Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS PEMBONGKARAN OVERBURDEN DENGAN


METODE PELEDAKAN PADA PENAMBANGAN BATUBARA
PT.MADHANI TALATAH NUSANTARA SITE BENGALON
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan

Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik

Universitas Pejuang Republik Indonesia

Oleh:

ADI ARSAD

13 31 1 408

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PEJUANG REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan Hidayah-
Nya, sehingga penulisan proposal Tugas Akhir (TA) dapat selesai dengan
baik.Maksud penyusunan Tugas Akhir (TA) ini adalah untuk memenuhi syarat
kelulusan dalam kurikulum pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Pejuang Republik Indonesia.
Proposal Tugas Akhir ini disusun dalam rangka persiapan penelitian yang
akan dilakukan pada bulanSeptember – November 2018 di PT. MADHANI
TALATAH NUSANTARA Site Bengalon Provinsi Kalimantan Timur
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal Tugas Akhir
(TA) ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil.
Olehnya itu, dengan segala kerendahan hati melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. BapakDr. H.Abd.Azis DP.S.H..M.H, Rektor Universitas Pejuang Republik
Indonesia.
2. Bapak Ir.H.Rafiuddin MT., Dekan Fakultas Teknik Universitas Pejuang
Republik Indonesia Makassar.
3. Bapak Ir.H.I Made Darma,MTKetua Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Pejuang Republik Indonesia Makassar
4. Ibu .Ir.Ruth Bunga R,M.Si Sekertaris jurusan Universitas Pejuang Republik
Indonesia Makassar Sekaligus Dosen Pembimbing
5. Seluruh Dosen, dan Staf Pegawai Fakultas Teknik Universitas Pejuang Republik
Indonesia Makassar.
Makassar, 28 september 2018
Penulis

ADI ARSAD

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang ........................................................................................... 1-1

I.2 Masalah penelitian ...................................................................................... 1-2

I.3 Batasan masalah ......................................................................................... 1-2

I.4 Tujuan penelitian ........................................................................................ 1-2

I.5 Manfaat penelitian ...................................................................................... 1-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Umum ......................................................................................... 2-1

II.2 Peneliti terdahulu ...................................................................................... 2-3

iii
II.3 Landasan Teori ......................................................................................... 2-

II.2.1. Pemboran ............................................................................... 2.6

II.2.2. Peledakan ............................................................................... 2.12

II.2.3 Geometri peledakan ................................................................ 2.15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode penelitian ....................................................................................... 3.1

3.1.1 Waktu dan lokasi penelitian .......................................................... 3.1

3.1.2 Jenis penelitian dan sumber data ................................................... 3.1

3.1.3 Teknik pengumpulan data ............................................................. 3.2

3.1.4 Teknik Pengolahan data ................................................................ 3.2

3.1.5 Analisis data .................................................................................. 3.3

3.1.6 Kesimpulan dan saran ................................................................... 3.3

3.2 Bagan alir penelitian ................................................................................... 3.4

3.3 Jadwal penelitian ........................................................................................ 3.5

DAFTAR PUSTAKA

iv
v
vi
vii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LatarBelakang

PT. Madhani Talatah Nusantara merupakan salah satu perusahaan yang

beroperasi di Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Operasi

penambangan batubara menerapakan system tambang terbuka (Surface Mining)

dengan metode Open Pit yang kegiatan utamanya berupa pengupasan lapisan

tanah penutup (Overburden) dengan cara pemboran dan peledakan, pemuatan

dan pengangkutan material hasil peledakan ketempat penimbunan (Disposal

Area). Untuk batubara yang telah terbongkar dimuat kelokasi permukaan

(Crusher) dan disimpan di Stockfile.

Untuk mengoptimalkan produksi yang diinginkan oleh suatu perusahaan

maka perusahaan mengharapkan agar rancangan peledakan yang diterapkan

dapat memecahkan masalah tersebut. Namun dalam rancangan tersebut jumlah

bahan peledak yang digunakan, perhitungan tinggi bench, burden, spacing,

subdrilling, stemming, jumlah lubang bor, pola peledakan, yang selama ini

diterapkan perlu dievalusai untuk mencapai hasil yang lebih optimal. Maka setiap

saat perlu dievaluasi dan dilakukan perbaikan-perbaikan dalam perancangannya,

sehingga diperlukan evaluasi rancangan peledakan (secara teoritis) yang dapat

menilai dan memberikan input bagi rancangan yang telah ada.

I-1
I.2. MasalahPenelitian

Dari latar belakang penelitian ini dapat diidentifikasih masalah sebagai

berikut :

a. Apakah kemampuan dari alat bor yang digunakan sudah memenuhi target

yang diharapkan?

b. Apakah rancangan peledakan yang diterapkan di lapangan sudah tepat dan

sesuai dengan dengan target produksi yang di harapkan ?

c. Berapa efesiensi pemboran untuk memenuhi lubang ledak yang diharapkan ?

I.3. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya meliputi sekitar kegiatan peledakan lapisan

tanah (overburden) penutup dan juga hubungannya pencapaian target produksi

berdasarkan standar yang ditetapkan oleh perusaha

I.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitianya itu untuk mengetahui:

a. Kemampuan alat bor yang digunakan sudah memenuhi target yang diharapkan

b. Evaluasi peledakan yang diterapakan di lapangan dan jumlah produksi yang

dihasilkan.

c. Efesiansi pemboran untuk memenuhi lubang ledak yang diharapkan

I-2
I.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini mempunyai dua hal yaitu mengembangan ilmu

pengetahuan (secara teoritas) dan membantu mengatasi, memecahkan masalah

dalam proses penelitian di bidang overburden,pemborandan peledakan juga

untuk mencegah masalah yang ada pada objek yang diteliti dan adapun

kegunaanya yaitu menambah wawasan dan kemampuan berfikir mengenai

penerapan teori yang telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima dalam

peneltian yang sebenarnya.

I-3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. TINJAUAN UMUM

2.1.1 Keadaan Geologi


A. Geologi Regional
Secara regional daerah penelitian termasuk kedaalam cekungan kutai
yang dikenal sebagai cekungan yang kaya akan minyak. Cekungan Kutai
merupakan cekungan yang luas, aktivitas sedimentasinya berlangsung sejak
masa eosen hingga miosen tengah. Berdasarkan konsep teknonik lempeng
(katili, 1978 dan Situmorang, 1982) cekungan kutai terbentuk akibat adanya
proses pereegangan terhadap lempeng Mikro Sunda Kalimantan.

B. Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional berdasarkan stratigrafi dan kesebandingan dengan
peta geologi regonal lembar samarinda, skala 1 : 250.000 oleh S. Supriatna,
Sukardi dan E. Rustandi, tahun 1995, dari yang tertua sampai yang termuda:
 Formasi Pamaluan (TOMP), terdiri dari batupasir-kuarsa dengan sisipan
batulempeng, serpih, batugamping, dan batulanau, berlapis dengan sangat
baik
 Formasi Pulau Balang (Tmp), litologi satuan ini beruppa perselingan
antara batupasir-kuarsa dengan sisipan batugamping, batuulempeng,
batubara, dan tufa dasit.
 Formasi Balikpapan (Tmbp), satuan ini terddiri dari perselingan batupasir-
kuarsa dan lempung dengan sisipan lanau, serpih, batuugamping dan
batuubara.

II-1
 Formasi Kampung Baru (Tpkp) terdiri dari batupasirlepas dengan sisipan
lempung, lanau, serpih, batubara muda dan gambut. Lingkungan
pengeendapannya adalah delta dan umumnya diduga Plio-plistosen

C. Struktur Geologi Regional


Strukktur geologi daerah cekungan kutai khususnya lembar Samarinda
berupa lipatan dan sesar. Pola lipatan Timur Laut-Barat Daya, sedangkan
struktur sesar yang terdapat didaerah ini terdiri dari sesar naik, sesar turun,
dan sesar geser

D. Morfologi
Kondisi morfologi daerah penyelidikan terdiri atas perbukitan
bergelombang halus dibagian selatan dan timur, perbukitan yang
beegelombang kasar diantara. Morfoologi pedataran umumnya menempati
sekitar pinggiran sungai sanga-sanga, sedangkan bagian tengah penyelidikan
sebagaian kecil berupa rawa-rawa. Morfologi cekungan (basin) berada
dibagian tengah, menempati sekitar pemukiman penduduk.

2.1.3. Bahan Galian Batubara


Sebagai coal bearing formation adalah formasi pulau balang, formasi

Balikpapan dan formasi Kmpung Baru. Dari hasil pengamatan dilapangan,

banyak dijumpai singkapan-singkapan batubara yang hampir merata diseluruh

area lokasi.. arahh umum lapisan batubara yaitu barat daya – timur laut, dengan

variasi ketebalan antara 0.2-1.5 m

II-2
II.2. LANDASAN TEORI

Pada proses penambangan terdapat bermacam-macam cara untuk

melepaskan bahan/material dari batuan induknya, salah satu cara adalah

menggunakan pemboran dan peledakan. Pekerjaan ini ditempuh apabila cara

lain yang lebih efektif tidak dapat digunakan terhadap batuan, misalnya dengan

alat mekanis.

Pada proses pengupasan lapisan tanah penutup (Overburden) adalah

semua lapisan tanah / batuan yang berada diatas dan langsung menutupi lapisan

bahan galian berharga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum

dapat menggali bahan galian berharga tersebut.

Pada daerah penelitian (PIT 700) pembongkaran lapisan tanah penutup

yang umumnya jika keadaan material cukup keras seperti Mudstone-

shale(fisille) sandstone dan hard sandstone (quartz sanstone), yang mempunyai

struktur relatif kompak. Olehnya itu diambil alternatif lain dalam sistem

pembongkaran dengan cara pemboran dan peledakan.

A. Pemboran (Drilling)

Dalam kegiatan penambangan batu bara, pemboran merupakan salah satu

pekerjaan untuk mendapatkan perlapisan batu bara, dan membuat lubang

tembak (Blast hole).Untuk kegiatan peledakan dalam pembongkaran over

burden, dengan sistem pemboran.

II-3
a. Pola Pemboran

Pola pemboran merupakan pengaturan jarak antara lubang dalam satu baris

(Spacing) maupun jarak antar lubang ledak dengan bidang bebas (Freeface).

Pola pemboran yang biasa digunakan adalah pola pemboran zig-zag (Staggered

Pattern). Pola pemboran secara umum ditentukan oleh jumlah baris dan

banyaknya lubang dalam satu kali peledakan. (Lihat gambar 2.1).

Dengan menggunakan pola pemboran selang seling, maka gelombang

energi yang dihasikan akan disebarkan kesemua arah yang berbentuk lingkaran

yang konsisten, sehingga daerah yang tidak mengalami penyebaran energi dari

bahan peledak fragmentasinya akan lebih kecil jika dibandingkan dengan pola

sejajar. (Lihat gambar 2.2).

Daerah yang diarsir merupakan bagian yang tidak terhancurkan oleh energi

bahan peledak. Pada pola pemboran sejajar daerah yang diarsir lebih besar

dibanding dengan pola pemboran selang seling, sehingga pada pola sejajar

kemungkinan terjadinya boulder lebih besar.

II-4
Gambar :2.1 Pola Pemboran

Gambar :2.2 Pola Pemboran

II-5
b. Cycle Time Pemboran

Cycle time pemboran merupakan waktu yang di hitung dalam satu siklus

kerja dari alat bor pada kegiatan pemboran dengan mengunakan alat bor tipe

SANDVIK D245S dengan sistem 1 rod dapat dihitung dengan waktu membor +

waktu angkat jack +waktu TRAVEL. Sedangkan dalam menghitung jumlah

waktu kerja yang digunakan oleh satu alat untuk benar-benar bekerja dalam

satu gilir kerja terdiri dari

a. Waktu kerja efektif

Waktu kerja efektif yaitu jumlah atau waktu yang digunakan

untukberproduksi. Untuk mendapatkan waktu kerja efektif dapat digunakan

persamaan berikut :

We = (Wt )  (Wd  Wr  Ws) ............................ Persamaan (2.1)

Dimana : We = Waktu kerja efektif (Menit)

Wt = Jam kerja yang tersedia (Menit)

Wd = Waktu hambatan (Menit)

Wr = Waktu refair (Menit)

Ws = Waktu stand by (Menit)

II-6
b. Waktu hambatan

Waktu hambatan adalah waktu yang terbuang pada saat alat bekerja

karena keadaan lapangan dan operator yang terdiri dari : Check alat, isi

bahan bakar, menuju lokasi pemboran, operator istirahat, pengamanan alat

saat peladakan berlangsung. Untuk mendapatkan jam kerja hambatan

digunakan persamaan sebagai berikut :

Wk = We + Wd ................................................ Persamaan (2.2)

Dimana : Wk = Waktu kerja (menit)

We = Waktu efektif (menit)

Wd = Waktu hambatan (menit)

c. Waktu refair

Waktu refair adalah waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki alat,

waktu menunggu suku cadang, perawatan preventatif, persamaan yang

digunakan untuk menghitung waktu ini adalah :

Wr = Wt + Wp + Ws .......................................... Persamaan (2.3)

Dimana : Wt = Waktu tunggu suku cadang (menit)

Wp = Waktu perawatan preventatif (menit)

Ws = Waktu service alat (menit)

Wr = Waktu refair (menit)

II-7
d. Waktu stand by

Waktu stand by adalah merupakan waktu suatu alat yang tidak

terpakai, padahal alat tersebut dapat digunakan, terdiri dari : Waktu

istirahat dan waktu akhir gilir.

1) Kecepatan Rata-rata Pemboran

Kecepatan rata-rata pemboran merpakan waktu yang diperlukan untuk

melakukan pemboran dalam satu lubang tembak (Blast hole) pada kedalaman

lubang yang direncanakan. Kecepatan rata-rata pemboran dapat dihitung

dengan persamaan :

𝐻
𝑉𝑡 = 𝐷𝑡 ........................... Persamaan (2.4)

Dimana :

Vt = Kecepatan rata-rata (Meter / menit)

H = Kedalaman rata-rata (Meter)

Dt = Waktu Pemboran (Menit)

Kedalaman lubang bor persatuan waktu (kecepatan pemboran) ini

tidak selamanya konstan hal ini dimungkinkan dalam pelaksanaan pemboran

ada kendala berupa kerusakan alat (property error) atau kesalahan manusia

{human error) juga kendala pada batuan itu sendiri seperti pergeseran atau

tekanan batuan yang m,enyebabkan terlambatnya putaran dari batang bor.

II-8
Hambatan-hambatan yang sering dialami dalam proses pemboran terdiri dari :

a. Keadaan Front

Keadaan front yang tidak rata menyebabkan alat bor kesulitan dalam

memposisikan mata bor pada titik lubang bor sehingga menyita waktu yang

relatif lebih lama dibandingkan dengan kondisi front yang rata.

b. Alat Bor

Hambatan yang bisa muncul dari alat bor adalah dari bit (mata bor)

yang sudah aus. Hal ini disebabkan kecepatan masuknya bit tidak seimbang

dengan flussing cutting, sehingga debu hasil pemboran berkumpul diatas bit

sekeliling rod yang semakin lama semakin padat yang akan mengakibatkan

batang bor tidak dapat bergerak atau macet.

2) Kemampuan Produksi Alat Bor

Kemapuan produksi alat bor adalah jumlah lubang bor yang dihasilkan

dalam satu hari untuk satu unit kerja. Kemampuan produksi alat bor dapat

dihitung dengan mengunakan persamaan

𝐸×60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
𝑃= ………………………………..Persamaan (2.5)
𝐶𝑡

Dimana :

P = Jumlah lubang bor yang dihasilkan (perjam, perhari}

II-9
E = Efesiensi kerja ( % )

Ct = Cycle Time (Menit)

B. Peledakan

Peledakan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pemboran dimana bertujuan

melepaskan batuan dari batuan induknya agar menjadi fragmen-fragmen yang

berukuran lebih kecil sehingga mempermudah pendorongan dan pengangkutan.

a) Persiapan Peledakan

Persiapan peledakan semua kegiatan baik teknik dan tindakan pengamanan yang

bertujuan untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan yang aman dan berhasil.

Persiapan peledakan meliputi :

1. Pengamanan lapangan kerja selama persiapan peledakan dengan memberi

tanda tambah daerah peledakan diantaranya membuat daerah batas

peledakan, dengan memasang bendera tanda bahaya.

2. Persiapan alat bantu peledakan antara lain detonator nonel, LIL, inisiasi

inhole, surface delay serta mesin pemicu peledakan

3. Melakukan pengukuran kedalaman terhadap lubang bor untuk mengetahui

seberapa banyak bahan peledak yang akan dimasukkan untuk setiap lubang

tembak

4. Pengisian bahan Peledak ke dalam lubang ledak.

II-10
5. Merangkai primer dengan hati- hati karena dentonator in-hole sangat peka

terhadap tumbukan, kemudian merangkai Surface delay, in hole serta LIL.

6. Pemilihan tempat atau posisi pemegang Blasting Machine (BM)

Sebelum peledakan dimulai, seorang pemegang blasting machine harus

menentukan terlebih dahulu tempat perlindungan yang aman. Untuk

tambang terbuka harus diperhitungkan arah dan jarak Fly rock, untuk itu

perlu diambil posisi yang berlawanan dengan arah lemparan batu.

7. Pengamanan lapangan sebelum peledakan.

Sebeleum melakukan peledakan dilakukan pengamanan terhadap manusia dan

alat, menutup setiap akses masuk radius peledakan dengan menggunakan

tanda blokir, serta membunyikan sirene pendek satu kali sebagai tanda

adanya peledakan, pengumuman melalui radio komunikasi oleh pimpinan

peledakan. Pada saat penarikan LIL harus memberi tanda warning terhadap

sekitar dengan mengumumkan di radio dan membunyikan sirene pendek

satu kali kemudian melekukan inspeksi setiap blokiran, jika semuanya

sudah aman sirene pendek tiga kali dibunyikan untuk memulai hitungan

mundur 5 sampai 1 hingga pemimpin peledakan memberikan perintah

terhadap blaster untuk meledakkan bahan peledak dengan Blasting

Machine.

II-11
b) Jenis Bahan Peledak

Jenis bahan peledak yang digunakan pada pembongkaran overburden :

ANFO (Ammonium Nitrate + Fuel Oil) yang energi ledaknya berkurang ketika

berbaur dengan air didalam lubang ledak yaitu hingga hanya mencapai 70-80 dari

energi ledak 100.

c) Pengisian Bahan Peledak

Pengisian bahan peledak primer dilakukan cara menempatkan primer pada

bagian dasar lubang terlebi dahulu kemudian lubang diisi dengan pencampuran AN

dengan FO yang telah disiapkan sambil menarik primer kurang lebih 30-40 cm dari

dasar lubang bor (digantung). Setelah primer, ANFOdimasukkan kelubang tersebut,

material yang digunakan sebagai stemming ialah cutting dari hasil pemboran

Pemakaian jumlah bahan peladak primer tiap lubang sama, namun jumlah

pemakaian bahan peledak AN dan FO tidak sama untuk setiap lubang sebelum dan

saat penelitian hal ini disebabkan untuk memenuhi tingkat fregmentasi yang

diinginkan.

d) Produksi peledakan

Dalam pekerjaan peledakan setiap unit operasi saling berhubungan satu terhadap

yang lain, walaupun pekerjaan pemboran dan peledakan adalah merupakan bagian

yang paling penting. Pola dan teknik peledakan direncanakan sedemikian rupa

sehingga hasil peledakan atau pemecahan batuan mampu memenuhi terget produksi

II-12
optimum perusahaan.Disamping itu pula kegiatan peledakan dapat menghasilkan

kegiatan fragmentasi yang sesuai untuk produktivitas kerja alat muat dan alat angkut.

Produksi peledakan adalah beberapa besar volume {BCM} yang terbongkar

dalam satu kali peledakan. Untuk menentukan besarnya produksi peledakan dapat

digunakan persamaan berikut:

V = Bx S x L Persamaan (2.6)

Dimana :

V = Volume batuan yang terbongkar (BCM)

B = Burden (Meter)

S = Spasing (Meter)

L = Tinggi jenjang (Meter)

C. Geometri Peledakan

Geometri peledakan adalah salah satu parameter yang digunakan dalam

merancang atau mendesain peledakan agar menghasilkan hasil ledakan yang

diinginkan, geometri peledakan terdiri dari : Burden (B), Spacing (S), Subdrilling (J),

Stemming (T), dan kedalaman lubang tembak (H).

II-13
a) Burden

Burden adalah jarak terdekat tegak lurus antara bidang bebas (free

pace) dengan lubang tembak atau arah batuan yang diledakkan dan batuan

yang akan dilempar.Secara teoritis besarnya Burden dapat ditentukan

dengan persamaan yang dikemukakan oleh R. L. Ash Formula:

R. L. Ash Formula

Kb = kb std x Af1 x Af2 ......................................... Persamaan (2.7)

 Dstd  1
Af1 =   3

 D 

 SG x Ve 2  1
Af2 =  2


3

 SG std x Ve std 

dimana :

kb std : Burden ration standar (30)

Af1 : faktor koreksi karena batuan

Af2 : Faktor koreksi karena bahan peledak

Dstd : Density batuan standart 2,5 ton / m3

D : Density batuan yang diledakkan 2,3 ton / m3

SG : Berat jenis bahan peledak yang digunakan 0,8 gram/m3

II-14
SGstd : Berat jenis bahan peledak standart 1,2 gram/cm3

Ve An : Kecepatan bahan peledak untuk ANFO 4.500 m/detik

Ve standart : Kecepatan standart bahan peledak 12.000 fps = 3658.5 m/s

Ukuran burden sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil peledakan.

Dimana burden yang terlalu besar menyebabkan hasil peledakan berupa

boulder-boulder karena adanya gelombang tekan dan tarik yang ditimbulkan

dari peledakan akan melemah secara derastis pada saat menuju bidang bebas.

Dalam peledakan dengan baris lubang ledak yang berjumlah banyak,

maka yang sangat penting adalah burden, dimana pada lubang ledak baris depan

jangan

sampai berlebihan. Jika pada garis depan gagal melepaskan batuan,

maka pelepasan batuan secara bertahap tidak akan tercapai, fragmentasi dan

tumpukan berkurang tetapi over break dan getaran peledakan akan bertambah

sebaliknya jika penerapan burden terlalu kecil, pemecahan batuan oleh

gelombang tekan terjadi begitu cepat secara langsung didepan lubang ledak,

sementara energi dorong berkurang sebagai air belus dan energi kinetik dari

pelemparan batuan yang berlebihan sebelum hal ini digunakan secara penuh

untuk fragmentasi.dan jarak burden sangat erat hubungannya dengan besar

kecilnya diameter lubang bor yang digunakan.

II-15
b) Spacing

Spacing adalah jarak antara lubang bor dengan lubang bor lainnya

dalam satu row atau baris. Penentuan spacing ratio ditentukan besarnya (1

– 2) atau dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :


𝑆
𝐾𝑠 = 𝐵 ……………………………………Persamaan (2.8)

Dimana :

Ks = Spacing ratio, nilainya (1 – 2)

S = Spacing (feet)

B = Burden (feet)

Apabilah spacing lebih kecil dari burden akan menyebabkan peretakan

secara awal diantara lubang ledak. Kondisi ini menghasilkan kehancuran yang

baik diantara lubang ledak {dalam satu baris} tetapi pada daerah burden akan

terbentuk boulder sementara itu apabilah spacing yang diterapkan terlalu besar

selalu menghasilkan cekungan horisontal, tonjolan diantara lubang ledak.

Prinsip dasar penentuan spacing adalah :

1. Apabila lubang ledak dalam satu baris diledakkan secara beruntun, maka

Ks = atau S = B.

II-16
2. Apabilah lubang ledak dalam satu baris di ledakkan secara serentak maka

Ks = 2 atau S = 2B

3. Apabilah dalam multiple row, lubang ledak dalam satu baris diledakkan

secara beruntun dalam lubang ledak dalam arah lateral dari baris yang

berlebihan diledakkan secara serentak maka pemboran harus dibuat

square arranggement.

4. Apabilah dalam multiple row, lubang ledak dalam satu baris diledakkan

dengan waktu tunda, maka pemboran dibuat dengan pola stggered

pattern.

c) Stemming

Stemming adalah bagian dari lubang ledak yang diisi dengan bahan

meterial hasil pemboran (cutting).

Fungsi stemming adalah untuk mengurungi gas-gas yang terbentuk pada saat

peledakan dan untuk mencegah terjadinya “fly rock” pada saat peledakan.

Pada dasarnya tinggi ukuran stemming dipengaruhi oleh kedalaman lubang

ledak dan tinggi kolom pengisian bahan peledak.

Penggunaan stemming yang terlalu besar akan mengakibatkan pada

bagian atas jenjang tidak mengalami pecahan dengan baik. Namun

sebaliknya penggunaan stemming yang terlalu kecil itu juga akan

menimbulkan peledakan yang tidak sempurna. Secara teoritis ukuran

II-17
stemming sekitar antara 0,75 – 1 kali ukuran barden. Dimaksudkan agar

tekanan kearah atas dan arah samping seimbang.

Stemming dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑇
Kt = 𝐵 ...................................................................... Persamaan (2.9)

Dimana :

Kt = Stemming, nilainya (0,5 – 1,0)

T = Stemming (feet)

B = Burden (feet)

d) Sub Drilling

Sub drilling adalah penambahan kedalaman pada suatu lubang bor

diluar rencana rantai jenjang, penggunaan sub drilling dimaksudkan agar

batuan terbongkar secara “full face” sebagaimana yang diharapkan. Apabila

batuan tidak terbongkar secara full face akan mengakibatkan lantai jenjang

yang tidak rata atau adanya tonjolan-tonjolan (toe) yang akan menyulitkan

setelah dilakukan peledakan terutama pada kegiatan pemuatan dan

pengangkutan.

II-18
Sub Drilling dapat ditentukan dengan persamaan :

𝐽
𝐾𝑗 = 𝐵 ........................................ Persamaan (2.10)

Dimana :

Kj = Sub Drilling ratio, nilainya (0,3)

J = Sub Drilling (feet)

B = Burden (feet)

Gambar 2.3 Geometri Peledakan

II-19
e) Kedalaman Lubang Ledak

Secara teoritis kedalaman lubang ledak tidak boleh lebih kecil dari

Burden. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya “over break” atau

“Cratering”.Dimana ukuran burden berpengaruh terhadap kualitas hasil

ledakan, dengan ukuran burden yang terlalu besar akan menyebabkan hasil

ledakan berupa boulder karena gelombang tekan dan tarik yang ditimbulkan

dari peledakan akan melemah secara drastis pada saat menuju bidang bebas.

Dan mengenai penentuan diameter lubang bor sangat berpengaruh terhadap

energi yang dihasilkan dari suatu kegiatan peledakan, karena diameter

lubang ledak berbanding lurus dengan jumlah bahan peledak yang dipakai.

Pada penentuan besarnya lubang ledak selain faktor jenis batuan yang

akan diledakkan juga tidak lepas dari tingkat produksi yang diiginkan,

dengan lubang bor yang besar maka besar pula target produksi yang

diinginkan.

Secara spesipik tinggi jenjang maksimun ditentukan oleh peralatan

lubang bor dengan alat muat yang tersedia. Ketinggian jenjang disesuaikan

dengan kemampuan alat bor, dimana jenjang yang rendah di gunakan

diameter lubang bor kecil, sedangkan diameter lubang yang besar untuk

jenjang yang tinggi.

II-20
Kedalaman lubang bor dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

H= L+ J Persamaan (2.11)

Dimana :

H = Kedalaman lubang bor (M)

L = Tinggi jenjang yang diiginkan (M)

J = Subdrilling (M)

Secara spesipik tinggi jenjang maksimun ditentukan oleh peralatan

lubang bor dengan alat muat yang tersedia. Ketinggian jenjang disesuaikan

dengan kemampuan alat bor,dimana jenjang yang rendah di gunakandiameter

lubang bor kecil,sedangkan diameter lubang yang besar untukjenjangyang

tinggi.

II-21
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode penelitian

3.1.1 Waktu dan lokasi penelitian

A. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September – November

2018

B. Lokasi penelitian

Adapun lokasi penelitian yang akan dilaksanakan pada PT.Madhani

Talatah Nusantara,Kabupaten Kutai Timur,Provinsi Kalimantan Timur

3.1.2 Jenis penelitian dan sumber data

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu penelitian yang data-

datanya berhubungan dengan angka-angka baik yang diperoleh dari

pengukuran maupun dari nilai suatu data yang diperoleh dengan

jalan mengubah kualitatif ke dalam data kuantitatif (Sugiyono,

2006). Selain itu penelitian ini juga dimaksudkan untuk memberikan

deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

fenomena yang diselidiki, maka penelitian ini memakai metode

deskriptif

III-1
B. Sumber data

Data Primer, adalah data yang langsung di peroleh dari objek

pengamatan yaitu pada PT. Madhani Talatah Nusantaraberupa data :

a. pola pemboran,

b. cycle time pemboran

c. geometri peledakan

yang digunakan di perusahaan dan data- data lainnya yang dianggap perlu.

Data Sekunder, adalah data yang pengumpulannya di lakukan oleh

orang lain dan digunakan sebagai data tambahan, data ini meliputi data :

a. morfologi,

b. data stratigrafi,

c. data curah hujan

d. peta geologi

dan data-data lainnya yang dianggap perlu.

3.1.3. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik pengambilan data yang di lakukan adalah dengan metode observasi

danwawancara yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan data yang dilakukan

secara systematis dengan prosedur yang terstandarmelalui pengamatan,

pengukuran dan perhitungan geometri peledakan.

III-2
b. Observasi lapangan dimaksudkan untuk mengumpulkan data di lapangan,

Data- data yang di butuhkan selama proses penelitian .

3.1.4. Pengolahan data

Data yang diperoleh dilapangan masih merupakan data mentah yang

memerlukan pengolahan lebih lanjut. Untuk memperoleh nilai data yang

representatif dari jumlah data yang ada maka digunakan metode statistik dan

selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan-

persamaan yang sesuai dengan yang diharapkan.

3.1.5 Analisis Data

Analisa data dilaksanakan dengan cara:

1. Melakukan analisis terhadap waktu kerja efektif dan efisiensi kerja alat

bor, perhitungan produksi pemboran dan peledakan untuk mencapai

target produksi di PT.Madhani Talatah Nusantara

2. Metode perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus-

rumus yang berkaitan dengan judul penelitian. Data ini menggunakan

rumus formula “ R.L. Ash’’

3.1.6. kesimpulan dan saran

A. Kesimpulan

Merupakan suatu rumusan hasil akhir atau rangkuman dari suatu

pemaparan atau pernyatan dari hasil tujuan yang di teliti

III-3
B. Saran

Pemberian pendapat atau masukan-masukan terhadap kekurangan-

kekurang yang timbul terhadap suatu permasalahan agar dapat di perbaiki

kedepannya

3.2 Bagan Alir Penelitian

Konsepsi tersebut menunjukkan, bahwa hendaknya memperhatikan

penerapan teknik pemboran dan geometri peledakan untuk mencapai target

produksi overburden seperti pada Gambar 3.2

Studi Literatur

Pengambilan Data

Data Primer Data Skunder

Pola Data Morfologi


Pemb0ran

Cyrcle Time Data Statigrafi


Pemboran
Data Curah
Geometri Hasil Hujan
Peledakan Pembahasan

Selesai

Gambar : 3.1Bagan Alir Penelitian

III-4
III.6. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan terhitung

mulai bulan September 2018 sampai dengan November 2018.

Sept Oktober November

Kegiatan
III IV I II III IV I II

Orientasi

Lapangan

Pengambilan

Data

Pengolahan

Data

Penyusunan

Laporan

Konsultasi

Laporan

III-5
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, 1990, "Geometri Peledakan".

KartodharmoMoelhimIr 1990, "TeknikPeledakan". Kursus Pengawas Tambang


(MINE SUPERFISOR COURSE), Jurusan Teknik Pertambangan – ITB
Prodjosumarto, Partanto, 1987, "Tambang Terbuka", Jurusan teknik
Pertambangan Institut Teknologi Bandung
Sudjana, 1996, "MetodeStatistika". Tarsito Bandung.

Nurhakim.2016.Teknik Eksplorasi (HTKK-009) Banjarbaru Unlam

Anda mungkin juga menyukai