Anda di halaman 1dari 15

Tugas Geologi Kuarter

“Pengaruh Ketersediaan Air pada Sistem Bendungan untuk


Daerah JawaTengah”

Disusun oleh:
ADINDA ANGGRIANTI
072001600003

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Air merupakan kebutuhan yang paling penting dalam keberlangsungan


hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya. Semakin bertambah populasi
manusia maka akan berbanding lurus dengan kebutuhan air yang semakin
meningkat, Persoalan yang sering terjadi adalah sewaktu musim hujan kerap
menimbulkan banjir, sedangkan pada waktu kemarau ketersediaan air berkurang.
Memperhatikan kondisi tersebut, maka diperlukan adanya pengelolaan sumber
daya air yang baik, sehingga penggunaan air dapat digunakan secara optimal, baik
pada musim penghujan dan kemarau salah satu opsi pengelolaan air yaitu dengan
adanya suatu bangunan air yang dapat menampung kelebihan air pada musim
penghujan dan dimanfaatkan pada saat-saat kekurangan air adalah waduk atau
bendungan.

I.2 Rumusan Masalah

Bendungan berpengaruh penting bagi ketersediaan air khususnya pada


musim kemarau, oleh karena itu diperlukan peningkatan pembangunan bendungan
dan rehabilitasi konstruksi bendungan yang sudah tua sehingga dapat
dimanfaatkan saat terjadi kekeringan.

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui pentingnya


pengaruh sistem bendungan yang baik bagi ketersediaan air dilihat dari aspek
geologi kuarter.
I.4 Lokasi Penelitian

Penelitian berlokasi di Daerah Jawa Tengah

Gambar 1 : Peta Administrasi Jawa Tengah


BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Teori Dasar

Bendungan adalah bangunan air yang dibangun secara melintang sungai,


sedemikian rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya naik sampai ketinggian
tertentu, sehingga air sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-
saluran pembagi kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian. (Kartasapoetra ,1991)

Menurut Sarono dkk (2007), ada beberapa fungsi dan manfaat bendungan
diantaranya yaitu:
• Irigasi
• PLTA
• Pengendali Banjir
• Memenuhi ketersediaan air saat musim kemarau

Perencanaan Bendungan

Untuk merencanakan dan membangun sebuah bendungan terdapat beberapa


aspek yang umum : apakah tluktuasi besarnya air sungai sangat menjolok antara di
musim hujan dan panas sehingga persediaan airnya tidak dapat diandalkan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen sepanjang tahun. Apakah masalah pemindahan
pemukiman penduduk dari lokasi rencana bendungan masih dalam batas wajar
sehingga akan dapat diatasi dengan baik secara etis, ekonomis dan politis.
Apakah terdapat lokasi yang cocok, sesuai dan kondisi tanah pondasi cukup kuat untuk
dapat mendukung beban tubuh bendungan tipe urugan atau beton. Beberapa
komponen-komponen dibawah ini merupakan pendukung dalam perencanaan
bendungan :
• Peta topografi

• Peta geologi

• Foto udara

• Peta tata guna tanah


• Peta pemilikan tanah

Catatan kegiatan di lokasi rencana dan sekitarnya. Pra studi kelayakan meliputi
kegiatan :
• Survay geologi teknik

• Survay topografi

• Survay hidroklimatologi

Pra rencana bendungan meliputi :


• Pemilihan lokasi (beberapa alternatif)

• Pemilihan jenis bendungan

• Dimensi

• Perhitungan stabilitas

• Pembuatan spesifikasi teknik

• Jadwal pembuatan design detail

• Jadwal pelaksanaan konstruksi

• Rencana anggaran biaya

• Analisi ekonomi

II.2 Aspek Geologi Kuarter

Tektonik dan Struktur

Pulau Jawa berkembang aktivitas tektonik lempeng yang aktif, yaitu


Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Akibat dari aktivitas lempeng
tektonik tersebut di Pulau Jawa berkembang tiga pola struktur geologi yang
dominan, yaitu Pola Meratus yang berarah timurlaut - baratdaya, Pola Sunda yang
berarah utara - selatan, dan Pola Jawa yang berarah timur - barat (Pulonggono dan
Martodjojo, 1994).
Gambar 2 Pola struktur regional Pulau Jawa.
(Pulonggono dan Martodjojo, 1994)

Pola Meratus memiliki arah timurlaut - baratdaya dan berumur Kapur Akhir
hingga Paleosen (80-52 juta tahun yang lalu). Rezim tektonik kompresi Lempeng
Indo-Australia yang tersubduksi ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan
terbentuknya pola Meratus ini. Salah satu sesar yang mencerminkan pola Meratus
di Pulau Jawa adalah Sesar Cimandiri yang terbentang mulai dari Teluk Pelabuhan
Ratu hingga ke Subang, yang berada di sisi barat dari daerah penelitian. Sesar
tersebut tergolong sesar mendatar dengan arah timurlaut - baratdaya. Di Jawa
Tengah, singkapan batuan Pra-Tersier di Lok Ulo juga menunjukkan arah ini.

Pola struktur yang berkembang setelah pola Meratus adalah pola Sunda.
Pola struktur ini berarah utara - selatan dan berumur Eosen Awal hingga Oligosen
Akhir (53-32 juta tahun yang lalu). Setelah rezim kompresi pada pola Meratus
terjadi penurunan kecepatan gerak dari lempeng Indo-Australia sehingga terjadi
rezim tektonik regangan pada masa ini yang membentuk struktur dengan pola
Sunda. Purnomo dan Purwoko (1994) menyebut periode ini sebagai Paleogene
extensional Rifting. Struktur sesar yang termasuk ke dalam Pola Sunda umumnya
berkembang di utara Jawa (Laut Jawa).

Pola Jawa merupakan pola struktur dengan arah timur - barat yang berumur
Oligosen Akhir hingga Miosen Awal (32 juta tahun yang lalu). Pola struktur ini
terbentuk akibat rezim kompresi yaitu subduksi Lempeng Indo-Australia yang
berada di selatan Jawa hingga ke arah Sumatera. Purnomo dan Purwoko (1994)
menyebut periode ini sebagai Neogene compressional wrenching hingga Plio-
Pleistocene compressional thrust folding. Di Jawa Tengah hampir semua sesar di
jalur Serayu Utara dan Selatan mempunyai arah yang sama, yaitu barat-timur. Salah
satu sesar yang mencerminkan pola Jawa adalah Sesar Baribis yang membentang
mulai dari Purwakarta hingga ke Jawa Tengah di daerah Baribis Kadipaten
Majalengka dengan arah barat - timur.

Pelapukan
Indonesia merupakan negara tropis sehingga rentan terjadi pelapukan
terutama pelapukan kimiawi yang menyebabkan hancurnya batuan - batuan
sehingga menjadi tidak kompak dan berpengaruh terhadap daya dukung
infrastruktur bendungan.

Jawa Tengah sendiri terdapat total 38 bendungan yang beroperasi hingga


tahun 2019 dengan jumlah DAS sekitar 128 aliran

Gambar 3 : Peta DAS Jawa Tengah


Gambar 4 : Daftar Bendungan beresiko di Indonesia

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa sebagian bendungan besar di


Indonesia khususnya Jawa Tengah termasuk kedalam resiko kerusakan tinggi,
seperti Ketro, Krisak, Cengklik, dan daftar bendungan beresiko didominasi oleh
bendungan yang berasal dari Jawa Tengah

Secara umum kegagalan dan kerusakan yang terjadi pada bendungan di Indonesia
diantaranya adalah :
1. Erosi akibat mengalirnya air melalui pondasi suatu bendungan.
2. Kerusakan akibat retakan (Crack), retakan sering kali menjadi penyebab
kebocoran pada bendungan sebab retakan ini karena konsolidasi yang tak
seragam pada tubuh bendungan atau pondasi. Hal tersebut juga dapat
mengindikasikan tidak memadainya proses pemadatan pada saat konstruksi.
Jenis kerusakan ini terjadi pada bendungan Kedung Ombo dan Kedung
Bendo di Provinsi Jawa Tengah.
3. Longsoran (slide), pada bendungan urugan disebabkan karena kejadian
longsoran pada tebing atau lereng yang biasa ketika gaya yang bekerja pada
suatu bidang geser melampui batas gaya yang dapat ditahan.Jenis kerusakan
ini terjadi pada bendungan Kedung Sengon di Provinsi Jawa Tengah.
4. Peluapan (Overtopping) yakni peristiwa meluapnya air waduk melalui
puncak bendungan yang terjadi karena banjir besar melebihi kapasitas dan
gelombang tinggi melampaui puncak bendungan yang diakibatkan gempa
tektonik atau kelongsoran pada dinding waduk. bendungan beton pada
umumnya tahan peristiwa ini namun peluapan sangat fatal pada bendungan
urugan, sebab aliran yang melampaui puncak bendungan urugan sedemikian
derasnya dan mampu menggerus puncak bendungan urugan, baik tanah
maupun batu,sehingga keruntuhan total hampir selalu terjadi. Di Indonesia,
peristiwa semacam ini pernah terjadi satu kali,yakni di anak bendungan
( urugan batu) Waduk Sempor Jawa Tengah yang belum selesai, runtuh total
akibat banjir besar pada tahun 1967 dan mengibatkan 125 meninggal dunia.

Contoh Bendungan di Jawa Tengah

Gambar 5 : Bendungan Jatibarang

Bendungan Jatibarang berlokasi di Semarang Jawa Tengah, bendungan ini


memenuhi kebutuhan air Semarang sekitar 1050 liter/detik dan mengurangi debit
banjir 170 m3/detik, selain itu bendungan ini juga memiliki potensi sebagai PLTMH
sebesar 1,5 megawatt dan juga sebagai potensi pariwisata kota Semarang.

Secara geomorfologi yang berpedoman pada peneliti sebelumnya, yakni


menurut Verstapen (1985), bendungan Jatibarang terbagi menjadi dua satuan
bentuk asal, yaitu:
1. Perbukitan Bergelombang Struktural
2. Dataran Alluvial
Dengan pola aliran sub dendritik dan stadia sungai dewasa.
Susunan stratigrafi daerah penelitian berdasarkan urutan litostratigrafi tidak
resmi dari tua ke muda yaitu:
1. Satuan batupasir tufan
2. Satuan napal tufan
3. Satuan konglomerat
4. Endapan alluvial
Struktur geologi yang berkembang dari hasil analisis didapatkan jenis sesar
berupa sesar naik kiri (Left Reverse Slip Fault, Rickard, 1972) dan sesar mendatar
kanan (Reverse Right Slip Fault, Rickard, 1972)

Jenis bendungan adalah bendungan urugan dimana pemilihan jenis


bendungan tersebut karena dilihat dari tinggi bendungan dan pondasi batuan sangat
cocok dengan kriteria yang ada, kemudian bendungan ini memiliki biaya
konstruksinya tidak terlalu mahal, jika terjadi rembesan dan kebocoran dapat segera
langsung ditangani, cocok dengan batuan dasar bendungan Jatibarang karena terdiri
dari batuan lunak,dan biaya pemeliharaan tidak terlalu mahal.

Aspek Kebencanaan

Gambar 6 : Bendungan Situ Gintung yang Jebol

Bendungan Situ Gintung Jebol pada 27 maret 2009 dengan dampak sebagai
berikut :
• Sekitar 500 rumah terendam
• 150 rumah hancur dan 7 rumah hancur
• Korban jiwa 100 orang
Penyebab kerusakan karena banjir yang menyebabkan tanggul tanah
tererosi akibat air yang meluap atau luber (overtopping).
Morfologi daerah bencana berupa daerah yang relatif datar dengan lembah
Situ Gintung. Daerah hilir berupa lembah relatif bergelombang lemah yang dibatasi
oleh lereng terjal (tanggul situ). Daerah ini merupakan lembah aliran sungai
Pesanggrahan yang secara umum merupakan lembah yang relatif datar.
Dalam peta geologi Jakarta terlihat bahwa Situ Gintung terletak pada batuan
endapan volkanik. Dimana disebelah kiri kanannya berupa endapan sungai

Gambar 7 : Peta Geologi Jakarta dan lokasi Situ Gintung

Gambar 8 : Peta Elevasi Jakarta dan lokasi Situ Gintung


Peta geologi menunjukan bahwa Situ Gintung terletak pada batuan endapan
volkanik. Dimana disebelah kiri kanannya berupa endapan sungai. Litologi Situ
Gintung berupa batu pasir lempungan, berwarna coklat hingga coklat keabuan,
berukuran pasir kasar hingga lempung, kurang kompak, terpilah jelek – sedang.
Timbunan tanggul berupa lempung lanauan, berwarna coklat kemerahan, lunak,
kurang kompak, plastisitas sedang; sedangkan endapan sedimen situ Gintung
berupa lumpur, berwarna abu-abu hingga abu-abu kecoklatan, sangat lunak.
Peta elevasi diatas memperlihatkan bahwa “danau” Situ Gintung tidak
terletak pada lokasi bendungan pada umumnya. Dan bisa dipastikan bukan
merupakan bendungan seperti lazimnya sebuah bendungan (DAM). Situ Gintung
hanyalah sebuah tubuh air yang terperangkap dalam sebuah cekungan pada
punggungan besar diantara lembah-lembah lainnya. Lembah disebelah timur
berupa lembah Sungai Pesanggarahan. Sedangkan disebelah barat berupa lembang
sungai lain.
Situ Gintung merupakan sebuah tubuh air yang terperangkap dalam sebuah
cekungan pada punggungan besar diantara lembah-lembah lainnya. Lembah
disebelah timur berupa lembah Sungai Pesanggarahan. Sedangkan disebelah barat
berupa lembang sungai lain, tubuh air ini bukanlah sebuah konstruksi bendungan
yang umum dibuat oleh ahli-ahli pengairan atau Teknik Sipil. Bendung atau lebih
tepatnya tanggul ini hanyalah urugan tanah atau tanah longsoran saja.

Gambar 9 : Permukiman dekat Bendungan Situ Gintung


Tata lahan daerah bencana berupa waduk, pemukiman, dan kebun
campuran. Situ Gintung terletak di tengah yang di kelilingi oleh pemukiman
penduduk dan dijadikan sebagai obyek wisata. Pemukiman penduduk yang padat
terutama terletak di daerah hilir dari waduk sedangkan di sekitar waduk cukup
padat dengan perumahan, perkantoran, bangunan sekolahan dan aktivitas
penduduk.
KESIMPULAN

Bendungan sangat penting untuk mendukung ketersediaan air di Jawa


Tengah, topografi di Jawa Tengah sendiri mendukung untuk dibuat bendungan,
Saat ini di Jawa Tengah sedang dibangun 2 bendungan pada tahun 2019 yaitu
bendungan Randugunting dan Jlantah yang dicanangkan beroperasi 2023.
Daftar Pustaka

1. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2008. Project


implementation Plan for DAM Operational Improvement
and Safety Project

2. Nugraha, Adi. 2016. Geologi dan Studi Desain Main DAM Rencana
Bendungan Jatibarang, Semarang, Jawa Tengah

3. https://geologi.co.id/2009/03/27/banjir-situ-gintung-keringkan-saja-
danau-ini/20-11-2019

4. https://pusdataru.jatengprov.go.id/bendungan/20-11-2019

Anda mungkin juga menyukai