Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS KUALITAS AIR TANAH BERDASARKAN PARAMETER

FISIK TPAS RAWAKUCING DAN SEKITARNYA,


KOTA TANGERANG, BANTEN
ANALYSIS OF GROUNDWATER QUALITY BASED ON PHYSICAL
PARAMETERS OF FINAL GARBAGE DUMP RAWAKUCING AND
SURROUNDING, TANGERANG CITY, BANTEN
Sindy Febri Nurmalasari1, Afiat Anugrahadi2a, Himmes Fitra Yuda3b
1
Teknik Geologi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

Abstrak
Salah satu kebutuhan manusia yaitu air bersih. Air tanah termasuk dalam sumber air. Namun semakin bertambahnya
populasi manusia maka berpengaruh terhadap kebutuhan air tersebut. Terlebih pada daerah penelitian terdapat TPAS
(Tempat Pembuangan Akhir Sampah) yang bisa berpengaruh terhadap kualitas airtanah di daerah TPA(Tempat
Pembuangan Akhir Sampah) dan sekitarnya. Sebab TPA akan menghasilkan lindi yang berasal dari dekomposisi sampah
yang dapat menimbulkan pencemaran sehingga mempengaruhi kualitas airtanah pada daerah TPA(Tempat Pembuangan
Akhir Sampah) dan sekitarnya. Penelitian dilakukan pada daerah TPAS(Tempat Pembuangan Akhir Sampah) Rawakucing
dan sekitarnya, Kota Tangerang, Banten. Pada penelitian ini menggunakan data air tanah pada sumur gali daerah TPA
Rawakucing dan sekitarnya berupa ketinggian muka air tanah dan uji sampel air berdasarkan parameter fisik Permenkes
No 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi.

Kata-kata kunci: Air bersih, TPAS Rawakucing, kualitas air tanah sekitar TPAS,parameter fisik

Abstract
One of the human needs is clean water. Groundwater is included in water sources. However, the increasing human
population will affect the water needs. Especially in the research area, there are FGD (Final Garbage Dump) which can
affect the quality of groundwater in the FGD (Final Garbage Dump) area and its surroundings. This is because the FGD
(Final Garbage Dump) will produce leachate from the waste decomposition which can cause pollution, thus affecting the
quality of groundwater in the FGD (Final Garbage Dump) area and its surroundings. The research was conducted in the
area of FGD (Final Garbage Dump) Rawakucing and its surroundings, Tangerang City, Banten. This study using
groundwater data from digging wells in the Rawakucing and surrounding landfill areas in the form of groundwater levels
and water sample tests based on physical parameters of Permenkes No. 32 of 2017 concerning Environmental Health
Quality Standards and Water Health Requirements for Hygiene Purposes Sanitation.

Keywords: Clean water, FGD Rawa Kucing. The quality of groundwater, Physical parameter)

*Penulis untuk korespondensi (corresponding author):


E-mail: himes.fy@trisakti.ac.id
Tel: +628584463667

I. PENDAHULUAN
Air sebagai sumber kebutuhan manusia yang sangat penting. Diantaranya digunakan untuk minum , mandi,
industri, dll yang pastinya menggunakan air dengan kualitas yang bersih. Dari hari ke hari pemenuhan
kebutuhan air terus meningkat sebanding dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Air
tanah sebagai alternatif utama salah satu sumber air.
Air tanah merupakan semua air yang terkandung dalam batuan dasar (regolith) yang juga disebut sebagai aliran
yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembasan (Aziz,2000).
Kaitan kebutuhan air bersih yang terus meningkat dan laju pertumbuhan penduduk yang bertambah dengan air
tanah yaitu dapat mempengaruhi kualitas air tanah sendiri. Maka faktor yang mempengaruhi kualitas airtanah di
suatu daerah tergantung dengan kondisi disekitar daerah tersebut (Purwanti, dkk, 2006)
Penelitian dilakukan pada daerah TPAS Rawakucing dan sekitarnya, Kota Tangerang, Banten. TPAS
merupakan suatu tempat pembuangan akhir sampah yang telah sampai pada proses akhir pengelolaannya.
(Nur,2015). Sampah tersebut akan terdekomposisi hingga menghasilkan air lindi yang dapat mencemari air
tanah. Dari uraian diatas, penulis mengkaji lebih rinci kualitas airtanah masih layak atau tidaknya dipakai
sebagai sumber air bersih pada daerah TPAS Rawa Kucing dan sekitarnya berdasarkan parameter fisik
mengggunakan data sampel sumur gali.
II. LANDASAN TEORI
II.1 Geologi Regional
Geologi regional pada daerah penelitian yaitu TPA Rawa Kucing dan sekitarnya masuk kedalam Peta Regional
Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu (Turkandi, dkk, 1992) skala 1:100.000. Termasuk kedalam formasi Qa
(Alluvium) dengan deksripsi batuan yaitu lanau, lempung, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Berumur kisaran
resen/holosen.

II.2 Hidrogeologi
Hidrogeologi ialah ilmu yang menjadi keterkaitan antara material geologi dengan proses-proses yang terjadi di
air (Fetter, 1994). Selain itu merupakan cabang dari hidrologi yang mempelajari persebaran dan gerakan aliran
air di dalam tanah/batuan pada bagian kerak bumi umumnya terdapat pada akuifer(lapisan pembawa air).
Berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia (Edi Murtianto, 1993) daerah penelitian termasuk dalam Luah Sumur
>5 l/detik yang artinya akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir,setempat melalui rekahan dan saluran
pelarutan, terdiri dari beberapa akuifer batuan sedimen kuarter berupa batupasir dan setempat batuan terseier
breksi (Gambar 1).

Gambar 1. Peta Hidrogeologi Indonesia (Edi Murtianto, 1993)

2.3 Airtanah
Air tanah adalah air yang terletak pada wilayah jenuh tepatnya di bawah permukaan atau semua pori-pori dan
ruang antar partikel tanah jenuh berisi air, dimana pada bagian atas disebut water table dan bagian bawah
ground water (Winter et al., 2005; Asdak, 1995). Ada 2 zona dalam air tanah yaitu zona tidak jenuh (unsaturated
zone) dan zona jenuh (saturated zone). Di atas zona jenuh terdapat water table dan pada zona tidak jenuh air air
tertahan oleh gaya kapiler sehingga tidak dapat diambil/dipompa.

2.4 Kualitas Airtanah


Kualitas airtanah yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air.
Kualitas air(airtanah) diuji dengan beberapa parameter, diantaranya parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan,
terlarut, dan sebagainya.), parameter kimia (pH, oksigen terlarut BOD, kadar logam, dan sebagainya (Effendi
2003).
Sesuai dengan kebutuhan penelitian. Terdapat peraturan mengenai batasan-batasan tingkat Persyaratan
Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi yaitu Permenkes No 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi. Pada penelitian
terfokus pada parameter fisik untuk melihat bersih atau tidak airtanah di daerah penelitian dengan melihat
perubahan sifat fisika airtanah berupa kekeruhan,warna, zat padat terlarut,suhu,rasa dan bau.
Berikut parameter fisik berdasarkam Permenken No. 32 Tahun 2017 (tabel 1)
Tabel 1. Parameter fisik Permenkes No.32 Tahun 2017

2.5 Hidrogeologi Daerah Penelitian


Berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia (Edi Murtianto, 1993) daerah penelitian termasuk dalam suatu daerah
dalam kategori Luah Sumur >5 l/detik artinya akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir,setempat melalui
rekahan dan saluran pelarutan, terdiri dari beberapa akuifer batuan sedimen kuarter berupa batupasir dan
setempat batuan terseier breksi serta termasuk dalam daerah yang beririgasi.
Terdapat data tambahan yang menerangkan bahwa jenis akuifer berdasarkan tingkat produktivitasnya, pada
daerah penelitian mempunyai produktivitas sedang dan luas sebarannya. Yaitu Akuifer dengan keterusan
sedang sampai rendah, peran airtanah beragam dari atas sampai jauh di bawah permukaan tanah seperti terdapat
pada daerah padat industi. Hal ini tercantum pada Peta Produktivitas Akuifer (Pusdatin ESDM, 2012)

2.6 Aliran Airtanah Daerah Penelitian


Setelah dilakukan pengambilan data lapangan dengan metode (Acidentally sampling) pada sumur gali yang ada
di daerah TPAS Rawakucing dan sekitarnya, Kemudian dilakukan metode survey lapangan didapat berupa nilai
ketinggian muka airtanah terdapat 13 sumur. Masing- masing berturut turut SG1- SG13 dengan nilai setelah
dikonversi ke mdml yaitu : 8,6m, 5,42m, 5,86m, 12,15m, 14,80m, 12,81m, 7,51m, 8,54m, 8,02m, 6,84m,
15,06m, 7,38m, 6,6m. Lalu dilakukan korelasi nilai MAT(muka air tanah) pada tiap-tiap sumur dengan
menggunakan interval kontur 1. Sehingga dapat disimpulkan arah aliran ada 2 yaitu mengarah ke barat daya
daerah penelitian (ke daerah Kedaung Baru dan dibagian atas daerah penelitian mengarah ke utara pada daerah
Eretan dan Irian. Dilihat dari arah alirannya dapat diketahui bahwa airtanah tidak tercemar oleh air lindi yang
berasal dari TPAS Rawakucing karena letak TPAS di selatan sedangkan aliran airtanah ke arah barat daya
(Gambar 2).

Gambar 2. Peta Muka Airtanah

III. METODELOGI PENELITIAN


Metode penelitian yang digunakan bertahap-tahap yaitu studi litertur. Studi Literatur ini bertujuan untuk lebih
mengetahui daerah penelitian dan langkah-langkah yang akan dilakukan saat pengambilan data. Studi literatur
berupa peta geologi regional Jakarta dan Kepulauan Seribu (Turkandi, dkk, 1992) skala 1:100.000, peta
Hidrogeologi Indonesia (Edi Murdianto, 1993) skala 1:100.000 dan peta produktivitas akuifer (Pusdatin ESDM,
2012), SNI (Standar Nasional Indonesia) 6989.58:2008 mengenai tata cara pengambilan sampel dan uji
parameter fisik. Kemudian metode survey lapangan untuk mengambil pengukuran muka air tanah guna
mendapat aliran airtanah.
Setelah mendapatkan data muka air tanah di semua sumur gali, hasil data diolah menjadi peta MAT(Muka Air
Tanah). Kemudian dilakukan pengambilan sampel di beberapa sumur yang mewakili daerah penelitian.
Mewakili dalam maksud melihat hasil aliran air tanah pada peta MAT(Muka Air Tanah) dan tersebar pada
daerah penelitian. Pengambilan sampel sesuai dengan SNI 6989.58:2008 untuk diuji parameter fisik berdasarkan
Permenkes No. 32 Tahun 2017 yang berisi bau,warna, kekeruhan,zat terlarut,suhu,rasa dan bau menggunakan
alat pH Combo Meter.
Data sekunder berupa peta Geologi Regional Jakarta dan Kepulauan Seribu (Turkandi, dkk, 1992), peta
Hidrogeologi Indonesia (Edi Murtianto, 1993) dan Peta Produktivitas Akuifer (Pusdatin ESDM, 2012)
dikorelasikan untuk mendapat data hidrogeologi daerah penellitian.
Setelah semua data dilakukan pembahasan, intepretasi lalu diolah menjadi suatu karya ilmiah atas dasar data
analisis kualitas air tanah yang telah dianalisis mutu baku air berdasarkan Permenkes No 32. Tahun 2017 untuk
mengetahui kualitas airtanah pada daerah TPA Rawakucing dan sekitarnya berdasarkan parameter fisik. Berikut
diagram alir penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Kualitas Airtanah Daerah Penelitian
Pengujian sampel airtanah pada sumur gali di daerah penelitian terdapat 6 sampel. Pemilihan sampel
berdasarkan aliran air tanah dan menyebar merata pada daerah penelitian. Kemudia mengacu pada Permenkes
No.32 Tahun 2017 mengenai Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi berdasarkan parameter fisik didapatkan hasil Parameter Fisik Permenkes No.32
Tahun 2017 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air.
Tabel 2 Parameter Fisik Permenkes No.32 Tahun 2017 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air

Berdasarkan hasil uji sampel diatas (tabel 2) dapat diketahui bahwa semua sampel punya nilai 0 dalam
parameter warna(NTU). Sampel LP(lokasi pengamatan 4/ SG(Sumur Gali)1 menduduki posisi paling tinggi air
yang tidak sehat untuk dipergunakan karena tingkat kekeruhan yang paling tinggi sebesar 22 TCU, berbau, ada
rasa dan memiliki nilai TDS yang besar yaitu 1940000 mg/l. Dengan suhu yang cukup panas melebihi standar
yaitu 31°C. SG(Sumur Gali) 1 merupakan sumur gali yang terdapat tepat pada TPAS Rawakucing. Kemudian di
tempat kedua merupakan LP5/SG3 yang memiliki nilai TDS 700000 mg/l, suhu 29,4°C, kekeruhan 3
TCU,tidak berbau,tidak berasa. Pada SG3 merupakan sumur gali yang terdekat dengan TPAS Rawakucing.
LP1/SG2 ditingkat ketiga yang memiliki nilai TDS 250000 mg/l, suhu 29,5°C, kekeruhan 17 TCU,tidak
berbau,tidak berasa. Keempat adalah LP3/SG6 yang memiliki nilai TDS 540000 mg/l, suhu 31,2°C, kekeruhan
7 TCU,tidak berbau,tidak berasa.Kemudian kelima LP2/SG7 yang memiliki nilai TDS 620000 mg/l, suhu
29,5°C, kekeruhan 0 TCU,tidak berbau,tidak berasa. Yang terakhir adalah LP6/SG5 yang nilai TDS 700000
mg/l, suhu 29,4°C, kekeruhan 0 TCU,tidak berbau,tidak berasa. Dapat disimpulkan bahwa keenam sampel
airtanah yang berada di daerah peneletian tidak sehat jika dijadikan air bersih seperti untuk minum karena tidak
sesuai dengan standar parameter fisik Permenkes No.32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan. Penulis menarik kesimpulan yaitu Daerah Penelitian memiliki
jenis akuifer sedang dengan luas sebarannya menurut Peta Produktivitas Akuifer (Pusdatin ESDM, 2012). Arah
aliran airtanah dapat diketahui setelah melakukan pengukuran lapangan tinggi muka air tanah pada 13 sumur
didapatkan arahnya relatif menuju barat daya daerah Kedaung Baru dan dibagian utara daerah penelitian aliran
air tanah mengerah keutara. Selain itu menandakan bahwa airtanah pada daerah penelitian tidak terganggu
dengan adanya air lindi. Namun berdasarkan data analisis fisik berdasarkan parameter fisik Permenkes No.32
Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Pernyaratan Kesehatan Air, keenam sampel
yang diuji kualitas tidak memenuhi standar yang ada. Artinya tidak dapat dipakai sebagai sumber air bersih.
Posisi pertama dengan nilai kualitas secara fisik yang paling buruk yaitu LP4/SG1 yang merupakan sumur gali
di dalam TPA Rawakucing dengan kekeruhan 22 TCU, berbau, ada rasa dan memiliki nilai TDS yang besar
yaitu 1940000 mg/l, suhu 31°C. Kemudian ditempat terakhir LP LP6/SG5 yang nilai TDS 700000 mg/l, suhu
29,4°C, kekeruhan 0 TCU,tidak berbau,tidak berasa. Sekalipun tidak keruh namun memiliki nilai TDS yang
tinggi dan suhu yang cukup panas tidak seperti standar parameter.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penulisan dan pelaksanaan penelitian
ini,
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Mama Asih, Ayah Aan, Adik Lita dan Keluarga tersayang yang selalu memberikan dukungan moral, materil
dan doa yang tiada henti untuk penulis selama berkuliah dan dalam menyelesaikan tugas akhir.
3. Bapak Dr. Ir., Afiat Anugerahadi, MS. selaku dosen pembimbing utama dan Himmes Fitra Yuda, S.T., M.T
selaku pemimbing kedua tugas akhir yang senantiasa sabar dan memberikan ilmunya kepada penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir.
4. Dan seluruh teman-teman tercinta geologi 2016

DAFTAR PUSTAKA
1. Sunandar, Ari. 2009. Kualitas di Dataran Rendah Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Skripsi. Departemen
Geologi Fakultas Matematika dan Ipa Universitas Indonesia : Jakarta
2. Nur, Farida. Analisis Kualitas Air Tanah Di Sekitas TPA Tamangapa Dengan Paramter Biologi. Program
Studi Teknik Lingkusan Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makasar.
3. Iriani dan Gita,Lutfi. 2014. Analisis Kualitas Air Tanah Bebas Di Sekitar TPA Banyuroto Desa Banyuroto
Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Skripsi. Universitas I Surakarta, Surakarta.
4. Fajarini, Srikandi. 2013. Analisis Kualitas Air Tanah Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, Bekasi. Skripsi. Banyuroto Desa Banyuroto Kecamatan
Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
5. Purwanti, dkk. 2006. Pemodelan Salinitas Air Tanah DI Surabaya Timur. Prosiding Seminar Nasional
Manajemen Teknologi III. Surabaya.
6. W, Abdonia , Finmeta, Nur Aini, Aini Bunyanil dan Naisanu, Joritha.2020. Keberadaan Tempat Pembuangan
Akhir Berdampak pada Kualitas Air dalam Jurnal Biologi Tropis
7. Huljana Mifta dan Mayang Sari. 2019. Analisis Bau, Warna, TDS,pH, dan Salinitas Air Sumur Gali di
Tempat Pembuangan Sampah dalam Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan.
8. Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI.6989.58-2008. Metode Pengambilan Contoh Air Tanah
9. Peraturan Menteri Kesehatan. 2017. Permenkes No 32 Tahun 2017 tentang Sumber Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solis Per Aqua,
Dan Pemandian Umum. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
10. Turkandi, dkk. 1992.
11. Peta Lembar Geologi Regional Jakarta dan Kepulauan Seribu
12. Edi Murtianto. 1993. Peta Hidrogeologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai