Disusun Oleh:
RINGELS KILAY
710016091
1
A. JUDUL PENELITIAN
Kelerengan merupakan suatu factor yang sangat penting dalam menjamin keamanan
dan kelancaran suatu operasi pertambangan karena kegiatan pertambangan tidak lepas dari
keberdaan lereng pada daerah didalam tambang maupun lokasi-lokasi lain,seperti jalan
tambang,stockpile dan sebagainya.semua lokasi tersebut membutuhkan keamanan yang
baik untuk menjamin kelancaran penambangan.
Adanya kegiatan penambangan,seperti penggalian pada suatu lereng akan
menyebabkan terjadinya perubahan besarnya gaya-gaya pada lereng tersebut yang
mengakibatkan terjadinya perubahaan besarnya,gaya-gaya pada lereng tersebut yang
mengakibatkan terganggunya kestabilan lereng dan pada akhirnya dapat menyebabkan
lereng tersebut longsor.
Dalam rancangan suatu kegiatan tambang terbuka dilakukan analisis terhadap
kestabilan lereng yang terjadi karena proses penimbunan maupun penggalian sehingga
dapat memberikan kontribusi rancangan yang aman.
Stabilisasi lereng menjadi masalah yang membutuhkan perhatian yang lebih bagi
kelangsungan kegiatan penambangan setiap harinya. Kelongsoran pada suatu jenjang,
dimana terdapat jalan angkut utama atau berdekatan dengan batas property atau instalasi
penting,dapat menyebabkan bermacam gangguan pada kegiatan pertambangan.
2
C. TUJUAN PENELITIAN
3
D. PERUMUSAN MASALAH
Pada peneletian ini masalah-masalah yang dirumuskan oleh penulis adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimanakah parameter nilai fisik dan mekanik material yang membentuk lereng?
b. Bagaimanakah hubungan anatara faktor keamanan dengan sudut lereng atau antara
tinggi lereg dengan sudut lereng?
c. Bagaimanakah hubungan antara kondisi muka air tanah dengan nilai faktor keamanan?
d. Berapakah batas dumping optimum pada area disposal?
e. Berapakah jarak optimum antara lereng timbunan dengan fasilitas umum?
E. DASAR TEORI
Suatu lereng memiliki istilah-istilah tersendiri di setiap bagian dari tubuh dan dimensi
dari lereng tersebut. Bagian bawah lereng disebut dengan toe, sedangkan bagian atas
disebut dengan crest. Sudut yang dimiliki oleh lereng disebut dengan sudut tunggal (single
slope) dan sudut keseluruhan (overall slope). Sudut tunggal adalah sudut yang terbentuk
oleh masing-masing jenjang lereng (bench), sedangkan sudut keseluruhan merupakan besar
sudut yang terbentuk dari dasar lereng (bottom toe) hingga puncak lereng (top crest)
terhadap bidang horizontal.
Berdasarkan posisi lereng terhadap lapisan batuan dan topografi sekitarnya, secara
umum suatu lereng memiliki istilah high wall, low wall dan side wall. High wall
merupakan suatu lereng yang berada pada bagian tertinggi dari pit, umumnya besar arah
kemiringan lereng berlawanan dengan arah kemiringan perlapisan batuan. Low wall
merupakan lereng yang memiliki arah kemiringan relatif searah dengan arah kemiringan
perlapisan dan posisinya berhadapan dengan high wall. Sedangkan side wall merupakan
lereng yang berada di bagian samping pit dengan arah dan besar sudut lereng menyesuaikan
efektifitas produksi.
4
Kestabilan lereng pada batuan lebih ditentukan oleh adanya bidang-bidang lemah
yang disebut dengan bidang diskontinuitas, Seperti penggalian pada suatu lereng akan
menyebabkan terjadinya erubahan gaya-gaya pada lereng tersebut,sehingga menyebabkan
lereng tersebut longsor. Sebelum melakukan analisis kestabilan lereng ada beberapa hal
yang perlu diketahui, salah satunya yaitu karakteristik material penyusun lereng
Dalam menentukan kestabilan lereng dikenal istilah faktor keamanan (FK). Faktor
keamanan adalah perbandingan antara gaya penahan dan gaya penggerak yang bekerja pada
suatu bidang miring. Hasil analisis dari factor keamanan akan memberikan penilaian
terhadap kondisi suatu lereng yang dinyatakan stabil atau tidak stabil. Lereng yang stabil
mempunyai faktor keamanan lebih dari satu (>1) dan lereng yang tidak stabil faktor
keamanan kurang dari satu (<1).
Masalah stabilitas lereng pada areal disposal maka diperlukan managemen disposal
dan penanganan anlisis stabilitas lereng hingga lereng timbunan cukup stabil dan aman
untuk meminimalisir dampak- dampak negatif, terutama dampak tentang gerakan tanah
(deformasi) di sekitar disposal area dan area penambangan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa nilai kesetabilan lereng timbunan terhadap kestabilan lereng yang aman
dengan menggunakan software, yaitu dengan metode tertentu. Dengan menganalisis dari
nilai faktor keamanan dan menentukan nilai kesetabilan lereng yang satabil dan aman, yang
terjadi pada tiap-tiap lereng serta mengkaji muka air tanah yang mempengaruhi dari
kestabilan lereng tersebut, dapat memberikan rekomendasi sebagai solusi dalam
penanganan mencegah kelongsoran pada lereng.
Rancangan lereng merupakan suatu proses menentukan sudut optimum sebagai
masukan kedalam rancangan tambang. Suatu tahapan rancangan lereng aman beserta
analisis kestabilannya perlu dilakukan karena akan menentukan kondisi kerja yang aman
dalam proses penambangan.
5
Proses perancangan jenjang merupakan suatu proses melakukan analisis kestabilan
untuk mengestimasi sudut jenjang yang masih dapat ditambang, memilih lebar jenjang,
tinggi jenjang dengan mempertimbangkan peraturan-peraturan yang berlaku.
2. Struktur batuan
Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah : bobot isi, porositas,
dan kandungan air, kuat tekan, kuat tarik, kuat geser dan sudut geser dalam batuan
merupakan sifat mekanik batuan yang berpengeruh terhadap kemantapan lereng.
5. Kondisi hidrologi
Air tanah merupakan faktor yang penting dalam kestabilan lereng, air tanah dapat
mempengaruhi lereng dengan lima cara: mengurangi kekuatan, merubah kandungan
6
mineral melalui proses alterasi dan pelarutan, merubah density, menimbulkan tekanan air
pori dan menyebabkan erosi.
6. Gaya-gaya luar
Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi kemantapan suatu lereng adalah :
a. Getaran yang di akibatkan oleh gempa bumi, peledakan dan pemakaian alat-alat
mekanis berat di dekat lereng.
b. Pemotongan dasar (toe) pada lereng.
c. Penebangan pohon-pohon pelindung lereng.
Suatu cara yang umum untuk menyatakan kemantapan suatu lereng adalah faktor
keamanan atau faktor kemantapan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya
penahan yang menyebabkan lereng tetap stabil dengan gaya yang menyebabkan lereng
longsor. Secara sistematis faktor keamanan suatu lereng dapat dinyatakan sebagai berikut :
R
F
Fp
Dimana :
R = Gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng tetap stabil.
U = ½ . γw . Zw .(H-Z). Cosec ψp
V = ½ .γw . Zw2
Dimana :
7
F = Faktor keaman lereng
8
a. Terdapat bidang luncur bebas; berarti kemiringan bidang luncur haru lebih kecil daripada
kemiringan lereng.
b. Arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng (maksimum
berbeda 200).
c. Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut geser dalam batuannya.
d. Terdapat bidang bebas ( tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi longsoran
2. Longsoran Baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang
lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut
harus lebih besar dari sudut geser dalam batuannya (lihat Gambar 2) bidang lemah ini
dapat berupa bidang sesar, rekahan, maupun bidang perlapisan.
Cara longsor suatu baji dapat melalui salah satu atau beberapa bidang lemahnya,
ataupun melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya.
9
Gambar 2.Bentuk Longsoran Baji
3. Longsoran Busur
Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang berupa busur disebut
longsoran busur (lihat Gambar.3). Longsoran busur hanya akan terjadi pada tanah atau
material yang bersifat seperti tanah. Antar partikel tanah tidak terikat satu denga yang lain,
dengan demikian, longsoran busur juga dapat terjadi pada batuan yang sangat lapuk serta
banyak mengandung bidang lemah maupun tumpukan batuan yang hancur.
10
4. Longsoran guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah kemiringannya
berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya. Keadaan tersebut digambarkan dengan
balok-balok yang diletakkan di atas sebuah bidang miring sebagai berikut (lihat gambar.4)
:
x
a. Jika α > θ dan tan , maka balok akan meluncur kemudian mengguling.
y
x
b. Jika < dan > tan , maka balok akan langsung mengguling.
y
11
yang terjadi dan daerah kritis yang mungkin longsor tanpa memperhitungkan faktor
kemantapannya. Sedangkan metode analitik dan metode numerik bersifat kuantitatif.
Analisis balik adalah suatu cara untuk mendapatkan parameter kuat geser (c atau Ø)
suatu material yang berperan sebagai bidang luncur suatu batuan. Parameter tersebut dapat
di tentukan setelah mengukur geometri longsoran dengan teliti dan menganggap nilai faktor
keamanan sama dengan satu.
F. METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian diperlukan langkah serta metode yang terencana dan
tersusun dengan baik agar memperoleh hasil sebagaimana yang diharapkan. Tahapan yang
dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahap pendahuluan, pengambilan data dan analisis
data untuk memperoleh hasil penelitian.
i. Tahap Pendahuluan
Pada tahap ini dilakukan persiapan berupa kajian pustaka, pemilihan judul dan diskusi
dengan dosen pembimbing. Tahap ini dilakukan di Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah
Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.
Kajian pustaka dilakukan untuk menunjang penelitian mengenai kestabilan lereng
daerah penelitian. Kajian pustaka diharapkan dapat membantu kelancaran penelitian yaitu
dapat digunakan sebagai bahan acuan guna untuk mempelajari masalah lereng pada daerah
penelitian. Selain itu, dasar teori mengenai kestabilan lereng disposal dikaji untuk
mempelajari parameter-parameter dari tubuh batuan dan pengaruhnya terhadap nilai
kestabilan lereng daerah penelitian.
12
ii. Tahapan Pengumpulan Data
a. Data Topografi daerah penelitian
b. Data Geologi Regional dan geologi local daerah penelitian
c. Data Stratigrafi
d. Data Muka Air Tanah (Groundwater Level )
e. Data Uji Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan
f. Data Kegempaan
13
dalam satu kesimpulan. Hasil dari penelitian ini yaitu model hubungan parameter kestabilan
lereng.
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Kesimpulan
14
Gambar 5. Diagram Alir Penelitia
G. RENCANA JADWAL KEGIATAN
WAKTU BULAN
I II III IV I II III IV
1. Studi Literatur
2. Observasi Lapangan
3. Pengambilan Data
4. Penggolahan Data
5. Pembuatan Draft
H. DAFTAR PUSTAKA
Abramson Lee W, dkk. Slope Stability and Stabilization Methods. John Wiley & Son,
Inc. New Jersey, 2002.
Agung Riyadi Faizal. Skripsi: Geologi dan Kajian Kestabilan Lereng dengan
Kontrol Muka Air Tanah Pada Lereng High Wall Pit Batulaki Utara, Kecamatan
Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Program Studi
Teknik Geologi, FTM UPN-Verteran, Yogyakarta, 2013.
Azizi Masagus A. Analisis Risiko Kestabilan Lereng Tambang Terbuka (Studi Kasus
Tambang Mineral X). Prosiding Simposium dan Seminar Geomekanika ke-1,
Yogyakarta, 2012.
15
Bieniawski, Z. T. Engineering Rock Mass Classifications, John Wiley & Sons Inc.,
Canada, 1989.
Hoek, E. and Bray, J.W.,Rock Slope Engineering 3rd Edition. The Institute Of Mining
and Metallurgy, London, 1981.
Kementerian Pekerjaan Umum. Peta Hazard Gempa Indonesia 2010. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, 2010.
Kliche Charles A.. Rock Slope Stability. Society for Mining, Metallurgy, and
Exploration, Littleton, 1999.
Muhrozi. Soil Test: Masalah dan Aplikasinya pada Tanah Lunak. Laboratorium
Mekanika Tanah Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang, 2002.
Prasetyo Sodiek Imam. Skripsi: Analisa Kestabilan Lereng Di Area Timbunan PT.
Bokormas Wahana Makmur Site Karuh Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut
Propinsi Kalimantan Selatan. Program Studi Teknik Pertambangan FTM UPN-
Veteran, Yogyakarta, 2011.
Saifuddin Arief. Analisis Kestabilan Lereng Dengan Metode Irisan. Sorowako, 2008.
16
Santiawan I Nym. G.. Penggunaan Vegetasi (Rumput Gajah) Dalam Menjaga
Kestabilan Tanah Terhadap Kelongsoran. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Udayana,
Denpasar, 2007.
Wyllie Duncan C. Dan Mah Christopher W.. Rock Slope Engineering. The Institute of
Mining and Metallurgy, New York, 2004.
17
I. DAFTAR ISI
BAB
I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………………...
A.LATAR BELAKANG…………………………………………………………………….
B.PERUMUSAN MASALAH………………………………………………………………
C.TUJUAN PENELITIAN…………………………………………………………………..
D.BATASAN MASALAH…………………………………………………………………..
E.METODE PENELITIAN………………………………………………………………….
F.MANFAAT PENELITIAN………………………………………………………………..
B.GEOLOGI REGIONAL…………………………………………………………………...
18
B.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESTABILAN LERENG…………...
C.UJI GEOMEKANIK………………………………………………………………………
PROBABILITY KELONGSORAN………………………………………………………
V PEMBAHASAN……………………………………………………………………………..
PROBABILITY KELONGSORAN…………………………………………………………
19
VI PENUTUP…………………………………………………………………………………...
A.KESIMPULAN……………………………………………………………………………
B.SARAN…………………………………………………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………...
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………………..
20