Anda di halaman 1dari 2

Melalui kegiatan diskusi atau wawancara terbuka dengan tiga tokoh agama yang berbeda

ini, kami mendapati beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan refleksi
diri untuk saya pribadi tentunya. Aspek pembelajaran ini, diharapkan dapat diterapkan oleh kita
semua, sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat di lingkungan sekitar. Antara lain
ialah mengerti makna toleransi yang sesungguhnya antarumat beragama dan mempelajari
bagaimana menentukan sikap dalam menyikapi kasus-kasus intoleran yang belakangan terjadi di
Indonesia saat ini.

Dari yang saya amati, pada dasarnya semua agama di dunia ini pasti akan mengajarkan
nilai-nilai kebaikan kepada para umatnya, begitupun sama halnya dengan penerapan toleransi
terhadap perbedaan agama yang ada. Toleransi antarumat beragama ini diperoleh dari adanya sikap
saling menghargai dan menghormati satu sama lain atas keyakinan (keimanan) beserta praktik-
praktik agama yang dianut dari masing-masing kepercayaan umat yang ada, dengan kata lain tidak
memaksakan khendak orang lain untuk meyakini kepercayaan yang sama dengan yang kita anut.
Tentunya dengan tidak mencaci atau menjelek-jelekan pula atas perbedaan agama yang ada. Justu
sebaliknya, bersikap ramah dan bersahabat kepada siapapun tanpa mempermasalahkan
background agama yang ia yakini.

Di Indonesia, kita mengenal adanya semboyan “Bhineka Tungga Ika”, yang artinya
“Berbeda - beda Tetap Satu Jua”. Dimana semboyan ini merupakan ciri khas yang dimiliki
Indonesia sendiri di kacamata internasional. Sila ketiga pancasila, yakni ideologi negara Indonesia
juga menunjukkan bahwa semenjak Indonesia merdeka tahun 1945, Indonesia telah dikenal
sebagai negara yang menjunjung tinggi pesatuan bangsa, yaitu dengan tidak mempermasalahkan
perbedaan-perbedaan yang ada di dalamnya, salah satu contohnya adalah perbedaan agama. Ini
merupakan usaha yang dilakukan oleh para pahlawan sebelunya untuk dapat menyatukan seluruh
masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan. Namun, pada kenyataanya masyarakat Indonesia
semakin jauh dari makna persatuan yang ada. Padahal seharusnya dengan adanya semboyan ini,
sebagai masyarakat Indonesia kita harus dapat lebih menerapkan toleransi kepada siapapun.
Mengapa? Karena ini merupakan ciri khas bangsa, yang telah kita ketahui bahwa sebelumnya telah
terbentuk di Indonesia sendiri, dan mestinya terus mendarah daging kepada generasi-generasi
muda selanjutnya. Dengan demikian, akan terciptalah kedamaian dan kerukunan dalam kehidupan
bermasyarakat di Tanah Air.
Menyikapi persoalan yang didasari perbedaan agama, mestinya dapat dihadapi dengan
bijak dan seksama. Seperti halnya kasus yang terjadi di Indonesia saat ini, terdapat isu-isu terkait
intoleran yang beranggapan bahwa hal ini terjadi akibat kepentingan beberapa okum atas
perebutan kekuasaan di ranah politik. Dimana mayoritas umat beragama dianggap sebagai
kesempatan terbesar untuk para oknum tertentu mencari pendukung sebanyak mungkin demi
menunjang keberhasilan partai politiknya. Padahal dalam hal ini, belum tentu dapat dipastikan
pula bahwa oknum politik tersebut memiliki tujuan utama demikian. Disamping itu, lebih baik kita
pun tidak langsung pecaya terhadap sebuah partai poitik atas janji-janji yang diberikan.

Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang beragama di era globalisasi ini, kita harus cerdas
memilih atau menentukan mana yang baik dan tidak. Ada baiknya untuk mengklarifikasi terlebih
dahulu dengan mencari tahu informasi sebanyak-banyaknya terkait kebenaran fakta yang ada atas
kasus-kasus yang terjadi. Dengan mempertimbangkan aspek kebaikan dan keburukan, serta yang
paling memberikan pengaruh kebaikan terhadap masyarakat banyak secara menyeluruh.

Menurut saya pribadi, masyarakat yang cerdas ialah masyarakat yang berwawasan luas
dengan memiliki kepribadian yang luhur. Hal ini tentunya dapat tercipta atas keyakinan yang kuat
sesorang terhadap Tuhan yang ia sembah. Semakin besar pemahaman seseorang terhadap ajaran
agamanya atau semakin besar kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya, maka semakin sedikit
kemungkinan untuknya melakukan hal – hal yang tidak baik terhadap yang lain. Terbukti dengan
adanya toleransi yang ada saat ini, ialah yang didasarkan atas ajaran-ajaran agama yang
memerintahkan untuk saling bertoleransi satu sama lain. Oleh sebab itu, Seseorang yang selalu
menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-harinya, yaitu atas dasar keimanan terhadap
Tuhannya, tentu ia akan jauh dari melakukan penyimpangan perbuatan asusila terhadap orang lain.
Sehingga apabila kita mampu menerapkan hal demikian, maka ketentraman dan kenyamanan
dalam hiduplah yang akan tercipta dalam lingkungan bangsa kita.

Anda mungkin juga menyukai