Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Taguchi: Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri p-ISSN 2798-964X

DOI Issue: 10.46306/tgc.v3i1 e-ISSN 2798-9658

Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri

Vol. 3, No. 1, Juli, 2023 hal. 775-785


DOI Article : 10.46306/tgc.v3i1.83

ANALISIS STABILITAS LERENG MENGGUNAKAN METODE BISHOP


(Studi kasus: Bantaran Sungai Kali Konto Hilir, Di kabupaten Jombang.)

Alfatoni1, Laily Endah Fatmawati2,


1,2Jurusan Teknik Sipil, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Email: alfatoni084@gmail.com.

Abstract
Jombang is one of the regencies in the East Java region with an area of 1159.50 km2. Astronomically,
Jombang Regency is located between 7o20 – 7o46 south latitude and 112o03 – 112o27 east longitude. Where
there is a natural river that crosses the middle which does not escape from flooding every year. One of the
problems that must be addressed is the protection of the downstream Konto River bank. Prior to carrying out
slope repair rehabilitation, it is necessary to have knowledge about slope stability to determine the type of soil
and the form of reinforcement to be applied. For this reason, there is a need for management related to
increasing the stability of river slopes. Based on sample testing in the laboratory, the most critical soil data
obtained were: unit weight value ɣ (KN/m3) = 16.00 kN/m3. The internal shear angle value (Φ) = 20.00.
Cohesion value (C) = 20.00. Based on the results of data processing using the Geoslope Slope/W Software
with the bishop method, the FK value for dry conditions in cross sections A-A' was 1,214 and the FK value
for dry conditions in cross sections B-B' was 1.9. While the FK value for the saturated cross section A-A' is
0.714 and the FK value for the saturated cross section B-B' is 0.870. Where according to Krahn, 2004 in
table 2.4, the condition of the slope is safe in dry conditions and avalanches will occur when conditions are
saturated. In the manual calculation of the slice method, the dry condition FK value in the cross-section A-
A' is 1.6 and FK value in dry condition cross section B-B' is 1.8. This means that according to Krahn, 2004
in table 2.4 where the FK value for the overall slope is between 1.5-1.8, the slope at Kali Konto downstream is
safe in dry conditions.
Keywords: Flood Discharge, Safety factor, River Slope.

Abstrak
Jombang adalah salah satu kabupaten di wilayah jawa timur dengan luas 1159.50 km2
Secara astronomis, Kabupaten Jombang terletak antara 7o20 – 7o46 Lintang Selatan dan 112o03 –
112o27 Bujur Timur. Dimana terdapat sebuah sungai alam yang melintas ditengahnya yang tidak
luput dari banjir setiap tahunnya. Salah satu permasalahan yang harus ditangani adalah
perlindungan tebing sungai Kali Konto hilir, Sebelum melakukan rehabilitas perbaikan lereng,
terlebih dahulu perlu adanya pengetahuan tentang stabilitas lereng untuk mengetahui jenis tanah
dan bentuk perkuatan yang akan diterapkan. Untuk itu perlu adanya penanaganan terkait
peningkatan stabilitas lereng sungai. Berdasarkan pengujian sampel di laboratorium didapatkan
data tanah yang paling kritis adaalah : nilai bobot isi ɣ ( KN/m3) = 16,00 kN/m3. Nilai sudut geser
dalam (Φ) = 20,00. Nilai kohesi (C) = 20,00. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan
Software Geoslope Slope/W dengan metode bishop didapatkan nilai FK kondisi kering pada cross
section A-A’ adalah 1.214 dan nilai FK kondisi kering cross section B-B’ adalah 1.9. Sedangkan nilai
FK kondisi jenuh cross section A-A’ adalah 0.714 dan nilai FK kondisi jenuh cross section B-B’ adalah
0.870. Dimana dalam keadaan lereng tersebut menurut Krahn, 2004 pada tabel 2.4, kondisi lereng
tersebut aman dalam kondisi kering dan akan terjadi longsoran pada saat kondisi jenuh.Pada
perhitungan manual metode slice didapatkan nilai FK kondisi kering pada cross section A- A’
adalah 1,6 dan nilai FK kondisi kering cross section B-B’ adalah 1.8. Artinya menurut Krahn, 2004

775
Jurnal Taguchi: Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri p-ISSN 2798-964X
DOI Issue: 10.46306/tgc.v3i1 e-ISSN 2798-9658
pada tabel 2.4 dimana nilai FK untuk lereng keseluruhan yaitu antata 1.5-1.8 maka lereng pada
Kali konto hilir dalam kondisi aman pada kondisi kering.
Kata kunci: Debit Banjir, Faktor keamanan, Lereng Sungai.

PENDAHULUAN
Fenomena kerusakan-kerusakan tebing di Indonesia pada umumnya terjadi di sepanjang
Daerah Aliran Sungai (DAS). Kerusakan-kerusakan ini biasanya disebabkan oleh derasnya aliran
arus sungai yang sedikit demi sedikit mengikis tebing di kiri dan kanan sungai sehingga dapat
menyebabkan terjadinya erosi pada awalnya dan apabila dibiarkan akan menyebabkan terjadinya
keruntuhan tebing sungai tersebut.
Jombang adalah salah satu kabupaten di wilayah jawa tinur dengan luas 1159.50 km2
Secara astronomis, Kabupaten Jombang terletak antara 7o20 – 7o46 Lintang Selatan dan 112o03 –
112o27 Bujur Timur.
Dengan kecamatan terluas adalah kecamatan Wonosalam, sedangkan kecamatan dengan
luas terkecil adalah kecamatan Ploso. Dari seluruh kecamatan yang terdapat di kabupaten
Jombang, Kecamatan Wonosalam merupakan kecamatan dengan tinggi wilayah tertinggi
daripada kecamatan lainnya, yaitu 459 mdpl. Selain itu juga terdapat 42 sungai yang mengalir di
wilayah kabupaten Jombang ,sungai memiliki banyak manfaat dalam kehidupan menusia hal ini
dapat dilihat dari dari pemanfaatan sungai yang beragam. Namun dalam penelitian kali ini hanya
terpusat pada satu sungai, yaitu Kali Konto Hilir.
Daerah aliran sungai di Indonesia sekarang ini mengalami banyak kerusakan lingkungan
pada sungai, seperti kerusakan pada aspek biofisik ataupun kualitas air, sebagian daerah aliran
sungai mengalami beberapa kerusakan diantaranya sebagai akibat dari perubahan tata guna
lahan, pertambahan jumlah penduduk serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
pelestarian lingkungan sekitar sungai dan kerusakan lahan terutama kawasan hutan lindung.
Akibat dari kerusakan tersebut mengalami beberapa kelongsoran tebing. Proses kelongsoran
terjadi akibat adanya proses gerusan yang terus menerus di dasar saluran. Pola gerusan yang
terjadi sangat dipengaruhi oleh debit, kemiringan dasar sungai, dan waktu. Banyak kasus yang
terjadi di berbagai sungai mengenai kerusakan tebing, tanpa terkecuali Kali Konto Hilir.
Dari kejadan banjir yang berulang tersebut munculah studi untuk mencari penyebab dan
cara mengatasi banjir di sepanjang aliran Kali Konto, pada kegiatan SID pengendalian daya rusak
air kali Konto. Dalam rentang waktu 3 tahun sejak tahun 2019, diketahui beberapa bagian tebing
sungai memerlukan rehabilitasi. Sebelum melakukan rehabilitas perbaikan tebing, terlebih dahulu
perlu adanya pengetahuan tentang stabilitas tebing untuk mengetahui jenis tanah dan bentuk
perkuatan yang akan diterapkan. Untuk itu perlu adanya penanaganan terkait peningkatan
stabilitas tebing sungai. Dengan pertimbangan diatas maka kami tertarik untuk menyusun tugas
akhir dengan judul “Analisis Stabilitas Lereng Dengan Menggunakan Metode Bishop”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah mencari berapa nilai (SF) lereng pada DAS Kali Konto Hilir ?

Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada rumusan masalah di atas , maka tujuan penelitian ini adalah untuk
Mengetahui nilai (SF) lereng pada Kali Konto Hilir.

Batasan Masalah
Untuk menjaga fokus penelitian tidak meluas, maka dalam penelitian diperlukan Batasan
masalah, diantaranya Penelitian ini dilakukan di titik tertentu pada Kali Konto Hilir dan Penelitian
sebatas menganalisis masalah penyebab terjadinya kerusakan lereng pada Kali Konto Hilir.

776
Jurnal Taguchi: Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri p-ISSN 2798-964X
DOI Issue: 10.46306/tgc.v3i1 e-ISSN 2798-9658

LANDASAN TEORI
Pengertian lereng
Lereng adalah suatu bidang di permukaan tanah yang menghubungkan permukaan tanah
yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih rendah. Lereng dapat di bentuk secara
alami dan juga dapat di bentuk oleh manusia. Dalam bidang teknik ada beberapa jenis lereng:

Lereng alami
Lereng alam yang telah stabil, beberapa tahun kemudian mungkin tiba- tiba longsor akibat
perubahan topografi, aliran air tanah, gempa, kehilangan kuat geser, perubahan tegangan dan
pelapukan. Peck (1967) menyatakan bahwa prediksi stabilitas lereng alam dapat dilakukan dengan
baik, hanya jika area yang di teliti adalah zona longsoran lama yang telah di pelajari sebelumnya,
yang mungkin telah berubah kondisinya oleh kegiatan manusia, seperti penggalian di kaki lereng.
Dengan mengetahui keberadaan bidang longsor lama pada lereng alam, maka lereng akan
lebih mudah dipahami dan diprediksi kelakuannya. Bidang longsor ini merupakan hasil dari
peristiwa longsoran terdahulu. Kuat geser di sepanjang bidang longsor sering sangat rendah,
karena gerakan yang dulu pernah terjadi, telah menyebabkan tahanan geser puncak terlampaui,
dan kemudian perlahan- lahan berkurang menuju ke nilai residunya. Bahkan hal yang mudah
untuk memahami area longsoran. Akan tetapi. Bila letak lapisan yang tergeser telah diketahui,
avaluasi stabilitas lereng umumnya akan dapat dilakukan dengan baik.

Lereng buatan
Lereng buatan manusia umumnya terdiri dari struktur timbunan atau urungan dan
galian, yang banyak digunakan dalam bangunan-bangunan gedung, jalan raya, tanggul sungai,
lereng bendungan dan lainnya.

Timbunan
Lereng timbunan berupa tanah-tanah dipadatkan, misalnya timbunan badan jalan raya,
timbunan jalan rel, tanah urug, bendungan urungan dan tanggul. Sifat-sifat teknis material yang
digunakan dalam bangunan-bangunan ini control oleh sifat-sifat material dari lokasi bahan
pengambilan atau borrow area (misalnya: distribusi butiran, kepadatan, kuat geser dan
sebagainya). Umumnya, lereng dirancang dengan menggunakan parameter-parameter kuat geser
yang diperoleh dari uji contoh tanah yang akan dipadatkan pada rencana kepadatan tertentu.
Analisis lereng timbuanan dan galian umumnya tidak menemui banyak kesulitan, seperti pada
analisis stabilitasi lereng alam dan galian, karena material pengambilan bahan timbunan (borrow
area) dipilih dan diproses. Karena tanah urug umumnya ditimbun lapis-berlapis, maka analisis-
analisis umumnya dilakukan untuk seluruh tahap sesudahnya seperti, semua fase pelaksanaan
pembangunan, akhir pembangunan, kondisi jangka panjang, gangguan alam (seperti banjir dan
gempa bumi), dan penurunan air cepat (rapid drawdown).
Timbunan yang terdiri dari material shale (serpih) mengakibatkan masalah stabilitas lereng
dan penurunan. Menurut Million dan Strohm (1981), penyebab kelongsoran lereng timbunan dari
bahan serpih dan penurunannya, yaitu memburuknya atau pelunakan serpih sesudah
pembangunan, pemadatan yang jelek dari urugan serpih, dan penjenuhan dari urungan serpih.

Galian
Galian dangkal dan dalam, sering dilakukan dalam proyek-proyek teknik sipil. Maksud
dari perancangan lereng adalah untuk menentukan tinggi dan kemiringan lereng yang ekonomis
dan stabil selama masa layanan. Perancangan di pengaruhi oleh tujuan dilakukan penggalian,
kondisi geologi, sifat-sifat material di tempat, tekanan rembesan, metode pembangunan dan
kondisi alam seperti banjir, erosi, pembekuan, gempa dan lain-lain.

777
Jurnal Taguchi: Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri p-ISSN 2798-964X
DOI Issue: 10.46306/tgc.v3i1 e-ISSN 2798-9658
Galian dengan lereng terjal sering dilakukan, sebab ruang pembebasan tanah atau
pemilikan terbatas. Perancangan harus mempertimbangkan ukuran-ukuran yang dapat mencegah
keruntuhan yang sifatnya segera dan mendadak, ataupun perlindungan untuk kestabilan lereng
untuk jangka panjang, kecuali kalau lereng hanya untuk bangunan sementara. Dalam situasi
tertentu stabilitas galian pada akhir pelaksanaan mungkin menjadi paling kritis dalam hitungan
perancanagn. Lereng galian, walaupun stabil dalam jangka pendek namun, dapat mengalami
longsor pada tahun-tahun sesudahnya dangan tanpa adanya tanda- tanda yang mendahuluinya.

Urugan tanah
Urungan tanah adalah kasus khusus, dimana lereng mungkin terbentuk ole galian dan
urungan. Urungan tanah dapat mengandung bahan organic, limbah pohon-pohonnya, sampah
dan lain-lain yang diratakan dengan bulldozer dan kemudian dipadatkan. Urungan tanah ini,
hanya dipadatkan di bagian atasnya saja, sehingga menghasilkan material yang tidak padat dan
banyak mengandung rongga.
Evaluasi stabilitas lereng tanah urug adalah sama seperti analisis stabilitas yang lain.
Pemilihan parameter-patameter yang cocok untuk kuat geser material buangan samapa dan
pondasinya, serta tahapan geser di sepanjang”interface” antara material pemisah yang kedap air
(liner) dan sistem penutupnya, adalah paling kritis dalam kebanyakan studi analisis. Masalah
terbesar adalah pada penentuan parameter kuat geser, tegangan-regangan dari material sistem
liner dan interface, dan dari urungan sampah. Kekurangan data terutama adalah akibat dari
sulitnya pengambilan contoh yang mewakili kondisi dilapangan dan pengujian sampah. Sampah
mengalami pelapukan dengan bertambahnya waktu sehingga sifatnya selalu berubah dengan
waktunya.
Pada semua jenis lereng ini kemungkinan terjadi longsor selalu ada, karena dalam kasus
tanah yang tidak rata akan menyebabkan komponen yang tidak rata akan menyebabkan
komponen gravitasi dari berat memiliki kecendrungan untuk menggerakkan gerakan massa tanah
dari elevasi lebih tinggi ke elevasi yang lebih rendah. Pada tempat dimana terdapat dua
permukaan tanah yang berbeda ketinggian nya, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja
mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi kedudukannya cendrung bergerak kebawah. Di
samping gaya pendorong ke bawah terdapat pula gaya-gaya dalam tanah yang bekerja menahan
atau melawan sehingga kedudukan tanah tersebut tetap stabil. Gaya-gaya pendorong berupa gaya
berat, gaya tiris atau muatan dan gaya-gaya inilah yang menyebab kelongsoran, gaya-gaya
penahan berupa gesekan atau geseran, lekatan (dari kohesi), kekuatan geser tanah. Jika gaya-gaya
pendorong lebih besar dari gaya-gaya penahan, maka tanah akan mulai runtuh dan akhirnya
terjadi keruntuhan tanah sepanjang bidang yang menerus dan massa tanah diatas bidang yang
menerus ini akan longsor. Peristiwa ini disebut keruntuhan lereng dan bidang yang menerus
disebut bidang gelincir.
Perbedaan elevasi pada permukaan tanah seperti lereng dapat mengakibatkan pergerakan
massa tanah daribidang dengan elevasi yang tinggi menuju bidang elevasi yang lebih rendah,
pergerakan ini diakibatkan oleh gravitasi. Pergerakan massa tanah tersebut juga dapat
dipengaruhi oleh air dan gaya gempa. Pergerakan atau gaya tersebut akan menghasilkan tegangan
geser yang berfungsi sebagai gaya penahan dan apabila berat massa tanah yang bekerja sebagai
gaya pendorong itu lebih besar dari tegangan geser tersebut maka akan mengakibatkan
kelongsoran. Terdapat 2 tipe lereng yaitu lereng terbatas dan lereng tak terbatas.

Faktor Keamanan
kestabilan lereng tergantung pada gaya penggerak dan gaya penahan yang bekerja pada
bidang gelincir tersebut. Gaya penahan (resisting force) adalah gaya yang menahan agar tidak
terjadi longsoran, sedangkan gaya penggerak (driving force) adalah gaya yang menyebabkan

778
Jurnal Taguchi: Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri p-ISSN 2798-964X
DOI Issue: 10.46306/tgc.v3i1 e-ISSN 2798-9658
terjadinya longsoran. Perbandingan antara gaya-gaya penahan terhadap gaya-gaya yang
menggerakkan tanah inilah yang disebut dengan Faktor Keamanan (FK) lereng.
Faktor keamanan terhadap longsoran didefenisikan sebagai perbandingan kekuatan geser
maksimum yang dimiliki tanah dibidang longsor yang diandaikan (s) dengan tahanan geser yang
diperlukan untuk keseimbangan (τ). Dengan rumus :
FK = ………….( 2.6)

Dimana :
FK : faktor keamanan
W : berat irisan
C : kohesi tanah
Φ : sudut geser tanah
Tabel tingkat nilai FK teoritis
Fk Keterangan
>1 Stabil
=1 Kritis
<1 Labil

METODE PENELITIAN

Tahap Persiapan
Tahap persiapan terdiri atas mobilisasi personil, alat, dan bahan, serta pengumpulan data
sekunder juga studi terdahulu. Serta melakukan survei lapangan untuk mengidentifikasi
permassalahan yanag terjadi dilapangan

Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan di daerah DAS Konto Hilir. Tepatnya pada Rolag 70 di Kecamatan
Kedungmulyo Kabupaten Jombang.Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.

779
Jurnal Taguchi: Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri p-ISSN 2798-964X
DOI Issue: 10.46306/tgc.v3i1 e-ISSN 2798-9658
1. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung ke
lapangan yaitu DAS Kali Konto Hilir. Dalam observasi ini dilakukan pengamatan kondisi fisik
dan untuk mengetahui titik lokasi DAS Kali Konto Hilir.
2. Sedangkan pengumpulan data sekunder yaitu mengumpulkan data yang bersifat teoritis,
dokumen, Adapun data yang diperoleh seperti data: dimensi sungai, curah hujan, hasil uji
tanah, dan debit banjir rencana.

Analisisi data
Dalam hal, ini mencakup analisis dan pembahasan-pembahasan yang dikerjakan selama
penelitian, Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah mencari faktor keamanan pada
lereng. Faktor aman di defenisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan dan gaya
yang menggerakkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis faktor keamanan (FK)
Dari investigasi geoteksik berupa pengujian sondir dan hand bored data tersebut
menghasilakan indeks propertis tanah berupa gamma tanah (γt), kohesi tanah (c) dan sudut geser
dalam tanah (Ø). Dan data-data tersebut diolah menggunakan software pembantu dan
menggunakan metode perhitungan manual sehingga menghasilkan nilai safety factor dari sebuah
lereng.
Analisa stabilitas lereng ini dilakukan pada kondisi saluran yang memiliki parameter tanah
yang paling tidak menguntungkan (tanah labil). Dari data pengujian laboratorium diperoleh data
kondisi ekstrim sebagai berikut:
ɣ ( KN/m3) = 16,00 KN/m3
Φ = 20,000
C = 20,00 KN/m3

Perhitungan menggunakan Software Geoslopeslope/W


Setelah parameter yang dibutuhkan sudah didapatkan melalui pengujian laboraturium
maka data dapat dimasukan pada software Geoslope Slope/W . Untuk dimensi lereng didapatkan
dari cross section pada peta situasi lereng dan di import ke software Slide dengan format Dxf. Hasil
pengolahan data dengan metode bishop pada lereng Kali Konto dapat dilihat pada gambar

Gambar Nilai FK Cross Section A-A’ Lereng Kondisi Kering

Gambar: Nilai FK Cross Section B-B’ Lereng Kondisi Kering

780
Jurnal Taguchi: Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri p-ISSN 2798-964X
DOI Issue: 10.46306/tgc.v3i1 e-ISSN 2798-9658

Gambar Nilai FK Cross Section A-A’ Lereng Kondisi Jenuh

Gambar Nilai FK Cross Section B-B’ Lereng Kondisi Jenuh

Perhitungan slice method


Untuk mendapatkan FK menggunakan dengan metode slice dilakukan dengan
menggambar lereng secara manual dengan skala yang ditentukan dengan kelongsoran berbuntuk
curve (lingkaran). Perhitungan manual hanya menghitung nilai FK pada kondisi kering pada cross
section A-A’ dan cross section B-B’.
Nilai FK kondisi kering cross section A-A’
Diketahui dimensi lereng dapat dilihat pada gambar dengan nilai bobot isi, kohesi dan
sudut geser dalam dapat dilihat pada data tanah yang disesuaikan pada gambar. Untuk
perhitungan nilai FK sebagai berikut:

Gambar: Pembagian Pias Cross Section A-A

Untuk menentukan berat tanah pada pias maka dilakukan perhitungan menggunakan
rumus 2.9 . Dimana:
W1 = luas irian 1 x berat volume tanah
= 1,4 x 16
= 22,4

781
Jurnal Taguchi: Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri p-ISSN 2798-964X
DOI Issue: 10.46306/tgc.v3i1 e-ISSN 2798-9658

No Wn Sin Cos Wn Wn
Irisan (kN/m) (0) Sin Cos

1 22,4 70 0,940 0,342 2,294 21,05 7,66


2 294,4 54 0,809 0,588 6,803 238,17 173,04
3 435,2 38 0,616 0,788 5,076 267,94 342,94
4 435,2 24 0,407 0,914 4,376 177,01 397,57
5 390,4 12 0,208 0,978 0,090 81,17 381,87
6 268,8 0 0,000 1,000 4,000 0,00 268,80
7 66,56 -8 - 0,990 3,232 -9,26 65,91
0,139
Jumlah ( ⅀ ) 30,50 776,08 1637,80

Tabel : Hasil perhitungan manual

Hasil perhitungan nilai SF seluruh segmen pada lapisan tanah paling kritis dengan data tanah
seperti pada tabel 4.1

• ɣ ( KN/m3) = 16,00
• Φ = 20,00
• C = 20,00
Setelah data tanah dan hasil perhitungan perpias pada lereng telah ditemukan, maka dapat kita
hitung faktor keamanan pada lereng lersebut. Adapun perhitungan lereng adaalah sebagai berikut
:

FK =

= 1,6 menurut Krahn, 2004 apabila FK > dari 1,5 maka lereng tersebut dalam kondisi stabil.
Nilai FK kondisi kering cross section B-B’
Diketahui dimensi lereng dapat dilihat pada gambar dengan nilai bobot isi, kohesi dan
sudut geser dalam dapat dilihat pada data tanah yang disesuaikan pada gambar. Untuk
perhitungan nilai FK sebagai berikut:

782
Jurnal Taguchi: Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri p-ISSN 2798-964X
DOI Issue: 10.46306/tgc.v3i1 e-ISSN 2798-9658
Gambar 4.6: Pembagian Pias Cross Section B-B’

Untuk menentukan berat tanah pada pias maka dilakukan perhitungan menggunakan rumus 2.9 .
Dimana :
W1 = luas irian 1 x berat volume tanah
= 53,32 x 16
= 853,07
Perhitungan nilai FK menggunkan metode slice. Untuk memudahkan perhitungan dapat dilihat
pada tabel:

No Wn Sin Cos Wn Wn
Irisan (kN/m) ( 0) Sin Cos

1 853,07 73,00 0,96 0,29 17,10 815,79 249,41


2 1790,11 61,00 0,87 0,48 10,31 1565,66 867,86
3 2376,97 52,00 0,79 0,62 8,12 1873,08 1463,41
4 2815,08 44,00 0,69 0,72 6,95 1955,52 2025,00
5 3158,70 37,00 0,60 0,80 6,26 1900,96 2522,65
6 3432,71 31,00 0,52 0,86 5,83 1767,98 2942,41
7 1849,55 25,00 0,42 0,91 4,41 781,65 1676,26
8 957,60 22,00 0,37 0,93 4,85 358,72 887,87
9 1153,60 16,00 0,28 0,96 7,28 317,98 1108,91
10 116,80 13,00 0,22 0,97 1,03 26,27 113,81
11 84,80 12,00 0,21 0,98 1,02 17,63 82,95
12 100,80 10,00 0,17 0,98 1,02 17,50 99,27
13 481,60 6,00 0,10 0,99 7,04 50,34 478,96
14 313,60 1,00 0,02 1,00 7,00 5,47 313,55
15 244,56 14,00 0,24 0,97 19,58 59,17 237,30
Jumlah ( ⅀ ) 107,82 11513,72 15069,62

Tabel 4.3: Hasil perhitungan manual

Hasil perhitungan nilai SF seluruh segmen pada lapisan tanah paling kritis dengan data tanah
seperti pada tabel 4.1

• ɣ ( KN/m3) = 16,00
• Φ = 20,00
• C = 20,00
Setelah data tanah dan hasil perhitungan perpias pada lereng telah ditemukan, maka dapat kita
hitung faktor keamanan pada lereng lersebut. Adapun perhitungan lereng adaalah sebagai berikut
:

783
Jurnal Taguchi: Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri p-ISSN 2798-964X
DOI Issue: 10.46306/tgc.v3i1 e-ISSN 2798-9658

FK =

= 1,8 menurut Krahn, 2004 pada tabel 2.4 apabila FK > dari 1,5 maka lereng tersebut
dalam kondisi stabil.
Rekapitulasi Hasil
Berdasarkan pengujian sampel di laboratorium didapatkan data tanah yang paling kritis
adaalah : nilai bobot isi ɣ ( KN/m3) = 16,00 kN/m3. Nilai sudut geser dalam (Φ) = 20,00. Nilai
kohesi (C) = 20,00.
Dari semua pengolahan data dan analisa data didapatkan seluruh hasil nilai FK baik
kondisi kering dan kondisi jenuh, metode bishop dan metode manual slice, dan back analysis nilai
FK pada desain perbaikan lereng seperti tabel berikut:
Tabel : Rekapitulasi Analisa nilai FK
Rockscience Manual
Kondisi Slide (Bishop (Slice
Methode) Metode)
A-A' B- A- B-
B' A' B'
Kering 1.214 1.9 1,6 1,8
Jenuh 0.714 0.87 - -
(sumber: Dokumentasi Pribadi,2023)

Dari analisa data menggunakan software dan secara manual didapatkan sedikit perbedaan
nilai FK. Dalam perhitungan manual hanya menghitung pada kondisi kering karena pada
perhitungan bobot isi hanya pada pada bobot isi asli. Analisa nilai FK kondisi jenuh dilakukan
melalui Software Geoslope Slope/W untuk mendapatkan nilai FK pada kondisi jenuh.
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan Software Geoslope Slope/W dengan
metode bishop didapatkan nilai FK kondisi kering pada cross section A-A’ adalah 1.214 dan nilai FK
kondisi kering cross section B-B’ adalah 1.9. Sedangkan nilai FK kondisi jenuh cross section A-A’
adalah 0.714 dan nilai FK kondisi jenuh cross section B-B’ adalah 0.870.
Dimana dalam keadaan lereng tersebut menurut Krahn, 2004 pada tabel 2.4, kondisi lereng
tersebut aman dalam kondisi kering dan akan terjadi longsoran pada saat kondisi jenuh.
Pada perhitungan manual metode slice didapatkan nilai FK kondisi kering pada cross section A-
A’ adalah 1,6 dan nilai FK kondisi kering cross section B-B’ adalah 1.8. Artinya menurut Krahn,
2004 pada tabel 2.4 dimana nilai FK untuk lereng keseluruhan yaitu antata 1.5-1.8 maka lereng
pada Kali konto hilir dalam kondisi aman pada kondisi kering.

KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengujian sampel di laboratorium didapatkan nilai bobot isi ɣ ( KN/m3) =


16,00 kN/m3. Nilai sudut geser dalam (Φ) = 20,00. Nilai kohesi (C) = 20,00.
2. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan Software Geoslope Slope/W dengan metode
bishop didapatkan nilai FK kondisi kering pada cross section A-A’ adalah 1.214 dan nilai FK
kondisi kering cross section B-B’ adalah 1.9. Sedangkan nilai FK kondisi jenuh cross section A-A’

784
Jurnal Taguchi: Jurnal Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri p-ISSN 2798-964X
DOI Issue: 10.46306/tgc.v3i1 e-ISSN 2798-9658
adalah 0.714 dan nilai FK kondisi jenuh cross section B-B’ adalah 0.870.
Dimana dalam keadaan lereng tersebut menurut Krahn, 2004 pada tabel 2.4, kondisi lereng
tersebut aman dalam kondisi kering dan akan terjadi longsoran pada saat kondisi jenuh.
3. Pada perhitungan manual metode slice didapatkan nilai FK kondisi kering pada cross section
A- A’ adalah 1,6 dan nilai FK kondisi kering cross section B-B’ adalah 1.8. Artinya menurut
Krahn, 2004 pada tabel 2.4 dimana nilai FK untuk lereng keseluruhan yaitu antata 1.5-1.8 maka
lereng pada Kali konto hilir dalam kondisi aman pada kondisi kering.

SARAN
Dari kesimpulan yang sudah didapatkan, ada beberapa saran yang dapat disampaikan
sesuai dengan kesimpulan yang ada, diantaranya adalah :
1. Dibuatnya drainase sehingga air hujan tidak seluruhnya mengaliri lereng tersebut, dan
menyebabkan banyaknya terbentuk kantung air dalam lereng.
2. Perlu dilakukan back analysis untuk mengantisipasi terjadinya longsor.
3. Perlu dilakukan perencanaan perkuatan lereng yang tepat terhadap kondisi tanah pada
lereng.
4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor keamanan menggunakan metode-
metode konvensional ataupun metode FE

785

Anda mungkin juga menyukai