasi penambangan dapat dilanjutkan kembali.
2.2.9 Pembongkaran dan Pemuatan Hasil Peledakan
Hasil dari peledakan berupa bongkahan-bongkahan yang masih bertumpuk
di tempat atau lokasi peledakan akan dibongkar/gali oleh Backhoe dan selanjutnya
akan di muatkan ke alat angkut.

2.3 K3 PADA INDUSTRI PERTAMBANGAN


Industri pertambangan sangatmemperhatikantentang keselamatan dan
kesehatan kerja bagi para pekerjanya. Perusahaan akan selalu berusaha agar para
pekerjanya selalu selamat dan sehat, artinya bahwa tidak terjadi kecelakaan (zero
accident),maupun penyakit akibat kerja.Kecelakaan tambang maupun penyakit
akibat kerja akan menimbulkan kerugian kerygian pada perusahaan bila ditinjau
dari aspek biaya, baik berupa direct cost maupunindirect cost .Menurut Henrich
dalam bukunya Industrial Accident Prevention, kecelakaan kerja itu bisa terjadi
disebabkan oleh tindakan tidak aman (unsafe act) 88%, kondisi tidak aman
(unsafe condition)10% dan diluar kemampuan manusia 2%. Sedangkan menurut
penelitian Lynch, kecelakaan itu disebabkan oleh perbuatan yang membahayakan
(gabungan dari tindakan dan kondisi tidak aman oleh Heinrich) 96% ; dan sumber
sumber lainnya 4%. Perbuatan membahayakan dapat dirinci lagi; alat pelindung
diri 12%, posisi seseorang 30%, perbuatan seseorang14%, perkakas 20%, alat
alat berat 8%, tata cara kerja 11% dan kedisiplinan 1%.
Dari dua sumber tersebut dapat dikatakan bahwa penyebab kecelakaan
pada dasarnya disebabkan oleh tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi yang
tidak aman (unsafe condition)yang disebabkan oleh factor pekerja (manusia).
Untuk itu maka para pekerja ini harus mendapat perhatian utama dalam
pelaksanaan pekerjaan maupun pengawasan dan penyuluhan
pelatihan.Kecelakaan maupun penyakit akibat kerja yang terjadi di perusahaan
harus dicatat sebagai statistic kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.Untuk
menghitung statistic kecelakaan tersebut dapat dilakukan dengan frequency rate of
accident (FR) atau tingkat kekerapan yang menjawab pertanyaan berapa
seringnya terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban dalam perusahaan dan
lainnya SeverityRate of Accident (SR) atau tingkat keparahan yang menjawab
pertanyaanberapa besarnya malapetaka yang ditimbulkan oleh kecelakaan itu.
Untuk itu maka perlu dilakukan upaya pencegahan kecelakaan maupun
penyakit akibat kerja di dalam industripertambangan pada umumnya dan kegiatan
peledakan mineral dan batubara (minerba) pada khususnya. Dengan tidak
terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja maka produksi yang
direncanakan tidak terhambat serta bila produksi tidak terhambat akan
meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja pada suasana yang demikian mereka
akan bekerja dengan tenang, aman dan nyaman karena merasa terlindungi oleh
perusahaan.
2.4 Peranan K3 Dalam Kegiatan Peledakan Mineral Dan Batubara
(Minerba)
Pada uraian sebelumnya sudah disampaikan bahwa kegiatan peledakan
mineral dan batubara (minerba) baik pada tambang terbuka maupun tambang
bawah tanah adalah cukup berbahaya. Sedangkan K3 berusaha melindungi para
pekerjanya dari kecelakaanmaupun penyakit akibat kerja. Untuk itu peran K3
dalam kegiatan peledakandari tahap awal persiapan sampai tahap akhir setelah
selesai peledakan harus dilakukan pertimbangan pertimbangan.
Kegiatan kegiatan tersebut antara lain :
1.Pengangkutan Bahan Peledak
a. Bahan peledak harus diserahkan dan disimpan di gudang dalam jangka waktu
tidak lebih dari 24 jam sejak setibanya dalam wilayah kegiatan pertambangan.
b. Dilarang mengangkut bahan peledak ke atau dari gudang bahan peledak atau
disekitar tambang kecuali dalam peti aslinya yang keperluan itu. Apabila dalam
pemindahan bahan peledak dari peti aslinya ke dalam wadah tertutup terdapat
sisa maka sisa tersebut harus segera dikembalikan ke gudang bahan peledak.
c. Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang mengeluarkan petunjuk teknis untuk
mengatur pengangkutan, pemindahan atau pengiriman semua jenis bahan
peledak dan detonator di dalam atau disekitar wilayah kegiatan usaha
pertambangan.d.Kepala Teknik Tambang harus membuat peraturan perusahaan
untuk mengatur pengangkutan, pemindahan dan pengiriman bahan peledak
yang sesuai dengan petunjuk teknik sebagaimana dimaksud dalam butir (a).
2.Penyimpanan Bahan Peledak Di Dalam Gudang (Di Permukaan)
a. Setiap gudang bahan peledak harus dilengkapi dengan :
1. thermometer yang ditempatkan di dalam ruang penimbunan;
2. tanda "dilarang merokok" dan "dilarang masuk bagi yang tidak
berkepentingan";.
3. alat pemadam api yang diletakkan ditempat yang mudah dijangkau di luar
bangunan gudang;
b. Sekitar gudang bahan peledak harus dilengkapi lampu penerangan dan harus
dijaga 24 jam terus menerus oleh orang yang dapat dipercaya. Rumah jaga
harus dibangun di luar gudang dan dapat untuk mengawasi sekitar gudang
dengan mudah.
c. Sekeliling lokasi gudang bahan peledak harus dipasang pagar pengaman yang
dilengkapi dengan pintu yang dapat dikunci.
d. Untuk masuk ke dalam gudang hanya diperbolehkan menggunakan lampu
senter kedap gas.
e. Dilarang memakai sepatu yang mempunyai alat besi, membawa korek api atau
barang-barang lain yang dapat menimbulkan bunga api ke dalam gudang.
f. Sekeliling gudang bahan peledak peka detonator harus dilengkapi tanggul
pengaman yang tingginya 2 (dua) meter dan lebar bagian atasnya 1 (satu) meter
apabila pintu masuk berhadapan langsung dengan pintu gudang, harus
dilengkapi dengan tanggul sehingga jalan masuk hanya dapat dilakukan dari
samping.g. Apabila bahan peledak bangunan pada material kompak yang
digali, maka tanggul yang terbentuk pada semua sisi harus sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir (f).
g. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir (a) untuk gudang
Amonium Nitrat dan ANFO, berlaku ketentuan sebagai berikut :
gudang dengan kapasitas kurang dari 5000 kilogram pada bagian dalamnya
harus dipasang pemadam api otomatis yang dipasang pada bagian atas dan,
gudang dengan kapasitas 5000 kilogram atau lebih harus dilengkapi dengan
hidran yang dipasang di luar gudang yang dihubungkan dengan sumber air
bertekanan.
Penyimpanan bahan peledak di dalam gudang (di bawah tanah)
a. Bahan peledak harus disimpan dalam kemasan aslinya dan dicantumkan
tanggal penyerahan bahan peledak tersebut di ke gudang, tulisan harus jelas
pada kemasannya dan mudah dibaca tanpa memindahkan kemasan.
b. Detonator harus disimpan terpisah dengan bahan peledak lainnya didalam
gudang bahan peledak peka detonator.
c. Bahan peledakpeka detonator tidak boleh disimpan digudang bahan peledak
primer atau digudang bahan ramuan bahan peledak.
d. Bahan peledak peka primer dapat disimpan bersama-sama di dalam gudang
bahan peledak peka detonator tetapi tidak boleh disimpan bersama-sama
dalam gudang bahan ramuan bahan peledak.
e. Bahan ramuan bahan peledak dapat disimpan bersama-sama didalam gudang
bahan peledak peka primer dan atau didalam gudang bahan peledak peka
detonator.
f. Amunisi dan jenis mesiu lainnya hanya dapat disimpan dengan bahan peledak
lain di dalam gudang bahan peledak apabila ditumpuk pada tempat terpisah dan
semua bagian yang terbuat dari besi harus dilapisi dengan pelat tembaga atau
aluminium atau ditutupi dengan beton sampai tiga meter dari lantai.
g. Temperatur ruangan bahan peledak untuk :
a) bahan ramuan tidak boleh melebihi 55 derajat Celcius.
b) peka detonator tidak boleh melebihi 35 derajat Celcius.
3.Penerimaan dan pengeluaran bahan peledak
a. Petugas yang mengambil bahan peledak harus menolak atau mengembalikan
bahan peledak yang dianggap rusak atau berbahaya atau tidak layak digunakan.
b. Penerimaan dan pengeluaran bahan peledak harus dilakukan pada ruangan
depan gudang bahan peledak dan pada saat melakukan pekerjaan tersebut
pintu penghubung harus ditutup.
c. Jenis bahan peledak yang dibutuhkan harus dikeluarkan dari gudang sesuai
dengan urutan waktu penerimaannya.
d. Bahan peledak dan detonator yang dikeluarkan harus dalam kondisi baik dan
jumlahnya tidak lebih dari jumlah yang diperlukan dalam satu gilir kerja.
e. Bahan peledak sisa pada akhirgilir kerja harus segera dikembalikan ke gudang.
Membuka kembali kemasan bahan peledak yang dikembalikan tidak perlu
dilakukan, apabila bahanpeledak ters ebut masih dalam kemasan atau peti
aslinya seperti pada waktu dikeluarkan.
f. Bahan peledak yang rusak supaya segera dimusnahkan dengan cara yang aman
mengikuti ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
g. Data dari bahan peledak yang rusak meliputi jumlah, jenis, merek, dan
kerusakan yang terlilhat harus dilaporkan kepada Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang untuk mendapatkan saran penanggulangannya.
h. Sumbu api harus diperiksa pada waktu diterima dan secara teratur melihat
kemungkinan adanya kerusakan dan diuji kecepatan nyalanya. Setelah itu
dengan selang waktu tertentu untuk memastikan kondisinya baik dan
diujikecepatan nyalanya. Kecepatan nyala sumbu api yang baik setiap satu
meter adalah antara 90 detik sampai dengan 110 detik atau sesuai dengan
spesifikasi dengan pabrik.
i. Kemasan yang kosong atau bahan pengemas lainnya tidak boleh disimpan di
gudang bahan peledak atau gudang detonator.
j. Membuka kemasan bahan peledak dan detonator harus dilakukan di bagian
depan gudang bahan peledak.
4. Pelaksanaan pekerjaan peledakana.
Kepala Teknik Tambang pada tambang yang menggunakan bahan peledak
harus membuat peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan peledakan yang dapat:
a. Memastikan bahwa bahan peledak dapat digunakan secara aman
danii.memastikan bahwa pekerjaan peledakan telah sesuai dengan peraturan
pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
b. Juru ledak yang bertugas melaksanakan peledakan atau yang mengawasi
pekerjaan peledakan harus memastikan bahwa setiap tahap pekerjaan
dilaksanakan secara aman dan sesuai dengan peraturan pelaksanaan secara
aman dan sesuai dengan peraturan pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh
Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dan pedoman peledakan di tambang.
c. Dilarang melakukan peledakan kecuali juru ledak.d.Dilarang mengisi lubang
ledak atau meledakkan lubang sebelumnya sudah diledakkan, kecuali untuk
tujuan menangani peledakan mangkir sesuai dengan cara yang telah ditetapkan.
d. Dilarang mencabut kabel detonator, sumbu api atau sistem lainnya dari lubang
ledak yang telah diisi serta diberi primer.
e. Dilarang merokok atau membuat nyala api pada jarak kurang 10 meter dari
bahan peledak.g.Dilarang menggunakan sumbu api untuk peledakan di
tambang bijih bawah setelah tanggal yang akan ditentukan oleh Kepala
Pelaksana Inspeksi Tambang.
f. Juru Ledak yang menangani atau mengawasi peledakan harus memastikan
setiap peledakan tidak menimbulkan getaraledakan yang berlebihan.

BAB III
METODOLOGI

3.1.Metodologi Penelitian Tugas Akhir


Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah:
Studi literatur

Observasi
Lapangan

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Pengolahan
PembuatanData
Laporan
1 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari informasi serta teori yang
berhubungan dengan aktivitas evaluasi penerapan keselamatan kesehatan kerja
dalam kegiatan peledakan berdasarkan referensi dari buku, jurnal serta laporan
tugas akhir sebelumnya.
2 Observasi lapangan
Observasi lapangan ini dilakukan untuk mengamati kondisi nyata yang ada
di lapangan dan mencari data secara langsung untuk memperoleh data-data yang
diperlukan.
3 Pengumpulan Data
Dalam penelitian tugas akhir ini terdapat dua jenis data yaitu :
Data diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan literatur-literatur yang
berhubungan dengan permasalahan yang ada. Pengambilan data tergantung dari
jenis yang dibutuhkan, yaitu:
a) Data primer merupakan data pokok yang diambil untuk melakukan
analisis yang berkaitan dengan Alat Pelindung Diri bagi para pekerja pada
saat melakukan kegiatan peledakan.
b) Data sekunder merupakan data penunjang dari data pokok dimana data ini
menjadi data pendukung untuk menganalisis data yang didapatkan. Data
sekunder dapat berupa Ketersedian Alat Pelindung diri yang digunakan di
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. Data sekunder dapat berbentuk
handbook, ebook, jurnal, tesis, TA, disertasi, data laporan perusahaan, dan
lain-lain.Pengolahan data
Data-data yang telah di peroleh kemudian di klasifikasikan berdasarkan
jenis data kemudian dilakukan analisis serta perhitungan sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan dari penelitian tugas akhir ini.

4 Penulisan laporan
Penulisan laporan dilakukan setelah keempat poin diatas telah selesai
dilaksanakan.

BAB IV
JADWAL PENELITIAN

4.1 Tempat Pelaksanaan :


Nama instansi / Perusahaan : PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK
Alamat Perusahaan : Jl. Raya Tiga Gajah Baturaja Ogan Komering Ulu
-32117
Telpon : (62)-735-320433
Fax : (62)-735-320367
E-Mail : baturajabersih@semenbaturaja.co.id
Website : http://www.semenbaturaja.co.id
4.2 Waktu Pelaksaan :
Sesuai dengan surat permohonan yang diajukan kepada bapak/ibu Pimpinan PT
Antam Tbk Pongkor. Tugas akhir ini akan dilaksanakan pada tanggal 01 Mei s.d.
01 Juni 2017 dengan deskripsi kegiatan sebagai berikut:
Minggu ke-
No. Kegiatan
1 2 3 4
1 Orientasi Lapangan - - -
2 Pengambilan Data - - -
3 Pengolahan Data - -
4 Pembuatan Laporan - - -
Keterangan :
= Dilaksanakan

BAB V
KESIMPULAN

Kegiatan peledakan mineral merupakan kegiatan yang cukup


berbahaya, bila ditangani secara baik sesuai dengan standart operation
procedure (SOP) akan berjalan dengan lancer. Demikian pula procedure
K3 juga diterapkan dalam kegiatan ini akan memberikan dampak kerja
yang aman dan nyaman.
Demikian pula bila pekerja selalu menerapkan K3 dalam setiap tahapan
kegiatan peledakan mineral, diharapkan pekerja dapat bekerja dengan optimal
dengan perasaan yang tenang, aman dan nyaman sehingga target produksi
perusahaan dapat terpenuhi bahkan terlewati, maka akan berdampak pada
kesejahteraan pekerja beserta kelu

Anda mungkin juga menyukai