Anda di halaman 1dari 12

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 KEADAAN UMUM PENAMBANGAN


Pit Inul direncanakan untuk beroperasi mulai tahun 2009. Secara keseluruhan pit
ini memiliki topografi yang relatif berbentuk perbukitan dan lembah (cekungan),
dimana dengan adanya bentuk cekungan akan berpotensi menimbulkan creek pada
saat curah hujan tinggi. Topografi berbentuk cekungan ini akan memudahkan untuk
proses penanganan air secara alami dengan memanfaatkan perbedaan ketinggian,
sebaliknya kondisi topografi ini tidak menguntungkan pada saat pembuatan sequence
dan akses karena jarak penampang horizontal antara topografi dengan cadangan tidak
konstan dan cenderung menyempit sehingga akan menyulitkan untuk mendapatkan
ruang yang cukup untuk pemuka kerja.
Berdasarkan penentuan dari alternatif alternatif rancangan penambangan
yang dibuat, maka didapatkan rancangan umum penambangan dari penggabungan
alternatif A dan C. Pada alternatif ini, akses utama menuju Pit Inul berada di bagian
selatan pit. Akses ini dipilih karena memiliki jarak terpendek dan memiliki paling
sedikit belokan dibandingkan dengan alternatif lain. Akses ini digunakan untuk
menambang dari elevasi 155 m.d.p.l sampai dengan elevasi 120 m d.p.l di section 1.
Setelah mencapai elevasi 120 m.d.p.l, penambangan akan bergerak ke arah utara
dengan tujuan mengkonstruksi akses menuju dumping point terlebih dahulu. Setelah
akses menuju dumping point terbentuk, maka penambangan akan bergerak ke utara
menuju section 2 dan 3.
Secara keseluruhan, dengan memperhatikan batas batas penambangan,
bentuk serta karakteristik cadangan maka arah penambangan yang paling tepat adalah
ke arah utara dengan konsentrasi utama penambangan akan difokuskan untuk
mencapai lowest basalt seam di bagian utara pit lalu akan berbalik arah dengan

114
menggunakan switchback haul road untuk menggali sisa overburden dan coal yang
terletak di bagian selatan.

Section 3

Section 2
4

3
Section 1
2

8
0

Gambar 5.1 Sketsa Rancangan Tahapan Penambangan Pit Inul

115
5.2 RENCANA TAHAPAN PENAMBANGAN
Dari hasil perancangan penambangan yang lebih detail, di dapatkan 33
tahapan rancangan penambangan.Untuk mengetahui dan memperkirakan kendala
kendala operaional yang mungkin akan terjadi, maka diperlukan identifikasi serta
langkah langkah operasional yang lebih detail .

5.2.1 Tahapan 1
Pada tahap ini, akan dikonstruksi akses utama menuju Pit Inul. Akses ini akan
terdapat di bagian selaan pit. Pada akses ini akan terdapat segmen jalan dengan grade
10 %, yaitu pada jalan dari elevasi 130 m d.p.l sampai dengan elevasi 140 m d.p.l,
Grade ini diperlukan untuk mencapai level 140 m d.p.l. Pada saat leveling 140 m,
akan ditemui elevasi topografi 155 m d.p.l seluas + 300 m2, untuk mengeksekusi level
ini ini, diperlukan strategi penambangan yang lebih detail karena terdapat perbedaan
tinggi 15 m dengan lantai loading point. .Proses penambangan akan dimulai dari
utara terlebih dalulu sehingga air tidak akan terjebak saat pembongkaran material
overburden dilakukan. Penanganan air yang perlu dipehatikan adalah pada segmen
jalan elevasi 100 m d.p.l sampai dengan sampai dengan elevasi 120 m d.p.l,dimana
jalan ini akan dibangun diatas lembah dengan elevasi terendah 85 m d.p.l sehingga
jalan ini akan memblokade limpasan air dari arah barat laut.

5.2.2 Tahapan 2
Pada tahap ini, proses leveling akan dimulai dari jalan elevasi 130 m d.p.l,
leveling terlebih dahulu dilakukan dengan membuat loading point 40 x 40 m.
Leveling dilakukan dari arah utara agar air bisa langsung mengalir ke arah utara
sesuai dengan arah cross fall yang direncanakan.

5.2.3 Tahapan 3
Pada tahap ini, proses leveling dilakukan dari jalan di elevasi 120 m d.p.l, dimulai
dari arah utara agar air dapat langsung mengalir keluar dari daerah pemuka kerja.

116
Batubara yang tersingkap adalah roof batubara di elevasi 130 m d.p.l. sampai dengan
120 m d.p.l, dengan prioritas batubara yang akan digali terlebih dahulu adalah
batubara di bagian utara. Setelah batubara di bagian utara mined out, dibuat akses
selebar 30 m menuju elevasi 120 m d.p.l dibagian utara pemuka kerja. Ketika
membuat akses ini, penambangan akan melewati pit limit yang ditentukan. Hal ini
dilakukan agar proses leveling dari elevasi 130 m d.p.l sampai dengan elevasi 120 m
d.p.l di bagian utara dapat dilakukan, mengingat apabila akses menuju elevasi
tersebut dikonstruksi dari dalam pit, akan memiliki jarak yang panjang dan memiliki
banyak belokan yang tidak menguntungkan.

5.2.4. Tahapan 4
Pada tahap ini, jalan dikonstruksi mengikuti kontur topografi. Penanganan air
yang perlu diperhatikan pada tahapan ini adalah pada segmen jalan 102 m d.p.l.
Karena limpasan air akan mengarah ke elevasi tersebut, dibutuhkan steel pipe
diletakkan dibawah elevasi jalan 102 m d.p.l. Letak steel pipe itu sendiri adalah
berada di elevasi 100 m d.p.l. Leveling pada elevasi ini dilakukan dari arah barat daya
agar air dapat langsung diarahkan keluar dari pemuka kerja. Pada saat pembuatan
akses dari elevasi 102 m.d.p.l menuju elevasi 110 m.d.p.l, akan tersingkap batubara di
bahu kanan jalan, sehingga batubara ini harus dieksekusi terlebih dahulu agar tidak
menganggu tahapan berikutnya.

5.2.5 Tahapan 5
Pada tahap ini, pembongkaran material overburden dilakukan mengikuti topografi
elevasi 100 m d.p.l menuju titik awal konstruksi akses menuju dumping point. Hal
ini dilakukan agar material overburden yang belum dibongkar di elevasi 110 m d.p.l
dapat digunakan untuk konstruksi jalan menuju dumping point. Setelah jalan dari
elevasi 102 m d.p.l terkoneksi sampai dengan titik awal menuju dumping point,
tepatnya pada elevasi 100 m d.p.l, segera dilakukan kontruksi jalan menuju Inul
dumping point. Konstruksi jalan ini akan menggunakan overburden dari section 1.

117
Ketika konstruksi jalan menuju Inul Dumping Point mencapai elevasi 118 m d.p.l,
konstruksi jalan diarahkan menuju elevasi 120 m d.p.l di section 2, hal ini dilakukan
untuk mempersingkat waktu cycle time jika akan melakukan leveling di elevasi 120
m d.p.l di section 2. Karena, jika kita bandingkan dengan membuat akses di dalam
pit, akan membutuhkan jarak yang lebih panjang yang akan berdampak pada cycle
time alat angkut overburden yang lebih lama.
Penanganan air pada saat pembuatan ramp menuju Inul dumping point
memerlukan perhatian khusus, karena jalan dikonstruksi dari material overburden dan
akan digunakan sampai seluruh pit mined out. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
penanganan air di pada segmen jalan elevasi 100 m d.p.l (ramp menuju Inul dumping
point), karena limpasan air dari seluruh badan jalan dan dari selatan jalan akan
mengarah ke elevasi ini.

5.2.6 Tahapan 6
Pada tahap ini, pada saat membuat dropcut menuju elevasi 90 m d.p.l di section 1,
diusahakan agar dropcut mengikuti kontur topografi agar air tidak terjebak saat
membuat dropcut. Material overburden dari section 1 akan digunakan untuk
konstruksi jalan dari segmen jalan elevasi 110 m d.p.l pada ramp menuju Inul
dumping point menuju elevasi 110 m d.p.l di section 2. Hal ini dilakukan agar
didapatkan cycle time yang lebih singkat pada saat leveling di elevasi 110 m d.p.l di
section 2. Jalan ini akan dipergunakan dalam jangka waktu yang lama sampai seluruh
batubara di dalam pit selesai dieksekusi.

5.2.7 Tahapan 7
Pada tahap ini akan dilakukan dropcut menuju elevasi 80 m d.p.l. Drop cut
dilakukan dari arah utara agar air tidak terjebak pada saat drop cut dilakukan.
Leveling di elevasi 80 m d.p.l dilakukan dari arah utara agar air dapat mengalir ke
arah utara sesuai dengan arah cross fall yang direncanakan.

118
Di section 2, setelah dilakukan leveling pada elevasi 100 m d.p.l, akan terdapat
singkapan batubara dari elevasi 110 m d.p.l hingga elevasi 100 m d.p.l, dilakukan
drop cut menuju elevasi 85 m.d.p.l. Drop cut diusahaka utnuk mengikuti kontur
topografi agar air tidak terjebak pdi pemuka kerja. Leveling di elevasi 85 m d.p.l
dilakukan dari arah barat daya agar air dapat mengalir sesuai dengan crossfall yang
direncanakan dan tidak tergenang di daerah pemuka kerja.

5.2.8 Tahapan 8
Tahap ini memiliki tujuan utama untuk membuat akses yang akan
menghubungkan antara section 1 dengan section 2. Pada saat membuat akses ini
yang perlu diperhatikan adalah pada segmen jalan di elevasi 65 m d.p.l. Limpasan air
dari arah tenggara pit akan cukup besar dan mengarah ke segmen jalan ini,
mengingat segmen ini berada bidang topografi yang berbentuk lembah. Untuk itu
dibutuhkan steel pipe yang akan diletakkan dibawah segmen jalan tersebut.
Leveling di elevasi 70 m d.p.l di section 1 dan elevasi 100 m d.p.l di section 3
dilakukan dari arah utara. agar air dapat mengalir sesuai dengan crossfall yang
direncanakan dan tidak tergenang di daerah pemuka kerja. Pada saat leveling di
section 1 akan tersingkap batubara dari elevasi 80 m.d.p.l sampai dengan elevasi 79
m.d.p.l. Tahap ini membutuhkan penanganan khusus karena batubara yang tersingkap
menempel dengan toe lereng elevasi 70 m.d.p.l. Penanganan pada bagian ini,
dilakukan dengan membuat lereng yang tidak sejajar dengan singkapan batubara di
levasi 70 m.d.p.l dengan tujuan meminimalisir potensi bahaya longsor. Alternatif
penanganan lain yang dapat dilakukan adalah menambang habis terlebih dahulu
batubara di section 1 lalu membuat jalan dengan menggunakan material overburden
yang akan menghubungkan antara akses utama dengan jalan menuju dumping point.
Konsekuensi dari alternatif ini adalah material rehandling akan cukup banyak dan
mengganggu sequence penambangan berikutnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
maka dipilih alternatif sesuai yang dijabarkan diatas.

119
5.2.9 Tahapan 9
Leveling di elevasi 75 m d.p.l di section 2 dilakukan dari arah barat agar air dapat
mengalir sesuai dengan crossfall yang direncanakan dan tidak tergenang di daerah
pemuka kerja. Hal yang perlu diperhatikan pada saat leveling di elevasi 75 m d.p.l
adalah batas crest dan toe antara level 85 m dp.l dan 75 m d.p.l, mengingat leveling
hanya dilakukan pada sebagian daerah di section 2.

5.2.10 Tahapan 10
Pada tahap ini, prioritas utama adalah membuat jalan yang akan
menghubungkan section 2 dengan dumping ramp. Jalan akan dikontruksi dengan
menggunakan material overburden yang didapat saat pembuatan jalan menuju elevasi
90 m d.p.l di section 3. Leveling pada elevasi 90 m d.p.l dilakukan dari arah utara.
agar air dapat mengalir sesuai dengan crossfall yang direncanakan dan tidak
tergenang di daerah pemuka kerja.
Pada saat membuat jalan menuju section 3, akan terdapat jalan yang memiliki
beberapa belokan tajam, sehingga diperlukan penanganan khusus dalam mengatur
lalu lintas truk di segmen ini. Penanganan air yang perlu diperhatikan adalah pada
elevasi jalan 70 m d.p.l. karena jalan ini akan berada di topografi yang berbentuk
lembah dan limpasan air akan mengarah ke segmen jalan ini, sehingga dibutukan
steel pipe yang akan diletakkan di bawah segmen jalan tersebut.
Ketika jalan yang mengubungkan section 2 dengan scetion 3 sudah terbentuk,
maka dilakukan leveling di section 1 di elevasi 90 m d.p.l, leveling dilakukan dari
arah utara agar air dapat mengalir sesuai dengan crossfall yang direncanakan dan
tidak tergenang di daerah pemuka kerja.

5.2.11 Tahapan 12
Pada tahap ini, prioritas utama adalah membangun jalan yang baru untuk coal
hauling. Hal ini dilakukan karena pada tahapan selanjutnya akan melanjutkan
aktivitas penambangan di section 1. Ketika melakukan tahapan ini, diperlukan

120
penjadwalan yang baik agar aktivitas pengangkutan batubara tidak terganggu karena
akan terjadi pemindahan jalan..Konstruksi jalan ini akan mengakibatkan adanya
material re handling Untuk mereduksi hal ini, perlu dilakukan optimasi jarak dengan
roof batubara yag berdekatan dengan badan jalan agar material re-handling menjadi
lebih sedikit
Agar air dapat mengalir sesuai dengan crossfall yang direncanakan dan tidak
tergenang di daerah pemuka kerja maka pada saat leveling di elevasi 100 m d.p.l dan
70 m d.p.l di section 1 ,pemuka kerja akan dimulai dari arah utara, sedangkan leveling
di elevasi 80 m d.p.l dan 70 m d.p.l di section 3, pemuka kerja dimulai dari arah
barat.

5.2.12 Tahapan 14
Pada tahap ini, prioritas utama adalah membangun jalan dari elevasi 90 m d.p.l
menuju elevasi 75 m d.p.l. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan cycle time yang
lebih singkat pada saat akan mengeksekusi section 3. Karena jarak pengangkutan
overburden akan lebih pendek jika dibandingkan dengan menggunakan jalan
memutar melalui jalan di section 1. Pada tahap ini, saat membuat dropcut menuju
elevasi 60 m d.p.l di section 3, diusahakan agar dropcut mengikuti kontur topografi
agar air tidak terjebak saat membuat dropcut. Setelah jalan terbentuk menuju elevasi
60 m d.p.l, dilakukan dengan leveling, di elevasi ini, yang perlu diperhatikan adalah
pada saat pembentukan dua buah cross fall pada saat leveling.
Batubara yang akan di tambang diprioritaskan pada batubara di bagian utara,
setelah batu bara di bagian utara mined out, maka langsung dilakukan dropcut menuju
elevasi 50 m d.p.l serta leveling di elevasi tersebut. Pemuka kerja dimulai dari bagian
utara section 3 agar air dapat mengalir sesuai dengan crossfall yang direncanakan dan
tidak tergenang di daerah pemuka kerja.

121
5.2.13 Tahapan 17
Pada tahap ini, jalan menuju dumping point dari section 2 akan terputus,
sehinggga akses yang akan digunakan adalah akses dari section 1. Hal ini akan
bedampak pada cycle time pengangkutan overburden yang lebih lama. Leveling pada
level 90 m d.p.l ke 75 m d.p.l akan dimulai dari arah utara, sedangkan leveling pada
elevasi 75 m d.p.l ke elevasi 65 m d.p.l akan dimulai dari arah barat daya.
Pada saat leveling di elevasi 60 m d.p.l, yang pelu diperhatikan adalah
penempatan crest dan toe antara elevasi 65 m d.p.l dengan elevasi 60 m.d.p.l karena
pada batas bench ini akan dibangun akses yang akan menghubungkan section 2
dengan dumping ramp. Leveling pada elevasi ini akan dimulai dari barat daya agar air
dapat mengalir sesuai dengan crossfall yang direncanakan dan tidak tergenang di
daerah pemuka kerja.

5.2.14 Tahapan 19
Pada tahap ini, pada elevasi 50 m d.p.l, batubara yang diprioritaskan untuk mined
out terlebih dahulu adalah batu bara di bagian utara. Hal ini dilakukan karena tahapn
selanjutnya adalah membuat akses menuju elevasi 40 m d.p.l, dimana pada elevasi ini
penambangan akan dimulai dari arah utara.
Pada saat penambangan di elevasi 50 m.d.p.l, hal yang perlu diperhatikan
adalah pada saat konstruksi jalan yang akan menghubungkan pemuka kerja dengan
elevasi 60 m. ( lihat tahapan sebelumnya dimana jalan dari elevasi 60 m d.p.l menuju
elevasi 50 m d.p,l terletak di bagian utara). Sedangkan pada saat leveling di elevasi 40
m d.p.l , yang perlu diperhatikan adalah penanganan air pada saat akan membuat
dropcut menuju elevasi 40 m d.p.l, sump perlu dikonstruksi sesegera mungkin karena
karena pada elevasi ini air tidak bisa mengalir secara bebas ke luar pit. Pemuka kerja
dimulai dari bagian utara section 3 agar air dapat mengalir sesuai dengan crossfall ke
arah sump yang direncanakan. Overburden pada tahap ini dan sebelumnya akan
digunakan untuk membangun akses pada tahapan berikutnya.

122
5.2.15 Tahapan 20
Pada tahap ini diperlukan scheduling yang lebih lanjut dengan tahap sebelumnya,
karena overburden hasil penggalian akan digunakan untuk membuat ramp yang akan
menghubungkan elevasi 65 m d.p.l di section 2 dengan dumping ramp . Pada segmen
jalan elevasi 80 m d.p.l sampai dengan elevasi 65 m.d.p.l, badan jalan akan
memblokade limpasan air, sehingga diperlukan steel pipe yang akan diletakkan di
elevasi 45 m.d.p.l.

5.2.16 Tahapan 21
Pada tahap ini akan dilakukan konstruksi jalan baru menuju coal hauling acces,
kontruksi ini akan dilakukan diatas floor batubara di section 1 dengan menggunakan
material overburden. Pada saat konstruksi akses ini, akan terdapat jalan yang
memiliki tikungan cukup tajam, yaitu pada segmen jalan 120 m d.p.l, sehingga
diperlukan penanganan khusus pada lalu lintas alat di segmen ini. Pada segmen jalan
elevasi 102 m d.p.l diperlukan steel pipe untuk meneruskan arah aliran air dari luar
pit.
Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat konstruksin jalan, diman akan ada
bagian pit limit yang digali, hal ini dilakukan untuk mendapatkan lebar jalan yang
cukup dan menghindari kaki dumping mengenai roof batubara.

5.2.17 Tahapan 22
Pada tahap ini, proses leveling dilakukan dari jalan di elevasi 90 m d.p.l di section
1, dimulai dari arah utara agar air dapat langsung mengalir keluar dari daerah pemuka
kerja. Batubara yang tersingkap adalah roof batubara di elevasi 100 m d.p.l. sampai
dengan 90 m d.p.l, dengan prioritas batubara yang akan digali terlebih dahulu adalah
batubara di bagian utara.

123
5.2.18 Tahapan 23
Pada tahap ini, prioritas utama adalah membuat akses menuju elevasi 90 m d.p.l ,
karena pada tahap selanjutnya akan dibuat akses yang akan menguhubungkan anatra
pemuka kerja di section 1 dengan akses jalan utama. Jalan ini akan menempel pada
bench, sehingga luas pemuka kerja saat leveling di setiap elevasi akan lebih optimal.
Leveling di elevasi 60 m d.p.l akan dimulai dari arah utara agar air dapat langsung
mengalir keluar dari daerah pemuka kerja. Diprioritaskan agar batubara dari elevasi
roof 70 m d.p.l sampai dengan 60 m d.p.l tersingkap terlebih dahulu dan material
overburden diusahakan diambil seminimal mungkin pada saat leveling di elevasi ini.
Setelah batubara pada elevasi ini mined out, maka overburden yang tersisa akan
digunakan untuk membuat jalan pada tahapan selanjutnya.

5.2.19 Tahapan 26
Pada tahap ini, jalan yang mengubungkan antara pemuka kerja dengan akses
utama sudah terbentuk. Tahapan selanjutnya adalah leveling di elevasi 60 m d.p.l
menuju utara, dimana leveling akan dimulai dari arah barat daya sehingga air dapat
mengalir sesuai dengan crossfall yang direncanakan. Pada saat akan melakukan
dropcut menuju elevasi 50 m d.p.l, temporary sump perlu dikonstruksi sesegera
mungkin karena karena pada elevasi ini air tidak bisa mengalir secara bebas ke luar
pit, demikian pula ketika akan melakukan dropcut menuju elevasi 40 m d.p.l. Ketika
sequence penambangan sudah samapai di elevasi 40 m d.p.l, maka tahapan
selanjutnya adalah menambang batubara hingga mined out, sampai lowest point tepat
berada di bawah ujung jalan di elevasi 40 m d.p.l . Pada elevasi ini akan terdapat
bottle neck tepatnya pada bagian bench yang menjorok ke dalam pit di section 2, pada
bagian lebar jalan maksimum adalah 38 m. Dari titik bottle neck ini, akan dibuat drop
cut hingga mencapai roof batubara di utara pit, mengingat tahapan ini sangat rentan
terhadap limpasan air, maka diperlukan perimeter perimeter untuk mengurangi
jumlah aliran air yang akan masuk arah pemuka kerja. Perimeter yang akan dibuat
adalah countor drain, open channel dan temporary sump.

124
5.2.20 Tahapan 32
Pada tahap ini, jalan menuju ke pemuka kerja di elevasi 40 m d.p.l sudah selesai
dikonstruksi. Jalan ini akan berbentuk switchback karena dibutuhkan segmen jalan
yang cukup panjang mengingat perbedaan elevasi yang cukup besar dengan elevasi
tujuan. Konstruksi jalan dibuat dari material overburden yang berasal dari tahapan
sebelumnya. Konsentrasi penambangan pada tahap ini akan berada pada bagian
selatan pit. Leveling yang akan dilakukan adalah leveling dari level 90 m d.p.l sampai
dengan 40 m d.p.l. Leveling pada tiap tiap elevasi dilakukan dari arah utara, agar air
dapat mangalir langsung menju final sump pit inul melalui open channel pada bench
elevasi 40 m d.p.l di section 2. Untuk menghindari air jatuh ke badan jalan di elevasi
40 m d.p.l ( mengingat segmen ini adalah titik terendah di pit ), maka diperlukan
contour drain yang akan memblokade dan membatasi junlah air yang akan masuk ke
pemuka kerja, aliran air ini akan diarahkan ke steel pipe di elevasi 38 m d.p.l
sehingga air akan langsung mengarah ke final sump pit Inul.

5.2.21 Tahapan 33
Tahap ini bertujuan untuk menghabiskan seluruh batubara yang tersisa dari
dalam pit. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada proses penambangan batubara,
dimana diperlukan tahapan yang lebih detail mengenai penangangan air tahap ini.
Perimeter perimeter sepertu contour drain dan barrier akan diperlukan untuk
memblokade limpasan air, mengingat penambangan akan dimulai dari arah selatan
dan berlawanan dengan crossfall di tahapan sebelumnya. Di akhir penambangan pit
yang sudah mined out dibiarkan dalam bentuk cekungan untuk kebutuhan
penambangan di masa mendatang.

125

Anda mungkin juga menyukai