Oleh:
ADI ARSAD
13 31 1 408
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan Hidayah-
Nya, sehingga penulisan proposal Tugas Akhir (TA) dapat selesai dengan
baik.Maksud penyusunan Tugas Akhir (TA) ini adalah untuk memenuhi syarat
kelulusan dalam kurikulum pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Pejuang Republik Indonesia.
Proposal Tugas Akhir ini disusun dalam rangka persiapan penelitian yang
akan dilakukan pada bulanSeptember – November 2018 di PT. MADHANI
TALATAH NUSANTARA Site Bengalon Provinsi Kalimantan Timur
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal Tugas Akhir
(TA) ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil.
Olehnya itu, dengan segala kerendahan hati melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. BapakDr. H.Abd.Azis DP.S.H..M.H, Rektor Universitas Pejuang Republik
Indonesia.
2. Bapak Ir.H.Rafiuddin MT., Dekan Fakultas Teknik Universitas Pejuang
Republik Indonesia Makassar.
3. Bapak Ir.H.I Made Darma,MTKetua Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Pejuang Republik Indonesia Makassar
4. Ibu .Ir.Ruth Bunga R,M.Si Sekertaris jurusan Universitas Pejuang Republik
Indonesia Makassar Sekaligus Dosen Pembimbing
5. Seluruh Dosen, dan Staf Pegawai Fakultas Teknik Universitas Pejuang Republik
Indonesia Makassar.
Makassar, 28 september 2018
Penulis
ADI ARSAD
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
iii
II.3 Landasan Teori ......................................................................................... 2-
DAFTAR PUSTAKA
iv
v
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LatarBelakang
dengan metode Open Pit yang kegiatan utamanya berupa pengupasan lapisan
subdrilling, stemming, jumlah lubang bor, pola peledakan, yang selama ini
diterapkan perlu dievalusai untuk mencapai hasil yang lebih optimal. Maka setiap
I-1
I.2. MasalahPenelitian
berikut :
a. Apakah kemampuan dari alat bor yang digunakan sudah memenuhi target
yang diharapkan?
a. Kemampuan alat bor yang digunakan sudah memenuhi target yang diharapkan
dihasilkan.
I-2
I.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini mempunyai dua hal yaitu mengembangan ilmu
untuk mencegah masalah yang ada pada objek yang diteliti dan adapun
penerapan teori yang telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima dalam
I-3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional berdasarkan stratigrafi dan kesebandingan dengan
peta geologi regonal lembar samarinda, skala 1 : 250.000 oleh S. Supriatna,
Sukardi dan E. Rustandi, tahun 1995, dari yang tertua sampai yang termuda:
Formasi Pamaluan (TOMP), terdiri dari batupasir-kuarsa dengan sisipan
batulempeng, serpih, batugamping, dan batulanau, berlapis dengan sangat
baik
Formasi Pulau Balang (Tmp), litologi satuan ini beruppa perselingan
antara batupasir-kuarsa dengan sisipan batugamping, batuulempeng,
batubara, dan tufa dasit.
Formasi Balikpapan (Tmbp), satuan ini terddiri dari perselingan batupasir-
kuarsa dan lempung dengan sisipan lanau, serpih, batuugamping dan
batuubara.
II-1
Formasi Kampung Baru (Tpkp) terdiri dari batupasirlepas dengan sisipan
lempung, lanau, serpih, batubara muda dan gambut. Lingkungan
pengeendapannya adalah delta dan umumnya diduga Plio-plistosen
D. Morfologi
Kondisi morfologi daerah penyelidikan terdiri atas perbukitan
bergelombang halus dibagian selatan dan timur, perbukitan yang
beegelombang kasar diantara. Morfoologi pedataran umumnya menempati
sekitar pinggiran sungai sanga-sanga, sedangkan bagian tengah penyelidikan
sebagaian kecil berupa rawa-rawa. Morfologi cekungan (basin) berada
dibagian tengah, menempati sekitar pemukiman penduduk.
area lokasi.. arahh umum lapisan batubara yaitu barat daya – timur laut, dengan
II-2
II.2. LANDASAN TEORI
lain yang lebih efektif tidak dapat digunakan terhadap batuan, misalnya dengan
alat mekanis.
semua lapisan tanah / batuan yang berada diatas dan langsung menutupi lapisan
struktur relatif kompak. Olehnya itu diambil alternatif lain dalam sistem
A. Pemboran (Drilling)
II-3
a. Pola Pemboran
Pola pemboran merupakan pengaturan jarak antara lubang dalam satu baris
(Spacing) maupun jarak antar lubang ledak dengan bidang bebas (Freeface).
Pola pemboran yang biasa digunakan adalah pola pemboran zig-zag (Staggered
Pattern). Pola pemboran secara umum ditentukan oleh jumlah baris dan
energi yang dihasikan akan disebarkan kesemua arah yang berbentuk lingkaran
yang konsisten, sehingga daerah yang tidak mengalami penyebaran energi dari
bahan peledak fragmentasinya akan lebih kecil jika dibandingkan dengan pola
Daerah yang diarsir merupakan bagian yang tidak terhancurkan oleh energi
bahan peledak. Pada pola pemboran sejajar daerah yang diarsir lebih besar
dibanding dengan pola pemboran selang seling, sehingga pada pola sejajar
II-4
Gambar :2.1 Pola Pemboran
II-5
b. Cycle Time Pemboran
Cycle time pemboran merupakan waktu yang di hitung dalam satu siklus
kerja dari alat bor pada kegiatan pemboran dengan mengunakan alat bor tipe
SANDVIK D245S dengan sistem 1 rod dapat dihitung dengan waktu membor +
waktu kerja yang digunakan oleh satu alat untuk benar-benar bekerja dalam
persamaan berikut :
II-6
b. Waktu hambatan
Waktu hambatan adalah waktu yang terbuang pada saat alat bekerja
karena keadaan lapangan dan operator yang terdiri dari : Check alat, isi
c. Waktu refair
II-7
d. Waktu stand by
melakukan pemboran dalam satu lubang tembak (Blast hole) pada kedalaman
dengan persamaan :
𝐻
𝑉𝑡 = 𝐷𝑡 ........................... Persamaan (2.4)
Dimana :
ada kendala berupa kerusakan alat (property error) atau kesalahan manusia
{human error) juga kendala pada batuan itu sendiri seperti pergeseran atau
II-8
Hambatan-hambatan yang sering dialami dalam proses pemboran terdiri dari :
a. Keadaan Front
Keadaan front yang tidak rata menyebabkan alat bor kesulitan dalam
memposisikan mata bor pada titik lubang bor sehingga menyita waktu yang
b. Alat Bor
Hambatan yang bisa muncul dari alat bor adalah dari bit (mata bor)
yang sudah aus. Hal ini disebabkan kecepatan masuknya bit tidak seimbang
dengan flussing cutting, sehingga debu hasil pemboran berkumpul diatas bit
sekeliling rod yang semakin lama semakin padat yang akan mengakibatkan
Kemapuan produksi alat bor adalah jumlah lubang bor yang dihasilkan
dalam satu hari untuk satu unit kerja. Kemampuan produksi alat bor dapat
𝐸×60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
𝑃= ………………………………..Persamaan (2.5)
𝐶𝑡
Dimana :
II-9
E = Efesiensi kerja ( % )
B. Peledakan
a) Persiapan Peledakan
Persiapan peledakan semua kegiatan baik teknik dan tindakan pengamanan yang
bertujuan untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan yang aman dan berhasil.
2. Persiapan alat bantu peledakan antara lain detonator nonel, LIL, inisiasi
seberapa banyak bahan peledak yang akan dimasukkan untuk setiap lubang
tembak
II-10
5. Merangkai primer dengan hati- hati karena dentonator in-hole sangat peka
tambang terbuka harus diperhitungkan arah dan jarak Fly rock, untuk itu
tanda blokir, serta membunyikan sirene pendek satu kali sebagai tanda
peledakan. Pada saat penarikan LIL harus memberi tanda warning terhadap
sudah aman sirene pendek tiga kali dibunyikan untuk memulai hitungan
Machine.
II-11
b) Jenis Bahan Peledak
ANFO (Ammonium Nitrate + Fuel Oil) yang energi ledaknya berkurang ketika
berbaur dengan air didalam lubang ledak yaitu hingga hanya mencapai 70-80 dari
bagian dasar lubang terlebi dahulu kemudian lubang diisi dengan pencampuran AN
dengan FO yang telah disiapkan sambil menarik primer kurang lebih 30-40 cm dari
material yang digunakan sebagai stemming ialah cutting dari hasil pemboran
Pemakaian jumlah bahan peladak primer tiap lubang sama, namun jumlah
pemakaian bahan peledak AN dan FO tidak sama untuk setiap lubang sebelum dan
saat penelitian hal ini disebabkan untuk memenuhi tingkat fregmentasi yang
diinginkan.
d) Produksi peledakan
Dalam pekerjaan peledakan setiap unit operasi saling berhubungan satu terhadap
yang lain, walaupun pekerjaan pemboran dan peledakan adalah merupakan bagian
yang paling penting. Pola dan teknik peledakan direncanakan sedemikian rupa
sehingga hasil peledakan atau pemecahan batuan mampu memenuhi terget produksi
II-12
optimum perusahaan.Disamping itu pula kegiatan peledakan dapat menghasilkan
kegiatan fragmentasi yang sesuai untuk produktivitas kerja alat muat dan alat angkut.
dalam satu kali peledakan. Untuk menentukan besarnya produksi peledakan dapat
V = Bx S x L Persamaan (2.6)
Dimana :
B = Burden (Meter)
S = Spasing (Meter)
C. Geometri Peledakan
diinginkan, geometri peledakan terdiri dari : Burden (B), Spacing (S), Subdrilling (J),
II-13
a) Burden
Burden adalah jarak terdekat tegak lurus antara bidang bebas (free
pace) dengan lubang tembak atau arah batuan yang diledakkan dan batuan
R. L. Ash Formula
Dstd 1
Af1 = 3
D
SG x Ve 2 1
Af2 = 2
3
SG std x Ve std
dimana :
II-14
SGstd : Berat jenis bahan peledak standart 1,2 gram/cm3
dari peledakan akan melemah secara derastis pada saat menuju bidang bebas.
maka yang sangat penting adalah burden, dimana pada lubang ledak baris depan
jangan
maka pelepasan batuan secara bertahap tidak akan tercapai, fragmentasi dan
tumpukan berkurang tetapi over break dan getaran peledakan akan bertambah
gelombang tekan terjadi begitu cepat secara langsung didepan lubang ledak,
sementara energi dorong berkurang sebagai air belus dan energi kinetik dari
pelemparan batuan yang berlebihan sebelum hal ini digunakan secara penuh
II-15
b) Spacing
Spacing adalah jarak antara lubang bor dengan lubang bor lainnya
dalam satu row atau baris. Penentuan spacing ratio ditentukan besarnya (1
Dimana :
S = Spacing (feet)
B = Burden (feet)
secara awal diantara lubang ledak. Kondisi ini menghasilkan kehancuran yang
baik diantara lubang ledak {dalam satu baris} tetapi pada daerah burden akan
terbentuk boulder sementara itu apabilah spacing yang diterapkan terlalu besar
1. Apabila lubang ledak dalam satu baris diledakkan secara beruntun, maka
Ks = atau S = B.
II-16
2. Apabilah lubang ledak dalam satu baris di ledakkan secara serentak maka
Ks = 2 atau S = 2B
3. Apabilah dalam multiple row, lubang ledak dalam satu baris diledakkan
secara beruntun dalam lubang ledak dalam arah lateral dari baris yang
square arranggement.
4. Apabilah dalam multiple row, lubang ledak dalam satu baris diledakkan
pattern.
c) Stemming
Stemming adalah bagian dari lubang ledak yang diisi dengan bahan
Fungsi stemming adalah untuk mengurungi gas-gas yang terbentuk pada saat
peledakan dan untuk mencegah terjadinya “fly rock” pada saat peledakan.
II-17
stemming sekitar antara 0,75 – 1 kali ukuran barden. Dimaksudkan agar
𝑇
Kt = 𝐵 ...................................................................... Persamaan (2.9)
Dimana :
T = Stemming (feet)
B = Burden (feet)
d) Sub Drilling
batuan tidak terbongkar secara full face akan mengakibatkan lantai jenjang
yang tidak rata atau adanya tonjolan-tonjolan (toe) yang akan menyulitkan
pengangkutan.
II-18
Sub Drilling dapat ditentukan dengan persamaan :
𝐽
𝐾𝑗 = 𝐵 ........................................ Persamaan (2.10)
Dimana :
B = Burden (feet)
II-19
e) Kedalaman Lubang Ledak
Secara teoritis kedalaman lubang ledak tidak boleh lebih kecil dari
Burden. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya “over break” atau
ledakan, dengan ukuran burden yang terlalu besar akan menyebabkan hasil
ledakan berupa boulder karena gelombang tekan dan tarik yang ditimbulkan
dari peledakan akan melemah secara drastis pada saat menuju bidang bebas.
lubang ledak berbanding lurus dengan jumlah bahan peledak yang dipakai.
Pada penentuan besarnya lubang ledak selain faktor jenis batuan yang
akan diledakkan juga tidak lepas dari tingkat produksi yang diiginkan,
dengan lubang bor yang besar maka besar pula target produksi yang
diinginkan.
lubang bor dengan alat muat yang tersedia. Ketinggian jenjang disesuaikan
diameter lubang bor kecil, sedangkan diameter lubang yang besar untuk
II-20
Kedalaman lubang bor dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
H= L+ J Persamaan (2.11)
Dimana :
J = Subdrilling (M)
lubang bor dengan alat muat yang tersedia. Ketinggian jenjang disesuaikan
tinggi.
II-21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu penelitian
2018
B. Lokasi penelitian
A. Jenis penelitian
deskriptif
III-1
B. Sumber data
a. pola pemboran,
c. geometri peledakan
yang digunakan di perusahaan dan data- data lainnya yang dianggap perlu.
orang lain dan digunakan sebagai data tambahan, data ini meliputi data :
a. morfologi,
b. data stratigrafi,
d. peta geologi
III-2
b. Observasi lapangan dimaksudkan untuk mengumpulkan data di lapangan,
representatif dari jumlah data yang ada maka digunakan metode statistik dan
1. Melakukan analisis terhadap waktu kerja efektif dan efisiensi kerja alat
A. Kesimpulan
III-3
B. Saran
kedepannya
Studi Literatur
Pengambilan Data
Selesai
III-4
III.6. Waktu Penelitian
Kegiatan
III IV I II III IV I II
Orientasi
Lapangan
Pengambilan
Data
Pengolahan
Data
Penyusunan
Laporan
Konsultasi
Laporan
III-5
DAFTAR PUSTAKA